Artículos de revistas sobre el tema "Tuberkuloosi"

Siga este enlace para ver otros tipos de publicaciones sobre el tema: Tuberkuloosi.

Crea una cita precisa en los estilos APA, MLA, Chicago, Harvard y otros

Elija tipo de fuente:

Consulte los 50 mejores artículos de revistas para su investigación sobre el tema "Tuberkuloosi".

Junto a cada fuente en la lista de referencias hay un botón "Agregar a la bibliografía". Pulsa este botón, y generaremos automáticamente la referencia bibliográfica para la obra elegida en el estilo de cita que necesites: APA, MLA, Harvard, Vancouver, Chicago, etc.

También puede descargar el texto completo de la publicación académica en formato pdf y leer en línea su resumen siempre que esté disponible en los metadatos.

Explore artículos de revistas sobre una amplia variedad de disciplinas y organice su bibliografía correctamente.

1

Parmasari, Wahyuni Dyah. "Hubungan Antara Tuberkulosis Paru dengan Terjadinya Kelainan pada Jaringan Lunak Rongga Mulut Berdasarkan Lama Pengobatan". Sinnun Maxillofacial Journal 6, n.º 01 (30 de abril de 2024): 56–61. http://dx.doi.org/10.33096/smj.v6i01.125.

Texto completo
Resumen
Pendahuluan: Tuberkulosis adalah penyakit infeksi utama tertinggi penyebab kematian, yaitu kurang lebih tiga juta kasus setiap tahunnya. Penyakit tuberkulosis paru dikarenakan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penderita tuberculosis dapat menunjukkan gejala klinis di rongga mulut, merupakan manifestasi sekunder dari tuberkulosis paru. Manifestasinya berupa ulcer, gingival enlargement dan glossitis tuberkulosa. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui apakah ada hubungan tuberkulosis paru dengan terjadinya kelainan pada jaringan lunak rongga mulut berdasarkan lama pengobatan. Bahan dan Metode: Penelitian ini menggunakan metode observatif analitik dengan populasi pasien tuberkulosis (TBA positif) rawat jalan di Puskesmas Sukasada II, Buleleng Bali. Berjumlah total yaitu 30 orang. Pasien diobservasi berdasarkan lama pengobatan dari terdiagnosis awal yaitu kelompok hari ke-1 sampai hari ke-30, kelompok hari ke-31 sampai hari ke-60 hari dan kelompok hari ke-61 sampai hari ke-90 setelah mengkonsumsi obat. Hasil: Didapatkan kasus manifestasi oral yaitu ulcer 40%, enlargement gingiva 20% dan glossitis tuberkulosa 13 % pada kelompok dengan lama pengobatan 1-30 hari. Sedangkan pada kelompok hari ke-31 sampai hari ke-60 hari dan hari ke-61 sampai hari ke-90 hari tidak ditemukan manifestasi oral sekunder pada tuberculosis paru. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tuberkulosis paru dengan terjadinya kelainan pada jaringan lunak rongga mulut berdasarkan lama pengobatan.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Atira, Atira y Rina Rosalia. "PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TUBERKULOSIS". Jurnal Kesehatan Budi Luhur : Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, dan Kebidanan 11, n.º 2 (31 de julio de 2018): 256–64. http://dx.doi.org/10.62817/jkbl.v11i2.6.

Texto completo
Resumen
Kejadian tuberkulosis oleh Mycobacterium tuberculosis bakteri masih cukup tinggi khususnya pada wilayah kerja Poliklinik Paru RSAU Dr. M Salamun yaitu sekitar 1994 orang pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang tuberkulosis pada pasien tuberkulosi. Metode penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif. Analisa data menggunakan univariat. Populasi pada penelitian ini yaitu semua pasien rawat jalan di Poliklinik Paru RSAU Dr. M Salamun dengan besaran sampel 84 responden. Teknik yang digunakan yaitu teknik Accidental Sampling. Hasil penelitian didapatkan data pengetahuan yaitu sebagian kecil atau 16 (19.05%) responden memiliki pengetahuan baik, dan 23 (27.38%) responden memiliki pengetahuan cukup, serta 45 (53.57%) responden memiliki pengetahuan kurang. Simpulan pengetahuan pasien tentang tuberkulosis kategori kurang. Saran bahwa perlu diberikan penyuluhan tentang pengetahun tentang tuberkuosis pada pasien agar penyakit tuberkulosis dapat dicegah. Kata Kunci: pengetahuan, tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Haryanto, Shelly Intania y Sugiyarto Sugiyarto. "LITERATURE REVIEW: PENGARUH SOCIAL SUPPORT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TBC) PARU". Jurnal Perawat Indonesia 7, n.º 2 (30 de agosto de 2023): 1460–68. http://dx.doi.org/10.32584/jpi.v7i2.1529.

Texto completo
Resumen
Penanggulangan TBC secara nasional menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang diberikan kepada penderita dalam jangka 6-8 bulan pengobatan. Keberhasilan program pengobatan TBC sangat dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat yang lengkap sampai selesai. Tingginya angka kejadian TBC salah satunya dipengaruhi oleh ketidakpatuhan dalam pengobatan. Tujuan enelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh social support terhadap kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Metode literature review (LR) dimana data yang digunakan adalah database pencarian menggunakan MEDLINE (PubMed), Google Scholar, Science Direct, dan Wiley. Laporan yang diterbitkan dari 2012-2021 yang berfokus pada social support terhadap kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Hasil penelitian ini berdasarkan analisis jurnal, terdapat implikasi keperawatan yang dibandingkan dari 8 jurnal, ditemukan bahwa metode peningkatan kepatuhan minum obat anti tuberkulsois dengan teknik social support berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis. Kesimpulan yaitu metode social support terbukti berpengaruh dalam upaya peningkatan kepatuhan minum obat tuberkulosis karena dalam minum obat tuberkulosis dibutuhkan waktu 6-7 bulan secara continue. Peneliti menyarankan agar petugas kesehatan, keluarga dan penderita bekerja sama dalam mewujudkan kepatuhan minum obat anti tuberkuloasis dengan menggunakan metode Social Support. Kata Kunci: Kepatuhan Minum Obat, Social Support, Tuberkulosis.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
4

Wibowo, Gunawan Ari. "PROBLEMA DIAGNOSIS PERITONEAL TUBERKULOSIS PADA WANITA 15 TAHUN". Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada 12, n.º 2 (27 de noviembre de 2023): 172–79. http://dx.doi.org/10.33475/jikmh.v12i2.341.

Texto completo
Resumen
LAPORAN KASUS Problema Diagnosis Peritoneal Tuberkulosis pada Wanita 15 tahun Wibowo Gunawan A, Mustika S, Pratomo B, Supriono. 2022. Laporan Kasus : Wanita 15 Tahun dengan Peritoneal TB, Diagnosis dan Penatalaksanaan .Internal Medicine Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Abstrak : Pendahuluan : Peritoneal Tuberkulosis merupakan suatu peradangan peritoneum visceral maupun parietal yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sampai saat ini diagnosis suatu peritoneal tuberkulosis masih menjadi suatu problema yang cukup sulit, meskipun terapi tuberkulosis peritoneal relatif mudah. Pasien sering datang dengan gejala non spesifik dan terkadang tanpa disertai tuberkulosis paru. Kasus : Kami melaporkan sebuah kasus seorang wanita muda 15 tahun dengan, batuk kronik ,penurnan berat badan, diare serta asites masif dan memiliki riwayat kontak dengan penderita TB. Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar Ca 125, ADA positif namun hasil GEN X pert tidak menunjukan MTB detected Pemeriksaan CXR menunjukan efusi pleura kiri. Kemuadian berdasarkan kondisi klinis pasien kami memberikan terapi peritoneal tuberculosis dan pasien membaik setelah pemberian OAT selama 3 minggu, dan saat kontrol poli pasien sudah dapat beraktivitas seperti sediakala. Kesimpulan : Diagnosis peritoneal tuberkulosis harus dipertimbangkan pada penderita yang datang dengan keluhan perut begah disertai dengan gejala konstitusional tuberkulosis. Gambaran USG abdomen pada penderita peritoneal tuberculosis dapat berupa penebalan omentum setempat, perlengketan usus, maupun limfadenopati. Pemeriksaan PCR terhadap cairan asites lebih sensitif dari pada pewarnaan Ziehl-Nielsen dalam mendeteksi adanya Mycobacterium tuberculosis. Pada beberapa kasus yang sulit untuk menegakkan diagnosis pasti peritoenal tuberkulosa, terapi anti tuberkulosis ex juvantibus diperkenankan. Kata Kunci : Peritoneal tuberkulosis
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
5

Alwa Ayu Azzahra, Achmad Farich, Khoidar Amirus, Nurhalina Sari y Agung Aji Perdana. "Pengaruh Status Gizi, Keterpaparan Rokok Dan Riwayat Kontak Serumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung". PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL 5, n.º 2 (18 de febrero de 2024): 654–70. http://dx.doi.org/10.54832/phj.v5i2.719.

