Literatura académica sobre el tema "Parametri morfometrici"

Crea una cita precisa en los estilos APA, MLA, Chicago, Harvard y otros

Elija tipo de fuente:

Consulte las listas temáticas de artículos, libros, tesis, actas de conferencias y otras fuentes académicas sobre el tema "Parametri morfometrici".

Junto a cada fuente en la lista de referencias hay un botón "Agregar a la bibliografía". Pulsa este botón, y generaremos automáticamente la referencia bibliográfica para la obra elegida en el estilo de cita que necesites: APA, MLA, Harvard, Vancouver, Chicago, etc.

También puede descargar el texto completo de la publicación académica en formato pdf y leer en línea su resumen siempre que esté disponible en los metadatos.

Artículos de revistas sobre el tema "Parametri morfometrici"

1

Ishak, Iklima, Zulkifli Ahmad y Ade Haerullah. "MORFOMETRI CANGKANG PADA GENUS Strombus DAN Cerithidea DI PANTAI KOTA TERNATE SELATAN". TECHNO: JURNAL PENELITIAN 7, n.º 2 (11 de diciembre de 2018): 206. http://dx.doi.org/10.33387/tk.v7i2.869.

Texto completo
Resumen
Gastropoda merupakan salah satu sumber daya hayati yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Cangkang gastropoda sudah terpilin sejak masa embrio. Gastropoda umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk dan warna yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mencandra morfometri dan mendeskripsikan non-morfometri cangkang pada genus Strombus dan Cerithidea di tiga lokasi sampling, yakni pantai Bastiong, Fitu, dan Jambula dengan metode survei jelajah bebas. Teknik pengumpulan data meliputi morfometrik dan non morfometrik. Hasil penelitian genus Strombus dan Cerithidea ditemukan sebanyak 111 individu dari 14 jenis yang teridentifikasi. Parameter morfometri genus Strombus dan Cerithidea yang ditemukan di tiga lokasi sampling menunjukkan Panjang Cangkang (PC), Lebar Cangkang (LC), Lebar Kolumela (LK), Tinggi Aperture (TA) dan Lebar Aperture (LA) yang berbeda-beda, serta pengamatan non-morfometrik pada genus Strombus, berupa tipe cangkangnya concentric dan putaran cangkang sinistral, sedangkan pada genus Cerithidea tipe cangkangnya multispiral dan arah putaran dekstral. Kedua genus tersebut memiliki warna dan bentuk yang beragam.Kata Kunci: Cangkang, Cerithidea, Kota Ternate, Morfometri, Strombus
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Sukristiyanti, Sukristiyanti. "ANALISIS MORFOMETRI DAS DI DAERAH RENTAN GERAKAN TANAH". Seminar Nasional Geomatika 2 (9 de febrero de 2018): 307. http://dx.doi.org/10.24895/sng.2017.2-0.425.

Texto completo
Resumen
<p>Analisis morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dua DAS mikro (Cibintinu dan Cibodas) dilakukan untuk mengetahui karakteristik kedua DAS tersebut. 15 parameter morfometrik yang dihitung meliputi orde sungai, jumlah sungai, panjang sungai, panjang rata-rata sungai, rasio panjang sungai, rasio bifurkasi, rasio bifurkasi rerata, kerapatan drainase, tekstur trainase, frekuensi sungai, rasio relief, faktor bentuk, rasio elongasi, rasio sirkularitas, dan panjang aliran permukaan. Longsoran besar terjadi pada tanggal 14 Oktober 2016 di DAS mikro Cibintinu sedangkan rayapan masih terus terjadi di DAS mikro Cibodas. Kedua DAS mikro tersebut saling berdampingan dan berada dalam satu sub DAS, yaitu sub DAS Cibintinu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan karakter DAS pada kedua DAS mikro tersebut. Analisis morfometri DAS dilakukan dengan menggunakan bantuan SIG (Sistem Informasi Geografis). Data yang digunakan adalah data DEM Terrasar-X dengan resolusi spasial 9 meter serta peta dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa DAS mikro Cibintinu merupakan DAS yang berbentuk memanjang dengan tahap geomorfik muda sedangkan Cibodas merupakan DAS yang berbentuk bulat yang telah mengalami tahap geomorfik lanjut. Hal ini dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya keterkaitan antara tahapan geomorfik suatu DAS dengan tipe longsoran.</p><p><strong>Kata kunci: </strong>morfometri DAS, SIG, gerakan tanah</p>
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Kumetaitienė, Aušra y Algimantas Zakarevičius. "SKAITMENINIŲ RELJEFO MODELIŲ TIKSLUMO SĄSAJŲ SU MODELIAVIMO PARAMETRAIS IR RELJEFO MORFOMETRINĖMIS SAVYBĖMIS REGRESINĖ ANALIZĖ". Geodesy and cartography 32, n.º 3 (3 de agosto de 2012): 71–76. http://dx.doi.org/10.3846/13921541.2006.9636699.

Texto completo
Resumen
Nagrinėjami regresiniai modeliai, apibūdinantys sąsajas tarp reljefo modelių tikslumo, modeliavimo parametrų ir reljefo morfometrinių savybių. Taikant statistinės analizės metodus nustatyta, kad modelio tikslumas didėja, mažinant ląstelę ir atstumą tarp taškų. Atstumų tarp taškų įtaka tikslumui apie 10–15 % didesnė negu ląstelės didumo. Ląstelės didumas ir atstumas tarp taškų mažesnės įtakos turi esant mažam reljefo kintamumui ir didesnės, kai reljefo kintamumas didelis. Sudaryti regresiniai modeliai, apibūdinantys skirtingais metodais gautų reljefo modelių tikslumo priklausomybę nuo modeliavimo parametrų ir reljefo morfometrinių rodiklių. Regresijos rezultatai faktinius tikslumo rodiklius atitinka 81–83 %. Didžiausia regresijos rezultatų ir faktinių tikslumo rodiklių neatitikimo sklaida būdinga sudėtingiems morfometrinių reljefo savybių arealams. Todėl, norint gauti įvairių reljefo morfometrinių rodiklių zonų vienodesnį reljefo modelio tikslumą, būtina mažinti teritorijų, kurių morfometrinių rodiklių indeksai didesni, ląsteles ir atstumus tarp aukščių taškų. Šią išvadą patvirtina ir regresinio modelio dispersinės analizės rezultatai.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
4

Anaktototy, Yofian, Windra Priawandiputra, Tiara Sayusti, Jacobus SA Lamerkabel y Rika Raffiudin. "Morfologi dan variasi morfometrik stingless bees di Kepulauan Maluku, Indonesia". Jurnal Entomologi Indonesia 18, n.º 1 (7 de junio de 2021): 10. http://dx.doi.org/10.5994/jei.18.1.10.

