Siga este link para ver outros tipos de publicações sobre o tema: Bioetanol.

Artigos de revistas sobre o tema "Bioetanol"

Crie uma referência precisa em APA, MLA, Chicago, Harvard, e outros estilos

Selecione um tipo de fonte:

Veja os 50 melhores artigos de revistas para estudos sobre o assunto "Bioetanol".

Ao lado de cada fonte na lista de referências, há um botão "Adicionar à bibliografia". Clique e geraremos automaticamente a citação bibliográfica do trabalho escolhido no estilo de citação de que você precisa: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

Você também pode baixar o texto completo da publicação científica em formato .pdf e ler o resumo do trabalho online se estiver presente nos metadados.

Veja os artigos de revistas das mais diversas áreas científicas e compile uma bibliografia correta.

1

SP Negara, Bertoka Fajar, Irfandi Irfandi, Nining Nursalim e Nurlaila Ervina Herliany. "POTENSI Nannochloropsis oculata DAN Tetraselmis chuii SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL". Jurnal Laot Ilmu Kelautan 1, n.º 2 (8 de outubro de 2019): 23. http://dx.doi.org/10.35308/jlaot.v1i2.2315.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bahan bakar fosil yang semakin menipis menimbulkan permasalahan baru dalam mewujudkan ketahanan energi didunia. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan bersifat terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi biomassa Nannochloropsis oculata dan Tetraselmis chuii. Kultur Nannochloropsis oculata dan Tetraselmis chuii selama 5 hari, hidrolisis asam dilakukan dengan menggunakan H2SO4 0,2 M dengan suhu 121 oC dan tekanan 1 atm selama 30 menit, fermentasi menggunakan Saccaromyces cereviciae selama 5 hari. hasil hidrolisis Nannochloropsis oculata memiliki kadar gula sebesar 4%, hasil fermentasi Nannochloropsis oculata mengandung etanol sebanyak 12 mL dengan konsentrasi 4%. Hasil hidrolisisyang dilakukan menghasilkan kadar gula 4%. Hasil fermentasi menghasilkan 1% bioetaniol.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
2

Petravić Tominac, Vlatka, Martina Tolvajčić, Damir Stanzer, Jasna Mrvčić, Karla Hanousek Čiča e Božidar Šantek. "Potencijal bakterija za proizvodnju bioetanola iz lignoceluloznih sirovina". Glasnik zaštite bilja 41, n.º 4 (27 de julho de 2018): 74–82. http://dx.doi.org/10.31727/gzb.41.4.2.

Texto completo da fonte
Resumo:
Poljoprivreda, šumarstvo i prehrambena industrija izvori su velike količine lignocelulozne biomase, koja može poslužiti kao lako dostupna i jeftina obnovljiva sirovina za dobivanje različitih bioproizvoda. Jedan od takvih proizvoda je i bioetanol. Ovaj rad daje pregled bakterija koje se koriste i/ili istražuju za proizvodnju bioetanola iz lignoceluloznih sirovina. U navedenim istraživanjima proizvodnje bioetanola pomoću bakterija primijenjuju se različiti pristupi kako bi se povećala ekološka i ekonomska efikasnost procesa. Pored uobičajenih bioprocesa, koji se provode u više faza i uz pomoć monokulture, razvijaju se i visokointegrirani (konsolidirani) bioprocesi uz primjenu mikrobnih kokultura.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
3

Nasrun, Nasrun, Jalaluddin Jalaluddin e Mahfuddhah Mahfuddhah. "Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya". Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4, n.º 2 (14 de novembro de 2017): 1. http://dx.doi.org/10.29103/jtku.v4i2.68.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol memiliki banyak fungsi dan kegunaan, diantaranya sebagai pelarut. Bioetanol belakangan ini dikenal sebagai salah satu bahan bakar alternatif yangcukup potensial, selain dapat dibuat dengan mudah dan dengan biaya murah,bioetanol juga dapat dibuat dari berbagai bahan baku yang ada di alam. Pada penelitian ini dibuat bioetanol dari kulit pepaya, tujuannya adalah untuk mengkaji pengaruh jumlah ragi dan waktu fermentasi terhadap jumlah bioetanol yang diperoleh. Hasil penelitian didapatkan bahwa volume bioetanol tertinggi 31,17 ml didapatkan pada perlakuan waktu fermentasi selama 4 hari dan penambahan ragi Saccaromyces cereviceae sebanyak 15 gram, densitas bioetanol tertinggi diperoleh pada jumlah ragi 15 gram dengan waktu fermentasi 4 hari yaitu 0,883 gr/ml, pH media tertinggi selama fermentasi yaitu 5 yang terdapat pada jumlah ragi 20 gram dengan waktu fermentasi 3, 4, dan 5 hari. Rendemen bioetanol yang paling tinggi diperoleh pada jumlah ragi 15 gram dengan waktu fermentasi 4 hari yaitu sebesar 6,23%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
4

Gunawan, Leo Van, e Marwan Effendy. "Pengaruh Campuran Bioetanol Biji Durian pada Bahan Bakar Pertalite terhadap Performa Mesin dan Emisi Gas Buang Kendaraan". ROTASI 21, n.º 2 (31 de maio de 2019): 76. http://dx.doi.org/10.14710/rotasi.21.2.76-81.

Texto completo da fonte
Resumo:
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan bioetanol pada bahan bakar pertalite terhadap performa mesin dan emisi gas buang hasil pembakarannya. Mesin otto 4 langkah dengan satu silinder dipergunakan dalam eksperimen pengujian. Tahap berikutnya adalah pengujian performa mesin dan emisi pembakaran yang ditimbulkan pada beberapa variasi konsentrasi penambahan bioetanol ke dalam bahan bakar pertalite. Variasi tersebut yaitu komposisi E05 (95% pertalite dan 5% bioetanol), E10 (90% pertalite dan 10% bioetanol) dan E15 (85% pertalite dan 15% bioetanol). Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan campuran bioetanol mampu sedikit mereduksi emisi HC dan CO pada pengoperasian putaran mesin antara 2000-4000 rpm. Daya mesin juga masih mampu dipertahankan Langkah pertama adalah produksi bioetanol dengan tahapan pembuatan tepung dari biji durian, liquifikasi, sakarifikasi, fermentasi, distilasi dan memurnikan etanol dengan proses dehidrasi. dengan performa yang relatif tinggi sebagaimana pada penggunaan bahan bakar pertalite murni.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
5

Latara, Andika, Mustofa Mustofa e Sjahril Botutihe. "Destilasi Bioetanol dari Nira Aren dengan Variasi Waktu Pengadukan pada Proses Fermentasi". Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 6, n.º 2 (7 de dezembro de 2021): 30–35. http://dx.doi.org/10.30869/jtpg.v6i2.809.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor menggantikan bensin dan pertalite. Bioetanol umumnya diperoleh dari produk-produk pertanian, baik yang berupa padatan seperti dari ubi-ubian atau produk cair seperti nira nipah atau nira aren. Produksi bioetanol umumnya dilakukan dengan metode destilasi dengan memanfaatkan perbedaan titik didih antara zat yang akan dipisahkan, dalam hal ini etanol dan air. Sebelum proses destilasi, bahan sumber bioetanol dilakukan proses fermentasi dengan bantuan ragi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kadar alkohol dari bioetanol yang dihasilkan dengan perbedaan waktu pengadukan selama fermentasi. Produksi bioetanol pada penelitian ini dilakukan melalui serangkaian tahapan kegiatan meliputi pasteurisasi, fermentasi, dan destilasi. Proses fermentasi bioetanol berlangsung selama 3 hari setelah proses pasteurisasi. Selama fermentasi, air nira diaduk dengan dua variasi waktu pengadukan yang berbeda, yaitu 3 menit dan 6 menit setiap 6 jam sekali. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat destilasi, kompor gas, pH meter, termometer, alkohol meter, pompa air, air pendingin, nira aren, ragi dan gas LPG. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa semakin lama waktu pengadukan saat fermentasi dapat meningkatkan kadar alkohol dari bioetanol yang dihasilkan. Proses pengadukan selama 3 menit menghasilkan bioetanol dengan kadar alkohol 49%, sedangkan peningkatan waktu pengadukan menjadi 6 menit berkontribusi pada peningkatan kadar alkohol menjadi 55%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa waktu pengadukan saat fermentasi bioetanol memiliki peran dalam peningkatan kualitas etanol yang dihasilkan.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
6

Hartantio, Yoppy, Rukmi Sari Hartati e I. Nyoman Satya Kumara. "Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioetanol Dari Limbah Kertas Sebagai Bahan Bakar Genset". Majalah Ilmiah Teknologi Elektro 17, n.º 3 (20 de dezembro de 2018): 433. http://dx.doi.org/10.24843/mite.2018.v17i03.p19.

Texto completo da fonte
Resumo:
Kebutuhan BBM di indonesia yang tinggi mengakibatkan rasio impor BBM meningkat dan menyebabkan ketahanan energi dalam negeri melemah. Menyikapi hal tersebut dikembangkanlah bahan bakar nabati (BBN) salah satu diantaranya yaitu bioetanol. Bahan baku pembuatan bioetanol bisa dari berbagai macam benda, namunkertas merupakan bahan baku bioetanol yang paling mudah didapat disekitar kita. PT Temprina Media Grafika anak perusahaan dari Jawa Pos Group menghasilkan limbah kertas tiap harinya. Dari limbah tersebut diolah menjadi bioetanol dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar genset.Dari 1 kg limbah kertas didapat 30 ml bioetanol dengan konsentrasi 86%.Dengan mencampurkan bioetanol pada bensin diperoleh bahan bakar campuran yang disebut E85, E60, dan E35. Sedangkan bensin murni RON 88 dari pertamina disebut E10. Melalui pengujian pada genset dengan beban 600 watt dan 900 watt kemudian dilakukan pengukuran voltase, daya, frekuensi, RPM dan SOFC diperoleh bahwa semua parameter mengalami penurunan saat menggunakan bahan bakar campuran bioetanol.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
7

Naimah, Khoirun, e Muhammad Rizky Zen. "Pengaruh Preparasi Ubi Kayu dengan Metode Bahan Baku Langsung dan Tidak Langsung terhadap Produksi Bioetanol". Journal of Science and Applicative Technology 5, n.º 2 (12 de julho de 2021): 325. http://dx.doi.org/10.35472/jsat.v5i2.428.

