Gotowa bibliografia na temat „House of Hamengku Buwono”

Utwórz poprawne odniesienie w stylach APA, MLA, Chicago, Harvard i wielu innych

Wybierz rodzaj źródła:

Zobacz listy aktualnych artykułów, książek, rozpraw, streszczeń i innych źródeł naukowych na temat „House of Hamengku Buwono”.

Przycisk „Dodaj do bibliografii” jest dostępny obok każdej pracy w bibliografii. Użyj go – a my automatycznie utworzymy odniesienie bibliograficzne do wybranej pracy w stylu cytowania, którego potrzebujesz: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver itp.

Możesz również pobrać pełny tekst publikacji naukowej w formacie „.pdf” i przeczytać adnotację do pracy online, jeśli odpowiednie parametry są dostępne w metadanych.

Artykuły w czasopismach na temat "House of Hamengku Buwono"

1

Untung, Sulistiani. "TRANSIT, TRANSISI, DAN TRANSFORMASI TARI SRIMPI PANDHÈLORI GAYA YOGYAKARTA". Kebudayaan 16, nr 1 (31.07.2021): 71–88. http://dx.doi.org/10.24832/jk.v16i1.388.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAK Tari Srimpi Pandhèlori merupakan tari klasik yang berasal dari Yogyakarta. Tari Srimpi Pandhèlori merupakan salah satu bentuk tari Srimpi yang cukup dikenal di kalangan masyarakat. Tari Srimpi Pandhèlori dari masa ke masa diduga mengalami perubahan kepemilikan. Tari ini diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VI. Kemudian berkembang kembali di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono selanjutnya. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII, tari Srimpi Pandhèlori diberi tema berupa peperangan antara Dewi Kadarwati dan Umyum Madikin, yang diambil dari cerita ménak. Tari Srimpi Pandhèlori mengalami perubahan besar-besaran pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Kemudian di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX sempat terjadi kevakuman pelembagaan tari di lingkungan kraton Yogyakarta. Banyak perubahan yang terjadi pada tari Srimpi Pandhèlori masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII hingga Sultan Hamengku Buwono X. Proses transit terjadi di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII hingga awal pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX. Akhir pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX adalah proses transisi tari Srimpi Pandhèlori .
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
2

Priambodo, Marcelinus Justian. "MODEL KEPENGAYOMAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X SAAT PANDEMI MELALUI TUTURAN “TIDHA-TIDHA” DALAM SAPA ARUH". Widyaparwa 49, nr 2 (31.12.2021): 376–86. http://dx.doi.org/10.26499/wdprw.v49i2.847.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
This research aims to describeconcept from 'tidha-tidha’ and analyze the affect of the concept of 'tidha-tidha' made by Sri Sultan Hamengku Buwono X with the conceptual metaphor of the coronavirus in the society of Yogyakarta. Data in this research is internal because it is only based on the reading of Serat Kalatidha and the transcript of Sri Sultan Hamengku Buwono X's speech. This research method uses the theory ofconceptual errors in cognitive linguistic. Sri Sultan Hamengku Buwono X interprets ‘tidha-tidha’ as contemplation with ourselves, others, and God. This new disaster has made people aware of the importanceof health as a form of gratitude that must be attempted. The results reveal that perspective and frame affect the meaning of 'tidha-tidha’ made by Sri Sultan Hamengku Buwono X. The creation of this meaning has three functions consisting representative, directive, and declaration to change the conceptual metaphor of society. In his role as governor, Sri Hamengku Buwono X must change the way og communication as the leadership model and at the same time to respond that new disaster. The leadership model can be seen from the directions and instructions in the speech that are easy to understand through the intentional conceptual errors.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna ‘tidha-tidha’ dan menganalisis pengaruh makna ‘tidha-tidha’ ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan metafora konseptual pandemi corona masyarakat DIY. Data penelitian bersifat data internal karena hanya berdasarkan pembacaan Serat Kalatidha dan hasil transkrip pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis yang menggunakan teori erata konseptual linguistik kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perspektif dan frame dan memengaruhi pembentukan makna ‘tidha-tidha’ ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sri Sultan Hamengku Buwono X memaknai ‘tidha-tidha’ sebagai kontemplasi dengan diri sendiri, sesama, dan Sang Pencipta.Bencana baru ini menyadarkan manusia pentingnya kesehatan sebagai rasa syukur yang harus diusahakan. Penciptaan makna ini memiliki tiga fungsi yaitu representatif, direktif, dan deklarasi dalam upaya mengubah metafora konseptual masyarakat. Dalam perannya sebagai gubernur, Sri Sultan Hamengku Buwono X harus mengubah cara komunikasisebagai bentuk pengayoman sekaligus menyikapi keadaan baru tersebut. Model pengayoman terlihat dari arahan dan petunjuk dalam pidato yang mudah dipahami melalui erata konseptual kesengajaan.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
3