Texto completo
Resumen
Abstrak TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Status gizi, keterpaparan asap rokok, dan riwayat kontak serumah merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena TB. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan status gizi, mencegah keterpaparan asap rokok, dan mengurangi riwayat kontak serumah dengan penderita TB dapat membantu menurunkan angka kejadian TB. Puskesmas kedaton menduduki urutan pertama dengan kasus tuberkulosis paru se Kota Bandar Lampung pada tahun 2020-2022. Pada tahun 2022 puskesmas kedaton memiliki jumlah kasus terbanyak dengan jumlah 90 (77%) kasus. Pada tahun 2023 dari bulan januari sampai juni kasus tuberkulosis paru sebanyak 112 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status gizi, keterpaparan rokok dan riwayat kontak serumah dengan kejadian tuberkulosis paru pada pasien tuberkuloasis paru di wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan case control. Teknik untuk pengambilan jumlah sampel yaitu Purposive sampling, dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 132 orang. Analisa data menggunakan uji chi square dan analisa multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Didapatkan sebagian besar responden memiliki status gizi cukup sebanyak 93 orang (70.5%), keterpaparan rokok sebanyak 81 orang (61.4%), riwayat kontak sebanyak 78 orang (59.1%). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian (p–value = 0,000), keterpaparan (p–value = 0,001), riwayat kontak (p–value = 0,000) dengan kejadian tuberkulosis paru. Riwayat kontak merupakan faktor dominan (p-value= 0,002) yang dapat mempengaruhi kejadian tuberkulosis paru sehingga masyarakat di himbau agar dapat menghindari kontak secara langsung dengan pasien tuberkulosis paru tanpa menggunakan pelindung diri seperti masker dikarnakan tuberkulosis paru menyebar melalui percikan dahak yang dikeluarkan pasien ketika batuk ataupun bersin. Kata kunci: Status gizi, keterpaparan rokok, riwayat kontak serumah, kejadian tuberkulosis paru
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
6

Andi Akifah Rezkiani, Andi Surahman Batara y Andi Rezki Amelia. "Implementasi Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis Era Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar". Window of Public Health Journal 2, n.º 5 (30 de octubre de 2021): 938–50. http://dx.doi.org/10.33096/woph.v2i5.294.

Texto completo
Resumen
Puskesmas Kassi-Kassi merupakan salah satu puskesmas dengan kasus tuberkulosis BTA Positif tertinggi di Kota Makassar. Pandemi Covid-19 dapat mempengaruhi strategi global untuk mengakhiri TB 2035 dalam berbagai cara. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai implementasi kebijakan penanggulangan Tuberkulosis Pada Masa Pandemi Covid-19 di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan penelitian quasi kualitatif dimana informan dipilih dengan teknik purposive sampling. Informan berjumlah 6 orang yaitu Kepala Puskesmas, Pengelola Program Tuberkulosis, Kader dan Penderita TB. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi langsung dan penelusuran dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan komitmen dalam melakukan sosialisasi, pemberian obat anti Tuberkulosis dan jadwal kunjungan rumah dalam masa pandemi Covid-19. Ruang pelayanan TB bergabung dengan ruang pelayanan kusta serta pemantauan pengobatan dilakukan menggunakan teknologi digital. Pembagian shift bagi petugas kesehatan dilakukan untuk mencegah keterpaparan Covid-19. Kurangnya petugas kesehatan menyebabkan terjadinya beban kerja rangkap dalam menjalankan program TB. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan penanggulangan Tuberkulosisi di Puskesmas Kassi-Kassi masih belum berjalan dengan baik karena masih terdapat kendala dalam hal komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi. Disarankan kepada pihak puskesmas agar tetap melakukan pengawasan dalam hal pengobatan bagi penderita TB agar tetap menjalankan pengobatannya dan melakukan sosialisasi melalui saluran komunikasi yang aman.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
7

Reynaldo, Giovanni, Bernadina Chyntia Carsantiningrum y Harim Priyono. "Tuberculous Otitis Media: a case report of hearing impairment in developing country". Oto Rhino Laryngologica Indonesiana 50, n.º 2 (2 de enero de 2021): 159. http://dx.doi.org/10.32637/orli.v50i2.342.

Texto completo
Resumen
ABSTRACTBackground: Tuberculosis is one of major health problems in developing countries, especially extrapulmonary tuberculosis. Tuberculous otitis media (TOM) is one of extrapulmonary manifestations which is a rare phenomenon characterized by painless otorrhea, insidious onset of ear discharge, multiple perforations in the tympanic membrane, and pale granulation tissues in middle ear cleft. Purpose: Reporting one rare case of TOM. Case Report: A 58-year-old male came with painless otorrhea and recurrent hearing impairment. Tympanomastoidectomy was carried out to repair the tympanic membrane, to cleanse the secret from the middle ear, and to obtain sample for biopsy. Histopathological examination showed necrotizing granuloma which contained mycobacterium tuberculosis infection. Medical treatment was administration of anti tuberculosis drugs. Clinical Question: How to establish TOM diagnosis? Review Method: Searching for literature evidence through Google Scholar. Result: The search obtained 20 journals which in accordance with the inclusion and exclusion criteria. There were similarities on clinical and therapeutic symptoms with this reported case. Discussion: In the reported case, the probable pathophysiology was bacterial aspiration through the Eustachian tube, which was just diagnosed during pre-operative screening. There was no apparent pulmonary tuberculosis symptom. Diagnosis TOM with mastoiditis was difficult, it required high skilled accuracy. Conclusion: TOM is a rare manifestation of extrapulmonary tuberculosis. High suspicion of TOM is needed in patients who did not respond to standard treatment. Treatment includes administration of anti-tubercular drugs, and surgical procedure to cleanse the secretion and granulation tissues. Permanent hearing loss can occur in cases of delayed diagnosis. ABSTRAKLatar belakang: Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan di negara berkembang, terutama tuberkulosis ekstra pulmonal. Otitis media tuberkulosa (OMT) merupakan salah satu manifestasi tuberkulosis ekstra pulmonal yang jarang terjadi dan ditandai dengan gejala klinis berupa keluar cairan dari telinga tanpa disertai rasa nyeri, onset penyakit berjalan lambat, terdapat perforasi multipel pada membran timpani, dan jaringan granulasi pucat di rongga telinga tengah. Tujuan: Melaporkan satu kasus OMT yang jarang ditemukan. Laporan Kasus: Seorang laki-laki 58 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga tanpa disertai rasa nyeri, dan ada gangguan pendengaran berulang. Pada pasien dilakukan tindakan bedah timpanomastoidektomi untuk memperbaiki membran timpani yang rusak, membersihkan sekret, dan melakukan biopsi jaringan. Hasil pemeriksaan histopatologi didapati jaringan granuloma nekrotikans yang menunjukkan adanya infeksi Mycobacterium tuberculosis. Diberikan terapi medikamentosa obat anti tuberkulosa. Pertanyaan Klinis: Bagaimana menegakkan diagnosa OMT? Telaah literatur: Penelusuran bukti kepustakaan melalui Google Scholar. Hasil: Penelusuran menghasilkan 20 jurnal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan memiliki kesamaan gejala klinis dan terapi dengan kasus yang dilaporkan. Diskusi: Pada kasus ini kemungkinan patofisologinya adalah aspirasi bakteri melalui tuba eustachius, dan OMT baru terdiagnosis saat dilakukan skrining pra-operasi. Tidak didapati gejala tuberkulosis paru. Diagnosis OMT dengan mastoiditis cukup sulit, diperlukan ketelitian yang tinggi. Kesimpulan: OMT merupakan manifestasi tuberkulosis ekstra pulmonal yang jarang terjadi. Perlu kecurigaan yang tinggi adanya OMT pada pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan standar. Penatalaksanaan meliputi pemberian obat anti tuberkulosa, dan tindakan bedah untuk mengeluarkan dan membersihkan sekret dan jaringan granulasi. Gangguan pendengaran permanen bisa terjadi pada kasus yang penatalaksaannya terlambat.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
8

Junaidin. "Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Educator dengan Motivasi Sembuh Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Woha". GRAVITY EDU ( JURNAL PENDIDIKAN FISIKA ) 2, n.º 2 (30 de septiembre de 2019): 35–38. http://dx.doi.org/10.33627/ge.v2i2.325.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang masih merupakan permasalahn serius yang di temukan pada penduduk dunia termasuk Indonesia. Motivasi pasien untuk sembuh mempengaruhi faktor lingkungan rumah sakit, dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya serta dukungan dari keluarga Tujun dari penelitian ini adalah untuk melihat Hubungan Peran Perawat Dan Keluarga Sebagai Educator Dengan Motivasi Sembuh Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Woha Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan cross sectional . populasi penelitian ini sejumlah 90 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proposive Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang dan menggunakan Uji Chi-Square. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil analisa peran perawat diperoleh nilai pValue = 0,03 < 0,05, artinya ada hubungan peran perawat sebagai educator dengan motivasi sembuh pasien. Hasil analisa peran keluarga diperoleh nilai pValue = 0,006 < 0,05, artinya ada hubungan peran keluarga sebagai educator dengan motivasi sembuh pasien, artinya ada hubungan peran perawat dan keluarga sebagai educator dengan motivasi sembuh pasien tuberkulosi di Puskesmas Woha Tahun 2019. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara peran perawat dan keluarga sebagai educator dengan motivasi sembuh pasien di Puskesmas Woha Tahun 2019. Untuk itu upaya pencegahan terjadinya penyakit tuberkulosis diharapkan peran perawat dan keluarga untuk selalu memberikan motivasi untuk mempercepat proses penyembuhan pasien.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
9

Atok, Emanuel Tes, Derwin R. Sina y Dony M. Sihotang. "IMPLEMENTASI CASE BASED REASONINGUNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT TUBERKULOSIS MENGGUNAKANALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR". Jurnal Komputer dan Informatika 7, n.º 2 (27 de noviembre de 2019): 124–28. http://dx.doi.org/10.35508/jicon.v7i2.1656.

