To see the other types of publications on this topic, follow the link: Vektor control.

Journal articles on the topic 'Vektor control'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Vektor control.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Siyam, Nur, and Widya Hary Cahyati. "Penerapan School Based Vector Control (SBVC) untuk Pencegahan dan Pengendalian Vektor Penyakit di Sekolah." Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 14, no. 1 (March 20, 2018): 86. http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3715.

Full text
Abstract:
Upaya mewujudkan sekolah sehat bebas vektor perlu ditingkatkan, karena semakin banyaknya penyakit menular akibat vektor seperti scabies, dermatitis, Diare, thypoid, serta DBD pada siswa. Langkah yang bisa diambil untuk membangun Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam mencegah dan mengendalikan perkembangbiakan vektor penyakit salah satunya dengan menerapkan School Based Vector Control (SBVC) di sekolah. Penerapan SBVC ini menekankan pada kesadaran dan kepedulian siswa dalam pengendalian dan penciptaan lingkungan sehat. Tujuan penelitian adalah terbentuknya model SBVC dan mendapatkan gambaran efektifitas model SBVC sebagai upaya peningkatan PHBS dan penciptaan lingkungan sehat pada siswa. Penelitian di lakukan di SMP Islam Sultan Agung 4, Semarang. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMP Islam Sultan Agung 4 Semarang. Sampel adalah siswa yang mempunyai permasalahan kesehatan dan kebiasaan tidak sehat sebanyak 30 siswa. Jenis penelitian adalah Kuasi Eksperimen dengan rancangan Non Randomized One Group Pretest- Posttest Design. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner. Instrument penelitian, checklist observasi, dan kuesioner. Analisis data univariat dan bivariat dengan uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan indikator kebersihan perorangan, kebersihan di dalam kelas, kebersihan di jamban dan tempat wudhu, dan kebersihan di halaman sekolah antara sebelum dan setelah diterapkan SBVC meningkat secara signifikan (p<0,05). Sehingga perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa dalam mencegah dan mengendalikan vektor di sekolah meningkat signifikan (p=0,00).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Krianto, Tri. "Masyarakat Depok Memilih Fogging yang Tidak Dimengerti." Kesmas: National Public Health Journal 4, no. 1 (August 1, 2009): 29. http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v4i1.198.

Full text
Abstract:
Sampai kini, demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan yang utama di Kota Depok. Hal tersebut terlihat pada jumlah kasus yang terus meningkat dan semua kelurahan sudah berkembang menjadi daerah endemis demam berdarah dengue yang dapat dicegah dengan mengendalikan vektor. Upaya pembersihan sarang nyamuk PSN 3M Plus adalah teknologi yang disarankan untuk mengendalikan kejadian demam berdarah dengue, tetapi belum mendapat dukungan pelaksanaan dari masyarakat. Studi ini bertujuan untuk menggali informasi tentang pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue di Kota Depok. Hasil studi menunjukkan bahwa pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam pengendalian vektor DBD masih rendah, dan lingkungan sosial berpengaruh sangat dominan terhadap keputusan masyarakat.Kata kunci: Demam berdarah, pengendalian vektor, promosi kesehatanAbstractUntil now, dengue hemorrhaegic fever (DHF) is the major health problem in Depok City, number of cases was increasing, and nowadays all sub-district have DHF endemic areas. DHF can be prevented by vector control. PSN 3M Plus is the recommended technology, but the community has not been implemented it yet. This study aims to explore information about knowledge, attitude and practice in dengue control among the communities. Results of this study indicated that knowledge and community participation dengue vector control were still low, and social environment factor was the dominant factor influencingcommunity decision. Keywords: Dengue, vector control, health promotion
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Hamsir, Hamsir, and Nurbaeti Nurbaeti. "ANALISIS KEMANPUAN IKAN HIAS MAANVIS ( Pterophylium Altum ) DAN IKAN HIAS CUPPANG ( Bettasplandens Crow Tail ) SEBAGAI PREDATOR JENTIK NYAMUK." Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat 18, no. 1 (March 28, 2019): 86. http://dx.doi.org/10.32382/sulolipu.v18i1.725.

Full text
Abstract:
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau antropoda yang dapat memindahkan,menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada host yang rentan.Pengendalian vektor adalah suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan kesehatan manusia. Upaya pengendalian vektor berupa nyamuk dengan cara biologi control dengan menggunakan predator pemakan jentik nyamuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan ikan manvis (Pterphylium Altum) dan ikan hias cupang ( Betta Splendens Crown Tail) dalam memakan jentik nyamuk. Jenis penelitian ini bersifat eksperimen. Hasil Ikan hias manvis (Pterphylium Altum) pada hari I memakan jentik sebanyak 20 ekor jentik, hari ke-II yaitu 9 ekor dan hari ke-III yaitu 7 ekor sedangkan untuk ikan hias cupang ( Betta Splendens Crown Tail) pada hari I, II,dan III masing-masing memakan sebanyak 20 ekor. Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu ikan manvis (Pterphylium Altum) dan ikan hias cupang( Betta Splendens Crown Tail) mampu mengendalikan larva Aedes Aegypti.Kata Kunci : Vektor, Jentik, Ikan Manvis (Pterphylium Altum) dan ikan cupang ( Betta Splendens Crown Tail)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Atikasari, Ekalina, and Lilis Sulistyorini. "PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK AEDES AEGYPTI DI RUMAH SAKIT KOTA SURABAYA." Indonesian Journal of Public Health 13, no. 1 (February 11, 2019): 73. http://dx.doi.org/10.20473/ijph.v13i1.2018.73-84.

