Literatura académica sobre el tema "Mirik Lake"

A study was conducted on Mirik Lake to assess the bacteriological quality of the lake water during the period of March 2009 through February 2010. Water samples were collected from five different sites of the lake and analysed for bacteriological study to enumerate the seasonal distribution of total bacterial count, total coliform, faecal coliform bacteria and faecal streptococci. Total heterotrophic bacterial count per 100 ml (cfu/100 ml) was found to be 0.2x106-0.3x106 in monsoon, 1.0 x 106-6.7 x106 in summer and 4.75 x 106 - 10 x 106 in winter. The range of total coliform was observed to be 1100 - 1750 / 100 ml, 1100 - 2400/ 100 ml and 1750 - 2400 /100 ml in winter, summer and monsoon seasons, respectively. Faecal coliform was recorded to be 49 - 1245 / 100 ml in winter, 1320 - 2400 /100 in summer and 780 - 2400 / 100 ml in monsoon. The range of faecal streptococci was found to be 43-125 /100 ml in winter, 87-1100/100 ml in summer and 87 - 1340 /100 ml in monsoon. The study indicated that the lake water was polluted by faecal contaminants of human origin to the extent that water was unsafe to be used for domestic as well as recreational purposes, also the total bacterial load exceeded the standard prescribed level (WHO, 1983) and both parameters showed variation according to the sampling sites and season.

Mirim Lake is the second-largest lacustrine body in Brazil, stretching for some 185 km and covering about 375 thousand hectares of water surface. This lake is part of the Patos-Mirim System, one of the world’s largest complexes of coastal lagoons, which is the result of the rise and fall of sea level over transgressive-regressive cycles triggered by glacio-eustasy during the Late Pleistocene and Holocene. Its characteristics and dynamics give it singular importance for studies on the genesis of shell accumulation in lagoons. This study aims to improve the knowledge of how the taphonomic signatures reflect the environmental characteristics and dynamics of Mirim Lake. Categorization of the arrangement and packing of death assemblages, as well as the orientation of shells, supported the biostratinomical approach. The taphonomic signatures included disarticulation, fragmentation, and corrosion of shells. Corrosion is the primary damage observed in the bioclasts, varying from a single loss of color to complete degradation. Differences in the characteristics of death assemblages observed in the dune fields and the lacustrine plain led to the recognition of two taphofacies. A more significant number of whole shells was observed in the dune field taphofacies, while sharp fragments and open-articulated bivalves in hydrodynamic unstable positions characterize the lacustrine plain taphofacies. The genesis of death assemblages and the taphonomic signatures of bioclasts were linked to three sedimentary dynamics attributed to the environment of Mirim Lake. Keywords: biostratinomy, taphonomic signatures, shell deposits, dune field, lacustrine plain.

Abstract We present the Multi-metric Index of Biotic Integrity methodological approach that allows for the ranking of major river catchments based on pollution status in the Kenyan portion of Lake Victoria, Africa. The study has a broader applicability to all of Lake Victoria, other African Great Lakes, and all lakes that have riverine discharge. The method presented utilizes water quality and environmental data, local knowledge, and pre-existing literature. The parameters considered were sampled from 2016 to 2018 during the dry season (July sampling) and the wet season (March sampling). Separation power of Mann-Whitney U test (p < 0.05) qualified 11 discriminant metrics for both macroinvertebrate and fish samples into the scoring system of 1, 3 and 5 in the formulation of final Multi-metric Index of Biotic Integrity methodological approach. Rivers in the northern section had lower Multi-metric Index of Biotic Integrity methodological approach scores, as compared to southern counterparts. The Multi-metric Index of Biotic Integrity methodological approach ranking herein was validated by community perceptions on pollution levels. River Nzoia catchment emerged as the most polluted, followed by River Yala, River Kuja, and Sondu-Miriu. Siltation, domestic washing, litter and refuse emerged as the main agents of pollution. Management authorities ought to reinforce a balanced utilization of the vital water resources to minimize future impacts, and promote catchment wide practices that ensure ecological health sustainability of the lake ecosystem.