Texto completo
Resumen
Lebah tanpa sengat tersebar luas di wilayah tropis termasuk Indonesia dan tercatat tiga spesies lebah tanpa sengat di Maluku. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi spesies lebah tanpa sengat dan persebarannya di Kepulauan Maluku, yaitu di Pulau Seram, Ambon, Haruku, Saparua, dan Nusalaut, serta membandingkan variasi morfometrik lebah tanpa sengat antar spesies dan antar individu dari spesies yang sama pada setiap pulau serta antar pulau. Sampel lebah diidentifikasi berdasarkan morfologi dengan 12 parameter morfometrik. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi dua spesies lebah tanpa sengat, yaitu Tetragonula fuscobalteata (Cameron) dan T. sapiens (Cockerell). T. fuscobalteata merupakan catatan baru lebah tanpa sengat di Kepulauan Maluku dan lebah ini secara nyata memiliki pengukuran morfometrik lebih rendah daripada T. sapiens (P < 0,001). Berdasarkan analisis ordinasi non-metric multidimensional scaling (NMDS), gabungan 12 parameter morfometrik antara T. fuscobalteata dan T. sapiens menunjukkan perbedaan yang nyata. Parameter morfometrik T. fuscobalteata sangat bervariasi antar pulau kecuali satu parameter morfometrik (lebar gena) yang tidak nyata antar pulau (P > 0,05). Hal menarik lain berdasarkan analisis NMDS, koloni T. fuscobalteata di Ambon, Haruku, Saparua, dan Nusalaut sebagian besar membentuk kelompok, namun di Pulau Seram lebah tersebar dengan variasi morfometrik yang tinggi. T. sapiens ditemukan di tiga pulau, yaitu Seram, Ambon, dan Haruku. Lebar toraks, mesonotum dan panjang propodeum T. sapiens berbeda nyata di antara tiga pulau (P < 0,001). Hasil penelitian ini berkontribusi dalam menambah catatan penemuan persebaran baru T. fuscobalteata dan T. sapiens di Kepulauan Maluku dan menunjukkan variasi parameter morfometrik pada spesies lebah tanpa sengat antar pulau di Maluku.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
5

Triany, Novi, Suherman Dwi Nuryana, Ramadhan Adhitama, Agus Guntoro, Muhammad Hario Yudisatrio y Rafael Holysius Daned. "KARAKTERISTIK DAS CISADANE BERDASARKAN PARAMETER MORFOMETRI DI DAERAH RUMPIN – CISEENG, KABUPATEN BOGOR BARAT". PETRO:Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan 10, n.º 3 (29 de noviembre de 2021): 110–16. http://dx.doi.org/10.25105/petro.v10i3.10869.

Texto completo
Resumen
Area penelitian merupakan wilayah kecamatan Rumpin dan Ciseeng, Kabupaten Bogor Barat yang dilalui oleh sungai Cisadane sebagai sungai induk dan salah satu sumber air penting wilayah sekitarnya. Seiring pesatnya perkembangan wilayah, pertumbuhan penduduk dan infrastruktur, maka diperlukan kajian morfometri mengenai sumber air tersebut agar pemanfaatannya sebagai sumber daya alam terbarukan dapat optimal, serta dapat menjadi rekomendasi dalam pengelolaan tata ruang di area DAS Cisadane dan untuk mengetahui kemungkinan adanya potensi banjir di daerah penelitian. Salah satu cara untuk mengetahui karakteristik DAS Cisadane di area penelitian adalah dengan mengkaji parameter morfometri daerah aliran sungai. Dengan metode penginderaan jauh, dilakukan analisis morfometri secara kuantitatif yang meliputi unsur luas DAS, bentuk DAS, rasio cabang sungai, dan kerapatan sungai. Hasil menunjukkan bahwa DAS sungai Cisadane daerah Rumpin-Ciseeng dapat dibedakan menjadi 21 subDAS, dimana dua di antaranya sudah dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Bentuk subDAS terdiri dari bentuk bulu burung dengan luas area relatif sempit, serta bentuk radial, paralel, dan kompleks pada area subDAS yang luas dan beresiko banjir. Dari perhitungan rasio cabang sungai, sejumlah area subDAS pada topografi curam hingga landai dengan luas relatif sempit telah terpengaruh oleh deformasi. Sedangkan analisis kerapatan sungai menunjukkan kategori sedang yang diinterpretasikan aliran sungai melewati litologi yang lebih lunak sehingga sedimen yang terbawa dalam aliran akan lebih besar. Jenis batuan yang dilewati aliran sungai, topografi, serta pengaruh aktivitas tektonik sangat mempengaruhi perbedaan nilai morfometri pada daerah aliran sungai Cisadane.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
6

Denaswidhi, Ega. "INFORMASI KARAKTERISTIK MORFOMETRI DAS JANGKOK MENGGUNAKAN SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS". Jurnal Silva Samalas 3, n.º 1 (29 de junio de 2020): 28. http://dx.doi.org/10.33394/jss.v3i1.3679.