Full text
Abstract:
Vector control is an approach using the basic principles of management and consideration of disease transmission and control. The purpose of vector control is to reduce vector breeding habitats, reduce vector density, inhibit disease transmission, reduce human contact with vectors so that vector-borne disease transmission can be controlled more rationally, effectively and efficiently. This study aims to analyze the effectiveness of Aedes aegypti mosquito control vector in a hospital in Surabaya. The Control carried out by the Hospital is to eradicate Aedes aegypti mosquitoes by installing Ovitrap, Thermal Fogging, Cold Fogging and Spraying. The type of analysis used is descriptive observational. Data collection was carried out in February of 2017 at K3 unit and Environmental Health of Surabaya Hospital. The data used are hospital pest and rodent control report, secondary data aboutnumber of mosquito, number of larvae and number of Aedes aegypti mosquito eggs obtained from unit of K3 and Environmental Health. The conclusions for the hospital are: (1) always report the Aedes aegypti mosquito vector routine every months; (2) eradicating mosquitoes in difficult places such as patient and dense populated areas; (3) based on Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 374 / MENKES / PER / III / 2010 concerning Vector Control four of the six tools used in the Hospital have been used
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

FKH IPB, ARSHI Veterinary Letters, Susi Soviana, Upik Kesumawati Hadi, Fahmi Khairi, Supriyono, and Imam Hanafi. "Pemanfaatan Ternak dalam Pengendalian Nyamuk Vektor Penyakit." ARSHI Veterinary Letters 4, no. 3 (March 1, 2021): 55–56. http://dx.doi.org/10.29244/avl.4.3.55-56.

Full text
Abstract:
Mosquito are insects that cause the most health problems in society and animal, namely as nuisance insects and vector of various diseases such as malaria, dengue hemorrhagic fever, chikungunya, Japanese Encephalitis, dirofilariasis, filariasis, St. Louis Encephalitis and West Nile Virus. Control of mosquito as a vector with utilization of cattle (zooprophylaxis) needs to be done so the role of cattle is more optimize. This study aimed to know the effect of the placement of cattle around population to reduce contact between mosquitoes and human. Catching mosquitoes was done at home with two treatments, the house with cattle and house without cattle. Catching mosquitoes in human by bare leg collection method at indoor and outdoor and cattle were placed in a magoon trap. The result showed density of Cx. sitiens are known as vector of Japanese Encephalitis in human at house with cattle 12.05 mosquitoes/man/hour, in human at house without cattle 16.31 mosquitoes/man/hour, and in cattle 54.38 mosquitoes/cattle/hour. Density of Anopheles are known as vector of malaria were caught showed placement of cattle reduce contact between mosquitoes and human. Density of An. sundaicus in human at house with cattle 0.03 mosquitoes/man/hour, in human at house without cattle 0.01 mosquitoes/man/hour, and in cattle 9.63 mosquitoes/cattle/hour. This research showed placement of cattle as zooprophylaxis media around population divert mosquitoes from human to animal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Managerxot, Jek, Milana Salim, Yahya Yahya, Tri Wurisastuti, and Rizki Nurmaliani. "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN BATURAJA LAMA DAN SEKAR JAYA, KECAMATAN BATURAJA TIMUR, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU), PROVINSI SUMATERA SELATAN." JURNAL EKOLOGI KESEHATAN 16, no. 2 (October 24, 2018): 82–92. http://dx.doi.org/10.22435/jek.16.2.360.82-92.

Full text
Abstract:
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan salah satu wilayah endemis DBD di Provinsi SumateraSelatan. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penularan DBD adalah dengan melakukanpengendalian vektor nyamuk pada tingkat jentik. Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor DBD,selain dapat menimbulkan resistensi, juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan lingkungan. Saat inipengendalian vektor DBD di Kabupaten OKU dilakukan secara hayati (biological control), yaitu denganmenggunakan ikan pemakan jentik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat partisipasimasyarakat dalam pengendalian vektor DBD menggunakan ikan pemakan jentik. Lokasi penelitian beradadi Kelurahan Baturaja Lama dan Kelurahan Sekar Jaya. Populasi adalah seluruh rumah tangga di keduakelurahan tersebut. Jumlah sampel ditentukan dengan mengacu pada ketentuan WHO mengenai standarminimal sampel survei entomologi DBD yaitu 100 rumah. Jumlah sampel rumah tangga yang berhasildidapatkan sebanyak 217 yang dipilih dengan cara acak. Hasil perhitungan indeks jentik menunjukkanangka HI di Kelurahan Baturaja Lama sebesar 42,1% dan di Kelurahan Sekar Jaya sebesar 48,2%. AngkaCI di Kelurahan Baturaja Lama sebesar 19,2% dan Sekar Jaya sebesar 16,2%. Angka BI di KelurahanBaturaja Lama sebesar 51,4% dan Sekar Jaya sebesar 75,5%. Analisis statistik terhadap perilakumemelihara ikan menunjukkan hubungan bermakna terhadap keberadaan jentik, namun persentase jumlahrumah tangga yang memelihara ikan pada kedua kelurahan masih tergolong rendah yakni kurang dari 10%.Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan pengembangan potensi jenisikan pemakan jentik dalam upaya pengendalian DBD.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