This paper is to predict dominant factors influencing temporal sedimentation rates at Loagan Bunut Lake using best-fit model of sedimentation rate and distance from Bunut River. The lake is a flood plain lake located in Sarawak, Malaysia. Twenty two cylindrical traps were installed at the lake from November 2005 until April 2008. Each sample was collected after about four to five months of deployment. Dry sedimentation rates from the traps and the linear distances from Trap 1 located at the confluence of Bunut River were measured. The factors that influence the temporal sedimentation at the lake were both internal and external physical changes of the lake. The factors were net ws (net Stoke’s settling velocity) and water volume in the lake for suspended sediment distribution.

Manusia dalam kehidupannya selalu mengantungkan diri dengan tanah, baik dilihat dari aspek ekonomis maupun dari aspek religius. Oleh karenanya setiap manusia dan badan hukum ingin memiliki dan menguasai tanah. Hukum Adat Sasak asli menyatakan bahwa anak perempuan tidak berhak mewarisi harta benda si pewaris yang berupa tanah dan rumah karena anak perempuan adalah anak yang akan dibawah keluar oleh suaminya. UUPA menentukan tiap-tiap warganegara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya. Hukum Islam sudah menentukan dalam Al-Qur’an Surat Annisa 11 bahwa bagian ahli waris laki-laki adalah dua kali bagian ahli waris perempuan. Hukum Adat Sasak menganut sistim kekerabatan Patrilineal sehingga anak laki-laki saja yang berhak mewarisi tanah. Akan tetapi perkembangan sekarang sudah menerapkan sistim kekerabatan Parental, yaitu anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk memperoleh hak waris atas tanah.

Fase remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang mana dipenuhi dengan berbagai tantangan perubahannya sendiri. Salah satu sosok yang penting dalam proses perkembangan individu adalah keluarga. Apabila tugas dan peran masing-masing anggota keluarga tidak dijalankan dengan baik maka akan timbul suatu permasalahan yang bahkan bisa berujung menjadi kondisi broken home. Anak cenderung mengalami ketidakbahagiaan ketika dirinya memiliki keluarga broken home. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran authentic happiness pada remaja yang memiliki keluarga broken home. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus intrinsik. Subjek penelitian ini berjumlah 3 orang yang terdiri dari seorang remaja laki-laki (20 tahun) dan dua orang remaja perempuan (17 & 15 tahun). Alat penggalian data yang digunakan adalah pedoman wawancara yang disusun berdasarkan teori authentic happiness milik Seligman. Hasil analisis dari data penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek menunjukkan hasil yang mirip antara satu sama lainnya dimana mereka masing-masing mengungkapkan baik aspek maupun faktor yang mempengaruhi kebahagiaan sejati dengan serupa. Subjek 1 menunjukkan bahwa dirinya memenuhi kelima aspek sumber kebahagiaan sejati tersebut beserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Begitu pula dengan subjek 2 dan 3. Mereka masing-masing sudah memiliki hal-hal baik yang membantunya mencapai kebahagiaan sejati. Dalam faktor-faktor yang mempengaruhi mereka juga menunjukkan hal-hal positif yang mana seharusnya dapat meningkatkan kebahagiaan yang dirasakan. Hal-hal positif yang ditunjukkan baik itu dalam faktor lingkungan maupun dalam faktor yang berada di bawah pengendalian diri individu

