Artigos de revistas sobre o tema "Sensomic"

Siga este link para ver outros tipos de publicações sobre o tema: Sensomic.

Crie uma referência precisa em APA, MLA, Chicago, Harvard, e outros estilos

Selecione um tipo de fonte:

Veja os 50 melhores artigos de revistas para estudos sobre o assunto "Sensomic".

Ao lado de cada fonte na lista de referências, há um botão "Adicionar à bibliografia". Clique e geraremos automaticamente a citação bibliográfica do trabalho escolhido no estilo de citação de que você precisa: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

Você também pode baixar o texto completo da publicação científica em formato .pdf e ler o resumo do trabalho online se estiver presente nos metadados.

Veja os artigos de revistas das mais diversas áreas científicas e compile uma bibliografia correta.

1

Vrzal, Tomáš, Martin Slabý, Petra Kubizniaková, Tomáš Horák e Jana Olšovská. "Sensomic comparison of lager beers fermented by selected Saccharomyces pastorianus yeast strains". Food Microbiology 115 (outubro de 2023): 104321. http://dx.doi.org/10.1016/j.fm.2023.104321.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
2

Rumondor, D. B. J., e R. M. Tinangon. "Karakteristik fisikokimia dan evaluasi sensori burger daging sapi menambahkan bubuk cengkih (Syzgium aromaticum)". ZOOTEC 41, n.º 2 (13 de novembro de 2021): 506. http://dx.doi.org/10.35792/zot.41.2.2021.36882.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan bubuk cengkeh (Syzgium aromaticum) pada burger daging sapi terhadap karakteristik fisikokimia dan evaluasi sensorik burger daging sapi.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulanga.Perlakuannya adalah: R0 = burger sapi saja (kontrol), R1= 0,50% bubuk cengkeh (CP), R2= 0,75% CP, dan R3=1% CP untuk burger sapi. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan burger adalah bawang merah, bawang putih, bawang merah, pala, gula pasir, garam, tepung tapioka, susu bubuk skim, mentega, kuning telur, dan bubuk cengkeh. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik fisikokimia (pH, daya ikat air, dan susut masak) dan penilaian sensoris (rasa, warna, aroma, rasa) burger daging sapi. Analisis sensori dilakukan oleh 20 orang panelis tidak terlatih dari Fakultas Peternakan. Analisis varian satu arah (ANOVA) dan uji jarak berganda Duncan dilakukan untuk menganalisis pengaruh perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan serbuk cengkeh tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap nilai pH, kadar air, daya ikat air, dan susut masak. Selain itu, penambahan bubuk cengkeh meningkatkan rasa burger, tetapi mengurangi warna burger. Dapat disimpulkan bahwa penambahan bubuk cengkeh 1% memberikan perlakuan terbaik pada penilaian karakteristik fisikokimia dan sensoris terhadap kualitas burger.Kata kunci: Bubuk cengkeh , burger daging sapi, karakteristik fisikokimia, evaluasi sensori
3

Vrzal, Tomáš, Karolína Drábková, Karel Štěrba e Jana Olšovská. "Pilot sensomic study revealing the potential of amino acids to highly influence sensory properties of a lager beer". Journal of Food Composition and Analysis 102 (setembro de 2021): 104028. http://dx.doi.org/10.1016/j.jfca.2021.104028.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
4

Abels, Erik R., Lisa Nieland, Suzanne Hickman, Marike L. D. Broekman, Joseph El Khoury e Sybren L. N. Maas. "Comparative Analysis Identifies Similarities between the Human and Murine Microglial Sensomes". International Journal of Molecular Sciences 22, n.º 3 (2 de fevereiro de 2021): 1495. http://dx.doi.org/10.3390/ijms22031495.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
One of the essential functions of microglia is to continuously sense changes in their environment and adapt to those changes. For this purpose, they use a set of genes termed the sensome. This sensome is comprised of the most abundantly expressed receptors on the surface of microglia. In this study, we updated previously identified mouse microglial sensome by incorporating an additional published RNAseq dataset into the data-analysis pipeline. We also identified members of the human microglial sensome using two independent human microglia RNAseq data sources. Using both the mouse and human microglia sensomes, we identified a key set of genes conserved between the mouse and human microglial sensomes as well as some differences between the species. We found a key set of 57 genes to be conserved in both mouse and human microglial sensomes. We define these genes as the “microglia core sensome”. We then analyzed expression of genes in this core sensome in five different datasets from two neurodegenerative disease models at various stages of the diseases and found that, overall, changes in the level of expression of microglial sensome genes are specific to the disease or condition studied. Our results highlight the relevance of data generated in mice for understanding the biology of human microglia, but also stress the importance of species-specific gene sets for the investigation of diseases involving microglia. Defining this microglial specific core sensome may help identify pathological changes in microglia in humans and mouse models of human disease.
5

Pranowo, Suko, Ida Ariani e Dwi Setiyawati. "Assesment Neuropatic Sensoric (ANES) Model untuk Mencegah Ulkus Diabetik Penderita DM Type II di Desa Menganti Kecamatan Kesugihan Cilacap". Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad (JPMA) 2, n.º 1 (16 de maio de 2020): 9–19. http://dx.doi.org/10.36760/jpma.v2i1.79.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Sebanyak 1785 penderita DM di Indonesia yang mengalami komplikasi 63,5% mengalami neuropati dan dari penderita DM sekitar 15% mengalami uklus kaki. Gangguan kaki pada penderita DM akibat adanya ulkus, gangren, infeksi bahkan amputasi dapat menyebabkan perubahan aktivitas, kesakitan, mempengaruhi lamanya seseorang di rawat inap, dan biaya yang dikeluarkan lebih besar. Pencegahan terjadinya ulkus pada penderita DM sangat penting dilakukan yaitu dengan pengkajian kaki melalui anamnese dan pemeriksaan. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di Desa Menganti, dimana kader dan penderita DM belum mengetahui tentang cara melakukan pencegahan dan pemeriksaan ulkus kaki. Tim memberikan pemahaman kepada penderita DM tentang Assessment Neuropaty Sensoric (ANES) atau pengkajian neuropati sensorik sebagai upaya deteksi dini mencegah terjadinya ulkus diabetik. Diharapkan penderita DM Type II dapat memahami dan melakukan praktik pemeriksaan neuropati sensorik sehingga terhindar dari kejadian ulkus diabetik. Metode kegiatan dilakukan bertahap; 1) Meningkatkan pengetahuan tentang ulkus kaki. 2) Meningkatkan keterampilan penderita DM, 3) Simulasi praktek, dan 4) Evaluasi hasil praktik. Hasil kegiatan ini adalah terjadi peningkatan pengetahuan yang signifikan yaitu kategori baik sebelum intervensi pendidikan kesehatan sebanyak 4 orang (14,81%) dan kategori baik setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan sebanyak 22 orang (81,48%). Terdapat kenaikan jumlah responden yang memiliki kategori baik setelah diberikan pendidikan kesehatan yaitu 24 orang (88,89%), terdapat peningkatan rata-rata nilai keterampilan dari 0 menjadi 87,41. Diharapkan bagi penderita agar melakukan pemeriksaan dini antar penderita dalam upaya pencegahan terjadinya ulkus diabetik. Keywords: Pengkajian Sensori Neuropati, ulkus kaki.
6

Fadli, Muhammad, Wahyuni Wahyuni e Farid Rahman. "Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Diabetic Peripheral Neuropaty dengan Metode Sensorimotor Exercise". Ahmar Metastasis Health Journal 1, n.º 3 (31 de dezembro de 2021): 92–100. http://dx.doi.org/10.53770/amhj.v1i3.53.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
ABSTRACK Introduction:Diabetic peripheral neuropathy causes sensory disturbances such as the reduced sensation of vibration, pressure, pain, and joint position, this will result in reduced ability to balance and coordinate a person's gait. Sensory-motor exercise is used to correct muscle imbalances through sensory input. This study aims to determine the effect of exercise therapy on sensory improvement, balance, and functional ability using the sensory-motor exercise method in patients with diabetic peripheral neuropathy. The research method used in this study is an experiment with the case report method, and the sample is taken using an incidental technique. Results: After being given exercise therapy using the sensory-motor exercise method, the results were an increase in sensory input sensitivity, an increase in static balance, an increase in dynamic balance, and an increase in the patient's functional ability in the form of a better walking pattern. Conclusion: exercise therapy using the sensory-motor exercise method effectively improves balance and improves walking patterns in patients with diabetic peripheral neuropathy. Suggestion: exercise to increase the movement ability of sensory and functional functions can be combined with sensory training in patients with diabetic peripheral neuropathy. ABSTRAK Pendahuluan: Diabetic peripheral neuropati mengakibatkan gangguan sensorik seperti berkurangnya sensasi getaran, tekanan, nyeri dan posisi sendi, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan keseimbangan dan koordinasi gaya berjalan seseorang, sensory motor exercise merupakan metode latihan yang digunakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan otot melalui input sensorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi latihan terhadap perbaikan sensoris, keseimbangan dan kemampuan fungsional dengan menggunakan metode sensori motor exercise pada pasien dengan diabetic peripheral neuropaty. Metode penelitian yang digunakan pada studi ini merupakan eksperimen dengan metode case report, dan sampel di ambil dengan teknik insindental. Hasil: setelah diberikan terapi latihan dengan metode sensory motor exercise didapatkan hasil berupa peningkatan sensitifitas input sensorik, peningkatan keseimbangan statis dan peningkatan keseimbangan dinamis serta peningkatan dari kemampuan fungsional pasien berupa pola berjalan yang lebih baik. Kesimpulan: terapi latihan dengan metode sensory motor exercise efektif untuk meningkatkan keseimbangan dan memperbaiki pola berjalan pada pasien dengan diabetic peripheral neuropaty. Saran: latihan peningkatan kemampuan gerak fungsi sensoris dan fungsional dapat dikombinasikan dengan latihan sensomotori pada penderita diabetic peripheral neuropaty.
7

Szudera-Kończal, Kamila, Kamila Myszka, Piotr Kubiak e Małgorzata Anna Majcher. "Analysis of the Ability to Produce Pleasant Aromas on Sour Whey and Buttermilk By-Products by Mold Galactomyces geotrichum: Identification of Key Odorants". Molecules 26, n.º 20 (15 de outubro de 2021): 6239. http://dx.doi.org/10.3390/molecules26206239.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Currently, there is a growing demand for flavorings, especially of natural origin. It is worth paying attention to the biotechnological processes of flavor production, characterized by simplicity, high efficiency and relatively low cost. In this study, we analyzed the ability of the Galac tomyces geotrichum mold to transform by-products of the dairy industry: sour whey and buttermilk to complex flavour mixtures with pleasant, honey-rose aroma. Furthermore, the aroma complexity of the fermentation product has been carefully identified applying a sensomic approach involving the use of gas chromatography-olfactometry (GC-O), gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) and stable isotope dilution assay (SIDA) to identify and quantify aroma compounds. Based on the calculation of odor activity value (OAV), 13 key aroma compounds were present in both tested variants. The highest OAVs were found for phenylacetaldehyde (honey-like) in the buttermilk variant (912) and 2-phenylethanol (rose-like) in the sour whey variant (524). High values of this indicator were also recorded for phenylacetaldehyde (319) and 3-methyl-1-butanol with a fruity aroma (149) in the sour whey culture. The other compounds identified are 3-methylbutanal (malty), 2,3-butanedione (cheesy), isovaleric acid (cheesy), 3-(methylthio)-propanal (boiled potato), butanoic acid (vinegar), (E)-2-nonenal (fatty), ethyl furaneol (burnt sugar), dimethyl trisulfide (cabbage), and acetic acid (vinegar).
8