Texto completo da fonte
Resumo:
Dalam penelitian ini, pengaruh metode langsung dan tak langsung pada bahan baku ubi kayu terhadap kuantitas dan kualitas produk bioetanol telah dipelajari. Pengukuran terhadap volume produk, pH, dan Indeks bias dari produk juga telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari produk bioetanol. Dari 1000 gram ubi kayu, volume bioetanol yang dihasilkan dengan metode bahan baku langsung adalah 19 mL, sedangkan untuk metode tak langsung adalah 3 mL, kemudian untuk nilai pH, kedua metode menunjukkan hasil yang sama yaitu 6. Untuk nilai indeks bias pada produk bioetanol dengan metode langsung dan tak langsung adalah 1,3421 dan 1,337. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa preparasi ubi kayu dengan metode bahan baku langsung dalam produksi bioetanol lebih baik dibandingkan dengan metode tidak langsung dari segi jumlah bioetanol yang dihasilkan.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
8

Wiratmaja, I. Gede, e Edi Elisa. "Kajian Peluang Pemanfaatan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Utama Kendaraan Masa Depan Di Indonesia". Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Undiksha 8, n.º 1 (22 de julho de 2020): 1. http://dx.doi.org/10.23887/jptm.v8i1.27298.

Texto completo da fonte
Resumo:
Kelangsungan penggunaan bioetanol sebagai aditif dari bahan bakar bensin yang bersumber dari energi fosil khususnya di Indonesia cukup mendapatan tantangan berat, apalagi untuk menjadikan bioetanol sebagai bahan bakar utama pengganti bahan bakar fosil dimasa depan. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil kajian dan studi literatur yang berkaitan dengan pemanfaatan bioetanol sebagai salah satu energi alternatif. Metode penelitian meliputi pengambilan dan kompilasi data sekunder serta berusaha memberikan suatu gagasan solusi dalam mengatasi permasalahan yang timbul yang pada akhirnya dari analisis data ditarik suatu kesimpulan dari keseluruhan studi literatur yang telah dilakukan.Dari kajian literatur diperoleh kelebihan dari bioetanol yang cukup signifikan yaitu mampu meningkatkan unjuk kerja dari mesin terutama pada putaran mesin yang tinggi. Penggunaan bioetanol juga mampu menurunkan emisi CO, dan CO2. Harus pula dilihat beberapa kekurangannya antara lain bioetanol bereaksi dengan logam seperti magnesium dan aluminium. Selanjutnya dari sisi ekonomi untuk memasarkan bioetanol dengan harga rendah cukup sulit untuk dilakukan. Dari segi penyediaan bahan baku yang bersumber dari tanaman yang mengandung gula dikhawatirkan akan memicu persaingan antara ketersediaan bahan baku dengan ketersediaan pangan.Salah satu solusi dalam menjamin keberlangsungan pemenuhan bahan baku pembuatan bioetanol adalah melalui pemanfaatan bahan-bahan berlignosellulosa yang memiliki struktur gula sederhana dan dapat dikonversi menjadi etanol. Dari sisi ketersediaan masih cukup melimpah dan masih belum banyak dimanfaatkan dalam skala besar. Kata Kunci : Bioetanol, Energi Terbarukan, Unjuk Kerja
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
9

Novia, Dhika Uljanah e Eko Safitri. "Pengaruh penambahan bahan pengental pembuatan bioetanol gel dan uji perpindahan panas dengan simulasi ansys fluent16". Jurnal Teknik Kimia 24, n.º 2 (1 de julho de 2018): 63–69. http://dx.doi.org/10.36706/jtk.v24i2.433.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi yang memiliki potensi untuk di kembangkan di Indonesia adalah bioetanol. Bioetanol merupakan biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan yang dihasilkan dari proses fermentasi. Sifat fisik bioetanol yang berbentuk cairan menyebabkan bioetanol mudah tumpah saat pendistribusian. Penelitian ini mengkonversikan bioethanol cair menjadi berbentuk gel dengan adanya penambahan thickening agent. Larutan bioetanol (70%) akan ditambahkan bahan pengental CMC dan Carbopol dengan variasi penambahan 1,0;1,2 ; 1,4; 1,6; 1,8; 2,0 gram. Bioetanol gel dengan bahan pengental CMC dan Carbopol menghasilkan spesifikasi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan pengental CMC menghasilkan formulasi terbaik saat penambahan 1,8 gram viskositas 75,7288 m.Pa/s dan residu pembakaran 5,3%. Sementara bahan pengental Carbopol menghasilkan formulasi terbaik pada penambahan 2,0 gram dengan viskositas 102,443 m.Pa/s dan residu pembakaran 0,6%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
10

Kalsum, Ummi, e Heni Juniar. "PEMBUATAN BIOETANOL DARI PATI UBI DENGAN PROSES HIDROLISIS ASAM". Jurnal Distilasi 2, n.º 2 (5 de novembro de 2018): 47. http://dx.doi.org/10.32502/jd.v2i2.1203.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bahan bakar bioetanol (C2H5OH)adalah biofuel yang mengandung etanol dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol. Pembuatan bioetanol disini adalah dengan metode hidrolisa HCl 15% dengan bahan baku pati ubi kayu. Pati tersebut akan diambil kandungan karbohidrat dan dikonversi menjadi glukosa (gula) larut dalam air. Ada tiga proses penelitian pembuatan bioetanol ini yaitu proses penghilangan lignin, proses hidrolisa yang akan membentuk alkohol dan proses pemurnian. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan nilai indeks bias dan berat jenis bioetanol yang didapat dengan nilai indeks bias dan berat jenis bioetanol sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kenaikan nilai indeks bias dan berat jenis bioetanol yang didapat antara kurun waktu 25 sampai dengan 120 menit dengan variabel volume HCl 15% yang digunakan yaitu 25 sampai dengan 45 ml. Dan nilai maksimum indeks bias yang didapat adalah 1,3561 dengan waktu hidrolisa selama 50 menit dan volume HCl yang digunakan sebanyak 45 ml. Sedangkan nilai maksimum berat jeni bioetanol yang didapat adalah 1,1011 dengan waktu hidrolisa selama 25 menit dan volume HCl sebanyak 25 ml.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
11

Atikah, Atikah. "EFEKTIFITAS BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES PENINGKATAN KADAR BIOETANOL". Jurnal Distilasi 2, n.º 2 (5 de novembro de 2018): 23. http://dx.doi.org/10.32502/jd.v2i2.1200.

Texto completo da fonte
Resumo:
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kadar bioetanol menggunakan proses adsorpsi dengan bentonit sebagai adsorben. Ukuran partikel koloid yang sangat kecil dan kapasitas permukaan ion yang tinggi menyebabkan bentonit mempunyai sifat mengadsoprsi. Proses adsorpsi lebih efektif dan efisien dari segi penggunaan energi untuk memisahkan bioetanol dan air. Proses adsorpsi dilakukan secara batch, dengan memasukkan bioetanol kadar 70% dan bentonite yang telah teraktivasi dengan HCL 1 M kemudian dilakukan pengadukan. Proses adsorpsi dilakukan masing-masing selama 30, 50, 70, 90 dan 110 menit. Selanjutnya bioetanol dan bentonite dipisahkan untuk mendapatkan bioetanol murni yang selanjutnya dianalisa kadar bioetanolnya menggunakan Gas Chromatography (GC). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar etanol dengan makin banyak jumlah adsorben dan semakin lama waktu proses. Hasil terbaik berlangsung pada waktu proses 110 menit dan berat bentonite 50 gram dengan kadar bioetanol 93,29% dan peningkatan kadar 77,63% dari kadar awal 70% .
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
12

Wandono, E. Hugeng, Endang Kusdiyantini e Hadiyanto Hadiyanto. "EFEKTIVITAS LIMBAH KULIT NANAS MADU KERING (Ananas Comosus l.Merr) UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI". Jurnal Energi Baru dan Terbarukan 1, n.º 2 (12 de janeiro de 2021): 32–41. http://dx.doi.org/10.14710/jebt.2020.9019.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioenergi adalah salah satu energi yang dapat diperbaruhi dan juga ramah lingkungan, salah satunya adalah bioetanol. Bahan baku yang mengandung glukosa, selulosa dan pati dapat digunakan menjadi bioetanol Nanas madu adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan menjadi bioenergi. Penelitian ini bertujuan membuktikan efektivitas limbah kulit nanas madu kering untuk pembuatan bioetanol serta mengetahui kadar bioetanol yang dihasilkan. Proses fermentasi yang digunakan dalam peneltian ini . Kulit nanas madu yang sudah dikeringkan di proses hidrolisis, fermentasi dan distilasi. Proses fermentasi dengan variasi waktu fermentasi 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6 hari, 7 hari,8 hari, 9 hari, 10 hari, 11 hari dan 12 hari. Hasil fermentasi tercepat akan didistilasi sebanyak dua kali dan dianalisa kadar bioetanol dengan GC-MS. Kadar bioetanol dari limbah kulit kering nanas madu didapatkan sebesar 95,66 % dengan waktu fermentasi selama 4 hari.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
13

Kurniawan, Edy Wibowo. "Studi Produksi Bioenergi Bioetanol dari Sari Buah Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) Metode Fermentasi dengan Penambahan Amonium Fosfat dan Urea Sebagai Sumber Nitrogen". Buletin Loupe 17, n.º 02 (28 de dezembro de 2021): 99–104. http://dx.doi.org/10.51967/buletinloupe.v17i02.861.

