Littérature scientifique sur le sujet « Indonesia. Balai Konservasi Sumber Daya Alam III »

Créez une référence correcte selon les styles APA, MLA, Chicago, Harvard et plusieurs autres

Choisissez une source :

Consultez les listes thématiques d’articles de revues, de livres, de thèses, de rapports de conférences et d’autres sources académiques sur le sujet « Indonesia. Balai Konservasi Sumber Daya Alam III ».

À côté de chaque source dans la liste de références il y a un bouton « Ajouter à la bibliographie ». Cliquez sur ce bouton, et nous générerons automatiquement la référence bibliographique pour la source choisie selon votre style de citation préféré : APA, MLA, Harvard, Vancouver, Chicago, etc.

Vous pouvez aussi télécharger le texte intégral de la publication scolaire au format pdf et consulter son résumé en ligne lorsque ces informations sont inclues dans les métadonnées.

Articles de revues sur le sujet "Indonesia. Balai Konservasi Sumber Daya Alam III"

1

Raditya, Ananda. « Protektifitas Satwa Langka di Indonesia Melalui UU No.5 Tahun 1990 ». Jurnal Hukum Pidana dan Kriminologi 4, no 1 (30 avril 2023) : 57–63. http://dx.doi.org/10.51370/jhpk.v4i1.92.

Texte intégral
Résumé :
Perdagangan satwa liar merupakan ancaman besar bagi konservasi satwa liar di Indonesia. Satwa liar yang diperdagangkan secara ilegal berdasarkan berbagai fakta yang ditemukan di lapangan sebagian besar ditangkap dari alam, bukan dari penangkaran. Balai Konservasi Sumber Daya Alam sebagai lembaga yang memiliki peran strategis penting dalam penyelamatan dan perlindungan satwa langka berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 Perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya Konservasi Satwa Langka di Indonesia Agar Tidak Punah baik dilakukan oleh balai konservasi maupun dari masyarakat.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Hidayat, Angga Arif, Nasrullah Nasrullah et Beni Hidayat. « Peran Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dalam Perlindungan Satwa Dilindungi Di Yogyakarta ». Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian 3, no 7 (24 juillet 2024) : 588–96. http://dx.doi.org/10.58344/locus.v3i7.2991.

Texte intégral
Résumé :
Aktivitas jual beli satwa yang dilindungi secara sah oleh hukum dapat menjadi bahaya besar dalam mengancam keberlangsungan satwa di Indonesia. Balai Konservasi Sumber Daya Alam, merupakan sebuah organisasi dengan perannya yang vital untuk usaha menyelamatkan serta melindungi yang satwa yang mendapat perlindungan. Fokus dalam penelitian bertujuan guna mengevaluasi berbagai usaha yang dilaksanakan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga keberlangsungan satwa di sekitar wilayah daerah tersebut. Metode dalam studi tergolong sebagai penelitian yuridis empiris, yang berarti studi kehukuman untuk memahami bagaimana bagaimana implementasi dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan mengenai melindungi satwa. Untuk menganalisis data, digunakan metode deskriptif kualitatif, yang berfokus pada menjelaskan dan merinci fenomena dengan jelas dan mendalam. Secara umum, meskipun Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta telah menjalankan tugasnya dengan baik, lembaga tersebut masih menghadapi berbagai tantangan dalam upaya pelestarian satwa, baik dari faktor internal seperti masalah organisasi atau sumber daya maupun eksternal seperti ancaman dari luar. Satwa yang dilindungi masih banyak ditemukan di pasar masyarakat, dan perdagangan satwa dilindungi terus berlanjut, terutama melalui internet.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Halimah, Difa. « Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Satwa Dilindungi di Sumatera Utara ». Rechtsnormen Jurnal Komunikasi dan Informasi Hukum 2, no 1 (11 août 2023) : 32–42. http://dx.doi.org/10.56211/rechtsnormen.v2i1.295.