DEWI, MIRNA WATI, Susi Soviana, Umi Cahyaningsih, and Ali Rahayu. "Dampak Iradiasi Sinar Gamma pada Produktivitas Aedes aegypti Jantan." Jurnal Vektor Penyakit 13, no. 1 (June 17, 2019): 1–6. http://dx.doi.org/10.22435/vektorp.v13i1.962.

Full text
Abstract:
Abstract Dengue fever is a vector-borne disease with Aedes aegypti as the main vector. Vector controls currently depended on insecticide. Considering the negative effect of insecticide, Sterile Insect Technique (SIT) was developed. This study was conducted to evaluate the effect of gamma-ray irradiation on the productivity of male Ae. aegypti. Male pupae age less than 15 hours were irradiated with 60 Gy and 70 Gy gamma-ray. When the pupae became adult, the sterile males mated with the same age females Aedes aegypti. Observation on fecundity, hatchability, and age was carried out until the second generation. Gamma-ray irradiation with the dose of 60 Gy and 70 Gy showed different effects on fecundity, egg hatchability, the emergence of the adult, and age of Aedes aegypti compared to control. Abstrak Demam berdarah merupakan penyakit tular vektor yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan secara global. Vektor utama yang berperan pada penyebaran penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes aegytpi. Pengendalian vektor saat ini sangat bergantung pada penggunaan insektisida. Dampak negatif penggunaan insektisida menyebabkan pengembangan pengendalian vektor yang lain diantaranya yaitu Teknik Serangga Mandul (TSM). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis produktivitas Ae. aegypti jantan iradiasi hingga generasi kedua. Pupa jantan umur <15 jam diradiasi sinargamma dosis 60 Gy dan 70 Gy. Setelah menjadi nyamuk jantan dewasa segeradikawinkan dengan nyamuk betina tidak iradiasi dengan umur yang sama. Pengamatan dilakukan terutama terhadap fekunditas, daya tetas, kemunculan nyamuk, dan umurnyamuk hingga generasi kedua. Iradiasi sinar gamma dosis 60 Gy dan 70 Gymenghasilkan dampak yang berbeda terhadap fekunditas, daya tetas telur, kemunculan nyamuk dan umur nyamuk bila dibandingkan dengan kontrol.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Borisenko, V. V., V. A. Zakharov, and K. V. Zakharov. "CONTROL OF THIN-WALLED SCREENS OF EPITAXIAL INSTALLATIONS BY THE EDDY CURRENT METHOD." Industrial laboratory. Diagnostics of materials 85, no. 6 (July 10, 2019): 42–46. http://dx.doi.org/10.26896/1028-6861-2019-85-6-42-46.

Full text
Abstract:
The results of testing thin-walled welded joints (high-temperature assemblies of epitaxial installations) obtained by electron-beam welding using the eddy current method are presented. The tightness of those parts and assemblies is controlled by vacuum and compression leak detection methods, based on increasing the test gas concentration on the one side of the test surface and sampling it for mass spectrometric analysis on the other side. Helium mass spectrometric leak detectors are now widely used in aerospace, electronics and chemical industries, as well as in the instrument making industry and scientific research. The eddy current method provides a high scanning speed and allows timely detection of the defects and prevention of the risk of accidental wear of thin-walled elements and parts of aerospace and petrochemical equipment. The goal of this work is to optimize the control of welded joints of thin (0.2 and 0.5 mm) tantalum screen using a VEKTOR-60D detector and eddy current method. The device provides the use of overhead or flow eddy current differential, tangential and absolute transducers operating at a frequency from 10 Hz to 20 MHz, as well as various dynamic transducers. The device is designed to control metal products, carbon plastics and composites for the presence of defects such as surface and subsurface cracks, discontinuities and homogeneity of materials. VEKTOR-60D allows one to get a simultaneous signal display on the flaw detector screen both in the amplitude-time and complex planes. The used sensors (PVDT-1000-2, PVD-200-2,3, and VP160A45) provided detection of the defects across the entire width of the weld and heat-affected zone in one pass along the welded joint. The defect of the welded joint of the tantalum screen was revealed as incomplete penetration (nonpenetration in the weld root) in accordance with the classification of GOST R ISO 6520-1–2012. The results proved that a VEKTOR-60D eddy current detector can be successfully used in monitoring defects in thin-walled welded joints.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Herdiani, Erna Tri. "Bagan Kendali Robust Multivariat untuk Pengamatan Individual." Jurnal Matematika Statistika dan Komputasi 15, no. 2 (December 20, 2018): 34. http://dx.doi.org/10.20956/jmsk.v15i2.5712.

