Articles de revues sur le sujet « Harz (Kultur) »

Pour voir les autres types de publications sur ce sujet consultez le lien suivant : Harz (Kultur).

Créez une référence correcte selon les styles APA, MLA, Chicago, Harvard et plusieurs autres

Choisissez une source :

Consultez les 50 meilleurs articles de revues pour votre recherche sur le sujet « Harz (Kultur) ».

À côté de chaque source dans la liste de références il y a un bouton « Ajouter à la bibliographie ». Cliquez sur ce bouton, et nous générerons automatiquement la référence bibliographique pour la source choisie selon votre style de citation préféré : APA, MLA, Harvard, Vancouver, Chicago, etc.

Vous pouvez aussi télécharger le texte intégral de la publication scolaire au format pdf et consulter son résumé en ligne lorsque ces informations sont inclues dans les métadonnées.

Parcourez les articles de revues sur diverses disciplines et organisez correctement votre bibliographie.

1

Rasch, Marco. « Fotografien aus dem Untergrund ». Rundbrief Fotografie 29, no 3-4 (1 décembre 2022) : 31–39. http://dx.doi.org/10.1515/rbf-2022-3005.

Texte intégral
Résumé :
Abstract Die Saxonia-Freiberg-Stiftung in Freiberg in Sachsen erwarb 2010 den Großteil des fotografischen Nachlasses des Ingenieurs Wolfgang Schreiber (1940–2005). Den Hauptbestandteil des Konvoluts bilden fast 4 500 gerahmte stereoskopische Diapositive, deren motivischer Schwerpunkt auf der Dokumentation des späten Erzbergbaus vor allem in Sachsen und im Harz liegt. Der Artikel stellt den zwischen Mitte der 1970er und Mitte der 1990er Jahre von Wolfgang Schreiber aufgenommenen Bestand vor, der von der Stiftung erschlossen und anschließend in Kooperation mit der Deutschen Fotothek in der Sächsischen Landesbibliothek – Staats- und Universitätsbibliothek (SLUB) Dresden über das Landesdigitalisierungsprogramm für Wissenschaft und Kultur des Freistaates Sachsen digitalisiert wurde und von der SLUB aktuell online publiziert wird.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Ismi, Suko, Deny Suhermawan Yusup et Sephia Anjani. « PENGAMATAN PERTUMBUHAN COPEPOD SEBAGAI PERSEDIAAN PAKAN ALAMI ». Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 13, no 2 (31 août 2021) : 261–68. http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v13i2.35454.

Texte intégral
Résumé :
Copepod adalah pakan alami yang memiliki ukuran kecil pada stadia naupli dengan nilai nutrisi yang tinggi. Cocok sebagai pakan awal larva ikan laut dengan bukaan mulut kecil. Tujuan penelitian mengetahui hasil panen copepod dari Genus Acartia sebagai pakan alami pada kultur masal, untuk pakan larva pada produksi benih ikan laut. Penelitian dilakukan pada Tahun 2020, di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan, Gondol-Bali. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap, pertama adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan copepod sebagai acuan panen pada penelitian ke dua. Copepod dipelihara pada 3 buah toples volume 10 L. Penelitian ke dua untuk mengetahui jumlah copepod yang dipanen pada kultur masal sebagai persedian pakan. Kultur menggunakan 3 bak fiber bervolume 1.000 L. Inokulasi yang diberikan stadia copepodit dengan kepadatan 50 ind/L. Copepod diberi pakan buatan dan dipelihara hingga kepadatan menurun. Berdasarkan pola pertumbuhan kepadatan copepod dari penelitian pertama maka panen copepod penelitian ke dua dimulai hari ke delapan. Hasil panen tertinggi stadia naupli dicapai hari ke tujuh belas dengan kepadatan 184,7 ind/L, stadia copepodit 4,4 ind/L. Hasil kulur copepod tidak cukup dipakai sebagai pakan utama pada produksi larva secara masal dan hanya dapat dipakai sebagai campuran pakan alami untuk menambah nilai nutrisi bagi larva.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Rahmawati, Suci, Adek Zamrud Adnan, Muhammad Taher et Marlina Marlina. « Aplikasi Agarosa Sebagai Matriks Kultur 3d Pada Sel Kanker Paru Line A549 ». Jurnal Vokasi Keperawatan (JVK) 2, no 2 (19 mars 2020) : 116–21. http://dx.doi.org/10.33369/jvk.v2i2.10690.

Texte intégral
Résumé :
Agarosa merupakan salah satu biopolimer yang sering digunakan dalam bidang bioteknologi, diantaranya sebagai matriks pada kultur sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan agarosa hasil isolasi dari tepung agar sebagai matriks kultur 3D pada sel kanker paru line A549. Hasil isolasi diperoleh Agarosa 1 (A1) dan Agarosa 2 (A2) hasil pemurnian dari A1. A1 dan A2 dengan konsentrasi 5% diaplikasikan sebagai matriks kultur 3D di dalam well plate kultur sel kanker paru line A549 dengan densitas 107, sebagai kontrol pertumbuhan digunakan kultur 2D sel (well plate tanpa matriks) dan kontrol positif kultur 3D sel pada matriks agarosa Top Vision®. Viabilitas sel diamati pada hari ke 2, 4 dan 6 menggunakan pewarna trypan blue. Proliferasi sel diamati pada hari ke 6 menggunakan reagen MTT. Hasil uji viabilitas terlihat agregat sel 3D pada matriks agarosa yang viable dan tidak menyerap warna trypan blue. Viabilitas sel dibuktikan dengan uji proliferasi dan diperoleh nilai rata-rata absorban pada kultur 2D, kultur 3D matriks kontrol, A1 dan A2 masing-masingnya 2.03; 1.21; 0.96 dan 1.22. Proliferasi kultur 2D lebih baik dari 3D, akan tetapi proliferasi kultur 3D pada matriks A2 lebih baik dari matriks kontrol. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa agarosa dapat diaplikasikan sebagai matriks kultur 3D sel
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
4

Arrosyad, Muhammad Iqbal, Laela Fitria Ulfa, Mersy Mersy, Cindy Claudia et Indah Eka Safitri. « Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Kultur Sekolah di SD Negeri 5 Mendo Barat ». SUSTAINABLE : Jurnal Kajian Mutu Pendidikan 3, no 1 (30 juin 2020) : 1–7. http://dx.doi.org/10.32923/kjmp.v3i1.1149.

Texte intégral
Résumé :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) peran kepala sekolah dalam mengembangkan kultur sekolah, (2) faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam mengembangkan kultur sekolah. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.Untuk teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi dengan informasi penelitian terdiri dari kepala sekolah, guru, dan peserta didik SD Negeri 5 Mendo Barat. Data diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara selama sepuluh hari. Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) peran kepala sekolah dalam mengembangkan kultur sekolah, yaitu sebagai kepemimpinan, sebagai inovator, sebagai motivator dan sebagai manejer, (2) faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam mengembangkan kultur sekolah, (3) kultur sekolah SD Negeri 5 Mendo barat sangat beragam, dalam pelaksanaannya dibutuhkan kesadaran dan pembiasaan setiap hari baik didalam kelas maupun diluar kelas, (4) upaya bersama guru dalam mengembangkan kultur sekolah yang lebih baik, (5) karakteristik kultur sekolah yang dibangun oleh kepala sekolah di SD Negeri 5 Mendo barat.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
5

Boroh, Rimba, Magdalena Litaay, Muh Ruslan Umar et Ambeng Ambeng. « Pertumbuhan Chlorella sp. Pada Beberapa Kombinasi Media Kultur ». BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR 4, no 2 (2 juillet 2019) : 129. http://dx.doi.org/10.20956/bioma.v4i2.6759.

Texte intégral
Résumé :
Penelitian tentang pengaruh beberapa perlakuan kombinasi antara media kultur organik berupa vermikompos cair dan media kultur anorganik berupa walne terhadap pertumbuhan Chlorella sp. telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi media kultur yang terbaik dalam merangsang peningkatan pertumbuhan populasi Chlorella sp.. Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap dengan kombinasi perlakuan faktorial 5 x 5 x 2 (5 konsentrasi perlakuan Medium Walne, 5 konsentrasi perlakuan vermikompos, masing-masing 2 kali ulangan). Chlorella dikultur selama 10 hari. Data dianalisis dengan menggunakan analisis Univariate Analysis of Variance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi media kultur yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella sp. dan diperoleh kepadatan rata - rata populasi tertinggi, yaitu perlakuan V4W4 pada hari ke-9 dengan jumlah kepadatan populasi 19.530 x 104 sel/ml dan nilai laju pertumbuhan sebesar 1,8 /hari. Hasil uji UNIANOVA menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan Chlorella sp.Kata Kunci : Vermikompos. Chlorella sp., Walne, Kultur, Kombinasi.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
6

Sibuea, Christine Verawaty, Jeanne Adiwinata Pawitan et Radiana Antarianto. « Pengaruh Penggantian Medium terhadap Viabilitas Hepatosit Kultur 3D Organoid Hati ». Nommensen Journal of Medicine 7, no 2 (28 février 2022) : 39–42. http://dx.doi.org/10.36655/njm.v7i2.625.

Texte intégral
Résumé :
Background : Liver organoids can be used as materials for Bioartificial Liver, to study the mechanism of liver disease and as drug test toxicity. Reconstruction of liver organoids requires optimal culture methods, culture medium and cellular components to construct liver organoids that resemble liver microstructure in vivo with optimal function. 3D culture method using hepatocytes and stem cells with PRP supplemented William's E can reconstruct liver organoids with liver function. Medium exchange is an usual method to maintain the required nutrients and to eliminate waste products, but it requires a sufficient supply of medium and supplementation. Method and the use of effective and efficient medium with optimal hepatocyte viability are urgently needed in the reconstruction of liver organoids. Objective : This study was aimed to compare the viability of primary hepatocytes in culture medium exchange liver organoids and monoculture and without culture medium exchange. Methods : Primary hepatocytes isolated from Sprague Dawley-Rats mice (250gr, n=3) were co-cultured with umbilical cord mesenchymal stem cells, cord blood CD34+ stem cells and LX2 in PRP-supplemented William's E for 14 days. The culture medium was exchanged at 48 hours, day 7 and day 14 and no culture medium exchanged in the control group. Hepatocyte viability was analyzed using the Trypan Blue Exclusion Test at 48 hours, day 7 and day 14. Results : Hepatocyte viability in culture medium exchange liver organoids was higher than without culture medium exchange, especially in monoculture, but there was no significant difference (p value> 0.05). Conclusion: Hepatocyte viability in culture medium exchange liver organoids was not significantly different from no culture medium exchange liver organoids. Culture medium exchange in monoculture supported hepatocyte viability up to day 14. Keywords: hepatocytes, liver organoids, viability, culture medium ABSTRAK Latar belakang : Organoid hati dapat digunakan sebagai bahan Bioartificial Liver, mempelajari mekanisme penyakit hati dan uji toksisitas obat. Rekonstruksi organoid hati membutuhkan metode kultur, medium kultur dan komponen seluler yang optimal untuk menghasilkan organoid hati yang menyerupai mikrostruktur hati in vivo dengan fungsi yang optimal. Metode kultur 3D menggunakan hepatosit dan sel punca mesenkimal dengan William’s E yang disuplementasi PRP dapat merekonstruksi organoid hati dengan fungsi hati. Pergantian medium merupakan metode yang sering dilakukan untuk mempertahankan nutrisi yang dibutuhkan dan untuk membuang sisa metabolit sel, tetapi membutuhkan persediaan medium dan suplementasi yang cukup banyak. Metode dan penggunaan medium yang efektif dan efisien dengan viabilitas hepatosit yang optimal sangat dibutuhkan dalam rekonstruksi organoid hati. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan viabilitas hepatosit primer pada organoid hati dengan pergantian medium kultur dan tanpa pergantian medium kultur. Metode : Hepatosit primer yang diisolasi dari tikus Sprague Dawley-Rats (250gr, n=3) diko-kultur dengan sel punca mesenkimal asal tali pusat, sel punca CD34+ asal darah tali pusat dan LX2 dalam William’s E yang disuplementasi PRP selama 14 hari. Medium kultur diganti pada 48 jam, hari ke-7 dan hari ke-14 dan tidak dilakukan pergantian medium pada kelompok kontrol. Viabilitas hepatosit dianalisa dengan menggunakan Trypan Blue Exclusion Test pada 48 jam, hari ke-7 dan hari ke-14. Hasil : Viabilitas hepatosit pada organoid hati dengan pergantian medium kultur tampak lebih banyak dibandingkan tanpa pergantian medium kultur khususnya pada monokultur, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (nilai p>0,05). Kesimpulan : Viabilitas hepatosit pada organoid hati dengan pergantian medium kultur tidak berbeda secara signifikan dengan organoid hati tanpa pergantian medium kultur. Pergantian medium kultur pada monokultur mendukung viabilitas hepatosit hingga hari ke-14. Kata Kunci : Hepatosit, organoid hati, viabilitas, medium kultur
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
7

Pono, Putri, Ratih Restiani et Dwi Adityarini. « Elisitasi Saponin dalam Kultur Kalus Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) Menggunakan Asam Salisilat ». SCISCITATIO 2, no 2 (7 octobre 2021) : 45–53. http://dx.doi.org/10.21460/sciscitatio.2021.22.66.

