Добірка наукової літератури з теми "Tionghoa Indonesia"

Оформте джерело за APA, MLA, Chicago, Harvard та іншими стилями

Оберіть тип джерела:

Ознайомтеся зі списками актуальних статей, книг, дисертацій, тез та інших наукових джерел на тему "Tionghoa Indonesia".

Біля кожної праці в переліку літератури доступна кнопка «Додати до бібліографії». Скористайтеся нею – і ми автоматично оформимо бібліографічне посилання на обрану працю в потрібному вам стилі цитування: APA, MLA, «Гарвард», «Чикаго», «Ванкувер» тощо.

Також ви можете завантажити повний текст наукової публікації у форматі «.pdf» та прочитати онлайн анотацію до роботи, якщо відповідні параметри наявні в метаданих.

Статті в журналах з теми "Tionghoa Indonesia"

1

Putri, Risky Ananda, Murni Zaina, and Fadilah Rizki. "Melacak Kebijakan Politik Terhadap Etnis Tionghoa Di Indonesia." Journal of Politics and Democracy 2, no. 1 (August 30, 2022): 1–8. http://dx.doi.org/10.61183/polikrasi.v2i1.15.

Повний текст джерела
Анотація:
Awal kedatangan etnis tionghoa ke Indonesia untuk melakukan perdagangan karena Indonesia sebagai kawasan strategis untuk melakukan perdagangan. Kemudian etnis tiongoa menetap di Indonesia hingga Indonesia merdeka. Dengan ini pemerintah menetapkan kebijakan khusus pada etnis tionghoa yang menetap di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan politik terhadap etnis tionghoa di Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dan mengeksplorasi beberapa jurnal, buku, koran dan dokumen yang berbentuk cetak maupun elektronik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan yang dicetuskan terhadap etnis tionghoa tidak terlepas dari jeratan peristiwa G30S/PKI. Kebijakan yang dikeluarkan pada zaman orde baru cendrung diskriminatif pada etnis tionghoa. Runtuhnya rezim orde baru mulai mendukung perjuangan kesetaraan etnis tionghoa seperti menetapkan kebijakan yang menyangkut status kewarganegaraan etnis tionghoa.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
2

Hapsari, Dyah Eko, and Rosana Hariyanti. "IDEALISME KWEE TEK HOAY TENTANG SISTEM PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA TIONGHOA DALAM CERITA PENDEK “RUMA SEKOLA YANG SAYA IMPIKEN” (Kwee Tek Hoay’s Idealism in Establishing A Tionghoa-Culture Based System of Education in “Ruma Sekola Yang Saya Impiken”)." METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra 8, no. 1 (March 10, 2016): 1. http://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2015.v8i1.1-16.

Повний текст джерела
Анотація:
Sebagai bagian dari masyarakat multietnis di Indonesia, etnis Tionghoa mengalami berbagai tekanan dan diskriminasi.Secara internal, mereka juga mengalami persoalan identitas terkait dengan jarak budaya antargenerasi yang mengarah pada melemahnya identitas kultural Tionghoa di kalangan kaum mudanya. Kwee Tek Hoay merupakan satu tokoh Tionghoa yang memiliki gagasan pemertahanan dan pelestarian identitas tersebut seperti tercermin dalam karyanya, “Ruma Sekola Yang Saya Impiken”, sebuah cerita pendek mengenai sekolah impian bagi anak-anak Tionghoa. Metode penelitian kualitatif diterapkan dalam penelitian ini. Data literer yang ditemukan dideskripsikan dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan sosiologis, terutama yang terkait dengan kajian mengenai etnisitas Melayu- Tionghoa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan ideal bagi anak-anak Tionghoa berupa kurikulum yang komprehensif, dengan ditekankan pada praktik, yang berdasar pada nilai serta falsafah hidup yang berakar pada budaya leluhur. Konsep tersebut merupakan bagian dari resinication.Abstract:As a part of Indonesian multiethnicity in Indonesia, the Tionghoa (Chinese-Indonesian) have undergone various racial discrimination. They also internally have identity problem due to intergenerational gap, which leads to weaken the Tionghoa’s cultural identity among their youths. Kwee Tek Hoay is one of the Tionghoa figures having the idea of the retention and preservation of the identity as reflected in his work, “Ruma Sekola Yang Saya Impiken”, a short story about his utopian school for Tionghoa’s children. The applied method is qualitative research. The literary data is described and analyzed by using sociological approach, especially those connected to the study of Malay-Tionghoa ethnicity. The results show that the concept of ideal education for Tionghoa’s children is in the form of a comprehensive curriculum, emphasizing on the practice, which is based on values and a philosophy of life that is rooted in ancestral cultures. The concept is one of resinications.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
3

Hasanah, Eva Putriya. "Sepak Terjang PITI Jawa Timur di Tengah Pusaran Hubungan Bilateral Indonesia-Tiongkok." SIYAR Journal 1, no. 2 (July 1, 2021): 3–26. http://dx.doi.org/10.15642/siyar.2021.1.2.3-26.