Agustin, Ruli, Atik Winanti i Imas Novita Juaningsih. "POLEMIK SABDA RAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X DALAM LITERATUR HUKUM TATANEGARA INDONESIA". IBLAM LAW REVIEW 4, nr 1 (31.01.2024): 388–96. http://dx.doi.org/10.52249/ilr.v4i1.258.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Sabda Raja Sri Sultan Hamengku Buwono X adalah sebuah putusan yang dikeluarkan oleh Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2015 yang berisi tentang penetapan anaknya yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai raja sekaligus sebagai gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta (D.I.Y) setelah Undang-undang mengenai Otonomi Daerah Istimewa Jogjakarta di open legal policy oleh Mahkamah Konstitusi. Dalam peneletian ini pada akhirnya menimbulkan beberapa pertanyaan apakah bisa Sabda Raja mengubah Undang-undang Daerah Iistimewa Jogjakarta? Lalu yang kedua, apakah putusan Sabda Raja Sri Hamengku Buwono X ini berdampak langsung terhadap Literatur Hukum Tata Negara di Inonesia ini, menilai siapapun yang menjadi sultan di Daerah Istimewa Jogjakarta, juga akan otomatis menjadi Gubernur di daerah tersebut
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
4

Nuraeni, Fitri. "Busana Sultan Hamengku Buwono IX dalam Perspektif Integrasi Struktural". Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain 21, nr 3 (1.09.2018): 169–76. http://dx.doi.org/10.24821/ars.v21i3.2904.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Sultan Hamengku Buwana IX merupakan seorang raja keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang melewati tiga zaman, antara lain: masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, masa pemerintahan Jepang, dan setelah Indonesia merdeka. Ia juga ikut andil dalam pemerintahan Negara Republik Indonesia, salah satunya menjadi Wakil Presiden pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Selain itu sejak usia empat tahun ia (Dorodjatun) telah tinggal bersama keluarga Belanda dan kemudian melanjutkan pendidikan di Negeri Belanda. GRM. Dorodjatun memiliki latar belakang kehidupan dan perjalanan hidup yang menarik, sehingga penulis tertarik untuk menjadikannya objek material dalam penelitian kualitatif ini. Rumusan masalah akan dibatasi pada busana Sultan Hamengku Buwana IX, sehingga dapat mengetahui busana apa saja yang dikenakan oleh Sultan Hamengku Buwana IX dan wujud dari busana tersebut.Objek formal dalam penelitian ini adalah perspektif Integrasi Struktural. Perspektif tersebut digunakan untuk mengurai busana Sultan Hamengku Buwono IX hingga bagian terkecil. Integrasi Struktural biasa diwujudkan dalam bentuk skematika yang penerapannya berisi alur berpikir penulis. Skema tersebut membantu dalam pembatasan masalah, pengumpulan data, dan pengelompokkan data. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dengan mencari data baik dari buku, foto, maupun jurnal. Adapun studi lapangan dengan observasi dan wawancara.Segala sesuatu mengenai busana Sultan Hamengku Buwono IX akan dikaji menggunakan perspektif Integrasi Struktural.Penerapan perspektif Integrasi Struktural membuat kategorisasi busana Sultan Hamengku Buwono IX menjadi terstruktur. Kategorisasi mengenai jenis-jenis busana dan wujudnya dapat menjadi lebih mudah diselesaikan. Secara garis besar, busana Sultan Hamengku Buwono IX diklasifikasikan menjadi busana keraton dan busana nonkeraton.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
5