Texto completo
Resumen
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan sistem lahan yang dibatasi oleh igir dan punggung gunung sebagai batas alami yang akan mengalirkan air curah hujan menjadi aliran permukaan atau aliran dasar menuju danau atau laut secara alami. Setiap DAS memiliki respon yang berbeda terhadap masukan curah hujan yang terjadi. Kondisi geomorfologi lahan DAS yang memberikan pengaruh terhadap kondisi hidrologi DAS, pada tahap awal dapat dianalisis dengan pendekatan morfometri DAS. Analisis informasi morfometri DAS dengan menggunakan pengukuran terestris di lapangan akan memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang besar. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini sudah menjadi pilihan banyak pihak untuk memperoleh informasi morfometri DAS. Dalam studi ini DAS Jangkok dipilih sebagai lokasi studi karena DAS Jangkok memiliki variasi ekosistem yang beragam. Analisis untuk mendapatkan informasi nilai parameter mofometri DAS sangat penting dilakukan karena dapat dijadikan dasar untuk perencanaan atau kegiatan pengelolaan DAS. Parameter morfometri DAS Jangkok yang dianalisis dalam studi ini adalah luas, keliling, panjang dan lebar, kemiringan atau gradien alur, ketinggian rata-rata, orde percabangan sungai, kerapatan alur dan bentuk DAS. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah menurunkan informasi topografi maupun morfometri DAS secara otomatis pada perangkat lunak SIG. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, diperoleh nilai morfometri DAS Jangkok berupa luas sebesar 17.243 hektar, panjang DAS mencapai 38,77 kilometer, kemiringan gradien alur sebesar 4,75 %, terdapat 5 orde percabangan sungai dengan jumlah segmen aliran sebanyak 1.086 segmen. Bentuk DAS Jangkok cenderung memanjang dimana nilai indeks kebulatan DAS sebesar 0,23. SIG merupakan suatu sistem yang efektif untuk menurunkan informasi morfometri DAS.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
7

Farida, Anif y Irnawati Irnawati. "Kajian Karakteristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Klawoguk Kota Sorong Berbasis Sistem Informasi Geografis". Median : Jurnal Ilmu Ilmu Eksakta 12, n.º 2 (12 de agosto de 2020): 74. http://dx.doi.org/10.33506/md.v12i2.1004.

Texto completo
Resumen
DAS Klawoguk yang masuk dalam wilayah Kota Sorong mempunyai permasalahan yang selalu berulang yaitu banjir. Hampir setiap ada hujan yang jatuh dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan banjir di beberapa lokasi yang dekat dengan sungai. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik morfometri DAS Klawoguk dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Parameter morfometri yang dihitung adalah luas DAS, panjang sungai utama, kemiringan sungai utama, bifurcation ratio, form factor, circularity ratio, drainage density, texture ratio dan length of overland flow. Analisis spasial dilakukan dengan bantuan software MapInfo Professional 11.5 sedangkan analisis dekripstif kualitatif dilakukan dengan cara mengkaji hasil perhitungan morfometri DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas DAS Klawoguk 31,26 km2 dengan panjang sungai utama 20,61 km dan kemiringan sungai utama 0,01 (1 %). Nilai Rb (bifurcation ratio) sebesar 13,68, form factor sebesar 0,020 yang berarti bentuk DAS tidak bulat dan circularity ratio (Rc) 0,25 termasuk dalam kategori bentuk DAS memanjang. Kerapatan drainase 3,52 km/km2 masuk dalam kelas sedang, nilai texture ratio 3,87 dan nilai length of overland flow sebesar 1,76. Berdasarkan parameter morfometri tersebut DAS Klawoguk mempunyai kenaikan debit banjir yang cepat dengan air tidak tergenang terlalu lama, volume runoff yang dihasilkan juga cukup besar, kemampuan infiltrasi yang rendah dan durasi waktu yang diperlukan oleh aliran untuk mencapai outlet tidak terlalu cepat.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
8

Rosyada, Syefrina y Widowati Budijastuti. "Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Keanekaragaman Belalang dan Hubungan Antarkarakter Morfometri Belalang (Insecta: Orthoptera) Di Hutan Kota Surabaya". LenteraBio : Berkala Ilmiah Biologi 10, n.º 3 (1 de octubre de 2021): 375–84. http://dx.doi.org/10.26740/lenterabio.v10n3.p375-384.

Texto completo
Resumen
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Jenis belalang yang ada di hutan kota Surabaya dan indeks keanekaragamannya, kemudian untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan terhadap keanekaragaman belalang dan menganalisis pengaruh antar katakter morfometri belalang. Metode yang digunakan ketika sampling adalah scan sampling dan point count menggunakan sweep net, kemudian sampel diukur morfometrinya dan diidentifikasi, data parameter lingkungan meliputi suhu, pH, kelembapan dan intensitas cahaya akan dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan SPSS 25 dan data morfometri dianalisis dengan uji komponen utama atau PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 6 Spesies di hutan kota Surabaya yaitu yaitu Atractomorpha crenulate, Oxya chinensis, Conocephalus maculatus, Acrida cronica, Chorthippus biguttulus, dan Dissosteira Carolina. Hasil nilai indeks keanekaragaman Shannon-Weinner 1,53 menunjukan keanekaragaman belalang di hutan kota Surabaya masuk dalam kategori sedang. Hubungan parameter lingkungan dengan keanekaragaman dikategorikan berhubungan lemah dengan prosentase 5,2 % keanekaragaman belalang di hutan kota Surabaya dipengaruhi oleh parameter lingkungan. Hasil PCA Karakter Morfometri yaitu panjang tubuh, panjang antena, panjang kaki depan, panjang kaki belakang, panjang kaki tengah, lebar sayap depan, lebar sayap belakang, panjang sayap depan, dan panjang sayap belakang ternyata mempunyai korelasi yang kuat hal ini dihubungkkan dengan keseimbangan tubuh, dan pergerakan aktivitas belalang.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
9

Hardian, Andreas Bandang, Dorothea Vera Megarani, Warih Pulung Nugrahani y Irhamna Putri Rahmawati. "Perbandingan Akurasi Berbagai Metode Kalibrasi Skala Pengukuran dalam Morfometri Eritrosit Elang Ular Bido (Spilornis cheela)". Indonesia Medicus Veterinus 9, n.º 1 (31 de enero de 2020): 68–79. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2020.9.1.68.