Повний текст джерела
Анотація:
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peran Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur dalam membantu pemerintah Tiongkok mempererat hubungan bilateral dengan pemerintah Indonesia. Melalui metode kualitatif-deskriptif dan teknik pengumpulan data dokumentasi dan wawancara, penulis menemukan empat peran PITI dalam diplomasi publik. Pertama, PITI membantu memperkenalkan budaya Tiongkok kepada masyarakat Indonesia. Selain itu, PITI turut memfasilitasi pengenalan identitas Tionghoa muslim. Ketiga, PITI terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Keempat, PITI menjadi mediator antara pemerintah Tiongkok dengan berbagai pihak di Indonesia. Meskipun berperan penting dalam diplomasi publik yang dapat membantu pemerintah Tiongkok di Indonesia, PITI merupakan organisasi masa Islam yang berdiri sendiri tanpa memiliki keterkaitan dengan pemerintah maupun politik, termasuk hubungan politik dengan pemerintah Tiongkok.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
4

Hidayadi, Taufik, and Henny Saptatia Drajati Nugrahani. "Stereotip Warga Tionghoa Dalam Geopolitik Hubungan Indonesia dengan Tiongkok." Muqoddima Jurnal Pemikiran dan Riset Sosiologi 1, no. 2 (December 9, 2020): 133–44. http://dx.doi.org/10.47776/mjprs.001.02.03.

Повний текст джерела
Анотація:
Perkembangan Tiongkok yang sedemikian pesat memberikan implikasi terhadap hubungan regional di kawasan. Indonesia telah membuat kajian evaluasi dan perhitungan yang sedemikian rupa dari sudut geopolitik dan geostrategi yang dipahami sebagai kepentingan dan ketahanan nasional. Pertimbangan yang paling rasional dari politik luar negeri yang bebas aktif adalah dengan memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok, bukan hanya dalam kemitraan biasa tetapi lebih pada hubungan dekat yang mempunyai implikasi ekonomi dan teknologi. Kondisi geopolitik dalam hubungan Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok yang dinamis dapat dilihat dalam hubungan kerjasama ekonomi investasi dimana Tiongkok adalah salah satu dari empat investor terbesar di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Polemik Laut China Selatan serta terjadinya pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan juga semakin menambah kedinamisan hubungan tersebut. Hubungan Indonesia dengan Tiongkok berlaku pasang surut sejak pengakuan berdirinya negara Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949 sejak jaman Orde Lama sampai dengan Orde baru, serta kebijakan negara terhadap etnis Tionghoa setelah itu. Kebijakan seperti asimilasi yang berdasarkan stereotype terhadap kelompok etnis Tionghoa, telah meninggalkan celah yang lebar dalam kaitan hubungan antar negara dengan penduduknya serta sikap masyarakat Indonesia sendiri terhadap etnis Tionghoa dengan jelas terlihat saat kejadian reformasi 1998 dan belum cair sampai saat ini seperti terlihat pada kejadian Pilkada DKI Jakarta 2017.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
5

Lievander, David, Olivia Olivia, and Chun-I. Kuo. "RITUAL PERAYAAN IMLEK ETNIS TIONGHOA DI KOTA TOLI-TOLI." Century: Journal of Chinese Language, Literature and Culture 5, no. 1 (August 31, 2016): 10–17. http://dx.doi.org/10.9744/century.5.1.10-17.