Full text
Abstract:
AbstractThe most widely used of control chart in multivariate control processing is control chart T2 Hotelling. There are 2 kinds of control chart T2 Hotelling, namely T2 Hotelling for group observation and T2 Hotelling for individual observation. In this paper, discuss the control chart T2 Hotelling for individual observation. This control chart is used for monitoring of mean vector and sample of covariance matrix. Mean vector and sample of covariance matrix are very sensitive with respect to extreme point (outliers). Therefore, it is needed an estimator of mean vector and has a stocky population covariance matrix to the outliers data. One method that can be used to detect data that contains outliers is Minimum Covariance Determinant (MCD). From the calculation results, obtained that control chart T2 Hotelling by using Fast-MCD algorithm is more sensitive to detect outliers data than T2 Hotelling classically.Keyword: T2 Hotelling, Minimum Covariance Determinant (MCD), robust, outlier AbstrakBagan kendali yang paling banyak digunakan dalam pengendalian proses secara multivariat adalah bagan kendali T2 Hotelling. Ada 2 jenis dari bagan kendali Hotelling yaitu bagan kendali Hotelling untuk pengamatan kelompok dan individual. Pada tulisan ini membahas bagan kendali Hotelling untuk pengamatan individual. Bagan kendali ini digunakan untuk memonitor vektor rata-rata dan matriks kovariansi sampel. Vektor rata-rata dan matriks kovariansi sampel sangat sensitif terhadap titik ekstrim (outliers). Oleh karena itu dibutuhkan estimator vektor rata-rata dan matriks kovariansi populasi yang kekar terhadap data outliers. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi data yang mengandung outliers adalah Minimum Covariance Determinant (MCD). Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa bagan kendali T2 Hotelling dengan algoritma Fast-MCD lebih sensitif mendeteksi data outliers daripada T2 Hotelling klasik.Kata Kunci: T2 Hotelling, Minimum Covariance Determinant (MCD), robust, outlier.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Putra D, Kharisma, Hasmiwati Hasmiwati, and Arni Amir. "Status Kerentanan Aedes Aegypti Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Padang." Jurnal Kesehatan Andalas 6, no. 2 (October 12, 2017): 440. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v6.i2.p440-445.2017.

Full text
Abstract:
Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah dengan pengendalian vektor DBD dengan larvisida. Temephos merupakan salah satu insektisida yang telah digunakan lebih dari 30 tahun dan berfungsi mengendalikan larva vektor. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai status kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post test only with control group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Putra, Kharisma, Hasmiwati Hasmiwati, and Arni Amir. "Status Kerentanan Aedes Aegypti Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Padang." Jurnal Kesehatan Andalas 6, no. 1 (July 20, 2017): 20. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v6i1.638.

Full text
Abstract:
Salah satu upaya mengurangi kasus DBD adalah pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan larvisida temephos. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD. Tujuan penelitian ini adalah menilai status kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post test only with control group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86% dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99% dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD, namun perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus, sehingga resistensi vektor tidak terjadi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Putra D, Kharisma, Hasmiwati Hasmiwati, and Arni Amir. "Status Kerentanan Aedes Aegypti Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Padang." Jurnal Kesehatan Andalas 6, no. 2 (October 12, 2017): 440. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v6i2.718.

Full text
Abstract:
Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah dengan pengendalian vektor DBD dengan larvisida. Temephos merupakan salah satu insektisida yang telah digunakan lebih dari 30 tahun dan berfungsi mengendalikan larva vektor. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai status kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post test only with control group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Prasetyowati, Heni, Hubullah Fuadzy, and Endang Puji Astuti. "Pengetahuan, Sikap dan Riwayat Pengendalian Vektor di Daerah Endemis Demam BerdarahDengue Kota Bandung." ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies 10, no. 1 (July 31, 2018): 49–56. http://dx.doi.org/10.22435/asp.v10i1.16.

Full text
Abstract:
Dengue vector control needs active participation of community so it must be supported with goods dengue knowladge. The purpose of this research is to know the difference of knowladge and attitute in Bandung city community toward effort of dengue vector control in case and control group. This case-control study used ratio 1: 2. Number case of dengue is 261 and number of control is 522. Research location are ini health center area with hight dengue case ie Dago, Sekejati, Kopo, Cipamokolan. Responden ages grouped in range of 40-60 years, while the last education respondents are greduated from junior and senior high school. The result shows that there is significant different of knowladge between case and control (p-value 0.015) and no significant different in attitude variable (p-value 0,520). Vector control efford is different between two group in active eradication of mosquitoe breeding place (p-value 0.005) and the used of mosquito net (0.008). The odd ratio test result showed that knowladge variable (OR 1,410) and eradication of mosquitoe breeding place (OR1.719) are related to vector control efforts. Still needs enhance health promotion regarding vector control efforts in house hold environment as well as understanding of dengue, and optimizing program “one house one larva’s monitor
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Muftiah, Andi Tilka. "Distribusi Vektor Malaria Anopheles (Diptera: Cullicidae) di Kabupaten Bulukumba, Indonesia." Jurnal Vektor Penyakit 12, no. 1 (August 3, 2018): 1–8. http://dx.doi.org/10.22435/vektorp.v12i1.225.

