Kliknij ten link, aby zobaczyć inne rodzaje publikacji na ten temat: Ideology.

Artykuły w czasopismach na temat „Ideology”

Utwórz poprawne odniesienie w stylach APA, MLA, Chicago, Harvard i wielu innych

Wybierz rodzaj źródła:

Sprawdź 50 najlepszych artykułów w czasopismach naukowych na temat „Ideology”.

Przycisk „Dodaj do bibliografii” jest dostępny obok każdej pracy w bibliografii. Użyj go – a my automatycznie utworzymy odniesienie bibliograficzne do wybranej pracy w stylu cytowania, którego potrzebujesz: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver itp.

Możesz również pobrać pełny tekst publikacji naukowej w formacie „.pdf” i przeczytać adnotację do pracy online, jeśli odpowiednie parametry są dostępne w metadanych.

Przeglądaj artykuły w czasopismach z różnych dziedzin i twórz odpowiednie bibliografie.

1

Handry, Handry, Jozef M. N. Hehanussa, Paulus Sugeng Widjaja i Wahyu Nugroho. "Dialektika Ideologi Tanah dalam Konflik Porto-Haria". DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 8, nr 2 (30.01.2024): 650–64. http://dx.doi.org/10.30648/dun.v8i2.1113.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstract. Frequent land conflicts are often unconsiderly triggered by ideological differences. This is also what can be felt in the land conflict between the Porto and Haria communities. Therefore, this research aimed to clearly take to surface these ideological motifs by utilizing the categorization of land ideology in the Old Testament proposed by Norman C. Habel. The results of this study showed that the two conflicting societies each have an ideology that also can be found in the land ideology in the Old Testament, namely the ideology of kingship and the ideology of the ancestors. Therefore, to mediate the conflict, it is necessary to offer another ideology that does not put pressure on land ownership claims, namely the ideology of prophethood.Abstrak. Konflik tanah yang sering dijumpai seringkali tanpa disadari dipicu oleh adanya perbedaan ideologi. Hal itu jugalah yang dapat dirasakan dalam konflik tanah masyarakat Porto-Haria. Oleh karena itu, kajian ini bermaksud untuk menampilkan secara jelas ke permukaan motif-motif ideologis tersebut dengan memanfaatkan kategorisasi ideologi tanah dalam Perjanjian Lama yang dikemukakan oleh Norman C. Habel. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kedua masyarakat yang berkonflik masing-masing memiliki ideologi yang mirip dengan ideologi tanah dalam Perjanjian Lama, yaitu ideologi kerajaan dan ideologi nenek moyang. Oleh karena itu untuk menengahi konflik tersebut perlu ditawarkan ideologi lainnya yang tidak menekankan pada klaim kepemilikan tanah, yaitu ideologi kenabian.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
2

Saputra, Buyung Ade. "IDEOLOGICAL INTERPELLATION AND SUBJECTS’ RESPONSES IN ANDI NOOR’S SHORT STORY, “KOPI DAN CINTA YANG TAK PERNAH MATI”". Poetika 9, nr 2 (3.12.2021): 149. http://dx.doi.org/10.22146/poetika.v9i2.60654.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
State is a machine of power for the ruling class to maintain its authority. The effort is practiced by interpellating individuals as its subjects. The state can be defined as repressive and ideological apparatus. This study aims to identify the interpellation’s category and the subjects’ responses that are portrayed in Andi Noor’s short story titled “Kopi dan Cinta yang Tak Pernah Mati” from Althusser’s perspective. The study is carried out by first identifying the ideologies that empower the interpellation. There are two categories of ideology that interpellate individuals as the subjects of ideology: (1) Totalitarianism and (2) Socialism. Next, the researcher identifies the category of apparatus that is used by the ideologies. The short story portrays the empowerment of the repressive state apparatus of armed or police forces by the ruling ideology and the empowerment of the ideological cultural apparatus by the opposition. Subjects’ responses that are found in this research vary, and not all subjects recognize the interpellation by the ideology. The responses are influenced by the empowerment of the apparatuses of each ideology. The subjects tend to resist the empowerment of the repressive state apparatus, but they recognize the interpellation by the empowerment of the ideological cultural apparatus. Negara merupakan mesin kekuasaan yang menjadi alat bagi kelas penguasa untuk melanggengkan kekuasaanya. Usaha ini dilakukan melalui penaklukan atau interpelasi terhadap individu agar menjadi subjek ideologi. Keberadaan Negara dapat dipahami sebagai aparatus represif dan aparatus ideologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kategori interpelasi dan respon subjek yang digambarkan oleh cerpen “Kopi dan Cinta yang Tak Pernah Mati” karya Andi Noor berdasarkan pandangan Althusser. Penelitian ini diawali dengan mengungkap ideologi-ideologi yang melakukan interpelasi. Terdapat dua ideologi yang saling melakukan interpelasi terhadap subjek-subjek, yaitu (1) Totalitarian dan (2) Sosialisme. Selanjutnya, peneliti melakukan pemetaan terhadap kategori aparatus yang digunakan oleh ideologi-ideologi baik itu aparatus represif atau ideologis. Cerita pendek ini menggambarkan aparatus negara yang represif yang diwakili oleh tentara yang digunakan oleh ideologi penguasa, sedangkan pihak lawan melakukan pemberdayaan aparatus kultural ideologis. Respon subjek yang ditemukan cukup beragam. Tidak semua subjek merekognisi interpelasi ideologi. Terdapat subjek yang pada awalnya melakukan misrekognisi namun pada akhirnya melakukan rekognisi terhadap interpelasi ideologi. Respon yang ditunjukkan oleh subjek dipengaruhi oleh pemberdayaan aparatus oleh masing-masing ideologi. Subjek cenderung melakukan misrekognisi terhadap aparatus represif, dan cenderung merekognisi pemberdayaan aparatus ideologis kultural.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
3

Triwahyuningsih, Susani, i Herma Yusti. "MASIFIKASI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TERORISME DI INDONESIA". PENDIDIKAN MULTIKULTURAL 4, nr 2 (13.08.2020): 221. http://dx.doi.org/10.33474/multikultural.v4i2.8046.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Pancasila merupakan ideologi bangsa, yang juga sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan yang harus dipelajari oleh setiap subyek bangsa, khususnya kalangan pembelajar. Mereka harus paham hakikat urgensinya ideologi Pancasila. Kalau hal ini bisa terwujud secara masif dalam kehidupan bangsa ini, maka akan menjadi kekuatan besar atau fundamental untuk menghadapi atau mencegah ideologi yang dsebarkan oleh komunitas teroris. Para teroris tidak akan berhenti melancarkan serangan secara fisik dengan segala instrument kekerasan maupun dengan menggunakan serangan ideologis, yang diantaranya menggunakan doktrin ideologisnya untuk melemahkan dan menghancurkan ideologi Pancasila. Jika hal ini bisa dilakukan dan diterima Sebagian bangsa secara terus menerus, maka tentulah menjadi problem ancaman yang serius.Kata kunci: pendidikan, pencegahan, terorisme, doktrin, ideologi Pancasila is the ideology of the nation, which is also a source of knowledge that must be studied by every subject of the nation, especially among students. They must understand the essence of the urgency of the Pancasila ideology. If this can be massively realized in the life of this nation, it will become a major or fundamental force to face or prevent the ideology spread by the terrorist community. The terrorists will not stop launching attacks physically with all instruments of violence or by using ideological attacks, which include using their ideological doctrine to weaken and destroy the Pancasila ideology. If this can be done and accepted by some nations on an ongoing basis, then it will certainly become a serious threat problem.Keywords: education, prevention, terrorism, doctrine, ideology
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
4

Zamzuri, Ahmad. "Ideologi dalam Novel Pabrik Karya Putu Wijaya". ATAVISME 20, nr 1 (31.07.2017): 14–26. http://dx.doi.org/10.24257/atavisme.v20i1.303.14-26.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap ideologi dan formasi ideologi dalam novel Putu Wijaya yang berjudul Pabrik dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Masalah penelitian ini adalah ideologi apa yang dapat ditemukan dalam novel dan bagaimanakah pembentukannya. Untuk mengungkap ideologi dan formasi ideologi dalam novel ini, penelitian menggunakan metode melalui langkah-langkah berikut: (1) menentukan subjek penelitian; (2) melakukan studi kepustakaan; (3) mengidentifikasi ideologi berdasarkan teori hegemoni Gramsci; dan (4) menganalisis formasi ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat ideologi dalam novel tersebut, yaitu (1) ideologi otoritarianisme; (2) ideologi individualisme; (3) ideologi liberalisme; dan (4) ideologi anarkisme. Formasi ideologi dalam novel tersebut muncul dalam tiga hubungan, yaitu hubungan kontradiktif antara ideologi otoritarianisme dan demokrasi, hubungan korelatif antara ideologi liberalisme dan hedonisme, dan hubungan bawahan antara ideologi otoritarianisme dan liberalisme. [Title: Ideology in Putu Wijaya’s Pabrik]. This study aims to reveal the ideology and ideological formation in Putu Wijaya's novel entitled Pabrik using Gramsci's theory of hegemony. The problem of this study is what ideology that can be found in the novel and how its formation is. In revealing the ideology and ideological formation in the novel, this research is organized through the following steps: (1) determining the subject of research; (2) conducting library research; (3) identifying ideologies based on Gramsci's theory of hegemony; and (4) analyzing the ideological formation. The results show that there are four ideologies in the novel; those are (1) the ideology of authoritarianism; (2) the ideology of individualism; (3) the ideology of liberalism; and (4) the ideology of anarchism. The ideological formation in the novel appears in three relationships, namely the contradictory relationship between the ideology of authoritarianism and democracy, the correlative relationship between the ideology of liberalism and hedonism, and the subordinate relationship between the ideology of authoritarianism and liberalism.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
5

Putra, Pebri Prandika. "IDEOLOGI DAN TEKNIK PENERJEMAHAN FRASA PADA BUKU BIOGRAFI SUHARTO (A POLITICAL BIOGRAPHY) DARI BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA KARYA R.E. ELSON (STUDI ANALISI ISI)". Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam 4, nr 1 (26.08.2019): 27. http://dx.doi.org/10.29300/ttjksi.v4i1.2220.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstract: Ideology in the translation process is important in deciding towards what kind of direction the translation will go. If the primary purpose of the translation is to promote the culture and techniques, it is considered adequate to choose the foreignization over the domestication as the ideology of the translation when it comes to the translation of culture-specific items. It also discussed those techniques used in the object of the research. The object of the research was A Political Biography of Suharto. This research was content analysis where focus on the object and the researcher as instrument. The result of this reserach found out that the most ideology used was domestiction and the technique was pure borrowing. There was significant relationship between domestication ideology and pure borrowing. It was meant The technique oriented to source language Abstrak: Ideolgy dalam proses penerjemahan sangat penting dalam menentukan kemana arah terjemahan dituju. Jika tujuan utama penerjemahan adalah untuk mengenalkan ideology dan teknik maka perlu mempertimbangkan idelogy lokal atau asing yang harus digunakan dalam pengembangan budaya bahasa. Penelitian ini juga mendiskusikan teknik yang digunakan dalam proses penerjemahan objek. Objek penelitian ini adalah buku biografi politik Suharto. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi dan peneliti sebagai instrumennya. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa ideologi yang paling banyak digunakan adalah lokal dan tekniknya adalah peminjaman alami. Terdapat hubungan erat antara ideologi lokal dan teknik tersebut yang artinya penerjemah telah berorientasi pada bahasa sumber (bsu)
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
6