Texte intégral
Résumé :
Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) digunakan dalam pengobatan tradisional karena mengandung senyawa metabolit sekunder berupa saponin, tannin, alkaloid, kuinon, steroid, polifenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Dari beberapa senyawa metabolit sekunder tersebut, saponin merupakan metabolit sekunder yang dominan dihasilkan oleh ginseng jawa dan diketahui memiliki banyak efek farmakologi. Elisitasi melalui kultur in vitro khususnya kultur kalus dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kandungan saponin menggunakan asam salisilat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam salisilat dan waktu elisitasi terhadap pertumbuhan kalus dan produksi saponin dalam kultur kalus Talinum paniculatum. Induksi dan produksi kalus T. paniculatum menggunakan media MS dengan kombinasi 2,4-D 2 mg/L + kinetin 3 mg/L. Kalus yang telah memasuki fase stationer (pada hari ke 58) digunakan untuk proses elisitasi. Elisitasi kalus menggunakan variasi konsentrasi asam salisilat 0,5 mM, 0,10 mM, 0,15 mM, 0,20 mM, 0,25 mM, 0,30 mM, 0,35 mM dan waktu inkubasi 3 hari, 6 hari, dan 9 hari. Ekstrak kalus selanjutnya diidentifikasi menggunakan KLT untuk mengetahui kandungan saponinnya melalui luas noda saponin. Penambahan konsentrasi asam salisilat sebesar (0,05 – 0,35 mM) dan waktu elisitasi (3-9 hari) pada kultur kalus T.paniculatum berpengaruh terhadap peningkatan biomassa kalus (0,056 – 0,069 gram) dibandingkan kontrol (0,054 gram) dan kandungan saponin dalam kalus. Kandungan saponin tertinggi sebesar 0,565 cm2pada perlakuan konsentrasi asam salisilat 0,30 mM dengan waktu inkubasi 6 hari
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
8

Sujarwani, Siyam, et Dadang Rusmana. « TEKNIK KULTUR DIATOM (Nitzschia sp.) UNTUK PENYEDIAAN LARVA ABALON (Haliotis squamata) ». Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 18, no 2 (14 décembre 2020) : 115. http://dx.doi.org/10.15578/blta.18.2.2020.115-117.

Texte intégral
Résumé :
Keberhasilan pembenihan abalon telah menyebar di kalangan masyarakat, yang mana teknologi tersebut diadopsi dari Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan, Gondol-Bali. Beberapa rintisan pemeliharaan abalon yang telah dilakukan adalah transportasi induk, pemeliharaan induk, dan pemijahan induk sampai pemeliharaan larva abalon dalam bak terkontrol. Dalam pemeliharaan larva diperlukan pakan awal yaitu Nitzschia sp. Untuk memenuhi pakan tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kultur Nitzschia sp. skala Laboratorium dan semi massal. Tujuan dari kultur diatom ini untuk mengetahui pertumbuhan dan kepadatan yang dihasilkan, sehingga kebutuhan pakan alami untuk larva abalon tercukupi. Kultur Nitzschia sp. pada skala laboratorium (2 L) menghasilkan kepadatan tertinggi pada hari keenam sebanyak 13.000.000 sel/mL. Sedangkan kultur Nizschia sp. semi massal (20 L) dapat memenuhi kebutuhan pakan alami untuk larva abalon, dengan kepadatan tertinggi pada hari keenam sebesar 8.300.000 sel/mL.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
9

Ajiningrum, Purity Sabila, Vivin Andriani, Diah karunia binawati, Tatang Sopandi, Arif yachya, Ngadiani, Pungky slamet wisnu kusuma et Sukarjati. « PENGENALAN DAN PELATIHAN TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN PADA GURU MGMP BIOLOGI SMA SE-JAWA TIMUR ». Jurnal Penamas Adi Buana 6, no 01 (20 juillet 2022) : 31–36. http://dx.doi.org/10.36456/penamas.vol6.no01.a5498.

Texte intégral
Résumé :
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik budidaya tanaman secara vegetatif yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman dengan waktu yang relatif singkat dengan menggunakan media tanam yang mengandung unsur hara mikro, makro dan zat pengatur tumbuh. Pengenalan dan pelatihan teknik kultur jaringan yang ditujuhkan kepada guru MGMP Biologi se-Jawa Timur dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pengetahuan dalam memperkenalkan kultur jaringan saat mengajar di kelas. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan virtual web conference. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan peserta mengalami kenaikan hasil sebesar 59,26% tentang pengenalan dan pelatihan teknik kultur jaringan (teknis kultur jaringan, tahap persiapan, tahap inisiasi, tahap multiplikasi, tahap aklimatisasi).
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
10

Ismiarti Ismiarti, Nadlirotun Luthfi et Beta Novia Putri. « Karakteristik Keju Lunak dengan Kultur Tunggal dan Campuran Lactobacillus rhamnosus dan Pediococcus pentosaceus pada Penyimpanan Dingin ». Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian 4, no 1 (28 septembre 2023) : 340–49. http://dx.doi.org/10.47687/snppvp.v4i1.657.

Texte intégral
Résumé :
Keju sebagai salah satu produk susu yang jenisnya sangat bervariasi, salah satunya keju lunak. Penambahan kultur bakteri asam laktat akan menghasilkan keju yang berpotensi sebagai keju probiotik. Penelitian bertujuan menganalisis kadar air, total asam tertitrasi, dan rendemen keju lunak dengan penambahan kultur tunggal dan campuran Lactobacillus rhamnosus dan Pediococcus pentosaceus pada penyimpanan dingin. Keju dibuat dari susu sapi, rennet hewani, kultur Lactobacillus rhamnosus dan Pediococcus pentosaceus. Penelitian eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 3 perlakuan dan 6 kali ulangan. Perlakuan terdiri atas P1: keju dengan penambahan 5% Lactobacillus rhamnosus, P2: keju dengan penambahan 5% Pediococcus pentosaceus, dan P3: keju dengan penambahan 5% kultur campuran Lactobacillus rhamnosus dan Pediococcus pentosaceus. Keju disimpan pada suhu 4-10°C dan dilakukan pengujian kadar air dan total asam tertitrasi pada hari ke 0, 10, dan 20. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi (Anova) dan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kultur tunggal dan campuran Lactobacillus rhamnosus dan Pediococcus pentosaceus berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan TAT (p<0,01) keju lunak pada pengamatan hari ke 0, 10, dan 20. Selain itu, penambahan kultur tersebut juga berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rendemen pada keju lunak yang dihasilkan. Kesimpulannya, penggunaan kultur campuran kurang efektif untuk menghasilkan keju lunak karena kultur Lactobacillus rhamnosus dan Pediococcus pentosaceus memiliki kemampuan yang berbeda dalam proses metabolisme pada media susu.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
11

Natadidjaja, Ronald Irwanto, Hadianti Adlani et Hadi Sumarsono. « Peningkatan Mutu Penggunaan Antibiotik Bijak Melalui Kesesuaian Temuan Hasil Kultur Dengan Kajian Risiko Pasien Menurut Model Regulasi Antimikroba Sistem Prospektif (Raspro) ». Journal of Hospital Accreditation 3, no 2 (23 juillet 2021) : 114–18. http://dx.doi.org/10.35727/jha.v3i2.47.

Texte intégral
Résumé :
Masalah Mutu: Standar 4 Kajian SNARS 2018 menyatakan bahwa rumah sakit wajib memiliki surveilens kepekaan kuman terhadap antibiotik. Hal ini harus menjadi dasar pertimbangan pembuatan Panduan Penggunaan Antibiotik (PPAB). Di sisi lain, timbulnya kuman Multi Drug Resistance (MDR) juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pemberian antibiotik empirik, selain berdasar pada pola kuman, juga sebaiknya mempertimbangkan berbagai faktor risiko timbulnya kuman MDR. Pilihan Solusi: Regulasi Antimikroba Sistem Prospektif (RASPRO) adalah sebuah model tataguna antimikroba yang disintesis dari berbagai kepustakaan dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kuman-kuman MDR pada surveilans kepekaan kuman, sehingga dapat mengarahkan klinisi pada peresepan antibiotik bijak. Implementasi: Kajian risiko yang dibuat dalam RASPRO menentukan bahwa immunocompromised dan/ atau dengan komorbid Diabetes Melitus yang tidak terkontrol atau dengan riwayat konsumsi antibiotik kurang dari 90 hari, dan/ atau riwayat perawatan di rumah sakit lebih dari 48 jam dalam waktu kurang dari 90 hari, dan/ atau riwayat penggunaan instrumen medis kurang dari 90 hari masuk dalam risiko MDR. Pasien-pasien yang tidak termasuk dalam kategori di atas akan masuk ke dalam prediksi infeksi oleh kuman multisensitif. Evaluasi dan Pembelajaran: Pada surveilans kepekaan kuman dengan data sekunder diambil dari sebuah rumah sakit swasta tipe B di Jakarta antara tahun 2016-2018, dengan rumus sampel tunggal, didapatkan 106 sampel kultur dari 86 pasien. Terdapat kesesuaian pada 54 dari 57 hasil kultur yang diambil dari pasien dengan kajian risiko infeksi kuman multisensitif (94,74%). Kesesuaian antara temuan hasil kultur MDR dengan kajian risiko model RASPRO terdapat pada 44 dari 49 kultur (89,80%), dengan 9 kultur menunjukkan Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL). Total kesesuaian hasil kultur dengan kajian risiko empirik model RASPRO mencapai 92,45%. Tingginya persentase kesesuaian temuan kultur kuman penyebab infeksi dengan kajian faktor risiko model RASPRO sepertinya dapat menjadi pertimbangan dalam mengarahkan klinisi dalam pemberian antibiotik empirik spektrum sempit dan luas pada praktek klinis sehari-hari di rumah sakit. Dengan praktik seperti ini kualitas penggunaan antibiotik diharapkan dapat meningkat.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
12

Shintiavira, Herni, Mochdar Soedarjo, Suryawati Suryawati et Budi Winarto. « Studi Pengaruh Substitusi Hara Makro dan Mikro Media MS dengan Pupuk Majemuk dalam Kultur In Vitro Krisan ». Jurnal Hortikultura 22, no 4 (3 octobre 2016) : 334. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v22n4.2012.p334-341.

Texte intégral
Résumé :
<p>Studi substitusi hara makro dan mikro media Murashige &amp; Skoog (MS) menggunakan pupuk majemuk untuk meningkatkan efisiensi kultur in vitro krisan (Dendranthema grandiflora) dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Kebun Percobaan Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) dari Bulan Januari hingga Desember 2010. Aplikasi pupuk majemuk sebagai substitusi hara makro-mikro MS diharapkan dapat menurunkan biaya produksi benih melalui kultur in vitro, khususnya dalam penyediaan media tanam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan kombinasi pupuk majemuk dalam meningkatkan efisiensi aplikasi kultur in vitro krisan. Varietas yang diuji ialah D. grandiflora cv. Dwina Kencana dan Pasopati, sementara pupuk majemuk yang digunakan ialah Hyponex Hijau (20:20:20), Hyponex Merah (25:5:20), dan Growmore (32:10:10) dengan komposisi uji (1) media ½ MS + 0,1 mg/l indole acetic acid (IAA) sebagai kontrol, (2) 1 g/l Hyponex Hijau + 0,1 mg/l IAA, (3) 2 g/l Hyponex Hijau + 0,1 mg/l IAA, (4) 3 g/l Hyponex Hijau + 0,1 mg/l IAA 0,1, (5) 1 g/l Hyponex Merah + 0,1 mg/l IAA, (6) 2 g/l Hyponex Merah + 0,1 mg/l IAA, (7) 3 g/l Hyponex Merah + 0,1 mg/l IAA, (8) 1 g/l Growmore + 0,1 mg/l IAA, (9) 2 g/l Growmore + 0,1 mg/l IAA, dan (10) 3 g/l Growmore + 0,1 mg/l IAA. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis varietas dan media kultur berpengaruh terhadap keberhasilan kultur in vitro krisan. Varietas Dwina Kencana memiliki respons pertumbuhan yang lebih baik dibanding varietas Pasopati. Konsentrasi 3 g/l Hyponex Hijau yang ditambah dengan 0,1 mg/l IAA merupakan medium pengganti medium ½ MS terbaik yang mampu mendukung pertumbuhan eksplan pada Dwina Kencana maupun Pasopati. Pada umur 8 minggu setelah kultur, perlakuan tersebut memberikan rerata terbaik jumlah daun, jumlah nodus, jumlah akar, panjang akar, dan berat basah planlet. Aplikasi medium tersebut mampu menekan biaya penyediaan medium kultur per liter hingga 34,7% dibanding biaya penyediaan medium ½ MS yang mencapai Rp6.561,00 per liter. Aplikasi hasil penelitian ini memberikan dampak positif terhadap efisiensi biaya produksi kultur in vitro krisan, khususnya terkait dengan penyediaan media kultur.</p>
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
13

Mulyaningrum, Sri Redjeki Hesti, Rohama Daud et Badraeni Badraeni. « PROPAGASI VEGETATIF RUMPUT LAUT Gracilaria sp. MELALUI KULTUR JARINGAN ». Jurnal Riset Akuakultur 9, no 2 (30 août 2014) : 203. http://dx.doi.org/10.15578/jra.9.2.2014.203-214.

