Artykuły w czasopismach na temat „Foto Lux (Photography studio)”

Kliknij ten link, aby zobaczyć inne rodzaje publikacji na ten temat: Foto Lux (Photography studio).

Utwórz poprawne odniesienie w stylach APA, MLA, Chicago, Harvard i wielu innych

Wybierz rodzaj źródła:

Sprawdź 21 najlepszych artykułów w czasopismach naukowych na temat „Foto Lux (Photography studio)”.

Przycisk „Dodaj do bibliografii” jest dostępny obok każdej pracy w bibliografii. Użyj go – a my automatycznie utworzymy odniesienie bibliograficzne do wybranej pracy w stylu cytowania, którego potrzebujesz: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver itp.

Możesz również pobrać pełny tekst publikacji naukowej w formacie „.pdf” i przeczytać adnotację do pracy online, jeśli odpowiednie parametry są dostępne w metadanych.

Przeglądaj artykuły w czasopismach z różnych dziedzin i twórz odpowiednie bibliografie.

1

Irwandi, Irwandi, G. R. Lono Lastoro Simatupang i Soeprapto Soedjono. "SEJARAH SINGKAT STUDIO FOTOGRAFI POTRET DI YOGYAKARTA 1945-1975: SUMBER DAYA MANUSIA, TEKNOLOGI, DAN KREASI ARTISTIKNYA". REKAM: Jurnal Fotografi, Televisi, dan Animasi 11, nr 2 (18.03.2016): 125. http://dx.doi.org/10.24821/rekam.v11i2.1298.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Penulisan sejarah fotografi di Indonesia pascakemerdekaan boleh dikatakan masih belum banyak dilakukan. Catatan sejarah yang ada lebih mengarah pada perjalanan fotografi dalam merekam momen pra dan pascakemerdekaan, yang sebagian besar bersumber pada foto-foto dokumen milik IPPHOS (Indonesian Press Photo Service). Ini berarti, masih dibutuhkan penelusuran lebih lanjut guna merekonstruksi sejarah fotografi Indonesia dalam bidang yang lain, studio misalnya. Tulisan ini membahas perkembangan studio foto di Yogyakarta pascakemerdekaan. Hal yang dijadikan fokus utama ialah sumber daya manusia, teknologi, dan upaya-upaya artistik yang dilakukan dalam praktik studio foto masa itu. Penelusuran sejarah dilakukan dengan metode wawancara kepada pemilik studio, praktisi fotografi yang merupakan pelaku dan saksi sejarah studio fotografi pascakemerdekaan. Observasi juga dilakukan guna mengetahui lebih detail tentang upaya-kreatif yang dilakukan pihak studio foto dalam mewujudkan karyanya. Dapat disimpulkan bahwa aspek teknologi memberi pengaruh besar dalam proses perwujudan karya foto studio. Dapat terlihat bagaimana para pelaku usaha studio foto mengatasi keterbatasan teknologi.A Brief History of Portrait Photography Studio in Yogyakarta 1945-1975: Human Resources, Technology and Artistic It’s Creation.Writing the history of photography in the post-independence Indonesia arguably still not been done. The historical record that there are more leads on a photography trip in the pre and post-independence record the moments, which are largely sourced on the photographs of documents belonging IPPHOS (Indonesian Press Photo Service). This means, still needed further investigation in order to reconstruct the history of photography Indonesia in other fields, for example studio. This paper discusses the development of a photo studio in Yogyakarta post-independence. It is used as the primary focus is human resources, technology, and the efforts made in the artistic practices of the past photo studio. Search history conducted by interview to the owner of the studio, photography practitioner who is the perpetrator and witnesses photography studio post-independence history. Observations were also conducted to determine more details about the creative efforts that made the photo studio in realizing his work. It can be concluded that the technological aspects of great influence in the process embodiment studio photographs. It is noticeable how the photo studio business operators overcome the limitations of technology.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
2

Safitri, Elfira, Sri Basriati i Clara Ramadhania. "Penyelesaian Integer Linear Programming menggunakan Metode Reduksi Variabel (Studi Kasus: Zee Studio Photography)". Jurnal Sains Matematika dan Statistika 6, nr 2 (1.07.2020): 1. http://dx.doi.org/10.24014/jsms.v6i2.10521.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ZEE Studio Photography merupakan salah satu studio foto yang memproduksi bingkai foto dengan berbagai ukuran. Pembuatan bingkai foto dengan berbagai ukuran diharapkan memperoleh keuntungan yang besar dengan modal yang sedikit, sehingga sumber daya yang tersedia dapat dioptimalkan dengan baik. Salah satu cara untuk mengoptimalkan masalah tersebut yaitu dengan integer linear programming. Integer linear programming adalah sebuah model penyelesaian matematis yang ha sil penyelesaian kasus linear programming berupa bilangan pecahan diubah menjadi bilangan bulat. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah integer linear programming yaitu metode reduksi variabel. Metode reduksi variabel menghasilkan solusi optimal dengan semua variabel keputusan berupa bilangan bulat dengan perhitungan yang lebih sederhana tanpa harus menambah kendala gomory ataupun membuat percabangan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ZEE Studio Photography memproduksi 2 bingkai foto ukuran 24R dan 2 bingkai foto ukuran 36 dengan keuntungan sebesar Rp.500.000.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
3

Prabowo, Apriliyadi Anugeraha, Wahyu Widiastuti i Yuliati. "Strategi Promosi Studio Foto Ady_Photography Dalam Menarik Minat Konsumen". Jurnal Kaganga: Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora 6, nr 1 (10.04.2022): 10–19. http://dx.doi.org/10.33369/jkaganga.6.1.10-19.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi promosi studio foto Ady Photography dalam menarik minat konsumen. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan Teori Bauran Promosi (Promotion Mix), yaitu Periklanan (Advertising), dan Promosi penjualan (Sales Promotion). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan data, penarikan kesimpulan serta menguji keabsahan data penelitian maka peneliti menggunakan Teknik triangulasi. Informan penelitian ditentukan dengan Teknik Purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi Bauran Promosi (Promotion Mix) yang telah di terapkan oleh studio foto Ady Photography bahwa berhasil dalam menarik minat konsumen pada jasa yang ditawarkan. Hal ini ditunjukkan oleh tanggapan para informan tentang strategi promosi yang dilakukan oleh studio foto Ady PhotographyKata Kunci : Fotografi, Pemasaran, Instagram
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
4