Graceiya, Atria, Yoseph Yapi Taum i Susilawati Endah Peni Adji. "IDEOLOGI DAN APARATUS NEGARA DALAM TIGA CERPEN KARYA PUTU WIJAYA : PERSPEKTIF LOUIS ALTHUSSER". Sintesis 15, nr 2 (2.11.2021): 88–97. http://dx.doi.org/10.24071/sin.v15i2.3119.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAK Artikel ini membahas ideologi dan aparatus negara dalam tiga cerpen karya Putu Wijaya. Penelitian ini menggunakan paradigma Abrams, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan diskurtif. Pendekatan objektif digunakan untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik tiga cerpen Putu Wijaya. Pendekatan diskurtif digunakan untuk membongkar ideologi dengan perspektif ideologi Louis Althusser. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dengan mengandalkan jenis data kualitatif. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa bentuk ideologi dan aparatus negara yang ditemukan beragam, yakni (1) tiap tokoh utama direpresentasikan hal-hal yang melekat pada permasalah tokoh utama; (2) ada interpelasi pada tokoh utama agar diakui sebagai subjek; (3) bentuk ideologi yang ditemukan yakni ideologi dominan, ideologi terkungkung, ideologi bebas, ideologi resistensi, dan ideologi tengah terdapat di dalamnya; (4) aparatus ideologi negara (ISA) mendominasi dalam tiga cerpen karya Putu Wijaya.Kata Kunci: ideologi, aparatus negara, Putu Wijaya, Althusser ABSTRACT This article discusses ideology and the state apparatus in three short stories by Putu Wijaya. The study employs the Abrams paradigm, namely an objective and discursive approach. This study applies an objective approach to analyzing the intrinsic elements of three short stories by Putu Wijaya. A discursive approach is used to dismantle ideology with the ideological perspective of Louis Althusser. Qualitative data were collected using library research method. The results of this study show that ideology and state apparatus are represented in a variety of ways; first, each main character is represented by the problems he experiences; second, there is an interpellation on the main character to be recognized as subject; third, the ideological forms found are dominant ideology, confined ideology, free ideology, ideological resistance, and central ideology; last, the ideological state apparatuses are prominent in three of Putu Wijaya's short stories..Keywords: ideology, state apparatus, Putu Wijaya, Althusser
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
7

Latupeirissa, David Samuel, i Zummy Anselmus Dami. "IDEOLOGI BAHASA POLITIK SOEKARNO: SARANA KETAHANAN, KEAMANAN, DAN PERDAMAIAN INDONESIA". Aksara 31, nr 2 (30.12.2019): 251. http://dx.doi.org/10.29255/aksara.v31i2.364.251-268.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk (1) menggali ideologi yang terkandung dalam bahasa politik Soekarno selaku salah satu tokoh pendiri bangsa dan proklamator kemerdekaan NKRI, (2) menggali motivasi yang ada di balik lahirnya ideologi dalam bahasa tersebut, dan (3) melihat perubahan sosial budaya sebagai dampak dari ideologi bahasa politik Soekarno. Untuk mencapai ketiga tujuan penelitian di atas, peneliti menggunakan Teori Analisis Wacana Kritis (AWK) model Fairclough (1989, 1995, 2005, 2006) sebagai teori utama, dan teori Ideologi sebagai teori pendukung. Metode yang diterapkan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi, sedangkan metode yang diterapkan dalam analisis data adalah metode deskripstif kualitatif yang diterapkan berdasarkan tiga level analisis AWK Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ideologi yang terkandung dalam bahasa Soekarno adalah ideologi ‘persatuan dan kesatuan sebagai hal yang penting’, ideologi ‘revolusi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jiwa bangsa Indonesia’, dan ideologi ‘imperialisme sebagai musuh utama bangsa Indonesia’. Ideologi tersebut perlu dihidupi sebagai salah satu strategi demi menjaga ketahanan, keamanan, dan perdamaian Indonesia. Selanjutnya, ideologi tersebut dilatari oleh keadaan bangsa yang plural dan kesadaran bahwa sifat statis adalah penghalang kemajuan bangsa. Kandungan ideologi dimaksud membawa perubahan dalam cara berkomunikasi dan cara hidup bangsa Indonesia.Kata kunci: ideologi, bahasa politik, analisis wacana kritis AbstractThe current study aims at: (1) to explore the ideology conceived in Soekarno’s political language as one of the nation founding fathers and the proclaimer of Indonesia independence, (2) to explore the motivations behind the birth of ideology in the language, and (3) to see the socio-cultural changes as the result of Soekarno’s political ideology. To achieve the research objectives, researcher used Critical Discourse Analysis Theory (CDA) of Fairclough (1989, 1995, 2005, 2006) as the main theory, and the theory of Ideology as a supporting theory. The method applied in data collection was documentation method, while the method applied in data analysis was descriptive qualitative method that applied based on three analysis levels of Fairclough CDA theory. The results show that the ideology contained in Soekarno’s political language is the ideology of ‘unity as an important thing’, the ideology of ‘revolution as an integral part of the Indonesian nation soul’, and the ideology of ‘imperialism as the main enemy of the Indonesia’. The ideology needs to be lived for the sake of Indonesia’s endurance, security and peace. Furthermore, the ideology is based on a plural nation state and the realization that static nature is a barrier to the progress of a nation. The ideology contents have brought changes in the way of communication and the way of Indonesian nation life.Keywords: ideology, political language, critical discourse analysis
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
8

Efendi, Bahtiyar, i Ma’ruf Cahyono. "The Path of Pancasila Ideology: Legislation and Philosophical Approach in Policy Arrangement for National Ideology". Lex Publica 7, nr 2 (30.07.2020): 44–55. http://dx.doi.org/10.58829/lp.7.2.2020.44-55.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The success of the state in realizing its goals is not only because the state has an ideology but is also determined by the good values ​​that exist in the quality of humans or individuals in a nation. It means that to make it happen, a good and equal understanding of the values ​​contained in the ideology requires concrete policies, which are actualized in the attitude of social life. In other words, ideology must become a real character of a nation. The implementation of the Pancasila Ideology Development has not been carried out optimally because the regulatory framework that regulates the Pancasila Ideology development is still scattered in various regulations. This issue is important to be studied more deeply considering the direction of the regulation of Pancasila Ideology development has a very important meaning, especially related to policies in the regulation field, which will greatly influence the success of Pancasila ideology development to strengthen national resilience. This study uses qualitative methods through document analysis. The data was analyzed related to documents related to the development of the Pancasila ideology. The draft implementing regulations that are needed to describe the level of implementation of the basic Pancasila ideology development is the need for implementing regulations that regulate procedures for the implementation of pancasila ideology development and roadmap for pancasila ideology development and procedures for monitoring and evaluation of the implementation of pancasila ideology development. With the principles of fostering the Pancasila ideology outlined in a law-level regulation, it is hoped that this regulation can become a policy direction with a stronger legal basis in the context of fostering the Pancasila ideology, which is national and binding on all state administrators and elements of society. Abstrak Keberhasilan negara dalam mewujudkan tujuannya bukan hanya karena negara memiliki ideologi, tetapi juga ditentukan oleh nilai-nilai baik yang ada pada kualitas manusia atau individu dalam suatu bangsa. Artinya untuk mewujudkannya, pemahaman yang baik dan setara terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi memerlukan kebijakan-kebijakan yang konkrit, yang diaktualisasikan dalam sikap kehidupan bermasyarakat, dengan kata lain ideologi harus menjadi karakter nyata suatu bangsa. Pelaksanaan Pembinaan Ideologi Pancasila belum terlaksana secara maksimal karena kerangka regulasi yang mengatur tentang Pembinaan Ideologi Pancasila masih tersebar di berbagai regulasi. Masalah ini penting untuk dikaji lebih dalam mengingat arah pengaturan pengembangan Ideologi Pancasila memiliki arti yang sangat penting, terutama terkait kebijakan di bidang regulasi yang akan sangat mempengaruhi keberhasilan pengembangan ideologi Pancasila dalam rangka memperkuat ketahanan nasional. Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, melalui analisis dokumen. Dalam menggunakan metode kualitatif, data penelitian akan dianalisis terkait dengan dokumen-dokumen yang terkait dengan perkembangan ideologi Pancasila. Rancangan peraturan pelaksanaan yang diperlukan untuk menggambarkan tingkat pelaksanaan pembangunan ideologi Pancasila yang bersifat mendasar adalah perlunya peraturan pelaksanaan yang mengatur. tata cara pelaksanaan pengembangan ideologi pancasila dan roadmap pengembangan ideologi Pancasila dan tata cara monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan ideologi Pancasila. Dengan prinsip-prinsip pembinaan ideologi Pancasila yang dituangkan dalam suatu peraturan perundang-undangan, diharapkan peraturan ini dapat menjadi arah kebijakan yang memiliki landasan hukum yang lebih kuat dalam rangka pembinaan ideologi Pancasila yang bersifat nasional dan mengikat seluruh negara. pengurus dan unsur masyarakat. Kata kunci: Pancasila, Legislasi, Pembangunan Ideologi Nasional, Indonesia
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
9

Al-anbiya, Dzulfikar, Aquarini Priyatna i R. M. Mulyadi. "REPRESENTASI MUSIK SEBAGAI SEBUAH IDEOLOGI DI PESANTREN DALAM FILM BAIK-BAIK SAYANG". Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 10, nr 3 (8.11.2018): 403. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v10i3.432.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Artikel ini membahas musik di pesantren yang direpresentasikan sebagai sebuah ideology dalam film Baik-Baik Sayang.Perdebatan ideologi yang membolehkan dan melarang musik masih diperdebatkan di kalangan ulama dapat diargumentasikan sebagai manifestasi ideologi sebuah instansi pendidikan berbasis agama Islam tertentu. Perdebatan ideologi tersebut direpresentasikan dalam film Baik-Baik Sayang dengan mengangkat cerita perjalanan sebuah band musik bernama Wali yang dibentuk di Pesantren La Tansa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan konsep media representasi Stuart Hal dan kajian sinema. Penelitian ini menunjukkan bahwa film merepresentasikan musik sebagai ideologi secara biner. La Tansa dan Band Wali merupakan representasi ideologi yang membolehkan musik di pesantren. Ideologi yang berlawanan direpresentasikan melalui tokoh antagonis. Film juga merepresentasikan fenomena bentuk ideologi lain yang lebih negosiatif dalam sosok ayah Fa’ank.This article explains music within pesantren, which is represented as an ideology in the movie Baik-Baik Sayang. Ideological debates about legalizing and prohibiting music among Muslim theologian can be argued as ideology manifestation from certain Islamic educational institute. Those ideology debates are represented in movie Baik-Baik Sayang that tells the story about a music band called Wali, which is formed within pesantren La Tansa. This research uses qualitative approach using the concept of media representation proposed by Stuart Hall and cinema studies. This research shows that movie representing music as ideology binary. La Tansa and Band Wali are the representation of ideology that legalizing music within pesantren. The contradiction ideology is represented by an antagonistic role. This movie also representing another ideology form, which is more negotiable within Ayah Fa'ank role
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
10

Parancika, Rd Bily, i Mohammad Aris. "HEGEMONI IDEOLOGI DALAM WACANA NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK (KAJIAN TEORI PERKEMBANGAN HEGEMONI)". Alayasastra 17, nr 1 (31.05.2021): 89–105. http://dx.doi.org/10.36567/aly.v17i1.794.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kekuasaan dan dominasi yang terdapat dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak. Adapun masalah yang melatarbelakangi penelitian ini ialah bagaimana bentuk hegemoni ideologi masyarakat dan pemerintahan yang terefleksikan dalam novel Amba. Penelitian ini bertolak pada teori ideologi Gramsci dengan menggunakan pendekatan hegemoni ideologi. Pendekatan ini merupakan konsep berpikir Antonio Gramsi mengenai konsep kebebasan, wewenang atau kekuasaan. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif analisis. Pengumpulan sumber data yang berupa kutipan dihasilkan dari membaca sumber. Kemudian, data yang terkumpul dicatat, dianalisis, dan diinterpretasikan dengan perspektif hegemoni ideologi. Hasil analisis disajikan dalam bentuk narasi deskriptif-kualitatif. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa novel Amba karya Laksmi Pamuntjak sarat dengan muatan hegemoni ideologi yang meliputi ideologi keagamaan, ideologi politik, dominasi kekuasaan dan kekerasan fisik maupun nonfisik yang dilakukan perorangan maupun sosial. Kata Kunci: Hegemoni, Ideologi, Kekuasaan dan Amba ABSTRACT This research is aimed to express power and domination in Amba novel written by Laksmi Pamuntjak. The issue of this research is how to shape people and government's hegemoni ideology which are reflected in Amba novel. This research stand on the theory of Gramsci's ideology using hegemoni ideology approach. This approach is a concept of Antonio Gramsi's thinking about a concept of freedom, authority, or power. This research used analysis descriptive method. The collection of data sources in the form of quotations is generated from reading sources. Then it's written, analyzed, and intepreted by perspective hegemoni ideology. The analysis result is written by descriptive-qualitative naration. The research showed Amba novel by Laksmi Pamuntjak full of hegemoni ideology content which is consist of religious ideology, politics ideology, power domination and physical-non physical abuse done by person or public. Keywords: Hegemony, Ideology, Power and Amba
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
11