Texto completo
Resumen
Morfometri sel berguna untuk mendeteksi abnormalitas seluler berdasar pengukuran sel secara kuantitatif. Metode ini telah diterapkan pada berbagai pemeriksaan klinis yang melibatkan inspeksi morfologi sel seperti pemeriksaan sitologi, histopatologi, dan patologi digital. Kalibrator skala yang umum digunakan adalah mikrometer kalibrasi (calibration slide). Terbatasnya ketersediaan mikrometer kalibrasi di laboratorium sering menjadi hambatan dalam melakukan morfometri sel sehingga diperlukan alat alternatif yang terbukti memiliki akurasi yang sama. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan parameter morfometri eritrosit elang ular bido (Spilornis cheela) menggunakan tiga kalibrator berbeda: mikrometer kalibrasi, kamar hitung Neubauer, dan batang skala digital pada kamera mikroskop. Sebanyak 58 eritrosit elang ular bido dipilih dari preparat apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa dan difoto menggunakan kamera mikroskop. Seluruh sel diukur menggunakan aplikasi ImageJ. Kalibrasi pengukuran dilakukan dalam lima metode dengan kalibrator yang telah disebutkan. Analisis perbandingan secara statistika dilakukan dengan membandingkan rata-rata panjang sel, lebar sel, panjang nukleus, dan lebar nukleus melalui uji analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjutan Tukey’s Honestly Significant Difference (HSD). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada rata-rata parameter morfometri eritrosit berdasar lima metode kalibrasi. Hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil pengukuran menggunakan kalibrasi dengan mikrometer kalibrasi (calibration slide) dan kamar hitung Neubauer. Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa kamar hitung Neubauer dapat digunakan untuk menggantikan mikrometer kalibrasi (calibration slide) jika belum tersedia di fasilitas klinik maupun laboratorium
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
10

Santosa, Yanto, fifin Nopiansyah, Abdul Haris Mustari y Dede Aulia Rahman. "PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Symphalagus syndactylus Raffles, 1821)". Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8, n.º 1 (2011): 25–33. http://dx.doi.org/10.20886/jphka.2011.8.1.25-33.

Texto completo
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.

Tesis sobre el tema "Parametri morfometrici"

1

Kedytė, Vaida. "Skirtingu laiku sėtų rapsų žiemojimo priklausomumas nuo skrotelės morfometrinių rodiklių kintančio klimato sąlygomis". Master's thesis, Lithuanian Academic Libraries Network (LABT), 2011. http://vddb.laba.lt/obj/LT-eLABa-0001:E.02~2011~D_20110603_113922-28024.

Texto completo
Resumen
Eksperimentai atlikti 2009–2010 m. Lietuvos žemės ūkio universiteto bandymų stotyje, kur dirvožemis karbonatingas sekliai glėjiškas išplautžemis (Calc(ar)i-Epihypogleyic Luvisol), o prieš sėją dirvožemio pH – 6,7, judriojo fosforo – 235 mg kg-1, judriojo kalio – 189 mg kg-1. Mūsų tyrimo tikslas buvo nustatyti sėjos laiko įtaką žieminių rapsų skrotelės formavimuisi rudenį ir peržiemojimui kintančio klimato sąlygomis. Atlikus tyrimus, nustatyta, kad pagal biometrinius parametrus, žieminiai rapsai, sėti rugpjūčio 20 d. – rugsėjo 5 d., buvo geriausiai pasiruošę žiemojimui: jie turėjo 6,4–9,6 lapus, šaknies kaklelio storis buvo 4,5–10,2 mm, viršūninio pumpuro aukštis buvo 9,1–45,6 mm. Žieminių rapsų hibridinės veislės 'Kronos', auginimas ir vystymasis rudenį bei peržiemojimas, buvo geresni, negu žieminių rapsų linijinės veislės 'Sunday'. Žieminai rapsai veislės 'Kronos' ir 'Sunday', sėti rugpjūčio 30 d. – rugsėjo 5 d. peržiemojo geriausiai. Hibridiniai rapsai buvo mažiau jautrūs sėjos laikui, nes jie tiek ankstyvesnės (rugpjūčio 10-20 d.), tiek vėlyvesnės (rugsėjo 10 d.) sėjos peržiemojo geriau už linijinius. Labai vėlyva rapsų sėja turėjo neigiamą įtaką žiemojimui. Pasėti rugsėjo 15 d. tiek ‘Sunday’, tiek ‘Kronos’ veislių žieminių rapsų pasėliai neperžiemojo. Rapsų žiemojimas priklausė nuo skrotelės lapų skaičiaus, šaknies kaklelio storio ir viršūninio pumpuro aukščio bei nuo temperatūrų, didesnių nei +2oC sumos, kuri stipriais koreliaciniais ryšiais tiesiogiai susieta su rapsų... [toliau žr. visą tekstą]
The experiment carried out in 2009–2010 in the Experimental Station of Lithuanian University of Agriculture, where is shallow calcareous luvisol (Calc(ar)i-Epihypogleyic Luvisol) and before sowing soil pH – 6.7, phosphorus 235 mg kg-1, potassium – 189 mg kg-1. Aim of our research was to determine the effect of sowing time of winter oilseed rape in autumn and during the winter changing climatic conditions. The research showed that according to biometric parameters, winter rape, sown on 20 August – 5 September, was best prepared for the winter: they had 6.4 - 9.6 leaves, root of the neck thickness was 4.5–10.2 mm, apical bud height was 9.1–45.6 mm. The growth and development in the autumn and during the winter, of hybrid winter rape variety 'Kronos', was better than the linear variety of winter rape 'Sunday'. Winter rape varieties 'Kronos' or 'Sunday', sown on 30 August – 5 September, over wintered best. Hybrid rape were less sensitive to sowing date, because they both of earlier (10–20 August) and late (10 September) sowing dates over wintered better than linear. Very late sowing date had a negative impact on the over wintering. Sown on 15 September 'Sunday' and 'Kronos' varieties of winter rape crop has not over wintered. Rape wintering depends on the number of rosette leaves, root collar thick ness, apical bud height and the sum of high temperatures, higher than +2oC the which is in the strong possitive correlation wish the rape crowns morphometric parameters.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Benavides, Mora Victória [UNESP]. "Morfometria da bacia hidrográfica do rio Bobo no Estado de Nariño, Colômbia". Universidade Estadual Paulista (UNESP), 2008. http://hdl.handle.net/11449/88301.