Saputra, Bagus Dwi. "SISTEM INFORMASI E-BUSINESS PADA STUDIO FOTO ALLUVIO PHOTOGRAPHY". Network Engineering Research Operation 5, nr 2 (30.10.2020): 66. http://dx.doi.org/10.21107/nero.v5i2.154.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
<p><em>Alluvio Photography adalah sebuah perusahaan penyedia jasa fotografi, video dan dekorasi yang saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat dan telah memiliki banyak pelanggan sejalan dengan semakin boomingnya fotografi. Dalam perkembangan bisnisnya, Alluvio Photography mempunyai visi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan dan mendapatkan kepercayaan dari pelanggan. Untuk mewujudkan visi tersebut maka diperlukan suatu sarana informasi yang berbasis web. Fasilitas ini bertujuan untuk mempermudah pelanggan dalam melakukan pemesanan jasa fotografi untuk sebuah acara tertentu. Pemanfaatan teknologi informasi melalui e-Business menjadi salah satu jawaban bagi Alluvio Photography untuk lebih meningkatkan fleksibilitas dan kenyamanan bagi pihak manajemen maupun masyarakat dalam mendapatkan informasi secara cepat dan tepat. Sebuah pengujian perangkat lunak black-box testing dilakukan untuk melihat fungsionalitas dari sistem yang dibangun. Selanjutnya, dilakukan penyebaran kuisioner untuk mengetahui nilai kemanfaatan sistem, dan didapati hasil bahwa adanya sistem informasi e-Business ini memberikan nilai manfaat dan dampak positif bagi perkembangan Alluvio Photography , dengan nilai kepuasan sebesar 97,2%.</em></p>
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
5

Kusuma, Yeziga Enggar, Gandung Satriyono i Nur Samsu. "Pengaruh Word Of Mouth (WOM) Dan Brand Image Terhadap Keputusan Penggunaan Jasa Foto Pada Studio Foto 4 Warna Photography Kota Kediri". JIMEK : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi 2, nr 1 (16.07.2019): 137. http://dx.doi.org/10.30737/jimek.v2i1.425.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The research aims to analyze and determine the effect of Word of Mouth and Brand Image on the decision to use photo services on 4 colors of Kediri City Photography. This research uses quantitative methods. The type of research used is the correlation with sampling techniques. The research sample was 60 respondents in number. The multiple linear regression analysis techniques is tested for validity and reliability first. The conclusion of this study is (1) Word of Mouth has a significant effect on the decision to use photo services on 4 colors of photography. (2) Brand image has a significant effect on the Decision of Using Photo Services on 4 Colors of Photography. (3) Simultaneously or together with two independent variables consisting of word of mouth, brand image has a significant effect on service use decisions. Penelitian bertujuan menganalisis dan mengetahui pengaruh Word Of Mouth dan Brand Image terhadap Keputusan Penggunaan Jasa foto pada 4 Warna Photography Kota Kediri. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan penelitian adalah korelasi dengan teknik pengambilan sampel. Sampel penelitian 60 responden jumlahnya. Teknik analisis regresi linier berganda dengan terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitas.Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Word Of Mouth berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Penggunaan Jasa Foto pada 4 Warna Photography. (2) Brand image berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Penggunaan Jasa Foto pada 4 Warna Photography. (3) Secara simultan atau bersama – sama dua variabel bebas yang terdiri dari word of mouth, brand image berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan jasa.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
6

Wasis Sri Pangestu, Exelsius Adam. "Kreasi Warna Batik Enom Dalam Fashion Photography". spectā : Journal of Photography, Arts, and Media 6, nr 2 (9.01.2023): 105–15. http://dx.doi.org/10.24821/specta.v6i2.8269.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Batik memiliki beragam motif yang telah dikembangkan dengan menggabungkan unsur-unsur modernitas. Cukup banyak merek busana yang telah melakukan inovasi dalam batik, salah satunya adalah Batik Enom. Adanya inovasi memadukan motif batik tradisional dengan unsur modernitas memunculkan keinginan untuk menciptakan visual yang mendukung sebagai media promosi sebuah merek produk busana batik. Tujuan penciptaan karya fotografi fashion ini adalah untuk melakukan eskplorasi pada lighting yang dipasang color gel untuk memberikan penekanan dari segi warna, desain, dan detail pada produk busana Batik Enom. Eksplorasi, eksperimentasi, dan perwujudan akhir digunakan sebagai metode dalam penciptaan karya fotografi fashion guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Karya foto yang dihasilkan memadukan warna yang senada dengan busana Batik Enom pada background sehingga memberikan pembeda dengan foto produk busana batik di studio yang menggunakan background satu warna saja.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
7

Rosdiana, Rosdiana, Denny Kurniadi i Asrul Huda. "REKAYASA SISTEM INFORMASI PROMOSI DAN PENGELOLAAN JASA STUDIO FOTO BERBASIS WEB". Voteteknika (Vocational Teknik Elektronika dan Informatika) 7, nr 2 (1.06.2019): 20. http://dx.doi.org/10.24036/voteteknika.v7i2.104068.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The information system appear give support and advantages in all areas of life. One of them is on economic. Photo studio is a part of economic field. Photo studio that offer photography and video recording service have a broad target market. Photo studio still use manual system and have not utilized the information system optimally in promote and manage it system that can causes many problems. For example, the problem in inform service packages, problem in booking that has impact to report. The purpose of information system is to minimize mistakes and optimize the promotion that offer by provider photograph services (photo studio, photographer and freelance videographer). Show detail information such as : portfolio and art gallery. So, customers can order easily. Information system also can give order report in periodic time for provider services. Information systems designed by waterfall method. Developed with php language, laravel framework and Mysql database.Keywords : Information systems, Photo Studio, Management, Laravel Framework.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
8