Texto completo da fonte
Resumo:
Pemerintah Indonesia giat mencari dan mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam menghadapi krisis energi. Melalui Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 tentang Bahan Bakar Nabati. Bioetanol dari bahan baku yang mengandung karbohidrat/gula merupakan generasi pertama. Pemanfaatan buah jambu mete dengan kandungan karbohidrat merupakan pengembangan produksi bioetanol generasi pertama dari bahan yang bukan diprioritaskan sebagai bahan pangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan sumber nitrogen dari pupuk amonium fosfat (ZA) dan urea terhadap fermentasi sari buah jambu mete guna memproduksi bioetanol sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT). Penelitian dimulai dengan tahapan pembuatan sari buah jambu mete. Kemudian tahap variasi perlakuan pada penambahan sumber nitrogen dari amonium fosfat dan urea pada media fermentasi sari buah jambu mete. Konsentrasi penambahan amonium fosfat pada konsentrasi 0,25-2,0 g/l, sedangkan pupuk urea pada konsentrasi 0,1-1,0 g/l. fermentasi dilakukan selama 24 jam. Analisis yang dilakukan berupa kandungan N, P, K pada bahan sari buah jambu mete, produksi biomassa sel dan bbioetanol, pH media serta produktivitas bioetanol spesifik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sumber nitrogen dari amonium fosfat dan urea meningkatkan produksi biomassa sel. Produksi bioetanol meningkat sampai konsentrasi penambahan amonium fosfat 1,5 g/l dengan produksi bioetanol 24,36 g/l. Sedangkan pada urea 0,4 g/l memproduksi bioetanol 28,67 g/l. Adapun produktivitas bioetanol spesifik meningkat sampai penambahan amonium fosfat 0,25 g/l atau urea 0,1 g/l.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
14

Devitria, Rosa, e Dini Fatmi. "SCREENING DAN ISOLASI MIKROB POTENSIAL UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DARI TANAH GAMBUT CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU RIAU". Human Care Journal 3, n.º 2 (17 de outubro de 2018): 90. http://dx.doi.org/10.32883/hcj.v3i2.101.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang diproduksi melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme. Produksi bioetanol dunia meningkat seiring dengan gejolak harga minyak. Minat untuk memproduksi etanol melalui fermentasi bahan baku yang murah, seperti lignoselulosa dari limbah pertanian, kehutanan, dan tanaman yang mempunyai kandungan biomassa tinggi makin meningkat. Produksi bioetanol dilakukan melalui tiga tahapan proses yaitu hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Pada proses fermentasi, dilakukan dengan bantuan mikrob. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi bioetanol dari limbah tandan kosong kelapa sawit dengan bantuan bakteri yang diisolasi dari tanah gambut Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau. Dari hasil penelitian diperoleh kadar bioetanol didapatkan sebesar 0,642% pada fermentasi selama 4 hari dan 5,61% pada fermentasi selama 6 hari.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
15

Arlianti, Lily. "Bioetanol Sebagai Sumber Green Energy Alternatif yang Potensial Di Indonesia". UNISTEK 5, n.º 1 (19 de janeiro de 2018): 16–22. http://dx.doi.org/10.33592/unistek.v5i1.280.

Texto completo da fonte
Resumo:
Ketersediaan bahan bakar fosil di dunia sudah semakin menipis, untuk itu bioetanol menjadibahan bakar alternatif yang menjanjikan di masa depan. Indonesia sebagai negara yang memilikisumber daya alam nabati yang kaya memiliki peluang besar menjadi negara produsen bioetanol.Bioetanol dapat dihasilkan dari tumbuhan yang mengandung pati dan lignoselulosa. Saat ini sudahbanyak yang mengembangkan bioetanol dari limbah seperti limbah cucian beras, susu kadaluwarsa,limbah buah stroberi, limbah kulit nanas, limbah kulit dan bonggol pisang, limbah batang jagung dansebagainya. Pada umumnya proses pembuatan bioetanol adalah dengan cara hidrolisis, fermentasidan destilasi.Penelitian pembuatan bioetanol dari bahan-bahan yang lain ini akan sangat menarikuntuk dikembangkan karena kebutuhan yang semakin meningkat dan sifatnya sebagai energi yangramah lingkungan atau green energy.Kata kunci: bioetanol, hidrolisis, fermentasi, destilasi
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
16

Cahyana, Budi Tri, e Tejo Wahyudi. "POTENSI NIRA AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL". Jurnal Riset Industri Hasil Hutan 4, n.º 2 (31 de dezembro de 2012): 6. http://dx.doi.org/10.24111/jrihh.v4i2.1202.

Texto completo da fonte
Resumo:
Aren (Arenga pinnata) is one of the plants that can be utilize as the raw material for bioetanol. The research of bioetanol producing used nira aren as raw material has been conducted by yeast of pure culture Saccharomyces cerevisiae and fermipan. The process is done by fermentation and distillation based on the duration of fermentation, concentration ratio of starter to the substrate by each type of yeast used. The result of research shows that the highest yield of bioetanol on pure culture fermentation as long 50 hours with 10 % concentration of starter, that is 14,9 %. The highest content of bioetanol is on fermentation as long 75 hours with 5 % concentration of starter, that is 73,0 %. Fermentation with fermipan, the the highest yield and concentration of bioetanol is at the fermentation as long 75 hours with the starter concentration of 15 %, that is 10,1 % and 66,0 %.Keywords: nira aren, saccharomyces cerevisiae, fermipan, starter concentration, output concentration of bioetanol
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
17

Yudhanta, Ricko, Sumantri W. Praja, Juliaman P e Djajadi Djajadi. "PENGARUH CAMPURAN BIOETANOL PADA PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA (PERFORMA) MESIN OTTO 4 SILINDER". Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Transportasi Darat 9, n.º 1 (10 de novembro de 2018): 88–97. http://dx.doi.org/10.55511/jpsttd.v9i1.58.

Texto completo da fonte
Resumo:
Dilatar belakangi oleh pemakaian motor bensin dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini mengakibatkan pemakaian bahan bakar minyak bumi semakin meningkat dan tentu sangat mengkhawatirkan, karena dengan peningkatan pemakaian bahan bakar minyak bumi, maka cadangan minyak bumi akan semakin berkurang sedangkan kebutuhan akan minyak terus bertambah. Keadaan diatas juga tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidang energi, yang mengusahakan pemakaian bahan bakar minyak bumi yang sehemat-hematnya, mengingat minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Krisis energi ini menyebabkan manusia beralih pola pikir untuk lebih mengintensifkan penelitian dan penggunaan dari energi yang tidak terbarukan ke energi yang terbarukan. Etanol merupakan bahan bakar beroktan tinggi yang dapat digunakan sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Etanol mengandung oksigen, sehingga menyempurnakan pembakaran bahan bakar dengan efek positif meminimalkan pencemaran udara. Bahan bakar yang digunakan untuk penelitian ini adalah pertalite murni (E0), campuran bioetanol 5% + pertalite 95% (E5), campuran bioetanol 10% + pertalite 90% (E10), campuran bioetanol 15% + pertalite 85% (E15), dan campuran bioetanol 20% + pertalite 80% (E20). Pencampuran bioetanol pada bahan bakar pertalite dapat meningkatkan performa mesin mencapai titik maksimal pada campuran bahan bakar E15, tetapi pencampuran bioetanol diatas 15% performa cenderung akan menurun. Untuk mendapatkan performa mesin yang baik, campuran yang paling baik adalah dengan mencampurkan bioetanol 15% ke dalam pertalite untuk mobil dengan usia diatas 15 tahun. Hal ini didasarkan pada nilai rata-rata torsi dan daya yang dihasilkan oleh masing-masing campuran bahan bakar bioetanol.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
18

Arif, Abdullah Bin, Agus Budiyanto, Wahyu Diyono e Nur Richana. "OPTIMASI WAKTU FERMENTASI PRODUKSI BIOETANOL DARI DEDAK SORGHUM MANIS (Sorghum Bicolor L) MELALUI PROSES ENZIMATIS". Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 14, n.º 2 (13 de fevereiro de 2018): 67. http://dx.doi.org/10.21082/jpasca.v14n2.2017.67-78.

Texto completo da fonte
Resumo:
Salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang potensial untuk dikembangkan adalah bioetanol. Bioetanol merupakan salah satu EBT yang banyak dipertimbangkan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. Sorgum merupakan tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk produksi bioetanol. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh konsentrasi enzim terbaik saat hidrolisis dan waktu fermentasi yang optimum pada produksi bioetanol dari dedak sorgum manis. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor pada bulan Januari-Mei 2016. Bahan-bahan yang digunakan meliputi dedak sorgum manis, enzim amilase, enzim glukoamilase dan Saccharomyces cereviseae. Pada penelitian ini terdapat tiga tahapan kegiatan, yang meliputi: Karakterisasi bahan baku, optimasi hidrolisis enzimatis pada produksi gula dari dedak sorgum, optimasi pengaruh perlakuan penambahan konsentrasi enzim (α-amilase dan glukoamilase) dan lama fermentasi pada produksi bioetanol dari dedak sorgum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dedak sorgum manis dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dengan waktu fermentasi optimum selama 48 jam dengan penambahan konsentrasi enzim α-amilase : glukoamilase (0,5 : 1,5) ml/kg dengan hasil rendemen sebanyak 20,88%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
19

Purwandani, Ledy, Erning Indrastuti e Fenny Imelda. "Pembuatan Bioetanol dari Nira Kelapa Sawit Menggunakan Saccharomyces cerevisiae". Buletin Loupe 16, n.º 01 (14 de agosto de 2020): 1–7. http://dx.doi.org/10.51967/buletinloupe.v16i01.70.

Texto completo da fonte
Resumo:
Pohon kelapa sawit tua (Elaeis quineensis Jacq) yang memasuki periode replanting berpotensi menghasilkan nira. Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan produk bioetanol dari nira sawit yang berasal dari pohon sawit yang sudah tidak produktif dan ditebang dengan optimalisasi proses fermentasi menggunakan Saccharomyces cerevisiae dengan perlakuan kombinasi waktu fermentasi (24, 48, dan 72 jam) dan starter mikroba yang ditambahkan (5, 10, dan 15%). Proses fermentasi dilakukan pada suhu ruang (26-28°C). Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah proses fermentasi. Tahap kedua adalah proses destilasi yang dilakukan pada suhu 78°C, Tahap ketiga adalah penentuan kualitas bioetanol yang dihasilkan. Parameter kualitas bioetanol yang diamati meliputi kadar etanol dan densitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar bioetanol dari nira kelapa sawit yang dihasilkan dengan perlakuan lama waktu fermentasi dan konsentrasi inokulum berkisar 3-8%. Perlakuan terbaik bioetanol dari nira kelapa sawit dengan penentuan metode indeks efektivitas adalah perlakuan dengan perlakuan lama waktu fermentasi 24 jam dan penambahan konsentrasi inokulum 10%. Rendemen dari bioetanol dengan satu kali destilasi berkisar 8-14% dengan densitas 0,9892-0,9938 g/L.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
20

Ngapa, Yulius Dala, e Daniel Wolo. "POTENSI ZEOLIT ALAM ENDE SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN BIOETANOL DENGAN METODE ADSORPSI". OPTIKA: Jurnal Pendidikan Fisika 5, n.º 2 (2 de dezembro de 2021): 207–14. http://dx.doi.org/10.37478/optika.v5i2.1583.