Kajian ini dijalankan bertujuan untuk melihat perkaitan antara tingkah laku tidur atlet berdasarkan jantina atlet bandar dan luar bandar. Seramai 72 atlet dipilih yang terdiri daripada 37 atlet lelaki dan 35 atlet perempuan. Kesemua sampel terdiri daripada atlet Daerah Miri yang mewakili sekolah hingga peringkat Kebangsaan. Dalam kajian ini, penyelidik menggunakan Borang Athlete Sleep Behaviour Questionaire (ASBQ) yang diformatkan dalam bentuk google form. ASBQ mempunyai 18 item yang terbahagi kepada 3 subskala iaitu, faktor rutin atau persekitaran 6 item, faktor tingkah laku 7 item dan faktor yang berkaitan dengan sukan 5 item. Semua maklumat yang diperoleh akan disusun dan dianalisis sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Data diproses menggunakan perisian program Statistical Packages For the Social Science (SPSS) untuk menghasilkan keputusan analisis yang mendalam. Hasil dapatan kajian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkah laku tidur atlet berdasarkan jantina atlet bandar dan luar bandar yang mewakili sekolah hingga peringkat kebangsaan. Oleh yang demikian dapat dirumuskan bahawa jantina, kawasan dan tahap penglibatan atlet tidak mempengaruhi tingkah laku tidur atlet.

Teknologi pertanian dari satu sisi dapat dilihat sebagai sebuah anugerah yang dapat meningkatkan produksi. Di Kabupaten Sidenreng Rappang, Combine Harvester (Kemudian akan disingkat CH) sudah 4 tahun terakhir diperkenalkan sebagai salah satu strategi meningkatkan produksi. CH m erupakan alat pemotong padi yang mampu secara cepat memanen padi di sawah. Namun, di satu sisi kemunculan CH menimbulkan permasalahan tersendiri. Keberadaan mobil panen ini mengancam eksistensi buruh panen yang sudah lama menjadikan kegiatan panen sebagai salah satu strategi bertahan hidup musiman mereka. Sebelum kehadiran CH, dalam satu hektar dapat menyerap tenaga kerja sekitar 30 orang (laki laki dan perempuan) sehingga lebih terjadi distribusi pendapatan secara lebih adil. Paska kemunculan CH, tenaga panen yang terserap maksimum hanya 7 8 orang (laki laki saja). Dalam kondisi yang normal harusnya para buruh panen yang kehilangan pekerjaannya melakukan perlawanan terhadap keberadaan CH karena kehilangan sumber pendapatan, namun pada kenyataannya tidak ada yang perlawanan buruh karena pemilik CH adalah tuan tanah kaya desa yang memiliki sawah puluhan hektar dan digarapkan kepada masyarakat. Kata Kunci: Ketidakberdayaan, Buruh Panen, Teknologi Pertanian, Tuan tanah