Texto completo
Resumen
—Penalaran Berbasis Kasus menghasilkan solusi berdasarkan kemiripan terhadap kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya. Solusi kasus baru dihasilkan dari pencocokan kemiripan dengan kasus lama. Pada penelitian ini penulis menerapkan CBR untuk mendignosa penyakit tuberkulosa. Sumber pengetahuan sistem diperoleh dengan mengumpulkan berkas rekam medis pasien tuberkulosis pada tahun 2014-2016. Perhitungan nilai kemiripan menggunakan algoritma K-Nearest Neighbor dengan nilai batas kewajaran 80%. Sistem ini dapat mendiagnosis 3 jenis penyakit tuberkulosis berdasarkan 25 gejala yang ada. Luaran sistem berupa jenis penyakit tuberkulosis berdasarkan gejala yang dialami pasien, solusi pengobatan dan presentasi kemiripan antara kasus baru dan kasus lama. Berdasarkan hasil pengujian dengan 51 kasus TB didapatkan hasil: (a) pengujian dengan 3 skenario pengujian kasus baru didapatkan keakuratan sistem masing-masing untuk skenario pertama akurasi yang diperoleh dengan 31 data latih (60% dari 51 kasus) dan 20 data uji (40% dari 51 kasus) akurasinya sebesar 63%, skenario kedua akurasi yang diperoleh dengan 35 data latih (70% dari 51 kasus) dan 16 data uji (30% dari 51 kasus) akurasinya sebesar 69.2% dan skenario ketiga akurasi yg diperoleh dengan 41 data latih (80% dari 51 kasus) dan 10 data uji (20% dari 51 kasus) akurasinya sebesar 90%, (b) hasil pengujian terhadap kasus lama dalam basis kasus didapatkan keakuratan sistemsebesar 100%.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
10

Nurhasanah, Nurhasanah, Rizky Meilando y Ardiansyah Ardiansyah. "Hubungan Self Efficacy dan Self Care terhadap Kualitas Hidup pada Pasien TB Paru". Jurnal Penelitian Perawat Profesional 6, n.º 2 (20 de septiembre de 2023): 509–16. http://dx.doi.org/10.37287/jppp.v6i2.2101.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkulosi dan merupakan salah satu dari penyakit 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia. Ketidakberdayaan penderita Tuberkulosis akan menimbulkan perubahan adaptasi pada responden psikologis, sosial, dan spiturial sehinggan akan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Penelitian ini tertujuan untuk mengetahui hubungan self care dan self efficacy terhadap kualitas hidup pasien tb paru di puskesmas selindung kota Pangkalpinang Tahun 2023. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini 31 responden yang dipilih dengan teknik Non-Probability. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien TB paru memiliki kualitas hidup yang buruk dan self care yang buruk, self efficacy. Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value (0,008)< a (0,05), yang bearti ada hubungan antara self care dengan kualitas hidup, dan hasil uji statistic didapatkan nilai p-value (0,10) < a (0,05) yang berarti ada hubungan antara self efficacy dengan kualitas hidup pasien TB paru di wilayah puskesmas selindung kota pangkalpinang 2023. Saran dari penelitian ini adalah diharapkan dapat meningkatkan pendidikan kesehatan mengenai self care dan self efficacy pasien TB paru pada saat pasien menjalani perawatan di fasilitas kesehatan tersebut misanya pada saat melalukan dishart planning.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
11

Setiyaningrum, Iva Puspaneli y Tita Alfian. "Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Pengetahuan dan Ansietas Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Tuberkulose". MAHESA : Malahayati Health Student Journal 3, n.º 4 (3 de junio de 2023): 1105–14. http://dx.doi.org/10.33024/mahesa.v3i4.10218.

Texto completo
Resumen
ABSTRACT Family psychoeducation can increase knowlwdge and reduce the level of anxiety in families in caring for family members who have Tuberculosis. In 2017, it was found thah 10 million people had tuberculosis and 1.6 million dies. Indonesia is one of the countries thah has the largest burden of Tuberculosis. The family is the closest element thah is able to contribute to the helaing of Tuberculosis patiens. Due to the inadequate knowledge of the family regarding the handling of TB conditions, it does not rule out the possibility thet the level of family anxiety in dealing with TB problems will be higher thah families who have sufficient knowledge about TB treatment. So one of the therapies that can be done is to reduce the level of anxiety while increasing family knowledge with family psychoeducation. To determine differences in knowledge and levels of family anxiety in caring for family members with tuberculosis before and after psychoeducation. Research with a quantitative approach, quas-experimental design pre and post test without group control. The total sampling of 6 people is a family who is the patients’s main care giver. The results of the T-test obtained p-values of 0.00 and 0.00 (p<0.5), indicating that there were difference in increasing knowledge and increasing family anxiety in caring for family members who had tuberculosis at the Adipala 1 Health Center, Kab. Cilacap. There are diffences in psychoeducation in increasing knowledge and decreasing family anxiety in caring for family members with tuberculosis. Keywords: Psychoeducation, Knowledge, Anxiety, Family Experiencing Tuberculosis ABSTRAK Psikoedukasi Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan dan menurunkan tingkat ansietas pada keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami Tuberkulose. Tahun 2017 diketahui 10 juta orang mengalami Tuberkulose dan 1,6 juta meninggal. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban tuberkulosis yang terbesar. Keluarga merupakan unsur terdekat yang mampu memberikan kontribusi pada penyembuhan pasien Tuberkulose. Karena dengan adanya pengetahuan yang tidak memadai dari keluarga terhadap penanganan kondisi Tuberkulose tidak menutup kemungkinan tingkat ansietas keluarga dalam menghadapi persoalan Tuberkulose menjadi lebih tinggi dibandingkan keluarga yang memiliki cukup pengetahuan tetang perawatan Tuberkulose. Maka salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat ansietas sekaligus meningkatkan pengetahuan keluarga dengan Psikoedukasi keluarga . Mengetahui perbedaan pengetahuan dan tingkat ansietas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan Tuberkulose sebelum dan sesudah psikoedukasi. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif, desain quasi experiment pre and pos test without control grup. Total sampling sebanyak 6 orang merupakan keluarga yang merupakan care giver utama pasien. Hasil uji-T diperoleh p-value 0,00 dan 0,00 (p< 0,05), menunjukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan dan penurunan ansietas keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami Tuberkulose di Puskesmas Adipala 1 Kab. Cilacap. Ada perbedaan Psikoedukasi Pada Peningkatan Pengetahuan dan Penurunan Ansietas Keluarga Dalam Merawat Anggota keluarga Dengan Tuberkulose. Kata Kunci: Psikoedukasi, Pengetahuan, Ansietas, Keluarga Mengalami Tuberkulose
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
12

Ismaya, Nurwulan Adi, Riris Andriati, Aripin Aripin, Tri Okta Ratnaningtyas y Faizah Tafdhiila. "RASIONALITAS OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TB PARU RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN". Edu Masda Journal 5, n.º 2 (30 de septiembre de 2021): 19. http://dx.doi.org/10.52118/edumasda.v5i2.127.

Texto completo
Resumen
One of disease that continues to be a major global health issue is Tuberculosis. This research aims to evaluate a rational of anti-tuberculosis drugs with patient in pulmonary TB at South Tangerang City General Hospital in 2020. The research design was carried out using a descriptive research method. Descriptive research method is carried out with aapproach retrospective. A total sampling technique was used to collect data from 124 patients. According to the study's findings, the age characteristics of the majority of tuberculosis patients were in late adults 36-45 years as many as 28 patients (22.58 percent), and the majority of gender characteristics were male as many as 83 patients (66.93%), diagnoses and diseases The most co-morbidities of tuberculosis patients were pulmonary TB + Type 2 DM patients with a total of 19 patients (15.32%), the category of treatment for the most tuberculosis patients was in category 1, which was 105 patients (84.67%). Presentation of drug rationale includes 100% correct diagnosis, 100% correct indication, 100% correct drug, 88.70% correct dose, 100% correct route of administration, 98,38% correct time interval, and 100% correct patient. It is possible to conclude that the evaluation of the use of anti-tuberculosis drugs in pulmonary TB patients at South Tangerang City General Hospital's Inpatient Installation is not rational.ABSTRAKSalah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehatan yaitu Tuberkuloasis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kerasionalan obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian deskripti dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data retrospektif yaitu data tahun 2020 dan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 124 pasien. Hasil penelitian ini, usia pasien tuberkulosis terbanyak yaitu pada dewasa akhir 36-45 tahun sejumlah 28 pasien (22,58%), pasien terbanyak adalah laki-laki 83 pasien (66,93%), diagnosa dan penyakit penyerta terbanyak pasien tuberkulosis yaitu terdapat pada pasien TB Paru + DM Tipe 2 dengan jumlah 19 pasien (15,32%), kategori pengobatan pada pasien tuberkulosis terbanyak yaitu pada kategori 1 yaitu sebanyak 105 pasien (84,67%). Presentasi kerasionalan obat meliputi tepat diagnosis 100%, tepat indikasi 100%, tepat obat 100%, tepat dosis 88,70%, tepat cara pemberian 100%, tepat interval waktu pemberian 98,38%, dan tepat pasien 100%. Dapat disimpukan bahwa penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan belum rasional.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
13

Pratiwi, Sujie, Mochamad Iskandarsyah Agung Ramadhan, Merry Kartika y Yudhisman Imran. "Penghentian obat anti tuberkulosis pada meningitis tuberkulosis". Jurnal Biomedika dan Kesehatan 3, n.º 1 (31 de marzo de 2020): 28–32. http://dx.doi.org/10.18051/jbiomedkes.2020.v3.28-32.