Texto completo da fonte
Resumo:
Ketergantungan akan penggunaan bahan bakar fosil yang terus meningkat dari tahun ke tahun telah mengubah pola pikir manusia untuk mengembangkan riset terkait energi alternatif terbarukan. Bioetanol yang berasal dari hasil fermentasi nira tanaman aren (Arenga pinnata MERR) dan dikenal sebagai minuman tradisional Moke di Flores dapat diaplikasikan sebagai bahan bakar alternatif jika memiliki kemurnian di atas 99,5%. Proses adsorpsi merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk menghasilkan bioetanol dengan kadar di atas titik azeotrop. Adsorben yang efektif digunakan sebagai molecular sieve adalah zeolit alam yang berasal dari kabupaten Ende – NTT. Peningkatan efisiensi penyerapan zeolit alam dalam pemurnian bioetanol berbahan baku Moke sudah dilakukan melalui proses aktivasi fisika dan aktivasi kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan kualitas bioetanol setelah pemurnian menggunakan adsorben zeolit alam Ende – NTT yang telah diaktivasi NaOH pada. Kadar bioetanol yang terdapat pada Moke sebelum dan sesudah proses adsorpsi ditentukan dengan instrumen gas kromatografi, karakterisasi zeolit alam menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Zeolit alam Ende dapat digunakan sebagai adsorben dalam meningkatkan kadar bioetanol berbahan baku Moke.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
21

Syeh, Bima Ardana, Alwan Khoiri, Hanny Dian Kharisma, Luluatun Anwari e Dessy Agustina Sari. "TEKNOLOGI FERMENTASI BIOETANOL DARI BERBAGAI BAHAN ORGANIK". Barometer 5, n.º 2 (13 de setembro de 2020): 272–76. http://dx.doi.org/10.35261/barometer.v5i2.3810.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Proses produksi bioetanol dilakukan melalui teknologi fermentasi dari berbagai bahan organik, karena kegiatan fermentasi bioetanol bertujuan untuk memanfaatkan bahan organik terutama limbah organik agar limbah tersebut tidak hanya menjadi limbah semata tetapi bisa menghasilkan bioetanol dengan teknologi fermentasi. Berbagai bahan organik telah difermentasikan seperti kulit pisang kepok, rumput gajah, rumput laut, biji durian, keladi liar, jerami padi, limbah tongkol jagung, air limbah cucian beras, dan tepung ampas tebu. Hasil yang didapat berbeda-beda sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan kadar etanol tersebut, seperti waktu fermentasi, penambahan starter, dan lokasi pengambilan sampel
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
22

Nurkholis, Nurkholis, Nur Rahmah Afifah e Samuyus Nealma. "Sintesis Bioetanol Dari Buah Berenuk (Crescentia cujete L.) Dengan Metode Hidrolisis Asam Dan Fermentasi Alkoholik". Jurnal Teknologi 6, n.º 2 (15 de julho de 2019): 99–106. http://dx.doi.org/10.31479/jtek.v6i2.26.

Texto completo da fonte
Resumo:
Buah berenuk (crescentia cujete) merupakan tumbuhan non pangan yang berpotensi sebagai bahan baku bioetanol, karena kandungan karbohidrat dan turunan pada dagingnya cukup tinggi. Kandungan karbohidrat pada daging buah berenuk diubah menjadi gula sederhana melalui tahap hidrolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu fermentasi dan konsentrasi ragi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Konversi daging buah berenuk menjadi bioetanol dapat dilakukan dengan fermentasi menggunakan ragi roti (saccharomyces cereviceae), dengan variasi waktu fermentasi 5, 7 dan 9 hari serta konsentrasi ragi 1%, 3%, dan 5% (w/ v). Hasil penelitian menunjukkan kadar bioetanol tertinggi dihasilkan pada waktu fermentasi 9 hari dan konsentrasi ragi 1% yaitu 7,33%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
23

Roni, Ki agus Ahmad, Rifdah Rifdah e Tri Susanto. "PENINGKATAN KADAR BIOETANOL DARI KULIT NANAS DENGAN BEKAS CRACKING PERTAMINA RU III TERAKTIVASI SECARA KIMIA". Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan 12, n.º 1 (30 de julho de 2020): 21–25. http://dx.doi.org/10.46774/pptk.v12i1.102.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula), diikuti oleh proses distilasi. Metode lain selain penyulingan diperlukan untuk meningkatkan bioetanol yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar bioetanol dari kulit nanas menggunakan katalis perengkahan dengan membandingkan efektivitas penggunaan adsorben yang diaktifkan secara kimia menggunakan basa (NaOH) dan asam (HCl). Adsorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah katalis perengkahan RU III, katalis FCC. Adsorben adalah sebagai pengganti adsorben zeolit alami, yang relatif mahal dibandingkan dengan katalis FCC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio yang paling efektif untuk kadar bioetanol adalah 10 mL: 6 gr adsorben yang diaktifkan oleh HCl, adalah 63,73%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
24

Junipitoyo, Bambang. "Pengaruh Campuran (35%, 40%, 45% dan 50) Medium Bioethanol pada Pertalite Terhadap Emisi Gas Buang Piston Engine 1 Silinder". Jurnal Penelitian 4, n.º 2 (17 de junho de 2019): 28–34. http://dx.doi.org/10.46491/jp.v4e2.293.28-34.

Texto completo da fonte
Resumo:
Pada perkembangan teknologi pada era modern ini kebutuhan energi saat ini sangat mengalami peningkatan, Hal ini seiring pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang mengalami. Sedangkan saat ini cadangan energi fosil saat ini mengalami penurunan yang diperkirakan akan habis dalam beberapa tahun lagi. Seiring dengan menipisnya cadangan bahan bakar, maka penggunaan bahan bakar alternatif menjadi solusi yang tepat untuk menggantikan sumber daya energi fosil seperti bioetanol, bioetanol adalah salah satu bahan bakar alternatif yang untuk saat ini memiliki perkembangan yang baik, bioetanol adalah jenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Bioetanol merupakan bahan bakar yang menghasilkan polutan paling rendah, bahan bakar bioetanol adalah bahan bakar yang aman, titik nyala bioetanol lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar fosil dan emisi emisi hidrokarbon yang dihasilkan oleh bioetanol lebih sedikit. Bahan bakar fosil mengalami proses pembakaran yang menghasilkan gas buang CO2, gas buang tersebut dapat menyebabkan polusi udara dan merusak lapisan ozon. Untuk itu dibutuhkan penelitian untuk mendapatkan kinerja engine yang optimal. Penelitian ini menggunakan kendaraan mesin 1 silinder. Metode pengujian menggunakan bukaan throttle spontan dan bukaan throttle per rpm untuk mendapatkan emisi gas buang. Bahan pengujian menggunakan campuran bahan bakar Pertalite – medium biotanol dengan kadar E-35, E-40, E-45, E-50, dan E-55. Hasil penelitian saat engine menggunakan bahan bakar pertalite-medium menghasilkan emisi CO 0.23 atau turun 46% dan emisi HC sebesar 69 dan turun 31 % dari bahan bakar pertalite.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
25

De Figueiredo, Rafael, João Inácio Soletti, Sheyla Welma Duarte Da Silva, Jumelice Dos Santos Silva, Kelyane Da Silva, Pierre Barnabé Escodro, Denise Macêdo Da Silva, Karol Fireman De Farias e Tatiane Luciano Balliano. "MAPEAMENTO PROSPECTIVO DAS TECNOLOGIAS ENVOLVIDAS NA PRODUÇÃO DE BIOETANOL". Cadernos de Prospecção 11, n.º 1 (1 de abril de 2018): 127. http://dx.doi.org/10.9771/cp.v11i1.23202.

Texto completo da fonte
Resumo:
A produção de bioetanol trata-se de uma alternativa promissora que pode competir com os combustíveis fósseis e ainda contribuir com a mitigação dos gases do efeito estufa. Apesar de intensos estudos, a conversão de biomassa lignocelulósica em bioetanol ainda enfrenta vários desafios, como altos custos de produção associados às enzimas hemicelulases e celulases. O presente trabalho pretende mostrar um mapeamento das tecnologias envolvidas na produção de bioetanol a partir do levantamento das patentes relacionadas ao tema tanto no Instituto Nacional de Propriedade Industrial, quanto nos principais bancos de patente internacionais, a fim de delinear os pontos positivos e negativos dessas tecnologias, tornando possível o estudo dos problemas relacionados ao processo de produção de bioetanol em larga escala.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
26

Purba, Jhon Sufriadi, e Jandri Fan HT Saragi. "PEMBUATAN BIOETANOL DARI TEBU". Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer 11, n.º 2 (31 de outubro de 2021): 410–16. http://dx.doi.org/10.24176/simet.v11i2.5349.