Iswadi, Iswandi. "STUDI GERAKAN IDEOLOGI PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2019". Politica: Jurnal Hukum Tata Negara dan Politik Islam 7, nr 1 (30.12.2020): 3–21. http://dx.doi.org/10.32505/politica.v7i1.1459.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The ideology contestation is basically a classic polemic, where after independence the ideology of Islam was confronted with nationalism and took root until now (reform). However, the momentum of the 2019 election political contestation was again marked by the struggle of ideology namely ideology of Islamism and nationalism. The polemic began with the emergence of religious issues that were raised on the surface of political actors as a hegemony in taking the sympathy of voters. The existence of religion as a central issue began in 2016-2017 related to the prosecution of Ahok who insulted religious values ​​(Islam), and among the political parties involved in the demonstrations namely PPP, PKS, PBB, and PKB. In that momentum the beginning of the revival of Islamic ideology as the power in defending Islamic sovereignty. Judging from the ideology of political parties in Indonesia in the 2019 election political contestation, the ideology of political parties based on the statutes and bylaws (AD / ART) that the ideology applied can be classified into three parts namely ideology Nationalism, Islamism, and Nationalist-Religious, and the three ideologies. This can be proven based on the results of a survey from Australia 2017-2018 based on the voters. However, political parties based on multiple ideologies, PAN, PKB and Democrats, each have priority orientation. PAN and PKB tend to polarize the values ​​of Islamism (religious), while Democrats are more dominated by nationalist issues. The concept of Islamic political ideology, in the context of political contestation in political party elections, is basically a necessity to implement the values ​​of ri'ayah, taqwin, irshad and ta'dib through political education, or campaign in elections to achieve mutual benefit, both parties whose ideology Islamism, nationalism and nationalist-religious, so as to build the moralistic side of society, and intelligence in responding to the issues that exist in the election apart from that, political parties in confronting political contestation the emphasis of the movement must reflect the value of poverty, the three ideologies have been packaged in the values ​​of Pancasila in the third principles of Indonesian unity. Asbtak Kontestasi ideology pada dasarnya polemik klasik, dimana pasca kemerdekaan ideologi islam dihadapkan dengan nasionalisme dan mengakar sampai sampai saat ini (reformasi). Akan tetapi momentum pemilu 2019 kontestasi politik kembali diwarnai pergulatan ideology yakni ideology islamisme dan nasionalisme. Polemik tersebut berawal dengan mencuatnya isu keagamaan yang dimunculkan dipermukaan pelaku politik sebagai hegemoni dalam mengambil simpati pemilih. Eksistensi agama sebagai sentral isu berawal tahun 2016-2017 terkait penuntutan terhadap ahok yang melecehkan nilai-nilai agama (islam), dan diantara partai politik yang terlibat dalam demonstrasi yakni PPP, PKS, PBB, dan PKB. Dalam momentum tersebut awal mencuatnya kembali ideologi islam sebagai of the power dalam mempertahan kedaulatan Islam. Menilik ideologis partai politik di Indonesia pada konstestasi politik pemilu 2019, ideology partai politik berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) bahwa ideologi yang diterapkan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yakni ideology Nasionalisme, Islamisme, dan Nasionalis-Religius, dan ketiga ideology tersebut dapat dibuktikan dengan berdasarkan hasil survey dari asutralia 2017-2018 berdasarkan pemilih. Namun demikian partai poltik yang berasaskan ideologi ganda, PAN, PKB dan Demokrat, masing-masing memiliki kiblat prioritas. PAN dan PKB condong polarisasi nilai-nilai islamisme (religious), sedangkan Demokrat lebih didominasi oleh isu-isu nasionalis. Konsep ideology politik islam, dalam konsteks kontestasi politik dalam pemilu partai politik pada dasarnya sebuah keharusan mengimplementasikan nilai-nilai ri’ayah, taqwin, irsyad dan ta’dib melalui pendidikan politik, ataupun kampanye dalam pemilu guna mencapai kemaslahatan bersama, baik partai yang berideologi islamisme, nasionalisme dan nasionalis-religius, sehingga terbangun sisi moralistik masyarakat, dan kecerdasan dalam menanggapi isu-isu yang ada dalam pemilu. selain dari itu partai politik dalam menghadapi konstestasi politik penekanan gerakannya harus mencermikan nilai kemaslahan, ketiga ideology tersebut telah kemas dalam nilai-nilai pancasila pada sila ketiga persatuan Indonesia.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
12

Maharani, Septiana Dwiputri, Surono Surono, Ahmad Zubaidi i Hadi Sutarmanto. "Indeks Ketahanan Ideologi Pancasila". Jurnal Ketahanan Nasional 25, nr 2 (23.08.2019): 277. http://dx.doi.org/10.22146/jkn.31823.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRACTThe Resilience of Pancasila Ideology had ups and downs conditions. Its could not be separated from the efforts and phenomenon in the society. That phenomenon caused the relisilience of Pancasila ideology be strengthened or weakened. Moreover, the condition of Indonesia was experiencing ideological problems right now. This paper decribed about the importance of the resilience of Pancasila ideology in supporting to national resilience, what were the factors that weakened and strengthened the resilience of Pancasila ideology, and what efforts should be made to strengthened the resilience of Pancasila ideology. The methods used in this research were field research and library research, namely interview, FGD, survey, and literature review. This research also briefly described about the instrument of Pancasila Ideology Index (IKIP). The main aspects measured in IKIP were divinity, humanity, unity, popularness, and social justice. The indicators of IKIP were politics, nationality, social, cultural, religious and economic. This article was written and based on research for two years (2017-2018) conducted in nine provinces in Indonesia. Namely: Manokwari (West Papua), Ambon (Maluku), Kupang (East Nusa Tenggara), Denpasar (Bali), Makassar (South Sulawesi), Medan (North Sumatra), Pontianak (West Kalimantan), Yogyakarta (Yogyakarta Special Region), and Jakarta. The location was chosen and based on the level of heterogeneity (religion, ethnicity, and culture). Sampling method used multi-stage random sampling.This article also described the portrait of resilience of Pancasila ideology in the nine (9) cities of IndonesiaABSTRAKKetahanan Ideologi Pancasila mengalami pasang surut. Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya dan kejadian dalam masyarakat yang membuat ketahanan ideologi Pancasila menguat atau melemah, baik secara sengaja maupun di luar kesengajaan. Terkait dengan kondisi Indonesia saat ini yang tengah mengalami problematika ideologis, 278 Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 25, No. 2, Agustus 2019: 277-294 penelitian ini sangat diperlukan untuk mengkaji pentingnya ketahanan ideologi Pancasila dalam mendukung ketahanan nasional; apa saja faktor yang memperkuat dan memperlemah ketahanan ideologi Pancasila; serta upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ketahanan ideologi Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan pustaka, di antaranya wawancara, FGD, survei, dan kajian pustaka. Penelitian ini juga menjelaskan secara ringkas instrument Indeks Ideologi (IKIP). Aspek utama yang diukur dalam IKIP ini adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Pada setiap aspek dikategorsasikan lagi ke dalam indikator-indikator yaitu yaitu politik, kenegaraan-kebangsaan, sosial, kebudayaan, keagamaan, dan ekonomi. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian selama dua tahun (2017-2018) pada sembilan provinsi di Indonesia, yaitu Manokwari (Papua Barat), Ambon (Maluku), Kupang (NTT), Denpasar (Bali), Makassar ( Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), Yogyakarta (DIY), Jakarta (DKI Jakarta), dan Medan (Sumatera Utara). Pemilihan lokasi berdasarkan tingkat heterogenitas agama, suku, dan budaya. Metode penentuan lokasi survei menggunakan multi-stage random sampling. Pada akhir artikel ini juga dipaparkan hasil pengukuran tingkat ketahanan ideologi Pancasila pada sembilan lokasi tersebut.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
13

Mohtar, Tarmila, i Jagad Aditya Dewantara. "NEGARA: KEADAAN SUATU MASYARAKAT BERDASARKAN IDEOLIGI YANG DIANUTNYA". Jurnal Kewarganegaraan 5, nr 2 (1.12.2021): 466–75. http://dx.doi.org/10.31316/jk.v5i2.2294.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
AbstrakIdeologi adalah suatu konsep pemikiran yang mencakup kumpulan gagasan, ide, keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar terkait kehidupan manusia yang sifatnya menyeluruh dan terstruktur yang menyangkut kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang dan bertujuan untuk mencapai tujuan atau cita-cita bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap ideologi mempunyai karakteristik tersendiri dan ideologi ini juga menjadi penentu dari keadaan suatu masyarakat oleh suatu negara. oleh karena itu penulis dalam kepenulisan ini akan membahas mengenai keadaan suatu masyarakat berdasarkan ideologi yang dianutnya. Hal tersebut dikarenakan setiap ideologi yang dianut mencerminkan keadaan suatu masyarakat yang berbeda. Dengan mambahas ini maka kita akan mengetahui seperti apa suatu masyarakat atau negara yang menganut ideologi tersebut dan tulisan ini akan membahas terkait negara berdasarkan ideologi Anarkisme, komunisme, dan Pancasila. Adapun hasil yang didapat dari tulisan ini adalah dimana anarkisme, komunisme dan Pancasila merupakan ideologi yang berbanding terbalik dan mempunyai perbedaan yang mendasar dan hal ini menciptakan keadaan suatu masyarakat yang sangat berbeda. Dimana sebenarnya setiap ideologi bertujuan untuk kebaikan rakyatnya hanya saja dalam pergerakan yang menyimpang membuat ideologi tersebut dipandang buruk.Kata kunci: Negara, Ideologi, Anarkisme, Komunisme, Pancasila AbstractIdeology is a concept of thought that includes a collection of ideas, ideas, beliefs and beliefs that form the basis for human life that is comprehensive and structured which involves people's lives in various fields and aims to achieve common goals or ideals in the life of the nation and state. Each ideology has its own characteristics and this ideology is also a determinant of the state of a society by a state. Therefore, the author in this paper will discuss the state of a society based on the ideology it adheres to. This is because each ideology adopted reflects the state of a different society. By discussing this, we will find out what a society or country that adheres to this ideology looks like and this paper will discuss the state based on the ideology of Anarchism, Communism, and Pancasila. The results obtained from this paper are where anarchism, communism and Pancasila are ideologies that are inversely proportional and have fundamental differences and this creates a very different state of society. Where in fact every ideology aims for the good of its people, only in a deviant movement makes the ideology seen as bad.Keywords: State, Ideology, Anarchism, Communism, Pancasila
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
14

Fadilah, Yuniardi. "SEBARAN DAN FORMASI IDEOLOGI PADA CERPEN “SARMAN” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: ANALISIS HEGEMONI GRAMSCI (The Distribution and Formation of Ideology in Seno Gumira Ajidarma’s Short Story “Sarman”: Gramsci’s Analysis of Hegemony)". Sirok Bastra 9, nr 1 (30.08.2021): 67–80. http://dx.doi.org/10.37671/sb.v9i1.250.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi serta mendeskripsikan sebaran dan formasi ideologi yang ada dalam cerpen “Sarman” karya Seno Gumira Ajidarma. Cerpen “Sarman” ditulis pada tahun 1986. Permasalahan ini coba dibahas karena tokoh-tokoh dalam cerpen, khususnya tokoh Sarman sebagai tokoh sentral, dengan segala interaksi dan tindak-tuturnya, merepresentasikan ideologi-ideologi tertentu. Analisis formasi ideologi yang dilakukan berdasar pada teori hegemoni Antonio Gramsci. Teori ini memungkinkan analisis tentang praktik hegemonik maupun resistensi yang ada di dalam cerpen sehingga dapat dilihat keberadaan ideologi-ideologi yang saling berinteraksi. Lalu, sebagai sebuah situs hegemoni, karya sastra dipandang sebagai dunia gagasan atau ideologi yang berpengaruh. Oleh karena itu, penelitian ini mengidentifikasi sebaran ideologi dalam cerpen dan menemukan lima ideologi, yaitu anarkisme, anti-materialisme, individualisme, materialisme, dan kapitalisme. Formasi ideologi yang ditemukan dalam cerpen terbentuk dalam tiga hubungan: hubungan kontradiktif, hubungan korelatif, dan hubungan subordinatif. Berdasarkan temuan formasi ideologi dalam cerpen, kemudian, tampak kecenderungan pengarang dalam mengkritik ideologi yang satu dengan lainnya. This study seeks to identify and describe the distribution and formation of ideology in the short story "Sarman" by Seno Gumira Ajidarma. This short story was written in 1986. This study try to discuss this problem because the characters in the short stories, with all their interactions and speech acts, represent certain ideologies. The analysis of the formation of ideology is based on Antonio Grasmsci’s theory of hegemony. This theory allows an analysis of the hegemonic practice and resistance that exists in the short story so that it can be seen the existence of interacting ideologies. Then, as a hegemonic site, literature is seen as a world of influential ideas or ideologies. Therefore, this research then identifies the distribution of ideology in short stories and finds five ideologies: anarchism, anti-materialism, individualism, materialism, and capitalism. Formation of ideology in short stories exists in three relationships: contradictory relationships, correlative relationships, and subordinative relationships. Based on the findings of the formation of ideology in the short story, then, it appears that the author's tendency to criticize some ideology.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
15