Texte intégral
Résumé :
Kultur jaringan merupakan salah satu metode untuk menghasilkan bibit rumput laut secara kontinu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan bibit rumput laut Gracilaria sp. pada setiap tahapan proses propagasi vegetatif melalui kultur jaringan. Propagasi di laboratorium dilakukan selama 60 hari menggunakan kontainer kaca berkapasitas 2 L dengan kepadatan eksplan 1.000; 1.500; dan 2.000 eksplan/kontainer, selanjutnya dilakukan aklimatisasi eksplan di tambak menggunakan hapa berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm selama 60 hari dengan kepadatan eksplan 10, 20 dan 30 g/hapa. Propagasi di tambak dilakukan selama lima bulan dengan metode long line dan setiap 30 hari dilakukan perbanyakan bibit dan pengamatan terhadap pertumbuhan. Desain penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan untuk masing-masing perlakuan. Parameter yang diamati adalah sintasan eksplan di laboratorium, pertumbuhan, dan perkembangan bibit. Hasil yang diperoleh pada kultur di laboratorium yaitu sintasan tertinggi (45,38%) diperoleh pada kepadatan 1.500 eksplan/kontainer, pada aklimatisasi di tambak kepadatan eksplan hingga 30 g tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan harian bibit (P>0,05); bobot mutlak tertinggi diperoleh pada perlakuan 30 g/hapa. Laju pertumbuhan bibit rumput laut hasil kultur jaringan pada propagasi di tambak berada pada kisaran 2,33%-4,31%.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
14

Khusminatun, Khusminatun, et Makhful Makhful. « Kultur Sekolah dalam Peningkatan Perilaku Keagamaan Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Purwokerto ». Alhamra Jurnal Studi Islam 1, no 2 (19 mars 2021) : 118. http://dx.doi.org/10.30595/ajsi.v1i2.10129.

Texte intégral
Résumé :
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kultur sekolah dalam peningkatan perilaku keagamaan siswa serta faktor pendukung dan penghambatnya di SMK N 2 Purwokerto Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif yang di dalamnya mendeskripsikan mengenai kultur sekolah dalam peningkatan perilaku keagamaan siswa di SMK N 2 Purwokerto. Metode pengumpulan data berupa dokumentasi dan wawancara. Analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi data dan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa kultur sekolah di SMK N 2 Purwokerto dalam peningkatan perilaku keagamaan siswa yaitu salat Dzuhur dan Ashar berjamaah, tadarus Al-Qur’an, salat Dhuha, salat Jum’at berjamaah dan Infaq setiap hari. Kultur sekolah berperan dalam peningkatan perilaku keagamaan siswa, hal ini dapat dilihat dari perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik, disiplin waktu, lebih peduli terhadap lingkungan sekitar karena terbiasa salat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, salat Dhuha dan berinfaq setiap hari. Faktor pendukung pelaksanaan kultur sekolah dalam peningkatan perilaku keagamaan siswa antara lain 1) dukungan orang tua, 2) manajemen sekolah, 3) lingkungan sekitar 4) seleksi yang ketat untuk calon siswa baru dan 5) faktor dari diri sendiri. Faktor penghambatnya yaitu 1) usia remaja dan 2) pengaruh teman sebaya.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
15

Lubis, Bugis Mardina, Nelly Nelly, Beby Syofiani, Pertin Sianturi, Emil Azlin et Guslihan Dasa Tjipta. « Hubungan Kultur Darah Pasien Tersangka Sepsis dengan Nilai Prokalsitonin dan C- ReactiveProtein ». Sari Pediatri 15, no 1 (16 novembre 2016) : 5. http://dx.doi.org/10.14238/sp15.1.2013.5-9.

Texte intégral
Résumé :
Latar belakang.Diagnosis sepsis neonatorum sering sulit ditegakkan karena gejala klinis yang tidak spesifik pada neonatus sedangkan pemeriksaan kultur darah merupakan baku emas namun pemeriksaan tersebut hasilnya baru dapat diketahui setelah beberapa hari. Pada beberapa penelitian, nilai prokalsitonin akan meningkat saat sepsis sehingga sudah dikenal sebagai petanda infeksi pada penyakit beratTujuan.Mengetahui hubungan kultur darah dengan nilai prokalsitonin dan C-reactive proteinpada pasien tersangka sepsisMetode. Penelitian menggunakan studi potong lintang yang dilakukan di Divisi Neonatologi RS. H. Adam Malik Medan pada bulan Oktober 2011 – Februari 2012Hasil. Didapatkan 43 bayi diperiksa kultur darahnya dan sebanyak 36 bayi terbukti postif (83.7%). Terdapat hubungan yang bermakna antara hasil kultur darah dengan nilai prokalsitonin (p<0,05) sedangkan dengan nilai CRP tidak terdapat hubungan.Kesimpulan.Hasil kultur darah mempunyai hubungan dengan nilai prokalsitonin.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
16

Setyawati, Febri, Woro Hastuti Satyantini, Muhammad Arief et Kismiyati Kismiyati Pujiastuti. « TEKNIK KULTUR Tetraselmis chuii DALAM SKALA LABORATORIUM DI PT. CENTRAL PERTIWI BAHARI, REMBANG, JAWA TENGAH ». Journal of Aquaculture and Fish Health 7, no 2 (1 juin 2018) : 63. http://dx.doi.org/10.20473/jafh.v7i2.11249.

Texte intégral
Résumé :
Pakan merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya perikanan, karena berpengaruh terhadap ketahanan dan perkembangan larva. Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Salah satu jenis pakan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan pakan budidaya yaitu fitoplankton jenis Tetraselmis chuii. Mikroalga Tetraselmis chuii merupakan salah satu mikroalga yang mudah dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak 4%, dan karbohidrat sebanyak 21%. Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk mempelajari, memahami, serta mempraktekkan secara langsung tentang teknik kultur pakan alami Tetraselmis chuii skala laboratorium dan mengetahui kendala dalam teknik kultur pakan alami Tetraselmis chuii skala laboratorium. Pertumbuhan Tetraselmis chuii dalam kultur skala labolatorium mengalami puncak populasi pada hari keenam mencapai 3.240.000 sel/ml. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Tetraselmis chuii sangat lama. Didapatkan inokulasi awal 550.000 sel/ml dan mengalami peningkatan hingga hari keenam. Hal ini menunjukan pertumbuhan Tetraselmis chuii mengalami fase eksponensial. Kemudian, pada hari ketujuh mengalami penurunan mencapai 209.000 sel/ml lalu pada hari kedelapan mengalami peningkatan mencapai 249.000 sel/ml diduga mengalami periode kriptik, yaitu sel-sel yang masih hidup memanfaatkan tambahan nutrisi dari sel-sel yang lisis. Pertumbuhan Tetraselmis chuii hari kesembilan sampai hari keempatbelas mengalami penurunan hingga 186.000 sel/ml
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
17

Rohmah, Martina Kurnia. « Pengaruh Jenis Substrat dan Serum Terhadap Aktivitas Penempelan, Proliferasi, dan Diferensiasi Kultur Sel Myoblast C2C12 ». LenteraBio : Berkala Ilmiah Biologi 10, no 2 (27 juillet 2021) : 134–39. http://dx.doi.org/10.26740/lenterabio.v10n2.p134-139.

Texte intégral
Résumé :
Kultur sel myoblast sering digunakan dalam berbagai penelitian seperti organogenesis, regenerasi jaringan otot, serta terapi perbaikan otot. Kemampuan proliferasi dan differensiasi yang baik, sangat menentukan keberhasilan kultur sel myoblast. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis substrat dan serum terhadap aktivitas proliferasi dan diferensiasi guna mengoptimalkan metode kultur myoblast. Penelitian merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium menggunakan sel myoblast C2C12 dengan medium DMEM. Jenis substrat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: SuI (polysterene plate), SuII (polysterene plate + collagen coated), SuIII (glass bottom slide), dan SuIV (glass bottom slide + collagen coated). Adapun serum yang digunakan pada penelitian ini adalah: Sr0 (tanpa medium), SrI (10% HS), SrII (10% FBS), dan SrIII (10% HS + 10% FBS). Pengamatan kultur dilakukan pada hari ke-0, 3, 5, 7, 9, dan 12. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengelupasan sel (detach) pada kultur dengan substrat SuI, SuII, SuIII, dan SuIV berturut-turut pertama kali teramati pada hari ke 3, 5, 9, dan 12. Jenis serum juga berpengaruh terhadap aktivitas proliferasi dan differensiasi. Berdasarkan analisis One Way Anova diketahui bahwa terdapat perbedaan antar setiap perlakuan (p=0.000) dengan persentase pertumbuhan sel tertinggi terdapat pada kultur kelompok SrII (90%), diikuti oleh SrIII (72.5%), SrI (35.6%), dan Sr0 (17.4%). Pada pengamatan differensiasi menunjukkan bahwa mytube paling banyak terbentuk pada SrI, diikuti SrIII, SrII, dan Sr0. Penelitian ini menunjukkan jenis substrat paling baik untuk kultur myoblast adalah dengan bahan glass bottom slide dengan collagen coated. Serum yang paling baik untuk aktivasi proliferasi adalah 10%FBS sedangkan untuk differensiasi adalah 10%HS.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
18

Rosmiati, Rosmiati, Harlina Harlina, Emma Suryati, Rohama Daud et Herlinah Herlinah. « PERFORMA BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa HASIL KULTUR JARINGAN DENGAN BUDIDAYA METODE SEBAR (BROADCAST) DI TAMBAK KABUPATEN SINJAI ». Jurnal Riset Akuakultur 14, no 3 (31 décembre 2019) : 145. http://dx.doi.org/10.15578/jra.14.3.2019.145-152.

Texte intégral
Résumé :
Rumput laut Gracilaria verrucosa asal Kabupaten Sinjai memiliki kualitas paling rendah di antara semua sentra produksi Gracilaria sp. di Sulawesi Selatan. Hal ini salah satunya dikarenakan oleh bibit yang buruk. Penyediaan benih rumput laut yang berkualitas dapat dilakukan salah satunya dengan penggunaan bibit hasil kultur jaringan. Perbanyakan bibit Gracilaria verucosa dapat dilakukan dengan menggunakan metode tali panjang long line maupun metode sebar (broadcast) di tambak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respons pertumbuhan, kandungan agar, dan kekuatan gel (gel strength) dari bibit G. verucosa hasil kultur jaringan di tambak Kabupaten Sinjai. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan dua perlakuan dan tiga ulangan yaitu perlakuan A (bibit kultur jaringan) dan B (bibit lokal) dengan berat awal masing-masing 10 kg. Pemeliharaan bibit dengan metode sebar dilakukan selama 30 hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian (DGR), kandungan agar dan gel strength bibit kultur jaringan dan bibit lokal menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Secara kuantitas hasil produksi bibit hasil kultur jaringan memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi daripada bibit lokal dengan berat akhir bibit 44,3 ± 4,16 kg hasil kultur jaringan dan 33,0 ± 4,35 kg lokal dengan DGR 4,97% bobot/hari (kultur jaringan) dan 3,90% bobot/hari (lokal). Secara kualitas bibit hasil kultur jaringan lebih baik dari bibit lokal, ditunjukkan dengan persentase kandungan agar bibit hasil kultur jaringan lebih tinggi daripada bibit lokal dengan rendemen agar 22,19 ± 2,45% (kultur jaringan) dan 16,50 ± 0,96% (lokal), sementara gel strength sebesar 204,20 ± 0,45 g/cm2 (hasil kultur jaringan) dan 128,10 ± 1,55 g/cm2 (bibit lokal).Seaweed Gracilaria verrucosa from Sinjai Regency has the lowest quality among all Gracilaria sp. Production centers in South Sulawesi due to the low quality of the seed. The seed quality can be improved using seed selection, followed by tissue-culture methods. Long-line and broadcast methods in brackishwater ponds are the efficient seaweed culture techniques to multiply the number of Gracilaria verrucosa seeds. This research was aimed to determine growth performance, gel content, and gel strength of seeds produced from tissue-culture and local seaweed farming. The experiment consisted of two treatments: treatment A (cells culture seed) and B (local seed) with the initial weight of 10 kg, each has three replicates. Both seeds were stocked and reared in the ponds using the broadcast method for 30 days. The results of DGR, gel content and gel strength showed a significant difference between tissue-cultured and local seeds (P<0.05). The tissue-cultured seed had better growth than the local seed with 4.97% mass/day for tissue-cultured seed and 3.90 mass/day for local seed. The tissue-culture seed also had better quality in agar content and gel strength. The agar content of tissue-cultured was 22.19 ± 2.45% and the local was 16.50 ± 0.96%. The gel strength of tissue-culture was 204.20 ± 0.45 g/cm2, and the local was 128.10 ± 1.55 g/cm2.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
19

Usman, Zainal, Budiyati Budiyati, Siti Aisyah Saridu et Eriyanti Wahid. « Kultur Biofilm Spirulina sp. dengan Flash chamois synthetic Sebagai Substrat ». Jurnal Salamata 2, no 1 (30 juin 2020) : 42. http://dx.doi.org/10.15578/salamata.v2i1.11255.

Texte intégral
Résumé :
ABSTRAKMikroalga dalam budidaya perikanan terutama dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk pemeliharaan larva ikan, udang dan sebagai makanan utama dalam budidaya kekerangan. Selain itu, tepung mikroalga juga mulai diujikan pemanfaatannya sebagai sumber protein dalam pakan buatan. Tantangan dalam produksi biomassa mikroalga yaitu efisiensi panen dan besarnya kebutuhan air. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi biomassa dan meminimalisir penggunaan air adalah dengan melakukan kultur biofilm mikroalga. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone dengan menguji penggunaan substrat untuk kultur biofilm Spirulina sp. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan yaitu perlakuan kultur dengan substrat berupa flash chamois synthetic dan kultur tanpa substrat (konvesional). Spirulina sp. dikultur selama 7 hari dan diukur produktivitasnya berdasarkan berat kering. Hasil penelitian menunjukkan berat kering Spirulina sp. pada perlakuan dengan substrat dan tanpa substrat berbeda nyata (P<0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan potensi penggunaan flash chamois synthetic sebagai substrat dalam kultur biofilm Spirulina sp.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
20

Sumiati, Tuti, et Agus Sunarto. « ISOLASI KOI HERPESVIRUS (KHV) DARI BEBERAPA ORGAN TARGET DENGAN MENGGUNAKAN KULTUR SEL KT-2 ». Jurnal Riset Akuakultur 7, no 1 (30 avril 2012) : 93. http://dx.doi.org/10.15578/jra.7.1.2012.93-100.