Texte intégral
Résumé :
Bangsa Indonesia dianugrahi Tuhan Yang Maha Esa Kekayaan berupa sumber daya alam yang melimpah, baik di darat, diperairan maupun udara. Salah satunya kekayaan sumber daya alam itu adalah satwanya. Satwa yang ada diIndonesia itu sangat banyak sekali, namun Indonesia tidak bisa menjaga satwa yang dimilikinya, yang menyebabkan satwa itu sendiri terancam punah. Salah satu, faktor utama yang mengancam punahnya satwa itu sendiri adalah perburuan untuk diperdagangkan. Pengaturan hukum tentang tindak perdagangan satwa yang dilindungi diatur dalam Pasal 21 ayat (2) dan Pasal 40 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan peraturan pemerintah nomor 8 Tahun 1999. Proses penegakan hukum tindak pidana perdagangan satwa yang dilindungi yaitu melalui aduan dan diselidiki langsung kelapangan. Adapun hambatan dan upaya penegakan hukum perdagangan satwa yang dilindungi adalah jaringan pemetaan harus lebih luas lagi, kurangnya kepedulian masyarakat mengenai perdagangan satwa, dan kurangnyan pemahaman pihak pengadilan mengenai tindak pidana perdagangan satwa yang dilindungi sehingga tidak membuat efek jera kepada pelaku. Peran Lembaga Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, dalam proses penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar yang dilindungi adalah sebagai tempat untuk menitipkan barang bukti yaitu satwa liar yang berhasil diamankan dari tangan pelaku. Kesimpulan dari skripsi ini bahwa penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan satwa yang dilindungi di Sumatera Utara hanya dilakukan oleh BKSDA Sumatera utara,Balai Gakkum dan pihak Kepolisian Sumatera Utara, dengan membawa para pelaku tindak pidana perdagangan satwa yang dilindungi ke dalam proses peradilan yang berlaku. Lembaga Konservasi seperti Balai Gakkum, BKSDA harus lebih bersosialisasi ke masyarakat agar perdagangan satwa yang dilindungi tidak terjadi lagi, dan agar satwa yang dilindungi di Indonesia harus tetap terjaga.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
4

Hanim, Lathifah, Munsharif Abdul Chalim et Jawade Hafidz. « PELAKSANAAN PERLINDUNGAN SATWA LIAR YANG DILINDUNGI MENURUT HUKUM INDONESIA DAN HUKUM INTERNASIONAL ». Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 1, no 1 (13 novembre 2020) : 161–68. http://dx.doi.org/10.24967/psn.v1i1.819.

Texte intégral
Résumé :
Perlindungan satwa liar diatur dalam instrument Hukum Internasional seperti Convention on International Trade in Endangered Species of wild Fauna and Flora (CITES) . Di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan peraturan pelaksanaan lainnya mengatur perlindungan jenis satwa liar atau hidupan liar. Rumusan masalahnya adalah 1. Bagaimana Perbandingan Bentuk Perlindungan Satwa Liar Menurut Hukum Indonesia dan Hukum Internasional ? 2. Apa hambatan-hambatan dan solusi dalam pelaksanaan perlindungan satwa liar menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ?. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris. Hasil Penelitiannya adalah : 1. Pelaksanaan Perlindungan Satwa Liar Menurut Hukum Indonesia dan Hukum Internasional yaitu Perlindungan satwa liar diatur dalam instrument Hukum Internasional seperti Convention on International Trade in Endangered Species of wild Fauna and Flora (CITES) . Instrumen Hukum Internasional perlindungan dan pemanfaatan satwa liar yang dilindungi (wilslife spesies) antara lain adalah Daftar Merah Spesies yang terancam Punah IUCN dan CITES 1973. Indonesia meratifikasi CITES melalui Keputusan Presiden No.43 tahun 1978.CITES mengategorikan spesies dalam 3 (tiga) kelas yaitu spesies yang termasuk di dalam Appendix I, II dan III (NonAppendix). Di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan peraturan pelaksanaan lainnya mengatur perlindungan jenis satwa liar atau hidupan liar. 2. Hambatan-hambatan dan solusi dalam pelaksanaan perlindungan satwa liar menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ? Instrumen hukum nasional yang melindungi satwa dan tumbuhan liar belum memiliki kelengkapan ketentuan yang mengacu pada CITES sepenuhnya, dan ancaman sanksi yang ada juga tidak menimbulkan efek jera pelaku kejahatan. Perlu dilakukan perubahan perundang-undangan dibidang konservasi, perlindungan satwa atau tumbuhan liar yang sejalan dengan perkembangan instrument hukum Internasional.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
5