Wijanarko, Fajar. "PISTHA AGENG: PERUBAHAN POLA JAMUAN BANGSAWAN YOGYAKARTA TAHUN 1855-1939". Prajnaparamita 10, nr 1 (30.08.2021): 41–57. http://dx.doi.org/10.54519/prj.v10i1.36.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Meski pola jamuan bergaya Eropa telah dikenal sejak awal abad ke-19, tetapi secara terbuka Sri Sultan Hamengku Buwono VI memilih untuk mengadaptasinya sebagai pola baru dalam jamuan di Keraton Yogyakarta. Perubahan tersebut secara nyata terjadi antara rentang waktu 1855-1921 yang merupakan periode pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI hingga Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Ketiga sultan kemudian merangsang setiap perubahan dalam pola jamuan dengan kebijakannya masing-masing. Mengamati data sejarah tersebut, kajian ini selanjutnya mengedepankan paparan historiografi multidimensi. Dalam hal ini, tidak hanya perubahan pola jamuan yang disoroti tetapi juga penyebab dan akibat yang ditimbulkan. Melalui metode pembacaan heuristik, kritik sumber, intepretasi, dan historiografi, berbagai data sejarah dibedah serta disusun secara kronologis sebagai modal penulisan. Hasil dari tulisan ini selanjutnya dapat digunakan untuk membaca pengaruh Eropa dalam perjamuan di Keraton Yogyakarta. Di sisi lain, kajian ini mampu menjadi pijakan untuk menelusuri munculnya menu-menu Jawa bercitarasa Eropa yang saat ini terus dipertahankan sebagai warisan kekayaan kuliner bangsawan keraton.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
6

Pradana, Cerry Surya, i R. Setyastama. "Pendidikan Tata Krama dan Sopan Santun dalam Pertunjukan Tari Klasik Gaya Yogyakarta di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta". Jurnal Gama Societa 1, nr 1 (20.03.2018): 53. http://dx.doi.org/10.22146/jgs.34049.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Yogyakarta merupakan satu di antara beberapa destinasi wisata unggulan di Indonesia. Keunikan dan kelebihankegiatan pariwisata di Yogyakarta, terletak pada budaya lokal yang ada di dalamnya. Di antara budaya lokal tersebut,Tari Klasik Gaya Yogyakarta atau Joged Mataram adalah salah satu daya tariknya. Tarian ini diciptakan oleh SriSultan Hamengku Buwono I, sebagai tarian sakral di Keraton Yogyakarta. Dulunya, tarian ini eksklusif menjadimilik Keraton Yogyakarta, namun sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII, masyarakat umum dapat berlatihdan mementasankannya. Bahkan sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, tarian ini dijadikanpertunjukan wisata bagi para wisatawan yang datang ke Keraton Yogyakarta. Tarian ini juga mengandung nilai tatakrama dan sopan santun serta etika, baik sebelum, ketika, maupun setelah pementasan. Hingga saat ini, nilai-nilaitersebut tidak hilang bahkan jika hanya digunakan untuk berlatih. Penelitian ini menggunakan metode penelitiandeskriptif dan analisis menggunakan beberapa variabel terkait penelitian. Data diperoleh melalui observasi danwawancara secara mendalam, di samping menggunakan pustaka terkait. Hasil dari penelitian ini, Tari Klasik GayaYogyakarta merupakan kesenian yang sarat nilai dan memiliki nilai di dalamnya. Nilai tersebut berkaitan denganpendidikan tata krama, sopan santun, dan etika. Nilai-nilai ini secara spesifik terkandung pada cara berbicara, caramenempatkan diri, dan cara menghormati orang lain.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
7

Nur'aini, Fitria, Sumarwati Sumarwati i Djoko Sulaksono. "Symbolic Meaning in the Commemoration Ceremony of Sultan Hamengku Buwono X Coronation in COVID-19 Pandemic". Humaniora 13, nr 3 (2.11.2022): 205–15. http://dx.doi.org/10.21512/humaniora.v13i3.7812.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The research aimed to (1) describe the procession and ubarampe offerings in the commemoration ceremony of Sultan Hamengku Buwono X’s coronation during the COVID-19 pandemic, and (2) analyze the symbolic meaning of it. The research applied a qualitative research that used an ethnographic approach. Data collection techniques used were passive participant observation techniques and in-depth interviews with abdi dalem (courtier) of Yogyakarta palace and cultural experts. So, the selection of research subjects used the snowball sampling technique. The data obtained were validated by the source triangulation method, and it was then analyzed using the Spradley model research method, which included domain analysis, taxonomic analysis, compensatory analysis, and analysis of cultural themes. The research result show that (1) the procession of the commemoration of the coronation of Sultan Hamengku Buwono X consists of a series of ceremonies, including ngebluk, ngapem, sugengan, and labuhan. The ceremony is organized well during the COVID-19 pandemic by wearing a mask when carrying out daily activities, washing hands often, especially after outdoor activities, social distancing, avoiding crowds, and restricting mobilization and interaction, (2) the symbolic meaning of the procession and ubarampe offerings Sultan Hamengku Buwono X is asking God for the safety and welfare of the Sultan and his family in particular and Yogyakarta people in general.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
8