Texte intégral
Résumé :
Kasus kematian massal pada ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) yang disebabkan oleh koi herpesvirus (KHV) terjadi sejak tahun 2002 dan masih berlangsung hingga sekarang. Pemilihan sampel yang tepat sangat penting untuk mendeteksi dan mengidentifikasi penyakit KHV tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jaringan yang menjadi target infeksi KHV dengan cara isolasi virus menggunakan kultur sel KT-2. Kultur sel diinokulasi dengan ekstrak jaringan organ target (otak, mata, insang, ginjal, limfa, hati, jantung, dan usus, serta gabungan insang, ginjal, dan limfa) dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 14 hari. Kerusakan sel terjadi pada kultur sel yang diinokulasi dengan ekstrak dari jaringan insang, ginjal dan gabungan organ insang, ginjal, dan limfa. Uji PCR dari media kultur dan sel yang mengalami CPE menunjukkan bahwa CPE disebabkan oleh KHV.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
21

Elystia, Shinta, Tria Bela Novira et Sri Rezeki Muria. « SISTEM KULTUR SEMIKONTINU DALAM PRODUKSI LIPID DAN PENYISIHAN COD MENGGUNAKAN KONSORSIUM MIKROALGA DARI PALM OIL MILL EFFLUENT (POME) ». JST (Jurnal Sains dan Teknologi) 10, no 1 (24 mars 2021) : 28–39. http://dx.doi.org/10.23887/jstundiksha.v10i1.24099.

Texte intégral
Résumé :
Penggunaan energi sebagian besar masih berasal dari sumber energi tidak terbarukan yang jumlahnya semakin berkurang. Produksi biofuel dari kadar lipid dalam biomassa konsorsium mikroalga dapat menjadi salah satu energi alternatif dalam menghasilkan energi terbarukan. Palm Oil Mill Effluent (POME) mengandung bahan organik yang dapat menjadi sumber nutrisi untuk pertumbuhan konsorsium mikroalga seiring terjadinya penyisihan COD pada air limbah. Produktivitas biomassa dan kadar lipid akan meningkat setelah dilakukan pergantian limbah sebagai penambahan nutrisi pada medium kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan konsorsium mikroalga, kadar lipid yang dihasilkan, serta efisiensi penyisihan COD pada POME. Kultivasi dilakukan dengan mengganti setengah volume kultur dengan fresh POME pada periode pergantian limbah setiap 3, 4, dan 6 hari selama 12 hari kultivasi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kultivasi terbaik terdapat pada pergantian limbah setiap 6 hari dengan kerapatan sel mikroalga 1,01 x 107 sel/ml, kadar lipid 19,33%, serta efisiensi penyisihan COD 81,25%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem semikontinu dengan adanya pergantian limbah dapat meningkatkan kerapatan sel mikroalga karena nutrisi dalam medium kultur terpenuhi, sehingga kadar lipid dan efisiensi penyisihan COD yang dihasilkan akan semakin meningkat. Kata Kunci : Konsorsium Mikroalga, Palm Oil Mill Effluent (POME), Periode Pergantian Limbah, Kadar Lipid, COD
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
22

Gunawan, Gunawan, Suhendro Suwarto, Cleopas Martin Rumende et Kuntjoro Harimurti. « Pengaruh Penggunaan Antibiotika Terhadap Lama Hari Sakit dan Lama Kehilangan Hari Kerja pada Pasien Infeksi Pernapasan Akut Bagian Atas pada Pelayanan Kesehatan Primer ». Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 1, no 1 (25 janvier 2017) : 41. http://dx.doi.org/10.7454/jpdi.v1i1.36.

Texte intégral
Résumé :
Pendahuluan. Prevalensi infeksi saluran pernapasan bagian atas akut (ISPA) di komunitas masih tinggi dan menyebabkan morbiditas dan penurunan kualitas hidup masyarakat secara luas. Etiologi tersering dari infeksi pernapasan akut di luar negeri adalah virus, selain itu terdapat etiologi bakteri yang memerlukan terapi antibiotika yang spesifik. Penggunaan antibiotika untuk infeksi pernapasan akut berlebihan, dan hal ini menyebabkan peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola etiologi infeksi pernapasan akut, kesesuaian pemberian antibiotika dan perbedaan rerata lama sakit dan lama kehilangan hari kerja.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pengambilan data secara potong lintang dan kohort prospektif dengan sampel yang diambil secara berurutan dari pasien ISPA yang berobat ke Puskesmas Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur dan KDK “Kayu Putih” serta “Kiara” pada bulan Agustus hingga Desember 2011. Pada 100 pasien ISPA yang berobat dilakukan pemeriksaan kultur resistensi bakteri dan uji antigen influenza melalui swab tenggorok dan nasofaring, dan pemeriksaan darah perifer rutin. Perbedaan lama hari sakit dan lama kehilangan hari kerja dianalisa menggunakan uji beda dua median Mann Whitney karena data berdistribusi bukan normal.Hasil. Hasil kultur bakteri positif pada 34% pasien ISPA, hasil uji antigen influenza positif untuk influenza A pada 3% pasien, dan 63 % pasien belum diketahui penyebabnya. Hasil kultur bakteri terbanyak berturut-turut adalah Klebsiella pneumonia (47,1%), Streptococcus pyogenes (14,7%) dan Staphylococcus aureus (14,7%). Jenis antibiotika terbanyak yang mengalami resistensi adalah ampicillin (20 isolat), tetracycline (8 isolat), benzylpenicillin (4 isolat), amoxicillin/clavulanic acid (3 isolat). Kesesuaian pemberian antibiotika dengan hasil kultur bakteri ditemukan pada 56 pasien ISPA (56%). Median lama hari sakit pada kelompok pasien ISPA yang mendapatkan pengobatan antibiotika tidak berbeda dibandingkan dengan tanpa pengobatan antibiotika (4 hari dengan 3,5 hari; p=0,054). Median lama kehilangan hari kerja pada kelompok pasien ISPA yang mendapatkan pengobatan antibiotika tidak berbeda dibandingkan dengan tanpa pengobatan antibiotika (1 hari dengan 1 hari; p=0,629)Simpulan. Penyebab infeksi saluran pernapasan akut bagian atas pada penelitian ini adalah bakteri sebanyak 34% dengan bakteri Gram negatif terbanyak adalah Klebsiella pneumonia dengan antibiotika yang sensitif dengan antibiotika golongan Penicillin beta laktamase dan golongan aminoglikosida serta makrolid, virus influenza A sebanyak 3% dan etiologi yang belum diketahui sebanyak 63%. Proporsi kesesuaian penggunaan antibiotika di Puskesmas Kecamatan Pulogadung dan Klinik Kedokteran Keluarga Kayu Putih serta Kiara sebesar 56%. Pemberian antibiotika tidak memberikan perbedaan lama hari sakit dan lama kehilangan hari kerja.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
23

Nurmaningrum, Diah, Yulita Nurchayati et Nintya Setiari. « Mikropropagasi Tunas Alfalfa (Medicago sativa L.) pada Kombinasi Benzil amino purin (BAP) dan Thidiazuron (TDZ) ». Buletin Anatomi dan Fisiologi 2, no 2 (8 novembre 2017) : 211. http://dx.doi.org/10.14710/baf.2.2.2017.211-217.

Texte intégral
Résumé :
Teknologi kultur jaringan menjadi alternatif teknologi yang mampu menyediakan bibit secara massal, seragam dan relatif cepat. Multiplikasi tunas dari kultur pucuk merupakan tahap untuk mendukung pembentukan planlet dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) sitokinin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh ZPT Benzil Aminopurin (BAP) dan thidiazuron (TDZ) terhadap pembentukan tunas alfalfa pada media kultur serta mengetahui konsentrasi kedua ZPT dalam membentuk tunas secara optimal. Kultur pucuk diperoleh dari kecambah aseptik berumur 10 hari, dan ditumbuhkan di dalam medium Murashige&Skoog (MS). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 kombinasi dari 2 faktor berupa 2 macam sitokinin. Faktor pertama adalah BAP dengan konsentrasi 0; 0,3; 0,6: 0,9 mg/L dan faktor kedua adalah TDZ dengan konsentrasi 0; 0,9; 0,6; 0,3 mg/L. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA, dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inisiasi tercepat (2,33 hari) terdapat pada perlakuan kombinasi BAP 0,3 mg/L dan TDZ 0,9 mg/L, sedangkan jumlah tunas terbanyak (8,00) diperoleh pada perlakuan kombinasi BAP 0,9 mg/L dan TDZ 0,3 mg/L. Tunas terpanjang terdapat pada media tanpa ZPT (kontrol). Kesimpulannya kombinasi BAP dan TDZ di dalam media MS efektif mempercepat waktu inisiasi dan meningkatkan pertumbuhan tunas alfalfa. Kata kunci : alfalfa (Medicago sativa), induksi pertunasan, BAP, TDZ
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
24

Anggraeni, Anggraeni, Eva Utami et Robby Gus Mahardika. « Pengaruh Salinitas terhadap Kepadatan Populasi dan Konsentrasi Klorofil-a Spirulina pada Media Kultur Modifikasi Walne dan Air Limbah Budidaya Ikan ». EKOTONIA : Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi 7, no 2 (31 décembre 2022) : 112–20. http://dx.doi.org/10.33019/ekotonia.v7i2.3729.

Texte intégral
Résumé :
Spirulina merupakan mikroalga hijau kebiruan yang mengandung klorofil-a. Kandungan klorofil-a Spirulina sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan pada media kultur, salah satunya salinitas. Salinitas yang optimal dapat meningkatkan kadar pigmen klorofil-a, namun peningkatan kadar salinitas juga memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan Spirulina, karena dapat menghambat proses fotosintesis, respirasi dan penyerapan nutrisi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan salinitas terhadap penyerapan nutrisi media kultur yang dilihat dari kepadatan sel dan konsentrasi klorofil-a. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratoris. Kadar salinitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppt. Media kultur dimodifikasi dengan penambahan nutrisi walne dan air limbah budidaya ikan dengan perbandingan 1:1, dengan waktu kultur selama 20 hari. Hasil penelitian menunjukkan kepadatan sel tertinggi terdapat pada salinitas 30 ppt sebesar 0,635±0,091 dan terendah pada salinitas 0 ppt sebesar 0,293±0,037. Kepadatan sel tertinggi pada semua salinitas rata-rata terjadi pada hari ke-8 hingga ke-10. Konsentrasi klorofil-a tertinggi pada salinitas 10 ppt sebesar 107,153 mg/L dan terendah pada salinitas 25 ppt sebesar 19,684 mg/L. Pada kadar salinitas yang lebih tinggi menghasilkan konsentrasi klorofil-a yang lebih rendah. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa peningkatan salinitas memberi pengaruh terhadap kepadatan populasi, namun tidak pada konsentrasi klorofil-a Spirulina.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
25

Nur Rohman, Muhammad Taufiq, Fiki Inderasyah et Mastuhi. « IMPLEMENTASI RELIGIUS KULTUR DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP ASSALAAM BANDUNG ». Al-Hasanah : Jurnal Pendidikan Agama Islam 8, no 1 (30 juin 2023) : 49–60. http://dx.doi.org/10.51729/81125.

Texte intégral
Résumé :
Sistem pendidikan Agama Islam di sekolah merupakan bentuk penjabaran dari amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam rangka mempersiapkan siswa untuk menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan bermoral, tetapi dalam prakteknya mereka telah ditarik kritik dari publik bahwa PAI di sekolah selama ini dinilai hanya membekali peserta didik ilmu agama (kognitif) kurang penekanan pada aspek praktek (afektif dan psikomotor). Diperlukan pengembangan PAI itu sendiri, sehingga PAI tidak hanya pengetahuan yang terbatas tetapi juga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai bentuk menanggulangi permasalahan dan hambatan di lingkungan sehari-hari oleh guru dan siswa. Oleh karena itu, perlu untuk membangun religius kultur dalam kegiatan keagamaan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan praktek afektif yang selaras dengan tujuan pendidikan. Tujuan penulisan artikel ini untuk mengimplementasikan sistem religius kultur dalam membentuk karakter siswa di SMP Assalaam Bandung. Pendekatan ini menggunakan kualitatif, melalui metode studi kasus. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa implementasi religius kultur sudah berjalan dari dulu dan juga didukung dengan kurikulum khusus yaitu kurikulum keassalaman yang menjadi sarana religius kultur di sekolah. Meskipun sudah terimplementasikan masih ada saja hambatan dan permasalahan yang dirasakan oleh Kepala Sekolah, PKS Kurikulum, Kesiswaan, guru PAI.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
26

Nazari, Yudhi Ahmad. « KONDISI STATUS HARA TANAH DAN JARINGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis jacq) YANG TERDAPAT DI KEBUN KELAPA SAWIT BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ». ZIRAA'AH MAJALAH ILMIAH PERTANIAN 45, no 3 (28 septembre 2020) : 274. http://dx.doi.org/10.31602/zmip.v45i3.3375.

Texte intégral
Résumé :
Pemupukan merupakan suatu upaya penyediaan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) yang maksimal dan ekonomis serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan unsur-unsur hara yang terdapat di dalam daun kelapa sawit dan tanah dari aplikasi pemupukan yang telah diberikan melalui pengambilan contoh daun dan tanah. Penelitian ini dilaksanakan di kebun kelapa sawit Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Penelitian ini dilakukan dengan mengambil contoh daun sebanyak 60 sampel daun yang terletak pada pelepah daun kelapa sawit ke-17 dan mengambil 4 contoh tanah yang telah dikompositkan dari beberapa titik pengambilan di sekitar pohon kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya kandungan hara yang terdapat pada tanah dan jaringan tanaman kelapa sawit, sehingga perlu adanya perbaikan kultur teknis di kebun kelapa sawit.kata kunci : Status hara, Kultur Teknis, Kelapa Sawit.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
27

Bimantara, Dony Rosmana, Gatut Hardianto et Kartuti Debora MS. « Jahe Mengurangi Koloni Uropathogenic Escerichia coli pada Wanita Menopause dengan Infeksi Saluran Kemih Asimtomatis ». Majalah Obstetri & ; Ginekologi 24, no 1 (21 juillet 2017) : 1. http://dx.doi.org/10.20473/mog.v24i1.2754.