Full text
Abstract:
Abstract Anopheles is an eminent mosquito vector responsible for Plasmodium infection in human. By far, 430 anophelines have been identified but only 30-40 species have the potential to transmit malaria. A survey was carried to describe the distribution of anophelines species in seven community health centre (CHC) working areas including Caile, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Batang, Bonto Bangun and Tanete in Bulukumba District, South Sulawesi. Human Landing Collection, Net Trap, and Light Trap was applied to collect adult anophelines mosquitoes. The Anopheles malaria vectors were observed in all areas. Various anophelines malaria vectors exist in Bulukumba District, including An. subpictus, An. barbirostris, An. hyrcanus, An. vagus, An. indefinitus, An. parangensis and An. kochi. Of which, Anopheles subpictus was the most abundant species and the majority of Anopheles mosquitoes were found in Ujung Loe area. Our study indicates that community-based programs and routine entomological surveillance, especially in high-risk areas, should be implemented to effectively control malaria transmission in Bulukumba District. Abstrak Malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles yang berperan sebagai vektor yang membawa parasit Plasmodium. Terdapat sekitar 430 spesies Anopheles, 30-40 diantaranya berpotensi untuk menularkan malaria ke manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi vektor Anopheles di Kabupaten Bulukumba melalui survei entomologi (observasional) dengan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian adalah nyamuk Anopheles di tujuh wilayah kerja puskesmas, yakni Puskesmas Caile, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Batang, Bonto Bangun dan Tanete. Penangkapan vektor Anopheles dilakukan dengan metode Human Landing Collection (HLC), Net Trap, dan Light Trap. Hasil penelitian menggambarkan distribusi vektor Anopheles yang tersebar di tujuh wilayah kerja puskesmas yakni An. subpictus, An. barbirostris, An. hyrcanus, An. vagus, An. indefinitus, An. parangensis dan An. kochi. Anopheles subpictus merupakan spesies yang paling banyak ditemukan, sedangkan wilayah kerja Puskesmas Ujung Loe merupakan lokasi yang paling banyak ditemukan vektor Anopheles. Variasi vektor Anopheles yang tersebar di wilayah Kabupaten Bulukumba hendaknya mendorong para pengambil kebijakan di tingkat dinas kesehatan dan puskesmas untuk menyusun program pengendalian malaria yang optimal dan sesuai, baik dari segi pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan survei entomologi secara berkala khususnya pada wilayah yang berisiko.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Md Ariffin, Mohd Farhan, Khadher Ahmad, and Mohd Izzat Mohd Abd Shukur. "Vektor Zika dan Teknik Kawalan Haiwan Perosak Menurut Perspektif Hadis." Maʿālim al-Qurʾān wa al-Sunnah 14, no. 1 (June 1, 2018): 85–90. http://dx.doi.org/10.33102/jmqs.v14i1.119.

Full text
Abstract:
The spread of Zika virus (ZIKV) has raised tensions among the world community especially Malaysia since it was last recorded in 2007. Zika (ZIKV) is transmitted to humans by the Aedes Aegypti mosquito which also causes dengue, chikungunya and yellow fever. In less than a year, the Zika virus has spread across the globe. The focal point was on February 1, 2016 when World Health Organization (WHO) had to press the panic button and declare ZIKV a Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). All significant world health agencies have now been deployed for the purpose of preventing and controlling viruses. A range of appropriate control measures have been implemented including the repellent campaign against Aedes mosquito and to monitor the flow of people and international tourists to Malaysia. Significantly, in the compilation of his word, Prophet Muhammad has warned of the dangers and threats of pests. Although mosquitoes are not specifically referred to as fasiq animals (pests), their threats could qualify to be classified as pests through the opinion of qias (analogy) scholars. Therefore, this paper seeks to shed light on the threat of mosquitoes and the basis of their relationship to the fasiq animals (pests). This study is important in guiding the community concerning the harm produced by animals and the finest control procedure in light of the sunnah of the Prophet.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Saepudin, Malik, Ani Hermilestari, Bambang Supraptono, and Heru Subaris Kasjono. "PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TERINTEGRASI PENGENDALIAN VEKTOR TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DAN STICKY AUTOCIDAL MOSQUITO TRAP." Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit 12, no. 2 (November 30, 2020): 133–46. http://dx.doi.org/10.22435/vk.v12i2.3597.