Texto completo da fonte
Resumo:
Biaya yang digunakan untuk membeli bahan bakar minyak bumi semakin meningkat, hal ini belum termasuk dengan biaya lain yang dikeluarkan. Meningkatnya biaya penggunaan bahan bakar fosil dan persediaannya yang semakin terbatas menyebabkan banyak penelitian sains, teknik, dan teknologi untuk mencari sumber bahan bakar alternatif lainnya. Salah satu alternatif yang telah ditemukan adalah penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif. Bioetanol merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena terbuat dari bahan bakar nabati serta memiliki angka oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar fosil seperti premium. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menghasilkan bioetanol dari proses fermentasi dan destilasi adalah tanaman tebu. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pengganti bahan bakar yang berasal dari bahan bakar alternatif yang dapat membantu mengurangi krisis dari bahan bakar minyak bumi, mengetahui proses pengolahan tebu menjadi bioetanol, dan mengetahui besarnya nilai oktan atau RON (Research Octane Number) pada bioetanol. Pada penelitian ini dilakukan empat kali percobaan dengan menguji komposisi masing-masing komponen pengujian dan nilai oktan yang didapatkan tiap masing-masing pengujian adalah 114, 115, 116, dan 117.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
27

Meleg, Anna. "Bioetanol, mint alternatív üzemanyag". Fiatal Műszakiak Tudományos Ülésszaka 1. (2005) (2005): 129–32. http://dx.doi.org/10.36243/fmtu-2005.33.

Texto completo da fonte
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
28

Samodra Putra, Agusta, Hari Rom Hariyadi, Herlian Eriska Putra, Djaenudin Djaenudin, Dani Permana e Kancitra Pharmawati. "PROSES PRODUKSI BIOETANOL DARI LIMBAH CAIR GULA DALAM KAITANNYA DENGAN POTENSI SEBAGAI BAHAN BAKAR DALAM PERSPEKTIF LIFE CYCLE INVENTORY ASSESSMENT". Molekul 8, n.º 2 (1 de novembro de 2013): 123. http://dx.doi.org/10.20884/1.jm.2013.8.2.134.

Texto completo da fonte
Resumo:
Life cycle inventory assessment merupakan salah satu tahapan di dalam Life Cycle Assessment (LCA) yang bisa digunakan untuk menggambarkan interaksi materi dan energi di dalam suatu proses produksi bioetanol. Studi kasus dilakukan di pabrik gula kawasan Subang dan pabrik bioetanol di kawasan Palimanan yang merupakan pabrik gula dan bioetanol terbesar di Jawa Barat. Inventory yang dilakukan adalah pada bagian perkebunan tebu, pabrikasi tebu menjadi gula, transportasi dari pabrik gula menuju ke pabrik bioetanol, dan pabrikasi etanol. Luas lahan kebun tebu yang dimiliki oleh pabrik gula di Subang adalah seluas 5000 hektar. Dari bahan baku tebu 3000 ton/hari dihasilkan molase sebanyak 60 ton/hari, sisanya menjadi gula dan ampas tebu. Pada inventory kali ini selain dari sisi proses juga dilakukan inventory pada sisi transportasi.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
29

Handayani, Sri Seno, Amrullah Amrullah, Riki Tarnanda e Baiq Anita Rahayu. "PROSES DEGRADASI LIGNIN PADA LIMBAH BATANG TEMBAKAU SEBAGAI PERSIAPAN PRODUKSI BIOETANOL". Jurnal Pijar Mipa 13, n.º 2 (29 de setembro de 2018): 140. http://dx.doi.org/10.29303/jpm.v13i2.750.

Texto completo da fonte
Resumo:
Batang tembakau merupakan salah satu bahan lignoselulosa yang banyak tersedia, sehingga menjadikannya sebagai sumber bahan baku ideal untuk memproduksi bioetanol. Pada kajian ini dilakukan konversi bahan lignoselulosa menjadi etanol.Pada tulisan ini akan disajikan pengaruh degradasi lignin terhadap perolehan rendemen gula dan bioetanol dari batang tembakau. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa degradasi lignin dengan menggunakan 8% HCl dapat menurunkan lignin hingga 41,17%. Kandungan gula hidrolisis batang tembakau tertinggi diperoleh sebesar 13,66 g / L dengan rendemen bioetanol 6.061%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
30

Visca, Rinette, Mubarokah Nuriani Dewi, Marungkil Sinaga e Siti Nurcahyati. "Optimasi Dosis Enzim Glukoamilase dan Waktu Fermentasi dalam Produksi Bioetanol dari Air Cucian Beras". Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan 7, n.º 3 (31 de dezembro de 2020): 101–7. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.03.2.

Texto completo da fonte
Resumo:
Saat ini 85% dari kebutuhan energi dunia berasal dari bahan bakar minyak. Indonesia berupaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat mensubsitusi transportasi minyak mentah diperoleh dari biomassa berupa bahan bakar bioetanol. Biomassa termasuk beras dimanfaatkan untuk pengembangan bioetanol menggantikan bahan bakar minyak. Karbohidrat merupakan komponen utama beras yang terdiri dari 85–90% pati. Air cucian beras yang mengandung karbohidrat dapat diubah menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu fermentasi terbaik dalam produksi bioetanol dari air cucian beras dengan menggunakan enzim glukoamilase dan ragi. Pembuatan bioetanol melalui tahap persiapan, hidrolisa air cucian beras, pemeriksaan kadar glukosa, fermentasi, distilasi dan analisa hasil. Variabel yang digunakan adalah waktu fermentasi (3, 4, 5, 6, dan 7 hari), dan volume enzim glukoamilase (0.5, 1.5, dan 3.0 ml). Hasil penelitian diperoleh densitas bioetanol optimum sebesar 0.998 g.ml-1 dengan enzim glukoamilase 0.5 ml. Kadar glukosa sesudah inversi tertinggi sebesar 4.217%, dan kadar etanol tertinggi 19.387% dihasilkan dengan dosis enzim glukoamilase 3.0 ml dalam waktu fermentasi selama lima hari.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
31

Al Aziz, Maulana Akbar. "PENGARUH KONSENTRASI MIKROBA SACCHAROMYSES CEREVISIAE DALAM PEMBUATAN BIOETANOL MENGGUNAKAN BAHAN CACAHAN TONGKOL JAGUNG MANIS". Journal of Agricultural and Biosystem Engineering Research 2, n.º 1 (31 de julho de 2021): 45. http://dx.doi.org/10.20884/1.jaber.2021.2.1.4019.

Texto completo da fonte
Resumo:
Kebutuhan energi bahan bakar yang berasal dari eksplorasi fosil terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri dan ekonomi. Hal tersebut dapat menjadi masalah ketika negara belum bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil atau bahan bakar minyak (BBM), sedangkan cadangan sumber energi tersebut makin terbatas. Kebijakan mengurangi konsumsi energi bukan merupakan langkah tepat. Bioetanol merupakan jenis energi yang berpotensi ditawarkan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Bioetanol dapat diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan dan Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Jenderal Soedirman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020 sampai dengan September 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu konsentrasi mikroba Saccharomyces Cereviceae 0%, 5%, 7,5% dan 10% dan lama fermentasi 2 hari, 4 hari, dan 6 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. Variabel yang diamati yaitu kadar gula reduksi, kadar bioetanol, dan rendemen bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar bioetanol yang dihasilkan dari cacahan tongkol jagung manis dan mengetahui pengaruh konsentrasi mikroba Saccharomyses Cereviceae dan waktu fermentasi dalam memproduksi bioetanol dari tongkol jagung manis yang dicacah. Hasil penelitian menunjukan bahwa tongkol jagung manis memiliki kadar air 84% basis basah dan kadar gula 2,21%. Perlakuan konsentrasi mikroba 0% dengan waktu fermentasi 6 hari menghasilkan kadar gula reduksi paling tinggi yaitu 1,142 % (m/v). Konsentrasi mikroba Saccharomyses Cereviceae tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kadar gula reduksi, sedangkan waktu fermentasi berpengaruh nyata terhadap produksi kadar gula reduksi. Rata-rata kadar bioetanol tertinggi sebesar 0,557% (v/v) hasil kombinasi perlakuan konsentrasi mikroba 7,5% dengan waktu fermentasi 4 hari (S3T2).
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
32

Herliati, Herliati, Sefaniyah Sefaniyah e Ade Indri. "Pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai Bahan Baku pembuatan Bioetanol". Jurnal Teknologi 6, n.º 1 (1 de fevereiro de 2019): 1–10. http://dx.doi.org/10.31479/jtek.v6i1.1.

Texto completo da fonte
Resumo:
Kulit pisang merupakan limbah jika tidak dimanfaatkan, maka dalam waktu yang relatif panjang akan terakumulasi sehingga dapat menjadi masalah tersendiri terkait dengan pencemaran lingkungan. Kandungan pati dari kulit pisang khususnya kulit pisang kepok cukup tinggi dimana memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terbaik dalam produksi bioetanol dari bahan baku kulit pisang kepok. Metode yang digunakan untuk mengkonversi kulit pisang menjadi bioetanol adalah dengan fermentasi menggunakan ragi saccharomyces cereviciae. Varibel yang diamati dalam penelitian ini adalah waktu fermentasi dalam kisaran 2, 6 dan 8 hari, suhu fermentasi 30oC dan 40oC serta derajat keasaman fermentasi pada pH 4 dan 5. Hasil fermentasi berupa bioetanol dianalisis menggunakan piknometer. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada suhu 40oC dan pH 4 selama 6 hari, yaitu yield 86,35 %.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
33

Warmadewanthi, IDAA, e Muhammad Naufal. "PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN dalam PRODUKSI BIOETANOL dari MOLASE TEBU dengan METODE SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION and FERMENTATION (SSF) MENGGUNAKAN Saccharomyces cerevisiae". Jurnal Purifikasi 15, n.º 1 (26 de janeiro de 2015): 41–52. http://dx.doi.org/10.12962/j25983806.v15.i1.24.