Texto completo
Resumen
LATAR BELAKANGPenghentian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada dugaan Meningitis Tuberkulosa (METB) dapat dilakukan dengan penilaian gejala klinis, dan Computerized Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras. DESKRIPSI KASUSPasien laki-laki, usia 36 tahun, dibawa ke instalasi gawat darurat (IGD) RS Hermina Daan Mogot dengan keluhan penurunan kesadaran bertahap sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengeluh nyeri kepala yang memberat dalam 3 bulan, demam naik turun sejak 1 bulan. Pasien memiliki riwayat kontak serumah dengan penderita Tuberkulosis (TB). Pada pemeriksaan neurologi didapatkan, Glasgow Coma Scale (GCS) E3M5V2, tanda rangsangan meningeal (+) dan test HIV (-). CT Scan kepala dengan kontras didapatkan penyengatan kontras minimal di daerah sisterna silvii bilateral dan sisterna basalis dan kronik iskemik serebral infark pada frontoparietal kanan. Pasien mendapatkan tata laksana antiedema dan OAT kategori I. Setelah terdapat perbaikan klinis berupa perbaikan kesadaran menjadi compos mentis dan derajat nyeri kepala berkurang, pasien pulang dengan tata laksana antiedema, OAT dan antiplatelet. Saat rawat jalan pasien masih mengeluhkan nyeri kepala, dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala, masih terdapat penyengatan kontras hingga bulan ke-12 dan ke-15. Pada bulan ke-18 pasien sudah tidak mengeluhkan nyeri kepala dan tidak terdapat penyengatan kontras pada CT scan kepala sehingga OAT dapat dihentikan. KESIMPULANPemberian OAT bervariasi pada setiap individu. Perpanjangan dan penghentian terapi dipertimbangan berdasarkan kondisi pasien dan dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang seperti CT Scan kepala.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
14

Denih Agus Setia Permana , A.F. Yanti. "GAMBARAN DAN ANALISIS KESESUAIAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DEWASA DI PUSKE S MAS CILACAP SELATAN TAHUN 2018". Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian 1, n.º 1 (25 de noviembre de 2019): 99–105. http://dx.doi.org/10.36760/jp.v1i1.27.

Texto completo
Resumen
Penyakit tuberkulosis(TB ) Paru merupakan penyakit infeksi pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Bacillus Tuber c ulosis . K arakteristik pengobatan jenis bakteri ini ,perlu secara langsung mengunakan k ombinasi antibiotik , yang diberikan pada fase intesif dan fase lanjutan . Ketidaksesuaian pengobatan menjadi salah satu penyebab utama banyaknya kasus multi drug resistensi (MDR). Tujuan p enelitian untuk melihat gambaran dan kesesuaian pengobatan TB paru pasien dewasa yang meliputi dosis penggunaa n, jenis obat, dan aturan pakai , ber dasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2011. jenis penelitian ini adalah crossectiona l dengan menggunakan data pasien periode Januari - Juni yang sudah selesai menjalani pengobatan di Puskesmas Cilacap Selatan I dan 2 . Besar sampel sebanyak 48 orang, dengan 42 sampel yang memenuhui kriteria, dipilih menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan b ahwa obat yang paling banyak digunakan yaitu Obat Anti Tuberkuloisis Kombinasi Dosis Tetap ( OAT - KDT) sebanyak 42 ( 100% ) . Pasien yang mendapatkan pengobatan sesuai dengan pedoman penggulangan TB 2011,kategori 1 fase intensif dan lanjutan adalah 39 (92,9%)
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
15

Solehudin, Didin y Ridwan Farid. "METODE BIMBINGAN ROHANI BAGI PASIEN RAWAT TUBERKULOSIS". Iktisyaf: Jurnal Ilmu Dakwah dan Tasawuf 2, n.º 1 (31 de marzo de 2020): 36–44. http://dx.doi.org/10.53401/iktsf.v2i1.11.

Texto completo
Resumen
Pasien yang diperlukan rawat inap di rumah sakit akan perlu seseorang yang dapat memberikan dorongan dan stimulus untuk mempercepat pemulihan. Selain untuk keluarga sebagai encourager, tentu saja, diperlukan personel terampil mampu menyediakan panduan, arah, dan saran-saran pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan program bimbingan rohani di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dan mendeskripsikan Layanan Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien Rawat Inap Tuberkulosisi (TBC) di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya serta Hasil dari Bimbingan Rohani itu sendiri berdasarkan analisis manajemen bimbingan dan konseling. Dimana program dan proses bimbingan rohani ini diperlukan dengan metode bimbingan rohani yang di terapkan untuk meningkatkan pelayanan terbaik bagi pasien dan sumber daya insani baik di lingkungan rumah sakit maupun di masyarakat. Rumah sakit RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dijadikan sumber data untuk mendapatkan potret pelaksanaan bimbingan rohani Islam di rumah sakit. Dan metode yang dipakai dalam bimbingan rohani. Datanya diperoleh dengan cara wawancara bebas, observasi, dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman (Mycobacterium tuberculosis) Kuman ini berbentuk batang, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melaliui udara yang di hirup kedalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernapasan (broncus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Kajian ini menunjukkan bahwa Program Layanan Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien Rawat Inap Tuberkulosis (TBC) di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya yaitu : Pembinaan mental spiritual bagi karyawan, Budaya Islami rumah sakit (Islamic Hospital Culture), Bimbingan rohani Islam bagi pasien, Dakwah Sosial, adapun prosesnya adalah : Memberikan masukan tentang agama, Memberikan motivasi, membantu melaksanakan ibadah wajib seperti shalat dan wudu. Sedangkan hasil dari pelaksanaan bimbingan adalah pasien yang di berikan bimbingan rohani lebih cepat kesembuhannya di bandingkan dengan pasien yang tidak di berikan bimbingan rohani.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
16

Hidayat, Hilda Rismaya y Wildan Wiguna. "APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT TUBERCULOSIS MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID". Jurnal Responsif : Riset Sains dan Informatika 3, n.º 1 (28 de febrero de 2021): 20–29. http://dx.doi.org/10.51977/jti.v3i1.331.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penularan penyakit ini, umumnya terjadi melalui droplet atau percikan cairan seperti batuk atau bersin. Penyakit Tuberkulosis memiliki dua jenis yaitu Tuberkulosis Paru dan Tuberkulosis Ekstra Paru. Pada penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru memiliki berbagai macam jenis diantaranya Tuberkulosis Tulang Belakang, Tuberkulosis Kelamin, Tuberkulosis Ginjal, dan Tuberkulosis Usus. Penyakit Tuberkulosis dapat menyebabkan kematian jika terlambat dalam penanganan dan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit Tuberkulosis. Klinik Pratama Mitramedik Arcamanik merupakan sarana kesehatan yang salah satu layanannya yaitu menyediakan pemeriksaaan terhadap pasien Tuberkulosis. Dari semua permasalahan yang ada dapat diselesaikan menggunakan suatu sistem pakar. Salah satu metode yang digunakan pada sistem pakar adalah Certainty Factor. Metode tersebut mampu menghitung nilai kepastian gejala untuk menghasilkan diagnosa dari berbagai jenis penyakit Tuberkulosis. Dalam memudahkan perhitungan Certainty Factor dapat digunakan aplikasi berbasis mobile yang berjalan pada platform Android. Sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menerapkan metode Certainty Factor berbasis mobile menggunakan pemograman Android di Klinik Pratama Mitramedik Arcamanik. Hasil dari penelitian ini yaitu memberikan infomasi tentang penyakit Tuberkulosis Tulang Belakang, Kelamin, Ginjal, dan Usus, sehingga membantu memepercepat penanganan medis dalam mendiagnosa penyakit Tuberkulosis secara dini. Kemudian aplikasi diagnosa penyakit Tuberkulosis berbasis mobile berhasil dibangun menggunakan pemrograman Android.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
17

Utari, Elitha M., Neno Fitriyani Habie y Arif Efendi. "EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR TERKAIT RENDAHNYA PERSENTASE ORANG TERDUGA TUBERKULOSIS MENDAPATKAN PELAYANAN TUBERKULOSIS SESUAI STANDAR (SUSPEK) DI PUSKESMAS X KOTA BANDARLAMPUNG". Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 10, n.º 8 (31 de agosto de 2023): 2677–85. http://dx.doi.org/10.33024/jikk.v10i8.11738.