Iswantoro, Iswantoro. "Peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam Menegakkan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia". JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam) 3, nr 2 (16.01.2020): 158. http://dx.doi.org/10.30829/juspi.v3i2.5601.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
<p>Tulisan ini menjelaskan tentang peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam menegakkan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Di masa kemerdekaan Sultan dengan pemerintahan di Yogyakarta senantiasa mendukung Pemerintahan RI seperti mengirim surat ucapan selamat kepada Bung Karno dan Bung Hatta sehari setelah proklamasi kemerdekaan dan tahun 1946 ibukota Negara di pindah ke Yogyakarta karena suasana yang tidak menentu di Jakarta akibat serbuan tentara Belanda. Kantor dan gedung milik kesultanan dipinjamkan untuk kantor Pemerintahan RI tempat tinggal jawatan pemerintahan. Sultan juga membuka kas kerajaan untuk membiayai Pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta itu. Pada tanggal 1 Maret 1949 Sultan menjadi salah satu tokoh sehingga serangan tersebut bisa terwujud menguasai ibukota RI di Yogyakarta sehingga membuktikan bahwa pemerintah RI masih efektif.</p>Kata Kunci: Hamengku Buwono IX, peranan, kemerdekaan.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
9

Hartanto, Doni Dwi, Endang Nurhayati i Sulis Triyono. "Javanese Pitutur in the Speech of Sri Sultan Hamengku Buwono X on Hardship Caused by the Corona Virus". Ranah: Jurnal Kajian Bahasa 12, nr 2 (28.12.2023): 405. http://dx.doi.org/10.26499/rnh.v12i2.4593.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Expressions of culture in a region can be seen as a discourse that represents the cultural activities of people, and it may show the nature and characters of the society in dealing with problems. This research aims to interpret the Javanese pitutur delivered by Sri Sultan Hamengku Buwono X as the King of Yogyakarta to people living in his realm during the coronavirus pandemic. This descriptive qualitative research used a recording of Sri Sultan Hamengku Buwono’s speech entitled “Cobaning Gusti Allah Awujud Virus Corona”. Data were collected through a note-checking technique and were analyzed by using content analysis. The validity was maintained through expert judgment, while the reliability was through intrarrater and interrater. The results show that Javanese pitutur or advice found in Sri Sultan Hamengku Buwono X’s speech were in four Javanese quotes, namely: a) patient people earn the greatest fortune, and surrendering their life in faith shall result in more blessings; b) God gives way to anyone who wants to obey; c) Be wise and careful; and d) Do not be jealous if you get a trial, and do not feel bad if you lose something. The Javanese pituturs as the noble expressions of Javanese culture likely represent the nature and character of Javanese society in the face of various obstacles and problems, in this case facing the COVID-19 virus pandemic in the Yogyakarta region. The messages conveyed in the pitutur are expected to be a reminder to the people of Yogyakarta that in the face of all problems they should always hold fast to their cultural values and humbly surrender and submit themselves to God the Almighty. AbstrakUngkapan budaya suatu daerah merupakan suatu wacana yang merepresentasikan aktivitas budaya masyarakat, dan menunjukkan sifat dan karakter suatu masyarakat dalam menghadapi suatu permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan pitutur Jawa dalam pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Raja Yogyakarta kepada masyarakat selama masa pandemik virus corona. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan data berupa rekaman pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X berjudul “Cobaning Gusti Allah Awujud Virus Corona”. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak-catat dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis konten. Validitas data dilakukan dengan expert judgement, sedangkan reliabilitas yang digunakan ialah reliabilitas intra dan interrater. Berdasarkan penelitian, pitutur Jawa dalam pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X terbagi dalam empat ungkapan, yaitu: a) wong sabar rejekine jembar, ngalah urip luwih berkah; b) Gusti paring dalan kanggo sapa wae kang gelem ndalan; c) eling lan waspada; dan d) datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan. Pitutur Jawa yang terdapat dalam ungkapan-ungkapan luhur budaya Jawa tersebut merepresentasikan sifat dan karakter masyarakat Jawa dalam menghadapi berbagai macam halangan dan permasalahan, dalam hal ini ketika menghadapi pandemik virus COVID-19 di wilayah Yogyakarta. Pesan yang disampaikan dalam pitutur tersebut diharapkan dapat menjadi pengingat bagi masyarakat Yogyakarta bahwa dalam menghadapi segala permasalahan hendaknya selalu berpegang teguh pada nilai-nilai budaya dan berserah pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
10