Dissertação(mestrado) - Universidade Federal do Rio Grande, Programa de Pós–Graduação em Oceanografia Biológica, Instituto de Oceanografia, 2011.
Submitted by Cristiane Gomides (cristiane_gomides@hotmail.com) on 2013-12-16T03:31:29Z No. of bitstreams: 1 Priscila Martins de Moura.pdf: 499869 bytes, checksum: 89e9bd15d4cf51cf14c19da5f5c8c309 (MD5)
Approved for entry into archive by Sabrina Andrade (sabrinabeatriz@ibest.com.br) on 2013-12-18T17:58:11Z (GMT) No. of bitstreams: 1 Priscila Martins de Moura.pdf: 499869 bytes, checksum: 89e9bd15d4cf51cf14c19da5f5c8c309 (MD5)
Made available in DSpace on 2013-12-18T17:58:11Z (GMT). No. of bitstreams: 1 Priscila Martins de Moura.pdf: 499869 bytes, checksum: 89e9bd15d4cf51cf14c19da5f5c8c309 (MD5) Previous issue date: 2011
A presente dissertação é composta de um capítulo (em Português) sintetizando os principais resultados obtidos, os quais são apresentados na forma de um manuscrito (em inglês) no apêndice. O principal objetivo foi analisar o padrão de distribuição das assembléias de peixes e a influência de algumas variáveis ambientais na abundância relativa das espécies dominantes ao longo de um amplo eixo espacial (~300 km), englobando o estuário da Lagoa dos Patos, canal São Gonçalo e Lagoa Mirim. No total, sete locais foram amostrados mensalmente entre 03/2004 e 02/2005 com uma rede de arrasto em zonas rasas (< 2 m). Foram capturadas 63 espécies e 45.929 indivíduos. As análises de escalonamento multidimensional (MDS) evidenciaram a presença de dois grupos principais espacialmente distintos: um formado pelas amostras do estuário e outro formado pelo Canal São Gonçalo e Lagoa Mirim. Os peixes foram agrupados em guildas ecológicas e, através da análise de composição e abundância relativa, verificou-se uma marcada substituição dessas guildas entre a zona estuarina (estuário e norte do canal) e zona límnica (sul do canal e Lagoa Mirim). Essa substituição foi mais pronunciada em termos de abundância do que em termos de frequência de ocorrência, sendo que a segregação entre as guildas foi intensificada pela presença de uma barragem-eclusa, posicionada na porção mediana do gradiente. Variáveis físico-químicas (e.g., salinidade e transparência da água) e outras relacionadas às características estruturais dos habitats (e.g., declividade e percentual de silte e argila no sedimento) foram os principais fatores, dentre os investigados, que melhor explicaram a variabilidade na abundância e distribuição da ictiofauna ao longo do gradiente.
This dissertation is comprised of a chapter (in Portuguese) summarizing our main findings, which are shown in a manuscript (in English) in the annex. Our main goal was to analyze the distribution pattern of fish assemblages and the influence of some environmental variables on the relative abundance of dominant species along a broad spatial axes (~300 km), including the Patos Lagoon estuary, São Gonçalo channel and Mirim Lake. A total of seven sites were sampled monthly between 03/2004 and 02/2005 with a beach seine in shallow areas (<2 m). A total of 63 fish species and 45.929 individuals were caught. The multidimensional scaling (MDS) analyses revealed two main groups spatially distinct: one formed by the estuarine samples and other by freshwater samples from the channel and the Mirim. Fish species were grouped into ecological guilds and the analyses of their composition and relative abundance revealed a marked substitution of ecological guilds between the estuarine zone (estuary and northern portion of the channel) and the limnetic zone (southern portion of the channel and Mirim). This substitution was more pronounced in terms of abundance than in terms of frequency of occurrence. Guilds segregation was intensified by the presence of a dam lock positioned in the middle portion of the gradient. Physico-chemical variables (e.g., salinity and water transparency) and others related to the structural characteristics of habitats (e.g., slope and percentage of silt and clay in the sediment) were the main factors, among those investigated, that better explained the variability in the distribution and abundance of fish fauna along the gradient.

Aktivitas bisnis industri wisata Cafe Sawah Pujon Kidul mengalami penurunan pendapatan dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dilakukan pemerintah daerah Kota Batu. Perkembangan industri wisata di Kota Batu sangat mendukung peningkatan pendapatan desa. Khususnya industri wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Industri wisata mampu memberikan pertumbuhan ekonomi mikro masyarakat sekitar secara signifikan. Adanya pandemi covid 19 menjadi hambatan perkembangan usaha industri wisata. Untuk itu, penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi strategi pengembangan industri wisata di era new normal. Era kebiasaan dan tingkah laku masyarakat dengan memperhatikan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari hari. Pengumpulan data dengan cara wawancara, diskusi, brainstorming dan pengisian kuisioner kepada responden. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Internal Faktor Evaluation (IFE), External Faktor Evaluation (EFE) dan Bisnis Model Canvas dalam menyusun strategi pengembangan industri yang tepat di era new normal. Hasil Matrik Internal-Eksternal memiliki skor nilai 3,0 ; 2,8 artinya berada di sel IV atau menggunakan strategi yang tumbuh dan membangun. Strategi tumbuh dan membangun dengan pendekatan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan BMC memberikan rekomendasi perbaikan sembilan elemen sesuai dengan kondisi di lapangan saat ini.