Sukma Pradnyani, Desak Sekar Melati, Cokorda Istri Puspawati Nindhia i I. Made Saryana. "REFLEKSI HANDMADE PAINTING STREETWEAR DALAM FOTOGRAFI FASHION". Retina Jurnal Fotografi 3, nr 1 (31.03.2023): 1–10. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v3i1.2013.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstrak Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan kerangka untuk menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin. Dengan adanya program tersebut, penulis memutuskan untuk melaksanakannya di Zean Studio. Zean studio merupakan studio fotografi yang berkecimpung dalam photography product dan photography fashion. Pada proses pembuatan karya Tugas Akhir (TA) penulis mengangkat fenomena yang sering dilakukan oleh masyarakat yaitu bercermin. Metode penciptaan yang penulis gunakan berpacu pada teori Alma. M. Hawkins meliputi tahap eksplorasi, tahap improvisasi dan proses pembentukan. Laporan skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif serta teknik pengumpulan data berdasarkan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Karya ini diciptakan dengan tujuan untuk menerapkan dan memvisualisasikan refleksi pada fotografi fashion dengan style streetwear berbasis handmade painting. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang fotografi fashion khususnya pada penggunaan teknik refleksi dan dapat dijadikan sebagai pengalaman baru bagi Zean Studio dalam mengikuti proses pengembangan genre fotografi fashion dengan busana streetwear yang sudah dilukis. Setelah melewati semua tahapan, terciptalah 15 karya foto fashion yang merupakan hasil dari studi/projek independen dimana tiap fotonya memberikan gambaran tentang pantulan dari cermin dengan berbagai macam bentuk serta dipadukan dengan busana streetwear yang sudah dilukis. Penjelasan secara mendalam tentang pemaknaan foto juga tercantum pada bagian deskripsi karya.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
9

Gunawan, Agnes Paulina. "PENCAHAYAAN DALAM STUDIO FOTOGRAF". Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain 12, nr 1 (18.04.2016): 81–102. http://dx.doi.org/10.25105/dim.v12i1.101.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstract In photography, lighting is one of the most important things. This is because without lighting, there will be no object visible to the eyes, neither object to be shot. As time went on, studio photography has become one that is always advancing. More and more photographers are becoming experts in this field.One of the reason is that inside the studio, ideally they are able to create photos according to their idea or concept which they are trying to project, without any disruption from the weather, location or even time. With studio photography, any lighting can be created or designed using various types of studio lamps thathave been upgraded with its advanced accessories. If one can master basic theories about characters or quality of the lighting, have knowledge about different types of accessories, and about character of the lighting produced, then a studio can easily be created as any shooting location, even with any lighting condition, just exactly as what the photographer wants in his creation.AbstrakDalam dunia fotografi, keberadaan cahaya merupakan suatu hal yang sangat penting, karena tanpa cahaya, tidak akan ada benda yang tampak oleh mata, dan tidak akan ada benda yang bisa terfoto. Dalam perkembangannya, fotografi studio adalah salah satu bidang dalam fotografi yang selalu berkembang dan semakin banyak dikuasai oleh fotografer, karena dalam sebuah studio, idealnya fotografer pasti bisa menciptakan foto sesuai dengan ide atau konsep yang diinginkannya,tanpa terhambat oleh cuaca, waktu maupun lokasi. Dengan pemotretandalam studio, cahaya seperti apapun, idealnya pasti dapat dikreasikan menggunakan berbagai jenis lampu studio yang dilengkapi dengan perkembangan tehnologi aksesoris lampu studionya. Dengan penguasaan teori dasar tentang karakter atau kualitas cahaya, dan pengenalan akan berbagai tipe aksesoris berikut karakter cahaya yang dihasilkan, maka sebuah studio bisa menjadi lokasi apapun, dengansituasi pencahayaan apapun, sesuai dengan keinginan fotografer dalamberkreasi.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
10

Darmo, Budi, Augustina Ika Widyani i Maitri Widya Mutiara. "Peran Fotografi dalam Promosi Produk : Studi Kasus Kerajinan Kayu, Masyarakat Desa Kawasan Konservasi (DKK) Semoyo Gunungkidul Yogyakarta". Journal of Sustainable Community Development (JSCD) 2, nr 1 (29.05.2020): 1–7. http://dx.doi.org/10.32924/jscd.v2i1.7.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstrak Masyarakat Desa Kawasan Konservasi (DKK) Semoyo yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, Yogayakarta, telah mengembangkan daerahnya menjadi kawasan industri kayu yang menghasilkan produk furniture kayu yang berkelanjutan dan mandiri. Namun perencanaan pemasaran dan promosi yang dilakukan oleh masyarakat DKK Semoyo melalui media sosial Instagram belum optimal dikarenakan kualitas foto yang diunggah oleh masyarakat belum menarik. Metode pelaksanaan yang dipakai dalam kegiatan ini dimulai dari tahapan persiapan materi presentasi tentang prinsip-prinsip dasar fotografi dalam pengambilan gambar untuk nantinya dipresentasikan kepada masyarakat, pengambilan foto bersama masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar fotografi dan penggunaan mini box studio di lapangan, serta penggunaan aplikasi rekayasa foto untuk kepentingan bisnis sehingga kualitas foto yang akan diunggah di media sosial dapat menjadi lebih baik sehingga dapat menarik minat calon pembeli. Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat DKK Semoyo mengerti dan memahami pentingnya prinsip-prinsip dasar fotografi dalam menentukan kualitas foto yang nantinya dapat digunakan dalam perencanaan promosi di media sosial Instagram. Abstract The Semoyo Conservation Village Community which located in Gunungkidul, Yogyakarta, has developed its area into a wood industry area that produces sustainable and independent wood furniture products. However, marketing and promotion plans carried out by the Semoyo community through their social media Instagram have not been optimal because the quality of photo uploaded has not attractive. The implementation method used in this activity starts from the preparation stage of presentation material about the basic principles of photography in taking pictures to be presented to the community, taking photos with the community by applying the basic principles of photography, the use of mini box studio in the field, and the use of photo engineering applications for business purposes so that the quality of the photos to be uploaded on social media can be better so that they can attract potential buyers. The result of this activity is that the people of Semoyo Conservation Village Community understand and comprehend the importance of the basic principles of photography in determining the quality of photos that can later be used in planning promotions on Instagram social media.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
11