Texto completo
Resumen
Abstrak: Tuberkulosis merupakan penyakit katastropik yang menjadi perhatian di dunia. Jumlah kasus Tuberkulosis di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Perlu dilakukan kembali terkait pengendalian Tuberkulosis guna menemukan suspek Tuberkulosis, meningkatkan angka kesembuhan, dan menurunkan angka kematian. Mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas X. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara mendalam yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Identifikasi masalah dilakukan dengan wawancara programmer dan observasi data sekunder. Prioritas masalah menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Analisis penyebab masalah dilakukan dengan metode Fishbone. Pencapaian pelayanan suspek Tuberkulosis sesuai standar masih 11,56% di bawah target Standar Pelayanan Minimal. Ini adalah masalah prioritas dalam program Tuberkulosis berdasarkan metode USG. Penyebab rendahnya capaian penemuan suspek Tuberkulosis yang mendapatkan pelayanan sesuai standar adalah upaya penemuan suspek Tuberkulosis oleh tenaga kesehatan dan kader belum optimal yang dipengaruhi oleh kurangnya media promosi, belum optimalnya jejaring eksternal dalam skrining, buruknya kualitas sputum, stigma dan diskriminasi pada Tuberkulosis. Disarankan membuat media promosi tentang sputum yang baik, meningkatkan kapasitas kesehatan dan kader dalam menemukan suspek Tuberkulosis, monitoring & evaluasi capaian kinerja dan pemberian reward.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
18

Rusli, Rusli, Muh Askar, Rusdiaman Rusdiaman y Yaumil Fachni Tandjungbulu. "PENINGKATAN KAPASITAS PENGETAHUAN PASIEN TUBERKULOSIS TERHADAP EFEK SAMPING OBAT ANTI TUBERKULOSIS". Media Implementasi Riset Kesehatan 2, n.º 2 (20 de diciembre de 2021): 95. http://dx.doi.org/10.32382/mirk.v2i2.2567.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis masih menjadi penyakit infeksi menular yang cukup serius dan merupakan permasalahan kesehatan di dunia, sampai saat ini tingkat kedisiplinan penderita dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis masih rendah sehingga dibutuhkan pengawasan dan edukasi pada penderita tentang pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis agar tidak terjadi peningkatan kasus bentuk resisten obat dari penyakit tuberkulosis khususnya MDR-TB dan XDR-TB. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2021 dan berakhir pada tanggal 16 Oktober 2021, dengan metode intervensi non fisik pada penderita tuberkulosis di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang berobat di Puskesmas Tamangapa sebanyak 50 orang, dengan pemanfaatan media visual berupa presentasi materi melalui powert point, pemutaran video, pemberian buku saku pedoman pengetahuan dan pengobatan tuberkulosis, banner, dan evaluasi pre test dan post test. Hasil yang diperoleh terdapat peningkatan pengetahuan pasien tuberkulosis terhadap efek samping obat anti tuberkulosis sebanyak 47% setelah edukasi dan peyuluhan dilakukan, sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat meningkatkan pengetahuan pasien tuberkulosis terhadap efek samping obat anti tuberkulosis dan selanjutnya dapat mengurangi terjadinya peningkatan kasus bentuk resisten obat dari penyakit tuberkulosis khususnya MDR-TB dan XDR-TB, yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya penderita tuberkulosis yang ada di Puskesmas Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dapat disarankan perlu dilakukan pengabdian kepada masyarakat lanjutan untuk perluasan wilayah kegiatan tersebut sehingga dapat dilakukan di seluruh Puskesmas di Kota Makassar.Kata Kunci : Pasien Tuberkulosis, Obat Anti Tuberkulosis
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
19

Udayanti, Erika Devi, Fajar Agung Nugroho, Nisa’ul Hafidhoh y Florentina Esti Nilawati. "Pengembangan Aplikasi Bantu Diagnosis Tuberkulosis Resistan Obat Berbasis Android". Edu Komputika Journal 6, n.º 1 (28 de junio de 2019): 1–7. http://dx.doi.org/10.15294/edukomputika.v6i1.30166.

Texto completo
Resumen
Berbagai perangkat lunak aplikasi dikembangkan dalam upaya membantu tenaga kesehatan maupun tenaga medis melakukan diagnosis dan perekaman medis pasien baik yang terintegrasi dalam clinical pathway maupun dalam pengelolaan administrasi pasien. Dalam kasus tuberkulosis, salah satu jenis kasus yang dijumpai akibat kekebalan terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) adalah tuberkulosis resistan obat. Selain akibat clinical error, adanya human error juga menjadi pemicu munculnya kasus tuberkulosis resistan obat. Dalam Global Tuberculosis Report 2017 oleh WHO, disampaikan bahwa kepatuhan pasien tuberkulosis dapat dijembatani dengan pemanfaatan teknologi digital. penelitian ini mengusulkan pengembangan aplikasi diagnosis tuberkulosis resisten obat dalam bentuk electronic health (ehealth). Hasil dari penelitian ini yaitu berupa perangkat lunak aplikasi “etubero” yakni electronic tuberkulosis resistan obat berbasis android. Alur diagnosis dalam aplikasi yang akan dikembangkan, mengacu pada algoritma diagnosis tuberkulosis resistan obat. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat rancangan electronic clinical pathway (alur klinis elektronik) melalui perangkat lunak aplikasi electronic tuberkulosis resistan obat atau eTubero sesuai dengan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
20

Roziqin, Mochammad Choirur y Andri Permana Wicaksono. "Analisis Statistik Dan Pemetaan Kasus Tuberkulosis Anak Dan Tuberkulosis Dewasa Di Kabupaten Jember Tahun 2016". Jurnal Kesehatan 6, n.º 1 (18 de abril de 2019): 27–33. http://dx.doi.org/10.25047/j-kes.v6i1.57.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang dapat menyerang berbagai organ di dalam tubuh terutama paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis (TB) pada anak dapat menimbulkan berbagai kasus, seperti kecacatan, kasus gagal tumbuh, bahkan kematian. Jika tidak segera ditangani, penyakit Tuberkulosis anak pada saat ini akan menunjukkan sumber penyakit Tuberkulosis di masa datang Sedangkan pada dewasa jika tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. Di Kabupaten Jember penderita Tuberkulosis menempati posisi kedua se-Jawa Timur (Data Dinkes Jatim, 2016). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membuat Sistem Informasi Geografis Peta Persebaran dan Analisis Statistik Kasus Tuberkolusis Anak Di Kabupaten Jember pada Tahun 2016 Menggunakan Google Fusion Tables. Metode yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan statistik deskriptif dan deskriptif berupa pemetaan penyakit Tuberkolusis Anak. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui perbandingan antara kasus Tuberkulosis pada anak dengan kasus Tuberkulosis pada laki-laki dewasa serta kasus Tuberkulosis pada anak dengan kasus Tuberkulosis pada perempuan dewasa yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Selain itu, tugas ini juga menghasilkan sebuah peta digital persebaran kasus Tuberkulosis Anak Tahun 2016 pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Jember.Kata Kunci: Tuberkulosis, Analisis Statistik, Pemetaan, Google Fusion Tables
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
21

Setyorini, Rika Hastuti, Indana Eva Ajmala, Eva Triani, Ika Primayanti, Eka Arie Yuliani y Ni Nyoman Geriputri Geriputri. "Pendidikan Kesehatan Dan Pelatihan Deteksi Dini Penyakit Tuberkulosis Pada Kader Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis". Jurnal PEPADU 1, n.º 4 (15 de octubre de 2020): 493–96. http://dx.doi.org/10.29303/jurnalpepadu.v1i4.140.

Texto completo
Resumen
Penyakit tuberkulosis memberikan dampak baik secara fisik maupun psikologis ,baik bagi penderitanya maupun keluarganya Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Masyarakat perlu diberdayakan melalui pemberian informasi yang memadai tentang Tuberkulosis, pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian TB sehingga diperlukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai tuberkulosis dan pencegahannya serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kader dalam deteksi dini tuberkulosis. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan berupa ceramah serta pelatihan. Informasi yang disampaikan diharapkan akan meningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang tuberkulosis dalam pencegahan dan penemuan penyakit tuberkulosis. Hasil pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan pencegahan dan deteksi dini tuberkulosis menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta mengenai pencegahan tuberkulosis, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata post test yaitu 84,5 dari nilai rata – rata pretest sebesar 79,75.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
22

Tantri, Renny Irviana Eka y Ida Bagus Ngurah Rai. "Tuberkulosis Serviks pada Penderita Tuberkulosis Paru". Jurnal Respirasi 2, n.º 2 (2 de abril de 2019): 41. http://dx.doi.org/10.20473/jr.v2-i.2.2016.41-44.

