Littérature scientifique sur le sujet « Arkeologi Lampung »

Créez une référence correcte selon les styles APA, MLA, Chicago, Harvard et plusieurs autres

Choisissez une source :

Consultez les listes thématiques d’articles de revues, de livres, de thèses, de rapports de conférences et d’autres sources académiques sur le sujet « Arkeologi Lampung ».

À côté de chaque source dans la liste de références il y a un bouton « Ajouter à la bibliographie ». Cliquez sur ce bouton, et nous générerons automatiquement la référence bibliographique pour la source choisie selon votre style de citation préféré : APA, MLA, Harvard, Vancouver, Chicago, etc.

Vous pouvez aussi télécharger le texte intégral de la publication scolaire au format pdf et consulter son résumé en ligne lorsque ces informations sont inclues dans les métadonnées.

Articles de revues sur le sujet "Arkeologi Lampung"

1

Triwurjani, Rr. « Alokasi Situs-Situs Arkeologi Di Kawasan DAS Way Sekampung ». Berkala Arkeologi 15, no 3 (30 novembre 1995) : 177–79. http://dx.doi.org/10.30883/jba.v15i3.691.

Texte intégral
Résumé :
Bila diurut dari hulu hingga hilir, sungai Sekampung memanjang dari Lampung Selatan hingga Lampung Tengah. Bebarapa tinggalan arkeologis yang terdapat didaerah hulu antara lain: Kompleks Megalitik Batu Bedil. Batu Gajah, dan juga Benteng Tanah. Sedangkan di bagian tengah terdapat situs Bukit Wungkal (Silitonga), Kampung Tua, Bentang Pejambon, situs Megalitik Sidomukti. Sedangkan di daerah hilir terdapat kompleks Megalitik Pogung Raharjo, Benteng Sari, Benteng Perigi, Benteng Gedik, Benteng Cicilik, makam kuno dari masa Islam, Prasasti Bungkuk dari batu dan temuan-temuan lepas lainnya seperti keramik asing (Cina) dan keramik lokal, alat batu dan artefak lainnya.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Rusyanti, Rusyanti. « UMPAK BATU : JEJAK KONSTRUKSI BANGUNAN MASA LAMPAU DI LAMPUNG BARAT [ COLUMN BASE : THE TRACES OF ANCIENT BUILDING CONSTRUCTION IN WEST LAMPUNG] ». Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi 7, no 1 (23 juillet 2021) : 17–30. http://dx.doi.org/10.24832/ke.v7i1.91.

Texte intégral
Résumé :
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang dibangun dengan berbagai bahan, teknik, dan sistem kepercayaan dan sekaligus menggambarkan identitas dan status sosial pemiliknya. Rumah merupakan kesatuan dari struktur bangunan yang terdiri dari konstruksi dasar, konstruksi tubuh, dan konstruksi atap. Setiap kelompok masyarakat memiliki konstruksi bangunan yang berbeda-beda yang mencerminkan kondisi geografis dan lingkungan setempat. Penelitian arkeologi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Semangka, Kabupaten Lampung Barat menemukan lebih dari empat puluh batu tufa dan batu apung di enam situs arkeologi di Liwa. Batu-batu tersebut memiliki beragam bentuk dan ukuran yang belum diketahui fungsinya. Tulisan ini bertujuan mengetahui fungsi batu-batu tersebut kaitannya dengan bangunan tradisional Lampung. Penelitian dilakukan dengan metode survei arkeologi, deskripsi, dan perbandingan data etnografi. Hasil penelitian memperlihatkan ada persamaan karakteristik batu pada bangunan rumah-rumah tradisional di Liwa, Kenali, dan Canggu dengan artefak batu yang ditemukan di situs-situs arkeologi di DAS Way Semangka. Batu-batu tersebut diasumsikan sisa umpak atau batu pondasi dari struktur bangunan tradisional Lampung yang dibuat dengan teknik konstruksi tradisional kalindang yang tahan gempa. Umpak batu dari batuan tufa dan batu apung terbilang unik karena ringan, mudah dibentuk, dan memiliki keunggulan sebagai bahan beton ringan. Penggunaan batuan tufa dan apung sebagai umpak bangunan, merupakan bukti kearifan lokal yang masih dilestarikan di Lampung Barat. House as a basic need was built with various materials, techniques, and the belief system of the supporting community, as well as describe the identity and social status of the owner. A house is a unit of the building structure that generally consists of basic construction, body, and roof construction. Each community group has a different building construction and can also reflect their geographical and climatic conditions. Archaeological research in the Way Semangka Watershed (DAS), West Lampung Regency, found more than forty stones of tuf and pumice in six archaeological sites in Liwa. The stones have various shapes and sizes whose function is not yet known. This paper aims to determine the utility of these stones in traditional Lampung buildings. The research was conducted using archaeological survey methods, descriptions, and a comparison of ethnographic data. The results showed similarities in the characteristics of the stones in the traditional houses in the Liwa, Kenali, and Canggu areas, with stone artefacts found at archaeological sites in the Way Semangka watershed. These stones are assumed to be remnants of the column base of traditional Lampung building structures made with the Kalindang technique of which is traditionally earthquake-resistant construction. The tuf and pumice stone are unique because it is light, shapeable and it has the advantage of being a lightweight concrete material. The use of tuf and pumice stone as a column base is evidence of local wisdom preserved in West Lampung.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