Marwah, Alsa, i Yeni Yuniati. "Komunikasi Pemasaran Studio Foto melalui Media Sosial Instagram". Bandung Conference Series: Public Relations 3, nr 2 (2.08.2023): 403–9. http://dx.doi.org/10.29313/bcspr.v3i2.7468.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstract. A photo studio is a place used by a photographer using a digital camera to be able to produce a photo with the addition of several tools available in the room. in this era of globalization, business in the field of photography is growing rapidly, especially in the photo studio business in the city of Bandung. The emergence of technological sophistication makes business people able to interact and communicate easily, especially in marketing communication. The existence of technological developments encourages social media as a medium in carrying out marketing activities, one of which is on social media Instagram. Instagram is a gathering place for people to interact with each other online and to promote, market, and sell certain products more easily. This research aims to find out the marketing communication of "Paradox" photo studio through Instagram social media. This research uses qualitative research methods with a case study approach. The theoretical concept used in this research is IMC (Integrated Marketing Communication) theory. The data that the author gets in this research is by conducting interviews with informants, observation and documentation. The results showed that "Paradox" photo studio conducts marketing communication through Instagram social media to consumers and potential consumers by creating behind the scene video content through the Instagram reels feature, and also utilizing the Instagram ads feature. This is done by "Paradox" photo studio to be able to build a brand image while providing trust and creating a good relationship with "Paradox" consumers/followers. Abstrak. Studio foto merupakan tempat yang digunakan oleh seorang fotografer dengan menggunakan camera digital untuk dapat menghasilkan sebuah foto dengan tambahan beberapa alat bantu yang tersedia di dalam ruangan tersebut. di era globalisasi ini bisnis di bidang fotografi sedang berkembang pesat terutama pada bisnis studio foto di kota Bandung. Munculnya kecanggihan teknologi membuat pelaku usaha bisnis dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan mudah, terutama dalam melakukan komunikasi pemasaran. Adanya perkembangan teknologi mendorong media sosial sebagai media dalam melakukan aktivitas pemasaran, salah satunya pada media sosial instagram. Instagram merupakan tempat perkumpulan orang-orang untuk saling berinteraksi secara online serta untuk mempromosikan, memasarkan, serta menjual suatu produk tertentu dengan lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi pemasaran “Paradox” studio foto melalui media sosial instagram. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori IMC (Integrated Marketing Communication). Data yang penulis dapat dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara kepada informan, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “Paradox” studio foto melakukan komunikasi pemasaran melalui media sosial Instagram kepada konsumen maupun calon konsumen dengan membuat video konten behind the scene melalui fitur Instagram reels, dan juga memanfaatkan fitur Instagram ads. Hal tersebut dilakukan “Paradox” studio foto untuk dapat membangun brand image sekaligus memberikan kepercayaan serta terciptannya hubungan yang baik dengan konsumen/followers “Paradox”.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
12

Gunawan, Chairul, Fauziah Fauziah i Nur Hayati. "Prototipe Light Meter Fotografi Studio Menggunakan Mikrokontroler ATMega328 Berbasis Sensor Cahaya dan Warna". JURNAL MEDIA INFORMATIKA BUDIDARMA 5, nr 3 (31.07.2021): 769. http://dx.doi.org/10.30865/mib.v5i3.3043.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Accuracy in calculating exposure in photographic techniques is the key to being able to produce good quality photos. The light calculation includes three elements (Triangel Exposure), namely shutter speed (shutter speed / t), ISO sensitivity, and diaphragm (aperture / f). A light meter is a tool for calculating lighting in the world of photography to accurately calculate the light falling in or around the object to be photographed. The light meter has a working principle like a lux meter calculates the value of light intensity in a place. However, on a light meter for photography, there is a calculation of a triangle exposure in it. This light meter prototype uses an ATMega328 microcontroller on the Arduino Nano V3 with the help of a TSL2561 light sensor and a TCS34725 RGB color sensor. Tests were carried out by comparing the output value using an original light meter, namely Sekonik Flashmate L-308X with the continuous light shooting method. The results of the test using the original tool with the ATMega328 microcontroller produced values above 90%.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
13

Hinggo S, Hichmaed Tachta, Wan Laura Hardilawati, Fitri Ayu Nofirda i Rian Rahmat Ramadhan. "Pelatihan Optimalisasi Social Media Marketing Dalam Peningkatan Brand Awareness pada Jasa Photography Estic Picture". ABDIMAS EKODIKSOSIORA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ekonomi, Pendidikan, dan Sosial Humaniora (e-ISSN: 2809-3917) 3, nr 1 (30.06.2023): 43–46. http://dx.doi.org/10.37859/abdimasekodiksosiora.v3i1.5187.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Perkembangan Usaha jasa dokumentasi Foto dan Video terus meningkat, banyak bermunculan Studio atau jasa fotografi baru yang terus bermunculan. Untuk meningkatkan kemampuan bersaing, tentunya jasa fotografi ini harus dapat meningkatkan kemampuan pemasaran melalui media social yang akan memberi dampak pada brand awareness jasa fotografi tersebut. Peran media social pada saat ini menjadi sangat vital, terutama dalam peningkatan citra sebuah perusahaan ataupun usaha. Kegiatan pelatihan dan pendampingan mitra pada kesempatan kali ini memiliki focus dalam pemanfaatan secara maksimal social media untuk meningkatkan brand awareness Estic Picture. Pada kegiatan kali ini mitra dan tim pengabdian menjalin sinergi yang baik dalam mencapai tujuan bersama yaitu membantu mitra dalam bersaing dalam dunia bisnis
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
14

Sari, Anindya Ratna, Ida Bagus Candrayana i Farhan Adityasmara. "Pemotretan Pakaian Tradisional Adat Bali Dalam Karya Fotografi Prewedding Di Maxhelar Photography". Retina Jurnal Fotografi 4, nr 1 (27.03.2024): 31–43. http://dx.doi.org/10.59997/rjf.v4i1.3259.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Fotografi prewedding telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam perayaan pernikahan modern, dimana pasangan calon pengantin mengabadikan momen-momen indah sebelum hari pernikahan mereka. Budaya Bali dengan segala keunikan dan keelokannya, menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis. Pakaian adat tradisional Bali tidak hanya sebuah penanda identitas, tetapi juga merupakan karya seni yang tinggi. Setiap detil pada pakaian ini mencerminkan sejarah panjang dan kearifan lokal masyarakat Bali. Oleh karena itu, penulis merasa terdorong untuk melakukan eksplorasi dan mendalami keindahan pakaian adat tradisional Bali yang terfokus pada fotografi prewedding bukan hanya mencerminkan ketertarikan personal penulis, tetapi juga merupakan upaya untuk merangkul dan memahami perbedaan budaya. Penulis melakukan penelitian ini di Maxhelar Photography dengan pertimbangan memilih tempat magang tersebut karena studio berfokus pada pemotretan prewedding pakaian tradisional adat Bali dan dapat memberikan pengalaman berharga dalam pemahaman proses kreatif di balik karya-karya fotografi prewedding yang mengesankan. Penulis memilih Maxhelar Photography karena studio ini tidak hanya memotret pernikahan dengan pakaian adat, tetapi juga menciptakan konsep foto prewedding yang sangat unik. Keunggulan Maxhelar Photography yaitu menggabungkan nuansa kerajaan dengan bentuk koreo dan komposisi, memberikan sentuhan dramatis yang kuat dalam proses editing. Proses ini ibarat meracik sebuah masakan yang nikmat di pandang mata dengan rasa tersirat, menciptakan karya fotografi yang memukau dan mendalam. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menyimpulkan laporan magang ini memberikan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek fotografi prewedding, terutama dalam konteks penggunaan pakaian tradisional adat Bali di Maxhelar Photography.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
15