Texte intégral
Résumé :
Tujuan: Membuktikan pengaruh jahe terhadap jumlah koloni uropathogenic Escerichia coli pada kultur urin dari wanita menopause dengan infeksi saluran kemih asimtomatis.Bahan dan Metode: Penelitian pra-eksperimental one group pretest-posttest design. Jahe dengan jenis dan usia panen sama diolah menjadi kapsul serbuk jahe. Subyek penelitian diperoleh di poli Geriatri dan Menopause RSUD.Dr.Soetomo Surabaya. Setiap subyek diberikan kapsul serbuk jahe selam 5 hari. Dilakukan kultur urin tampung porsi tengah untuk identifikasi dan hitung jumlah koloni sebelum dan sesudah perlakuan.Hasil: Dari 52 partisipan, didapatkan 12 subyek dengan hasil identifikasi dan hitung koloni kultur sebelum perlakuan yang positif uropathogenic Escerichia coli, 5 subyek dengan hitung koloni ≥ 105 cfu/ml dan 7 subyek <105 cfu/ml. Didapatkan 11 subyek dengan hasil hitung koloni kultur ulangan steril dan 1 subyek dengan hasil hitung koloni kultur ulangan tetap positif dengan jumlah koloni menurun (104 cfu/ml menjadi 2x103 cfu/ml). Uji banding penurunan jumlah koloni Escerichia coli kultur urin sebelum dan sesudah pemberian kapsul jahe adalah p=0,001 (p<005). Terjadi penurunan jumlah koloni Escerichia coli sebelum dan sesudah perlakuan secara bermakna.Simpulan: Jahe menurunkan jumlah koloni uropathogenic Eschericia coli dari urin wanita menopause dengan infeksi saluran kemih asimtomatis
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
28

Ardika, Kadek, Muhdiat Muhdiat et I. Nyoman Restiada. « PENGGUNAAN JENIS PAKAN BERBEDA PADA KULTUR ROTIFER (Brachionus rotundiformis) ». Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 11, no 1 (9 décembre 2016) : 57. http://dx.doi.org/10.15578/blta.11.1.2013.57-60.

Texte intégral
Résumé :
Keberhasilan kultur rotifer akan sangat tergantung dari jenis dan mutu pakan yang diberikan. Beberapa jenis fitoplankton yang dapat digunakan sebagai pakan rotifer adalah Nannochloropsis oculata dan Tetraselmis sp. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis pakan berbeda terhadap pertumbuhan populasi rotifer, yaitu jenis fitoplankton Nannochloropsis oculata dan Tetraselmis tetrahele, dengan dosis pemberian pakan sebagai berikut: Nannochloropsis oculata 250.000 sel/ind./hari, sedangkan Tetraselmis tetrahele 25.000 sel/ind./hari diberikan dua kal i sehari , kepadatan awal rotifer sebanyak 20 ind./mL, wadah kultur menggunakan bak fiber glas volume 30 liter sebanyak 6 buah dengan menerapkan tiga ulangan pada masing-masing perlakuan. Hasil pengamatan pertumbuhan rotifer selama 4 hari, menunjukkan bahwa kepadatan populasi rotifer tertinggi diperoleh pada pemberian jenis pakan Tetraselmis tetrahele dengan kepadatan 436 ind./mL, sedangkan pada pemberian jenis pakan Nannochloropsis oculata hanya 168 ind./mL.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
29

Pujiwati, Hesti, Munif Ghulamahdi, Sudirman Yahya, Sandra Arifin Aziz et Oteng Haridjaja. « Tanggap Kedelai Hitam terhadap Cekaman Aluminium pada Kultur Hara ». Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 35, no 2 (30 août 2016) : 149. http://dx.doi.org/10.21082/jpptp.v35n2.2016.p149-154.

Texte intégral
Résumé :
Al-stress on soybean causes inhibited root growth. Root length sensitivity index might be an indicator of roots tolerance to Alstress. Hematoxylin staining can be used to visualize the movement of Al in plant root tissues. This study was aimed to determine the tolerance level of soybean genotypes to the gradual Al concentrations. The experiment was conducted from February to April 2014, at the greenhouse in Cikabayan Experiments Garden, IPB, using a 4 x 3 factorial treatments in a completely randomized design, three replications. The first factor was the concentration of Al ie: without Al (A0); 0.5 mM Al (A1); 0.7 mM Al (A2) and 0.9 mM (A3). The second factor was the soybean varieties including: Tanggamus, Cikuray, and Ceneng. The observation of variable included root length sensitivity index based on hematoxylin staining, demonstrating the movement of Al on the tolerance and sensitive varieties. Results showed that: 1) Tanggamus was tolerance at 0.5 mM Al concentration and was moderate at 0.7 and 0.9 mM Al, 2) Cikuray was tolerance to a concentration up to 0.5 mM and was moderate at 0.7 mM Al but was sensitive to the concentration of 0.9 mM Al, 3) Ceneng was sensitive at concentration of 0.5 to 0.9 mM Al, 4) Staining hematoxylin indicated the root tissue advanced damages and darker blue color on the susceptible varieties, in comparison with the tolerant ones.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
30

Lestari, Aprilia Citra, et Vincentia Irene Meitiniarti. « Kemampuan Microbacterium sp. strain SpR3 dan Isolat RT-9 pada Bahan Pembawa untuk Mereduksi Cr(VI) di Tanah ». Jurnal Ilmu Lingkungan 21, no 4 (15 juillet 2023) : 735–39. http://dx.doi.org/10.14710/jil.21.4.735-739.

Texte intégral
Résumé :
Kromium heksavalen memiliki tingkat toksisitas yang lebih tinggi daripada Cr(III). Penanganan tanah yang tercamer krom dapat dilakukan melalui bioremediasi dengan memanfaatkan proses metabolism mikroorganisme. Dalam pemanfaatan mikroorganisme untuk bioremediasi lingkungan tercemar Cr(VI), diperlukan bahan pembawa sebagai habitat sementara. Vermikompos dapat digunakan sebagai bahan pembawa karena mengandung nutrisi yang tinggi. Beberapa penelitian bioremediasi dengan kombinasi beberapa isolate terbukti meningkatkan kemampuan dalam mereduksi polutan. Microbacterium sp. Stain SpR3 diketahui mampu mereduksi krom, namun isolat RT-9 merupakan rhizobakteri yang berlum diketahui kemampuannya dalam mereduksi krom. Kemampuan dan viablitias kultur isolat RT-9 dan kultur campuran dengan SpR3 pada vermikompos belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kemampuan Microbacterium sp. Strain SpR3 dan RT-9 dalam kultur tunggal atai campuran dalam vermikompos sebagai bahan pembawa untuk mereduksi Cr(VI) dalam tanah. Dalam penelitian ini, uji viabilitas dianalisis dengan metode Total Plate Count dan reduksi Cr(VI) secara spektrofotometri. Isolat SpR3 dan RT-9 mampu tumbuh dalam kultur tunggal dan campuran. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kultur murni RT-9 dan kultur campur Microbacterium sp. SpR3 mampu menggunakan vermikompos sebagai bahan pembawa dan laju reduksi Cr(VI) pada hari ke-7 dan 14 berturut-turut adalah 0,177 ppm.hr-1 and 0,240 ppm.hr-1
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
31

Imanto, Philip Teguh, et Gede Suwarthama Sumiarsa. « KERAGAAN COPEPODA CYCLOPOIDA : Apocyclops sp. PADA KONDISI KULTUR ». Jurnal Riset Akuakultur 5, no 3 (28 novembre 2016) : 363. http://dx.doi.org/10.15578/jra.5.3.2010.363-372.

Texte intégral
Résumé :
Copepoda pada dasarnya adalah udang berukuran mikroskopik yang menjadi rantai pakan alami yang penting di perairan bebas. Investigasi jenis-jenis copepod lokal akan membantu menyiapkan informasi untuk pengembangan budidayanya sebagai jasad pakan alami. Penelitian dilakukan dengan mengkoleksi jenis Cyclopoida lokal perairan pantai Gerokgak, Buleleng, Bali, diisolasi dan dikembangbiakkan dengan pakan kombinasi antara alga Nannochloropsis oculatta, tepung terigu, ragi roti, dan hati ayam dalam tangki beton 5 m3. Tiga ratus individu Cyclopoida yang membawa telur ditempatkan pada tiga wadah kultur bervolume satu liter. Pengamatan pada pertumbuhan individu dilakukan dengan sampling setiap hari dan setiap dua hari untuk melihat perkembangan telurnya. Jenis Cyclopoida lokal termasuk famili Cyclopidae dan genus Apocyclops spp. Kecepatan pertumbuhan mencapai 20 µm setiap harinya, dan dari fase copepodit mencapai ukuran dewasa membawa telur dianalisis selama 12 hari, perkembangan telur memerlukan waktu maksimal 10 hari, sehingga estimasi siklus umur minimal adalah 22 hari. Produktivitas rata-rata telur Apocyclops spp. pada penelitian ini diestimasi sebanyak 36 (minimum16-maksimum 65) butir per individu betina. Penelitian kultur lebih lanjut difokuskan pada optimalisasi suhu, salinitas, oksigen terlarut pada media hingga optimalisasi pada jenis pakan.Copepod, a microscopic shrimp, is an important member in natural food chain in waters. Investigating the types of local copepod will provide valuable information for the development of other natural live feed culture. The research was carried out by collecting local Cyclopoida species from Gerokgak coastal waters, Buleleng Regency-Bali, isolated and cultured with combination feed of algae Nannochloropsis oculatta, wheat flour, yeast bread and chicken liver in 5 m3 concrete tank. Three hundred individuals of Cyclopoida carrying eggs were placed in three beaker glasses of one-liter culture volume. An observation on the individual growth was done by daily sampling and every two days to see the development of the eggs. The type of local Cyclopoid was classified as Cyclopidae family in the genus of Apocyclops spp. The growth rate reached 20 ìm per day, and from copepodite to adult carrying eggs took 12 days, the egg development took maximum 10 days, and the estimate of the minimum age cycle was 22 days. The average productivity of egg of Apocyclops spp. in this study was estimated to be 36 (min. 16-max. 65) eggs per female. Further culture studies focusing on the optimization of temperature, salinity, dissolved oxygen in the media and nutritional aspects, need to be further studied.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
32

Pangkey, Henneke, Sartje Lantu et Revol D. Monijung. « Growth study of coi fish larvae fed chydoridae ». JURNAL ILMIAH PLATAX 7, no 2 (15 août 2019) : 432. http://dx.doi.org/10.35800/jip.7.2.2019.24867.

Texte intégral
Résumé :
First culture media for chydoridae used horse manure dried in the sun with a composition of 10 grams and 50 grams of soil dissolved in 1 L of water for 5 days, then filtered and diluted three times. Laboratory-scale cultures were carried out in a 500 ml volume jar containing horse manure culture media; then in the process fed with bread yeast and rice bran (0.05 gr yeast and rice bran/500 ml) every 3 days. Mass culture uses 12 jar containers with a volume of 3 L.The administration of chydoridae to two-day old koi fish larvae was carried out with the following treatments: treatment A, which was ornamental fish fed with boiled egg yolk in ad libitum; treatment B is ornamental fish fed with 5 individual chydoridae/ml and treatment C, which is not given any food with three replications. The design of the response in this study was to see the survival rate of ornamental fish larvae (%).The results of measurements of water quality during the study showed that the temperature during the study was 27°C, while the pH was 7. From the statistical analysis it was found that administration of chydoridae had a significant effect on the survival of two-day-old koi fish larvae which were kept for 14 days.Keywords: chydoridae, life feed, ornamental fish larvae, growthABSTRAKMedia kultur awal chydoridae menggunakan kotoran kuda yang dikeringkan di bawah sinar matahari dengan komposisi 10 gram kotoran kuda serta 50 gram tanah yang dilarutkan dalam 1 L air selama 5 hari, kemudian dilakukan penyaringan dan diencerkan sebanyak tiga kali. Kultur skala laboratorium dilakukan dalam wadah toples dengan volume 500 ml berisi media kultur kotoran kuda; selanjutnya dalam proses kultur chydoridae diberi makan ragi roti dan dedak (0,05 gr ragi dan dedak /500 ml) setiap 3 hari sekali. Kultur massal menggunakan wadah toples sebanyak 12 buah dengan volume 3 L dengan mengikuti metode pada kultur skala laboratorium.Pemberian chydoridae kepada larva ikan koi yang berumur dua hari dilakukan dengan beberapa perlakuan sebagai berikut : perlakuan A yaitu ikan hias diberi makan kuning telur rebus secara ad libitum; perlakuan B yaitu ikan hias diberi makan chydoridae 5 individu/ml dan perlakuan C yaitu ikan hias tidak diberi makan apapun dengan tiga ulangan. Rancangan respons dalam penelitian ini adalah melihat laju kelangsungan hidup larva ikan hias (%).Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian menunjukkan, suhu selama penelitian adalah 27 °C, sedangkan pH adalah 7. Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa pemberian chydoridae sangat memberi pengaruh nyata kepada kelangsungan hidup larva ikan koi berumur dua hari yang dipelihara selama 14 hari.Kata kunci: chydoridae, pakan alami, larva ikan hias, pertumbuhan
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
33

Pratiwi, Dian Rahma, Sri Wening et Erwin Nazri. « Pengaruh Waktu Paparan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tingkat Abnormalitas Klon Kelapa Sawit ». Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 28, no 1 (1 avril 2020) : 29–40. http://dx.doi.org/10.22302/iopri.jur.jpks.v28i1.96.