Darmansyah, Ramlan, et Raja Muhammad Amin. « Kearifan Lokal Desa Buluh Cina (Studi Kasus Koordinasi Lembaga Adat, Pemerintahan Desa Dan BBKSDA Riau Dalam Melindungi Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina) ». Nakhoda : Jurnal Ilmu Pemerintahan 18, no 1 (22 novembre 2019) : 35. http://dx.doi.org/10.35967/jipn.v18i1.7804.

Texte intégral
Résumé :
Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina lahir dari kearifan lokal, dimana hutan ini memiliki usia yang sudah ratusan tahun yang berada ditengah-tengah budaya keikhlasan warga masyarakat Desa Buluh Cina. Sebelum dinamai Hutan Taman Wisata Alam dahulu disebut sebagai Hutan Adat. Penelitian ini dilakukan di Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina dilindungi dan dijaga oleh Lembaga Adat, Pemerintahan Desa dan BBKSDA Riau. Hutan Taman Wisata Alam ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 3587/ Menhut-VII/KUH/2014 dengan luas _+1.000 hektar. BBKSDA adalah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam yang memiliki fungsi pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam berdasarkan asas dekonsentrasi. Ada beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini (1). Bagaimana koordinasi Lembaga Adat, Pemerintah Desa dan BBKSDA Riau dalam melindungi Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina? (2). Apa faktor yang mempengaruhi koordinasi Lembaga Adat, Pemerintah Desa dan BBKSDA Riau dalam melindungi Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana koordinasi Lembaga Adat, Pemerintah Desa dan BBKSDA Riau dalam melindungi Hutan Taman Wisata Alam. Pengambilan data penelitian dilakukan secara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah koordinasi Lembaga Adat, Pemerintah Desa dan BBKSDA Riau masih kurang optimal, baik dalam kebijakan maupun kerja sama. Koordinasi yang dilakukan Lembaga Adat, Pemerintah Desa dan BBKSDA Riau adalah untuk melindungi dan menjaga kearifan lokal Hutan Taman Wisata Alam Desa Buluh Cina.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
6

Krismono, Adriani Sri Nastiti Sri Nastiti. « DATA BASE KEANEKARAGAMAN HAYATI PERIKANAN PERAIRAN UMUM DARATAN DI SULAWESI ». BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 2, no 4 (7 février 2017) : 143. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.2.4.2009.143-150.

Texte intégral
Résumé :
Data base keanekaragaman hayati perikanan perairan umum daratan di Sulawesi dibangun dengan tujuan mengumpulkan dan mengorganisasi data keanekaragaman hayati perikanan perairan umum daratan Sulawesi, agar data base tersebut mudah diakses dan dimanfaatkan sebagai bahan informasi keanekaragaman hayati perairan umum daratan di Indonesia. Metode pembangunan data base keanekaragaman hayati tersebut disusun dalam sebuah aplikasi program Microsoft Access 2000, dan didukung oleh referensi standar taxon list flora dan fauna, batas administrasi Indonesia, dan referensi geografi atau georeference. Berdasarkan pada metode ini, informasi yang dihasilkan dapat ditumpang tindihkan (overlay) untuk memperoleh gambaran, baik secara tekstual maupun secara spasial dengan lokasi yang menjadi cor. Sumber data berasal dari laporan penelitian Pusat Riset Perikanan Tangkap, Perguruan Tinggi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan, Badan Konservasi Sumber Daya Alam di lingkup Kabupaten Sulawesi Selatan, karya tulis mahasiswa Universitas Ratulangi Manado. Aktual data base keanekaragaman hayati perikanan perairan umum daratan Sulawesi diperoleh dari sejumlah badan air yang sudah diteliti sekitar 214 buah yang terdiri atas 175 buah sungai dan rawa dengan persentase sungai yang terbanyak di Sulawesi Selatan, danau di Sulawesi Utara, sedangkan perairan waduk hanya dilakukan di satu lokasi yaitu Waduk Bili-Bili di Sulawesi Selatan yang dilengkapi dengan data ikan, plankton, bentos, serangga air, tumbuhan air, dan kualitas air. Berdasarkan pada aplikasi data base diketahui bahwa perlu melengkapi data keanekaragaman hayati perairan sungai, data kualitas air yang baru tercatat sekitar 29 badan air dari 214 badan air.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
7