Ermawati, Pitri, i Adya Arsita. "Pengaplikasian Fotografi dan Bahasa Inggris Praktis untuk Warga “Kampung Cyber”, RT 36, Taman, Yogyakarta". Jurnal Pengabdian Seni 1, nr 2 (21.12.2020): 63–74. http://dx.doi.org/10.24821/jas.v1i2.4710.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
RT 036, Taman merupakan sebuah kampoung yang letaknya bersebelahan dengan objek wisata Taman Sari Yogyakarta yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Warga kampung ini banyak yang memiliki usaha dagang produk yang bersinergi dengan pariwisata lokal. Mereka menjual barang dagangan tersebut di ruang pajang rumah masing-masing atau melalui media jualan online. Penyuluhan ini bermaksud memberikan pengetahuan fotografi praktis, khususnya pemotretan foto produk tanpa perlu menggunakan piranti fotografi yang canggih dan lengkap, guna meningkatkan kualitas foto produk yang mereka jual di media jualan online. Selain itu, penyuluhan ini juga bermaksud memberikan pengetahuan bahasa Inggris praktis, khususnya yang berkenaan dengan komunikasi warga selaku tour guide dan deskripsi profil usaha serta produk jualan online yang singkat, padat, jelas, dan efektif agar calon konsumen mancanegara mendapatkan panduan informasi tentang produk yang ditawarkan. Penyuluhan dilakukan di kantor Sekretariat RT 036 Taman melalui tatap muka pada 7 April 2017 sampai dengan 6 Mei 2017, yang dimulai dengan pengantar, dilanjutkan dengan presentasi teori, pelaksanaan praktik, dan diakhiri dengan pembahasan hasil. Setelah diberi penyuluhan, peserta memahami bahwa kamera handphone memiliki kemampuan lebih yang dapat menghasilkan foto dengan kualitas lebih baik. Dipadukan dengan peralatan studio mini sederhana, foto produk mereka pun menjadi lebih layak untuk ditampilkan. Selain itu, peserta pun mulai mengerti bahwa untuk sekedar bisa berkomunikasi dengan lancar dalam bahasa Inggris, kosa kata-lah yang memegang peranan lebih penting. Dengan demikian, peserta kemudian merasa lebih percaya diri dalam berlatih bahasa Inggris, karena bagi mereka lebih mudah untuk mempelajari dan menghafalkan kosa kata, dibandingkan harus mempelajari grammar. AbstractRT 036, Taman is a kampong located directly aside from Taman Sari Yogyakarta, an international tourist spot. The kampong residents trade in products correlates with local tourism. They sell their merchandises in their own display houses or through online shops. This workshop is meant to give a practical photography knowledge, specializing in product photo without the need to use high tech and complex photography equipment, to improve the quality of the photo products they displayed in online shops. On the other hand, this workshop also aims to give practical English education, more importantly with things related for tour guide conversation needs and to give concise yet clear and effective product description at online shops so that prospective international buyers get the neccessary information from the offered products. This workshop is done on site in RT 036 Secretary office at April 7 to May 6, 2017, that began with an introduction, theory presentation, practice, and ended with results discussion. After workshop, participants understand that phone camera is sufficient to generate a good quality photo. Combined with simple mini studio equipment, their photo product looks more professional to be presented. Not only that, participants are also able to communicate in simple English, with the vocabularies playing the biggest factor. Thus, participants are more confident in practicing their English skill as it is easier for them to memorize vocabulary than to study grammar.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
16

Jati, FX Damar, i Silviana Amanda Aurelia Tahalea. "Pencatatan Praktik Fotografi Olahraga Jalanan di Jakarta pada Masa Pandemi Covid-19". Rekam 19, nr 1 (26.04.2023): 25–36. http://dx.doi.org/10.24821/rekam.v19i1.9305.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRAKMenjaga kesehatan di era pandemi telah menjadi sebuah gaya hidup yang dijalani setiap orang untuk menghidari virus corona yang bermutasi dan terus berkembang. Terlebih peraturan pemerintah menganjurkan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Namun seiring penurunan angka penderita covid, masyarakat mulai melakukan aktivitas olah raga di luar rumah untuk mengurangi kejenuhan selama work from home. Olah raga bersepeda, lari pagi, jalan santai menjadi pilihan utama untuk menjaga kebugaran tubuh. Perubahan gaya hidup sehat inilah yang dimanfaatkan oleh para fotografer olah raga di jalanan sebagai sebuah solusi untuk mencari peluang lain di industri fotografi mengingat selama pandemi banyak pelaku fotografi yang gulung tikar karena berhentinya sektor industri kreatif di Indonesia.Rutinitas aktivitas olah raga di luar rumah yang dilakukan oleh masyarakat, menjadi salah satu objek yang menarik untuk diabadikan dan dijual belikan sebagai kebutuhan konten di sosial media. Fotografer menggunakan keahliannya untuk menghasilakan karya terbaiknya agar mempunyai daya jual sesuai kebutuhan konsumennya. Teknik penangkapan gambar dengan kecepatan tinggi menjadi sebuah pilihan untuk pemotretan olahraga. Selain itu, pendekatan teknik foto portrait juga dilakukan oleh para fotografer, mereka membuat studio mini lengkap dengan lampu kilatnya sehingga menjadi pembeda dengan fotografer lain. Melalui pendekatan studi kasus analisis data yang di lakukan di Jakarta, Tangerang dan sekitarnya, maka kativitas mutualisme kebutuhan inilah yang menarik untuk dicatat sebagai bagian dari sejarah fotografi Indonesia. Pandemi telah menjadikan pergeseran fungsi dari fotografi jurnalistik (foto olahraga) digunakan oleh para jurnalis foto, diadopsi dan digunakan oleh masyarakat umum yang menekuni fotografi sebagai cara untuk tetap bertahan hidup di masa pandemi. Recording the Practice of Street Sports Photography in Jakarta during the Covid-19 Pandemic. Maintaining a healthy lifestyle by exercising in the pandemic era has become an activity to avoid Covid-19 virus that continues to grow and mutate. Cycling, running, rhythmic activities and green walks became new lifestyle choices to dispel the sense of listlessness during the Work From Home period. This kind of activity was reinforced with the use of social media as a massive self-actualization medium to showcase their active lifestyles through posting selfies engaging in sports activities. This trend has created new business opportunities for photography practitioners in Jakarta, who have been struggling to make ends meet during the pandemic due to the decline of the creative industry sector in Indonesia. The purpose of this research is to record and to document a new phenomenon in the era of digital photography and pandemic that has given a rise to a new creative industry with a pattern that can be applied throughout Indonesia. A simple business model that grew naturally from friendship and was underestimated, turned out to be able to revive the creative industry in Indonesia with lucrative income benefits and flexible for many people to do even if they’ve only mastered basic photography techniques. One of the photography communities who successfully initiated this movement is the Dalkotloop group who is a group of street sports photographers. Through a descriptive qualitative method with a case study approach to data analysis conducted in Jakarta, Tangerang and surrounding areas, the author records how photography techniques are used, photo distribution patterns, forms of business models created, and development plans after the pandemic is over. This simple recording needs to be done so that Indonesian photography movements are always well-documented into archives and can be used as research material for the history of Indonesian photography.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
17