Повний текст джерела
Анотація:
Penduduk Tiongkok telah lama menyebar ke berbagai belahan dunia, dengan membawa berbagai macam kebudayaan serta tradisi, tidak terkecuali di Indonesia. Etnis tionghoa menyebar dengan merata di seluruh Indonesia dengan membawa kebudayaan asal mereka. Hari raya Imlek adalah salah satu contohnya, setiap daerah di Indonesia mempunyai perayaan Imlek mereka sendiri oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti perayaan etnis Tionghoa di kota Toli-toli. Penelitian ini meliputi apa perbedaan Imlek etnis Tionghoa Toli-toli pada masa orde baru dan mengapa terjadi perbedaan itu. Setelah dilakukan penelitian ditemukan bahwa etnis Tionghoa hanya merayakan chuxi, Imlek, hari kedua, hari kesembilan, dan Cap Go Meh. Perayaan Cap Go Meh di kota Toli-toli cenderung sepi dan tidak ada yang spesial. Serta ditemukan faktor yang membuat Imlek di kota Toli-toli saat orde baru dan sekarang berbeda yaitu karena faktor politik dan ekonomi.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
6

Meliana, Helda, and Rudiansyah Rudiansyah. "Legenda dan Makna Festival Pertengahan Musim Gugur Bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan." CHANGLUN: Chinese Language, Literature, Culture and Linguistic 1, no. 1 (December 30, 2022): 52. http://dx.doi.org/10.20884/1.changlun.2022.1.1.7718.

Повний текст джерела
Анотація:
Masyarakat Tionghoa di Indonesia tidak terlepas dari warisan budaya dan tradisi para leluhurnya. Misalnya sebuah tradisi yang masih terus dilakukan oleh masyarakat Tionghoa sangat beranekaragam di era perkembangan zaman saat ini. Ada banyak jenis perayaan, dari mulai perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan yang lainnya. Salah satu perayaan yang masih terus dilakukan yaitu festival kue bulan. Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi turun-temurun bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia, khususnya masyarakat Tiongoa di kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pemanfaatan metode ini diharapkan dapat memudahkan peneliti didalam membuat suatu gambaran kompleks serta uraian dari sebuah analisa dan responden. Peneliti memanfaatkan teori makna dari Gustav Blanke. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa festival kue bulan mengandung makna filosofi, seperti rasa kebersamaan dan rasa syukur yang dapat diterapkan didalam kehidupan sehari-hari. Dengan memperingati festival pertengahan musim gugur ini, diharapkan seseorang dapat selalu mengingat nilai-nilai yang ditanamkan oleh para leluhur terdahulu. Kata Kunci : festival kue bulan; cap go meh; warisan; filosofi; masyarakat Tionghoa
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
7

Burhan, Faika, Rasiah, Nurlailatul Qadriani, Islahuddin, and Fina Amalia Masri. "Identity Crisis of Tionghoa Ethnic in the Novel Naga Kuning by Yusiana Basuki." International Journal of Linguistics, Literature and Translation 6, no. 4 (May 5, 2023): 154–60. http://dx.doi.org/10.32996/ijllt.2023.6.4.21.

Повний текст джерела
Анотація:
The "descent" label has created a distance between the Tionghoa ethnic and the indigenous people in Indonesia. The "descent" label creates the impression that the Tionghoa ethnic are ethically and morally different from the natives. The 1998 May riots in Jakarta further exacerbated ethnic Tionghoa sentiment in Indonesia. The Tionghoa community is considered as "others" in terms of physical and cultural attributes, so they are not considered part of Indonesian society, even though they are Chinese Indonesians. This has caused the Chinese community in Indonesia to experience an identity crisis. Ethnic Tionghoa are faced with two identities between, Indonesian and Chinese, to blend into Indonesian society. This research seeks to describe the identity crisis of ethnic Tionghoa through female characters in the novel Naga Kuning by Yusiana Basuki. The intersection of gender theory and identity theory is used to analyze the phenomenon of the Tionghoa ethnic identity crisis in Indonesia. The method used in this research was descriptive qualitative. Data collection was done through literary studies. The results showed that Yusiana Basuki, through the novel Naga Kuning depicts discrimination and violence against Tionghoa women in Indonesia during the 1998 riots. The discrimination and violence caused an identity crisis in Tionghoa women. The identity that is built is a blurred identity caused by socio-political conditions. The form of identity crisis described in this novel is the downturn, fear, and alienation of women from the social life they live. Despite being a victim of harassment and violence, the character Lily is a Chinese woman who survives and tries to continue to rise in the face of various conflicts as a discriminated ethnicity.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
8

Tri Rizki, Nurul, Imam Hadi Sutrisno, and Ramazan Ramazan. "ETNIS TIONGHOA LANGSA." SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan 7, no. 1 (April 21, 2020): 44–52. http://dx.doi.org/10.33059/jsnbl.v7i1.2244.