Texto completo da fonte
Resumo:
Molase adalah limbah tebu yang memiliki kandungan gula tinggi dan memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan bakar seperti bioetanol. Pemanfaatan molase menjadi energi merupakan salah satu bentuk mewujudkan konsep bio-energy untu mewujudkan sistem lingkungan yang berkelanjutan. Pembuatan bioetanol dilakukan melalui teknik fermentasi. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan pengaruh penambahan nitrogen dan tanpa nitrogen pada media selama proses fermentasi molase tebu secara Simultaneous Sacharification and Fermentation (SSF). Proses hidrolisis molase tebu dilakukan secara biologis menggunakan Aspergillus niger. Sedangkan Poses fermentasi menggunakan isolat Saccharomyces cerevisiae. Dengan menggunakan metoda gas kromatografi didapatkan kadar bioetanol tertinggi pada pelakuan penambahan nitrogen dengan nilai 6,8% v/v sedangkan untuk perlakuan tanpa nitrogen memiliki kadar etanol tertinggi sebesar 4,5% v/v pada jam ke 72. Hal ini disebabkan karena nitrogen membantu meningkatkan aktivitas enzimatik mikroorganisme dalam proses konversi gula menjadi bioetanol.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
34

Wicakso, Doni Rahmat, e Agus Mirwan. "Studi Potensi Sampah Rumah Tangga Kota Banjarmasin sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol". Buletin Profesi Insinyur 3, n.º 2 (27 de setembro de 2020): 95–98. http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i2.64.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif pengganti premium yang renewable dan ramah lingkungan. Salah satu bahan baku potensial untuk produksi bioetanol adalah sampah rumah tangga. Studi ini adalah untuk mempelajari potensi sampah rumah tangga Kota Banjarmasin sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioetanol. Penelitian diawali dengan melakukan klasifikasi sampah rumah tangga menjadi 5 fraksi berdasarkan kandungan holoselulosanya di 5 kecamatan Kota Bnajarmasin. Klasifikasi sampah ini menggunakan metode sampling yang mengacu pada SNI 19-3964-1995. Yield etanol dihitung secara teoritis dari masing-masing fraksinya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sampah rumah tangga Kota Banjarmasin terdiri dari 54,76% sampah organik dan 45,24% sampah anorganik. Sampah fraksi 5 menyumbang jumlah sampah yang paling besar yaitu 34,48%. Potensi produksi etanol teoritis dari sampah rumah tangga di Kota Banjarmasin sebesar 199,40 kL/tahun.Kata kunci: sampah, rumah tangga, bioetanol
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
35

Malagón Micán, Martha Lucía, Adriana Inés Paéz, Judith Santos Aguilar e Diego Zabala García. "Producción de bioetanol a partir de diferentes mezclas de los residuos orgánicos generados en una empresa alimentos". Revista de Investigación 10, n.º 1 (1 de janeiro de 2017): 47–60. http://dx.doi.org/10.29097/2011-639x.65.

Texto completo da fonte
Resumo:
Este estudio evalúa la producción de bioetanol a partir de residuos lignocelulósicos generados en una industria de producción de pulpa de fruta, describe la selección y caracterización de los residuos y analiza el rendimiento de bioetanol. Inicialmente, la investigación determinó la disponibilidad que en 2015 tuvieron los residuos (cáscaras y semillas) de las frutas seleccionadas, lo que permitió establecer que los residuos de mora, limón, maracuyá, lulo y mango son los más convenientes. La similitud en el porcentaje de celulosa de los residuos permitió realizar las siguientes mezclas: limón-lulo, maracuyá-lulo, maracuyá-limón y mora-mango. Posteriormente, a los residuos se les realizó un pretratamiento con hidróxido de sodio y una hidrólisis empleando la enzima Multifect B; se determinó la cantidad de azúcares reductores mediante el método DNS; se empleó una cepa etanólica para el proceso de fermentación; se realizó una destilación simple, y se determinó el bioetanol por el método de dicromato de potasio. Se estableció que la mezcla de residuos de lulo- limón fue la de mayor concentración de azúcares reductores, con 2.08 g glucosa/L mezcla y un rendimiento de 9.22 g bioetanol/kg de residuos. El rendimiento producto/sustrato fue de 0.87 g bioetanol/g glucosa en promedio, lo que mostró que la producción de bioetanol de segunda generación, a partir de residuos lignocelulósicos a nivel de laboratorio, es satisfactoria (comparada con otros estudios) y que podría escalarse para valorizar los residuos y disminuir el impacto ambiental que estos generan.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
36

Rustiaty, Banon. "Analisis Tekno-Ekonomi Produksi Bioetanol Terintegrasi dengan Budidaya Ubikayu Unggul dan Peternakan Kambing Perah". Inovasi Pembangunan : Jurnal Kelitbangan 5, n.º 03 (1 de dezembro de 2017): 255–65. http://dx.doi.org/10.35450/jip.v5i03.49.

Texto completo da fonte
Resumo:
Produksi bioetanol derajat bahan bakar dari ubikayu dihadapkan pada isu-isu kerakusan ubikayu terhadap unsur hara, ketidakekonomisan pada skala kecil, terutama pada tingkat harga ubikayu di atas Rp 400/kg dan kurang memberikan hasil yang memadai bagi petani dengan luas lahan terbatas (< 5 ha). Untuk mengatasi isu-isu tersebut, diusulkan produksi bioetanol yang diintegrasikan dengan budidaya ubikayu produktifitas tinggi (mukibat, varietas-varietas Darul Hidayah, Cicurug dll) di atas lahan 100 ha dan peternakan kambing perah mulai dari 1.000 ekor, dengan pendekatan produksi secara daur-ulang. Penyebab kenaikan hasil yang besar adalah budidaya kambing Peranakan Ettawa yang dapat meningkat jumlahnya 4-6 kali lipat dalam waktu 2 tahun (1 periode). Konsekuensi dari penambahan ini adalah peningkatan biaya produksi peternakan sebesar 22 % dalam bentuk penambahan pakan hijauan dari luar atau penambahan areal seluas 7,5 ha/1000 ekor kambing untuk menanam hijauan. Diproyeksikan pelaksanaan program ini secara berkelanjutan akan memberikan efek ganda dalam jangka menengah, berupa: Terbentuknya sentra-sentra bioetanol skala kecil yang terintegrasi dengan budidaya ubikayu dan peternakan kambing/sapi; Berkembangnya industri-industri pakan ternak, pengolahan susu dan pengolahan lanjutan bioetanol teknis menjadi bioetanol grade bahan bakar; Berkembangnya industri-industri pendukung.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
37

Puspawan, Angky, Nurul Iman Supardi e Maskur Maskur. "Kaji Eksperimental Pengaruh Persentase Campuran Bioetanol Nira Tebu dengan Bahan Bakar Fosil (Pertamax: RON 92) dalam Basis Volume terhadap Performa Motor Bakar Otto 4 Langkah". Prosiding Seminar Nasional Teknoka 5 (23 de dezembro de 2020): 226–34. http://dx.doi.org/10.22236/teknoka.v5i.394.

Texto completo da fonte
Resumo:
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, khususnya industri otomotif berbanding lurus dengan penggunaan bahan bakar minyak fosil pada kendaraan bermotor. Bahan bakar minyak fosil merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui dan cadangan bahan bakar cenderung menipis. Salah satu bahan bakar alternatif dan memiliki sifat dapat diperbaharui adalah bioetanol. Bioetanol berasal dari bahan baku nira tebu melalui fermentasi glukosa dan proses destilasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari penentuan persentase pencampuran bioethanol bahan baku nira tebu dengan bahan bakar fosil yaitu pertamax RON 92 terhadap performa motor bakar Otto 4 langkah. Persentase campuran bioetanol dalam bahan bakar fosil (bahan bakar pertamax, RON 92) adalah B0 (0%). B5 (5%), B10 (10%), B15 (15%) dan B20 (20%) dalam basis volume. Pengujian menggunakan motor bakar Otto 4 langkah. Dari hasil pengujian terbaik pada persentase campuran bioetanol B20 (20%) diperoleh nilai torsi 9,8 Nm, daya 3,726 hp, dan SFC 0,047 kg/hp·h. Kesimpulan menyatakan bahwa semakin besar persentase campuran bioetanol pada bahan bakar fosil (bahan bakar pertamax; RON 92), maka semakin besar nilai torsi dan daya yang dihasilkan pada kondisi putaran mesin yang sama dan semakin kecil konsumsi bahan bakar spesifik.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
38

Rezeki Muria, Sri, Elvie Yenie e Mayang Sari. "FERMENTASI KULIT NANAS MENGGUNAKAN CLOSTRIDIUM ACETOBUTYLICUM DENGAN VARIASI NUTRISI DAN INOKULUM". Jurnal Sains dan Teknologi 17, n.º 2 (15 de junho de 2019): 56. http://dx.doi.org/10.31258/jst.v17.n2.p56-60.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol adalah hasil ekstraksi dari tanaman yang melalui proses fermentasi. Konsumsi energi yang terus meningkat seiring meningkatnya populasi penduduk dan fokus pada polusi atmosfir yang disebabkan oleh bahan bakar fosil yang digunakan maka menarik dunia untuk menggali sumber energi yang dapat diperbaharui dalam bentuk bioenergi. Konversi limbah hasil pertanian menjadi biofuel saat ini menjadi satu hal yang sangat menarik. Penelitian ini mengenai produksi bioetanol dari limbah kulit nanas menggunakan Clostridium acetobutylicum. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi inokulum, nutrisi dan waktu fermentasi terhadap yield produk yang dihasilkan dari fermentasi menggunakan Clostridium acetobutylicum. Pengerjaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yang termasuk preparasi inokulum, proses fermentasi dan analisa hasil. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa konsentrasi bioetanol tertinggi adalah 9% yang didapat pada hari ke-8 waktu inkubasi, menggunakan nutrisi urea dan konsentrasi inokulum 14%. Kandungan bioetanol meningkat seiring dengan lamanya waktu fermentasi sampai hari ke-8 dan setelah itu menurun pada hari ke-10. Dan hasil yang cukup mencolok adalah bahwa konsentrasi bioetanol meningkat dengan meningkatnya konsentrasi inokulum sampai dicapainya kondisi optimum. Nutrisi yang terbaik dari penelitian ini adalah menggunakan urea daripada menggunakan amonium sulfat.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
39

Yusmartini, Eka Sri, e Retno Rinjani. "BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT NANAS SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKAR". Jurnal Distilasi 4, n.º 1 (28 de janeiro de 2020): 10. http://dx.doi.org/10.32502/jd.v4i1.2213.