Texte intégral
Résumé :
Salah satu komponen yang sering terdapat dalam media kultur jaringan tanaman adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), yang diperlukan untuk merangsang pertumbuhan kultur tanaman. Pemberian ZPT yang berlebihan dapat memberikan dampak abnormalitas pada tanaman klon hasil kultur jaringan. Diperlukan kajian untuk mengetahui pengaruh waktu paparan ZPT terhadap tingkat abnormalitas klon secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh total waktu paparan ZPT serta waktu paparan beberapa media dengan kandungan ZPT yang berbeda terhadap tingkat abnormalitas tanaman klon kelapa sawit di lapangan. Empat galur tanaman hasil kultur jaringan (klon) kelapa sawit yakni P, Q, R, dan S yang berumur 4 tahun digunakan untuk penelusuran waktu inkubasi kultur di laboratorium dan pengamatan tingkat abnormalitas di lapangan. Hubungan antara peubah dianalisis menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi linier berganda serta analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa total waktu paparan kultur pada media yang mengandung ZPT berpengaruh secara nyata pada tingkat abnormalitas klon di lapangan. Semakin lama waktu paparan (lebih dari 171 hari), semakin tinggi tingkat abnormalitas klon. Dari ketiga jenis media kultur yang mengandung ZPT, media yang mengandung 2,4-D dan 2,4,5-TCPP memiliki pengaruh yang signifikan dan hubungan positif yang sangat erat terhadap kejadian abnormalitas klon dibandingkan media yang mengandung 2,4-D dan BAP. Lama waktu paparan dengan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat abnormalitas klon di lapangan. Sebaliknya, total waktu inkubasi media kultur yang tidak mengandung ZPT tidak mempengaruhi tingkat abnormalitas klon di lapangan dan hubungannya negatif. Model linier dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat abnormalitas klon yang dihasilkan berdasarkan waktu paparan ZPT pada proses in vitro.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
34

Armin, Armin, La Ode M. Aslan et Andi Besse Patadjai. « Stek Menggunakan Dua Sumber Bibit Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) yang Berbeda ». JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) 4, no 1 (10 janvier 2020) : 12. http://dx.doi.org/10.33772/jsipi.v4i1.10976.

Texte intégral
Résumé :
Metode stek merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan kualitas bibit rumput laut dengan menggunakan dua sumber bibit yang berbeda. Dua sumber bibit yang digunakan adalah bibit prof dan kultur jaringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase penempelan stek, rasio berat basah : berat kering, laju pertumbuhan harian (LPH), kadar karaginan, viskositas, dan kekuatan gel dari kombinas kombinasi dua sumber bibit tersebut menggunakan metode stek lurus. Penelitian ini telah dilaksanakan di bulan Januari-Juni 2019. Rata-rata persentase penempelan mencapai 92,5%, berat basah (BB) : berat kering (BK) 7,07:1. Semua parameter menunjukkan kombinasi nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan antara prof dan kutur jaringan. LPH (6,06%/hari±0.14), kandungan karaginan (58,74%±2.04), viskositas tertinggi (348,2cps±10,60) dan kekuatan gel tertinggi perlakuan (1.066,3 g/cm2±77,833). Kesimpulan, hasil stek bibit prof vs kultur jaringan menunjukkan kualitas yang lebih tinggi daripada perlakuan tanpa menggunakan sumber bibit yang berbeda (prof dan / atau kultur jaringan saja)Kata Kunci: metode stek, stek lurus, prof, kultur jaringan
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
35

Prasetyo, Dwi. « Pengaruh Pemberian Antibiotik Terhadap Populasi dan Produksi Toksin Clostridium difficile pada Pasien Demam Tifoid dan Pneumonia serta Hubungannya dengan Gejala Diare ». Sari Pediatri 6, no 2 (5 décembre 2016) : 58. http://dx.doi.org/10.14238/sp6.2.2004.58-63.

Texte intégral
Résumé :
Clostridium difficile merupakan flora normal dalam saluran pencernaan manusia, tetapidalam keadaan tertentu dapat menimbulkan penyakit, yaitu menjadi patogen bila adakesempatan untuk bermultiplikasi dan membentuk toksin. Misalnya pemberian obatanti jasad renik dapat menekan sementara unsur-unsur flora usus yang peka terhadapobat tersebut. Sebaliknya kuman yang resisten tetap hidup, bahkan akan berkembangterus sehingga terjadi pertumbuhan yang berlebih. Di Indonesia Clostridium difficilebelum begitu dikenal sebagai penyebab kolitis akibat pemakaian antibiotik. Kemungkinankarena kurangnya kewaspadaan dalam klinik, tidak tersedianya fasilitas laboratoriumyang khusus untuk biakan anaerob atau kegagalan dalam melakukan biakan anaerob.Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah kultur Clostridium difficile yang positifpada pemeriksaan hari pertama (maksimum mendapat 3 hari pengobatan antibiotik),peningkatan populasi Clostridium difficile dalam tinja pasien demam tifoid danpneumonia yang mendapatkan pengobatan antibiotik 8 hari, adanya toksinClostridium difficile dalam tinja anak penderita demam tifoid dan pneumonia yangmendapat pengobatan antibiotik 8 hari dan mengevaluasi hubungannya dengan gejaladiare. Penelitian ini dilakukan terhadap 38 pasien demam tifoid dan 12 pasien pneumoniayang mendapat antibiotik minimal 8 hari dan dirawat di Sub Bagian Infeksi danPulmonologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-Unpad/Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin, Bandung. Sebagai kontrol dilakukan pemeriksaan tinja pada 20 anaksehat. Pemeriksaan bakteriologik dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, FakultasKedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung.Dari 50 pasien yang diteliti didapatkan 24 (48,0%) laki-laki dan 26 (52,0%)perempuan. Kelompok umur 1-4, 5-9, dan > 10 tahun berturut-turut didapatkan 26(52,0%), 13 (26,0%) dan 11 (22,0%). Antibiotik kloramfenikol diberikan pada 38(76,0%) anak, sedangkan ampisilin pada 12 (24,0%) anak. Hasil kultur Clostridiumdifficile pertama positif sebanyak 30 (60,0%) dan negatif 20 (40,0%) pasien. Ternyatapada kelompok anak sehat ditemukan 8 anak dengan kultur Clostridium difficile positif(40,0%) dan 12 anak dengan kultur negatif (60,0%). Dari hasil perhitungan statistiktidak didapatkan perbedaan yang bermakna jumlah rata-rata koloni Clostridium difficileper gram tinja pada kelompok anak sehat dan pasien infeksi yang diambil pada haripertama perawatan yang sebelumnya telah mendapat maksimum 3 hari antibiotik.Didapatkan peningkatan jumlah koloni Clostridium difficile secara bermakna pada anakpasien demam tifoid dan pneumonia setelah diberi antibiotik 8 hari. Walaupun toksinClostridium difficile terdeteksi pada 24,0% pasien, tetapi yang disertai gejala diare hanyapada 2 penderita. Juga didapatkan perbedaan bermakna rata-rata jumlah koloniClostridium difficile per gram tinja antara pasien dengan toksin positif dan negatif.Pada semua anak yang didapatkan toksin Clostridium difficile ternyata mempunyaijumlah koloni Clostridium difficile melebihi 103 koloni per gram tinja.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
36

Desy, Desy, Mukarlina et Elvi Rusmiyanto. « PERTUMBUHAN KULTUR MERISTEM MAHKOTA NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) PADA MEDIA MURASHIGE SKOOG (MS) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JAGUNG (Zea mays (L.) DAN Naphthalene Acetic Acid (NAA) ». BIOLOGICA SAMUDRA 5, no 1 (30 juin 2023) : 28–34. http://dx.doi.org/10.33059/jbs.v5i1.4543.

Texte intégral
Résumé :
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan salah satu jenis buah-buahan holtikultura yang berpotensi untuk dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomi baik di Kalimantan Barat. Perbanyakan tanaman nanas dapat dilakukan secara in vitro melalui kultur meristem mahkota nanas dengan menumbuhkan eksplan pada media Murashige Skoog dengan penambahan ekstrak biji jagung dan Naphthalene Acetic Acid (NAA). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji jagung dan NAA terhadap pertumbuhan kultur meristem mahkota nanas. Penelitian dilaksanakan bulan September 2019 hingga April 2020 di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Tanjungpura. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama ekstrak biji jagung konsentrasi 0% (J1), 10% (J2), dan 15% (J3) ; faktor kedua NAA konsentrasi 0M (N1), 5x10-8 M (N2), dan 10-7 M (N3) . Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi NAA dan ekstrak biji jagung berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas (hari), jumlah tunas (tunas), jumlah daun (helai) dan tinggi planlet (cm). Perlakuan 10-7 M NAA+15% ekstrak biji jagung (N1J2) menghasilkan pertumbuhan terbaik dengan waktu muncul tunas 8,6 hari dan jumlah tunas 7 buah tunas.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
37

Anindiyati, Irma, et Dyah Nuning Erawati. « Induksi Tunas Tembakau (Nicotiana tabacum L) Varietas Kasturi 2 dengan Variasi Konsentrasi BAP secara In Vitro ». Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences 4, no 1 (31 mars 2020) : 18–25. http://dx.doi.org/10.25047/agriprima.v4i1.340.

Texte intégral
Résumé :
Tembakau Kasturi 2 merupakan tembakau khas Jember yang memiliki produktifitas relatif tinggi. Perbanyakan secara generatif cenderung menghasilkan bibit yang kurang seragam sehingga dikembangkan dengan teknik kultur jaringan. Dalam kultur jaringan, penambahan zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang nyata.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ZPT BAP terhadap induksi tunas tembakau varietas Kasturi 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 hingga Desember 2018 di Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 6 perlakuan yaitu penambahan BAP dengan konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan BAP 2 ppm merupakan konsentrasi terbaik untuk induksi tunas tembakau Kasturi 2 dengan kedinian bertunas 12,17 hari setelah inokulasi, eksplan bertunas 100%, rerata jumlah tunas 47,50 buah per eksplan dan rerata tinggi tunas 1,42 cm.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
38

Ardika, Kadek, Muhdiat Muhdiat, I. Nyoman Restiada et Jafar Shadiq. « KULTUR ROTIFER (Brachionus rotundiformis) MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN RAGI ROTI YANG DIPERKAYA DENGAN MINYAK IKAN ». Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 14, no 2 (15 novembre 2016) : 91. http://dx.doi.org/10.15578/blta.14.2.2016.91-94.

Texte intégral
Résumé :
Ragi roti dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi rotifer (Brachionus rotundiformis) pada saat kepadatan fitoplankton (Nannochloropsis oculata) kurang mencukupi. Rotifer adalah mikroorganisme (zooplankton) yang memegang peranan penting sebagai jasad pakan awal pada perbenihan beberapa jenis ikan laut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi rotifer pada kultur menggunakan sumber pakan ragi roti dengan penambahan minyak ikan dosis berbeda. Dosis minyak ikan yang digunakan yaitu: 2 µg/ind., 4 µg/ind., dan 8 µg/ind. Kepadatan awal rotifer 20 ind./mL menggunakan sumber pakan ragi roti dengan dosis 0,5 g/106 ind. rotifer/hari pada masing-masing bak percobaan. Wadah kultur menggunakan bak fiber volume 30 liter. Perlakuan percobaan diulang sebanyak tiga kali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kepadatan rotifer yang diberi minyak ikan dengan dosis 2 µg/ind. mencapai kepadatan tertinggi sebanyak 127 ind./mL dibandingkan perlakuan lainnya, dengan waktu optimal produksi dua hari
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
39

Syarifuddin, Alfian, Ratna Wijayatri, Ichsan Feri Kurniawan et Herma Fanani Agusta. « Penentuan Kurva Pertumbuhan dan Aktivitas Antibakteri dari Isolat Ekstrak Etil Asetat Bakteri (Te.325) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ». JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA 20, no 2 (31 octobre 2022) : 252. http://dx.doi.org/10.35814/jifi.v20i2.1079.

Texte intégral
Résumé :
Perkembangan kasus infeksi dan penggunaan antibiotik yang kurang tepat menimbulkan kasus resistensi antibiotik. Alternatif dalam mengatasi banyaknya antibiotik yang sudah resisten bakteri, yaitu dengan penemuan antibiotik baru. Proses penemuan antibiotik salah satunya dari mikroorganisme, yaitu dari bakteri. Proses eksplorasi penemuan antibiotik tersebut menggunakan pendekatan fase pertumbuhan bakteri, yaitu fase stasioner dimana bakteri memproduksi metabolit sekunder, salah satunya adalah senyawa antibiotik. Isolat Te.325 merupakan bakteri penghasil antibiotik tetapi belum diketahui fase pertumbuhannya yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan proses perolehan antibiotik. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan waktu fase pertumbuhan isolat Te.325 dan melakukan ekstraksi senyawa antibiotik dari isolat tersebut. Penentuan kurva pertumbuhan yaitu berdasarkan berat biomassa sel dan nilai absorbansi pada spektrofotometri UV/ Vis dari kultur yang disampling setiap hari selama 14 hari waktu inkubasi kultur. Hasil penelitian menunjukkan fase log/eksponensial pada hari ke-5 dan fase stasioner pada hari ke-9. Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat dilakukan pengujian menggunakan metode sumuran dengan konsentrasi ekstrak 40% yang menghasilkan rata-rata diameter zona hambat sebesar 8,04 mm terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan 9,035 mm pada Escherichia coli. Ekstrak etilasetat Te.325 tergolong dalam potensi sedang.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
40

Ayuningtyas, Untari, Budiman et Tubagus Kiki Kawakibi Azmi. « PENGARUH PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGREK Dendrobium DIAN AGRIHORTI PADA TAHAP AKLIMATISASI ». Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) 4, no 2 (2020) : 148–59. http://dx.doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.2888.