Szudera-Kończal, Kamila, Kamila Myszka, Piotr Kubiak, Natalia Drabińska e Małgorzata Anna Majcher. "The Combined Effect of Lactic Acid Bacteria and Galactomyces geotrichum Fermentation on the Aroma Composition of Sour Whey". Molecules 28, n.º 11 (24 de maio de 2023): 4308. http://dx.doi.org/10.3390/molecules28114308.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
The increase in demand for food flavorings due to the shortening and simplification of food production technology also entails an increase in the demand for new technologies for their production. The biotechnological production of aromas is a solution characterized by a high efficiency, an independence from environmental factors and a relatively low cost. In this study, the influence of the implementation of lactic acid bacteria pre-fermentation into the production of aroma compounds by Galactomyces geotrichum on a sour whey medium on the intensity of the obtained aroma composition was analyzed. The monitoring of the culture in terms of biomass buildup, the concentration of selected compounds, and the pH resulted in the confirmation of interactions between the analyzed microorganisms. The post-fermentation product underwent a comprehensive sensomic analysis for the identification and quantification of the aroma-active compounds. The use of gas chromatography−olfactometry (GC−O) analysis and the calculation of odor activity values (OAVs) allowed 12 key odorants to be identified in the post-fermentation product. The highest OAV was found for phenylacetaldehyde with a honey odor (1815). The following compounds with the highest OAVs were 2,3-butanedione with a buttery aroma (233), phenylacetic acid with a honey aroma (197), 2,3-butanediol with a buttery aroma (103), 2-phenylethanol with a rosy aroma (39), ethyl octanoate with a fruity aroma (15), and ethyl hexanoate with a fruity aroma (14).
9

Mr, Ramadan, Andi Besse Patadjai e La Ode Huli. "STUDI KUALITAS SENSORIK DAN KANDUNGAN PROKSIMAT STIK IKAN KEMBUNG (Rastrelliger SP) DENGAN PREPARASI BAHAN BAKU YANG BERBEDA". Jurnal Fish Protech 5, n.º 2 (1 de novembro de 2022): 113. http://dx.doi.org/10.33772/jfp.v5i2.27772.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas sensoris dan mengetahui kandungan proksimat stik ikan kembung (Rastelliger SP) dengan penyiapan bahan baku yang berbeda. Atribut sensori yang dianalisi adalah warna, aroma, bau, rasa dan kerenyahan sedangkan kadar proksimatnya adalah air, abu, lemak dan protein. Terdapat tiga cara pengolahan ikan yang berbeda pada pembuatan stik stik yaitu dikukus, diasap dan segar yang ditambahkan selama proses pembuatan stik. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan diatur dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dari kandungan proksimat dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Varians (ANOVA) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan dan dan apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Sedangkan kualitas sensorik dianalisis secara non parametrik (kruskal-Wallis) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan dan selanjutnya menggunakan Man-Whitney U-Test 95% (α = 0,05) jika terdapat perbedaan nyata. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada bau, rasa dan kerenyahan kecuali warna dan aroma. Kandungan proksimat stik ikan dari bahan baku yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada lemak dan protein kecuali air dan abu.
10

Wiryulisda, Deny, e Julita Julita. "Profil Eksotropia Sensoris dan Outcomes dari Penatalaksanaan Surgikal di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018-2020". Jurnal Health Sains 2, n.º 10 (25 de outubro de 2021): 1274–80. http://dx.doi.org/10.46799/jhs.v2i10.297.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Dari etiologi, kelainan retina adalah penyebab paling besar dari eksotropia dengan 4 kasus (33,33%). Pasien manajemen dengan bedah dan wth monocular reses-resect operasi hang back. Dari 6 bulan tindak lanjut, pasien tersebut hasil kosmetik yang memuaskan dengan orthotropia 85,71%. Sensoris eksotropia pasien berusia 21-30 tahun Penyebab paling umum dari strabismu sensorik adalah kelainan retina, dan hasil jangka panjang operasi untuk eksotropia sensorik memuaskan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui profil eksotropia sensoris dan outcomes dari penatalaksanaan surgikal di rsup dr. m. djamil padang tahun 2018-2020. Hasil perawatan bedah dievaluasi dengan memeriksa tes hirsberg dan tes prisma krimsky. Sebanyak 12 pasien termasuk, di antaranya 6 kasus (50%) adalah pria dan wanita 6 kasus (50%), dan pasien berusia 21-30 tahun sekitar 33,33%. Dievaluasi untuk ketajaman Visual, Melalui evaluasi segmen anterior menggunakan lampu celah, dan pemeriksaan fundus dilakukan, dan menemukan penyimpangan mata dengan melakukan tes hisberg dan prisma krimsky dekat dan tes jarak. Hasil perawatan bedah dievaluasi dengan memeriksa tes hirsberg dan tes prisma krimsky. Sebanyak 12 pasien termasuk, di antaranya 6 kasus (50%) adalah pria dan wanita 6 kasus (50%), dan pasien berusia 21-30 tahun sekitar 33,33%. Dari etiologi, kelainan retina adalah penyebab paling besar dari eksotropia dengan 4 kasus (33,33%). Pasien manajemen dengan bedah dan wth monocular reses-resect operasi hang back. Dari 6 bulan tindak lanjut, pasien tersebut hasil kosmetik yang memuaskan dengan orthotropia 85,71%. Sensoris eksotropia pasien berusia 21-30 tahun Penyebab paling umum dari strabismu sensorik adalah kelainan retina, dan hasil jangka panjang operasi untuk eksotropia sensorik memuaskan
11

Dina, Dina, Asnani Asnani e Sri Rejeki. "KOMPOSISI KIMIA DAN NILAI SENSORIK STIK IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG BUAH MANGROVE (Bruguiera gymnorrhiza)". Jurnal Fish Protech 3, n.º 1 (29 de março de 2020): 17. http://dx.doi.org/10.33772/jfp.v3i1.11600.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Chemical Composition and Sensoric Value of Tuna Fish Sticks (Thunnus sp.) with Addition of Mangrove Flour (Bruguiera gymnorrhiza)ABSTRACT This study aims to determine the effect of the addition of mangrove flour to sensory properties and water content and protein content of tuna sticks. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with a combination of the use of fish meat and mangrove flour (from total stick ingredients) in a row: 50: 0% (I50M0), 45: 5% (I45M5), 40:10% (I40M10), and 35:15% (I35M15). The results showed the addition of mangrove flour with different concentrations significantly affected the sensory properties of color, aroma, texture, appearance and water content and protein content of tuna sticks but did not significantly affect the taste sensory attributes. The sensory attributes of color, aroma, texture, appearance, water content and protein content obtained the highest average values were 7.08, 6.07, 7.03, 6.6, 9.52 respectively and 14.58 while the sensory attributes of taste obtained the highest average values around 6.71. The combination of the use of fish meat and mangrove flour on the color and aroma sensory attributes of the I35M15 treatment is preferred while the sensory attributes of the texture, taste, and appearance of I40M10 are preferred. Keywords: Bruguiera gymnorrhiza, mangroves, sensoric, Thunnus sp., tuna sticks.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung mangrove terhadap sifat sensorik dan komposisi kimia stik ikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kombinasi penggunaan daging ikan dan tepung mangrove (dari total bahan stik) berturut-turut:50:0 % (I50M0), 45:5 % (I45M5), 40:10 % (I40M10), dan 35:15 % (I35M15). Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung mangrove dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap sifat sensorik warna, aroma, tekstur, kenampakan dan kadar air serta kadar protein stik tuna namun tidak berpengaruh nyata pada atribut sensorik rasa. Nilai rerata tertinggi pada atribut sensorik warna, aroma, tekstur, kenampakan, kadar air dan kadar protein berturut-turut yaitu 7.08, 6.07, 7.03, 6.6, 9.52 dan 14.58 sedangkan pada atribut sensorik rasa diperoleh nilai rerata tertinggi sekitar 6,71. Kombinasi penggunaan daging ikan dan tepung mangrove pada atribut sensorik warna dan aroma perlakuan I35M15 lebih disukai sedangkan pada atribut sensorik tekstur, rasa dan kenampakan I40M10 lebih disukai dibandingkan pada perlakuan I35M15.Kata kunci: Bruguiera gymnorrhiz, mangrove, sensorik, stik tuna, Thunnus sp.
12

Dina, Dina, Asnani Asnani e Sri Rejeki. "KOMPOSISI KIMIA DAN NILAI SENSORIK STIK IKAN TUNA (Thunnus sp.) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG BUAH MANGROVE (Bruguiera gymnorrhiza)". Jurnal Fish Protech 3, n.º 1 (29 de março de 2020): 17. http://dx.doi.org/10.33772/jfp.v3i1.11600.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Chemical Composition and Sensoric Value of Tuna Fish Sticks (Thunnus sp.) with Addition of Mangrove Flour (Bruguiera gymnorrhiza)ABSTRACT This study aims to determine the effect of the addition of mangrove flour to sensory properties and water content and protein content of tuna sticks. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with a combination of the use of fish meat and mangrove flour (from total stick ingredients) in a row: 50: 0% (I50M0), 45: 5% (I45M5), 40:10% (I40M10), and 35:15% (I35M15). The results showed the addition of mangrove flour with different concentrations significantly affected the sensory properties of color, aroma, texture, appearance and water content and protein content of tuna sticks but did not significantly affect the taste sensory attributes. The sensory attributes of color, aroma, texture, appearance, water content and protein content obtained the highest average values were 7.08, 6.07, 7.03, 6.6, 9.52 respectively and 14.58 while the sensory attributes of taste obtained the highest average values around 6.71. The combination of the use of fish meat and mangrove flour on the color and aroma sensory attributes of the I35M15 treatment is preferred while the sensory attributes of the texture, taste, and appearance of I40M10 are preferred. Keywords: Bruguiera gymnorrhiza, mangroves, sensoric, Thunnus sp., tuna sticks.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung mangrove terhadap sifat sensorik dan komposisi kimia stik ikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kombinasi penggunaan daging ikan dan tepung mangrove (dari total bahan stik) berturut-turut:50:0 % (I50M0), 45:5 % (I45M5), 40:10 % (I40M10), dan 35:15 % (I35M15). Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung mangrove dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap sifat sensorik warna, aroma, tekstur, kenampakan dan kadar air serta kadar protein stik tuna namun tidak berpengaruh nyata pada atribut sensorik rasa. Nilai rerata tertinggi pada atribut sensorik warna, aroma, tekstur, kenampakan, kadar air dan kadar protein berturut-turut yaitu 7.08, 6.07, 7.03, 6.6, 9.52 dan 14.58 sedangkan pada atribut sensorik rasa diperoleh nilai rerata tertinggi sekitar 6,71. Kombinasi penggunaan daging ikan dan tepung mangrove pada atribut sensorik warna dan aroma perlakuan I35M15 lebih disukai sedangkan pada atribut sensorik tekstur, rasa dan kenampakan I40M10 lebih disukai dibandingkan pada perlakuan I35M15.Kata kunci: Bruguiera gymnorrhiz, mangrove, sensorik, stik tuna, Thunnus sp.
13

Magagna, Federico, Chiara Cordero, Cecilia Cagliero, Erica Liberto, Patrizia Rubiolo, Barbara Sgorbini e Carlo Bicchi. "Black tea volatiles fingerprinting by comprehensive two-dimensional gas chromatography – Mass spectrometry combined with high concentration capacity sample preparation techniques: Toward a fully automated sensomic assessment". Food Chemistry 225 (junho de 2017): 276–87. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodchem.2017.01.003.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
14