CM, Noor Latif. "WASTRA DAN REMPAH DALAM SUBLIMASI FOTOGRAFI BUDAYA". Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain 2, nr 2 (24.10.2017): 109–22. http://dx.doi.org/10.25105/jdd.v2i2.2183.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
AbstractWastra and Spices in Sublimation of Cultural Photography. Wastra and spices with a variety of types is one of the leading Indonesian assets. This creation of photographic nerstone idea of creation. Wastra sample used is some kind of striated main Yogyakarta. The focal factor in this study is an effort of creating art in photography that has the content of the local culture, with the approach of the aesthetic principle refers to the philosophy of Java that can create sublimes. The present cultural photography is still stuck in the form based. The relation between the content and thepackaging has not been explored by the local aesthetic approach which is composed of the reduction Javanese philosophy of life. This study uses a qualitative method to shape practice approach based research. Data and reference rests on a literature review, while the research process is the main media experimentation in the studio. Experimentationprocess consists of two types of shooting and the implementation of the merger between multiple media photo prints with some other drawing medium including spices. The results of this study are the stimulus for researcher or other creators in the field of photography to explore the aesthetic principles of Java in the art of photography. AbstrakWastra dan Rempah dalam Sublimasi Fotografi Budaya.Wastra dan rempah dengan jenis beragam merupakan salah satu aset unggulan Indonesia. Penelitian penciptaan seni fotografi ini menjadi sumber landasan ide penciptaan karya fotografi. Sampel wastra yang digunakan adalah beberapa jenis lurik dari Yogyakarta. Inti utama dalam penelitian ini adalah upaya dalam proses mencipta seni fotografi yang memiliki konten budaya lokal tersebut, dengan pendekatan prinsip estetika yang mengacu pada falsafah Jawa dan dapat mewujudkan sublemasi. Fotografi budaya yang ada masih terjebak pada bentuk tampilan sehingga terkesan tempelan belaka. Relasi antara isi dan kemasan belum digalimaksimal dengan pendekatan estetika lokal yang disusun dari reduksi falsafah hidup Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk pendekatan practice based reseach. Data dan referensi bertumpu pada kajian pustaka, sedangkan proses riset utamanya adalah eksperimentasi media dalam studio. Proses eksperimentasi terdiri daridua jenis yaitu pelaksanaan pemotretan dan penggabungan media antara hasil cetak foto dengan beberapa medium gambar lain termasuk juga rempah. Hasil dari penelitian ini menjadi stimulus peneliti atau pencipta lain dalam bidang fotografi untuk ikut menggaliprinsip estetika Jawa dalam seni fotografi.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
18

Surya Mentari, Tyas Asih, Giatman Giatman i Fadhilah Fadhilah. "VIDEO TUTORIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI ERA NEW NORMAL COVID 19". Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana 26, nr 2 (1.12.2020): 465–74. http://dx.doi.org/10.33751/wahana.v26i2.2769.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
Abstrak:Di era baru masa pandemi covid-19 diwajibkan setiap mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan secara online atau daring. Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat dibutuhkan dalam menunjang pembelajaran di masa era baru di masa pandemi covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan media pembelajaran berupa media e-learning berbasis video tutorial yang praktis untuk mata kuliah Tata Rias Foto/TV/Film pada materi rias karakter. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model IDI (Instructional Development Institute). Penelitian ini melihat apakah media e-learning berbasis video tutorial yang dirancang ini praktis, kemudian dilakukan uji coba kepada pengguna, yaitu dosen dan mahasiswa. Aspek yang diuji cobakan kepada dosen untuk melihat aspek akses e-learning, aspek materi, aspek penyajian, aspek media e-learning berbasis video tutorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media e-learning berbasis video tutorial oleh dosen sudah praktis, sedangkan kepada mahasiswa untuk melihat minat mahasiswa, proses penggunaannya, peningkatan keaktifan mahasiswa dan waktu mahasiswa dalam mempelajari Mata Kuliah Rias foto/TV/Film dan Karakter pada materi rias karakter di Jurusan Tata Rias dan Kecantikan FPP UNP dengan menggunakan media E-Learning Berbasis Video tutorial. Hasil praktikalitas oleh mahasiswa sudah praktis. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa media e-learning berbasis video tutorial telah praktis dan dapat digunakan dalam pembelajaran di Jurusan Tata Rias dan Kecantikan FPP UNP dan dapat dikembangkan serta digunakan pada mata kuliah yang berbeda.Kata Kunci: Media Pembelajaran, E-learning, Video Tutorial, Praktis. Abstract:In the new era of the Covid-19 pandemic, all students are required to do online or online lecture activities. Information and communication technology is urgently needed to support learning in the new era during the Covid-19 pandemic. This study aims to produce a learning media design in the form of e-learning media based on practical video tutorials for Photography / TV / Film Make-up subject on character make-up material. This type of research is development research using the IDI (Instructional Development Institute) model. This study examines whether the designed video tutorial-based e-learning medium is practical, then tests are performed on users, that is, teachers and students. The aspects that were tested in the teachers were to see aspects of access to e-learning, material aspects, presentation aspects, aspects of e-learning media based on video tutorials. The results showed that the e-learning medium based on tutorial videos by the teachers was practical, while for the students, seeing the interest of the students, the process of its use, increased the activity of the students and the time of students in the studio of the Department of Photography / TV / Film and Makeup Courses of Characters of Makeup and Beauty, FPP UNP using e-learning media based on video tutorials. The results of practicality by students are practical. Based on the above data, it can be concluded that e-learning media based on video tutorials are practical and can be used in learning in the Department of Makeup and Beauty, FPP UNP and can be developed and used in different subjects.Keywords: e-learning, Learning media, practical video tutorials.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
19

