Literatura científica selecionada sobre o tema "Monumen Pancasila Sakti (Jakarta, Indonesia)"

Crie uma referência precisa em APA, MLA, Chicago, Harvard, e outros estilos

Selecione um tipo de fonte:

Consulte a lista de atuais artigos, livros, teses, anais de congressos e outras fontes científicas relevantes para o tema "Monumen Pancasila Sakti (Jakarta, Indonesia)".

Ao lado de cada fonte na lista de referências, há um botão "Adicionar à bibliografia". Clique e geraremos automaticamente a citação bibliográfica do trabalho escolhido no estilo de citação de que você precisa: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

Você também pode baixar o texto completo da publicação científica em formato .pdf e ler o resumo do trabalho online se estiver presente nos metadados.

Artigos de revistas sobre o assunto "Monumen Pancasila Sakti (Jakarta, Indonesia)"

1

Hendraputri, Annisa Hedlina, Rinta Kridalukmana e Oky Dwi Nurhayati. "Pengembangan Game Edukatif G30S/PKI Berbasis Android". Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer 2, n.º 4 (31 de outubro de 2014): 231–40. http://dx.doi.org/10.14710/jtsiskom.2.4.2014.231-240.

Texto completo da fonte
Resumo:
Gaya hidup masyarakat zaman sekarang tak pernah lepas dari kemajuan teknologi. Masyarakat menengah keatas, baik dari anak-anak hingga orang dewasa, hampir tidak ada yang tidak meggunakan perangkat mobile seperti handphone atau tablet. Namun sayangnya masyarakat zaman sekarang cenderung apatis dengan kondisi sekitarnya, bahkan tidak mengenal sejarah negaranya. Penelitian ini dilakukan untuk mendekatkan kembali anak-anak dengan sejarah terutama peristiwa G30S/PKI melalui game perangkat seluler berbasis Android. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan tahap pengembangan MDLC (Multimedia Development Life Cycle) mulai dari tahap penentuan konsep sampai dengan sidtribusi. Sebagai sumber yang relevan, cerita sejarah diambil langsung dari Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, sebagai salah satu tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan peristiwa G30S/PKI. Hasil dari penelitian ini berupa suatu aplikasi permainan yang menceritakan peristiwa sejarah G30S/PKI yang dikemas menjadi aplikasi perangkat seluler dengan sistem operasi Android. Penelitian ini diharapkan mampu menarik minat anak-anak khususnya usia 9 sampai dengan 12 tahun untuk mempelajari dan mencintai sejarah Indonesia.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
2

Wahidiyat, Mita Purbasari, e Yiesha Tabina. "Visualizing G30s/PKI Tragedy Through Interactive Projector Media at Monumen Pancasila Sakti". Ultimart: Jurnal Komunikasi Visual 14, n.º 2 (24 de dezembro de 2021): 150–59. http://dx.doi.org/10.31937/ultimart.v14i2.2062.

Texto completo da fonte
Resumo:
Projection mapping adalah bentuk teknologi yang memproyeksikan citra ke permukaan atau platform. Sekarang ini, projection mapping sering digunakan untuk memberikan sensasi tersendiri berupa pengalaman kepada para pengunjung suatu tempat. Dalam penelitian ini, projection mapping digunakan di dalam Monumen Nasional Pancasila Sakti untuk memberikan sensasi dan pengalaman baru kepada pengunjung. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi lokasi, wawancara kepala bimbingan objek penelitian dan beberapa pengunjung. Hasil dari proyek ini berupa proyeksi interaktif berupa visual animasi bergerak yang dapat diinteraksikan, sehingga pengunjung mendapatkan pengalaman cerita yang realistis. Diharapkan dengan pemanfaatan animasi yang menarik, museum di Indonesia dapat bersaing dengan tempat-tempat lain yang banyak dikunjungi oleh kaum muda.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
3

Mirwa, Tetty, Sugito Sugito, Khaerul Saleh e Nelson Tarigan. "KARAKTERISTIK PATUNG MONUMEN DAN TUGU DI KOTA MEDAN". Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, n.º 1 (22 de maio de 2023): 33. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i1.38907.