Повний текст джерела
Анотація:
Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) merupakan salah satu organisasi masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Langsa. Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) ini terbentuk di Kota Langsa pada tanggal 19 januari 2012 dan di ketuai oleh pak Samsu. Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) ini dibentuk agar masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Langsa menjadikan organisasi ini sebagai wadah silaturahmi bagi mereka yang sesama masyarakat Tionghoa. Organisasi ini hanya salah satu organisasi yang dimiliki oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia dan salah satu nya di Kota Langsa. Paguyuban sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) merupakan organisasi yang sering di bentuk dengan sekelompok orang atau sesama etnis. Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) juga sudah banyak membuat kegiatan sosial. Pada saat ini Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Langsa telah mengalami regenerasi kepengurusan sebanyak tiga kali.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
9

Averina, Jennifer. "Tanggapan Terhadap Stereotip “Tionghoa Punya Toko”." Century: Journal of Chinese Language, Literature and Culture 12, no. 1 (February 26, 2024): 1–12. http://dx.doi.org/10.9744/century.12.1.1-12.

Повний текст джерела
Анотація:
Eksistensi etnis Tionghoa di Indonesia sejak awal sudah dari berabad-abad yang lalu. Dalam menjalankan kehidupan di Indonesia, etnis Tionghoa khususnya di Indonesia bekerja dalam berbagai macam bidang. Bidang-bidang tersebut antara lain adalah sebagai pedagang, petani, pengrajin maupun yang lainnya. Di zaman Orde Baru juga terjadi beberapa hal yang membatasi etnis Tionghoa-Indonesia, hingga di era saat ini orang Tionghoa di stereotipkan sebagai “Tionghoa punya toko”. Meskipun bertahun-tahun telah berlalu, namun stereotip itu masih terus ditujukan kepada etnis Tionghoa. Penulis berfokus meneliti stereotip ini yang bersumber pada masyarakat Tionghoa dan non-Tionghoa di Indonesia, khususnya kota Surabaya. Dengan tujuan untuk meneliti lebih lanjut apakah stereotip “Tionghoa Punya Toko” ini masih relevan di era saat ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Stereotype Content Model, untuk dapat melihat kedudukan stereotip terhadap orang Tionghoa yang ada di Indonesia ini dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil wawancara terhadap para informan yang telah penulis analisis menunjukkan bahwa stereotip terhadap etnis Tionghoa masih ada hingga saat ini, namun sudah mulai berkurang.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
10

Wen, Yuhao. "Negotiating Between Identities: Indonesia’s Chinese-Language Newspapers in the Post-New Order Era." Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) 10, no. 19 (November 13, 2018): 25. http://dx.doi.org/10.19166/verity.v10i19.1308.

Повний текст джерела
Анотація:
<p>This study aims to provide a description of Chinese-Indonesian identity in the post-New Order era. Under the previous authoritarian regime, public expression of Chinese identity in all social fields, such as culture, language and politics, was officially suppressed by the government through its assimilation policy. A person could be Chinese or Indonesian, but not both. Since the collapse of the New Order government in 1998, Indonesia has begun the process of democratization, and the old Indonesian identity and cultural heritage of Indonesia has been "liberated". Now there is an urgent need to re-examine the identity of the Chinese. One channel for expressing Chinese ethnic identity is through ethnic media, such as Chinese newspapers which this paper will focus on. Based on this context, this paper aims to see what Chinese-Indonesian identities are presented in Chinese-language Indonesian newspapers in the post-New Order era by analyzing their reporting and discussion regarding main domestic political events.</p><p><strong>Bahasa Abstrak:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penggambaran identitas orang Tionghoa-Indonesia di era pasca-Orde Baru. Di bawah rezim otoriter, ekspresi publik dengan identitas Tionghoa di semua bidang sosial, seperti budaya, bahasa dan politik, ditekan secara resmi oleh pemerintah seiring dengan kebijakan asimilasi. Seseorang bisa menjadi orang Tionghoa atau orang Indonesia, tetapi tidak keduanya. Sejak runtuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998, Indonesia telah memulai proses demokratisasi, dan identitas lama serta warisan budaya Tionghoa-Indonesia telah "dibebaskan". Sekarang ada kebutuhan mendesak untuk memeriksa kembali identitas orang Tionghoa. Satu saluran untuk mengekspresikan identitas etnis Tionghoa adalah melalui media etnis, seperti surat kabar berbahasa Mandarin - sebagaimana yang akan difokuskan oleh makalah ini. Berdasarkan konteks ini, makalah ini bertujuan untuk melihat apa identitas orang Tionghoa-Indonesia yang disajikan dalam surat kabar Indonesia berbahasa Mandarin di masa pasca-Orde Baru, dengan menganalisa pelaporan dan diskusi mereka mengenai peristiwa politik domestik yang utama.</p>
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.