Simanjuntak, Wilda. "Resensi Buku: Ideology: An Introduction". Aradha: Journal of Divinity, Peace and Conflict Studies 2, nr 3 (25.04.2024): 267–87. http://dx.doi.org/10.21460/aradha.2022.23.1226.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Resensi Buku: Dalam menelusuri book review ini, penulis menjatuhkan pilihan pada karya Terry Eagleton. Untuk menelusuri pemahaman dan gagasan mengenai ideologi, strategi ideologi dan pendapat para filsuf pada mazhab tertentu. Terry Eagleton, seorang kritikus sastera yang banyak memakai paradigma Marxis dalam karya-karyanya. Sekilas ringkas mengenai ketokohan Eagleton. Ia lahir pada tanggal 22 Februari 1943, menikah dengan Willa Murphy. Ayahnya bernama Francis Paul Eagleton dan ibunya Rosaleen Eagleton. Terry Eagleton adalah seorang Professor sastra Inggris di Universitas Oxford. Terdapat sekitar 40 karya artikel dan buku-buku Eagleton, seperti Criticism and Ideology, Walter Benjamin, The Function of Criticism, Literary Theory: An Introduction, The Ideology of the Aesthetic, and a novel, Saints and Scholars (Eagleton, 1991). Karya Eagleton mengenai Ideology an Introduction ini merupakan pembahasan yang mendasar akan pemahaman dan gagasan ideologi. Setidaknya, kita disuguhkan sebuah gambaran akan idea dan gagasan tentang ideologi serta hal-hal yang mengitarinya.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
16

Purvis, Trevor, i Alan Hunt. "Discourse, Ideology, Discourse, Ideology, Discourse, Ideology..." British Journal of Sociology 44, nr 3 (wrzesień 1993): 473. http://dx.doi.org/10.2307/591813.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
17

Purvis, Trevor, i Alan Hunt. "DISCOURSE, IDEOLOGY, DISCOURSE, IDEOLOGY, DISCOURSE, IDEOLOGY..." Moment Journal 1, nr 1 (15.06.2014): 9–36. http://dx.doi.org/10.17572/mj2014.1.936.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
18

Cohen, Stanley. "Ideology? What ideology?" Criminology & Criminal Justice 10, nr 4 (listopad 2010): 387–91. http://dx.doi.org/10.1177/1748895810382371.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
19

Lestari, Sulistyani Eka. "KAJIAN ISLAM TERHADAP SILA KEDUA DALAM PANCASILA SEBAGAI PENJAGA MULTIKULTURALISME". PENDIDIKAN MULTIKULTURAL 3, nr 2 (20.08.2019): 190. http://dx.doi.org/10.33474/multikultural.v3i2.4759.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Pancasila sudah lama menjadi ideologi bangsa Indonesia. Meskipun demikian, masih banyak subyek bangsa ini yang tidak menempatkannya sebagai ideologi. Mereka menunjukkan sikap dan perilaku yang berlawanan dengan ideologi. Salah satu sila dalam Pancasila yang dilanggar atau dilecehkannya adalah sila kedua (kemanusiaan yang adil dan beradab). Bentuk perbuatan yang ditunjukkan dengan melecehkan sila kedua dari Pancasila ini adalah radikalisme baik secara individual maupun kelompok. Pancasila sebagai penjaga multikulturalisme hanya disikapi sebagai kumpulan teks yang tidak bermakna.Kata kunci: Pancasila, ideologi, radikalisme, multikulturalisme, Islam Pancasila has long been the ideology of the Indonesian. Even so, there are still many subjects of this nation that do not place it as an ideology. They show attitudes and behaviors that are contrary to the ideology. One of the principle in Pancasila that was violated or abused was the second principle (fair and civilized humanity). The form of deeds shown by insulting the second principle of the Pancasila is radicalism both individually or in groups. Pancasila as the guardian of multiculturalism is only addressed as a collection of meaningless texts.Keywords: Pancasila, ideology, radicalism, multiculturalism, Islamic
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
20

Riza, A. Kemal. "Menakar Ideologi Republik Islam Iran: Kontestasi Antara Ideologi dan Pragmatisme dalam Politik". Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam 7, nr 2 (9.01.2018): 279–301. http://dx.doi.org/10.15642/ad.2017.7.2.279-301.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstract: Iran declared as an Islamic state since its 1979 Islamic revolution. Since leadership of Ayatullah Khomeini, Islamic ideology has been carried out in all levels of the state. In politics, it was conducted by creating wilayah al-faqih, in which the ulama plays important and decisive role. Iran even tried to expand this ideology outside its border, especially in areas with considerable number of Shi’i population. However, in its practice, the implementation of this Islamic ideology should also accommodate pragmatism and other aspects that contradict that ideology, namely nationalism and cultural pluralism. In politics, this is reflected by the emergence of ideologists and reformists-pragmatists. This dichotomy can be witnessed in presidential elections. While Ali Khamenei and Mahmoud Ahmadinejad are considered ideologists, Ali Akbar Rafsanjani, Muhammad Khatami and Hassan Rouhani are reformists-pragmatists. Ideological expansion which was proven backfired was also put on halt. In social-cultural expression of the society, there is growing trend to identify Iran using pre-Islamic symbols. This is happen mostly among younger generation who do not take part in the 1979 revolution. Abstrak: Iran adalah sebuah negara yang mengumumkan sebagai Negara Islam modern sejak revolusi Islam di tahun 1979. Di bawah kepemimpinan Ayatullah Khomeini, ideologi Islam dilaksanakan dalam berbagai cara dan mekanisme, antara lain kepemimpinan ulama (wilâyah al-faqîh) yang tercermin dalam peran sentral ulama dalam politik kenegaraan dan implementasi besar-besaran nilai-nilai keislaman dalam politik dan kehidupan sosial. Iran bahkan berusaha melakukan ekspansi ideologi Islam mereka ke wilayah-wilayah Islam lainnya, khususnya yang memiliki paham Syi’ah yang sama. Akan tetapi, dalam praktiknya upaya ini tidak dapat dilaksanakan secara murni tanpa akomodasi terhadap pragmatisme politik. Dalam politik kenegaraan, hal ini tercermin dengan kemunculan kelompok ideologis dan pragmatis-reformis dalam politik, diantaranya dalam pemilihan presiden. Beberapa presiden Iran tergolong ideologis seperti Ali Khamenei dan Mahmoud Ahmadinejad, sedangkan Ali Akbar Rafsanjani, Muhammad Khatami dan presiden saat ini Hassan Rouhani termasuk reformis-pragmatis. Ekspansi ideologis yang tidak menghasilkan apa-apa kecuali resistensi juga nampak dibatasi. Dalam kehidupan sosial, semakin banyak kecenderungan masyarakat Iran untuk menonjolkan identitas Persia pra-Islam, khususnya di kalangan generasi muda yang tidak berpartisipasi dalam revolusi Iran di tahun 1979.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
21

Fatinova, Dede, Yasir Mubarok i Ratna Juwitasari Emha. "Representasi LGBT dalam Perspektif Ideologi Khilafah: Kajian Transitivitas dalam Buletin Kaffah". Buletin Al-Turas 25, nr 2 (29.11.2019): 343–58. http://dx.doi.org/10.15408/bat.v25i2.13161.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Ideologi khilafah merupakan sebuah ideologi yang kerap kali diinterpretasikan sebagai ideologi yang cukup radikal. Umumnya ideologi khilafah menyoroti isu-isu politik yang bertentangan dengan syariat Islam. Namun, kali ini ideologi khilafah juga menyoroti isu sosial, yaitu LGBT. LGBT merupakan isu yang kontroversial secara global. Sementara ideologi khilafah merupakan sebuah paham yang konsepnya bertentangan dengan negara Indonesia. Penyebaran ideologi khilafah sudah dilarang oleh pemerintah Indonesia. Namun eksistensinya masih hadir dalam rupa yang baru, yaitu pada sebuah buletin bernama KAFFAH. Kajian ini akan mengungkapkan bagaimana LGBT direpresentasikan dalam perspektif ideologi khilafah. Data dalam penelitian ini berasal dari artikel tentang LGBT pada media Kaffah, edisi 025 yang dirilis pada 26 Januari 2018. Selanjutnya data dikaji secara kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori Transitivitas sebagai teori yang menyatakan bahwa bahasa merupakan representasi dari pengalaman manusia. Transitivitas ini berfokus pada tiga komponen, yaitu proses, partisipan, dan sirkumtan. Berdasarkan uraian Transitivitas, diketahui bahwa dalam perspektif ideologi khilafah, LGBT bukan hanya direpresentasikan sebagai masalah sosial, tapi juga sebagai implikasi dari tidak adanya Undang-undang yang bersumber dari hukum Islam yang secara eksplisit dapat menjerat LGBT. The khilafah ideology is an ideology that is often interpreted as a fairly radical ideology. Generally, the ideology of the khilafah highlights political issues that are contrary to Islamic law. However, the Khilafah ideology also highlights social issues, namely LGBT. LGBT is a controversial issue globally. While the khilafah ideology is a concept that is contrary to the Indonesian state. The Indonesian government has banned the spread of the khilafah ideology. But its existence is still present in a new form such as a bulletin called KAFFAH. This study aims to describe how LGBT is represented in the perspective of khilafah. The data of this study is a KAFFAH bulletin article, 025 editions, which released on January 26, 2018. Furthermore, the data were analyzed qualitatively by descriptive analysis methods. This study uses the Transitivity theory approach as a theory which states that language is a representation of human experience. The Transitivity focuses on three components; process, participants, and circumstance. Based on the description of Transitivity, LGBT is not only represented as a social problem but also as an implication of the absence of laws that originate from Islamic law which can explicitly ensnare LGBT.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
22