Texto completo da fonte
Resumo:
This research was conducted to explore the works of monuments in the city of Medan. This study aims to reveal, explain and document the works of monuments and monuments. Related to this, this research is also: (1) to find out in real terms the techniques, materials of manufacture, visualization of ideas, shape characteristics, and layout arrangements in terms of the observer's perspective on the art of sculpture, monuments, and monuments, (2) to produce teaching materials for Sculpture. with local content in the Department of Fine Arts at the State University of Medan. The study was conducted on a population and a sample of 3 works. Data were collected by using the methods of observation, documentation, and questionnaires. Data analysis was used descriptively and qualitatively with the type of taxonomic analysis. The results of the analysis and discussion conclude that the meaning of monumental sculpture in the city of Medan expresses the value of state ideology, history, and culture. The meaning is contained in the shape, color, size of the material, and the location of the work which is based on the philosophy of Pancasila, the history of struggle, and the culture of the Indonesian nation. While the techniques used were the grain technique and cast iron reinforced concrete, the techniques were also modeling (printing), then the materials used were cement, concrete, and bronze. The average visualization of the work displayed human figures, while the monument displayed rectangular concrete objects towering upwards.Keywords: statues, monuments, teaching materials. AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mendalami tentang karya patung monumen dan tugu yang terdapat di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan, menjelaskan, dan mendokumentasikan karya patung monumen dan tugu. Terkait hal ini, penelitian ini juga adalah: (1) mengetahui secara nyata teknik, bahan pembuatan, visualisasi ide, karakteristik bentuk, pengaturan tata letak ditinjau dari perspektif pengamat pada seni patung monumen dan tugu, (2) menghasilkan bahan ajar Seni Patung yang bermuatan lokal pada Jurusan Seni Rupa di Universitas Negeri Medan. Penelitian dilakukan terhadap populasi dan 3 sampel karya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, dokumentasi dan kuesioner. Analisis data digunakan secara deskriptif kualitatif dengan jenis analisis taksonomi. Hasil analisis dan pembahasan menyimpulkan bahwa makna karya seni patung monumen di Kota Medan mengungkapkan nilai pada ideologi negara, sejarah dan budaya. Makna tersebut terkandung pada bentuk, warna, ukuran, bahan dan lokasi karya yang berlandaskan pada falsafah Pancasila, sejarah perjuangan dan budaya bangsa Indonesia. Sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik butsir, cor beton bertulang besi, juga teknik modelling (cetak), selanjutnya bahan yang digunakan rata-rata semen beton dan ada perunggu. Rata-rata visualisasi karya menampilkan sosok/figur manusia, sedangkan tugu menampilkan benda bentuk beton persegi panjang menjulang ke atas.Kata Kunci: patung, tugu pengayaan, bahan ajar.Authors:Tetty Mirwa : Universitas Negeri MedanSugito : Universitas Negeri MedanKhaerul Saleh : Universitas Negeri MedanNelson Tarigan : Universitas Negeri MedanReferences:Gie, L. (1976). Garis Besar Estetik. Yogyakarta: UGM.Hoeve, V. W. (1950). Ensiklopedia Indonesia. Bandung: Hoeve Press.Muchtar, B. (1992). Seni Patung Indonesia. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.Primadi, P. (1978). Proses Kreasi dan Apresiasi Seni. Jakarta: Ghalia Indonesia.Saylor, H. H. (1952). Dictionary of Architecture. New York: John Wilcy and Son Inc.Sirait, B. (1985). Komposisi Seni Rupa. Medan: IKIP Medan.Soedarso, S.P. (1976). Tinjauan Seni. Yogyakarta: ASRI.Soekadarman, M. S. (1977). Filsafat Seni dan Fenomenologi Karya Seni. Malang. Malang: IKIP Malang.Suryabrata, S. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Webster, M. (1971). Webster Seven New Dictionary. New York: G & C Merriam Company.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
4

Magnis-Susesno, Franz. "M. Sastrapratedja, Lima Gagasan Yang Dapat Mengubah Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila, 2013, 413 hlm." DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 13, n.º 1 (14 de abril de 2014): 138–42. http://dx.doi.org/10.36383/diskursus.v13i1.98.