Nova Zulfahmi, A., Martanto Martanto, Irfan Cholid e Ningrum Dwi Hastuti. "Pengaruh Perbedaan Bahan Pengemas Terhadap Mutu Sensoris Amplang Selama Penyimpanan". Jurnal Teknologi Pangan dan Industri Perkebunan (LIPIDA) 1, n.º 2 (1 de outubro de 2021): 93–99. http://dx.doi.org/10.58466/lipida.v1i2.1430.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Penurunan daya beli masyarakat menyebabkan banyak kerupuk amplang tidak laku. Kerupuk amplang yang tidak laku banyak mengalami kerusakan fisik maupun sensoris. Kerusakan sifik meliputi tekstur tidak lagi renyah. Kerusakan sensoris diantaranya yaitu aroma aroma dan rasa cenderung tengik keanampakan cenderung coklat. Diperlukan kemasan untuk memperpanjang daya simpan kerupuk amplang. Bahan pengemas yang dipakai dalam penelitian ini adalah PP, PET dan aluminium foil. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan bahan pengemas terhadap kualitas sensori kerupuk amplang selama penyimpanan. Hasil penelitian ini adalah pada uji sensoris parameter aroma mendapatkan nilai paling tinggi dengan bahan pengemas aluminium foil yaitu 6,5 yang berarti suka. Parameter rasa aluminium kembali mendapatkan nilai paling besar yaitu 6,5 yang berarti suka. Sedangkan pada parameter tekstur dan warna aluminium masing-masing mendapatkan nilai paling bagus yaitu 6,8 dan 7,5. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah kemasan aluminium foil merupakan kemasan yang paling bagus menjada mutu sensoris kerupuk amplang selama penyimpanan 40 hari.
15

Endang, Wa, Andi Besse Patadjai e Kobajashi Togo Isamu. "STUDI PERBEDAAN PERSIAPAN BAHAN BAKU SURIMI TERHADAP KUALITAS SENSORIK DAN KIMIA SOSIS IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)". Jurnal Fish Protech 1, n.º 2 (19 de novembro de 2018): 124. http://dx.doi.org/10.33772/jfp.v1i2.4897.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh persiapan bahan baku surimi yang berbeda pada kualitas sensoris dan kimia sosis ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Pada penelitian ini terdapat tiga metode persiapan bahan baku yang digunakan sebagai bahan baku sosis ikan yaitu 100% surimi sebagai perlakuan S1; 50% surimi : 50% daging ikan cincang sebagai perlakuan S2; dan 100% daging ikan cincang sebagai perlakuan S3. Kualitas bahan baku ditentukan dengan uji lipat dan uji gigit, sedangkan untuk sosis ikan dilakukan analisis sensorik dan analisis proksimat. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa perlakuan 100% surimi (S1) diperoleh hasil uji sensorik aroma 5,4, odor 6,7, warna 5,25, berongga 4,9, shiness 5,4, kekenyalan 5,5, hardness 2,4, Juiceness 5,6, umami 6. Hasil analisis kimia dari perlakuan (S3) berdasarkan berat kering diperoleh hasil kadar air, abu, lemak, protein berturut-turut yakni 58,96, 6,22%, 19,12%, 48,6%.Kata Kunci : Bahan baku, Surimi, Sensorik, Sosis
16

Endang, Wa, Andi Besse Patadjai e Kobajashi Togo Isamu. "STUDI PERBEDAAN PERSIAPAN BAHAN BAKU SURIMI TERHADAP KUALITAS SENSORIK DAN KIMIA SOSIS IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)". Jurnal Fish Protech 1, n.º 2 (19 de novembro de 2018): 124. http://dx.doi.org/10.33772/jfp.v1i2.4897.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh persiapan bahan baku surimi yang berbeda pada kualitas sensoris dan kimia sosis ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Pada penelitian ini terdapat tiga metode persiapan bahan baku yang digunakan sebagai bahan baku sosis ikan yaitu 100% surimi sebagai perlakuan S1; 50% surimi : 50% daging ikan cincang sebagai perlakuan S2; dan 100% daging ikan cincang sebagai perlakuan S3. Kualitas bahan baku ditentukan dengan uji lipat dan uji gigit, sedangkan untuk sosis ikan dilakukan analisis sensorik dan analisis proksimat. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa perlakuan 100% surimi (S1) diperoleh hasil uji sensorik aroma 5,4, odor 6,7, warna 5,25, berongga 4,9, shiness 5,4, kekenyalan 5,5, hardness 2,4, Juiceness 5,6, umami 6. Hasil analisis kimia dari perlakuan (S3) berdasarkan berat kering diperoleh hasil kadar air, abu, lemak, protein berturut-turut yakni 58,96, 6,22%, 19,12%, 48,6%.Kata Kunci : Bahan baku, Surimi, Sensorik, Sosis
17

Ongge, Desener, Herlandri Eka Jayaputri e Supmerlina Yuli Rumbewas. "Pengolahan Kerupuk Ikan Tuna (Thunnus Sp.) di Kampung Binyeri Distrik Yendidori Kabupaten Biak Numfor". Jurnal Perikanan Kamasan : Smart, Fast, & Professional Services 1, n.º 2 (10 de março de 2021): 64–72. http://dx.doi.org/10.58950/jpk.v1i2.32.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengolahan kerupuk ikan tuna dan pengujian sensori serta kadar air produk kerupuk ikan tuna agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah kerupuk ikan tuna serta memberi informasi mutu produk demi pengembangan produk. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2021. Metode yang digunakan adalah eksperimen (percobaan), sedangkan data penunjang yang digunakan berupa data serta informasi terkait proses dan hasil pengolahan kerupuk ikan tuna, kemudian dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada SNI 8272:2016. Teknik pengolahan kerupuk ikan tuna dilakukan secara tradisional melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan bahan baku, penyiangan, pencucian, pengambilan daging ikan tuna, pencampuran, penyimpanan, pengirisan, pengirisan, pengeringan, penggorengan, dan pengemasan. Pengujian sensori dengan uji skor menghasilkan nilai sensori 9,0 untuk seluruh parameter sensori. Secara sensoris, seluruh parameter sensori produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan mutu dan keamanan produk berdasarkan SNI 8272:2016 (minimal 7,0). Pada tingkat kesukaan, seluruh parameter sensori amat sangat disukai berdasarkan SNI 2346:2015. Pengujian kadar air dengan uji gravimetri menghasilkan nilai kadar air 9,75%. Secara kimiawi, kadar air produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan mutu dan keamanan produk berdasarkan SNI 8272:2016 (maksimal 12%).
18

Permata, Deivy Andhika, Ismed e Hardini Putri. "Pembuatan Kaldu Sapi Instan dengan Pemanfaatan Oxtail dan Brokoli (Brassica oleraceae, L.)". Agroteknika 2, n.º 1 (30 de junho de 2019): 20–30. http://dx.doi.org/10.32530/agtk.v2i1.28.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan oxtail dan ekstrak brokoli (Brassica oleracea, L.) terhadap karakteristik kaldu instan yang dihasilkan dan mendapatkan produk terbaik berdasarkan analisis sensori. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan (perbandingan oxtail dan ekstrak brokoli A (100%: 0%), B (90%: 10%), C (80%: 20%), D (70% : 30%) dan E (60%: 40%)) dengan 3 ulangan. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan Duncan New Multiple Range Test pada α 5%. Pengamatan pada produk yang dihasilkan adalah analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar nitrogen amino, kadar lemak, kadar asam lemak bebas, aktivitas antioksidan, total karoten, natrium klorida, dan analisis sensori. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, perbedaan oxtail dan ekstrak brokoli berpengaruh signifikan terhadap kadar air, abu, protein, nitrogen amino, lemak, asam lemak bebas, aktivitas antioksidan, total karoten, dan analisis sensorik. Produk terbaik dalam menghasilkan stok daging sapi instan terdapat pada produk dengan perbandingan oxtail 80% dan ekstrak brokoli 20% dengan karakteristik kadar air 9,59%, abu 11,56%, protein 3,84%, nitrogen amino 0,027%, lemak 0,52%, asam lemak bebas 0,92%, aktivitas antioksidan 60,88%, total karoten 0,85 mg / 100g, analisis sensorik terhadap warna (4,00), aroma (4,15), penampilan (3,65), dan rasa (4,00).
19

Santosa, Arif Prashadi, Bambang Nugroho e Apriliyanti Ningtyas. "PENINGKATAN NILAI GIZI DAN DAYA TERIMA SENSORIS PADA TEMPE BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L) DENGAN PENAMBAHAN BIJI WIJEN". Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto 21, n.º 1 (10 de julho de 2019): 74. http://dx.doi.org/10.30595/agritech.v21i1.4727.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan biji wijen kandungan gizi yang diuji proksimat dan daya terima sensori tempe biji kecipir. Rancangan penelitan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial dengan tiga taraf yaitu: W1: 5% dari 100 gram berat biji kecipir, W2: 10% dari 100 gram berat biji kecipir, W3: 15% dari 100 gram berat biji kecipir. Hasil penelitian menunjukan penambahan biji wijen (W) berpengaruh nyata terhadap analisis proksimat pada variabel (kadar abu, lemak, serat kasar dan HCN) dan terhadap analisis sensoris pada variabel (tekstur dan aroma). Perlakuan terbaik pada analisis proksimat dan sensoris adalah perlakuan penambahan biji wijen 15% dengan kadar protein 30.53 %, HCN 0.02 mg/100g, kadar air 20.06 %, kadar abu 2.64%, lemak 11. 80%, serat kasar 6.49 % dan karbohidrat by difference 35.30%; dengan nilai kesukaan padawarna 2.69 (agak kusam), tekstur 2.67 (agak keras), bau 2.31 (bau “langu”), rasa 2.86 (hambar), kenampakan 3.26 (agak kompak) dan kesukaan 2.34 (agak suka). Tempe Biji Kecipir, Biji Wijen, Proksimat, Sensoris.
20

Julianti, Maulida, Anton Rahmadi e Maulida Rachmawati. "Evaluasi sensoris keripik singkong Gajah (Manihot utilissima var. Gajah) dengan penambahan bubuk daun salam (Syzygium polyanthum)". Journal of Tropical AgriFood 5, n.º 1 (25 de julho de 2023): 61. http://dx.doi.org/10.35941/jtaf.5.1.2023.9539.61-65.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Pengolahan keripik singkong dengan penambahan bubuk daun salam menjadi sebuah inovasi yang dapat meningkatkan nilai fungsional melalui pemanfaatan sumber daya alam lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan bubuk daun salam pada keripik singkong Gajah terhadap sifat sensori. Penelitian ini merupakan penelitian faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Penambahan bubuk daun salam yang digunakan adalah 0, 1, 2, dan 3 g per 100 g keripik singkong. Parameter yang diamati adalah sifat sensoris hedonik dan mutu hedonik untuk atribut warna, aroma, rasa dan tekstur. Data yang dianalisis menggunakan uji Friedman dilanjutkan dengan uji Dunn’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bubuk daun salam sampai dengan 3% (b/b) pada keripik singkong Gajah berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap respons sensoris hedonik untuk warna dan aroma, serta berpengaruh nyata terhadap respons sensoris mutu hedonik untuk warna, aroma, rasa. Walaupun demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa respons sensoris hedonik keripik singkong Gajah berada pada kisaran yang sama, yaitu suka. Hal ini memberikan rekomendasi bahwa penambahan bubuk dalam salam sampai dengan 3% dapat dipertimbangkan sebagai cara olahan pangan fungsional untuk produk keripik singkong Gajah.
21