Full text
Abstract:
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a health problem in Indonesia, including in West Kalimantan Province. The Integrated Model of Community-Based Total Vector Control (PVTBM) and Sticky Autocidal Mosquito Trap (SAMT) is expected to reduce the density of larvae, so that the incidence of dengue can be reduced to the lowest point in the endemic area of Pontianak. This study analyzed the effects of the PVTBM-SAMT integrated model in controlling dengue vectors in endemic areas of Pontianak City. This type of research is Interrupted time series with a nonequivalent no-treatment control group time series. The sample of this study was 200 houses, consisting of 100 houses in the intervention area and 100 houses in the control area. The results showed a decrease in the mean larval density index in the intervention area, namely; HI was 25%, CI was 11.17%, BI was 38%. Statistical analysis showed that the PVTBM-SAMT integration model had a significant effect on the density of larvae: HI, CI, and BI with p values: 0.049, 0.047, and 0.042. It is recommended that the health office and primary health care be able to apply the PVTBM-SAMT method in controlling DHF vector activities and also in the implementation of surveillance and control of Aedes aegypti vector. Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, termasuk di Provinsi Kalimantan Barat. Aplikasi Model Terpadu Pengendalian Vektor Total Berbasis Masyarakat (PVTBM) dan Sticky Autocidal Mosquito Trap (SAMT) bertujuan menurunkan densitas Larva. Penelitian ini menganalisis efek model terintegrasi PVTBM-SAMT dalam pengendalian vektor DBD di wilayah endemis Kota Pontianak. Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan rancangan Interrupted time series with a nonequivalent no-treatment control group time series. Sampel penelitian ini sebanyak 200 rumah, terdiri dari 100 rumah di wilayah intervensi dan 100 rumah di wilayah pembanding. Hasil penelitian menunjukan terjadi penurunan rerata indeks kepadatan larva pada wilayah intervensi yaitu; HI sebesar 25%, CI sebesar 11,17%, BI sebesar 38% dan wilayah pembanding. Analisis statistik terdapat perbedaan densitas larva: HI, CI, dan BI sebelum dan sesudah perlakuan secara signifikan dengan nilai p: 0,049, 0,047, dan 0,042. Dinas kesehatan dan puskesmasisarankan dapat menerapkan metode PVTBM-SAMT dalam kegiatan pengendalian vektor DBD dan juga dalam pelaksanaan surveilans serta pengendalian vektor Aedes aegypti.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Sunaryo, Sunaryo, Eva Lestari, and Tri Ramadhani. "Teknik Serangga Mandul Nyamuk Culex quinquefasciatus sebagai Upaya Pengendalian Vektor Filariasis di Kota Pekalongan." ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies 10, no. 1 (July 31, 2018): 1–8. http://dx.doi.org/10.22435/asp.v10i1.156.

Full text
Abstract:
Filariasis is a disease caused by infection filarial worms and transmitted by the bite of female mosquitoes. Controls of filariasis are still limited to the treatment of patients and prevent secondary infection, whereas the control of mosquitoes is not optimal yet. Sterile insect technique is a vector control method that environmentally friendly, effective, and potential. The study design is quasi-experimental design with pre-posttest control group design. The location of the research is in the Village of Padukuhan Kraton, District of North Pekalongan, Pekalongan City. Sterile insect technique can be made by irradiation of the male mosquitoes in the laboratory (BATAN) with dose (0 Gy, 60 Gy, 65 Gy, 70 Gy, 75 Gy and 80 Gy). The male mosquitoes exposed to irradiation testing sterility, survival, matting competitiveness and flight distance test. The male mosquitoes of Culex quinquefasciatus are derived from laboratory of Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. Post-irradiation dose of 60 Gy, 65 Gy, 70 Gy, 75 Gy and 80 Gy obtained high sterility figures between 95.35%-98.53%, which means a chance to breed only 1.5-4.5%. The age of mosquitoes’ post-irradiation without matting about 35 days, the matting competitiveness with laboratory scale is almost close to normal (0.7-0.8), the matting competitiveness with field spring scale is lower than normal mosquito (0.04-0.2), mosquito flight range was only caught in the radius 100 m. The utilization of gamma irradiation to sterilizing Culex quinquefasciatus is effective at dose 70 Gy and can be done to intervention control of Culex quinquefasciatus in limited scope
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Widiarti, Widiarti, Riyani Setiyaningsih, and Diana Andriyani Pratamawati. "IMPLEMENTASI PENGENDALIAN VEKTOR DBD DI PROVINSI JAWA TENGAH." JURNAL EKOLOGI KESEHATAN 17, no. 1 (July 17, 2018): 20–30. http://dx.doi.org/10.22435/jek.17.1.116.20-30.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Central Java Province is one of the provinces with considerable dengue cases in Indonesia. One of the strategic efforts that have been implemented is controlling mosquitoes with fogging and larviciding with temephos at water reservoirs. However, cases remain increase or outbreaks occur in several districts/cities. The study was conducted to determine the causes of the high dengue fever cases in Central Java Province as to improve the implementation of such programs. Data related to the implementation of vector control were collected from various sources. The results showed that the PSN program in several districts did not optimally run because the community did not routinely do it. Larviciding with temephos was only carried out in the event of outbreaks and in the endemic areas. Fogging, which should be implemented in two cycles, was generally implemented only in one cycle due to limited insecticides availability and wide area coverage. It can be concluded that the high dengue fever cases in Central Java Province was caused by the gap between the program and the implementation in the field. Keywords: Dengue vector, larvaciding, sogging ABSTRAK Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menyumbang kasus demam berdarah dengue (DBD) cukup besar di Indonesia. Salah satu upaya strategis yang telah dilakukan adalah mengendalikan nyamuk dengan pengasapan dan larvasidasi dengan temephos pada Tempat Penampungan Air (TPA). Upaya tersebut belum memberikan hasil yang optimal karena masih terjadi peningkatan kasus atau Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa kabupaten/kota. Kajian secara deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran permasalahan tingginya kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka perbaikan dan pengembangan kebijakan pengendalian vektor DBD. Data dan informasi yang dikumpulkan berupa dokumen yang meliputi pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), larvasidasi yang dilakukan, fogging, dan data lain yang berkaitan dengan pengendalian vektor. Hasil kajian menunjukkan bahwa program PSN tidak berjalan optimal di beberapa kabupaten di Jawa Tengah karena masyarakat tidak melakukannya secara rutin. Larvasidasi dengan temephos hanya dilakukan pada saat terjadi KLB dan hanya di daerah endemis DBD. Fogging pada umumnya dilakukan hanya dalam satu siklus kehidupan vektor, yang mana seharusnya dilakukan dalam dua siklus. Hal ini disebabkan karena keterbatasan insektisida dan cakupan wilayah cukup luas. Dapat disimpulkan bahwa tingginya DBD di Provinsi Jawa Tengah disebabkan adanya kesenjangan antara program yang telah dicanangkan dengan implementasi di lapangan. Kata kunci: Vektor DBD, larvasidasi, pengasapan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Putri, Novia Wirna, and Sevilla Ukhtil Huvaid. "GAMBARAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN." Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan 3, no. 2 (December 1, 2018): 48. http://dx.doi.org/10.34008/jurhesti.v3i2.44.