Дисертації з теми "Tionghoa Indonesia"

1

Ng, Yufita, and 魏愛妮. "The Study Of Cultural Identity Of Indonesia's Tionghoa And Mandarin Education Under The Assimilation Policy - Jakarta Tionghoa College Student As An Examples." Thesis, 2012. http://ndltd.ncl.edu.tw/handle/60775715311087826791.

Повний текст джерела
Анотація:
碩士
文藻外語學院
華語文教學研究所
100
This paper examines and interpretes the Indonesia ethnic policy of assimilation and Tionghoa policy, bases on the conduction of questionnaire survey and interviews to analyse Jakarta college students how cultural identity influence their motivation on accepting mandarin education. After concluding the results and the analysis of the past and current status of the Indonesian mandarin education, this paper bring further discussion on the features and trends of development of the mandarin education in Indonesia. The implementation of the isolation policy ” Devide et empera”, is the separatis factors between the Indonesian Tionghoa and indigenous people.After independence , Indonesia country’s racial policies had changed after a military coup on September 30, 1965 . Due to Tionghoa national identity are more inclined to China at that time, and they were belief to be the followers of the leftlism political ideals, and thus Tionghoa became a victim of this military coup. Soeharto’s unitary concept implementation targeted policy of assimilation. During Soeharto era, Tionghoa traditional culture has been restricted and mandarin education were also prohibited. Base on Samuel P. Hungtington’s “Cultural Conflict” and Benedict Anderson “Imagined Community” theory, this paper intends to explore the tendency of modern Indonesian Tionghoa identity and therir acceptance of mandarin education. According to the survey, nowaday Indonesia Tionghoa have two-tier identity, they identify Indonesia as their own country, and at the same recognized Chinese culture. In the otherway, nowaday Indonesian Tionghoa’s attitude of learning Mandarin has been different from their elders. At Soekarno’s era, Indonesian Tionghoa were strongly motivated to study due to their recognition on Chinese Culture , while the main consideration of nowadays Tionghoa to learn mandarin is after a favorable factor of securing better jop oppotunity. After prohibited by Indonesia government for more than 30 years, the position of Mandarin has declined from mother tongue education into a foreign language education. Driven by the development of the international situation, the Indonesia indigenous people have began to accept and learn mandarin, bring a positive development to e mandarin education, and giving a chance on the establishment of localized mandarin education in Indonesia, which is more suitable to the national condition in Indonesia. Under these trends of development, we do expect mandarin will acts as an educational medium language in teaching subjects like the history of Indonesia, Indonesia Literature, and geography that fulfill the idea of the localization of mandarin in Indonesia.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
2

Lin, Dong-Yu, and 林東余. "Indonesian Tionghoa's Political Participation in Post-Soeharto Era: The Strive for Identity from Local Societies by Running for Elections of Local Chief Executives." Thesis, 2016. http://ndltd.ncl.edu.tw/handle/bz2c5y.