Bufra, Fanny Septiani, Sarjon Defit i Gunadi Widi Nurcahyo. "Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting dalam Meningkatkan Pendapatan Jasa Fotografi (Studi Kasus : Studio Foto Onewaycreative di Kota Padang)". Jurnal Informatika Ekonomi Bisnis, 31.12.2020, 110–16. http://dx.doi.org/10.37034/infeb.v2i4.53.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
The photography business grew very rapidly and was very profitable. The intense competition made the photo studio suffer losses and even went out of business because it was unable to compete and made wrong decisions. Like during the Covid-19 Pandemic in 2020, several photo studios experienced a decline in revenue because there were no bookings for photo services or canceling agreed projects. The purpose of this study is to assist the owner of a photo studio or photographer in determining the best decision from an investment plan that has been planned based on predetermined criteria in order to increase photography service income. In this study using the Simple Additive Weighting method. The variables that are the main criteria in this decision-making system are Cost, Productivity, Priority Needs, and Availability. The alternative data used is the Photo studio Investment Plan data in July 2020. Based on the results of the calculations using the Simple Additive Weighting method, the results show that Alternative 1, namely Paid Promotion on Social Media, is recommended as the best decision with the highest preference value of the 12 sample data. tested is 0.93. Comparison of data from manual counting with the system created, namely the Website-based Decision Support System, resulted in the same calculation value. So that the accuracy value is 100% and is declared accurate. With this Decision Support System, it can produce objective decisions to assist owners in determining investment plans that can increase income from photography services. Bisnis fotografi tumbuh sangat pesat dan sangat menghasilkan. Ketatnya persaingan membuat studio foto mengalami kerugian bahkan sampai gulung tikar karena tidak mampu bersaing dan salah dalam mengambil keputusan. Seperti pada masa Pandemi Covid-19 ditahun 2020, beberapa studio foto mengalami penurunan pendapatan karena tidak adanya yang booking jasa foto ataupun membatalkan project yang telah disepakati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu owner studio foto atau fotografer dalam menentukan keputusan terbaik dari rencana investasi yang sudah direncanakan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan agar dapat meningkatkan pendapatan jasa fotografi. Penelitian ini menggunakan metode Simple Additive Weighting. Variabel yang menjadi kriteria utama pada Sistem Pengambilan Keputusan ini yaitu Biaya, Produktivitas, Prioritas Kebutuhan, dan Ketersediaan. Data alternatif yang digunakan yaitu data Rencana Investasi studio Foto pada bulan Juli 2020. Berdasarkan hasil dari perhitungan dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting ini, didapatkan hasil bahwa Alternatif 1 yaitu Promosi Berbayar di Sosial Media direkomendasikan sebagai keputusan terbaik dengan nilai preferensi tertinggi dari 12 data sampel yang diuji yaitu 0.93. Dilakukan perbandingan data dari hitungan manual dengan sistem yang dibuat yaitu Sistem Pendukung Keputusan berbasis Website menghasilkan nilai perhitungan yang sama. Sehingga nilai keakurasiannya adalah 100% dan dinyatakan akurat. Dengan adanya Sistem Pendukung Keputusan ini dapat menghasilkan keputusan objektif untuk membantu owner dalam menentukan rencana investasi yang dapat meningkatkan pendapatan jasa fotografi.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
20

Iskandar, Andang, Cece Sobarna, Deddy Mulyana i Yuyu Yohana Risagarniwa. "Kajian Budaya Fotografi Potrait dalam Wacana Personalitas". Panggung 24, nr 3 (1.09.2014). http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v24i3.127.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
ABSTRACT Portrait Photography is a representation of similarity in the form of two-dimensional human fi- gure. Portrait photography gives a personal good indication of the owner’s portrait, portrait subjects and photographers. Personality photographic work representing one’s personal character. This study aims to explain the problems of cultural studies in the discourse on photography portrait personality. This research method using literature review of the literature both books, journal articles and research reports, especially portrait photography in cultural studies. The study provides an overview of cul- tural studies on four issues for portrait photography: first, photography as a representation. Portrait is where negotiations between the photographer with the subject of self-representation (model). Se- cond, diaspora photographers. Photographers Indonesian Chinese (Peranakan) as cultural brokers in the post-colonial period. The difference between the Peranakan culture and totok also distinguished in the profession of social groups in studio photography. Third, the identity of the portrait. Family’s photo album as a way structured ourselves, and cultural identities through ritual memory. Fourth, photography as a medium of cultural domination. Photography is a meaning synthesis of subject and object photos. Keywords: cultural studies, portrait photography, personality, discourse  ABSTRAK Fotografi potrait merupakan representasi kemiripan figur manusia dalam bentuk dwimatra. Fotografi potrait memberikan indikasi personal baik pada pemilik potrait, sub- jek potrait maupun fotografer. Personalitas karya fotografi yang mewakili pribadi bahkan karakter seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan permasalahan kajian buda- ya pada fotografi potrait dalam wacana personalitas. Metode penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dari berbagai literatur baik buku, artikel jurnal dan laporan pene- litian fotografi khususnya potrait dalam kajian budaya. Hasil penelitian ini memberikan gambaran empat permasalahan kajian budaya pada fotografi potrait yaitu pertama, foto- grafi sebagai representasi. Potrait merupakan tempat negosiasi antara fotografer dengan representasi-diri subjek (model). Kedua, diaspora fotografer. Fotografer China Indonesia (peranakan) sebagai broker budaya di masa poskolonial. Perbedaan budaya antara per- anakan dan totok dibedakan juga dalam kelompok sosial profesi dalam studio fotografi. Ketiga, identitas dalam potrait. Album foto keluarga sebagai sebuah cara untuk menstruk- turisasi diri, identitas dan budaya melalui ritual ingatan. Keempat, fotografi sebagai me- dia dominasi budaya. Fotografi adalah sintesis pemaknaan dua subjek yang-memotret dan yang-memandang. Kata kunci: kajian budaya, fotografi potrait, personalitas, wacana
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
21

Graure, Cristian. "„Argint şi soare”. Originile fotografiei prin evoluții tehnice între 1800 şi 1900 / “Silver and sunshine”. The Origins of Photography by means of Processes between 1800 and 1900". Analele Banatului XXII 2014, 1.01.2014. http://dx.doi.org/10.55201/fuhv2967.