Texto completo
Resumen
Background: Tuberculosis (TB) is a disease caused by infection of Mycobacterium tuberculosis complex. Global Tuberculosis Report 2011 stated the incidence of TB cases reached 8.7 million (1.1 million co-infected with HIV) and 990,000 people died because of TB. Twenty five percent of extrapulmonary TB occurs in cervix, which is 0.1 to 0.65% of all TB cases, and 5-24% of TB in urogenital tract. Case: We report the case of a woman, aged 28 years admitted with complaint hematuria since 6 months. With UTI treatment, Patient didn’t get improved. Gynecology examination within normal limit. The results of cervical biopsy were granulomatous chronic inflammation with suppuratif inflammatory process. Patient were diagnose with cervical TB. Patiens also complaint chronic cough with decrease of appetite and night sweating. Chest x-ray showed Lung TB with thickening of upper left pleural. AFB sputum examination with positive result, patient diagnosed with Lung TB. Patient got therapy ATD first chategory and after 2 weeks of therapy patient showed clinical improvement. Conclusion: Cervical TB is more common in women of childbearing age between 20-40 years. In this case, the possibility of Cervical TB occurs because through hematogenous dissemination of pulmonary tuberculosis.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
23

Anam, Moh Syarofil y Maria Mexitalia. "Perbedaan Kadar C-Reactive Protein Pasien Tuberkulosis Paru dan Ekstra Paru pada Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi Semarang". Sari Pediatri 25, n.º 4 (18 de diciembre de 2023): 215. http://dx.doi.org/10.14238/sp25.4.2023.215-20.

Texto completo
Resumen
Latar belakang. Tuberkulosis pada anak dapat mengenai paru dan di luar paru. C-Reactive protein merupakan penanda inflamasi yang digunakan dalam klinis dan telah diketahui kadarnya meningkat pada pasien tuberkulosis anak.Tujuan. Menganalisis perbedaan kadar C-Reactive protein pada pasien tuberkulosis paru dan ekstra paru anak.Metode. Penelitian belah lintang menggunakan data rekam medis pasien tuberkulosis anak usia 0-18 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang periode Januari 2019 – Desember 2020. Data yang dikumpulkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kadar C-Reactive protein, penyakit komorbid dan kualitas penegakan diagnosis. Kriteria inklusi pasien tuberkulosis anak usia 0-18 tahun, kriteria eksklusi data tidak lengkap. Analisis data menggunakan komputer.Hasil. Dari 221 kasus tuberkulosis, 50 subyek dilakukan analisis dengan distribusi tuberkulosis paru 21/50 dan tuberkulosis ekstra paru 29/50 kasus. Terdapat perbedaan usia (p=0,019), berat badan (p=0,008), tinggi badan (p=0,011), penyakit komorbid (0,001) antar kelompok. Tidak didapatkan perbedaan pada Jenis kelamin, status gizi, tes tuberkulin, bakteriologis, dan kualitas penegakan diagnosis. Median kadar C-Reactive protein pasien TB paru 0,23 (0,01-12,91) mg/L dan tuberkulosis ekstra paru 2,6 (0,05-32,15) (p=0,006). Kesimpulan. Kadar C-Reactive protein pasien tuberkulosis ekstra paru lebih tinggi dibandingkan dengan tuberkulosis paru pada anak.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
24

Pasaribu, Rouly, Zen Ahmad, Linda Andriani, Sudarto Sudarto, Ahmad Rasyid, Alif Fathurrachman y Dwi Indira Setyorini. "Aksi pemberdayaan dan edukasi kader tuberkulosis dalam deteksi kasus tuberculosis, serta deteksi dini hipertensi dan diabetes mellitus di Palembang". Jurnal Pengabdian Masyarakat: Humanity and Medicine 4, n.º 1 (30 de marzo de 2023): 34–43. http://dx.doi.org/10.32539/hummed.v4i1.106.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan global. Menurut laporan tuberkulosis dunia tahun 2022, Indonesia menempati peringkat 2 di dunia dengan estimasi 969.000 kasus. Jumlah kasus tuberkulosis paru yang ditemukan dan dilaporkan hanya 443.235 kasus. Masih ada sekitar 500.000 kasus yang belum ditemukan dan dilaporkan. Penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes mellitus juga merupakan penyakit yang sering di jumpai namun sering diabaikan saat masih fase dini. Hipertensi dan diabetes mellitus pada pasien tuberkulosis paru dapat berpengaruh buruk dalam hasil pengobatan. Peran penting dalam meningkatkan penemuan kasus tuberkulosis paru serta deteksi dini komorbid nya dapat dilakukan oleh kader tuberkulosis. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan dayaguna kader tuberkulosis di Palembang, agar tercapai peningkatan penemuan kasus serta komorbidnya. Melalui organisasi kader tuberkulosis yaitu, Masyarakat Sehat Sriwijaya, 15 kader tuberkulosis diberikan penyuluhan dengan pengayaan materi penemuan kasus serta deteksi dini hipertensi dan diabetes mellitus. Melalui kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan, didapatkan peningkatan pemahaman tentang penemuan kasus tuberkulosis serta deteksi dini hipertensi dan diabetes mellitus, dengan rerata skor sebelum 56,7, dan rerata skor sesudah 91,3. Dilakukan juga simulasi pelatihan deteksi dini hipertensi dan diabetes mellitus, agar dapat diterapkan oleh kader kepada masyarakat.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
25

Rizwani, Wilda y Suprianto Anto. "Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Aceh". Jurnal Dunia Farmasi 1, n.º 2 (20 de mayo de 2019): 70–73. http://dx.doi.org/10.33085/jdf.v1i2.4359.

Texto completo
Resumen
Pendahuluan; Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis penyakit yang diperburuk dengan kemiskinan dan umumnya menyerang penduduk yang rentang usia produktif. Indonesia merupakan Negara ketiga di dunia dalam urutan penderita tuberkulosis tertinggi. Obat-obat yang digunakan pada pengobatan tuberkulosis adalah obat anti tuberkulosis (OAT) yang merupakan antibiotik. Tujuan; untuk mengetahui jumlah penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh. Metode; penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan analisis data tentang penggunaan obat anti tuberkulosis yang menggunakan metode retrospektif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh berdasarkan data sekunder selama 6 bulan dari bulan Januari-Juni tahun 2016. Hasil; Penggunaan obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen, Aceh menggunakan obat anti tuberkulosis tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) (48,9%), dan tablet 2 Fix Dose Combination (2FDC) (51%). Tablet 4 Fix Dose Combination (4FDC) berisi kaplet RHZE yaitu Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg untuk pengobatan tahap intensif atau tahap awal. Sedangkan tablet 2Fix Dose Combination (2FDC) berisi tablet RH yaitu Rifampicin 150 mg dan Isoniazid 150 mg untuk pengobatan tahap lanjutan. Kesimpulan; pada penelitian ini, obat anti tuberkulosis FDC yang cenderung lebih banyak digunakan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian konseling dan pengawasan menelan obat kepada pasien mengenai efek samping obat anti tuberculosis dan keteraturan pengobatan tuberkulosis.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
26

Sari, Adelia Ratna, Hadi Purwanto y Aby Yazid Al Busthomy Rofi'i. "GAMBARAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SEMANDING". Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia 6, n.º 2 (20 de julio de 2022): 106. http://dx.doi.org/10.52020/jkwgi.v6i2.3374.

Texto completo
Resumen
ABSTRAK Tuberkulosis Paru telah menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia dan angka keberhasilan pengobatan merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengendalian Tuberkulosis Paru. Pravalensi angka keberhasilan pengobatan di Jawa Timur pada tahun 2019 menempati urutan kesembilan (90%). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keberhasilan pengobatan berdasarkan karakteristik individu (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan), Tipe Pasien, Jenis PMO, Kategori Pengobatan, Keteraturan Pengobatan, dan Status Gizi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah keberhasilan pengobatan pada pasien Tuberkulosis Paru. Prosedur pengumpulan data menggunakan data sekunder dengan total sampel 67 pasien dan teknik pengumpulan data menggunakan instrument checklist. Data ditampilkan dengan distribusi frekuensi dan tabel. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (52%), hampir setengahnya berumur 56-65 tahun (28%), hampir seluruhnya memiliki pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (78%), sebagian besar bekerja (69%), hampir seluruhnya merupakan pasien Tuberkulosis Paru baru (92%), sebagian besar memiliki PMO keluarga (73%), hampir seluruhnya merupakan pasien Tuberkulosis Paru dengan pengobatan kategori 1 (94%), seluruhnya merupakan pasien Tuberkulosis Paru yang menjalankan pengobatan dengan teratur (100%), hampir setengahnya memiliki berat badan kurang (˂18,4) (33). Kegiatan program pengobatan Tuberkulosis Paru dapat dipertahankan upaya keteraturan pengobatan bagi pasien Tuberkulosis Paru BTA (+), sehingga akan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan pada pasien Tuberkulosis Paru. Kata Kunci : Keberhasilan Pengobatan, Tuberkulosis Paru, Pengobatan Tuberkulosis
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
27

Azmi, Rizki Nur, Tiara Ardiani y Sahra Siami. "Hepatotoksik terkait Obat Antituberkulosis pada Pasien Tuberkulosis dan Koinfeksi Tuberkulosis-HIV". Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine 9, n.º 1 (28 de marzo de 2022): 37–42. http://dx.doi.org/10.36408/mhjcm.v9i1.650.