Повний текст джерела
Анотація:
碩士
國立臺灣師範大學
東亞學系
104
In 2014, Basuki Cahaya Purnama (popularly known as Ahok) was inaugurated as the first governor with Tionghoa ethnicity in the post-Soeharto era. His case not only marks the milestone of Tionghoa’s political participation in Indonesia, but also inspires more Tionghoa to engage in the local politics, with the aim of maintaining their social status and rights. Nevertheless, while Tionghoa enthusiastically participate in the local politics by means of establishing political parties, being upheld by mainstream parties for representative elections, or running for local elections, there are still some people in the public who do not recognize Tionghoa’s identity and their political participation. Therefore, with companion of recent advocacy to strive for self-identity, the Indonesian-Tionghoa can leap at the chance, through the approach of political participation in the democratic electoral system, to gain the preliminary identity from local society, and gradually achieve identity in other aspects. By analyzing the facts of Indonesian-Tionghoa’s political participation after the fall of Soeharto, this research firstly shows that running for elections of local chief executives has steadily become the trend for Tionghoa’s political participation. Moreover, with netnography as the method of data collecting for further analysis, the ideology of Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) has been rooted in the public’s mind since several significant cases, discriminating Basuki’s Tionghoa identity, are denounced by most people in their comments. Accordingly, more people in Indonesia can also accept Tionghoa, as national citizens, to engage in local politics. Therefore, it is shown in these case analyses that Tionghoa’s political participation is not only the way to sustain their development, but also the entry point to obtain identity from the local public. Although Tionghoa still need to be more active in political participation with facing internal and external hampers, they may be benefited from interaction brought by more Tionghoa’s political participation, which enhances both their self-identity bound and the identity from the society. To sum up, this exploratory research concludes that Indonesian-Tionghoa should seize the opportunity to strive for identity from the public by political participation, which gives Tionghoa a potential approach to stimulating their interaction with the local public and other dimensions of identity from the latter, so as to embody the values disclosed in the national ideology, Pancasila and Bhinneka Tunggal Ika.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.

Книги з теми "Tionghoa Indonesia"

1

Ibad, Muhamad Nurul. Bapak Tionghoa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit & distribusi, LKiS, 2012.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
2

PT, Intisari Mediatama, ed. Etnik Tionghoa di Indonesia. Kebon Jeruk, Jakarta: Intisari Mediatama, 2006.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
3

Xu, Younian. Kamus peribahasa Indonesia-Tionghoa. Jakarta: Restu Agung, 2005.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
4

Li-cheng, Huang. Kamus Indonesia-Inggris-Tionghoa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
5

Lu, Shunwang. Kamus peribahasa Tionghoa-Indonesia. [Bekasi]: Interact Corpindo, 2008.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
6

Suryadinata, Leo. Kebudayaan minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1988.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
7

Mahfud, Choirul. Manifesto politik Tionghoa di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
8

Salmon, Claudine. Sastra Indonesia awal: Kontribusi orang Tionghoa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
9

PT, Intisari Mediatama, and Komunitas Lintas Budaya Indonesia, eds. Peranakan Tionghoa Indonesia: Sebuah perjalanan budaya. [Kebon Jeruk, Jakarta: Intisari Mediatama dan Komunitas Lintas Budaya Indonesia, 2009.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
10

Tan, Mely G. Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan tulisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Знайти повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.

Частини книг з теми "Tionghoa Indonesia"

1

Ningsih, Caria, Dewi Turgarini, Tifany Maudy Fransiska, and Wildan Nurhidayat. "Moeslim-Friendly Tourism of Tionghoa Gastronomy in Bogor City, Indonesia." In 4th International Conference on Tourism, Gastronomy, and Tourist Destination (TGDIC 2023), 380–85. Dordrecht: Atlantis Press International BV, 2023. http://dx.doi.org/10.2991/978-94-6463-296-5_52.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
2

Dikjiratmi. "Skema Kerja Sama Bilateral Indonesia-Tiongkok di Bidang Keantariksaan Nasional." In Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, 164–80. Bogor: In Media, 2016. http://dx.doi.org/10.30536/9786026469120.9.

Повний текст джерела
Анотація:
Kerja sama keantariksaan merupakan salah satu faktor penting pembangunan kemampuan keantariksaan negara berkembang termasuk Indonesia. Kerja sama dapat dilakukan secara bilateral maupun multilateral. Indonesia pada tahun 2013 telah mendatangani persetujuan kerja sama di bidang keantariksaan dengan Pemerintah Tiongkok. Tiongkok telah meratifikasi perjanjian tersebut. Di sisi lain, Indonesia sampai saat ini belum meratifikasi perjanjian tersebut. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana skema kerja sama yang tepat bagi kerja sama bilateral Indonesia-Tiongkok di bidang keantariksaan keantariksaan dan bagaimana seharusnya langkah Pemerintah Indonesia (dhi LAPAN) terhadap kerja sama bilateral keantariksaan dengan Pemerintah Tiongkok? Penelitian ini bertujuan menganalisis skema kerja sama bilateral Indonesia-Tiongkok di bidang keantariksaan yang tepat dengan menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Broniatowski dkk (2008). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan kerangka kerja evaluasi Broniatowski. Setelah dilakukan analisis, dihasilkan kesimpulan bahwa skema yang tepat adalah skema parallel mission dan Pemerintah Indonesia (LAPAN) segera melakukan langkah tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan ketentuan perundangan nasional.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
3

Susilawati, Euis. "Pentingnya APSCO bagi Pembangunan Keantariksaan Indonesia." In Kajian Kebijakan dan Informasi Kedirgantaraan, 116–32. Bogor: Mitra Wacana Media, 2015. http://dx.doi.org/10.30536/9786023181360.7.