Texto completo da fonte
Resumo:
Lima gagasan yang dapat mengubah Indonesia itu tentu Pancasila. Sebagaimana ditulis Jakob Oetama dalam kata pengantar buku Profesor Sastrapratedja, sudah sangat mendesak untuk mengaktualisasikan kembali Pancasila. Pancasila sudah lama berada dalam bahaya, bukan karena masih ada kekuatan politik yang mempersoalkannya, melainkan karena dukungan terhadap Pancasila cenderung menguapkan maknanya. Di masa Demokrasi Terpimpin Pancasila semakin dikesampingkan oleh semboyan-semboyan lain di mana yang paling tragis adalah NASAKOM. Di masa Orde Baru Pancasila dinyatakan sakti dan sesudahnya jutaan saudara dan saudari sebangsa dibunuh, dikucilkan, dan dihancurkan eksistensinya; Pancasila menjadi payung salah satu kejahatan terbesar dalam sejarah umat manusia. Dan kemudian, melalui manipulasi, seperti dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Pancasila di-jawa-kan—dalam pidatonya di Pekanbaru Suharto mengatakan bahwa untuk memahami Pancasila orang perlu tahu falsafah honocaroko—dan dibonsai menjadi anjuran untuk bersikap baik-baik, bebas bertanggungjawab di bawah naungan pemerintah. Pancasila bonsai itu diindoktrinasikan melalui kursus-kursus BP7 kepada masyarakat. Maka waktu Suharto meninggalkan tahta kekuasaannya, Pancasila seakan sudah masuk kotak, orang sepertinya malu berbicara mengenai Pancasila. Panggung ideologis yang kosong segera mulai diisi oleh ideologi-ideologi picik-agamis-eksklusivis yang betul-betul mau membersihkan Indonesia dari sisa Pancasila. Maka pada 2006 AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) menyerukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar Pancasila kembali dijadikan acuan akhir eksplisit segala kebijakan kenegaraan. Karena itu, pemahaman kembali tentang arti Pancasila sangat mendesak. Itulah aktualitas buku Professor Sastrapratedja. Judulnya bukan sekedar kata keren. Sastrapratedja menunjukkan bahwa Pancasila bukan sebuah dokumen sejarah saja—seperti Declaration of Independence Amerika Serikat—atau sebuah pilar di atasnya bangsa Indonesia meneruskan perjalanannya. Sastrapratedja memperlihatkan bahwa Pancasila mempunyai gigi; artinya, Pancasila merupakan petunjuk tajam tentang kebijakan mana yang boleh dan tidak boleh diambil oleh negara yang mewujudkan bangsa Indonesia. Sastrapratedja menunjukkan dengan rinci bahwa kalau kita mengaku mendasarkan kehidupan bangsa pada lima sila Pancasila maka ada konsekuensinya. Ada kebijakan yang wajib diambil dan ada kebijakan yang wajib ditolak. Kalau negara kita mengikuti petunjuk Pancasila maka negara kita akan berubah. Buku ini terdiri dari dua puluh tiga makalah yang ditulis penulis dalam lima belas tahun terakhir. Bentuk itu menguntungkan karena pembaca tidak perlu membaca 393 halaman teks ini dari permulaan sampai akhir. Daftar isi yang cukup jelas, sebuah indeks nama dan sebuah indeks analitis rinci membantu pembaca untuk menemukan persis apa yang dicarinya. Sastrapratedja tentu tidak hanya membicarakan Pancasila. Di antara sekian masalah yang dibicarakan ada, misalnya, ”etika ilmu pengetahuan“—yang menurut Sastrapratedja memuat lima prinsip: harus menghormati martabat manusia sebagai pribadi, berpegang pada prinsip ”tidak merugikan,” terarah pada kesejahteraan bagi manusia dan masyarakat seluruhnya, pada pengurangan penderitaan, serta pada pemerataan hasil-hasilnya—, ”nasionalisme,“ ”jati diri manusia Indonesia,“ ”globalisasi“ dan tantangannya, pelbagai arti kata ”ideologi,“ ”etika politik,“ arti ”budaya politik,“ ”multikulturalisme,“ ”krisis modernitas“ sampai ”keamanan pangan“ sebagai tantangan etis. ....... Satu muatan Pancasila yang diangkat oleh Sastrapratedja adalah bahwa ”Pancasila menjadikan kehidupan masyarakat dan negara lebih manusiawi.” Mempancasilakan Indonesia berarti membuat bangsa Indonesia hidup bersama dengan lebih manusiawi. Hal itu eksplisit dituntut dalam sila kedua, tetapi memancar ke semua sila. Lebih manusiawi berarti penolakan terhadap kekerasan sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah. Pancasila mendorong untuk mengusahakan “penghalusan perasaan” dan “transformasi keagresifan” manusia Indonesia. Ketuhanan Yang Maha Esa memanusiakan manusia dengan mengajak menghormati perbedaan, mengakui identitas semua warga dan komunitas masyarakat, dan dengan menjamin kebebasan beragama dan ”toleransi” terhadap kemajemukan. Menjunjung tinggi Pancasila membawa kewajiban untuk menjamin hak-hak asasi manusia. Demokrasi membawa ”komitmen pada kesamaan.” Usaha mewujudkan keadilan sosial berakar dalam solidaritas. Bahwa Pancasila merupakan suatu etika politik, menurut Sastrapratedja, tidak berarti bahwa Pancasila tidak menyangkut sikap etis manusia Indonesia masing-masing. Pancasila dapat menjadi etika politik apabila nilai-nilai Pancasila dihayati oleh masyarakat masing-masing. Sesuai dengan lima silanya karakter manusia Pancasilais ditandai oleh lima kemampuan: kemampuan untuk menghargai perbedaan, untuk membawa diri secara manusiawi dan santun, untuk mencintai tanah airnya, untuk bersikap demokratis, serta bersikap adil dan solider. Pendidikan Pancasila dengan demikian adalah pendidikan yang mendukung perkembangan sikap-sikap Pancasilais itu. Sesuatu yang masih dapat dimasukkan ke dalam edisi berikut buku ”Lima Gagasan…” adalah tanggapan terhadap pelbagai paham tentang Pancasila yang selama ini muncul di Indonesia. Ada sebuah koreksi kecil. Catatan Delanty, yang dikutip Sastrapratedja, yang mengatakan bahwa Ayatullah Khomeini dulu menyebarkan gagasannya lewat internet (hlm. 85) tentu keliru. Waktu Khomeini di Paris—dan sampai ia meninggal dunia—belum ada internet. (Franz Magnis-Suseno, Guru Besar Ilmu Filsafat Emeritus, Sekolah Tinggi Filsafat, Driyarakra, Jakarta ).
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
5