Texto completo
Resumen
LATAR BELAKANG : Efek samping obat antituberkulosis yaitu toksik terhadap sel hati, disebut hepatotoksik, perlu menjadi perhatian dalam pengobatan tuberkulosis. Adanya efek samping yang tidak diinginkan ini menjadi tantangan dalam pengobatan karena dapat menyebabkan penghentian terapi atau perubahan rejimen. Koinfeksi dengan infeksi HIV juga diduga dapat meningkatkan potensi hepatotoksisitas obat antituberkulosis. TUJUAN : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian hepatotoksisitas obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis dan koinfeksi tuberkulosis-HIV. METODE : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional, yang dilakukan di salah satu rumah sakit Kota Samarinda. Sumber data penelitian berasal dari rekam medik pasien pada tahun 2018 – 2020. Didapatkan 53 pasien tuberkulosis dan 53 pasien koinfeksi tuberkulosis-HIV. Perbedaan nilai enzim hati (SGOT dan SGPT) dan derajat keparahan pada kedua kelompok tersebut dianalisis dengan uji Mann-Whitney dan Chi-Square. HASIL : Rata-rata nilai SGOT dan SGPT pada pasien koinfeksi tuberkulosis-HIV lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa infeksi HIV, yaitu SGOT 127,1 µ/L dan SGPT 100,7 µ/L. Derajat keparahan tertinggi yang dialami pasien adalah grade 3 (hepatotoksik berat). Pasien koinfeksi tuberkulosis-HIV dengan derajat keparahan grade 3 sebanyak 22,6% dan pasien tuberkulosis sebanyak 9,4%. Nilai enzim hati maupun derajat keparahan hepatotoksik pada kedua kelompok pasien berbeda signfikan secara statistik dengan nilai p < 0,05. KESIMPULAN : Pasien koinfeksi tuberkulosis-HIV cenderung mengalami kejadian hepatotoksik terkait obat anti tuberkulosis lebih tinggi dibandingkan tanpa infeksi HIV.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
28

Nahya Saida, Agstri Anis, Aisyah Lahdji y Nina Anggraeni. "HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS SIMBARWARINGIN KECAMATAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH". Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 10, n.º 7 (30 de julio de 2023): 2409–17. http://dx.doi.org/10.33024/jikk.v10i7.10134.

Texto completo
Resumen
Abstrak: Hubungan Peran Pengawas Menalan Obat (PMO) Dengan Keberhasilan Pengobatan Penderita Tuberkulosis Di Puskesmas Simbarwaringin Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah. Terjadi penurunan tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis di Puskesmas Simbarwaringin Tahun 2018 hingga 2020 sebesar 5%. World Health Organization merekomendasikan Strategi DOTS yaitu pengawasan langsung menelan obat oleh PMO. PMO (pengawas menelan obat) memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan tuberkulosis. Oleh karena itu perlu adanya penelitian terkait hubungan pengawas menelan obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Simbarwaringin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan penderita Tuberkulosis di Puskesmas Simbarwaringin. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik, desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah 58 pasien tuberkulosis yang telah menyeleaikan pengobatan dipilih menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner peran PMO yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Data dianalisis menggunakan uji fisher exact dengan tingkat kemaknaan 95%. Sebanyak 93,1% pasien berhasil menjalani pengobatan tuberkulosis dan 89,7% PMO pasien tuberkulosis menunjukkan peran optimal. Hasil analisis menunjukan terdapat hubungan signifikan antara peran PMO dengan keberhasilan pengobatan tuberkulosis p= 0,001, dengan nilai PR= 0,333 berarti PMO yang memiliki peran optimal beresiko 0,333 kali lebih besar berhasil dalam pengobatan tuberkulosis dibandingkan dengan PMO yang memiliki peran tidak optimal. Pelaksanaan peran pengawas menelan obat (PMO) yang optimal menunjukan peningkatan keberhasilan dalam pengobatan tuberkulosis.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
29

Warjiman, Warjiman, Berniati Berniati y Ermeisi Er Unja. "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SUNGAI BILU". JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI) 7, n.º 2 (24 de agosto de 2022): 163–68. http://dx.doi.org/10.51143/jksi.v7i2.366.

Texto completo
Resumen
AbstrakDinas Kesehatan Kota Banjarmasin pada tahun 2018 melaporkan Puskesmas Sungai Bilu Banjarmasin menjadi wilayahyang paling banyak penderita Tuberkuloasis paru (TB Paru) berdasarkan Case Detection Rate (CDR) yaitu sebanyak93,4%. Penyebab utamanya adalah pengobatan TB paru yang tidak tuntas. Salah satu faktor yang berpengaruh padapengobatan pasien TB Paru adalah dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungankeluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien TB paru di Puskesmas Sungai Bilu. Rancangan yang digunakan adalahstudy corelational dengan analisa data menggunakan uji Spearman. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paruyang melakukan pengobatan di Puskesmas Sungai Bilu yang diambil dengan total sampling sebanyak 32 orang. Alat ukuryang digunakan dalam pengumpulan data kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner Moriscky Medication AdherenceScale (MMAS-8). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mendapatkan kategori dukungankeluarga yang kurang yakni 30 orang atau 93,8% dan mendapatkan kategori kepatuhan rendah yakni 28 orang atau 87,5%.Hasil analisis bivariat spearman menunjukkan hasil sebesar 0,000 < α (0,05) dan nilai korelasi 0,767 yang artinya terdapathubungan atau korelasi positif yang sangat kuat antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien.Penelitian ini menunjukkan dukungan keluarga terhadap pasien TB paru yang menjalani pengobatan di Puskesmas SungaiBilu masih rendah.Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat, Tuberkulosis Paru
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
30

Caesar, David Laksamana y Arif Rochman Hakim. "PERILAKU PERSONAL HYGIENE PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDOSARI". JKM (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Cendekia Utama 7, n.º 1 (17 de octubre de 2019): 144. http://dx.doi.org/10.31596/jkm.v7i1.383.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Di Kabupaten Kudus, khususnya wilayah kerja Puskesmas Gondosari terjadi kasus baru 32 kasus pada tahun 2017 dan 25 kasus pada tahun 2018. Salah satu penyebab munculnya penyakit ini adalah kurangnya perilaku personal hygiene. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku personal hygiene penderita penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Gondosari.. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, teknik pengambilan data mengggunakan metode wawancara. Jumlah populasi sampel penelitian sebanyak 4 responden. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan yang dimiliki oleh penderita tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Gondosari tentang penyakit tuberkulosis, personal hygiene dan hubungan antara personal hygiene dengan terjadinya penyakit tuberkulosis masih kurang. Sikap yang diberikan oleh penderita penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Gondosari terhadap perilaku personal hygiene bahwa mereka setuju untuk melakukan personal hygiene dengan baik. Praktek/tindakan yang dilakukan oleh penderita penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Gondosari terkait personal hygiene sudah cukup baik.Kata Kunci : Perilaku, Personal Hygiene, Tuberkulosis
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
31

Eva Nur Rahayu y Mayasari Rahmadhani. "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN". Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara 23, n.º 1 (16 de noviembre de 2023): 37–42. http://dx.doi.org/10.30743/ibnusina.v23i1.558.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobaterium tuberkulosis, yang paling umum mempengaruhi paru - paru. Total kasus penyakit tuberkulosis yang tercatat di Puskesmas Teladan Medan mulai dari januari 2022 hingga maret 2023 mencapai 100 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan upaya pencegahan penularan tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Medan. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan convenience sampling dengan jumlah sampel 50 keluarga pasien tuberkulosis. Hasil data penelitian dilakukan melalui uji univariat dan bivariat. Uji analisis hipotesis dilakukan dengan rumus Sommer’s d. Berdasarkan hasil analisa univariat menunjukkan 92% mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap upaya pencegahan penularan tuberkulosis, dan 70% responden memiliki upaya pencegahan penularan tuberkulosis yang baik. Analisa bivariat didapatkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pencegahan keluarga pasien tuberkulosis dengan nilai p yang didapatkan sebesar 0.025 (p=α<0.05) Kesimpulan: Terdapat hubungan positif yang signifikansi antara pengetahuan keluarga dengan upaya pencegahan penularan tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Medan.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
32

Bidarita Widiati. "Analisis Faktor Lingkungan Fisik Rumah Dengan Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Korleko Kabupaten Lombok Timur". Afiasi : Jurnal Kesehatan Masyarakat 7, n.º 1 (30 de abril de 2022): 227–34. http://dx.doi.org/10.31943/afiasi.v7i1.199.