Повний текст джерела
Анотація:
APSCO merupakan organisasi kerja sama multilateral keantariksaan yang dibentuk oleh delapan negara di Asia Pasifik pada tahun 2005 di Beijing, Tiongkok. Indonesia merupakan salah satu negara penandatangan Konvensi APSCO, namun sampai sekarang belum menjadi anggota karena belum meratifikasi Konvensi tersebut. Apabila Indonesia menjadi anggota APSCO maka setiap tahunnya Indonesia harus membayar kontribusi pendanaan dan tentunya akan menambah beban anggaran pemerintah Indonesia. Untuk itu harus dibuktikan bahwa dengan kontribusi yang dibayarkan tersebut dapat memberikan manfaat bagi pembangunan keantariksaan untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Kajian ini bertujuan menganalis pentingnya APSCO bagi pembangunan keantariksaan yang dilihat tidak hanya menilai manfaat yang diperoleh dari sisi kontribusi pendanaan yang diberikan. Metoda yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif, dan dengan menggunakan perspektif politik, analisis menghasilkan bahwa secara politik dalam APSCO sangat penting bagi Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk promosi kemampuan Indonesia dalam aplikasi keantariksan kepada negara-negara anggota APSCO, dan memperoleh alih teknologi antariksa (peroketan) dari Tiongkok atau Iran melalui kegiatan atau program pengembangan teknologi antariksa, atau kegiatan pilihan lainnya yang disepakati bersama yang tidak terdapat dalam organisasi multilateral lainnya sejenis seperti APRSAF dan UNCSSTEAP.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.

Тези доповідей конференцій з теми "Tionghoa Indonesia"

1

Rustini, Rustini, and Lila Muliani. "Potential of Pindang Bandeng as The Betawi-Tionghoa Acculturation Food Iconic Product." In 1st International Conference on Science and Technology in Administration and Management Information, ICSTIAMI 2019, 17-18 July 2019, Jakarta, Indonesia. EAI, 2021. http://dx.doi.org/10.4108/eai.17-7-2019.2303410.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
2

Humaizi, Dr, Dr Ermansyah, and Rudi Salam Sinaga. "Concord Communications and Interactions between Ethnic Groups Supporting The Candidate; Case Study on Paguyuban Suku Tionghoa Indonesia dan Joko Tingkir In Election of Medan City, 2015." In 2nd International Conference on Social and Political Development (ICOSOP 2017). Paris, France: Atlantis Press, 2018. http://dx.doi.org/10.2991/icosop-17.2018.21.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
3

Diana, Shinta Rahma. "Biaya dan Manfaat Keanggotaan Indonesia pada Asia-Pacific Space Cooperation Organization (APSCO)." In Seminar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa I. Bogor: In Media, 2017. http://dx.doi.org/10.30536/p.sinaskpa.i.9.

Повний текст джерела
Анотація:
Asia-Pacific Space Cooperation Organization (APSCO) adalah organisasi kerjasama keantariksaan di luar sistem PBB untuk kawasan Asia-Pasifik yang diinisiasi oleh Republik Rakyat Tiongkok. Indonesia ikut menandatangani Konvensi APSCO pada tanggal 28 Oktober 2005, akan tetapi sampai saat ini Indonesia belum menjadi anggota penuh APSCO. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana posisi Indonesia dalam keanggotaannya pada APSCO, yang ditinjau dari aspek biaya dan manfaat. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan melakukan perhitungan manfaat dan biaya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa studi literature, yang didapat melalui dokumen – dokumen APSCO berupa annual report tahun 2016 (Income statement dan Expenditures), jurnal dan referensi-referensi lainnya. Hasil kajian biaya dan manfaat Indonesia pada APSCO menunjukkan bahwa manfaat lebih tinggi dibandingkan dengan biayanya. Manfaat tersebut benar-benar dapat terealisasikan apabila Indonesia dapat memanfaatkan dengan maksimal program-program ataupun kegiatan yang ditawarkan oleh APSCO dan menempatkan minimal satu orang untuk menduduki jabatan di dalam organisasi APSCO.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
4

Putranti, Ika Riswanti, and Ajie Mahar Muhammad. "Politik dan Kebijakan Luar Negeri Negara Non-MTCR (Iran, Pakistan, Korea Utara, Tiongkok) dalam Pengembangan Teknologi Roket." In Seminar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa III. Bogor: In Media, 2019. http://dx.doi.org/10.30536/p.sinaskpa.iii.4.