Komariah, Fitri. "Program Terapi Sensori Integrasi bagi Anak Tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub". INKLUSI 5, n.º 1 (30 de junho de 2018): 45. http://dx.doi.org/10.14421/ijds.050103.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Children with intellectual disability have limitations in some aspects of personal developments. Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh helped the children improve their motoric and sensory skills through the use of integrative sensory therapy. This paper aims to answer how successful the program run by Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh, Tangerang city, its inhibiting and supportive factors. This is qualitative research using an evaluation study with CIPP (Context Input Process Product) evaluation model. The study found that integrative sensory therapy in Yayasan Miftahul Qulub has helped the children develop their independence on personal aspects, social cognitive, language skills, motor and sensory. In addition to the efforts of the school, the success of its therapy is supported by the involvement of the parents.[Anak tunagrahita memiliki keterbatasan di beberapa aspek yaitu perkembangan personal, sosial kognitif, keterampilan berbahasa, serta motorik dan sensorik. Hal ini dapat diamati melalui ketidakmatangan dalam perilaku sosialnya. Salah satunya terapi sensori integrasi yang dilakukan oleh Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh membantu anak meningkatkan keterampilan motorik dan sensoriknya terutama kepada anak tunagrahita dalam bentuk permainan dan kegiatan sehari-hari. Pertanyaan penelitian bagaimana hasil dari terapi sensori integrasi bagi anak tunagrahita di Yayasan Miftahul Qulub Cipondoh Kota Tangerang serta faktor penghambat dan pendukungnya? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian adalah penelitian evaluasi dengan model evaluasi CIPP, dikhususkan pada evaluasi hasil. Hasil penelitian bahwa terapi sensori integrasi di Yayasan Miftahul Qulub yang terlihat memiliki perubahan perkembangan kemandirian anak tunagrahita pada aspek personal, sosial kognitif, keterampilan berbahasa, serta motorik dan sensorik. Kesuksesan terapi ini didukung keadaan lingkungan dan keterlibatan orang tua dalam proses pelaksanaannya.]
22

Maherawati, Maherawati, Tri Rahayuni e Lucky Hartanti. "Perubahan Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Pacri Nanas Kaleng Selama Penyimpanan". Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem 10, n.º 2 (28 de setembro de 2022): 184–92. http://dx.doi.org/10.29303/jrpb.v10i2.391.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Pacri nanas merupakan makanan tradisonal suku Melayu yang dibuat dari buah nanas, bumbu rempah, dan santan. Upaya untuk memperpanjang masa simpan pacri nanas telah dilakukan dengan proses pengalengan. Selama penyimpanan dapat terjadi perubahan kualitas bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan karakteristik fisikokimia dan sensoris pacri nanas kaleng selama penyimpanan. Pacri nanas kaleng disimpan selama 12 bulan, pengujian yang dilakukan adalah karakteristik fisik (penampakan kaleng), karakteristik kimia (kadar abu, protein, lemak, serat kasar, karbohidrat, energi, pH), dan sensoris (rasa, aroma, tekstur, warna, kesukaan keseluruhan). Perubahan karakteristik fisik diamati secara visual, data perubahan karakteristik kimia dianalisis menggunakan uji regresi, perubahan karakteristik sensoris dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampakan kaleng masih normal selama penyimpanan (tidak terjadi penggembungan/kebocoran kaleng). Hasil uji regresi menunjukkan bahwa penurunan nilai pH akan mengubah karakteristik kimia pacri nanas kaleng selama penyimpanan sebesar 43,01 poin. Kadar protein memberikan sumbangan 7,66 poin, sedangkan kadar abu memberikan sumbangan 1,61 poin. Karakteristik kimia lainnya memberikan sumbangan kecil (< 1 poin). Nilai pH pacri nanas menurun selama penyimpanan mengikuti persamaan regresi y = -0,015x + 4,6122 dengan R2 = 0,964. Karakteristik sensori pacri nanas kaleng yang dipengaruhi waktu penyimpanan adalah aroma dan kesukaan keseluruhan.
23

Warsinke, Axel, Kristian Lettau, Deljana Werner, Burkhard Micheel e Young-Keun Kwak. "Biomimetische Binder und Katalysatoren für die Sensorik (Biomimetic Binders and Catalysts for Sensorics)". tm - Technisches Messen 70, n.º 12-2003 (dezembro de 2003): 585–88. http://dx.doi.org/10.1524/teme.70.12.585.20267.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
24

Gallusia Marhaeny Nur Isty, Triana Setyawardani e Juni Sumarmono. "Karakteristik Fisik dan Sensori Kefir Susu Sapi yang Diperkaya dengan Ekstrak Beras Hitam". JURNAL TRITON 14, n.º 2 (22 de dezembro de 2023): 573–82. http://dx.doi.org/10.47687/jt.v14i2.447.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Tujuan penelitian ini mengevaluasi karakteristik fisik dan sensoris kefir susu sapi yang diperkaya dengan ekstrak beras hitam. Fermentasi dilakukan dengan penambahan biji kefir ke dalam susu sapi yang telah ditambah dengan ekstrak beras hitam dengan taraf yang berbeda, yaitu 0, 5, 10, 15 dan 20% (w/w). Peubah yang diamati adalah pH, warna dengan color reader (L*, a*, b*), viskositas (%) dan peubah sensori yang meliputi rasa, tekstur, aroma, warna dan tingkat kesukaan. Data dianalisis dengan analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji orthogonal polynomial. Hasil menunjukkan bahwa penambahan ekstrak beras hitam berpengaruh nyata terhadap karakteristik fisik dan sensoris kefir susu sapi, namun tidak berpengaruh nyata terhadap pH. Penambahan ekstrak beras hitam menyebabkan perubahan nyata pada preferensi panelis. Kefir dengan ekstrak beras hitam mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk pangan fungsional sebagai makanan yang mengandung antioksidan yang baik dan dari hasil uji organoleptik kefir yang mengandung 10% ekstrak beras hitam paling disukai. Berdasarkan hasil penelitian, penambahan ekstrak beras hitam mengubah karakteristik kefir yang dibuat dari susu sapi Perbedaan penambahan ekstrak beras hitam memberikan pengaruh nyata terhadap sifat fisik (pH dan warna). Secara fisik kefir beras hitam memiliki warna dan viskositas yang relatif sama. Uji sensoris memiliki rasa, tekstur, warna, aroma dan tingkat kesukaan yang berbeda.
25

Maksum, Ali, Munasib Munasib, Ike Sitoresmi Mulyo Purbowati, Rully Eko Kusuma Kurniawan e Furqon Furqon. "PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN LEVEL SANGRAI TERHADAP ATRIBUT MUTU KOPI ARABIKA KABUPATEN BANJARNEGARA". Agrin 24, n.º 1 (28 de fevereiro de 2021): 38. http://dx.doi.org/10.20884/1.agrin.2020.24.1.540.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Karakteristik fisikokimia dan atribut sensori kopi arabika dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuh tanaman kopi dan proses pengolahannya. Tujuan penelitian mencari pengaruh kombinasi tingkat ketinggaian tempat tumbuh tanaman kopi dengan variasi proses sangrai terhadap atribut fisikokimia dan sensori kopi arabika Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktorial 2 faktor. Faktor yang diujikan pada penelitian ini adalah: 1) Ketinggian tempat tanaman Kopi dengan taraf: 1000 mdpl (Kecamatan Wanayasa), 1050 (Kecamtan Karangkobar) dan 1100 mdpl (Kecamatan Kalibening). 2) Level sangrai dengan taraf: light, medium dan dark. Faktor tersebut disusun kedalam rancangan faktorial sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan. Perlakuan diulang tiga kali sehinggga diperoleh 27 unit percobaan. Pengujian atribut sensoris kopi arabika menggunakan metode analisis mutu skroring pembeda. Hasil penelitian ini adalah level penyangraian berpengaruh terhadap kadar air, pH, total fenol dan aroma kopi arabika sedangakn ketinggian tempat tanaman kopi tidak berpengaruh terhadap kadar air, pH, total fenol dan aroma kopi.
26

Inanda Khoidir, Syntiya. "Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensoris Biji Kakao Criollo, Forastero dan Trinitario: Review". Journal of Comprehensive Science (JCS) 2, n.º 3 (28 de março de 2023): 764–70. http://dx.doi.org/10.59188/jcs.v2i3.271.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Biji kakao merupakan bahan utama dalam pembuatan produk cokelat. Biji kakao menjadi salah satu bahan pangan dengan kandungan senyawa aktif seperti fenol, teobromin, dan fenilalanin yang dapat memberikan dampak baik untuk tubuh. Selain itu, terdapat kandungan senyawa volatile seperti pentanol, linalool, dan asam asetat yang berhubungan dengan rasa dan aroma yang dihasilkan pada biji kakao. Terdapat tiga jensi biji kakao komersial yaitu criollo, forastero, dan trinitario. Perbedaan secara fisik, kandungan kimia, dan sensori biji kakao menghasilkan biji yang berbeda kualitas. Sensori biji kakao yang unik hasil dari kandungan kimia berupa rasa floral, buah-buahan, madu, malt, kayu, kacang, dan herbal. Tujuan dari penulisan ulasan artikel ini untuk mendapatkan data karakteristik biji kakao criollo, forastero, dan trinitario dari segi fisik, kimia, dan organoleptik. Metode yang dipakai pada penelitian ini yaitu menggunakan metode Literature Review. Berdasarkan hasil ulasan dapat disimpulkan bahwa biji kakao criollo, forastero, dan trinitario memiliki perbedaan dari segi fisik, kimia, dan sensoris. Perbedaan tersebut, terutama dari kandungan kimia menghasilkan kualitas biji yang berbeda pula.
27

Saputra, Idham, Thamrin Thamrin e Suwarjoyowirayatno Suwarjoyowirayatno. "Pengaruh Rasio Daging Buah Nipah Dan Tepung Ketan Putih Pada Pembuatan Dodol Buah Nipah (Nypa fructicans)". Jurnal Fish Protech 5, n.º 1 (25 de abril de 2022): 1. http://dx.doi.org/10.33772/jfp.v5i1.25087.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Nipah merupakan tanaman yang tumbuh subur hampir disepanjang garis pantai Indonesia, dimana tanaman tersebut sebagian wilayah tidak dimanfaatkan oleh masyarakat, untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan pemanfaatan dalam bentuk pengolahan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio buah nipah dan tepung ketan terhadap nilai sensorik dan daya terima dodol buah nipah perbedaan nilai proksimat (kadar air, lemak, dan karbohidrat total). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan yaitu kombinasi penggunaan tepung ketan dan bubur daging buah nipah, berturutturut: 100:0% (P1), 85:15% (P2), 80:20% dan 75:25%, dan diulangan sebanyak tiga kali. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa dodol dengan penambahan bubur daging buah nipah berpengaruh tidak nyata terhadap nilai sensori warna dan aroma sedangkan pada atribut tekstur, rasa dan kekenyalan dodol tepung ketan dengan penambahan bubur daging buah nipah berpengaruh nyata. Nilai sensori warna dan aroma tertinggi terdapat pada perlakuan P3 3.80 (suka) dan 3.80 (suka), tekstur, rasa dan kekenyalan terdapat pada perlakuan P2 4.45 (suka) 4.47 (suka) dan 4.43 (suka). Nilai uji proksimat terbaik terdapat pada perlakuan D1 dengan nilai kadar air dan kadar lemak dengan nilai 19.76% , dan 5.51% dan kadar karbohidrat total 60.87%. Kata Kunci: Dodol, bubur daging buah nipah, nilai sensori, tepung ketan putih
28