Full text
Abstract:
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the important public health problems in Indonesia. Cases of dengue fever in the city of Padang in 2015 experienced a significant increase in the amount of 1,126 cases (IR = 124.8 per 100,000 population) with a total death of 8 people (CFR = 0.7%). The Cold Water Health Center is one of the health centers in the city of Padang with a work area that has a significant increase in dengue cases in 2015 with an IR of 361.5 per 100,000 population. The research objective was to analyze community participation in the DHF vector control program in the working area of the Cold Water Health Center in Padang City in 2018. This type of research was descriptive research. The sample is 99 people taken by proportional random sampling technique. Data analysis includes univariate analysis of community participation in vector control, namely environmental modification, environmental manipulation, physical control, chemical control, biological control and the existence of larvae. The results showed that 52.5% of respondents were larvae positive, 32.3% of respondents belonged to the bad category of environmental modification, 58.6% of respondents belong to the bad category of environmental manipulation, amounting to 30.3% of respondents classified in the bad category is physical control, 78.8% of respondents belong to the bad category of chemical control, and 35.4% of respondents belong to the bad category of biological control in the DHF vector control program in the working area of the Cold Water Health Center. It is recommended to the Air Dingin Health Center to be able to socialize to the public regarding DHF vector control programs both in aspects of environmental modification, environmental manipulation, physical, chemical and biological control.Keyword: DBD, vector, environment
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Rachmawati, Fawandi Eta. "STATUS RESISTENSI LARVA AEDES SP TERHADAP LARVASIDA SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH BUFFER PELABUHAN LAUT TANJUNG PERAK SURABAYA." Medical Technology and Public Health Journal 4, no. 1 (March 25, 2020): 46–54. http://dx.doi.org/10.33086/mtphj.v4i1.699.

Full text
Abstract:
Pelabuhan baik darat maupun udara selain sebagai pintu masuk orang, alat dan barang juga sebagai media transportasi vektor penyebab penyakit dalam siklus penularan penyakit pada manusia khususnya penyakit demam berdarah. Vektor penyakit (Aedes aegypti) dapat berpindah dari daerah endemis ke daerah lain akibat terbawa oleh barang atau alat angkut dari adanya aktifitas di pelabuhan. IHR 2005 menyatakan wilayah perimeter pelabuhan harus terbebas dari jentik dengan House Index (HI)=0. Pada wilayah buffer nilai House Index (HI) >1, jika melebihi dari angka tersebut maka diharuskan melakukan upaya pengendalian vektor. Dari fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui status resistensi dari larva Aedes Sp di wilayah buffer pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Penelitian bersifat eksperimen murni dengan rancangan Postest Only with Control Group Design menggunakan metode susceptibility test WHO. Pengambilan data menggunakan metode purposive sampling di wilayah buffer pelabuhan Tanjung Perak. Jumlah larva yang mati saat percobaan dilakukan perhitungan nilai LC 50, LC 90 dan LC 99 menggunakan regresi logistik Probit test, sehingga dapat diketahui nilai Resistance Ratio (RR) Nilai RR larva Aedes Sp di wilayah buffer termasuk dalam kategori rentan hingga resisten sedang. Penggunaan larvasida temephos masih bisa dilakukan di wilayah buffer, namun perlu upaya edukasi kepada masyarakat di wilayah pelabuhan agar dapat menggunakan larvasida dengan aman dan tepat guna.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Ruliansyah, Andri, Wawan Ridwan, and Asep Jajang Kusnandar. "Pemetaan Habitat Jentik Nyamuk Di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat." Jurnal Vektor Penyakit 13, no. 2 (December 30, 2019): 115–24. http://dx.doi.org/10.22435/vektorp.v13i2.946.