Prasetyo, Hadi. "STRATEGI KRITIK CERPEN “TELINGA” TERHADAP ORBA: MENINJAU STRUKTUR PRODUKSI DAN IDEOLOGI TEKS". Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 17, nr 2 (29.10.2021): 122–34. http://dx.doi.org/10.25134/fon.v17i2.4329.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi kritik cerpen “Telinga” karya Seno Gumira Ajidarma (SGA) terhadap rezim Orde Baru (Orba) Indonesia. Hal tersebut akan dijelaskan dengan cara meninjau struktur produksi dan ideologi teks cerpen “Telinga” karya SGA. Untuk menjelaskannya, penelitian ini menggunakan teori kritik sastra materialistis Terry Eagleton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode dialektika. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menjelaskan ideologi teks sebagai produk pengolahan estetik atas struktur produksi pada masa Orba. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama, cerpen “Telinga” sebagai kritik hadir dengan cara menerobos struktur produksi pada masa Orba yang selalu diatur oleh pemerintah. Struktur produksi pada masa Orba yang berkaitan dengan corak produksi umum didominasi oleh pemerintah. Segala bentuk produksi diatur sehingga muncul ideologi umum represif yang berada dalam naungan ideologi Pancasila. Hal tersebut memengaruhi corak produksi sastra yang dituntut untuk pro-pemerintah. Namun, ideologi kepengarangan SGA justru hadir sebagai bentuk resistensi kepada pemerintah sehingga ideologi estetik dalam cerpen “Telinga” berbentuk kontradiksi dengan ideologi umum pada masa Orba. Kedua, kritik cerpen “Telinga” diartikulasikan dengan ideologi teks yang hadir melalui simbol-simbol. Dalam manifestasinya, cerpen “Telinga” berhasil mengkritik Orba dengan cara menyampaikan fakta realitas tanpa harus digugat oleh pemerintah. Kritik tersebut pada gilirannya juga memanfaatkan narasi satire. Dengan demikian, cerpen “Telinga” sebagai kritik dinaturalisasikan melalui ruang estetik untuk mengungkap fakta yang dibungkam pada masa Orba.KATA KUNCI: Struktur produksi; estetik; ideologi teks; Orde Baru (Orba); Terry Eagleton “TELINGA” SHORT STORY CRITICISM STRATEGY TOWARDS THE ORBA: REVIEWING PRODUCTION STRUCTURE AND IDEOLOGY OF THE TEXT ABSTRACT: This research aims to explain the strategy of “Telinga” short story by Seno Gumira Ajidarma (SGA) towards the Indonesian New Order (Orba) regime. It will be explained by reviewing the production structure and ideology of the text of “Telinga” short story by SGA. This research uses Terry Eagleton’s literature’s materialistic criticism theory. The method used in this research is the dialectical method. This method allows the researcher to explain the ideology of the text as a product of aesthetic processing of the production structure during the Orba era. The results showed the following. First, “Telinga” short story as a criticism comes by breaking through the production structure during the Orba era which was always regulated by the government. The production structure during the Orba era related to the general mode of production was dominated by the government. All forms of production are regulated in order that a repressive general ideology emerges under the auspices of the Pancasila ideology. This affected the literary mode of production which was demanded to support the government. However, the SGA’s authorship ideology actually exists as a form of resistance againts the government in order that the aesthetic ideology in “Telinga” short story contradicts the general ideology during the Orba era. Second, “Telinga” short story criticism is articulated with the ideology of the text which is present through symbols. In its manifestation, “Telinga” short story successfully criticizes the Orba regime by delivering reality-based fact without any accusation by government. The critic on its turn also applies satire narracy. Therefore, “Telinga” short story as criticism naturalized through an aesthetic space to reveal silenced fact during the Orba era.KEYWORDS: Production structure; aesthetic; ideology of the text; New Order (Orba); Terry Eagleton
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
23

Rachmawati, Kurnia. "KRITIK MATERIALISTIK TEKS SASTRA MAJALAH PANDJI POESTAKA (1943--1945)". Pujangga 5, nr 2 (25.06.2020): 141. http://dx.doi.org/10.47313/pujangga.v5i2.846.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
<p>ABSTRAK<br /> <br />Penelitian ini bertujuan memaparkan struktur ideologi Teks Sastra dalam Majalah Pandji Poestaka pada masa<br />pendudukan Jepang di Indonesia (1943-1945). Pendekatan teori yang digunakan adalah materialisme yang<br />dipaparkan oleh Eagleton. Kritik sastra materialistik mangasumsikan bahwa teks sastra tidak bertindak pasif, tetapi<br />secara aktif menentukan proses produksi dan struktur ideologi yang membentuknya. Karya sastra merupakan produk<br />interaksi dan artikulasi aspek eksternal dan internal teks. Skema kritik sastra materialistik memosisikan aspek<br />eksternal berada di luar teks yang terdiri atas kontituen-kontituen ideologi yang meliputi: corak produksi umum,<br />ideologi umum, corak produksi sastra, ideologi kepegarangan, dan ideologi estetik. Internal teks merujuk pada<br />ideologi teks yang merupakan produk dari interaksi dan artikulasi kontituen-kontituen eksternal teks yang telah<br />dijabarkan sebelumnya dan membentuk serangkaian tegangan, pengolahan dan transformasi. Hasil Penelitian<br />ini menunjukkan bahwa teks yang berupa Teks Sastra dalam Majalah Pandji Poestaka merupakan hasil artikulasi<br />dominasi kekuasaan Jepang yang menerapkan sistem pemerintahan fasisme-militersme. Mobilization and Control <br />merupakan teknik Jepang guna mendominasi kekuatan dan relasi produksi di Indonesia. Dominasi tersebut<br />mengakibatkan tekanan dan ketimpangan dalam masyarakat, sehingga memunculkan kontestasi ideologi yang<br />diusung oleh para pejuang nasionalis, gerakan bawah tanah, hingga pemberontakan masyarakat kelas bawah yaitu<br />petani. Simpulannya pemberontakan tesebut melahirkan ideologi nasionalisme, sosialisme hingga anarkisme yang<br />memiliki cita-cita yang sama yaitu semangat kebebasan, anti imperialisme, kemerdekaan dan bayangan akan sebuah<br />bangsa (nation). <br /> <br />Kata Kunci: Struktur Ideologi, Teks Sastra Pandji Poestaka, Materialisme Eagleton.<br /> <br /> <br />ABSTRACT<br /> <br />This study describes the ideology structure of Teks Sastra in Pandji Poestaka magazine during the Japanese <br />colonial Indonesia (1943-1945). Theory applied in this study is Eagleton’s materialism. This critic concerns on how<br />a literary work acts in the process of production and in shaping the ideology structure. In this case, a literary work<br />is regarded as a product of interaction and articulation in external and internal aspects of the text. The materialism<br />critic places the external aspect outside the text, includes ideology constituents, such as general mode of production,<br />general ideology, literary mode of production, author ideology, and aesthetic ideology. Meanwhile, this critic refers<br />the internal aspect to ideology of the text. This ideology is a product of those constituents’ interaction and<br />articulation that form a sequence of exertions, accomplishment, and transformation. The result of the study<br />shows that the text Teks Sastra in Panjdi Poestaka magazine is articulation of Japanese domination that applied<br />fascism-militarism in their colonial. In order to dominate the strength and the production relation in Indonesia,<br />Japan also uses mobilization and control technic. Therefore, there is inequality in society and they are pressured.<br />This leads the society to do many kinds of struggle to fight the Japanese domination. The struggles produce the</p><p><br />ideology of nationalism, anti-imperialism. Besides, Indonesian wants to reach the Independence and to have a<br />nation.</p><p>Key Words: Structure of Ideology, Teks Sastra Pandji Poestaka, Materialism, Eagleton.</p>
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
24

Purnamawati, Zulfa, Sangidu Sangidu, Fadlil Munawwar i Taufiq Dardiri. "IDEOLOGI PERLAWANAN DALAM ANTOLOGI PUISI FĪ ṬARĪQI AL-FAJRI KARYA ABDULLAH AL-BARADDUNI". Poetika 7, nr 1 (30.07.2019): 72. http://dx.doi.org/10.22146/poetika.v7i1.44452.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Artikel ini bertujuan untuk mengungkap ideologi perlawanan dalam antologi Puisi Ilā Ṭarīqi al-Fajri (Menyongsong Fajar) yang diciptakan pada tahun 1960-1979 oleh Abdullah al-Baraddūnī seorang penyair buta asal Yaman Utara. Untuk mengungkapkan Ideologi perlawanan dalam antologi tersebut digunakan kritik sastra materialistik yang disampaikan oleh Terry Eagleton. Adapun meteode yang digunakan adalah metode dialektik, yaitu pembacaan timbal balik antara elemen internal puisi tersebut dengan elemen-elemen eksternal. Puisi-puisi dalam antologi ini diciptakan saat Yaman Utara berada di bawah kekuasaan dengan ideologi Imamah Zaidiyyah yang bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan kekuasaannya. Puisi dipilih sebagai genre untuk mengungkapkan ideologi perlawanan karena kondisi pengarang yang buta, produksi sastra di Yaman Utara yang menjadikan puisi sebagai sastra rakyat, dan kondisi sosial Yaman yang sebagian besar penduduknya masih buta huruf. Perlawanan dalam puisi-puisi tersebut adalah perlawanan rakyat terhadap pemerintahan imamah yang telah berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat sehingga hak kebebasan, hak politik, dan hak ekonomi rakyat tidak terpenuhi. Sebagai puncaknya adalah revolusi yang menuntut digantinya ideologi imamah dengan ideologi republik yang memberikan ruang kepada rakyat untuk terlibat dalam persoalan negara dan kehidupan yang lebih baik.Kata kunci: ideologi perlawanan; kritik sastra materialistik; Imamah Zaidiyyah; Yaman Utara This article attempts to explore the ideology of resistance in the poetry anthology Ilā Ṭarīqi al-Fajri (On the Path of Dawn) was created in 1960-1979 by Abdullah al-Baraddūnī, a blind poet from North Yemen. The ideology of resistance in this anthology was analyzed by using materialist literary criticism, which was used by Terry Eagleton. The method used in this study is the dialectical method, namely reciprocal reading between the internal elements of the poem with external elements. The poems were created when Yemen was under control the Zaydi Imamate, who arbitrarily exercised his power. The poetry was chosen as a genre to express the ideology of resistance because of the conditions of blind poet, literary production in North Yemen which made poetry as a folk literature, and the social conditions of Yemen, where the majority of the population was illiterate. The ideology of resistance in this anthology is resistance to the arbitrariness of the ruling government, which did not recognize freedom rights, political rights and economic rights of the people of North Yemen. In addition, there was a resistance to the ideology of Imamate.The ideology of Imamate was replaced by an ideology of the republic which provided space for the people of North Yemen to participate in the management of the country and to pursue a more prosperous life.Keywords: ideology resistance; materialist literary criticism; Zaydi Imamate; North Yemen
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
25

Tazkiyah, Destyanisa. "FORMASI IDEOLOGI DAN NEGOSIASI DALAM NOVEL JANGAN MENANGIS BANGSAKU KARYA N. MAREWO: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI". ALAYASASTRA 16, nr 1 (29.05.2020): 35. http://dx.doi.org/10.36567/aly.v16i1.411.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAKPenelitian ini menggunakan novel Jangan Menangis Bangsaku (JMB) karya N. Marewo sebagai objek material dan teori hegemoni Gramsci sebagai objek formalnya. Tujuan utama penelitian adalah untuk mengidentifikasi ideologi yang direpresentasikan oleh tokoh-tokoh dalam novel dan mengetahui bagaimana formasi ideologinya, serta menganalisis negosiasi ideologi yang terdapat dalam novel JMB. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ideologi yang terdapat dalam novel JMB ialah nasionalisme, sosialisme, kapitalisme, teisme, humanisme, dan romantisme. Ideologi-ideologi tersebut saling berhubungan dan membentuk formasi ideologi yang bersifat kontradiktif, korelatif, dan subordinatif. Negosiasi ideologi dalam novel ini terjadi melalui peristiwa dan dialog antartokoh. Ideologi dominan yang terdapat dalam novel ini adalah sosialisme yang bernegosiasi dengan ideologi subaltern lainnya dan membentuk suatu hegemoni.Kata Kunci: formasi ideologi, negosiasi, hegemoni ABSTRACTThis research used novel Jangan Menangis Bangsaku (JMB) by N.Marewo as the material object and Gramsci’s hegemony theory of literature as the formal object. The main objective of the research is to identify ideologies which are represented by the characters in the novel and find out the ideology formation, and analyze the ideological negotiations that contained in the novel. The method used is descriptive analysis. The results showed that the ideologies contained in the novel JMB were nationalism, socialism, capitalism, theism, humanism, and romanticism. These ideologies are interconnected and form ideological formations that are contradictory, correlative, and subordinative. Ideological negotiation in this novel occurs through events and dialogue among characters. The dominant ideology is socialism, this ideology negotiates with other subaltern ideologies and forms a hegemony.Keywords: ideology formation, negotiation, hegemony
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
26