Anggraeni, Elis Dihansih, Deden Sudrajat e Aldi Renaldi. "PENGGUNAAN PAKAN NON KONVENSIONAL TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP NILAI ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER". Jurnal Peternakan Nusantara 9, n.º 1 (30 de abril de 2023): 53–60. http://dx.doi.org/10.30997/jpn.v9i1.8351.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Pemanfaatan limbah yang berasal dari pertanian dan perkebunan mempunyai potensi digunakan dan dikembangkan sebagai campuran pakan unggas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sensori daging ayam broiler dengan subtitusi pakan dasar dan pakan non konvensonal terfermentasi dalam ransum. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150 ekor day old chick (DOC) ayam broiler. Kandang yang digunakan pada penelitian ini sistem litter. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas 6 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu R0 = 100%pakan dasar, R1 = 90% pakan dasar + 10% pakan non konvensional terfermentasi, R2 =75% pakan dasar + 25% pakan non konvensional terfermentasi, R3= 60% ransum dasar + 40% pakan non konvensional terfermentasi, R4 = 45% pakan dasar + 55% pakan non konvensional terfermentasi, R5 =30% pakan dasar + 70% pakan non konvensional terfermentasi. Analisis data diuji menggunakan Uji Kruskal-Wallis dengan bantuan aplikasi SPSS. Peubah yang di amati kualitas sensori daging ayam broiler meliputi aroma, warna, keempukan, rasa dan juiceness. Uji sensoris dilakukan dengan uji hedonik dan mutu hedonik, penilaian dilakukan oleh panelis semi terlatih. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemberian subtitusi pakan dasar dengan pakan non konvensional terfermentasi dalam ransum terhadap daya terima konsumsi meliputi, aroma, rasa, keempukan, juiceness dan tekstur dapat mempertahankan kualitas sensori daging ayam broiler.
29

Viani, Ilvia Rema, Wanti Hasmar e Indah Permata Sari. "Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Stroke Hemiparese Sinistra Dengan Modalitas Stimulasi Taktil Dan Pelvic Tilting Untuk Meningkatkan Keseimbangan". Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan dan Teknologi 3, n.º 2 (15 de novembro de 2021): 17–24. http://dx.doi.org/10.52674/jkikt.v3i2.49.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Latar Belakang: Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional pada otak yang merupakan kelumpuhan saraf akibat gangguan pada aliran darah seperti pendarahan (iskemik) dan pecahnya pembuluh darah (hemoragik) di salah satu bagian otak sehingga membuat suplai darah ke otak menurun sehingga menyebabkan kematian sel otak yang lebih lanjut lagi menyebabkan fungsi otak dan disabilitas bahkan kematian. Pasien post stroke hemiparese sinistra mengalami gangguan keseimbangan sehingga pasien harus diberikan penanganan yang tepat, salah satunya menngunak stimulasi taktil dan pelvic tilting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan stimulasi taktil dan pelvic tilting dalam meningkatakan keseimbangan pada kasus post stroke hemiparese sinistra. Metode yang di gunakan adalah metode studi kasus dengan 1 orang responden menggunakan tes sensoris untuk mengevaluasi stimulus dan Berg Balance Scale (BBS) untuk mengukur keseimbangan. Hasil dar penelitian yang dilakukan di Kecamatan Rantau Rasau, Kota Jambi ini adalah stimulasi taktil dan pelvic tilting selama 12 kali terapi dalam 5 minggu dapat meningkatkan keseimbangan pasien post stroke hemiparese sinistra. Kesimpulan penelitian ini adalah stimulasi taktil dan pelvic tilting dapat dapat meningkatkan keseimbangan karena latihan ini dapat meningkatkan implus sensorik, kekuatan otot dan penstabilan otot pada core muscle (otot inti), ketika stimulus (rangsangan) pada sensoris diberikan maka reseptor akan mengirimkan ke sisitem saraf pusat dan mengeluarkan motorik (output) yang disesuaikan dengan lingkungan, rangsangan dan gerakan yang terus menerus diulang-ulang akan memberikan informasi ke supraspinal mechanisme sehingga terjadi pola gerak yang terintegrasi dan menjadi gerakan-gerakan pola fungsional serta mengaktifkan penstabilan pada otot inti untuk penguatan pada otot-otot perut yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot fleksor dan mengulur otot-otot ekstensor punggung bawah akan meningkatkan tidak hanya fungsi batang tubuh tetapi juga keseimbangan dan mobilitas, ke tingkat yang lebih besar sehingga terjadinya peningkatan sensorik, kekuatan otot dan stabilisasi pada post stroke hemiparese sinistra sehingga meningkatkan keseimbangan dan aktivitas fungsional
30

Shafira Nindita, R. Muhammad Zatmodisuwa e Zayyini Nadhlah. "OPTIMASI PENGOLAHAN AYAM GORENG BUMBU KUNING DENGAN METODE SOUS VIDE". Jurnal Pendidikan dan Perhotelan (JPP) 4, n.º 1 (30 de maio de 2024): 1–8. http://dx.doi.org/10.21009/jppv4i1.01.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Ayam Goreng Bumbu Kuning merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang sangat populer ditemui di sudut kota manapun di Indonesia. Makanan ini biasa diolah dengan cara mengungkep ayam dengan bumbu kuning. Bumbu kuning merupakan bumbu yang berupa hasil penghalusan bawang merah, bawang putih, dan kunyit. Pada proses pembuatan, ayam yang sudah diungkep kemudian di deep fried sebelum disajikan untuk mencari warna kecoklatan. Ungkep membuat bumbu dasar menjadi meresap ke dalam bahan makanan dengan hasil bahan makanan menjadi kering dan volume makanan mengalami penyusutan yang sangat banyak. Untuk mengatasi hal ini dilakukan penggantian metode ungkep dengan metode sous vide. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi ayam goreng bumbu kuning dan metode sous vide agar bisa diketahui tehnik pembuatan, tingkat kesukaan, sifat sensoris, kandungan gizi, masa simpan, dan harga pengolahan pokok. Tehnik sous vide yang digunakan dalam pembuatan ayam goreng bumbu kuning adalah 60oC;60 menit, 60oC;75 menit, dan 65oC:60 menit, yang diikuti dengan proses deep frying pada suhu 190oc selama 1 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa ayam goreng bumbu kuning metode sous vide 60oC;60 menit menghasilkan produk yang tingkat kesukaannya lebih tinggi dari ayam goreng bumbu kuning metode ungkep dan paling disukai. Sifat sensoris menunjukan bahwa ayam goreng bumbu kuning metode sous vide 60oC;60 menit menghasilkan tenderness, juiciness, aroma dan rasa tertinggi. Sedangkan ayam goreng bumbu kuning metode sous vide 65oC;60 menit menghasilkan warna tertinggi. Penyimpanan ayam goreng bumbu kuning metode sous vide 60oC;60 menit pada suhu 4oC dapat bertahan selama 30 hari tanpa kehilangan kualitas sensori sebelum mengalami proses spoiled. Sedangkan pada suhu (-18oc) ayam goreng bumbu kuning bisa bertahan selama 60 hari tanpa kehilangan kualitas sensori.
31

Anugrah ; Aldyfra L. Lukman, Kezia Angelina. "SENSORY DESIGN PADA ARSITEKTUR SEKOLAH PLAYGROUP – TK JAGAD ALIT WALDORF, BANDUNG". Riset Arsitektur (RISA) 4, n.º 04 (30 de maio de 2020): 363–79. http://dx.doi.org/10.26593/risa.v4i04.3939.363-379.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Abstrak- Manusia adalah subjek utama arsitektur, dan arsitektur hadir sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan akan ruang untuk beraktivitas. Dalam hal ini, manusia sebagai subjek arsitektur tidak hanya mencakup orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak. Pada usia 3-5 tahun, anak-anak sedang dalam masa yang aktif dan berkembang. Mereka sedang dalam masa di mana rasa ingin tahu mereka besar, dan imajinasi mereka juga sedang berkembang. Karenanya, pengalaman multisensori merupakan sesuatu yang penting bagi mereka untuk berkembang baik secara fisik maupun mental. Pengalaman multisensori dapat dihadirkan melalui interaksi anak-anak dengan lingkungannya, baik di dalam maupun di luar ruangan didukung oleh desain sensorik. Salah satu lingkungan di mana anak-anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya adalah sekolah. Sekolah Playgroup – TK Jagad Alit Waldorf Bandung adalah sekolah yang berbasis pendidikan multisensori yang didirikan sejak tahun 2015. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi aspek arsitektural apa saja yang dapat menghadirkan pengalaman multisensori bagi anak dan apakah pengalaman multisensori anak sudah terpenuhi atau belum. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, data diperoleh dari studi literatur, pengamatan langsung ke lapangan, serta dari wawancara terhadap guru-guru sekolah playgroup – TK Jagad Alit Waldorf Bandung. Diperoleh kesimpulan bahwa aspek arsitektural sekolah playgroup – TK Jagad Alit Waldorf Bandung memenuhi pengalaman multisensori anak, dengan sensori yang paling banyak terwadahi adalah sensori sentuhan. Terdapat empat sensori utama yang menjadi fokus pada kurikulum Waldorf, yaitu sentuhan, gerakan, keseimbangan, dan kehidupan. Pengalaman sensori itu dipenuhi lewat bentuk alat permainan yang menarik, serta penggunaan material yang cukup beragam. Penggunaan material tersebut tidak hanya menarik bagi indera peraba, tetapi juga bagi indera penglihatan. Tekstur material menjadi sesuatu yang menarik bagi anak-anak usia dini. Sensori lain yang berada dalam bagian empat sensori utama yang menjadi fokus anak-anak 0-7 tahun adalah gerakan anak-anak. Penyusunan furnitur membuat yang menciptakan ruang yang lapang menyediakan ruang yang cukup bagi anak-anak untuk bergerak dengan bebas.
32

Nurhafnita, Nurhafnita, Rosdiani Azis, Syahmidarni Al Islamiyah e Siskawati K. Usman. "Karakteristik sensori, kimia, dan fisik kerupuk dengan subtitusi pisang goroho (Musa acuminafe, sp)". Journal Of Agritech Science (JASc) 7, n.º 01 (27 de junho de 2023): 1–9. http://dx.doi.org/10.30869/jasc.v7i01.1143.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Kerupuk merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk produk yang porus dan mempunyai densitas rendah selama proses penggorengan. Kerupuk umumnya dibuat dari tepung terigu dan tepung tapioka, sehingga kandungan gizi terbesarnya adalah karbohidrat. Upaya untuk meningkatkan kandungan gizi dan sensori kerupuk dengan mengkombinasikan dengan bahan pangan lain yang memiliki nilai gizi dan ekonomi yang tinggi. Salah satunya adalah pisang goroho. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat sensoris, kimia, dan fisik kerupuk dengan subtitusi pisang goroho. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Parameter pengamatan pada penelitian ini terdiri dari sifat sensori meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan overall, sifat kimia meliputi kadar air, kadar abu, serta sifat fisik meliputi kerenyahan dengan tekstur analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sifat sensorinya kerupuk dengan subtitusi pisang goroho berada pada skala disukai meliputi aroma 6,09; warna 6,06; rasa 6,12; tekstur 6,06; dan overall 6,46. Hasil uji sifat kimia diperoleh kadar air 8,69%, kadar abu 1,56%. Sedangkan hasil sifat fisik yaitu kerenyahan dengan tekstur analyzer sebesar 1524,2gf yang menunjukkan bahwa kerupuk ini memiliki tekstur yang renyah.
33