Munsi, Hardiyanti. "Dari Masa Lalu ke Masa Kini: Memori Kolektif, Konstruksi Negara dan Normalisasi Anti-Komunis". ETNOSIA : Jurnal Etnografi Indonesia 1, n.º 1 (13 de setembro de 2016). http://dx.doi.org/10.31947/etnosia.v1i1.998.

Texto completo da fonte
Resumo:
AbstractThis article is focused on how the incident of G30S/PKI has left atrauma to the state and how the state deals with it in the era afterwards. It show that such incident is constructed by the state that PKI is the enemy of the state and threathens the sovereignity of the state ideology, and this is embedded to shape a collective memory. This has been used to construct and to normalize the anti-communist movement in Indonesia through various strategies by, for example, the establishment of Monumen Pancasila Sakti, the suppression of communist movement, the military recruitment, and a variety of doctrines in the military education. These aim to construct a united understanding about the incident of G30S/PKI and to normalize the anti-communist discourse in Indonesia. Keywords: Collective memory, PKI, G30S/PKI, TNI, state, construction, anti-communist,normalization
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.

Livros sobre o assunto "Monumen Pancasila Sakti (Jakarta, Indonesia)"

1

Ashton, Paul, Kresno Brahmantyo e Jaya Keaney. In the Service of the State. Editado por Paula Hamilton e James B. Gardner. Oxford University Press, 2017. http://dx.doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199766024.013.28.

Texto completo da fonte
Resumo:
Public history in Indonesia today faces considerable challenges. Despite the downfall of the New Order regime, its nationalist history program and agenda remain powerful in the culture. Nowhere is this more apparent than in the construction and use of authorized monuments and memorials. Monuments and memorials are evocative and affective; they promote and perpetuate emotional bonds. Drawing on familiar materials and symbols, they are aimed at particular audiences in specific contexts, and they are intended to be efficacious. As objects with the potential to affect communities or whole societies, they are also contestable. This chapter draws on what are arguably two of the most prominent public monuments and memorials in Indonesia—the Sacred Pancasila Monument (Monumen Pancasila Sakti), which speaks primarily to an internal or domestic audience, and the memorial to the victims of the Bali bombing in Kuta, which is primarily aimed at an international audience.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Oferecemos descontos em todos os planos premium para autores cujas obras estão incluídas em seleções literárias temáticas. Contate-nos para obter um código promocional único!

Vá para a bibliografia