Pratama, Febri Fajar, Ai Kusmiati Asyiah i Deni Chandra. "Studi Analisis Konsep Ideologi Marhaenisme Sukarno Sebagai Asas Perjuangan Bangsa Indonesia". Jurnal Kewarganegaraan 19, nr 1 (31.03.2022): 49. http://dx.doi.org/10.24114/jk.v19i1.33301.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
AbstractIdeology is important in the order of social and state life. Philosophically, the concept of ideology is very subjective. There are those who consider ideology as dogma, while others are concerned with linking ideology as political discourse and political views. Meanwhile, some think that ideology is based on the concrete interests of social class which is marked by the absence of interest on an economic basis. In the socio-historical context of the Indonesian nation, ideology is used as a "tool" for the struggle to form the mental, character, spirit and thoughts of anti-colonialism, so as to create a manifestation of the fundamental values of Indonesia in the form of Pancasila formulated by national figures. The purpose of this research is to study and analyze the concept of Sukarno's Marhaenism ideology which became the forerunner of thoughts/ideas about Pancasila. The method used is concept analysis with a qualitative approach. Based on the results of the analysis carried out, the results show that marhaenism conceptually emphasizes aspects of the struggle of the marhaens, namely the groups exploited by imperialism and capitalism so that they have difficulty being able to prosper themselves. The important elements in the ideology of Marxism are socio-nationalism, socio-democracy, mass-action, machtvorming, non-cooperation, and self-reliance. and self-reliance.--------------AbstrakIdeologi menjadi hal yang penting dalam tatanan kehidupan sosial maupun bernegara. Secara filosofis, konsep ideologi sangatlah subjektif. Ada yang menganggap ideologi sebagai dogma, ada juga yang menyangkutpautkan ideologi sebagai diskursus politik dan pandangan politik. Sedangkan sebagian lagi menganggap ideologi didasarkan pada kepentingan konkret kelas sosial yang ditandai oleh tidak adanya kepentingan atas dasar ekonomi. Dalam sosio-historis bangsa Indonesia, ideologi dijadikan sebagai “alat” perjuangan untuk membentuk mental, karakter, semangat dan pemikiran anti kolonialisme, sehingga terciptalah manifestasi dari nilai-nilai fundamental keindonesiaan berupa Pancasila yang dirumuskan oleh para tokoh nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis konsep tentang ideologi Marhaenisme Sukarno yang menjadi cikal bakal pemikiran/gagasan mengenai Pancasila. Metode yang digunakan adalah analisis konsep dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil dari analisis yang dilakukan didapatkan hasil bahwa marhaenisme secara konseptual menekankan pada aspek perjuangan kaum marhaen, yaitu kelompok yang dieksploitasi oleh imperialisme dan kapitalisme sehingga mereka kesulitan untuk bisa mensejahterakan dirinya. Adapun unsur-unsur penting dalam ideologi marhaenisme yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, aksi-massa, machtvorming, non-kooperasi, dan self-reliance.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
27

Abdilah, Arif Ali, i Retty Isnendes. "IDEOLOGI DAN IDENTITAS MASYARAKAT SUNDA DALAM ROMAN CARIOS AGAN PERMAS KARYA JOEHANA (Pendekatan Kritik Poskolonial)". LOKABASA 8, nr 1 (15.03.2019): 1. http://dx.doi.org/10.17509/jlb.v8i1.15961.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ideologi dan identitas masyarakat Sunda yang tercermin dalam karya sastra, khususnya roman. Deskripsinya berkaitan dengan pengaruh dan perubahan ideologi dan identitas sebab-akibat adanya kolonialisme. Untuk dapat menguraikan hal tersebut, maka dalam tulisan ini digunakan pendekatan kritik poskolonial, dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Untuk menganalisis data digunakan teknik fokalisator dan teknik interpretasi. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam roman Carios Agan Permas, setiap kelas sosial masyarakat memiliki ideologi yang berbeda-beda. Bagi kelas kuasa, ideologi digunakan untuk mempertahankan kohesi sosial dan memperkuat kekuasaan. Ini terepresentasikan oleh subjek Haji Serbanna dan Imas. Bagi kelas tertindas, ideologi digunakan sebagai bentuk perlawanan. Bentuk ideologi ini hadir dalam diri Ambu Imba dan Otong. Dalam roman ini terdapat juga ideologi kelas kuasa, namun dalam praktiknya digunakan untuk melakukan resistensi sekaligus melindungi kelas tertindas. Adapun identitas yang terbentuk adalah identitas hibrid, dalam arti, subjek yang terdapat dalam roman ini memiliki sifat yang ambigu sekaligus ambivalen. Hal ini tampak pada subjek Haji Serbanna, Imas, sedangkan identitas yang terbangun dalam diri Brani bersifat ambigu.ABSTRACTThis study aims to describe the ideology and identity of the Sundanese community which is reflected in the literary works, especially romance. Its description concerns with the influence and change of ideology and the causal effect identity of colonialism. In describing this study, the writer used Poscolonial Criticism Approach and descriptive-analytic method. Fokalisator and interpretation techniques were used to analyze the data. The analysis result of Carios Agan Permas romantic story shows that every social society class has different ideologies. For the rulling class, the ideology is used to maintain social cohesion and to strengthen the power. It is represented by the subject of Haji Serbanna and Imas. For the oppressed class, the ideology is used as a form of resistance. This form of ideology is present in Ambu Imba and Otong. In this romantic story there is also a rulling class ideology, but in practice it is used to carry out resistance and to protect the oppressed class. The formed identity is a hybrid identity, in a sense, the subjects in this romantic story have both ambiguous and ambivalent caracter. The ambivalent character is seen in the subject of Haji Serbann and Imas, while the ambiguous caracter is found in Brani personality.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
28

Gumilang, Rizqa, Sri Setiawati i Syahrizal Syahrizal. "KEBERTAHANAN MUSIK ORKES MINANG KINI: KAJIAN ANTROPOLOGI MUSIK PADA MUSIK ORKES TAMAN BUNGA". Jurnal Budaya Etnika 7, nr 2 (19.12.2023): 109. http://dx.doi.org/10.26742/jbe.v7i2.2874.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAK Tulisan ini menggambarkan kelangsungan hidup musik Orkestra Minang saat ini, khususnya Kelompok Musik Orkestra Taman Bunga di kota Padangpanjang, Provinsi Sumatera Barat. Di tengah gempuran industri musik yang berorientasi pasar. Menggunakan premis Kontra Hegemoni Gramsci, bagaimana kelompok ini bertahan dengan ideologi musik mereka. Penelitian ini bertumpu pada pendekatan kualitatif deskriptif. Analisis dalam perspektif Antropologi Musik menjelaskan secara mendalam dan holistik kelangsungan hidup kelompok musik ini. Counter Hegemony sebagai alat analisis dalam melihat apa yang memotivasi kelompok ini untuk memilih genre musik orkestra Minang dan kelangsungan hidup kelompok ini dalam menghadapi industri musik saat ini. Temuan menunjukkan bahwa perjuangan ideologis antara ideologi kelompok ini dan ideologi pasar semakin kuat, menunjukkan adanya kekuatan hegemonik di pasar industri musik di Indonesia. Kegigihan dalam ideologi musik mereka mampu bertahan dengan tidak mengganggu atau mengubah bentuk musik mereka. Prinsip kekeluargaan adalah modal utama bagi kelangsungan hidup kelompok musik ini. Kata kunci: Musik Orkestra Minang, Survival, Antropologi Musik, Kontra Hegemoni ABSTRACT This paper describes the survival of the Minang Orchestra music today, specifically the Taman Bunga Orchestra Music Group in the city of Padangpanjang, West Sumatra Province. In the midst of the onslaught of market-oriented music industry. Using the premise of Gramsci's Counter Hegemony, how this group survives with their musical ideology. The research relies on a descriptive qualitative approach. The analysis in the perspective of Music Anthropology explains deeply and holistically the survival of this musical group. Counter Hegemony as an analytical tool in seeing what motivates this group to choose the genre of Minang orchestra music and the survival of this group in facing the current music industry. The findings show that the ideological struggle between this group's ideology and the market ideology is getting stronger, indicating the presence of hegemonic power in the music industry market in Indonesia. Persistence in their musical ideology is able to survive by not disrupting or changing the shape of their music. The principle of kinship is the main capital for the survival of this musical group. Keywords: Minang Orchestra Music, Survival, Musical Anthropology, Counter Hegemony
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
29

Syafii, Ahmad. "IDEOLOGI PENDIDIKAN DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI MENGACU KKNI DAN SNPT BERPARADIGMA INTEGRASI-INTERKONEKSI". Jurnal Pendidikan Agama Islam 15, nr 2 (30.12.2018): 48–61. http://dx.doi.org/10.14421/jpai.2018.152-04.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
in the world of education The issue of ideology is interesting because it relates to the values ​​or patterns of ideas that are reflected in human life. College as an important part of life should be able to provide refreshment to human culture. For that reason the pattern of ideas within the educational ideology of the college curriculum is interesting to discuss. From the results of the study showed that: 1) Profile picture in general is to achieve the profile of graduates. There are three profiles of PAI graduates: educators, education counselors, and educational researchers. curriculum objectives in the form of learning achievement. The curriculum materials are courses that are derivatives of the curriculum. The curriculum method uses student centered learning (SCL) principles, and curriculum evaluation using the rubric system. 2) The educational ideology contained in the Curriculum refers to KKNI and SNPT berparadigma Integration-Interconnection applied in PAI Study Program Faculty of Tarbiyah and Teacher Training UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta is an eclectic ideology. This shows that the educational ideology in the curriculum has its own distinctive characteristics. Keywords: curriculum referring KKNI and SNPT Paradigm Integration-Interconnection, Education Ideology. Abstrak dalam dunia pendidikan Persoalan ideologi menarik karena berhubungan dengan nilai atau pola gagasan yang tercermin dalam kehidupan manusia. Perguruan tinggi sebagai salah satu bagian penting dalam kehidupan harus dapat memberikan penyegaran terhadap kebudayaan manusia. Untuk itu maka pola gagasan di dalam ideologi pendidikan dari kurikulum perguruan tinggi menarik untuk dibahas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Gambaran profil secara umum adalah untuk mencapai profil lulusan. Terdapat tiga profil lulusan PAI yaitu pendidik, konselor pendidikan, dan peneliti pendidikan. tujuan kurikulum berupa capaian pembelajaran. Materi kurikulum adalah mata kuliah yang merupakan turunan dari kurikulum. Metode kurikulum menggunakan prinsip student centered learning (SCL), dan evaluasi kurikulum menggunakan sistem rubrik. 2) Muatan ideologi pendidikan yang terdapat pada Kurikulum mengacu KKNI dan SNPT berparadigma Integrasi-Interkoneksi yang diterapkan di Program Studi PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah ideologi yang bersifat eklektik. Hal ini menunjukkan bahwa ideologi pendidikan dalam kurikulum memiliki karakteristik tersendiri yang khas. Kata kunci: kurikulum mengacu KKNI dan SNPT Berparadigma Integrasi-Interkoneksi, Ideologi Pendidikan.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
30

Efriza, Efriza. "Memadukan Nasionalisme, Demokrasi dan Ideologi Pancasila". Jurnal Politik Pemerintahan, Majalah Ilmiah Program Studi Ilmu Politik 2, nr 1 (31.01.2017): 40–52. http://dx.doi.org/10.55745/jpp.v2i1.13.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
This paper tries to analyze the development of politics and also respond the goverment efforts in combining nationalism, democracy, and the ideology of Pancasila. The ideology of Pancasila is now being attempted to be re-established as a common ideology. Pancasila ideology's unconscious awareness is an attempt to foster a sense of nationalism.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
31

Ajeung Syilva Syara Noor Silmi Sudrajat i Ai Reni Ratnasari1. "RELEVANSI TEORI, IDEOLOGI DAN TEOLOGI DALAM FILSAFAT EKONOMI ISLAM". IQTISHOD: Jurnal Pemikiran dan Hukum Ekonomi Syariah 2, nr 2 (30.10.2023): 91–101. http://dx.doi.org/10.69768/ji.v2i2.33.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstract: The relationship between theory, ideology and theology in Islamic economic philosophy creates a strong foundation for building an economic system based on Islamic values. This creates hope for achieving a balance between economic growth and social justice. This journal examines the complex relationship between theory, ideology and theology in the context of Islamic economic philosophy. Islamic economic philosophy is a scientific discipline that combines economic principles with the teachings of the Islamic religion. In this research, the author uses a historical approach, a comparative or comparison approach and the researcher also uses a conceptual approach. This is done to dig deeper into the relationship between theory, ideology and theology of Islamic economic philosophy. This paper seeks to explain how Islamic economic theory is not only based on conventional economic principles, but is also reflected in deep Islamic ideology and theology. Keywords: Islamic Economics, Economic Theory, Economic Ideology, Islamic Theology. Abstrak: Keterkaitan antara teori, ideologi, dan teologi dalam filsafat ekonomi Islam menciptakan landasan yang kuat untuk membangun sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Hal ini menciptakan harapan untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial. Jurnal ini mengkaji keterkaitan yang kompleks antara teori, ideologi, dan teologi dalam konteks filsafat ekonomi Islam. Filsafat ekonomi Islam adalah disiplin ilmu yang menggabungkan prinsip ekonomi dengan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan historis, pendekatan komparatif atau perbandingan dan juga peneliti gunakan pendekatan konseptual hal ini dilakukan untuk menggali lebih dalam dan mengenai keterkaitan antara teori, ideologi dan teologi filsafat ekonomi islam. Tulisan ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana teori ekonomi Islam tidak hanya didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi konvensional, tetapi juga tercermin dalam ideologi dan teologi Islam yang mendalam. Kata Kunci : Ekonomi Islam, Teori Ekonomi, Ideologi Ekonomi, Teologi Islam.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
32