Suryana, Muhammad Rifqi, Titi Rohmayanti, Fariha Rizki Sania e Utami Dwi Hapsari. "Profil Sensori Pada Roti Tawar Dengan Penambahan Tepung Kulit Buah Naga Merah Dengan Menggunakan Metode Rate-All-That-Apply (RATA)". JURNAL AGROINDUSTRI HALAL 9, n.º 3 (31 de dezembro de 2023): 332–42. http://dx.doi.org/10.30997/jah.v9i3.8100.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Kulit buah naga merah berwarna merah keunguan karena adanya pigmen antosianin yang dapat menghasilkan variasi sensori roti tawar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil sensori roti tawar dengan penambahan tepung kulit buah naga menggunakan metode RATA (Rate-All-That-Apply). Analisis data meliputi Friedman Test, PCA, dan Preference Mapping. Analisis PCA menunjukkan bahwa persentase tepung terigu dan tepung kulit buah naga (95%:5%) dan (90%:10%) identik dengan atribut sensoris warna luar jingga-merah, tekstur lembut (tangan), tekstur lembut. (mulut). , tekstur kenyal (tangan), dan roti tawar memiliki aroma yang khas. Perbandingan persentase tepung terigu dan tepung kulit buah naga (85%:15%) dan (80%:20%) identik warna luar merah tua, warna dalam merah tua, tekstur padat (mulut), tekstur padat (tangan ), rasa asam, rasa pahit, aftertaste asam dan aftertaste pahit. Produk roti dengan perbandingan persentase tepung terigu dan tepung kulit buah naga (95%:5%) memiliki rata-rata nilai kesukaan tertinggi yaitu 80-100%, sedangkan konsentrasi tepung yang ditambahkan Semakin besar kulit buah naga maka konsumen akan semakin rendah. nilai preferensi, yaitu 0-20%.
34

Mutiara Yuliastuti, Brigitta Erlien, Lusiawati Dewi e Sucahyo Sucahyo. "PERBANDINGAN KUALITAS TEMPE IKAN NILA SEGAR DAN TEMPE IKAN NILA SIMPAN BEK". Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi 8, n.º 1 (10 de outubro de 2019): 248–64. http://dx.doi.org/10.26877/bioma.v8i1.4682.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Inovasi pembuatan tempe dengan penambahan tepung ikan nila dilakukan untuk meningkatkan mutu gizi tempe. Teknik penyimpanan beku pada freezer mampu memperpanjang masa simpan tempe dengan menjaga kesegaran, mutu sensorik, kandungan gizi, dan menghambat bakteri pembusuk. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan dalam pengaruh lama simpan beku pada tempe ikan nila dengan tempe biasa terhadap kualitas kadar air, kadar abu, protein dan total bakteri serta kualitas sensorisnya melalui uji organoleptik. Pengujian kualitas kandungan gizi pada tempe meliputi uji kadar air dengan pengovenan, kadar abu dengan furnace, protein terlarut dengan metodebiuret, dan total bakteri dengan metode pour plate. Hasil uji kualitas kandungan gizi tempe di analisis menggunakan stastika dan deskripsi sederhana. Sedangkan mutu sensoris di uji dengan uji organoleptik dan hasil dianalisis dengan SPSS uji Friedman. Peyimpanan beku pada tempe sampai hari ke 14, kualitas tempe masih terjaga dengan baik, yaitu kadar air dan kadar abu sesuai dengan SNI syarat mutu untuk tempe, kandungan protein meningkat serta jumlah total bakteri menurun, dimana pembusukan pada tempe dapat dihambat. Kualitas sensoris dari uji organoleptik, tempe ikan nila lebih diminati, khusunya tempe ikan nila pada penyimpanan beku selama 7 hari. Kata Kunci: tempe ikan nila, beku (freezer),lama simpan
35

Rais, Zaenal, e Mariel Daba. "PENGARUH INPUT SOMATOSENSORI DENGAN AKTIVASI PADA EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP KONTROL POSTURAL PADA PASIEN STROKE". Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan 19, n.º 1 (11 de fevereiro de 2024): 47. http://dx.doi.org/10.35842/mr.v19i1.962.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Latar belakang: Pasien dengan stroke akan mengalami gangguan sensorik, depresi, postural kontrol, gangguan keseimbangan, gangguan pola berjalan, dan gangguan kemampuan fungsional serta aktivitas sehari-hari. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian input somatosensory dengan aktivasi pada ektremitas bawah terhadap peningkatan kontrol postural pada pasien stroke. Pilihan modalitas sensorik dicakup ketika mempertimbangkan intervensi sensorik (misalnya somatosensory, vestibular, pendengaran dan multisensory). Sehingga input sensori dengan aktivasi pada ektremitas bawah pada pasien stroke sangat diperlukan untuk meningkatkan kontrol postural. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan two group pre test dan post test. Kelompok yang diteliti adalah pasien hemiparese post stroke iskemik yang diberi input somatosensory dengan aktivasi ektremitas bawah. Jumlah sampel berdasarkan rumus di atas adalah 14 pasien stroke jenis stroke iskemik. Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk karena jumlah sample kurang dari 50. Selanjutnya dilakukan uji T-test tidak berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang bermakna. Hasil: Fugle Meyer Assesment Lower Extremity pada kelompok perlakuan menunjukan bahwa terdapat perubahan yang signifikan dengan p Value = < 0,0001, sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan dengan p Value = 0,848. Untuk Postural Assesment Scale For Stroke Patient (PASS) pada kelompok perlakuan bahwa terdapat perubahan yang signifikan dengan p Value = 0,0014, sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan p Value = 0,1700. Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian input somatosensory pada ekstremitas bawah terhadap kontrol postural pasien stroke.
36

Pardamean, Fransisca harumi, Binardo Adi Seno Mawarno e Yulia Shara Br Sembiring. "Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Penstabil terhadap Karakteristik Kimiawi dan Sensoris Susu Kacang Mete (Anacardium occidentale)". JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI) 7, n.º 2 (11 de agosto de 2022): 119–24. http://dx.doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.6822.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Susu kacang-kacangan merupakan alternatif pengganti susu sapi yang saat ini banyak dikonsumsi masyarakat. Kacang kedelai dan kacang almond merupakan dua jenis kacang yang banyak digunakan sebagai bahan baku susu kacang yang banyak dijumpai di pasaran. Diantara jenis kacang-kacangan di Indonesia, kacang mete merupakan salah satu jenis yang banyak dibudidayakan di daerah Wonogiri Jawa Tengah. Salah satu kelemahan susu nabati yang berasal dari kacang-kacangan adalah ketidakstabilannya selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jenis dan konsentrasi zat penstabil terhadap sifat fisik, kimia dan sensori kualitas susu meteberdasarkan jenis dan variasi konsentrasi penambahan zat penstabilxanthan gum, guar gum dan arabicgum dengan variasi konsentrasi 1% dan 0,5%. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas penambahan variasi konsentrasi zat penstabil 0,5% dan 1% serta datadianalisis menggunakan uji Duncan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu kacang mete yang paling banyak disukai secara keseluruhan secara sensoris adalah susu kacang mete dengan penambahan penstabil berupa Arabic gum sebanyak 0,5%. Berdasarkan hasil analisis kimia adalah kadar air sebesar 1,023%, kadar abu sebesar 1,06%, kadar protein kasar sebesar 1,78% dan kadar lemak sebesar 2,7%. Kata kunci : fisikokimia, penstabil, sensoris, susu kacang mete
37

Salampessy, Randi B. S. "PENGOLAHAN BANDENG PRESTO DI UKM MANDALA PRESTO, SUKARAJA, KAB. BOGOR - JAWA BARAT". MARLIN 3, n.º 1 (25 de março de 2022): 217. http://dx.doi.org/10.15578/marlin.v3.i1.2022.217-228.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
ABSTRAKPengolahan bandeng dengan cara presto menjadikan duri ikan bandeng lunak dan memudahkanuntuk mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses produksi bandeng presto, mutu organoleptik , sensori bahan baku dan produk akhir, penerapan rantai dingin atau suhu produk, air serta proses pengolahan, rendemen produk akhir serta penerapan sanitasi dan hygiene . Pelaksanaan penelitian pada tanggal 1 Maret 2021 sampai dengan 14 April 2021. Tempat pelaksanaan berlokasi di UKM Mandala Presto, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor – Jawa Barat. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Hasil penelitian yaitu penerimaan bahan baku, pelelehan (thawing) dan penyiangan dengan pembelahan, perendaman dalam larutan garam, perendaman bumbu, penyusunan ikan pada wadah pemasakan, pemasakan tanpa tekanan tinggi, pendinginan dengan pemberian bumbu kuning goreng oles serta pengemasan dan pelabelan. Penerapan suhu dingin selama proses pengolahan belum diterapkan secara baik dan benar . Mutu bahan baku dan produk akhir telah memenuhi SNI, dengan nilai organoleptik rata-rata 8, baik sebelum maupun sesudah dilelehkan. Nilai mutu sensorik bandeng presto yaitu kenampakan 7; bau 7,5; rasa 8 ; tekstur 7 dan kapang 9. Rendemen yang diperoleh produk rata-rata 77,24%. Teknik sanitasi dan higiene belum diterapkan secara baik dan benar.KATA KUNCI : Bandeng presto; proses; mutu sensori; rendemen; sanitasi
38

Salampessy, Randi B. S. "PENGOLAHAN BANDENG PRESTO DI UKM MANDALA PRESTO, SUKARAJA, KAB. BOGOR - JAWA BARAT". MARLIN 3, n.º 1 (25 de março de 2022): 217. http://dx.doi.org/10.15578/marlin.v3.i1.2022.217-228.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
ABSTRAKPengolahan bandeng dengan cara presto menjadikan duri ikan bandeng lunak dan memudahkanuntuk mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alur proses produksi bandeng presto, mutu organoleptik , sensori bahan baku dan produk akhir, penerapan rantai dingin atau suhu produk, air serta proses pengolahan, rendemen produk akhir serta penerapan sanitasi dan hygiene . Pelaksanaan penelitian pada tanggal 1 Maret 2021 sampai dengan 14 April 2021. Tempat pelaksanaan berlokasi di UKM Mandala Presto, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor – Jawa Barat. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif dan komparatif. Hasil penelitian yaitu penerimaan bahan baku, pelelehan (thawing) dan penyiangan dengan pembelahan, perendaman dalam larutan garam, perendaman bumbu, penyusunan ikan pada wadah pemasakan, pemasakan tanpa tekanan tinggi, pendinginan dengan pemberian bumbu kuning goreng oles serta pengemasan dan pelabelan. Penerapan suhu dingin selama proses pengolahan belum diterapkan secara baik dan benar . Mutu bahan baku dan produk akhir telah memenuhi SNI, dengan nilai organoleptik rata-rata 8, baik sebelum maupun sesudah dilelehkan. Nilai mutu sensorik bandeng presto yaitu kenampakan 7; bau 7,5; rasa 8 ; tekstur 7 dan kapang 9. Rendemen yang diperoleh produk rata-rata 77,24%. Teknik sanitasi dan higiene belum diterapkan secara baik dan benar.KATA KUNCI : Bandeng presto; proses; mutu sensori; rendemen; sanitasi
39

Antasya Wandan Sari, Putri, Alfi Nur Rochmah, Fitriyah Zulfa e Prajwalita Rukmakharisma Rizki. "Sensory Evaluation and Chemical Characteristics of Klepon Cake Substituted for Sago Flour with the Addition of Butterfly Pea Flower Extract". Journal of Food and Agricultural Product 3, n.º 2 (12 de outubro de 2023): 93–103. http://dx.doi.org/10.32585/jfap.v3i2.4599.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Kue klepon merupakan makanan tradisional yang umumnya terbuat dari tepung beras ketan dengan isian gula aren. Kue klepon dengan substitusi tepung sagu mengandung serat pangan yang relatif tinggi, namun penambahannya dapat mempengaruhi sensoris pada produk. Salah satu pengembangan produk pada kue klepon substitusi tepung sagu yaitu adanya penambahan ekstrak bunga telang sebagai pewarna alami. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerimaan sensori dan karakteristik kimia dari produk kue klepon substitusi tepung sagu dengan penambahan ekstrak bunga telang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Formulasi yang digunakan dalam pembuatan kue klepon substitusi tepung sagu yaitu dengan penambahan sebesar 0,6 % b/v; 1,2 % b/v; 1,8 % b/v ekstrak bunga telang dan kontrol. Hasil analisis sensori dan analisis data menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA) menunjukkan bahwa sampel yang paling disukai yaitu kue klepon substitusi tepung sagu dengan ekstrak perlakuan penambahan bunga telang sebesar 1,8 % b/v. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kue klepon substitusi tepung sagu dengan penambahan ekstrak bunga telang memiliki kadar air sebesar 40,91%, kadar abu 2,93%, aktivitas antioksidan 12,76% dan vitamin C 2,93%. Kata Kunci: klepon, bunga telang, antioksidan
40