Texto completo
Resumen
Made available in DSpace on 2014-06-11T19:23:24Z (GMT). No. of bitstreams: 0 Previous issue date: 2008-06-19Bitstream added on 2014-06-13T20:50:15Z : No. of bitstreams: 1 mora_vb_me_jabo.pdf: 276160 bytes, checksum: 62b6aa6dcd319b16507ff77ed0114631 (MD5)
Coordenação de Aperfeiçoamento de Pessoal de Nível Superior (CAPES)
O objetivo deste trabalho foi caracterizar morfometricamente a bacia hidrográfica do rio Bobo, Estado de Nariño, Colômbia. A partir de cartas topográficas da área, na escala 1:25.000, foi gerado um mapa base da rede de drenagem e dos limites das microbacias de 2a ordem de magnitude. As características morfométricas dimensionais, do padrão da rede de drenagem e do relevo foram determinadas para o estudo do comportamento hidrológico da bacia. A bacia hidrográfica do Rio Bobo apresenta extensão superficial de 224,97 km2 e perímetro de 71,31km, sendo considerada de 6a ordem de magnitude. Ela é formada por 176 canais de 2a, 34 de 3a, 9 de 4a e 3 de 5a ordem de magnitude. Apresenta densidade de drenagem média de 3,71 km/km², que reflete a alta densidade, com conformação bastante forte e dissecada. A região caracteriza-se por apresentar um padrão de uso típico das zonas andinas, com bosque nativo e predomínio de culturas temporárias de batata e hortaliças tradicionais.
The objective of this work was to realize the morphometric characterization of the Bobo river watershed, Nariño State, Colombia. From topographical maps, scale 1:25.000, was created a map using as database the drainage net and the limit of each 2nd order microbasin. The dimensional, drainage net and relief morphometric parameters were evaluated for a previous hydrological study. The drainage area was 224.97 km2 and 71.31 km of perimeter. The Bobo river watershed is considered as 6th order of magnitude, and has 176 drainage channel of 2sd order of magnitude; 34 drainage channel of 3rd order of magnitude; 9 drainage channel of 4th order of magnitude; 3 drainage channel of 5th order of magnitude. The average drainage density is 3.71km/km², which reflect the high density, with a string and dissecated geological formation. The area shows an andine land use, with native vegetation and productive system with potato.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
3

Branco, Karoliny Farias Castelo. "Impact of food restriction on biometric, hormonal and metabolic parameters in Santa Ines sheep". Universidade Federal do CearÃ, 2015. http://www.teses.ufc.br/tde_busca/arquivo.php?codArquivo=15950.