Samsudin, Umar. "Pendidikan Demokrasi dalam Kurikulum Bermuatan Ideologi pada Institusi Pendidikan Islam". Eduprof : Islamic Education Journal 2, nr 2 (21.09.2020): 261–77. http://dx.doi.org/10.47453/eduprof.v2i2.37.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Education as a major factor in the development of people's culture is often used by various thoughts and ideologies to spread their understanding and thinking patterns. It is not strange if a thought dominates a certain educational institution or system. Among the ideas that influence and even determine the goals and learning methods of an educational system are ideology and religion. The relationship between education and ideology is rooted in the history of education. The domination of an ideology is not only obtained through revolution or violence carried out by state institutions, but also through other institutions, such as religious institutions, education, mass media and the family. And it becomes clear that the nature of education is very dependent on the perspective of the ideology it adopts. Abstrak Pendidikan sebagai faktor utama perkembangan budaya masyarakat, seringkali dimanfaatkan oleh berbagai pemikiran dan ideologi untuk menyebarkan pemahaman dan pola pikirnya. Sudah tidak asing lagi jika suatu pemikiran mendominasi lembaga atau sistem pendidikan tertentu. Di antara pemikiran-pemikiran yang banyak memberikan pengaruh dan bahkan menentukan tujuan dan metode pembelajaran suatu sistem pendidikan adalah ideologi dan agama. Hubungan antara pendidikan dan ideologi sudah mengakar dalam perjalanan sejarah dunia pendidikan. Dominasi suatu ideologi tidak hanya didapatkan melalui revolusi atau kekerasan yang dilakukan oleh institusi-institusi negara, tetapi juga dapat melalui institusi-institusi lain, seperti institusi agama, pendidikan, media massa dan keluarga. Dan menjadi jelaslah bahwa hakikat pendidikan sangat tergantung dari kacamata ideologi yang dianutnya.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
33

Suartini, Luh. "KONSUMTIFISME PERAN GENDER DALAM KARYA SENI RUPA NI NYOMAN SANI". Jurnal Pendidikan Seni Rupa Undiksha 12, nr 2 (30.06.2022): 142–52. http://dx.doi.org/10.23887/jjpsp.v12i2.49223.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstrak Selama ini perempuan dalam seni rupa Bali seringkali hanya ditempatkan sebagai objek belaka. Sesungguhnya, dalam karya perempuan perupa kontemporer Bali terdapat ideologi yang bekerja di baliknya. Artikel ini mengungkap dan mendeskripsikan ideologi gender yang bekerja di balik representasi visual Ni Nyoman Sani. Artikel ini menyimpulkan bahwa ideologi gender yang bekerja di balik karya Ni Nyoman Sani yaitu perihal konsumtifisme peran gender atas pemanfaatan peran gender. Pembahasan ini diharapkan bisa memberi pemahaman yang luas dan mendalam bagi publik seni tentang ideologi gender yang bekerja di balik proses kreatif Ni Nyoman Sani Kata kunci: konsumtifisme, peran gender, seni rupa, ni nyoman sani Abstract So far, women in Balinese art are often only placed as mere objects. Indeed, in the work of contemporary Balinese women artists there is an ideology that works behind it. This article uncovers and describes the gender ideology that works behind the visual representation of Ni Nyoman Sani. This article concludes that the gender ideology that works behind Ni Nyoman Sani's work is about the consumptiveism of gender roles over the use of gender roles. This discussion is expected to provide a broad and in-depth understanding for the art public about the gender ideology that works behind the creative process of Ni Nyoman Sani Keywords: consumptiveism, gender roles, fine arts, ni nyoman sani
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
34

Ghazalba, M. Ahsana. "Ideologi dan Hegemoni dalam Shalawatan (Study ff The Ideology of Althusser and Gramsci's Hegemony)". Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 15, nr 1 (27.02.2020): 105–17. http://dx.doi.org/10.14710/nusa.15.1.105-117.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
This study aims to describe the ideological meaning and the form of hegemonicism in the prayers of the popular Javanese people of their time. Analytical choice The ideological state apparatus initiated by Althusser is used to uncover the play of ideological meaning in prayer. While discussing the Gramsci hegemony, it is used to discuss the domination of the ideological state apparatus. This research method is descriptive qualitative. The object that is read is the meaning of persuasion, identity, appreciation, and punishment in prayer through the study of the state apparatus and hegemony. The result of this research are offer processes containing idealist that have the ability, identification, appreciation and punishment in shalling moral, ethical, and religious people.Keywords: Ideology; hegemony; shalawatan; meaning; identity. IntisariPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna ideologis dan bentuk penghegemonian dalam shalawatan masyarakat Jawa yang populer di zamannya. Pendekatan analitis Ideological state aparatus yang digagas oleh Althusser digunakan untuk mengungkap permainan makna ideologis dalam shalawatan. Sedangkan pendekatan hegemoni Gramsci digunakan untuk menyoroti pendominasian dari berjalannya Ideological state aparatus. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti adalah makna persuasif, identity, reward, dan punishment dalam shalawatan melalui kajian Ideological state apparatus dan hegemoni. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa shalawatan merupakan gagasan ideologis yang memiliki sifat persuasif, identity, reward, dan punishment dalam membentuk masyarakat Jawa yang bermoral, beretika, dan religius.Kata kunci: Ideologi; hegemoni; shalawatan; makna; identitas.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
35

Junaedi, Junaedi, Diki Dikrurohman i Abdullah Abdullah. "Pergumulan Pemikiran Ideologi Negara Antara Islam dan Pancasila dalam NKRI". Edunity : Kajian Ilmu Sosial dan Pendidikan 2, nr 2 (25.02.2023): 232–45. http://dx.doi.org/10.57096/edunity.v2i2.66.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Hubungan Islam dan Pancasila adalah sebuah perdebatan dalam lintas sejarah yang tidak kenal kata ending. Pro dan kontra dalam konteks membangun Ideologi bangsa, sudah berlarut-larut, bahkan saling memojokan antara kubu nasioanlis yang mendukung Pancasila sebagai ideologi negara dengan kubu Islam fanatic (garis keras) yang menolak Pancasila sebagai ideology negara Sebenaranya. Pancasila adalah sebuah hasil kemenangan ummat Islam dalam membangun Ideologi negara, jika Islam dipaksakan sebagai ideologi negara maka ini kemunduran bagi ummat Islam Indonesia. Sehingga Islam di Indonesia sebagai agama pemecah belah bangsa, karena Indonesia adalah negara yang majemuk, beragan agamanya, beragam sukunya, beragam bahasa, budaya adat dan keanekaragaman lainnya. Dari sini, bisa dipahami bahwa Pancasila adalah ideology terbuka, yang memberikan kontribusi dalam membangun bangsa, dengan mewujudkan nilai-nilai Islam kedalam berbagai dimensi kehidupan. Islam dan Pancasila adalah sebuah sistem ideology bangsa, karena adanya Pancasila tidak lepas dari adanya Islam di Indonesia, sehingga idelogi Pancasila adalah sebuah hasil pemikiran nilai-nilai luhur Islam. Oleh sebah itu Pancasila mengandung nilai-nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan dan nilai kebangsaan, niat keadilan dan nilai kerakyatan. Dimana semua nilai itu tidak bertolakbelakang dengan nilai-nilai Islam.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
36

Ginanjar, Bakdal, Chattri Sigit Widyastuti i Sumarlam Sumarlam. "Ideology representation in the editorial of Koran Tempo and Kompas on COVID-19 handling in Indonesia". Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya 50, nr 1 (22.02.2022): 113. http://dx.doi.org/10.17977/um015v50i12022p113.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Ideology representation in the editorial of Koran Tempo and Kompas on COVID-19 handling in IndonesiaThis article examines the editorials in Koran Tempo and Kompas in representing their ideology of COVID-19 handling in Indonesia. This linguistic research is conducted qualitative­ly. The data were in the form of Indonesian-language editorial discourse, which discussed the COVID-19 handling in Indonesia. The written research data were taken from national news­papers, namely Koran Tempo and Kompas, and were obtained through the use of listening and note-taking techniques. They were then analyzed using Van Dijk’s critical discourse analysis model. The results of the analysis show that there are differences in the representa­tion of ideology in Koran Tempo and Kompas on COVID-19 handling in Indonesia through their editorials that are systematically constructed in microstructure, superstruc­ture, and macrostructure. In the microstructure, ideology is realized through the lexicon, specifically the use of the dominant persona, use of syntactic structures in the form of active-passive sentences, affirmative sentences, and imperative sentences, as well as the use of repetition styles and metaphors. Koran Tempo uses ideological patterns as actions and ideology beliefs in its superstructure. Meanwhile, Kompas uses ideological patterns as systems of thought and systems of action. The difference between the microstructure and the superstructure results in a different macrostructure. Koran Tempo portrays government as the key stakeholder in handling COVID-19 in Indonesia. Meanwhile, Kompas’ editorial was directed at how the handling of COVID-19 was done through communal actions. The Koran Tempo ideology underlines who has a role in handling COVID-19, while the Kompas ideology focuses at what needs to be done in handling COVID-19.Keywords: critical discourse analysis, editorial discourse, ideology, COVID-19Representasi ideologi dalam tajuk Koran Tempo dan Kompas tentang penanganan COVID-19 di IndonesiaArtikel ini mengkaji perihal bagaimana tajuk pada Koran Tempo dan Kompas merepresentasikan ideologinya tentang penanganan COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini berjenis kualitatif dalam bidang linguistik. Data yang dianalisis berbentuk wacana tajuk berbahasa Indonesia yang berisi tentang penanganan COVID-19 di Indonesia. Sumber data penelitian berwujud tertulis yang diambil dari surat kabar nasional: Koran Tempo dan Kompas. Metode simak dan teknik catat dilakukan untuk mengumpulkan data. Model analisis wacana kritis dari Van Dijk diterapkan untuk meng­analisis data. Hasil analisis menggambarkan adanya perbedaan representasi ideologi Koran Tempo dan Kompas tentang penanganan COVID-19 di Indonesia melalui tajuk yang dikonstruksi secara sistematis dalam struktur mikro, super struktur, dan struktur makro. Dalam struktur mikro, ideologi direalisasikan melalui leksikon, khususnya penggunaan kata persona yang dominan, peng­gunaan struktur sintaksis berupa kalimat aktif-pasif, kalimat berita, dan kalimat perintah, serta pengguna­an gaya repetisi dan metafora. Koran Tempo menggunakan pola ideologi sebagai tindakan dan ideologi sebagai keyakinan dalam super strukturnya. Sebaliknya, Kompas mengguna­kan pola ideologi sebagai sistem pemikiran dan sistem tindakan. Perbedaan struktur mikro dan super struktur tersebut menghasilkan struktur makro yang berbeda pula. Koran Tempo mengangkat tema tentang pemerintah sebagai aktor kunci dalam penanganan COVID-19 di Indonesia. Sementara itu, tema tajuk Kompas diarahkan pada penanganan COVID-19 yang dilakukan dengan berbagai tindakan secara bersama-sama. Ideologi Koran Tempo mengarah pada siapa yang berperan dalam penanganan COVID-19, sedangkan ideologi Kompas mengarah pada apa yang perlu dilakukan dalam penanganan COVID-19. Kata kunci: analisis wacana kritis, wacana tajuk, ideologi, COVID-19
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
37

Cook, Deborah. "Adorno, ideology and ideology critique". Philosophy & Social Criticism 27, nr 1 (styczeń 2001): 1–20. http://dx.doi.org/10.1177/019145370102700101.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
38