Zulkifli, Muh, Andi Salahuddin e Muh Ramli Ahmad. "Perbandingan Efektivitas Anestesi Spinal Menggunakan Bupivakain 0,5% Hiperbarik Dosis 7,5 Mg dengan 5 Mg pada Seksio Sesarea". Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia 3, n.º 1 (12 de maio de 2020): 1–8. http://dx.doi.org/10.47507/obstetri.v3i1.37.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Latar Belakang: Teknik anestesi yang efektif adalah tujuan utama dari teknik anestesi spinal, yang bertujuan meminimalkan efek samping pada ibu dan bayi baru lahir. Tujuan: Membandingkan ketinggian blok, onset dan durasi, efek samping antara Bupivakain 0,5% Hiperbarik dosis 7,5 Mg + Fentanyl 25 Mcg dan dosis 5 Mg + Fentanyl 25 Mcg pada seksio sesarea.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan uji klinis acak tersamar ganda (Randomized double blind clinical trial). Sampel terdiri atas 2 kelompok yakni LD (Kelompok yang mendapatkan anestesi spinal bupivakain 0,5% hiperbarik 5 mg + fentanil 25 μg ) dan CD (Kelompok yang mendapatkan anestesi spinal bupivakain 0,5% hiperbarik 7,5 mg + fentanil 25 μg) dengan jumlah sampel masing-masing 20 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik Independen Sample T Test dengan tingkat kemaknaan α=0.05. Hasil: Ada perbedaan onset blok motorik (p=0,004), durasi motorik (p=0,000), durasi blok sensoris (p=0,000) antara kelompok LD dan kelompok CD. Sedangkan durasi operasi (p= 0,769), selisih perubahan TD Sistole (p> 0,05), selisih perubahan TD Diatole (p> 0,05), selisih perubahan nadi (p> 0,05), selisih perubahan MAP (p> 0,05), efek samping mual/muntah (p> 0,05) dan rescue (p> 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan.Simpulan: Onset blok sensorik lebih lama, dan durasi blok sensoris dan motorik lebih singkat pada kelompok LD dibanding CD sehingga ada perbedaan efektifitas bupivakain antara kedua kelompok. Tidak perbedaan yang bermakna untuk efek samping dan perubahan hemodinamik pada kedua kelompok. The Effectiveness of Spinal Anesthesia Using Bupivacaine 0.5% Hyperbaric Dosage 7.5 Mg with 5 Mg in Caesarean Section Surgery Abstract Latar Belakang: Teknik anestesi yang efektif adalah tujuan utama dari teknik anestesi spinal, yang bertujuan meminimalkan efek samping pada ibu dan bayi baru lahir. Tujuan: Membandingkan ketinggian blok, onset dan durasi, efek samping antara Bupivakain 0,5% Hiperbarik dosis 7,5 Mg + Fentanyl 25 Mcg dan dosis 5 Mg + Fentanyl 25 Mcg pada seksio sesarea.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan uji klinis acak tersamar ganda (Randomized double blind clinical trial). Sampel terdiri atas 2 kelompok yakni LD (Kelompok yang mendapatkan anestesi spinal bupivakain 0,5% hiperbarik 5 mg + fentanil 25 μg ) dan CD (Kelompok yang mendapatkan anestesi spinal bupivakain 0,5% hiperbarik 7,5 mg + fentanil 25 μg) dengan jumlah sampel masing-masing 20 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik Independen Sample T Test dengan tingkat kemaknaan α=0.05. Hasil: Ada perbedaan onset blok motorik (p=0,004), durasi motorik (p=0,000), durasi blok sensoris (p=0,000) antara kelompok LD dan kelompok CD. Sedangkan durasi operasi (p= 0,769), selisih perubahan TD Sistole (p> 0,05), selisih perubahan TD Diatole (p> 0,05), selisih perubahan nadi (p> 0,05), selisih perubahan MAP (p> 0,05), efek samping mual/muntah (p> 0,05) dan rescue (p> 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan.Simpulan: Onset blok sensorik lebih lama, dan durasi blok sensoris dan motorik lebih singkat pada kelompok LD dibanding CD sehingga ada perbedaan efektifitas bupivakain antara kedua kelompok. Tidak perbedaan yang bermakna untuk efek samping dan perubahan hemodinamik pada kedua kelompok.
41

Tetelepta, Gilian, Vita Novalina Lawalata e Imannuela Passal. "Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Susu Kenari dengan Variasi Konsentrasi Carboxyl Methyl Cellulose (CMC)". JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI 12, n.º 1 (28 de março de 2024): 107. http://dx.doi.org/10.24843/jrma.2024.v12.i01.p10.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
The objective of the research was to determine the exact CMC concentration in the production of canarium milk with the best chemical and sensory properties. A completely randomized experimental design with four levels of CMC concentration i.e 0.1%, 0.2%, 0.3%, and 0.4% was applied in this research. Chemical and sensory properties were analysed. CMC concentration of 0.4% had a protein content of 2.90%, a fat content of 8.09% and the boiling test does not clot. The canarium nut was rated as white (2.8), having a slightly canarium aroma (2.3), canarium taste (2.6), and slightly thick (2.4). Keywords : Carboxyl methyl cellulose, canarium nut, canarium milk Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi CMC yang tepat untuk mendapatkan susu kenari dengan sifat kimia dan sensoris terbaik. Desain penelitian yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi CMC yang terdiri dari empat taraf yaitu 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%. Parameter yang diamati meliputi parameter kimia dan sensori. Perlakuan konsentrasi CMC 0,4% menghasilkan susu kenari dengan kadar protein 2,90%, kadar lemak 8,09% dan uji didih tidak mengumpal serta uji sensoris menunjukkan warna putih (2,8), agak beraroma kenari (2,3), berasa kenari (2,6) dan tekstur agak kental (2,4). Kata kunci : Carboxyl methyl cellulose (CMC), kenari, susu kenari
42

Rahmawati. "Model’s of Memory". Jurnal Al-Fikrah 9, n.º 2 (30 de dezembro de 2020): 193–201. http://dx.doi.org/10.54621/jiaf.v9i2.31.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Memory merupakan penyimpanan informasi disetiap waktu yang dapat digunakan kembali saat ini dan masa yang akan datang. Tahapan-tahapan pada memory meliputi pengodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali. Adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia menunjukkan bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah pernah dialaminya. Oleh karena itu segala macam aktifitas belajar tentu melibatkan memory dan segala macam proses belajar melibatkan aspek memory. Menurut Atkinson dan Shiffrin, memori dapat dibedakan menjadi memori sensorik, memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Pemprosesan informasi secara umum dimulai dari input suatu informasi (encoding) dilanjutkan dengan penyimpanan sensoris, penyaringan, pengenalan pola, tahap seleksi, memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Didalam memori jangka pendek suatu informasi sudah dapat direspon, dan bila bisa dilanjutkan ke memori jangka panjang, informasi itu akan bersifat lebih permanen. Sistem memori terdiri dari memori episodi, memori semantic dan memori prosedural.
43

Collin, Stella Felicia, e Denny Husin. "PENGALAMAN MULTISENSORI TEMAN TULI DALAM PERANCANGAN EDUKASI-HIBURAN DI KEMBANGAN". Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) 6, n.º 1 (30 de abril de 2024): 509–22. http://dx.doi.org/10.24912/stupa.v6i1.27495.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
There is still a spatial phenomenon that concerns Deaf Friends' accessibility and their availability of facilities, including jobs and education. This acts as a consequence of Jakarta's present space shortage for edutainment facilities that might encourage employment and education. Furthermore, a significant number of public spaces fail to accommodate the visual demand of Deaf Friends demand. By enhancing the Deaf Friends' sensory experience, this research attempts to establish a non-formal edutainment area with a forum for social interaction between Deaf Friends and hearing friends. For the purpose of investigating Deaf Friends as users, the author employed a qualitative method that involved reading literature reviews and analyzing prior research on deaf rooms and special schools in Jakarta, with conducted interviews and observations. Theoretically, Deaf Friends' senses affect the way they move and go about their everyday lives. To ensure that the experience of space is felt holistically, the steps involve considering all senses. This designated outcome includes an educational-entertainment for art talent interest, exhibition and amphitheater, community cafe, indoor and outdoor park for motor sensory, as well as hearing examination and therapy area. The inventions are in the form of an edutainment area that stimulates Deaf Friends' five sensory and an interaction space that allows hearing friends to feel what Deaf Friends feel in a room. The novelty of the three programs collaboration can bring good influence both to Deaf Friends and the Hearing Friends environment. Keywords: deaf; interaction; edutainment; sensory Abstrak Fenomena ruang akses teman tuli dalam fasilitas tuli masih kurang, termasuk dalam pendidikan dan pekerjaan. Hal tersebut dapat terjadi karena isu ruang yang berkaitan dengan ruang kreativitas yang dapat menunjang pendidikan dan pekerjaan di Jakarta yang masih jarang. Tidak hanya itu, banyak fasilitas umum belum memenuhi visualisasi yang dibutuhkan oleh teman tuli. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan mengangkat ruang edukasi-hiburan yang bersifat non-formal dengan wadah interaksi sosial antara teman tuli dan teman dengar, dengan memaksimalkan sensori teman tuli. Metode kualitatif digunakan dengan membaca kajian literatur dan membedah preseden yang sudah ada terkait ruang tuli dan sekolah luar biasa di Jakarta, serta didukung dengan wawancara dan observasi untuk mendalami teman tuli sebagai pengguna. Secara hipotesis indra teman tuli berpengaruh terhadap kesehariannya dalam beraktvitas, bergerak, dan berpindah, karena sensori dan perilaku merupakan sebuah kesinambungan. Langkah yang digunakan yaitu mempertimbangkan semua indra dalam pengalaman ruang agar dapat dirasakan secara holistik. Desain yang dihasilkan berupa area edukasi-hiburan untuk minat bakat kesenian, pameran dan amphitheater, kafe komunitas, area dalam dan luar untuk sensorik motorik, serta area pemeriksaan pendengaran dan terapi. Temuannya berupa desain pelatihan dan area sensorik motorik yang menstimuli kelima indra sensori teman tuli dan ruang interaksi agar teman dengar dapat merasakan yang dirasakan oleh teman tuli pada suatu ruangan. Kebaruan dari penyatuan ketiga program dapat membawa pengaruh baik bagi teman tuli dan lingkungan teman dengar.
44