Mondolu, Sri Ester, Novriest Umbu Walangara Nau et Roberto Cornelis Seba. « KERJASAMA INDONESIA-JERMAN DALAM PELESTARIAN KAWASAN TAMAN NASIONAL LORE LINDU MELALUI FOREST PROGRAMME III SULAWESI TAHUN 2018-2022 ». Administraus 7, no 2 (31 mai 2023) : 130–45. http://dx.doi.org/10.56662/administraus.v7i2.202.

Texte intégral
Résumé :
ABSTRACT Deforestation and degradation of natural resources are the main problems in the management of the Lore Lindu National Park area. Social and economic activities carried out around the area can threaten the sustainability of the Lore Lindu National Park area (TNLL). natural. With the collaboration between Indonesia and Germany through the presence of Sulawesi's forest program III, it can contribute to forest conservation and rehabilitation to reduce emissions and improve the livelihoods of communities around the National Park area. The research method used in this study is a qualitative method and in this writing, the author will describe how the collaboration between Indonesia and Germany in the Preservation of the Lore Lindu National Park Area through the Sulawesi Forest Program III, Cooperation between Indonesia and Germany in the environmental field through the Sulawesi Forest Program III has making a significant contribution to the preservation of the TNLL area. This collaboration has produced a positive impact which can be seen from the marketing market which is achieved through the intervention activities carried out. Overall the collaboration between Germany through FP III Sulawesi has succeeded in strengthening efforts to conserve and manage the area. Keywords: Sulawesi Forest Program III, Indonesian-German Cooperation, Area Conservation, Lore Lindu National Park (TNLL) ABSTRAK Deforestasi dan degradasi sumber daya alam menjadi permasalahan pokok dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Aktivitas sosial dan ekonomi yang dilakukan di sekitar kawasan dapat mengancamcam kelestarian kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti pangan, pemukiman, dan penyediaan lapangan kerja, masyarakat sekitar kawasan sebagian melakukan pencurian dan mengeksploitasi sumber daya alam. Dengan adanya kerjasama antara Indonesia dan Jerman melalui kehadiran forest programme III Sulawesi dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi hutan dan rehabilitasi untuk mengurangi emisi dan memperbaiki penghidupan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan dalam Penulisan ini, penulis akan mendeskripsikan bagaimana kerjasama Indonesia dan Jerman dalam Pelestarian Kawasan Taman Nasional Lore Lindu melalui Forest Programme III Sulawesi, Kerjasama antara Indonesia dan Jerman dalam bidang lingkungan melalui Forest Programme III Sulawesi telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pelestarian kawasan TNLL kerjasama ini telah menghasilkan dampak positif yang dapat dilihat dari indikator keberhasilan yang di capai melalui intervensi kegiatan yang dilakukan. Secara keseluruhan kerjasama antara Jerman melalui FP III Sulawesi berhasil memperkuat upaya pelestarian dan pengelolaan kawasan. Kata kunci: Forest Programme III Sulawesi, Kerjasama Indonesia-Jerman, Pelestarian Kawasan, Taman Nasional Lore Lindu (TNLL)
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
8

Hayadin et P. R. Yuniarto. « Sustainable harvest : exploring sugar palm trees as a green economy catalyst in Bukit Kaba Natural Park, Bengkulu, Indonesia ». IOP Conference Series : Earth and Environmental Science 1267, no 1 (1 décembre 2023) : 012007. http://dx.doi.org/10.1088/1755-1315/1267/1/012007.