Viana, Nildo. "The Notion of Ideology in Durkheim". Mosaico 10, nr 2 (19.12.2017): 217. http://dx.doi.org/10.18224/mos.v10i0.5707.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstract: this article discusses the notion of ideology in Durkheim’s thought. From an analysis of Durkheim’s discourse and his use of the term ideology, one seeks to reconstitute the meaning of this notion. A rigorous analysis of the use of the term in The Rules of Sociological Method and other works of this author, allows to understand the implicit meaning of the notion of ideology and thus to make it explicit. Durkheim’s notion of ideology is explained by the social, cultural and discursive context of the author, which refers to the problem of the history of science and the transition from pre-scientific thought to scientific thought, all science in its period of birth, has an ideological phase. A Noção de Ideologia em Durkheim Resumo: o presente artigo discute a noção de ideologia no pensamento de Durkheim. A partir de uma análise do discurso de Durkheim e seu uso do termo ideologia, busca-se reconstituir o significado desta noção. Uma análise rigorosa do uso do termo em As Regras do Método Sociológico e em outras obras deste autor, permite entender o significado implícito da noção de ideologia e assim explicitá-la. A noção de ideologia em Durkheim é explicada pelo contexto social, cultural e discursivo do autor, sendo que ela remete ao problema da história das ciências e à transição do pensamento pré-científico para o pensamento científico, sendo que toda ciência, no seu período de nascimento, possui uma fase ideológica.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
39

Mustapa. "PEMIKIRAN NASR HAMD ABU ZAYD TENTANG TAFSIR AL-QUR’AN". Jurnal Cakrawala Ilmiah 1, nr 1 (28.09.2021): 69–78. http://dx.doi.org/10.53625/jcijurnalcakrawalaindonesia.v1i1.349.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Mendengar nama Nasr Hamd berkaitan dengan tafsir al-Qur’an maka terasa belum lengkap jika tidak membincarakan wilayah tafsir sastra karena memang inilah yang ditawarkan Nasr Hamd dalam menghadapi banyaknya tafsir, yang beredar sebelumnya, yang sarat dengan ideology, sehingga terjadi “perang” pemikiran yang ideologis didalamya. Dengan kata lain teks al-Qur’an dijadikan sebagai “ladang” pertempuran ideology. Hal ini tentu sangat mengerikan karena perang ideology sangat rentan konflik daripada perang pemikiran. Dengan latar belakang tersebut Nasr Hamd mempelopori tafsir sastra sebagai metode untuk mengurangi tarikan ideology seperti yang sudah terjadi.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
40

ANGGREINI, HENY. "FORMASI DAN NEGOSIASI IDEOLOGI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI DALAM CERPEN “SARMAN” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA". TOTOBUANG 7, nr 1 (20.09.2019): 157. http://dx.doi.org/10.26499/ttbng.v7i1.139.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The community has the right to obtain his will - his view of life, but the situation cannot be obtained because the community is trapped by the great ideologies that are in power (dominating). Therefore, the author as a recorder - intellectuals who contested his ideology through literary works. Literary works as a unifying tool of social forces and the struggle of subordinate groups to fight political actions that offer certain ideologies. Thus, the purpose of this research is to explain the ideologies that live in society, including the dominant ideologies, which are related to the mindset and patterns of people’s behavior in literary works. This study uses a qualitative descriptive method that focuses on content analysis using the Gramsci hegemony theory. The results of this study are that Sarman figures are not counter-hegemonic over the ideology of capitalism, but through Sarman, Seno tries to negotiate that the ideology of capitalism becomes a socialist and humanist capitalist ideology, namely capitalists who view humans as dignified beings and social beings, entitled to rights which should be obtained. The relationship between the characters of Sarman and Seno, were clearly described by the author Gumira Ajidarma, the author contests ideologies to the readers and wants to negotiate his ideologies. However, like Sarman, Seno is still trapped in the dominant group (rulers) whose ideology is capitalism. Masyarakat memiliki hak untuk memperoleh kehendaknya—pandangan hidupnya, namun situasi tersebut tidak dapat diperoleh karena masyarakat terperangkap oleh ideologi-ideologi besar yang berkuasa (mendominasi). Oleh karena itu, pengarang sebagai perekam—kaum intelektual yang mengkontestasikan ideologinya melalui karya sastra. Karya sastra sebagai alat pemersatu kekuatan-kekuatan sosial dan pertarungan kelompok subordinat untuk melakukan perlawanan terhadap tindakan politik yang menawarkan ideologi-ideologi tertentu. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah terjelaskannya ideologi-ideologi yang hidup di masyarakat, termasuk ideologi dominan, yang berkaitan dengan pola pikir dan pola perilaku masyarakat dalam karya sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada analisis isi dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Hasil penelitian ini adalah tokoh Sarman bukan counter-hegemonik atas ideologi kapitalisme, tetapi melalui Sarman, Seno mencoba untuk menegosiasikan agar ideologi kapitalisme menjadi ideologi kapitalisme yang sosialis dan humanis, yaitu kapitalis yang memandang manusia sebagai makhluk bermartabat dan makhluk sosial, berhak mendapatkan hak-hak yang seharusnya diperoleh. Keterkaitan tokoh Sarman dengan Seno Gumira Ajidarma sebagai pengarang, sangat jelas terlihat bahwa pengarang mengkontestasikan ideologi-ideologi kepada pembaca dan ingin menegosiasikan ideologi-ideologinya. Namun, seperti Sarman, Seno masih terjebak dalam kelompok dominan (penguasa) yang berideologi kapitalisme.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
41

Mauna, Duta, i Anita Trisiana. "IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA". Jurnal Global Citizen : Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 10, nr 2 (3.12.2021): 101–8. http://dx.doi.org/10.33061/jgz.v10i2.4915.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAK Kondisi Indonesia saat ini dapat dilihat dari perilaku dan kepribadian masyarakat indonesia, sebagaimana tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Di jaman sekarang ini banyak pemuda yang tidak mengimplementasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu sebagai warga negara Indonesia yang baik pemuda harus dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang tertuang didalam pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia. Agar terwujudnya pelaksanaan ideologi pancasila dengan baik dikalangan masyarakat. Kata kunci : Ideologi, pancasila, implementasi, dasar negara, masyarakat ABSTRACT The current condition of Indonesia can be seen from the behavior and personality of the Indonesian people, as reflected in daily life. In this day and age there are many youths who do not implement Pancasila in their daily lives, therefore as good citizens, youths must be able to understand and implement the values contained in Pancasila as the basis of the state and the nation's ideology. In order to realize the implementation of the Pancasila ideology well in the community. Keywords: Ideology, Pancasila, implementation, state foundation, society
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
42

Rohmah, Azizah Nuzulul. "Representasi cantik dalam iklan Garnier Sakura White". Caraka: Jurnal Ilmu Kebahasaan, Kesastraan, dan Pembelajarannya 8, nr 2 (26.06.2022): 77–84. http://dx.doi.org/10.30738/caraka.v8i2.11721.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos atau ideologi dalam iklan Garnier Sakura White. Iklan tersebut merepresentasikan cantik seorang perempuan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptisi kualitatif. Data berupa frasa, kalimat yang memuat makna denotasi, konotasi, dan mitos atau ideologi. Data diperoleh dari cuplikasin adegan video iklan Garnier Sakura White. Analisis data dengan metode semiotik Roland Barthes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam iklan Garnier Sakura White terdapat makna denotasi, konotasi, dan mitos atau ideologi. Abstract: This study aims to determine the meaning of denotation, connotation, and myth or ideology in Garnier Sakura White advertisements. The ad represents a beautiful woman. This type of research is qualitative descriptive research. The data are in the form of phrases and sentences containing the meaning of denotation, connotation, and myth or ideology. Data was obtained from video footage of the Garnier Sakura White commercial. Data analysis with semiotic Roland Barthes method. The results of this study indicate that the Garnier Sakura White advertisement contains denotation, connotation, and myth or ideology meanings.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
43

Ali, Arhamuddin. "Music in Indonesia on the Ideological Debates in the Soekarnoian Era". Journal of Music Science, Technology, and Industry 2, nr 1 (15.01.2019): 23. http://dx.doi.org/10.31091/jomsti.v2i1.602.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The aim of this article is to explain about a position of music on the ideology debate in Indonesia of Soekarnoian era. The defined ideology debate that is between a concept of Soekarno about Nasakom (an acronym of Nasionalisme, Agama, Komunis or Nationalism, Religion, Communist) and a market ideology (entertainment). Each of these ideologies affects a reality of music at that time, both its creation and its presentation. Based on it, a collected data is derived from various resources, such as observations, interviews, documents, and audio and video recordings. The data is analyzed using Davis’s concept of art and ideology and Navits’s concept of art and identity. There are three founded conclusions, namely, firstly, Indonesia in Soekarnoian era was being held to seek the identity by inventorying a local music in Indonesia and introducing to the international arena; secondly, Soekarno seceded from the culture of Nekolim by categorizing a good and bad music for Indonesian; and thirdly, it was occurred the ideology debate between the musicians and the government in the Indonesian cultural politics of Soekarnoian era. This debate had put the music in an un-neutral field in fact as a traumatic language that had rose from a personal will of creator. Tujuan artikel ini adalah untuk menjelaskan tentang posisi musik pada perdebatan ideologi di Indonesia era Soekarno. Debat ideologi yang maksud yaitu antara konsep Soekarno tentang Nasakom (akronim Nasionalisme, Agama, Komunis atau Nasionalisme, Agama, Komunis) dan ideologi pasar (hiburan). Masing-masing ideologi ini mempengaruhi realitas musik pada waktu itu, baik kreasi maupun presentasinya. Berdasarkan hal tersebut, data tulisan ini berasal dari berbagai sumber daya, seperti observasi, wawancara, dokumen, dan rekaman audio dan video. Data tersebut dianalisis menggunakan konsep seni dan ideologi Davis dan konsep seni dan identitas Navits. Ada tiga kesimpulan yang dibuat, yaitu, pertama, Indonesia di era Soekarno dilakukan untuk mencari identitas dengan menginventarisasi musik lokal di Indonesia dan memperkenalkan ke arena internasional; kedua, Soekarno melepaskan diri dari budaya Nekolim dengan mengkategorikan musik yang baik dan yang buruk untuk Indonesia; dan ketiga, terjadi perdebatan ideologi antara musisi dan pemerintah dalam politik kebudayaan Indonesia era Soekarno. Perdebatan ini telah menempatkan musik sebagai bidang yang tidak netral dan pada kenyataannya sebagai bahasa traumatik yang muncul dari keinginan personal pencipta.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
44

Skipin, Nikolay S. "Russian Culture as Alternative to Global and European Continental Culture in the Context of the Civilizational Approach and “Ideology” and “Post-ideology” Phenomena". Almanac “Essays on Conservatism” 58 (1.10.2020): 258–64. http://dx.doi.org/10.24030/24092517-2020-0-3-258-264.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The article offers a concise analysis of three cultures (global (Anglo-American), European continental and Russian) in the context of the civilizational approach and such phenomena as ideology (national-wide) and post-ideology. The author gives the analysis of the metamorphosis of ideology into post-ideology, as well as their connection to the concept of “cultural code”. He explains how in the course of the transition from ideology to post-ideology, there happens the “rise from the depths of culture” of the values that have not changed since pre-political times, and constitute the cultural code. He also explains why, when ideology is transformed into post-ideology, the “death of the ideologue” occurs and some values and rights become “natural”. The differences between the three cultures under consideration are shown by the example of some traits-values, and the intermediate (buffer) state of the European continental culture in relation to the global and Russian culture. The author suggests to study the “cultural code” using sociological and political science tools, as well as philosophical analysis of texts. The manifestation of the cultural code is associated with the response of its carriers to an external challenge - a situation.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
45

Carver, Terrell. "Ideology". Cogito 2, nr 2 (1988): 23–26. http://dx.doi.org/10.5840/cogito19882214.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
46

Hunt, Michael H. "Ideology". Journal of American History 77, nr 1 (czerwiec 1990): 108. http://dx.doi.org/10.2307/2078642.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
47

Harney, Stefano. "Ideology". Social Text 27, nr 3 (2009): 147–51. http://dx.doi.org/10.1215/01642472-2009-026.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
48

WOMERSLEY, DAVID. "IDEOLOGY". Essays in Criticism XLI, nr 4 (1991): 339–46. http://dx.doi.org/10.1093/eic/xli.4.339.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
49

Errington, Joseph. "Ideology". Journal of Linguistic Anthropology 9, nr 1-2 (czerwiec 1999): 115–17. http://dx.doi.org/10.1525/jlin.1999.9.1-2.115.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
50

Samalin, Zachary. "Ideology". Victorian Literature and Culture 46, nr 3-4 (2018): 728–32. http://dx.doi.org/10.1017/s1060150318000670.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
Oferujemy zniżki na wszystkie plany premium dla autorów, których prace zostały uwzględnione w tematycznych zestawieniach literatury. Skontaktuj się z nami, aby uzyskać unikalny kod promocyjny!

Do bibliografii