Rosydah, Dina, Sutrisno Adi Prayitno e Amalia Rahma. "Uji Hedonik Kualitas Minuman Teh Fungsional dari Proporsi Daun Mint dan Daun Melinjo serta Lemon Kering". Journal of Food Safety and Processing Technology (JFSPT) 1, n.º 2 (7 de abril de 2024): 73. http://dx.doi.org/10.30587/jfspt.v1i2.7449.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Minuman teh sebagai bahan penyegar akan memberikan dampak yang positif bagi tubuh karena memiliki potensi senyawa untuk kesehatan. Pengembangan produk teh yang bernilai untuk kesehatan haruslah terus dikembangkan. Penggunaan bahan alam yang aman dan berkualitas akan menjawab tantangan tersebut dalam membuat produk teh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas melinjo [Gnetum gnemon L.] dan daun mint sebagai minuman fungsional dengan penambahan lemon kering dalam kualitas sensori. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen untuk mendapatkan data dan menggunakan uji Kruskal Wallis sebagai uji analisis datanya. Sampel percobaan yang diuji ada tiga macam, T0 (40% daun melinjo: 40% daun mint: 20% lemon) T1 (50% daun melinjo: 30% daun mint: 20% lemon) T2: ( 30% daun melinjo: 50% daun mint: 20% lemon). Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi uji sensorik yang terdiri dari rasa, aroma, warna dan kejernihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah daun mint dan semakin sedikit jumlah daun melinjo dapat meningkatkan tingkat minat panelis terhadap nilai aroma, warna dan kejernihan. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah daun mint menyebabkan menurunnya minat panelis terhadap rasa teh sebagai minuman fungsional. Berdasarkan analisis Kruskall Wallis terhadap penilaian panelis terhadap daun melinjo dan daun mint sebagai minuman fungsional dengan penambahan lemon kering tidak memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rasa, warna, aroma dan kejernihan. Formulasi terbaik sebagai pengobatan yang dihasilkan dari penelitian ini berdasarkan parameter sensorik adalah minum fungsional dengan perlakuan T2 (30% daun melinjo: 50% daun mint: 20% lemon kering.
45

Saragih, Bernatal, Hanip Hanip, Aswita Emmawati, Maulida Rahmawati, Frederic Morado Saragih e Arif Ismanto. "Perbandingan Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensoris Minuman Herbal Tiwai (Eleutherine americana Merr) pada Berbagai Metode Pengeringan". Agro Bali : Agricultural Journal 4, n.º 3 (4 de novembro de 2021): 314–23. http://dx.doi.org/10.37637/ab.v4i3.750.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Minuman herbal menjadi semakin penting setelah senyawa-senyawa metabolitnya diperoleh fungsinya bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan terhadap profil FTIR, sifat fisiko kimia, antioksidan dan sensori minuman herbal tiwai. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan 3 perlakuan yaitu pengeringan dengan oven, matahari dan pengeringan dengan sangrai. Data dianalisis sidik ragam dan uji lanjut BNT (taraf 5 %). Hasil dari FTIR serapan ikatan O-H diperoleh pada bilangan gelombang 3261-3270 cm-1, serapan ikatan O-H merupakan pembentuk senyawa fenol/flavonoid yang merupakan antioksidan pangan. Metode pengeringan minuman herbal tiwai berpengaruh tidak nyata terhadap sifat sensoris hedonik dan mutu hedonik warna, aroma maupun rasa. Pembentukan warna minuman herbal tiwai paling cepat dengan metode pengeringan oven yaitu 3.67 menit. Intensitas warna tertinggi terdapat pada pengeringan sangrai dengan nilai 0.563. Aktivitas antioksidan tertinggi juga dihasilkan pada pengeringan sangrai 185,24 ppm.
46

Kiyat, Warsono El, Dessy Mentari e Natalia Santoso. "Review: Potensi mikrobial selulase, xilanase, dan protease dalam fermentasi kopi luwak (Paradoxurus hermaphroditus) secara in vitro". Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 22, n.º 2 (22 de março de 2019): 58–66. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.22.2.58-66.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Kopi luwak adalah kopi bernilai tinggi dengan aroma dan rasa khas, yang dihasilkan dari biji kopi yang telah difermentasi sebagian dalam sistem pencernaan luwak (Paradoxurus hermaprodithus). Tingginya permintaan kopi ini dan produksi alami yang unik berimplikasi pada praktek pemaksaan dan penyiksaan hewan luwak, serta adanya kontroversi status kehalalan produk. Fermentasi in vitro menggunakan selulase, xilanase, dan protease yang diisolasi dari kotoran luwak tampaknya dapat menjadi alternatif proses untuk menghindari masalah pelecehan hewan, menjamin kehalalan produk serta memastikan keberlanjutan produksi kopi luwak. Kajian ini bertujuan untuk meringkas dan mensintesis peran tiga enzim ini (selulase, xilanase, dan protease) dalam fermentasi in vitro kopi luwak dan pengaruhnya pada karakteristik kimia dan sensori berdasarkan hasil-hasil penelitian terbaru. Hasil kajian menunjukkan bahwa fermentasi in vitro menggunakan selulase, xilanase, dan protease. biji kopi menghasilkan karakteristik kimia dan sensorik yang sama dengan yang dihasilkan melalui proses alami yang melibatkan hewan luwak.
47

Dara, Widia, Yensasnidar Yensasnidar, Asni Pandeni e Roza Mailinda. "Biskuit Balita Tepung Sagu yang Disubstitusi Tepung Ikan Gabus (Channa striata)". JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis's Health Journal) 10, n.º 1 (30 de junho de 2023): 21–29. http://dx.doi.org/10.33653/jkp.v10i1.932.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
meningkatkan kandungan gizi biskuit sagu.Tujuan penelitian menganalisis substitusi tepung ikan gabus terhadap karakteristik sensorik dan kandungan gizi biskuit. Penelitian ini merupakan eksperimen. Biskuit B0 tidak disubstitusi tepung ikan gabus. Biskuit B1, B2 dan B3 adalah biskuit yang disubstitusi tepung ikan gabus masing masing 10%, 20% dan 30 % . Uji organoleptik dilakukan pada 25 panelis agak terlatih. Uji daya terima dilakukan kepada 15 orang balita berumur 12-24 bulan di posyandu Balita Puskesmas Kinali. Analisis uji sensori uji Kruskal Wallis, bila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji sensori pada warna biskuit yang paling disukai adalah (B0) 4,12= suka ) dan warna biskuit B1 (4,08= suka). Aroma biskuit yang paling disukai adalah B0 (4,20 = suka) dan biskuit B1 (3,20 = agak suka). Tekstur biskuit yang paling disukai adalah B0 (4,08= suka) dan B1 (3,68 = suka). Rasa biskuit yang paling disukai adalah B0 (4,40 = suka) dan B1 (3,28= biasa). Hasil analisis statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara biskuit B0 dan B1 terhadap warna dan tekstur biskuit. Berdasarkan hasil uji daya terima biskuit B1di habiskan baik sekali sebanyak 53,3 %. Kandungan gizi biskuit B0 adalah kadar air: 3,95%, abu: 0,66%, protein: 2,48%, lemak: 16,42%, serat: 3,58%, karbohidrat: 76,49% dan betakaroten: 131,75 mg/100 gram. Biskuit B1 kadar air: 4,43%, abu: 0,95%, protein: 11,75%, lemak: 15,04%, serat: 3,05%, karbohidrat: 64,76% dan β-karoten: 1.304,75 mg/100 gram. Disarankan substitusi tepung ikan gabus sebanyak 10 % pada biskuit Balita.
48

Jumiati, Jumiati, e Yuyun Suprapti. "Performa Sensoris Petis Dari Kaldu Rajungan Dengan Penambahan Gula Aren Dan Kombinasi Tepung". Jurnal Miyang : Ronggolawe Fisheries and Marine Science Journal 3, n.º 2 (21 de novembro de 2023): 53–57. http://dx.doi.org/10.55719/j.miy.v3i2.906.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Petis adalah hasil olahan perikanan dari sisa pemindangan ikan /udang berbentuk pasta yang biasanya berwarna kecoklatan. Petis termasuk bumbu pelengkap untuk berbagai olahan makanan khas masyarakat, seperti rujak, tahu petis, ataupun dicampurkan dalam masakan untuk lauk. Produksi petis masih didominasi dengan skala usaha rumah tangga. Tidak hanya perhatian pada mutu kimiawi dan mikrobiologis, tetapi mutu sensori juga perlu diperhatikan untuk memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan petis. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis dan performa sensoris yang banyak disukai. Pengujian sensori meliputi kenampakan, aroma, rasa dan tekstur petis. Panelis semi terlatih berjumlah 25 orang. Metode experimental laboratories dengan 9 perlakuan yaitu perbedaan komposisi gula aren (G) sebesar 35% : 25% : 15% dan kombinasi bahan pengisi berupa tepung terigu dan tapioka (T) sebesar 5% : 7.5% : 10%. Metode pengujiannya adalah uji skoring (scoring test), dengan menggunakan skala 1 (nilai terendah) dan 9 (nilai tertinggi) sesuai SNI 2718.1-2013. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (P<0.01) di antara perlakuan. Spesifikasi aroma dan teksture dengan nilai tertinggi sebesar 8,76±0.8 dan 7,56±1.2 pada perlakuan G2T1 dengan 25% gula aren, 5% terigu dan 5% tapioka. Penambahan gula aren 35% memberikan nilai tertinggi sebesar 8,36±1,3 pada spesifikasi kenampakan. Spesifikasi rasa terbaik pada penambahan gula aren 25%, 7,5% terigu dan 7,5% tapioka dengan nilai 8,4±0.9. Petis dari kaldu rajungan memberikan alternatif dalam upaya diversifikasi hasil perikanan yang dapat meningkatkan nilai tambah dari limbah perikanan.
49

Wahyuni, Sri, Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi e Tri Rahayuni. "Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Bumbu Instan Bubuk Gulai Tempoyak dengan Penambahan Maltodekstrin". FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan 4, n.º 2 (23 de outubro de 2021): 40. http://dx.doi.org/10.26418/jft.v4i2.56718.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Gulai tempoyak merupakan makanan khas nusantara, tempoyak dalam masakan gulai berfungsi sebagai bumbu penyedap alami yang memberikan citarasa yang khas. Pengeringan bumbu instan bubuk gulai tempoyak diperlukan bahan pengisi. Salah satu bahan pengisi yang dapat digunakan adalah maltodekstrin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi maltodekstrin pada bumbu instan gulai tempoyak yang menghasilkan karakteristik fisikokimia dan sensori terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu perbandingan maltodekstrin (g) dengan ekstrak bumbu gulai tempoyak (ml) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan dengan 6 kali ulangan (1:20, 2:20, 3:20, 4:20). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA 5%, dengan uji lanjut menggunakan uji BNJ dengan taraf 5%. Perlakuan terbaik menggunakan uji indeks efektivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik diperoleh pada penambahan maltodekstrin 120 g. Karakteristik fisikokimia bumbu terbaik menghasilkan kadar air (5,14%), kelarutan (94,25%), total padatan terlarut (12,85°Brix) dan rendemen (17,01%). Hasil uji sensoris terbaik yaitu warna (3,76), rasa (3,90), dan aroma (3,46).
50

Nasution, Fauzan Alamsyah. "Karakteristik Bubur Instan Berbasis Jagung Manis dan Pepaya". Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 17, n.º 2 (2 de agosto de 2022): 1. http://dx.doi.org/10.26623/jtphp.v17i2.4684.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Resumo:
Bubur instan adalah bubur yang dalam penyajiannya tidak memerlukan proses pemasakan karena telah melalui proses pengolahan sebelumnya. Khasiat instan yang diharapkan pada bubur adalah memudahkan dalam penyajian dan penyimpanannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi jagung manis dan pepaya terbaik terhadap karakteristik dan karakteristik sensorik bubur instan berdasarkan SNI MP-ASI. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah rasio jagung manis dan pepaya, JP1 36.4:9.10, JP2 27.3:18.2, JP3 18.2:27.3 dan JP4 9.1:36.4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jagung manis rasio dan pepaya berpengaruh nyata terhadap sifat fisik, kadar air, protein, lemak, karbohidrat berdasarkan perbedaan dan penilaian sensori terhadap warna, aroma, kelembutan, rasa, dan nilai keseluruhan. Perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah rasio jagung manis dan pepaya 36.4:9,10 dimana kadar air 2,18%, kadar abu 0,39%, kadar protein 6,41%, kadar lemak 5,46% dan selisih kadar karbohidrat 85,52%. Penilaian hedonik secara keseluruhan disukai oleh panelis.

Vá para a bibliografia