-, Rusyanti, Iwan Setiawan et Akbar Adhi Satrio. « BENTUK, KRONOLOGI, DAN ASAL TEMBIKAR KUNO DI DATARAN RENDAH LAMPUNG ». Naditira Widya 16, no 2 (27 décembre 2022) : 107–22. http://dx.doi.org/10.24832/nw.v16i2.505.

Texte intégral
Résumé :
Tembikar merupakan artefak arkeologi yang dibuat dari tanah liat bakar yang secara umum berfungsi sebagai peralatan sehari-hari. Tembikar banyak ditemukan di situs-situs arkeologi, termasuk di dataran rendah Lampung. Penelitian desk study tahun 2020-2021 melakukan analisis mengenai rekonstruksi bentuk, kronologi, dan asal tembikar Lampung dengan metode gabungan kuantitatif melalui uji laboratorium X-ray fluorescence, X-ray diffraction, Inductively coupled plasma mass spectrometry, Petrografi, dan Thermoluminescence. Metode kualitatif pun digunakan untuk rekonstruksi hasil selective sampling dengan menggunakan Rhinoceros software dan didukung pendekatan sejarah. Tujuan penelitian adalah mengetahui kecenderungan varian bentuk, kronologi, dan asal tembikar Lampung secara umum. Penelitian ini menghasilkan bentuk yang direkonstruksi berupa wadah sehari-hari terbanyak berupa mangkuk, cawan, dan jambangan. Cakupan kronologi tembikar adalah sejak abad ke-12 hingga ke-20 Masehi. Adapun asal produksi tembikar diketahui melalui pendekatan geologis dan sejarah, dan diduga di sekitar kawasan Kayu Agung Palembang dan Bakung Udik, Lampung. Pottery is an archaeological artefact made from baked clay, which functions as a daily tool. Pottery has been found in archaeological sites, including Lampung lowlands. The 2020-2021 desk study analyses were carried out to reconstruct the form of pottery and to understand the chronology as well as the origin of the Lampung pottery using a quantitative combined method through laboratory tests of X-ray fluorescence, X-ray diffraction, Inductively coupled plasma mass spectrometry, Petrography, and Thermoluminescence. Qualitative methods were also used to reconstruct the results of selective sampling using the Rhinoceros software supported by a historical approach. The purpose of this research is to know the favourable varieties of form, chronology, and origin of Lampung pottery in general. This research resulted in reconstructed forms of dominant pottery containers common for daily use such as bowls, cups, and vases. The chronology of pottery covers from the 12th to the 20th century. The origin of pottery production is known through a geological and historical approach and suggested to be manufactured around the Kayu Agung Palembang and Bakung Udik regions, in Lampung.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
4

Laili, Nurul. « PERPINDAHAN PEMUKIMAN PENDUKUNG SITUS DAS SEKAMPUNG : JEJAK BENCANA MASA LAMPAU ». Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 30 octobre 2021, 205–12. http://dx.doi.org/10.24164/prosiding.v4i1.19.