Texto completo da fonte
Resumo:
Meningkatnya pengembangan sumber bahan bakar alternative saat ini potensi limbah kulit nanas ,kulit nanas banyak mengandung glukosa sehingga limbah kulit nanas memiliki potensi untuk dijadikan bioetanol. Setelah dilakukan penelitian limbah kulit nanas dengan metode fermentasi dengan penambahan mikroba saccharomyces cereviceae. Dari penelitian ini hasil kadar etanol yang didapatkan paling baik adalah pada sampel yang difermentasi selama 10 hari dengan variasi saccharomyces cereviceae 40 gram yaitu sebesar 96,20%. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah waktu fermentasi mempengaruhi terhadap kualitas bioetanol yang dihasilkandari sari kulit nanas.Kata kunci :Kulit nanas, saccharomyces cereviceae, bioetanol
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
40

Nurkholis, Nurkholis, Samuyus Nealma, Abdul Fajar e Sopyan Ali Rohman. "Karakteristik Bioetanol Gel dari Buah Berenuk (Crescentia cujete L.)". Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia 5, n.º 1 (17 de março de 2020): 57. http://dx.doi.org/10.33366/rekabuana.v5i1.1613.

Texto completo da fonte
Resumo:
Berenuk (Crescentia cujete L.) is one of the non-food plants that can be converted into bioethanol, where the carbohydrate and simple sugar content in the pulp is quite high, namely carbohydrate 18.61%, sucrose 59.86%, fructose 25.09% and galactose 18.24%. The bioethanol produced is liquid, so when used it will be at risk of spilling and flammable, because it is volatile. The physical properties of bioethanol can be modified into gels by adding thickening agents such as carboxymethyl cellulose (CMC), so they are relatively safe when used. The aim of this study was to produce bioethanol gel from berenuk fruit (Crescentia cujete L.) and determine the characteristics of the biotenol gel, which includes: water content, ash content, and heating value. In this study, bioethanol gel was made by mixing liquid bioethanol with CMC thickener using magnetic stirrer at a temperature of 50 ̊C. From the results of this study it can be concluded that the best characteristics of bioethanol gel were obtained by adding 3 grams of CMC (6% w / v), namely 94.94% moisture content, 0.75% ash content and 2,344 cal/ gr heat value. ABSTRAK Berenuk (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu tumbuhan non-pangan yang dapat dikonversi menjadi bioetanol, dimana kandungan karbohidrat dan gula sederhana dalam dalam dagingnya cukup tinggi yaitu karbohidrat 18,61%, sukrosa 59,86%, fruktosa 25,09% dan galaktosa 18,24%. Bioetanol yang dihasilkan berwujud cair, sehingga pada saat digunakan akan beresiko tumpah dan mudah terbakar, karena sifatnya yang volatil. Sifat fisik bioetanol dapat dimodifikasi menjadi gel dengan penambahan bahan pengental seperti carboxymethyl cellulose (CMC), sehingga relatif aman ketika digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan bioetanol gel dari buah berenuk (Crescentia cujete L.) dan mengetahui karakteristik dari biotenol gel tersebut, yang meliputi: kadar air, kadar abu, dan nilai kalor. Pada penelitian ini, bioetanol gel dibuat dengan mencampurkan bioetanol cair dengan bahan pengental CMC menggunakan magnetic stirrer pada suhu 50 ̊C. Dari hasil penelitian ini dapat disimpukan bahwa karakteristik bioetanol gel terbaik diperoleh pada penambahan CMC sebanyak 3 gram (6% b/v) yaitu kadar air 94,94%, kadar abu 0,75% dan nilai kalor 2.334 kal/ gr.Kata kunci: karakteristik; bioetanol gel; buah berenuk
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
41

Kamal, Dianta Mustofa. "Analisis Flame Temperatur Terhadap Magnetisasi Campuran Bahan Bakar Bensin Dan Bioetanol Pada Mesin Bensin". JTM-ITI (Jurnal Teknik Mesin ITI) 6, n.º 1 (20 de março de 2022): 13. http://dx.doi.org/10.31543/jtm.v6i1.718.

Texto completo da fonte
Resumo:
Telah dilakukan perhitungan flame temperature pada bahan bakar campuran bensin dan bioethanol. Flame temperature diperlukan untuk mengetahui berapa besar panas yang terjadi ketika bahan bakar tersebut dibakar. Secara tidak langsung flame temperature ini akan mempengaruhi emisi gas buang. Hal lain yang dapat mempengaruhi emisi gas buang adalah magnetisasi bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar efek flame temperature dan magnetisasi bahan bakar terhadap emisi gas buang. Penelitian dilakukan secara eksperimen. Sampel yang digunakan merupakan campuran antara bensin dengan bioetanol, komposisinya adalah E10 (10% bioetanol + 90% bensin), E20 (20% bioetanol+80% bensin), E30(30% bioetanol+70% bensin). Dan sebagai pegontrolnya digunakan bahan bakar bensin murni. Mesin bensin yang digunakan adalah sepeda motor 4 tak,125cc. Kekuatan magnet sebesar 1416 Gauss dipasang diantara tangki bahan bakar dan injector. Hasilnya magnetisasi bahan bakar menyebabkan terjadinya peningkatan flame temperature sebesar 7-15%. Dan penurunan emisi gas buang sebesar 50%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
42

Amelia, Fivi Amelia, Endah Rita Sulistya Dewi e Ipah Budi MInarti. "PRODUKSI BIOETANOL DARI LIMBAH BONGGOL NANAS MADU DENGAN VARIASI KONSENTRASI Saccharomyces cerevisiae DALAM PEMBUATAN HAND SANITIZER". Jurnal Ilmiah Teknosains 7, n.º 2/Nov (16 de novembro de 2021): 39–44. http://dx.doi.org/10.26877/jitek.v7i2/nov.10000.

Texto completo da fonte
Resumo:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar bioetanol dari limbah bonggol nanas madu dengan variasi konsentrasi Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan hand sanitizer serta implementasinya sebagai modul pembelajaran. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengap (RAL), dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga diperoleh percobaan sebanyak 12 kali. Jumlah takaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1:2, dimana bonggol buah nanas 150 gram ditambahkan dengan aquadest sebanyak 300 ml. Hasil penelitian menunjukan tidak adanya pengaruh variasi konsentrasi Saccharomyces cerevisiae terhadap kadar alkohol bioetanol bonggol nanas madu ditolak, dimana Fhitung (0,33) ˂ Ftabel 5% (5,14) dan Ftabel 1% (5,29). Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlakuan variasi konsentrasi Saccharomyces cerevisiae tidak berpengaruh nyata terhadap kadar alkohol bioetanol bonggol nanas madu. Kadar alkohol bioetanol bonggol nanas madu tertinggi pada perlakuan konsentrasi Saccharomyces cerevisiae 1,5 gram dengan kadar alkohol 1,883% dan kadar alkohol terendah pada perlakuan konsentrasi Saccharomyces cerevisiae 2,0 gram dengan kadar alkohol 1,748%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
43

De La Cruz Azabache, Mario Ricardo, Emerson Alcides Collado Domínguez, César Lagos Liberato e Jacques Ramesh Barrueto Yanque. "PRODUCCIÓN DE BIOETANOL A NIVEL BANCO USANDO INSUMOS NACIONALES: CAÑA DE AZÚCAR Y LEVADURA DE UVA QUEBRANTA". Revista Cientifica TECNIA 22, n.º 2 (4 de abril de 2017): 69. http://dx.doi.org/10.21754/tecnia.v22i2.83.

Texto completo da fonte
Resumo:
El alcohol carburante, bioetanol anhidro desnaturalizado o simplemente bioetanol se puede obtener de diversas materias primas renovables, tales como sustratos portadores de azúcares simples, amiláceos y lignocelulósicos, siendo necesario para ello el empleo de microorganismos específicos (biomasa) que sinteticen la materia orgánica contenida en las mismas. Este trabajo se enfoca en la obtención de bioetanol hidratado (etanol al 94,8 % en volumen, antes del punto azeotrópico) a partir de caña de azúcar usando levadura de uva quebranta, subproducto del proceso Pisco-UNI. Dicho bioetanol hidratado obtenido podrá luego ser empleado como insumo principal para la producción de bioetanol (deshidratación), biodiésel (transesterificación), entre otros. Los resultados demostraron satisfactoriamente el objetivo buscado, así como se lograron mejoras en la eficiencia del proceso por medio de un tratamiento previo, tanto del jugo de caña de azúcar como de la levadura empleada, permitiendo tener de esta manera una base científica para el diseño de un proceso no convencional en la producción de bioetanol hidratado. Palabras clave.- Bioetanol, Caña de azúcar, Levadura de uva quebranta. ABSTRACTThe alcohol fuel, denatured anhydrous bioethanol or just bioethanol can be obtained from different renewable raw materials, such as substrates bearing simple sugars, starch and lignocellulose, requiring the use of specific microorganisms (biomass) that synthesize the organic matter contained therein. This work focuses on obtaining hydrated bioethanol (ethanol at 94,8 % by volume, just before azeotropic point) from sugar cane by using quebranta grape’s yeast, byproduct of Pisco-UNI process. The hydrated bioethanol obtained could then be used as a main input for the production of bioethanol (dehydration), biodiesel (transesterification), among others. The results demonstrated the desired objective satisfactorily, as well as achieved obtaining improvements in the process efficiency through pretreatment, both the sugar cane juice and the yeast used, allowing to have by this way a scientific basis for the design of an unconventional process to produce hydrated bioethanol. Keywords.- Bioethanol, Sugar cane, Quebranta grape’s yeast.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
44

Subagyo, Rachmat, Arry Eko Pristiwanto e Muchsin Muchsin. "STUDI EKSPERIMENTAL PEMBUATAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI BERAS KETAN PUTIH, KETAN HITAM DAN SINGKONG". Dinamika : Jurnal Ilmiah Teknik Mesin 11, n.º 2 (13 de maio de 2020): 84. http://dx.doi.org/10.33772/djitm.v11i2.11579.