Texte intégral
Résumé :
Anggrek merupakan tanaman yang memiliki keragaman tinggi di Indonesia. pengembangan anggrek di Indonesia menghadapi berbagai masalah diantaranya penyediaan bibit yang terbatas, kualitas bibit yang masih rendah dan teknik budidaya yang belum dilakukan dengan baik. Perbanyakan anggrek secara vegetatif dengan kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan yang telah umum digunakan untuk menghasilkan bibit anggrek dengan jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Aklimatisasi merupakan tahap akhir dalam teknik kultur jaringan dan merupakan tahapan penentu keberhasilan kultur jaringan tanaman. Bibit anggrek yang telah diaklimatisasi membutuhkan suplai unsur hara untuk mendukung pertumbuhannya. Pupuk daun merupakan pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi, yang diaplikasikan dengan cara penyemprotan melalui daun. Pemupukan dengan teknik ini merupakan yang paling efektif karena unsur hara dapat diserap secara optimal melalui stomata daun dan juga akar, khususnya pada aklimatisasi bibit anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium var. Dian Agrihorti pada tahap aklimatisasi. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor yaitu konsentrasi pupuk daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun pada konsentrasi yang berbeda menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit anggrek. Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi sebesar 2.25 mlL-1 adalah perlakuan dengan hasil terbaik untuk variabel tinggi bibit anggrek, panjang, dan jumlah daun.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
41

Umainana, Maulida Rosa, Ahmad Shofy Mubarak et Endang Dewi Masithah. « PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN TURI PUTIH (Sesbania grandiflora) TERHADAP POPULASI Chlorella sp. » Journal of Aquaculture and Fish Health 8, no 1 (27 février 2019) : 1. http://dx.doi.org/10.20473/jafh.v8i1.11219.

Texte intégral
Résumé :
Chlorella sp. adalah salah satu pakan alami dalam pembenihan ikan laut karena kandungan protein yang tinggi dan mudah dicerna. Nutrien makro dan mikro dalam media kultur Chlorella sp. sangat penting untuk mendapatkan nilai produktivitas kultur yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrien dari Chlorella sp. Sesbania grandiflora merupakan kelompok tanaman legum memiliki kemampuan bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium leguminoserum yang mampu mengikat unsur nitrogen dari udara. Kandungan unsur kimia dalam S. grandiflora secara kualitatif dan kuantitatif dapat memenuhi kebutuhan unsur makro dan mikro yang sangat penting bagi pertumbuhan Chlorella sp. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk S. grandiflora terhadap populasi Chlorella sp. dan konsentrasi optimal pupuk S. grandiflora pada kultur Chlorella sp. Metode penelitian ini adalah eksperimental, sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter utama dalam penelitian ini yaitu kandungan populasi Chlorella sp., sedangkan parameter penunjang dalam penelitian ini terdiri dari: kualitas air medium. Hasil penelitian menunjukkan dosis pupuk Sesbania grandiflora yang menghasilkan populasi tertinggi adalah perlakuan K (10,5x105 sel/ml) yang terjadi pada pada hari kesepuluh diikuti oleh perlakuan B (10,4x105 sel/ml) dan perlakuan C (9,5x105 sel/ml) yang terjadi pada hari kesepuluh.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
42

Buwono, Nanik Retno, et Raden Qonitah Nurhasanah. « Studi Pertumbuhan Populasi Spirulina sp. pada Skala Kultur yang Berbeda [Study of Spirulina sp. Population Growth in The Different Culture Scale] ». Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 10, no 1 (2 juin 2018) : 26. http://dx.doi.org/10.20473/jipk.v10i1.8516.

Texte intégral
Résumé :
AbstrakSalah satu mikroalga yang berpotensi untuk dikembangkan dan banyak terdapat di perairan Indonesia adalah Spirulina sp. Kultur Spirulina sp. sebagai upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dalam skala laboratorium dan skala semi massal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan populasi Spirulina sp dan perbandingan kualitas media air kultur pada skala kultur yang berbeda yaitu skala laboratorium dan skala semi massal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan parameter yang diukur yaitu kepadatan sel dari mikroalga dan parameter kualitas air meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, nitrat dan orthofosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kultur pakan alami Spirulina sp. skala laboratorium berlangsung selama 15 hari sedangkan pada skala semi massal adalah 15-30 hari. Kepadatan awal sel Spirulina sp. skala laboratorium yaitu 15.229 unit/ml dan skala semi massal 28.417 unit/ml. Puncak kepadatan populasi sel Spirulina sp. skala laboratorium terjadi pada hari ke-8 yaitu 181.963 unit/ml, sedangkan untuk skala semi massal masih terus mengalami peningkatan jumlah kepadatan sel pada hari ke-15 sebanyak 295.317 unit/ml. Hasil kualitas air yang diperoleh pada kultur Spirulina sp. skala laboratorium maupun skala semi massal masih menunjang pertumbuhan mikroalga Spirulina sp. secara optimal. AbstractOne of the potential microalgae that have the potential to be developed and widely available in Indonesian waters is Spirulina sp. Spirulina sp. culture as an effort to increase production can be done in laboratory scale and semi-mass scale. The purpose of this research was to determine the population growth of Spirulina sp. and comparison the water of media culture at different culture scale i.e laboratory scale and semi-mass scale. The method used in this research is experimental method with parameters measured i.e cell density of microalgae and also water quality parameters include temperature, pH, dissolved oxygen, nitrate and orthophosphate. The results showed that the growth of Spirulina sp. culture on the laboratory scale lasts for 15 days while on the semi-mass scale is 15-30 days. The initial cell ensity of Spirulina sp. on the laboratory scale is 15.229 units/ml and on the semi-mass scale is 28.417 units/ml. The peak cell population density Spirulina sp. on the laboratory scale occurred on the 8th day of 181.963 units/ml, while for the semi-mass scale still continues to increase the number of cell density on the 15th day of 295,317 units / ml. The quality of water obtained at Spirulina sp. laboratory scale culture and semi-mass scale still support the growth of Spirulina sp. microalgae optimally.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
43

Rahman, Hardianto. « PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA MASA TRANSISI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MUHAMMADIYAH SINJAI ». Al-Qalam : Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan 11, no 2 (28 décembre 2019) : 41–51. http://dx.doi.org/10.47435/al-qalam.v11i2.427.

Texte intégral
Résumé :
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perkembangan dan pengembangan kultursekolah di SMK Muhammadiyah Sinjai, yang secara khusus meliputi: (1) pengaruhpengembangan berbagai kelompok SMK dalam satu sekolah terhadap pengembangan kultursekolah, (2) kultur sekolah yang berkembang, dan (3) peran kepala sekolah, guru, karyawan,siswa, dan stakeholder dalam mengembangkan kultur sekolah pada masa transisi.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data penelitiandikumpulkan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan kepalasekolah, guru, siswa dan masyarakat sebagai stakeholder sekolah. Analisis data dilakukanmenggunakan Interactive Model dengan tahapan pengumpulan data, melakukan reduksidata kemudian display data dan hasilnya diformulasikan untuk mendapatkan kesimpulan:(1) Pengaruh perkembangan berbagai kelompok SMK dalam satu sekolah terhadapperkembangan kultur sekolah di SMK Muhammadiyah Kabupaten Sinjai, menimbulkanperubahan situasi terkait dengan penanganan perilaku siswa. Faktor berpengaruh dalamperkembangan kultur sekolah ini terpengaruh oleh 5 hal yaitu : a) perubahan jenis sekolah.;b) penambahan gedung dan kelas mitra yang tersebar di Desa Aska Kecamatan SinjaiSelatan dan Kecamatan Sinjai Tengah; c) perubahan jumlah siswa dari mayotitasperempuan ke mayoritas laki-laki; d) perkembangan psikologis pertumbuhan; e) Letakgeografis sekolah; (2) Pada masa transisi sekolah mengalami masa-masa sulit yangmenyebabkan situasi sekolah menjadi kurang baik diantaranya citra sekolah yang kurangbaik, jumlah peminat yang turun, dan kepedulian dan sikap disiplin yang rendah. Untukmengatasi hal tersebut dilakukan upaya perbaikan dengan mengembangkan kultur. Hasildari upaya pengembangan kultur ternyata berpengaruh baik terhadap perkembanganperilaku siswa dan juga penyelenggara pendidikan di sekolah; (3) Pengembangan kultursekolah yang dilakukan, sedikit demi sedikit sudah mulai dirasakan hasilnya di SMKMuhammadiyah Kabupaten Sinjai. Hal ini tercermin dalam kondisi sehari-hari yang mulaikondusif.Keberhasilan ini berkat peran masing-masing warga sekolah sesuain dengan porsidan kedudukan disekolah.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
44

Sudarso, Yos, Agus Haryono, Shanty Savitri et Bejo Basuki. « Identifikasi Zooplankton Predator dalam Kultur Chlorella sp. » BiosciED : Journal of Biological Science and Education 3, no 1 (1 juin 2022) : 39–46. http://dx.doi.org/10.37304/bed.v3i1.5003.

Texte intégral
Résumé :
Zooplankton dalam kultur Chlorella sp. menjadi predator alami yang keberadaannya dapat menghambat laju pertumbuhan Chlorella sp. Hasil observasi awal menunjukkan keberadaan zooplankton, seperti Amoeba dan Rotifera, dalam kultur Chlorella sp. Identifikasi zooplankton predator perlu dilakukan sebagai upaya awal untuk mengontrol predator yang menghambat pertumbuhan Chlorella sp. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode direct observation. Obervasi zooplankton dilakukan terhadap sampel air kultur Chlorella sp. di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Palangka Raya menggunakan Mikroskop Olympus CX21 pada perbesaran 400× (10× ocular; 40× objective) dan 1000× (10× ocular; 100× objective). Chlorella sp. dikultur menggunakan fotobioreaktor sederhana selama 7 (tujuh) hari. Hasil observasi dan identifikasi pada sampel didapatkan 8 jenis zooplankton predator yang aktif memakan Chlorella sp. Zooplankton predator yang teridentifikasi terdiri dari 2 spesies protozoa (Arcella sp. dan Coleps sp.), 5 spesies rotifera (Collotheca sp., Euchlanis sp., Anuraeopsis sp., Brachionus sp., dan Vorticella sp.), dan 1 spesies crustacea (Cyclops sp.).
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
45

Karuniya, Lely Virma, et M. Shoim Anwar. « Representasi Nilai dan Kultur Madura dalam Kumpulan Cerpen Rokat Tase’ Karya Muna Masyari ». Jurnal Ilmiah Fonema 5, no 1 (4 août 2022) : 29–39. http://dx.doi.org/10.25139/fn.v5i1.4622.

Texte intégral
Résumé :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kultur, dan nilai-nilai yang terkandung pada kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari yang mendasari masyarakat Madura dalam sehari-hari. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif dengan metode deskriptif. Data yang dikumpulkan berupa kalimat dan dialog dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari. Sumber data pada penelitian ini yakni kata, frase, klausa, dan kalimat pada kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari yang mendeskripsikan unsur kultur, makna kultur masyarakat, dan nilai-nilai. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik penganalisisan yang digunakan, yaitu teknik deskriptif. Keabsahan data menggunakan trianggulasi teori dan metode. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya dua yakni (1) unsur kultur yaitu berupa sistem bahasa masyarakat Madura, pengetahuan mengenai dongeng mitos, sosial mengenai perjodohan, peralatan hidup dan teknologi yang berupa celurit, mata pencaharian hidup yakni sebagai pedagang, religi yakni adat tujuh bulanan, sistem kesenian dan kesenian; (2) nilai-nilai dalam kumpulan cerpen Rokat Tase’ karya Muna Masyari, meliputi nilai sosial berupa kasih sayang dan tanggung jawab, nilai moral berupa hubungan antar sesama manusia, diri sendiri, dan Tuhan, nilai agama berupa dimensi praktik, pengalaman, dan pengetahuan.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
46

Suryaningsih, FNU. « Induksi Tunas Kultur Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Var. H-382 Dengan Variasi Konsentrasi Kinetin ». Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences 3, no 2 (28 septembre 2019) : 81–90. http://dx.doi.org/10.25047/agriprima.v3i2.313.

Texte intégral
Résumé :
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh berbagai konsentrasi kinetin pada kultur tunas induksi Tembakau. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober sampai dengan Desember 2018, di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Politeknik Negeri Jember. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan faktor variasi konsentrasi Kinetin pada media MS yang terdiri dari 6 taraf perlakuan yaitu 0 ppm (P1), 1 ppm (P2), 2 ppm (P3), 3 ppm (P4), 4 ppm (P5), 5 ppm (P6). Data hasil pengamatan penelitian dianalisis menggunakan Sidik Ragam (ANOVA), apabila berbeda nyata maka dapat diuji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range test (DMRT) taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Kinetin berpengaruh nyata pada konsentrasi 3-5 ppm, dengan konsentrasi terbaik untuk kedinian tunas pada perlakuan 4 ppm dan 5 ppm yaitu 12.8 hari – 13.2 hari setelah inokulasi (HSI), eksplan bertunas 100%, tingkat kontaminasi 0%, rerata tinggi tunas 1.15 cm, dan rerata jumlah tunas 108 tunas.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
47

Arisanti, Desi, et Satriawati Pade. « KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA DAN KIMIA TAKAKURA COMPOSTING ASAL KULIT PISANG GOROHO MELALUI UJI KERJA KULTUR KERING BAL (BAKTERI ASAM LAKTAT) ». Jurnal Technopreneur (JTech) 7, no 2 (30 novembre 2019) : 80–85. http://dx.doi.org/10.30869/jtech.v7i2.361.