Texto completo
Resumen
Asia Tenggara merupakan daerah dengan kasus tuberkulosis terbanyak di tahun 2013, sebanyak 65% dari total kasus baru tuberkulosis berasal dari daerah ini. Indonesia menempati peringkat ke- 4 diantara negara-negara tuberkulosis tertinggi di dunia dan menjadi negara yang memiliki beban tertinggi kasus tuberkulosis. Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada bulan Oktober tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Korleko Kabupaten Lombok Timur, didapatkan hasil bahwa penderita tuberkulosis rata-rata memiliki lingkungan rumah yang buruk seperti sinar matahari pagi tidak masuk ke dalam rumah, luas ventilasi tidak sesuai dengan luas ruangan, memiliki rumah yang lembab, dan tidak mengetahui faktor-faktor penyebab tuberkulosis paru. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan meningkatkan terjadinya penularan penyakit tuberkulosis. Tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis pada penderita tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Korleko Kabupaten Lombok timur. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan crossectional. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Korleko, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Korleko dengan jumlah 52 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode total sampling, dimana semua populasi akan dijadikan sampel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa uji univariate, bivariate, dan multivariate. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor pencahayaan (p= 0,131), suhu (p= 0,133), dan jenis lantai (p= 0,00) dengan kejadian tuberkulosis paru. Berdasarkan hasil analisis multivariate diketahui bahwa faktor pencahayaan memiliki nilai odds ratio (OR) paling tinggi sebesar 1,04 yang artinya peluang responden mengalami tuberkulosis paru akibat faktor pencahayaan sebesar 1,04 kali. Saran diberikan kepada pihak terkait untuk terus melakukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan khususnya pada faktor resiko kejadian tuberkulosis paru.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
33

Sari, Heni Puspita, Kiki Hardiansyah Safitri, Siti Kholifah y Desy Ayu Wardani. "Korelasi Stigma Sosial Dengan Depresi Pada Pasien Tuberkulosis Paru". Jurnal Keperawatan Wiyata 2, n.º 2 (15 de septiembre de 2021): 51. http://dx.doi.org/10.35728/jkw.v2i2.493.

Texto completo
Resumen
Latar Belakang: Penyakit Tuberkulosis Paru (TB) merupakan penyakit infeksi dan masa penyembuhan yang lama sehingga tidak jarang penderita tuberkulosis paru mendapatkan stigma sosial yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya depresi pada pasien tuberkulosis paru. Tujuan: Menganalisis arah korelasi stigma sosial dengan depresi pada pasien tuberkulosis paru. Metode: Desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan data Consecutive Sampling. Sampel yang digunakan sebesar 46 responden masyarakat disekitar pasien tuberkulosis paru dan 22 responden tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan, masih sehat dan tidak rawat inap. Pengumpulan data dengan kuesioner stigma sosial dan BDI (Beck Depression Inventory). Uji dengan menggunakan korelasi person. Hasil: Skor rerata stigma sosial 37,07 (SD: 8,928, min-max: 15-45). Skor rerata BDI (Beck Depression Inventory) 51,18 (SD: 9,669, min-max: 26-63). Uji korelasi person didapatkan (pvalue 0,47, r -0,294). Kesimpulan: Adanya korelasi dengan arah negatif antara stigma sosial dan depresi pada pasien tuberkulosis paru dengan kekuatan sedang dimana semakin rendah stigma maka akan semakin tinggi depresi pasien tuberkulosis paru.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
34

Aini, Nur, Ramadiani Ramadiani y Heliza Rahmania Hatta. "Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Tuberkulosis". Informatika Mulawarman : Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer 12, n.º 1 (12 de febrero de 2017): 56. http://dx.doi.org/10.30872/jim.v12i1.224.

Texto completo
Resumen
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang mudah menular melalui udara yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis sebagian besar menyerang paru namun penyakit ini juga menyerang organ tubuh lain yang disebut ekstra paru. Kurangnya fasilitas dan pengetahuan masyarakat dapat memperlambat diagnosa awal Tuberkulosis Ekstra Paru sehingga dapat membahayakan keselamatan masyarakat. Maka diperlukannya sistem pakar yang berguna untuk mendiagnosa penyakit Tuberkulosis yang dapat mempermudah penderita dalam melakukan diagnosa awal penyakit Tuberkulosis agar segera mendapatkan penanganan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem pakar pendiagnosa penyakit Tuberkulosis dengan menggunakan metode Certainty Factor. Aplikasi ini akan mendiagnosa penyakit dengan melakukan penelusuran gejala-gejala yang ada berdasarkan inferensi forward chaining. Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem pakar berbasis web dengan tingkat akurasi sebesar 85% yang dimanfaatkan untuk membantu tenaga kesehatan dan masyarakat umum dalam mendiagnosa awal penyakit Tuberkulosis.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
35

Trawinski, Henning y Christoph Lübbert. "Tuberkulose". Zeitschrift für Gastroenterologie 60, n.º 03 (marzo de 2022): 288–90. http://dx.doi.org/10.1055/a-1670-2085.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
36

Günther, G., J. Heyckendorf, C. Herzmann y C. Lange. "Tuberkulose". DMW - Deutsche Medizinische Wochenschrift 137, n.º 18 (26 de abril de 2012): 947–84. http://dx.doi.org/10.1055/s-0032-1304850.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
37

Kalsdorf, Barbara, Ioana Olaru, Christoph Lange y Jan Heyckendorf. "Tuberkulose". DMW - Deutsche Medizinische Wochenschrift 140, n.º 20 (7 de octubre de 2015): 1508–12. http://dx.doi.org/10.1055/s-0041-105904.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
38

Löscher, Thomas. "Tuberkulose". intensiv 24, n.º 02 (7 de marzo de 2016): 106–8. http://dx.doi.org/10.1055/s-0041-111131.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
39

Welte, T. y B. Salzberger. "Tuberkulose". Der Internist 57, n.º 2 (21 de enero de 2016): 105–6. http://dx.doi.org/10.1007/s00108-015-0015-5.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
40

Lange, Christoph, Barbara Kalsdorf, Florian P. Maurer y Jan Heyckendorf. "Tuberkulose". Der Internist 60, n.º 11 (22 de octubre de 2019): 1155–75. http://dx.doi.org/10.1007/s00108-019-00685-z.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
41

Weber, E., D. A. Groneberg, A. Nienhaus y M. Bundschuh. "Tuberkulose". Zentralblatt für Arbeitsmedizin, Arbeitsschutz und Ergonomie 66, n.º 5 (25 de agosto de 2016): 321–30. http://dx.doi.org/10.1007/s40664-016-0146-0.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
42

Blaas, Stefan. "Tuberkulose". DMW - Deutsche Medizinische Wochenschrift 142, n.º 24 (12 de septiembre de 2017): 1838–42. http://dx.doi.org/10.1055/s-0043-115427.

Texto completo
Resumen
Was ist neu? Epidemiologie Bedingt durch die Zunahme der Migration ist es 2015 in Deutschland zu einem deutlichen Anstieg von Tuberkulosefällen gekommen. Die resistente Tuberkulose nimmt weltweit zu. Neue Leitlinie Die Leitlinie zur Behandlung der Tuberkulose bei Erwachsenen wurde im Sommer 2017 aktualisiert. Für Kinder wird eine eigene Leitlinie für 2017 erwartet. Fremdsprachige Patienteninformationen finden sich z. B. unter http://www.explaintb.org. Resistente Tuberkulose Zur Behandlung der multiresistenten Tuberkulose (MDR-TB) gibt es neue WHO-Empfehlungen. Darin wird unter bestimmten Voraussetzungen ein verkürztes Therapieregime vorgeschlagen. Dieses wird für Deutschland aufgrund der hierzulande zu erwartenden Resistenzen nicht empfohlen.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
43

Loddenkemper, R., A. Brendel y D. Sagebiel. "Tuberkulose". Bundesgesundheitsblatt - Gesundheitsforschung - Gesundheitsschutz 46, n.º 1 (1 de enero de 2003): 52–58. http://dx.doi.org/10.1007/s00103-002-0533-x.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
44

Nylund, Marit Fjellhaug. "Tuberkulose". Tidsskrift for Den norske legeforening 134, n.º 9 (2014): 956. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.14.0440.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
45

Trawinski, Henning y Christoph Lübbert. "Tuberkulose". TumorDiagnostik & Therapie 43, n.º 09 (noviembre de 2022): 635–37. http://dx.doi.org/10.1055/a-1837-2831.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
46

Flick, Holger, Rudolf Rumetshofer y Gert Wurzinger. "Tuberkulose". Wiener klinische Wochenschrift Education 7, n.º 1 (24 de febrero de 2012): 33–57. http://dx.doi.org/10.1007/s11812-012-0018-2.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
47

Hauer, B., D. Rohde y R. Loddenkemper. "Tuberkulose". Der Pneumologe 2, n.º 4 (julio de 2005): 291–306. http://dx.doi.org/10.1007/s10405-005-0049-9.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
48

Loddenkemper, R. "Tuberkulose". Der Pneumologe 3, n.º 4 (julio de 2006): 255–56. http://dx.doi.org/10.1007/s10405-006-0104-1.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
49

Loddenkemper, R. "Tuberkulose". Der Pneumologe 4, n.º 3 (mayo de 2007): 149–50. http://dx.doi.org/10.1007/s10405-007-0150-3.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
50

Loddenkemper, R. "Tuberkulose". Der Pneumologe 8, n.º 3 (15 de abril de 2011): 143–44. http://dx.doi.org/10.1007/s10405-010-0409-y.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
Ofrecemos descuentos en todos los planes premium para autores cuyas obras están incluidas en selecciones literarias temáticas. ¡Contáctenos para obtener un código promocional único!

Pasar a la bibliografía