Texto completo
Resumen
FundaÃÃo de Amparo à Pesquisa do Estado do CearÃ
Objetivou-se com o presente estudo avaliar a biometria, parÃmetros sanguÃneos e hormonais de cordeiros Santa InÃs. Foram utilizados 30 cordeiros com peso vivo mÃdio inicial de 13,0  1,49 kg e aproximadamente 60 dias de idade para estimativa daglicose, colesterol, β- hidroxibutirato, N- ureico, proteÃnas totais, albumina, globulina, cloreto, cÃlcio, fÃsforo, magnÃsio e os hormÃnios leptina, insulina e tiroxina (T4). Utilizou-se o delineamento inteiramente casualizado em esquema fatorial 3 x 3 x 2, que consistia detrÃs nÃveis de restriÃÃo alimentar (RA) (controle, 30% e 60%), trÃs perÃodos de coleta correspondente à idade dos animais (14, 18 e 23 semanas de idade) e duas classes sexuais (castrados e nÃo castrados). O sangue foi coletado por punÃÃo da veia jugular nos trÃs perÃodos de coleta. Para as medidas biomÃtricas utilizou-se o delineamento inteiramente casualizado em esquema fatorial 3 x 2, levando-se em consideraÃÃo os nÃveis de restriÃÃo e as classes sexuais. As medidas foram realizadas quinzenalmente durante todo perÃodo experimental.O hormÃnio Tiroxina nÃo foi influenciado pela idade, dieta ou classe sexual. Jà a leptina e a insulina aumentaram com a idade dos animais (P<0,01). As concentraÃÃes de glicose diminuÃram de acordo com o aumento do nÃvel de RA (P<0,001). As concentraÃÃes de BHB foram maiores à medida que se aumentou a restriÃÃo alimentar (P<0,001). O N-ureico foi influenciado pela idade e dieta experimental (P< 0,001) e houve interaÃÃo idade X classe sexual (P<0,01). As concentraÃÃes de colesterol total e proteÃnas totais nÃo foram influenciadas pelos tratamentos experimentais (P<0,05), entretanto a albumina e globulina foram influenciadas pela idade (P<0,001; P<0,01). As concentraÃÃes plasmÃticas de cloretos, cÃlcio, magnÃsio e fÃsforo variaram significativamente em funÃÃo da idade. Os animais submetidos à RA cresceram em ritmo mais lento, sendo que, a influencia negativa foi mais acentuada no R60 (60% de RA). No R30 (30% de RA), o ritmo de crescimento diminuÃdo foi mais perceptÃvel com 100 dias de idade no peso corporal (PC), com 130 dias no escore de condiÃÃo corporal (ECC) e perÃmetro torÃcico (PT), com 145 dias na altura de garupa (AG) e com 160 dias no comprimento de garupa (CG) e largura de peito (LP). A anÃlise da correlaÃÃo de Pearson mostra que as medidas biomÃtricas sÃo co-dependentes do nÃvel de alimentaÃÃo do animal, pois as correlaÃÃes foram altas e significativas nos animais controle (r= + 0,61 a 0,95). Conclui-se que os parÃmetros metabÃlicos foram influenciados mais pela idade do que pela dieta e que a restriÃÃo alimentar afeta o perfil metabÃlico e hormonal, em especial o β-hidroxibutirato e a insulina. O escore de condiÃÃo corporal, peso corporal e largura de peito foram os parÃmetros mais sensivelmente influenciados pela RA.
The present study aimed to evaluate biometric measurements and blood and hormonal parameters of Santa Ines lambs. Thirty lambs with an average live weight of 13.0  1.49 kg and 60 days of age were used to estimate glucose, cholesterol, β-hydroxybutyrate, urea N, total protein, albumin, globulin, chloride, calcium, phosphorus, magnesium, and leptin, insulin, and thyroxine (T4) hormones. Lambs were assigned to a randomized complete design in a 3 à 2 factorial arrangement consisting of three levels of food restriction (FR) (control, 30%, and 60%), three collection periods corresponding the age of the animals (14, 18, and 23 weeks of age), and two sex categories (castrated and uncastrated). Blood was collected by jugular venipuncture in the three collection periods. For biometric measurements, a randomized complete design in a 3 à 2 factorial arrangement was adopted, taking into account restriction levels and sex categories. Measurements were taken every two weeks throughout the experimental period. The hormone thyroxine was not influenced by age, diet, or sex category. Leptin and insulin increased with the animal age (P <0.01). Glucose concentrations decreased as the FR level were increased (P <0.001). β-hydroxybutyrate concentrations increased as the food restriction was increased (P <0.001). Urea nitrogen was influenced by age and experimental diet (P <0.001), and there was an age à sex category interaction effect (P <0.01). Concentrations of total cholesterol and total proteins were not influenced by experimental treatments (P <0.05), but albumin and globulin were influenced by age (P <0.001, P <0.01). Plasma concentrations of chloride, calcium, magnesium, and phosphorus varied significantly according to age. Animals subjected to FR grew at a slower rate, and the negative influence was more pronounced at 60% FR. At 30% FR, the growth rate decline was more noticeable at 100 days of age for body weight (BW); at 130 days for body condition score (BCS) and chest girth (CG); at 145 days for rump height (RH); and at 160 days for rump length (RL) and breast width (BW). Pearson's correlation analysis showed biometric measurements are co-dependent on the feeding level because correlations were high and significant in control animals (r = 0.61 to 0.95). It is concluded that the metabolic parameters were more influenced by age than by diet, and food restriction affects the metabolic and hormonal profiles, in particular β-hydroxybutyrate and insulin. Body condition score, body weight, and breast width were the most significantly affected by FR parameters.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
4

Júnior, Reinaldo Abdala. "Estudo por meio de microtomografia da qualidade, morfologia óssea, volume da cabeça da mandíbula e volume da fossa articular em ratos (Rattus norvegicus, albinos, Wistar) submetidos a remoção do disco articular e cartilagem articular". Universidade de São Paulo, 2015. http://www.teses.usp.br/teses/disponiveis/23/23139/tde-25022016-172748/.

Texto completo
Resumen
Diante da escassez de estudos que correlacionem a remoção do disco ou da cartilagem articular do côndilo, sobretudo, na análise de parâmetros morfométricos, o presente estudo objetivou analisar, por meio de microtomografia, alterações da estrutura e qualidade óssea em ratos (Rattus norvegicus, albinos, Wistar). Os espécimes foram divididos em três grupos experimentais e a cirurgia ocorreu, em todos os grupos, do lado direito. No grupo experimental (RDC), deu-se a remoção do disco articular e remoção da cartilagem articular do lado direito; no grupo experimental (RD), somente remoção do disco articular do lado direito; no grupo experimental (SHAM), apenas acesso cirúrgico e posterior sutura sem danos ao disco articular ou cartilagem. Os côndilos foram analisados por microtomografia e executou-se comparação entre os lados de cada grupo e entre os grupos do lado direito e esquerdo. Os parâmetros morfométricos apontaram para um declínio da estrutura e qualidade óssea, sucessivamente, em ordem crescente, no lado operado dos grupos SHAM, RD e RDC.
Considering that only few studies on the correlation between temporomandibular joint (TMJ) disk removal and conditions of the cartilage of the condyle, especially in the analysis of morphometric parameters, this study aimed to analyze changes in the bone structure and quality in rats (Rattus norvegicus, albino Wistar) with micro-computed tomography. The specimens were divided into three groups that underwent surgery in the right TMJ. In the first experimental group, surgical procedures included both disk and joint cartilage removal (DCR). In the second experimental group, only the disk was removed during surgeries (DR), whereas in the control group (SHAM) only surgical access and subsequent suture without damaging the disc or joint cartilage was performed. The condyles were analyzed by micro-computed tomography and inter-group and intra-group side (left and right) comparisons were carried out. The morphometric parameters indicated a decline in bone structure and quality successively in the groups in ascending order of TMJ surgical damage (control group, SHAM, and the two experimental groups, DR and DCR).
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
5

Gomes, João Batista de Oliveira. "Morfometria e qualidade da água em microbacias do município de Guaçuí-ES". Universidade Federal do Espírito Santo, 2012. http://repositorio.ufes.br/handle/10/6550.