Texte intégral
Résumé :
Pisang goroho merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan serta memiliki kandungan kimia yang beragam seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi serta keberadaannya berlimpah di daerah Gorontalo. Kandungan kimia ini tidak hanya terdapat dalam buahnya, tetapi kulitnya pun mempunyai komposisi yang tidak jauh berbeda. Tingginya ketersediaan kulit pisang goroho serta unsur hara yang terkandung di dalamnya membuat bahan tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi pupuk organik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembuatan pupuk organik adalah jenis mikroba yang aktif selama proses berlangsung. Dalam penelitian ini aktivator yang digunakan yaitu BAL (Bakteri Asam Laktat) yang terdapat dalam minuman yogurt. Inokulum BAL yang digunakan bukan dalam bentuk cair, namun aplikasi BAL kultur kering. Pada prinsip dasarnya proses pembuatan kultur kering meliputi tahapan penyiapan starter, pembuatan starter cair aktif, tahapan sentrifugasi dan homogenisasi dengan bahan pengisi. Penggunaan bahan pengisi ini untuk menjaga viabilitas sel BAL dari pengeringan. Setelah menjadi kultur kering bioaktivator tersebut diaplikasi dalam pupuk organik kulit pisang goroho. Metode pengomposan yang digunakan dalam penelitian ini metode Takakura. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat dan menganalisis kualitas pupuk organik yang dihasilkan dengan menggunakan bioktivator dekomposisi kultur kering BAL dengan variasi dosis. Beberapa parameter penelitian yang mengacu pada mutu pupuk organik menurut SNI 19-7030-2004 yang meliputi pH, kadar air kadar abu. Faktor Perlakuan dari penelitian ini 2 taraf faktor yaitu faktor variasi konsentrasi biaktivator BAL dan faktor suhu. Variasi dosis kultur kering BAL terdiri dari 3 taraf yaitu Kontrol, 20%, 30%, dan 40% dari bobot bahan organik dan suhu pengomposan terdiri dari 450C,500C,600C. Berdasarkan hasil penelitian kadar abu terbaik dengan variasi konsentrasi kultur BAL pada perlakuan K3 (81,53%), variasi suhu (65,81%); Kadar air terbaik dengan variasi konsentrasi kultur BAL pada perlakuan K3 (27,78%), variasi suhu S3 (65,81%); namun untuk nilai pH pada kompos tidak sesuai dengan SNI kompos.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
48

Sedjati, Sri, Endang Supriyantini, Endang Supriyantini et Nur Islamiah Sulastri. « Peningkatan Kadar Fenolik Total dari Chlorella sp. Menggunakan Cekaman Radiasi Ultraviolet-B ». Jurnal Kelautan Tropis 26, no 1 (1 février 2023) : 49–58. http://dx.doi.org/10.14710/jkt.v26i1.15559.

Texte intégral
Résumé :
The treatment of abiotic stressing in microalgae cultures can trigger the production of secondary metabolites that have a variety of bioactivity. Phenolic compounds are one of the secondary metabolites produced by Chlorella sp. and have been categorized as an important antioxidants that play a role in the scavenging of free radicals. This research uses ultraviolet (UV)-B (λ 280-320 nm) as a stressing in Chlorella sp. cultures. The aim is to determine the effect of UV-B radiation on the biomass production of Chlorella sp. and total phenolic content (TPC), as well as its antioxidant activity. The research method used is experimental with a completely randomized design (RAL). The treatment tested was UV-B radiation with different duration of 0 (control), 40, 80, and 120 minutes/day during the culture period. Chlorella sp. culture is carried out using 12 glass containers with seawater (salinity 35 ppt) as culture media and enriched by Walne fertilizer (1 mL/L). During the culture period, photosynthetically active radiation (PAR) light and aeration are carried out for 24 hours. Biomass of Chlorella sp. was harvested 1 day after the peak of growth, then determined the weight of biomass and ethanol extract, followed by TPC, and antioxidant activity. The TPC test was carried out using the Follin-Ciocalteu reagent, while antioxidant activity used an inhibition test against 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). The results showed that UV-B radiation had no significant effect on the biomass (p=0.122) and its ethanol extract yield (p=0.194), but had a significant effect on TPC (p=0.003) and DPPH inhibition percentage (p=0.036). The UV-B radiation for 80 minutes/day for 10 days of the Chlorella sp. culture can be used to increase phenolic production with a TPC value of 4.906 mg GAE/g extract. Pemberian cekaman abiotik pada kultur mikrolga dapat memicu produksi metabolit sekunder yang memiliki beragam bioaktivitas. Senyawa fenolik adalah salah satu metabolit sekunder yang diproduksi oleh Chlorella sp. dan telah dikatagorikan sebagai antioksidan penting yang berperan dalam penangkalan radikal bebas. Penelitian ini menggunakan cahaya ultraviolet (UV)-B (λ 280-320 nm) sebagai cekaman dalam kultur Chlorella sp. Tujuannya adalah untuk menentukan pengaruh radiasi UV-B terhadap produksi biomassa Chlorella sp. dan kadar fenolik total/ total phenolic content (TPC), serta aktivitas antioksidannya. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan desain rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang diujicobakan adalah pemberian radiasi UV-B dengan durasi yang berbeda, yaitu 0 (kontrol), 40, 80, dan 120 menit/hari selama masa kultur. Kultur Chlorella sp. dilakukan menggunakan 12 wadah kaca dengan media kultur berupa air laut (salinitas 35 ppt) dan ditambahkan pupuk Walne (1 mL/L). Selama masa kultur, pemberian cahaya photosynthetically active radiation (PAR) dan aerasi dilakukan selama 24 jam. Biomassa Chlorella sp. dipanen 1 hari setelah tercapai puncak pertumbuhan, kemudian ditentukan berat biomassa dan ekstrak etanolnya, dilanjutkan uji TPC, dan aktivitas antioksidannya. Uji TPC dilakukan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu, sedangkan aktivitas antioksidan menggunakan uji inhibisi terhadap 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi UV-B tidak berpengaruh signifikan terhadap biomassa Chlorella sp. (p=0,122) dan rendemen ekstrak etanolnya (p=0,194), namun berpengaruh signifikan terhadap TPC (p=0,003) dan persentase inhibisi DPPH (p=0,036). Pemberian radiasi UV-B selama 80 menit/hari selama 10 hari masa kultur Chlorella sp. dapat digunakan untuk meningkatkan produksi fenolik dengan nilai TPC sebesar 4,906 mg GAE/g ekstrak.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
49

Murti, Elsa. « KULTUR SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA ». Spektrum Analisis Kebijakan Pendidikan 9, no 1 (19 janvier 2021) : 72–84. http://dx.doi.org/10.21831/sakp.v9i1.17037.

Texte intégral
Résumé :
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kultur sekolah di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yakni pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembudayaan kultur sekolah di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut. (1) Artifak fisik yang dimiliki SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta telah menggambarkan kultur positif dan dapat memberikan suasana sejuk, sehat dan nyaman bagi seluruh warga sekolah. (2) Artifak non fisik yang dimiliki SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta berupa interaksi warga sekolah yang baik, dan kegiatan rutin sekolah seperti upacara bendera setiap hari senin, salam pagi yang dilakukan setiap hari sebelum pembe lajaran, serta menyanyikan lagu nasional. (3) Nilai-nilai yang dibudayakan di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta adalah nilai kebersihan, berprestasi, kedisiplinan, religius, kejujuran dan sopan santun. (4) Program-program yang dilakukan dalam membangun kultur sekolah di SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta adalah program TPA, sholat Jumat, Jumat bersih, senam pagi setiap hari Jumat, ekstrakurikuler di bidang olahraga dan kesenian serta pembentukan 8 tim inti yaitu tim lomba, Ujian Nasional, adiwiyata, ramah Anak, literasi, pembelajaran, sarana dan prasarana, dan ekstrakurikuler. Kata kunci: Kultur Sekolah, SD Negeri Pujokusuman 1 Yogyakarta AbstractThis research aims at describing school culture in Elementary School of Pujokusuman 1 Yogyakarta. This method of research uses a qualiti approach, The type of research is a qualitative descriptive. The results showed that the cultural culture of schools in Elementary School of Pujokusuman 1 Yogyakarta is as follows. (1) Physical artifacts owned by Elementary School of Pujokusuman 1 Yogyakarta has described a positive culture and can provide an atmosphere Cool, healthy and comfortable for all the school citizens. (2) Non-physical artifacts owned by Elementary School of Pujokusuman 1 Yogyakarta form the interaction of good school citizens, and routine school activities such as the flag ceremony every Monday, greetings morning done every day before the study, and sing Anthem. (3) The values that are cultivated in Elementary School of Pujokusuman 1 Yogyakarta is the value of cleanliness, achievement, discipline, religious, honesty and courtesy. (4) programs conducted in building school culture in Elementary School of Pujokusuman 1 Yogyakarta is TPA Program, Friday prayers, SEMUTLIS, clean Friday, morning gymnastics every Friday, extracurricular in the field of Sports and artistry and the establishment of 8 core teams, namely race teams, national examinations, adiwiyata, child-friendly, literacy, learning, facilities and infrastructure, and extracurricular. Keywords: School culture, Elementary School of Pujokusuman 1 Yogyakarta
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
50

Muh, Fauzi, et Eun-Taek Han. « Pembuatan Kultur In Vitro Stadium Eritrosit Plasmodium Knowlesi A1-H.1 ». MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 22, no 6 (5 novembre 2023) : 358–63. http://dx.doi.org/10.14710/mkmi.22.6.358-363.

Texte intégral
Résumé :
Latar belakang: Plasmodium knowlesi adalah spesies Plasmodium yang terkenal mampu menyebabkan malaria zoonosis pada manusia. Infeksi P knowlesi dapat menyebabkan penyakit yang bersifat parah hingga kematian. Parasit malaria ini dapat menginfeksi darah manusia dan juga kera. Kultur in vitro parasit stadium deritrosit (blood stage) jangka panjang sangat memungkinkan untuk P falciparum dan P knowlesi. P knowlesi saat ini digunakan sebagai model eksperimental untuk penelitian in vivo, ex vivo dan in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengkultur P knowlesi yang dilakukan secara kontinyu dalam kondisi laboratorium.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan rancangan eksperimental dengan pendekatan observasional. Kami menggunakan strain P knowlesi A1-H.1 (PkA1-H.1) dengan beberapa kondisi laboratorium, seperti optimasi serum dan konsentrasi glokosa yang digunakan. P knowlesi di kultur selama 10 hari dan morfologi parasit dikonfirmasi dengan pewarnaan giemsa 10%.Hasil: Strain PkA1-H.1 mampu mempertahankan kemampuannya untuk menginfeksi 100% sel darah merah manusia dalam kondisi laboratorium. Serum AB manusia dan serum kuda (10%, v/v) merupakan kondisi optimal untuk pertumbuhan PkA1-H.1. Total 2-4 gram dekstrosa anhidrat merupakan glukosa optimal yang dibutuhkan parasit untuk tumbuh. Parasit tumbuh perlahan pada 5 hari pertama setelah proses kultur dilakukan (thawing), namun pertumbuhan bisa meningkat pesat setelah hari ke 6 kultur. Parasit nampak sehat dari hari pertama hingga hari kesepuluh, yang dibuktikan dengan penampakan morfologi ring, tropozoit dan schizont.Simpulan: Hasil ini menunjukkan pentingnya faktor pertumbuhan yang optimal seperti konsentrasi serum dan dekstrosa untuk mendukung pertumbuhan PkA1-H.1. Keberhasilan kultur in vitro bisa membantu penelitian tentang biologi invasi, vaksin dan skrining obat baru.Kata kunci: malaria; zoonosis; P knowlesi, kultur in-vitro Title: Re-setting-up the Continous in-vitro Culture of Plasmodium knowlesi Blood StagesBackground: Plasmodium knowlesi is well-known Plasmodium species causing zoonotic malaria in humans. The infection of P knowlesi cause severe illness to death. This simian malaria parasite infects both macaque and human bloods. Long-term in vitro cultures of blood-stage parasites are feasible for Plasmodium falciparum and P knowlesi. However, P knowlesi is recently used as experimental model for in vivo, ex vivo and in vitro studies. This study aimed to culture continously the P knowlesi in laboratory condition with human red blood cells.Method: This study used an experimental study design with observasional approach. We used P knowlesi A1-H.1 strain (PkA1-H.1) under several laboratory conditions, such as serum and glocuse concentration. The culture was conducted for 10 days. The morphology of parasites was confirmed using 10% Giemsa staining.Result: PkA1-H.1 human-adapted strain was successfully maintained ability to grow under the 100% human red blood cells. Pooled-human AB serum and horse serum (10%, v/v) was optimal condition for PkA1-H.1 to grow. Total 2-4 gram of dextrose anhydrous was optimal glucose required for parasite to grow. The parasites grew slowly in the first 5 days after thawing, but the growth increased rapidly after day 6 of culture. The morphology of parasites was normally observed as seen healthy rings, trophozoites and schizonts.Conclusion: This result showed the importance of optimal growth factors (serum and dextrose) to support the PkA1-H.1 under the laboratory condition. Its successful of continous culture highlighted the use of culture for understanding of the invasion biology, vaccine or drug discoveries.Keywords: malaria; zoonosis; P knowlesi, in vitro culture
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
Nous offrons des réductions sur tous les plans premium pour les auteurs dont les œuvres sont incluses dans des sélections littéraires thématiques. Contactez-nous pour obtenir un code promo unique!

Vers la bibliographie