Yuana Tri Utomo. "MENGUNGKAP MOTIVASI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX MEMBANGUN SELOKAN MATARAM". Imanensi: Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi Islam 6, nr 2 (10.09.2021): 65–76. http://dx.doi.org/10.34202/imanensi.6.2.2021.65-76.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstrak Abstrak: Mengungkap Motivasi Sultan Hamengku Buwono IX Membangun Selokan Mataram. Tujuan penelitian untuk mengetahui motivasi Sultan Hamengku Buwono IX membangun Selokan Mataram. Metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan sumber data dari beberapa artikel dan literatur. Data dianalisis dengan pendekatan sejarah menggunakan metode interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga motivasi Sultan HB IX, yaitu kebijakan filosofis, ekonomis, dan nasionalisme. Motivasi filosofisnya adalah berasal dari ajaran Sunan Kalijaga bahwa kasultanan Yogyakarta bisa makmur jika dua sungai yang mengapit Yogyakarta dipertemukan dalam satu aliran. Motivasi ekonominya berhubungan dengan cara pandang penguasa dalam menyejahterakan petani untuk irigasi sawah. Pembangunan Selokan Mataram merupakan cermin nasionalisme Sultan dalam membela rakyat dari tuntutan Rhomusa Jepang. Abstract The purpose of the study was to determine the motivation of Sultan Hamengku Buwono IX to build the Mataram Sewer. The research method used is qualitative with data sources from several articles and literature. Data were analyzed by historical approach using interpretation method. The results showed that the three motivations of Sultan HB IX, namely philosophical policy, economics, and nationalism. The philosophical motivation is derived from the teachings of Sunan Kalijaga that the Sultanate of Yogyakarta can prosper if the two rivers flanking Yogyakarta are brought together in one stream. The economic motivation is related to the perspective of the authorities in the welfare of farmers for irrigating rice fields. The construction of the Mataram Sewer is a reflection of the Sultan's nationalism in defending the people from the demands of the Japanese Rhomusa.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.

Rozprawy doktorskie na temat "House of Hamengku Buwono"

1

Monfries, John Elliott. "A prince in a republic : the political life of Sultan Hamengku Buwono IX of Jogjakarta". Phd thesis, 2005. http://hdl.handle.net/1885/155593.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.

Książki na temat "House of Hamengku Buwono"

1

Purwadi. Sejarah Kanjeng Sultan Hamengku Buwono IX. Jogjakarta: Hanan Pustaka, 2006.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
2

Kutoyo, Sutrisno. Sri Sultan Hamengku Buwono IX: Riwayat hidup dan perjuangan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1996.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
3

Marihandono, Djoko. Sultan Hamengku Buwono II: Pembela tradisi dan kekuasaan Jawa. Yogyakarta: Banjar Aji Production, 2008.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
4

Marihandono, Djoko. Sultan Hamengku Buwono II: Pembela tradisi dan kekuasaan Jawa. Yogyakarta: Banjar Aji Production, 2008.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
5

Ismoyo, Wasi. Sri Sultan Hamengku Buwono X, bersikap bukan karena ambisi. Yogyakarta: Bigraf Pub., 1998.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
6

S, Hendrowinoto Nurinwa Ki, red. Pisowanan ageng: Sri Sultan Hamengku Buwono X : sebuah percakapan. [Yogyakarta]: Yogya Forum, 2003.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
7

T, Yudodiprojo K. R., red. Babad Giyanti: Sejarah Sinuwun Kebanaran, Sultan Hamengku Buwono I. [Yogyakarta: s.n., 1995.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
8

Roem, Mohamad. Takhta untuk rakyat: Celah-celah kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX. Wyd. 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
9

Kompas, Penerbit Buku. Sepanjang hayat bersama rakyat: 100 tahun Sultan Hamengku Buwono IX. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2012.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
10

Sudarmanto, J. B. Jejak-jejak pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku Buwono IX. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.

Znajdź pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.

Części książek na temat "House of Hamengku Buwono"

1

"9. Hamengku Buwono in the New Order". W A Prince in a Republic, 269–303. ISEAS Publishing, 2015. http://dx.doi.org/10.1355/9789814519397-014.

Pełny tekst źródła
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
Oferujemy zniżki na wszystkie plany premium dla autorów, których prace zostały uwzględnione w tematycznych zestawieniach literatury. Skontaktuj się z nami, aby uzyskać unikalny kod promocyjny!

Do bibliografii