Texto completo da fonte
Resumo:
Krisis energi sudah dirasakan oleh beberapa negara, kelangkaan bahan bakar harus segera diatasi. Banyak negara-negara di eropa sudah mulai menggunakan bahan bakar alternatif yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Beras ketan dan singkong dapat diubah menjadi bioetanol dengan metode fermentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan cara fermentasi kemudian melakukan destilasi untuk memperoleh bioetanol. Hasil bioetanol kemudian dideteksi untuk mencari optimasi waktu fermentasi yang tepat, pengujian dengan Pen refractometer dan Gas Chromatography. Hasil penelitian penambahan massa ragi dari 5-15 gram terbentuk kadar etanol yang semakin meningkatan dari 3,5-18,5 %, hal ini menunjukkan penambahan jumlah ragi berpengaruh signifikan terhadap hasil fermentasi bioetanol. Pengaruh ketidakstabilan mikroba yang mengurai karbohidrat menjadi etanol, saat fermentasi mengakibatkan terbentuknya senyawa-senyawa asam. Hal ini yang menyebabkan penambahan massa ragi tidak signifikan terhadap hasil fermentasinya. Waktu fermentasi yang optimal terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah waktu 96 jam. Hasil Uji Gas kromatografi dua bahan memenuhi syarat SNI yaitu: Hasil fermentasi Ketan Putih dan Singkong.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
45

Saldaña Robles, Noé, César Gutiérrez Vaca, Ryszard Serwatowski Hlawinska, Alberto Saldaña Robles, Adrián Flores Ortega, Concepción Quiroz Ramírez, José Manuel Cabrera Sixto, Salvador García Barrón e Armando Juárez Guaní. "Propuesta de una cosechadora-desmenuzadora de Agave tequilana Weber para la producción de bioetanol y revisión de los procedimientos existentes". Acta Universitaria 22, n.º 2 (1 de março de 2012): 9–18. http://dx.doi.org/10.15174/au.2012.361.

Texto completo da fonte
Resumo:
El Agave tequilana Weber es una opción para la producción de bioetanol combustible. La cosecha manual del agave representa el 75 % de los costos de producción del cultivo, lo que ocasiona un mayor costo de producción del bioetanol que para otros cultivos. En este trabajo se presenta una propuesta de cosechadora-desmenuzadora de agave, para lo cual se consideran: propuestas existentes, la metodología de cosecha actual, máquinas agrícolas con mecanismos de interés y los requerimientos de la materia prima para producir bioetanol. La cosechadora propuesta considera el desmenuzado de hojas y piña en campo, retomando ideas de mecanismos empleados en molinos de piña de agave y desmenuzadoras agrícolas. La cosecha mecanizada de agave para producción de bioetanol presenta viabilidad técnica que requerirá una investigación para diseñar el mecanismo desmenuzador, su disposición geométrica y dimensiones, así como la potencia requerida en el desmenuzado, con el fin de dimensionar distintos elementos de la cosechadora.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
46

Souza, Ozair, Marco A. Schulz, Gustavo A. A. Fischer, Theodoro M. Wagner e Noeli Sellin. "Energia alternativa de biomassa: bioetanol a partir da casca e da polpa de banana". Revista Brasileira de Engenharia Agrícola e Ambiental 16, n.º 8 (agosto de 2012): 915–21. http://dx.doi.org/10.1590/s1415-43662012000800015.

Texto completo da fonte
Resumo:
A conversão de biomassas agroindustriais em bioetanol com consequente valorização de rejeitos e resíduos, tem sido objeto de estudos de várias pesquisas realizadas no Brasil e no mundo. Neste trabalho foi avaliada a potencialidade do uso da polpa e da casca da banana (Musa cavendishii ), tanto in natura como previamente hidrolisada por ácido e enzimas, como substrato da fermentação alcoólica. Os rendimentos médios em bioetanol (em base úmida de biomassa) obtidos com a polpa (0,48 ± 0,05 g g-1) e com a casca (0,34 ± 0,11 g g-1), ambos in natura, possibilitaram a eficiência do processo de conversão, da ordem de 95% do rendimento teórico. A produtividade máxima alcançada em bioetanol foi de 3,0 ± 0,7 g L-1 h-1 com o uso da polpa e de 1,32 ± 0,03 g L-1 h-1 com a casca. Nas condições operacionais avaliadas o pretratamento dos resíduos com ácido sulfúrico não é recomendado para a produção de bioetanol.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
47

Febriani, Yunisha, Boy Rahardjo Sidharta e Fransiskus Sinung Pranata. "Produksi Bioetanol Pati Umbi Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) dengan Variasi Konsentrasi Inokulum dan Waktu Fermentasi Zymomonas mobilis". Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati 5, n.º 2 (2 de agosto de 2020): 92. http://dx.doi.org/10.24002/biota.v5i2.2506.

Texto completo da fonte
Resumo:
Bioetanol dapat diproduksi dari hasil fermentasi bahan baku yang mengandung karbohidrat. Umbi talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) memiliki karbohidrat yang cukup tinggi yakni 23,7% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penghasil bioetanol. Zymomonas mobilis merupakan mikrobia yang dapat mengubah glukosa menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi inokulum dan waktu fermentasi yang paling optimal untuk menghasilkan bioetanol dari pati umbi talas. Umbi talas dipotong, dikeringkan dan dihancurkan lalu diayak sampai berbentuk tepung. Tepung talas dihidrolisis dengan larutan HCl (1, 3, dan 5 %) lalu diuji kadar gula reduksinya dengan metode Nelson-Somogyi. Tahap fermentasi dilakukan sesuai rancangan percobaan yakni 0, 2, 4, 6 dan 8 hari serta menggunakan konsentrasi inokulum 0, 5, 10, dan 15 %. Hasil fermentasi berupa etanol diukur konsentrasinya menggunakan kromatografi gas. Kadar gula reduksi menunjukkan kadar gula tertinggi ada pada konsentrasi HCl 5 %. Kadar bioetanol sebesar 0,07 % diperoleh pada waktu fermentasi optimal yaitu hari ke-8 dan konsentrasi inokulum paling optimal sebesar 10 %.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
48

Murniati, Murniati, Sri Seno Handayani e Dwi Kartika Risfianty. "BIOETANOL DARI LIMBAH BIJI DURIAN (Durio zibethinus)". Jurnal Pijar Mipa 13, n.º 2 (29 de setembro de 2018): 155. http://dx.doi.org/10.29303/jpm.v13i2.761.

Texto completo da fonte
Resumo:
Telah dilakukan penelitian pembuatan bioetanol dari limbah biji Durian (Durio zibethinus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah limbah biji Durian dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bietanol serta mengetahui pengaruh pH pada proses fermentasi. Penelitian ini menggunakan biji Durian yang dihidrolisis dengan H2SO4 2,5 % selama 3 jam pada suhu 70 oC, kemudian diukur kadar glukosa dan difermentasi pada variasi pH = 3, 4, 5, dan 6 selama 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biji Durian memiliki kadar pati yang berlimpah sebesar 45,85 %, sehingga bahan tersebut mampu diolah dan difermentasi untuk menghasilkan bioetanol. Kadar bioetanol yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki kadar maksimal 47,02 % dengan kondisi optimum pH fermentasi = 4.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
49

Rahmawati, Laily Agustina. "Studi Literatur Produksi Bioethanol dari Ampas Tebu dengan Metode Pyrolisis". Jurnal Enviscience 4, n.º 1 (16 de março de 2020): 46. http://dx.doi.org/10.30736/4ijev.v4iss1.131.

Texto completo da fonte
Resumo:
Indonesia memiliki lahan tebu seluas sekitar 475.000 hektare dan produksi tebu lebih dari 33 juta ton per tahun, dengan hasil ampas tebu mencapai 10 juta ton per tahun, sehingga berpotensi untuk menghasilkan 2 milyar liter bioethanol dalam setahun. Ampas tebu diolah menjadi bioethanol dengan menggunakan metode pyrolysis, yang dipilih berdasarkan pertimbangan prosesnya lebih cepat, dan tanpa membutuhkan pelarut. Pemanfaatan Bioetahanol dapat digunakan sebagai bahan pencampur bensin sehingga nilai oktannya meningkat dan emisi yang dihasilkan dari bahan bakar bensin menurun, sehingga lebih ramah terhadap lingkungan. Namun di sisi lain penggunaan Bioetanol bersifat korosif, sehingga penggunaan maksimal yang disarankan sebagai bahan campuran adalah 25%.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
50

Nugraheni, Ika Kusuma, e Muhammad Murviko Almahul Pratama. "PENGUKURAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BIOFUEL (PREMIUM dan BIOETANOL) TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN 4 TAK". Jurnal Elemen 5, n.º 1 (14 de dezembro de 2018): 01. http://dx.doi.org/10.34128/je.v5i1.65.

Texto completo da fonte
Resumo:
Keterbatasan dan ketergantungan mengakibatkan kelangkaan bahan bakar minyak dan kualitas udara yang semakin memburuk memberikan pengaruh terhadap kehidupan. Meningkatnya volume kendaraan menambah kedua permasalahan menjadi semakin parah. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan bahan bakar alternatif yaitu Bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase penambahan bioetanol pada premium agar menghasilkan emisi gas buang yang ramah lingkungan serta konsumsi bahan bakar yang rendah. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah bioetanol 96% yang terbuat dari umbi kayu, premium murni serta kendaraan Honda Supra x 125cc tahun pembuatan 2010 yang masih menggunakan karburator. Penelitian ini menggunakan varian bahan bakar yaitu BE0, BE2, BE3,BE5, BE10,BE15,BE20, BE25 dan BE30 selain itu juga menggunakan variasi putaran mesin idle, 1000 dan 1400 rpm. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pencampuran bioetanol pada premium terhadap kandungan emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar. Emisi gas buang terbaik pada putaran mesin 500 rpm berada pada bahan bakar BE2, bahan bakar BE10 pada putaran mesin 1000 dan Bahan bakar BE20 pada putaran mesin 1400 rpm. Konsumsi bahan bakar terendah pada putaran mesin 500 rpm pada bahan bakar BE25, putaran mesin 1000 pada bahan bakar BE10 dan pada putaran mesin 1400 pada bahan bakar BE30. Penambahan bioetanol minimal 20% dapat menghasilkan emisi gas buang yang baik dan konsumsi bahan bakar yang rendah.
Estilos ABNT, Harvard, Vancouver, APA, etc.
Oferecemos descontos em todos os planos premium para autores cujas obras estão incluídas em seleções literárias temáticas. Contate-nos para obter um código promocional único!

Vá para a bibliografia