Texte intégral
Résumé :
Abstract Conservation areas are synonymous with protected areas and is prohibited for social and industrial activities that damage the environment. How ever, this research found in which at Bukit Kaba, the use of conservation areas could support the preservation of the natural environment. This article explained that by finding niche commodities, conservation areas can generate many economic benefits for the surrounding community and preserve the natural environment at the same time. This research was environmental qualitative research conducted at conservation area of the Bukit Kaba, Bengkulu, Indonesia. Data were obtained through observation, interviews, document studies, and focus group discussion with the Bukit Kaba conservation area stakeholders. The research team stayed for 20 days in Rejang Lebong district and visited community groups while conducting observations and interviews. The research concluded that the agreement between farmer groups and the Balai Konservasi Sumber Daya Alam (Nature Conservation Agency) to maintain and cultivate sugar palm trees at Bukit Kaba conservation area is an excellent green economic practice. The agreement stipulated the palm trees growing in the Bukit Kaba conservation area as a niche commodity because it can provide multiple benefits. On the one hand, palm trees provide economic benefits to residents around the conservation area. On the other hand, palm trees help maintain land and soil resilience in the Bukit Kaba area.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
9

Darniwa, Adisty Virakawugi, Ida Kinasih et Nurul Aulia Fitri. « Diet, Feed Preferences, and Nutritional Intake of Hylobates albibarbis in Transit Cage BKSDA Kalimantan Tengah ». Al-Kauniyah : Jurnal Biologi 16, no 2 (27 octobre 2023) : 386–94. http://dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v16i2.27817.

Texte intégral
Résumé :
AbstractHylobates albibarbis is a type of small primate that lives on the island of Borneo with a characteristic black face and white hair on the eyebrows, cheeks, and chin that resembles a beard. H. albibarbis feeding management is important in conservation efforts on ex-situ conservation because of animal welfare. This study aims to determine the composition of the diet, feed preferences and nutritional intake of feed given to H. albibarbis in transit cage at the Palangka Raya-Central Kalimantan Office for Conservation of Natural Resources (named Balai Konservasi Sumber Daya Alam-BKSDA) under the Directorate of Conservation of Natural Resources and Ecosystems of the Ministry of Environment & Forestry of the Republic of Indonesia. The methods used are focal animal sampling and restricted feeding observed in individual male adult and infant of H. albibarbis. The observations show that the feed preferred by adult H. albibarbis was the Ambon banana (98.21%) and the least preferred was the Kepok banana (74.26%). Otherwise, in infants H. albibarbis the most preferred feed was papaya (93.43%), and the least preferred feed was Ambon banana (58.10%). The average daily feed intake for adult H. albibarbis was 658.52 g, and for infant was 378.16 g. H. albibarbis in transit cage at the Palangka Raya BKSDA office, Central Kalimantan had good growth and healthy physical condition assumed from their body weight and length.AbstrakHylobates albibarbis merupakan kera kecil yang hidup di Pulau Kalimantan dengan ciri khas wajah berwarna hitam dan rambut berwarna putih pada alis, pipi, dan dagu yang menyerupai janggut. Pengelolaan pakan H. albibarbis penting dalam upaya konservasi dengan konservasi ex-situ untuk kesejahteraan hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi pakan, preferensi pakan, dan asupan nutrisi pakan yang diberikan pada H. albibarbis di kandang transit kantor BKSDA Palangka Raya Kalimantan Tengah. Metode yang digunakan adalah focal animal sampling dan restricted feeding pada individu jantan dewasa dan jantan bayi H. albibarbis. Observasi dilakukan dalam durasi 12 jam selama 31 hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pakan yang disukai H. albibarbis dewasa adalah pisang Ambon (98,21%) dan yang tidak disukai adalah pisang Kepok (74,26%). Pakan yang disukai bayi H. albibarbis adalah pepaya (93,43%) dan yang tidak disukai adalah pisang Ambon (58,10%). Total asupan pakan harian untuk H. albibarbis dewasa adalah 658,52 g. Total asupan pakan harian untuk H. albibarbis bayi adalah 378,16 g. H. albibarbis di kandang transit kantor BKSDA Palangka Raya Kalimantan Tengah memiliki pertumbuhan yang baik dan kondisi fisik yang sehat berdasarkan berat badan dan panjang tubuhnya.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
10

Haksama, Setya, Diansanto Prayoga, Syifa’ul Lailiyah et Jayanti Dian Eka Sari. « CAPACITY BUILDING PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH WISATA KABUPATEN BANYUWANGI DALAM RANGKA MENDUKUNG DESA/ KELURAHAN TANGGUH BENCANA (DESTANA) TAHUN 2017 ». Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services) 2, no 2 (10 juin 2020) : 72. http://dx.doi.org/10.20473/jlm.v2i2.2018.72-77.