Texto completo
Resumen
Made available in DSpace on 2016-12-23T14:37:28Z (GMT). No. of bitstreams: 1 Joao Batista de Oliveira Gomes.pdf: 1678687 bytes, checksum: 22733271d2132b74b590d748fa1086ac (MD5) Previous issue date: 2012-02-28
No cenário mundial, a água passou a se tornar progressivamente um recurso disputado, tanto pela sua disponibilidade quantitativa, quanto qualitativa, para os mais diferentes usos. O acesso à água de boa qualidade deve ser garantido a todos os habitantes do planeta como direito básico de todos os seres vivos. O objetivo do estudo foi avaliar a morfometria e a qualidade da água superficial em microbacias no município de Guaçuí, localizado no sul do Estado do Espírito Santo, na Região da Serra do Caparaó. Foram selecionadas 10 microbacias da bacia do Ribeirão de São Tiago. Para o mapeamento e análise morfométrica das microbacias, foram utilizadas Ferramentas de Sistema de Informações Geográficas (SIGs). Para validação dos mapas usou-se a medida Kappa. Avaliaram-se 16 parâmetros físico, químicos e biológicos para determinar a qualidade da água e compará-los com os limites permitidos pela legislação. As coletas aconteceram entre os meses de setembro/2010 a agosto/2011 nos períodos de chuva e estiagem. A análise morfométrica mostrou que a bacia não está sujeita a enchentes e que sua declividade influencia na qualidade da água. As amostras analisadas mostraram que os parâmetros Sólidos Suspensos nas bacias com área agrícola, pastagens, café, frutas e hortaliças (AG), 10% apresentam uso moderado de uso e Turbidez, nas bacias de uso misto, agricultura e vegetação nativa (MC) apresentam 20% com uso inadequado para a agricultura. Nas bacias mistas (MC), período das chuvas, os níveis de potássio ficaram acima do recomendado para agricultura. As análises mostraram que o parâmetro coliforme termotolerante está fora dos limites recomendados pelo Ministério da Saúde para consumo humano
Globally, the water has become an increasingly contested resource, both for its availability quantitative and qualitative, for the most different uses. Access to good water quality must be guaranteed to all inhabitants of the planet as a basic right of all living beings. The aim of this study was to evaluate the morphology and surface water quality in watersheds in the county Guaçuí, located in the southern state of Espírito Santo, in the region of Serra do Caparaó. It Was selected 10 watersheds of the basin of the Ribeirão São Tiago. For mapping and morphometric analysis of micro, tools were used Geographic Information System (GIS). For validation of the maps used to measure Kappa. Sixteen parameters were evaluated physical, chemical and biological agents to determine the water quality and compare them to the extent permitted by law. Sampling took place between the months of the September/2010 to august/2011 during the rainy and dry seasons. The morphometric analysis showed that the basin is not subject to flooding and that its slope influences on water quality. The samples showed that the parameters suspended solids in the basins to cropland, pasture, coffee, fruits and vegetables (AG), 10% has moderate use of use and Turbidity in the basin mixed-use, agriculture and native vegetation (MC) are 20% with inappropriate use for agriculture. Basins mixed (MC), the rainy season, potassium levels were above the recommended level for agriculture. Analyzes showed that thermotolerant coliform parameter is outside the limits recommended by the Ministry of Health for human consumption
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
6

VALENÇA, Yuri Marinho. "Biologia da Gyalophylax Hellmayri (Reiser, 1905) e Sakesphorus Cristatus (Wied, 1831) em área de caatinga de Pernambuco". Universidade Federal de Pernambuco, 2012. https://repositorio.ufpe.br/handle/123456789/17117.

Texto completo
Resumen
Submitted by Fabio Sobreira Campos da Costa (fabio.sobreira@ufpe.br) on 2016-06-15T14:32:36Z No. of bitstreams: 2 license_rdf: 1232 bytes, checksum: 66e71c371cc565284e70f40736c94386 (MD5) Yuri Dissertação - FINAL(BC)!.pdf: 1147711 bytes, checksum: e5917687135f73da59de59dc191c1f04 (MD5)
Made available in DSpace on 2016-06-15T14:32:36Z (GMT). No. of bitstreams: 2 license_rdf: 1232 bytes, checksum: 66e71c371cc565284e70f40736c94386 (MD5) Yuri Dissertação - FINAL(BC)!.pdf: 1147711 bytes, checksum: e5917687135f73da59de59dc191c1f04 (MD5) Previous issue date: 2012-09-25
CAPEs
Estudos populacionais em ambientes tropicais são escassos e necessários para compreensão da ecologia desses ecossistemas. A caatinga é um exemplo típico desta necessidade. O presente trabalho visa descrever aspectos da biologia e ecologia de Gyalophylax hellmayri e Sakesphorus cristatus e sendo estas duas espécies endêmicas da caatinga. Foram utilizados os métodos de captura com rede de neblina, e censos por pontos fixo. Quanto à abundância estas podem ser consideradas duas espécies abundantes, pois foi possível estimar o tamanho populacional dessas espécies através do índice pontual de abundância (IPA). Nos quais como F.O. foi visto que S. cristatus como abundante e G. hellmayri uma espécie comum na área estudada. Já no IPA foi registrada ocorrência freqüente para as duas espécies, porém o S. cristatus foi mais ocorrente nas amostras. Através da freqüência de captura foi possível estimar a população no raio das redes de neblina que foi de 14 indivíduos para G. hellmayri e S. cristatus foi de 17 para um raio de 72 metros. E com os padrões de reprodução e com isso averiguar que o período reprodutivo se limita ao período de chuvas da região. Os dados obtidos nos mostram duas populações fixas e abundantes na área de estudo e, que mesmo com o fator clima, não tiveram suas atividades de muda e reprodução de acordo com o relatado para outras espécies em outros biomas.
Population studies in tropical environments are scarce and needed for understanding the ecology of these ecosystems. The savanna is a typical example of this need . This paper aims to describe aspects of the biology and ecology of Gyalophylax hellmayri and Sakesphorus cristatus and being the two endemic species of the caatinga. Methods were used to capture mist net, and census by fixed points. The abundance of these two species can be considered abundant, it was possible to estimate the population size of these species through the Abundance Index (API). Where as F.O. was seen that S. cristatus as abundant and G. hellmayri a common species in the study area. In the IPA was recorded frequent occurrence for both species, but S. cristatus was most observed in the samples. Through the capture frequency was possible to estimate the population within the mist nets that were 14 individuals for G. hellmayri and S. cristatus was 17 to a radius of 72 meters. And with breeding patterns and thus determine the reproductive period is limited to the rainy season in the region. Data obtained show two stationary populations and abundant in the study area , and that even with the climate factor, did not have their molting and reproduction activities in accordance with that reported for other species in other biomes.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
7

DOTTA, GIULIA. "Semi-automatic analysis of landslide spatio-temporal evolution". Doctoral thesis, 2017. http://hdl.handle.net/2158/1076767.