Texte intégral
Résumé :
Way Sekampung sebagai sungai utama mempunyai peranan tumbuhnya peradaban manusia, dari masa lampau hingga kini. Jejak arkeologi menunjukkan adanya tumbuhnya peradaban masa lampau dengan hadirnya situs-situs arkeologi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sekampung. Tulisan ini fokus pada tiga situs yang berada di DAS Sekampung Lampung Timur, yaitu Situs Serampang, Cicilik, dan Putak. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan atas tinggalan materi dan memori kolektif dengan melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan ketiga situs tersebut saling terkait dan dimungkinkan telah terjadi perpindahan hunian yang diakibatkan adanya bencana sosial berupa teror dan serangan bajau (bajak laut).
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
5

Saptono, Nanang. « DAMPAK LETUSAN GUNUNG KRAKATAU 1883 TERHADAP PERMUKIMAN DI PANTAI BARAT TELUK LAMPUNG ». Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 30 octobre 2021, 105–15. http://dx.doi.org/10.24164/prosiding.v4i1.10.

Texte intégral
Résumé :
Letusan gunung berapi seringkali memberikan dampak negatif terhadap permukiman di sekitarnya. Kondisi objek seperti pada situs Liyangan di Kabupaten Temanggung merupakan salah satu bukti dampak negatif letusan gunung. Beberapa kajian arkeologi terhadap situs-situs di sekitar Gunung Merapi, Yogyakarta menyimpulkan bahwa erupsi Gunung Merapi menjadi salah satu alasan pindahnya peradaban Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883 juga menimbulkan bencana terhadap masyarakat di sekitarnya. Cerita masyarakat Lampung menjelaskan bahwa erupsi Gunung Krakatau telah melenyapkan perkampungan sehingga masyarakat memindahkan perkampungannya. Di pantai barat Teluk Lampung terdapat beberapa situs permukiman yaitu Kampung Tuha Maja Saka, Benteng Belajung, dan Kahai. Kajian ini membahas dampak letusan Gunung Krakatau 1883 terhadap perkampungan-perkampungan tersebut. Metode penelitian melalui deskripsi dan didukung analisis laboratoris terhadap jejak material erupsi. Jejak erupsi ditemukan pada beberapa lokasi objek. Perpindahan Kampung Tuha Maja Saka ke lokasi baru bukan merupakan akibat dari letusan Krakatau 1883.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.

Livres sur le sujet "Arkeologi Lampung"

1

1959-, Etty Saringendyanti W., dir. Kronik arkeologi : Perspektif hasil penelitian arkeologi di Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Lampung. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2000.

Trouver le texte intégral
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

1960-, Sunardi Edy, dir. Rona arkeologi : Penampakan hasil penelitian dan pengembangan arkeologi di wilayah Jawa Barat, Lampung, dan Kalimantan Barat. [Jakarta] : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 2000.

Trouver le texte intégral
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Untoro, Heriyanti Ongkodharma. Arkeologi ruang : Lintas waktu sejak prasejarah hingga kolonial di situs-situs Jawa Barat dan Lampung. Jatinangor, Sumedang : Alqaprint Jatinangor, 2012.

Trouver le texte intégral
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.

Actes de conférences sur le sujet "Arkeologi Lampung"

1

Laili, Nurul. « Jenjang Pemukiman Situs Benteng Majapahit, Lampung Utara dan Situs Periki, Lampung Timur : Dalam Perbandingan ». Dans SEMINAR ARKEOLOGI NASIONAL 2018. BALAI ARKEOLOGI JAWA BARAT, 2019. http://dx.doi.org/10.24164/prosiding18/12.