Повний текст джерела
Анотація:
Indonesia, sebagai negara yang sedang memulai pengembangan teknologi keantariksaan salah satunya roket, menghadapi beberapa kendala. Didasarkan pada beberapa kajian strategis terkait isu ini, kesulitan Indonesia adalah terkait dengan alih teknologi. Sebagai negara non-anggota Missile Technology Control Regime (MTCR), hambatan tersebut dapat diatasi melalui upaya kerja sama dengan negara-negara yang mempunyai posisi sama dengan Indonesia, yaitu non-anggota MTCR yang sudah mempunyai pengembangan teknologi keantariksaan khususnya roket. Dalam upaya menjalin kerja sama tersebut, Indonesia juga harus mempertimbangkan beberapa hal terkait calon negara mitra kerja sama. Hal tersebut penting karena kerja sama teknologi keantariksaan, terutama dalam teknologi roket yang mempunyai fungsi ganda, merupakan hal yang sangat sensitif bagi keamanan suatu negara. Beberapa hal yang dimaksud adalah orientasi kebijakan dan politik luar negeri calon negara mitra terkait dengan teknologi antariksa, rezim alih teknolgi yang dianut oleh calon negara mitra, pengembangan industri keantariksaan, posisi calon negara mitra terhadap rezim MTCR, hubungan calon negara mitra dengan negara-negara yang menguasai teknologi antariksa, dan bagaimana posisi calon negara mitra terhadap beberapa perjanjian yang terkait dengan penggunaan roket. Menimbang orientasi kebijakan dan politik luar negeri calon negara mitra merupakan hal yang penting guna menentukan arah kerja sama yang berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga dapat menghasilkan kerja sama yang saling menguntungkan.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
5

Defa, Mohammad Thareq. "Perpaduan Gaya Arsitektur Jawa Kuno, Tiongkok, dan Eropa pada Arsitektur Masjid Agung Banten." In Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia. Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, 2017. http://dx.doi.org/10.32315/sem.1.a051.

Повний текст джерела
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
6

Susanti, Dini, and Sri Rubiyanti. "Peluang Kerja Sama Indonesia dengan Negara Non Missile Technology Control Regime (MTCR) dalam Teknologi Peroketan." In Seminar Nasional Kebijakan Penerbangan dan Antariksa III. Bogor: In Media, 2019. http://dx.doi.org/10.30536/p.sinaskpa.iii.6.

Повний текст джерела
Анотація:
Saat ini, LAPAN sedang mengembangkan teknologi roket sipil (roket sonda) untuk dikembangkan menjadi Roket Pengorbit Satelit (RPS) yang mampu meluncurkan satelit ke orbit rendah (Low Earth Orbit-LEO), sebagaimana tercantum di dalam Lampiran Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016–2040. Akan tetapi pengembangan teknologi roket tidaklah mudah, diperlukan alih teknologi melalui kerja sama internasional. Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2), bahwa: (1) untuk penguasaan dan pengembangan teknologi roket, Lembaga wajib mengupayakan terjadinya alih teknologi; dan (2) Pemerintah wajib mengupayakan alih teknologi melalui kerja sama internasional. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis peluang kerjasama Bilateral dengan negara Non MTCR dalam hal ini Pakistan dan Tiongkok untuk memperoleh transfer teknologi di bidang peroketan. Metodologi yang digunakan adalah deskriptif analisis. Analisa dilakukan dengan memetakan Kemampuan Teknologi Peroketan, Kebijakan Politik Luar negeri, dan hubungan kerjasama kedua negara terebut dengan Indonesia. Hasil kajian adalah adanya peluang kerjasama dengan negara non MTCR dalam hal ini adalah dengan Tiongkok.
Стилі APA, Harvard, Vancouver, ISO та ін.
Ми пропонуємо знижки на всі преміум-плани для авторів, чиї праці увійшли до тематичних добірок літератури. Зв'яжіться з нами, щоб отримати унікальний промокод!

До бібліографії