Texte intégral
Résumé :
Banyuwangi district was hit by a tsunami in 1994 with a height of 13.9 m due to the 7.2 SR earthquake at a depth of 33 km. Banyuwangi district included high grade class with national rank 163 based on Indonesia Disaster Prone Index 2011. Besides the development of tourism in Banyuwangi district, it was also worth noting also the Index of Disaster Prone. Community participation was needed to support District/Sub-district/ Village of Disaster Resilience. The purpose of this activity was to provide education and demonstrate about community participation in disaster management in tourist area of Banyuwangi District to support Disaster Resilience Village (DESTANA). Methods was training activities. The participants of this training consisted of village from Licin, Kalipuro and Wongsorejo sub-districts; and tour guides (Tour Guide) from Travel Agency (Tourism Travel Agency). The activity was held at Banyuwangi District Public Service Training Center. Data were collected through pretest, post test and observation. Data were analyzed descriptively. The training was divided into two stages, namely the stage of material exposure and simulation. The speakers came from Airlangga University, Culture and Tourism Office of Banyuwangi District, Natural Resource ConservationCenter (KSDA) and Regional Disaster Management Agency (BPBD) of Banyuwangi District. The success rate of community service activities was the achievement of the first objective “Providing education about community participation in disaster management in Banyuwangi District to support DESTANA” by 90% and second goal “Demonstrate about community participation in disaster management in Banyuwangi District tourism area for supporting DESTANA “by 107%. Community service activities were able to improve the knowledge and skills of the community in the tourist area about the participation of the community in disastermanagement in the tourist area of Banyuwangi District to support DESTANA.AbstrakKabupaten Banyuwangi diterjang tsunami pada tahun 1994 dengan ketinggian 13,9 m akibat gempa 7,2 SR pada kedalaman 33 km. Kabupaten Banyuwangi termasuk kelas rawan tinggi dengan peringkat 163 Nasional berdasarkan Indeks rawan bencana Indonesia 2011. Disamping berkembangnya pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, perlu diperhatikan juga Indeks Rawan Bencana tersebut. Peran serta masyarakat dibutuhkan untuk mendukung Kabupaten/Kecamatan/Desa Tangguh Bencana. Tujuan kegiatan ini adalah Memberikan edukasi dan mendemonstrasikan tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerah wisata Kabupaten Banyuwangi untuk mendukung Desa/ Kelurahan Tangguh Bencana (DESTANA). Metode kegiatan melalui pelatihan. Peserta pelatihan ini terdiri dari perangkat Desa/Kelurahan dari Kecamatan Licin, Kalipuro, dan Wongsorejo; dan pemandu wisata (Tour Guide) dari Agen Perjalanan Wisata (Tourism Travel Agency). Kegiatan dilaksanakan di Balai Diklat PNS Licin Kabupaten Banyuwangi. Data dikumpulkan melalui pretest, post test dan observasi. Data dianalisis secara deskriptif. Pelatihan ini dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap paparan materi dan simulasi. Narasumber berasal dari Universitas Airlangga, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi. Tingkat keberhasilan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu tercapainya tujuan pertama “Memberikan edukasi tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerah wisata Kabupaten Banyuwangi untuk mendukung DESTANA” sebesar 90% dan tujuan kedua “Mendemonstrasikan tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerah wisata Kabupaten Banyuwangi untuk mendukung DESTANA” sebesar 107%. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat di daerah wisata tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerah wisata Kabupaten Banyuwangi untuk mendukung DESTANA.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
Nous offrons des réductions sur tous les plans premium pour les auteurs dont les œuvres sont incluses dans des sélections littéraires thématiques. Contactez-nous pour obtenir un code promo unique!

Vers la bibliographie