Texto completo
Resumen
Le tecniche di rilevamento rappresentano un utile strumento per rilevare e caratterizzare i processi gravitativi di versante, in particolare attraverso l’uso di approcci volti ad individuare le aree in movimento. Nel dettaglio, tecniche come il laser scanner terrestre e la fotogrammetria digitale permettono di ottenere rappresentazioni ad alta risoluzione dello scenario osservato sotto forma di una nuvola di punti (point cloud) in tre dimensioni. Durante gli ultimi anni, l’uso delle nuvole di punti per investigare i cambiamenti morfologici a scala temporale e spaziale, è notevolmente aumentato. In questo contesto è maturato il presente progetto di ricerca, durante il quale, l’efficacia dell’utilizzo delle nuvole di punti per la caratterizzazione e il monitoraggio di versanti instabili è stata testata e valutata attraverso lo sviluppo di un tool semi-automatico in linguaggio di programmazione MATLAB. Lo strumento di analisi proposto consente di investigare le principali caratteristiche morfologiche dei versanti instabili indagati e di determinare le variazioni morfologiche e gli spostamenti dalla comparazione di nuvole di punti acquisite in tempi differenti. In seguito, attraverso una tecnica di clustering, il codice permette di estrapolare i gruppi le zone interessate da spostamenti significativi e calcolarne l’area. Il tool introdotto è stato testato su due casi di studio contraddistinti da differenti caratteristiche geologiche e da diversi fenomeni di instabilità: l’ammasso roccioso di San Leo (RN) e il versante presso l’abitato di Ricasoli (AR). Per entrambi i casi di studio, sono state individuate e descritte le aree caratterizzate da deformazione superficiale o accumulo di materiale e le aree caratterizzate da distacco di materiale. Inoltre, sono stati approfonditi i fattori che influenzano i risultati della change detection tra nuvole di punti. Remote sensing techniques represent a powerful instrument to detect and characterise earth’s surface processes, especially using change detection approaches. In particular, TLS (Terrestrial Laser Scanner) and UAV (Unmanned Aerial Vehicles) photogrammetry technique allow to obtain high-resolution representations of the observed scenario as a threedimensional array of points defined by x, y and z coordinates, namely point cloud. During the last years, the use of 3D point clouds to investigate the morphological changes occurring over a range of spatial and temporal scales, is considerably increased. During the three-years PhD research programme, the effectiveness of point cloud exploitation for slope characterization and monitoring was tested and evaluated by developing and applying a semi-automatic MATLAB tool. The proposed tool allows to investigate the main morphological characteristics of unstable slopes by using point clouds and to point out any spatio-temporal morphological changes, by comparing point clouds acquired at different times. Once defined a change detection threshold, the routine permits to execute a cluster analysis and automatically separate zones characterized by significant distances and compute their area. The introduced tool was tested on two test sites characterized by different geological setting and instability phenomena: the San Leo rock cliff (Rimini province, Emilia Romagna region, northern Italy) and a clayey slope near Ricasoli village (Arezzo province, Tuscany region, central Italy). For both case of studies, the main displacement or accumulation zones and detachment zone were mapped and described. Furthermore, the factors influencing the change detection results are discussed in details.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.

Actas de conferencias sobre el tema "Parametri morfometrici"

1

Craciun, Andrei y Iurie Bejan. "Caracteristici morfometrice ale reliefului bazinului râului Bucovăț". En Starea actuală a componentelor de mediu. Institute of Ecology and Geography, Republic of Moldova, 2019. http://dx.doi.org/10.53380/9789975315593.03.

Texto completo
Resumen
In the sense of digital terrain modeling, there is a set of techniques for obtaining a Digital Elevation Model (DEM). But, as expected, modeling the terrestrial surface, its representation in a virtual space, involves certain problems that are related to the surface specificity itself and our way of measuring it. Numerical altitude models, once performed, find their usefulness as input data for derivation of some topographical attributes of geomorphometric parameters, morphometric variables or general information about the land respectively.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
2

Erhan, Dumitru y Elena Gherasim. "Parametrii morfometrici ai speciei Acanthocephalus Ranae Schrank, 1788 (Acanthocephala) depistată la specimenele complexului Pelophylax Esculenta (Amphibia)". En International symposium ”Functional ecology of animals” dedicated to the 70th anniversary from the birth of academician Ion Toderas. Institute of Zoology, Republic of Moldova, 2019. http://dx.doi.org/10.53937/9789975315975.39.

Texto completo
Resumen
The article describes the results of the parasitological investigations of Pelophylax esculenta complex (Amphibia). A total number of 360 individuals have been subjects of parasitological study. A new species of Acanthocephala for the Republic of Moldova have been identified - Acanthocephalus ranae. In the paper there are presented the results regarding the infestation of complex Pelophylax esculenta by the acanthocephala species from Echinorhynchidae. For each species there were established: taxonomic status, including the hosts, the location in organs, the geographic spreading, etiology and biologic cycle. There are also mentioned the amount of collected material, the morphologic description of the species, original figures and pictures.
Los estilos APA, Harvard, Vancouver, ISO, etc.
Ofrecemos descuentos en todos los planes premium para autores cuyas obras están incluidas en selecciones literarias temáticas. ¡Contáctenos para obtener un código promocional único!

Pasar a la bibliografía