Texte intégral
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Saptono, Nanang, Rusyanti Rusyanti et Endang Widyastuti. « PEWARISAN TEKNOLOGI LOGAM PADA MASYARAKAT LAMPUNG ». Dans Seminar Nasional Arkeologi 2019. Balai Arkeologi Jawa Barat, 2020. http://dx.doi.org/10.24164/prosiding.v3i1.13.

Texte intégral
Résumé :
Teknologi logam dikenal masyarakat mulai pada akhir masa bercocok tanam. Masa awal dikenalnya teknologi logam sering juga disebut masa paleometalik. Pada masyarakat Austronesia, teknologi logam sering kali dikaitkan pula dengan budaya Dongson. Kebudayaan ini berkembang dari Vietnam pada sekitar 1000 SM atau awal Masehi. Dari Vietnam menyebar ke seluruh Asia Tenggara termasuk nusantara. Beberapa benda hasil budaya Dongson yang ditemukan adalah berupa benda-benda perunggu seperti misalnya nekara, bejana perunggu, dan kapak perunggu. Pada masa-masa yang lebih muda yaitu pada masa Hindu-Buddha (Masa Klasik) di Lampung banyak juga ditemukan benda-benda logam. Pada benda-benda perunggu yang berasal dari masa paleometalik seperti nekara dan bejana perunggu mungkin merupakan benda impor. Berdasarkan benda-benda tersebut terlihat ada pewarisan budaya khususnya teknologi pengolahan logam (perunggu) dari masa paleometalik hingga masa Islam-Kolonial. Kajian ini berusaha untuk mengungkap adanya pewarisan budaya tersebut. Pengungkapan adanya pewarisan budaya akan diulas berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian di kawasan Gunung Rajabasa. Berdasarkan ulasan tersebut akan diketahui adanya pewarisan budaya dimaksud
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Rusyanti, Rusyanti, Nanang Saptono et Endang Widyastuti. « MELACAK JEJAK FITUR PARIT KUNO MASYARAKAT LAMPUNG : JEJAK MIGRASI AUSTRONESIA JALUR BARAT ? » Dans Seminar Nasional Arkeologi 2019. Balai Arkeologi Jawa Barat, 2020. http://dx.doi.org/10.24164/prosiding.v3i1.15.

Texte intégral
Résumé :
Sejak tahun 1995, situs-situs permukiman kuno ditemukan di wilayah Lampung menempati daerah-daerah aliran sungai (DAS). Hasil penelitian hingga tahun 2018 di Lampung Barat menemukan pola yang konsisten terhadap munculnya jejak fitur yang disebut sebagai parit atau siring. Jejak fitur parit hingga saat ini belum diteliti secara intensif dan masih menyisakan pertanyaan tentang seluk beluknya. Perbandingan studi pustaka dengan situs-situs sejenis di DAS Way Sekampung juga mendapati parit-parit baik alami maupun buatan. Secara makro perbandingan parit tersebut menempati topografi wilayah yang berbeda, yaitu di dataran tinggi dan dataran rendah. Hasil pengamatan sementara terhadap pola sebaran permukiman berparit mendapati dominasi bentukan parit alami ditemukan di wilayah pegunungan dan pada jalur sesar, sedangkan parit buatan muncul pada wilayah dataran rendah rawan banjir. Asumsi sementara parit dibuat sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan. Selain di Lampung, keberadaan situs berparit juga ditemukan di Thailand pada periode 500 SM—600 AD hal tersebut memunculkan dugaan adanya keterkaitan perilaku pembuatan parit keliling sebagai jejak migrasi yang dibawa oleh penutur Austronesia jalur barat sebelum 400 tahun yang lalu.
Styles APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
Nous offrons des réductions sur tous les plans premium pour les auteurs dont les œuvres sont incluses dans des sélections littéraires thématiques. Contactez-nous pour obtenir un code promo unique!

Vers la bibliographie