Pełny tekst źródła
Streszczenie:
As a result of the improvements made to the camera obscura and the study of light sensitivity of silver salts, photography is a product of the 19th century, and by definition an image produced by the effect of light on a foto-sensitized surface. The genesis of the term is closely related to the discovery of the journal of Antoine Hércules Romuald Florence, a French-brazilian painter and a few years later, to Sir John Herschel who for the first time proposed the term “Photography” for the image obtained in the camera obscura in his private correspondence of 28th February 1839.Around the year 1800, Thomas Wegdwood, son of the renowned manufacturer of potery, Josiah Wegdwood, conducted the first experiments which were completed by obtaining multiple images on paper or textiles, sensitized with silver salts in advance. The process of Wegdwood was revealed in 1802, along with the details necessary to achieve it, by the British chemist Humphry Davy in a paper presented to the Royal Society of Sciences in London.Regardless, a number of other researchers have addressed the issue to enthusiasts in other countries, particularly in France. Joseph Nicéphore Niépce, son of a Royal Adviser, born in Chalon-sur-Saône, with numerous scientific pursuits was fascinated by the experiments with light-sensitive substances. His discovery has become an innovative technique for reproduction and the first photo-mechanical process that revolutionized the graphic arts, being known by the name of “heliography”. In the summer of 1827, Niépce manages to obtain the first image in the camera obscura, on a tin plate by 16,5 × 20,3 cm, with an exposure of over 8 hours which left a pale but identifiable image of the inner court of his estate, “Le Gras”.In September 1827, Niépce meets for the first time with Louis Jacques Mandé Daguerre and two years later as a result of their correspondence, they start an offcial partnership. The document is signed on December 14, 1829, with an extension for a period of two years, and was intended to promote the process of Niépce, initially with the help of improvements made later on by Daguerre. After Niepce’s death in 1833, Daguerre is awarded such merit in the discovery process, to be known in the future as the “Daguerreotype”.Shortly, after the opening of the first daguerrian studios in New York, the example was taken over in major European capitals, including London, Paris and Vienna. In the British Capital, the first studio of its kind was opened by the great industrialist Richard Beard, who managed to obtain the licence of practice from Daguerre. In June of the same year, François Arago presented before the plenary of the Academy of Sciences in Paris, several portraits obtained in only 10 – 12 seconds by the Bisson brothers. Interested at the beginning in Daguerre's method, Hyppolite Bayard, offcial of the Ministry of Finance in Paris, started his own investigations using different substances and mediums.After the daguerreotype, the Tintype, although it was a variant of wet collodion process, it was invented by amateur photographer Adolphe Alexandre Martin and improved at the same time in England, France and America, by several enthusiasts of photography, being used as an alternative to daguerreotype and it was much more accessible financially.Along with the daguerreotype, it was discovered a new way to obtain images, through a method which had origins in the work of Thomas Wegdwood at the turn of the century, subsequently perfected through the experiments of the Englishman William Henry Fox Talbot after 1835. In 1835, with a pinhole camera fitted with a microscopelens, Talbot manages to capture a window of Lacock Abbey’s library to reside on a small paper and with a longtime exposure. His presentation of the new invention was followed by a statement on 31 January at the Royal Society in London entitled: “Some accounts of the Art of Photogenic Drawing”, and later he called the improved process: the “Calotype”.Louis-Désiré Blanquart Evrard experimented with the photographic paper and his work was revealed by acommunication presented at the French Academy on May 27, 1850, in which he proposes two ways of dealing with paper, one with serum and the other with albumin. Another improved process, one embodiment of the calotype became, with the introduction in 1851 of the paper coated with wax by the Gustave Le Gray, who called it: “waxed paper processing method”. In March of 1851, a British sculptor and calotipist, Frederick Scott Archer, described for the first time in the publication “The Chemist”, a new photographic process based on collodion entitled: “On the use of collodion in Photography”.André-Adolphe Eugene Disderi, discovered after moving to Paris in 1853 new ways of experimenting withwet collodion and the waxed paper of Le Gray. The method produced the photographic cartes-de-visite, which represented another application of collodion technique and consisted in making several frames on a single glass plate treated with this emulsion. A total of 4, 6, 8 or even 12 different frames were made using a camera equipped with as many lenses in the front. One of Disderi’s main competitors proved to be Nadar, who in 1853 opened a photographic studio in Paris in partnership with his brother Adrien.After 1860, new trends in the field of fine art photography were emerging and led to some controversy concerning the so-called “pure photography”, which previously sought faithful representation of reality and the new concepts of pictorial photography that was already taking shape through the work of Oscar Gustav Rejlanderand Henry Peach Robinson. Charles Ludwig Dodgson, known by the pseudonym Lewis Carroll, also became famousfor the volume of stories “Alice in Wonderland” and practiced photography as a personal hobby since 1856. Julia Margaret Cameron manipulated the photographic negatives to achieve the desired eects by scratches or by the fingerprints left on the printed images, which was often criticized for this by contemporary photographers.The first satisfactory method using dry collodion was attributed to Dr. Richard Leach Maddox from London, who published on 8 September 1871 a brief overview of the process in the publication "British Journal ofPhotography”. Eadweard Muybridge, a British employee as a topographic photographer in California, began to study the various stages of movement of a galloping horse and continued the experiments in collaboration with Leland Stanford, in order to obtain visual information about both the movement of animals and humans.In London, Leon Warneke perfected a camera in 1875 which used flexible celluloid film, using a costly substance, which was composed of India Rubber and collodion and which was subsequently applied to the surface of paper.In last quarter of the century, George Eastman became interested in photography and followed the initiation courses in this area in a local photographer’s studio. In 1879 he patented the first automatic device producing dry plates and his first commercial success was obtained in 1880 with the American company known for photographic accessories, E. & HT Anthony.His first camera model was launched in 1888 as the “Brownie” and had integrated from the manufacturing stage a roll film holder inside. Roll film became very popular in the coming period, especially among amateur photographers and was known as the “American film”. Commercial slogan used by the Eastman’s company Kodak monopolized the global photographic market to mid-twentieth century with the message content: “You push the button, we do the rest”.
Style APA, Harvard, Vancouver, ISO itp.
Oferujemy zniżki na wszystkie plany premium dla autorów, których prace zostały uwzględnione w tematycznych zestawieniach literatury. Skontaktuj się z nami, aby uzyskać unikalny kod promocyjny!

Do bibliografii