Full text
Abstract:
Abstract The environment is an important factor in transmitting vector-borne diseases where an environment is a place of interaction between hosts, agents, and vectors. The existence of mosquitoes as a vector of various types of diseases is influenced by the existence of mosquito breeding habitats in an area. The results of mapping can be a guide to finding larva habitat when carrying out vector control. In addition, there is no map of larva habitat in Cibalong Subdistrict, Garut Regency so that mapping of breeding sites and behavior of mosquitoes becomes very important. The purpose of this study was to map the mosquito larval habitats in Cibalong District, Garut regency. Data collection was done by plotting habitats using Global Positioning System (GPS) and larva identifications using a compound microscope. Habitat larvae found in Karangparanje, Karyasari Village and Sakambangan, Mekarwangi Village, dominated by rice fields and water streams. While larvae found were Culex sp, Anopheles sp, Aedes sp, and Malaya sp. This finding confirmed that Cibalong District receptive as a transmitting area of ​​Malaria, DHF, and Filaria, so it is necessary to be aware of the possibility of transmission of vector-borne diseases in those areas. Abstrak Lingkungan merupakan faktor penting dalam penularan penyakit tular vektor di mana lingkungan merupakan tempat berinteraksi antara host , agen dan vektor. Keberadaan nyamuk sebagai vektor berbagai macam penyakit dipengaruhi oleh keberadaan habitat perkembangbiakan nyamuk di suatu wilayah. Hasil suatu pemetaan dapat menjadi panduan untuk menemukan habitat jentik pada saat melakukan pengendalian vektor. Selain itu belum adanya suatu peta habitat jentik di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut sehingga pemetaan tempat perkembangbiakan dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Tujuan kajian ini untuk memetakan habitat jentik nyamuk di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat titik (plotting) habitat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan identifikasi jentik menggunakan mikroskop binokuler. Habitat jentik yang ditemukan di Dusun Karangparanje Desa Karyasari dan Dusun Sakambangan Desa Mekarwangi, didominasi oleh sawah dan aliran sungai. Sedangkan jentik yang ditemukan yaitu Culex sp, Anopheles sp, Aedes sp dan Malaya sp. Hal ini menjadikan Kecamatan Cibalong reseptif sebagai daerah penular malaria, DBD, dan filaria, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan penyakit tular vektor di wilayah tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Trisianawati, Eka, Tomo Djudin, and Rendi Setiawan. "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VEKTOR DI KELAS X SMA NEGERI 1 SANGGAU LEDO." Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 6, no. 2 (December 30, 2016): 51. http://dx.doi.org/10.26740/jpfa.v6n2.p51-60.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran diskusi-ceramah pada materi vektor di kelas X SMA Negeri 1 Sanggau Ledo, serta mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran diskusi-ceramah pada materi vektor di kelas X SMA Negeri 1 Sanggau Ledo. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada materi vektor di kelas X SMA Negeri 1 Sanggau Ledo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan bentuk penelitian Quasi eksperimental design (eksperimen semu) dan rancangan penelitian Non-equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sanggau Ledo yang terdiri dari 6. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik Cluster Random Sampling, kemudian terpilih kelas XA sebagai kelas eksperimen 1 dan XB sebagai kelas eksperimen 2. Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh temuan: (1) Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 1 mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 yang mulanya 14,67 mengalami peningkatan sebesar 70,14 sehingga nilai rata-rata kelas eksperimen menjadi 84,81. (2) Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 2 setelah diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran diskusi-ceramah juga mengalami peningkatan meskipun tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen 1. Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol yang mulanya 13,13 mengalami peningkatan sebesar 63,00 sehingga nilai rata-rata kelas eksperimen menjadi 76,13. (3). Dari hasil analisis data menggunakan uji Mann Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran diskusi-ceramah pada materi vektor. (4). Dari hasil analisis data menggunakan effect size diperoleh nilai effect size sebesar 0,44. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw cukup berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi vektor di kelas X SMA Negeri 1 Sanggau Ledo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

ALI, HAIDINA. "EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH PINANG MUDA (ARECA CATECHU L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES SP." Journal of Nursing and Public Health 8, no. 2 (November 7, 2020): 37–45. http://dx.doi.org/10.37676/jnph.v8i2.1179.

Full text
Abstract:
Deman Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes.Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vektor utama penularan penyakit DBD. Pencegahan penyakit DBD dilakukan dengan memutus mata rantai penularan. Insektisida hayati terbukti berpotensi mengendalikan vektor. Penelitian ini diketahuinya efektivitas ekstrak buah pinang muda (Areca catechu L.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes sp. Metode penelitian ini true eksperimen dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Penelitian menunjukkan presentase rata-rata kematian larva pada konsentrasi 2000 ppm sebesar 39,2%, konsentrasi 3000 ppm sebesar 72%, konsentrasi 4000 ppm sebesar 84,8% dan konsentrasi 5000 ppm sebesar 100%. Hasil Uji One Way Anova diperoleh p-value = 0,000 (p = < 0,05) sehingga dinyatakan ada perbedaan signifikan pada jumlah larva yang mati pada berbagai konsentrasi dan hasil Uji Bonferroni diperoleh konsentrasi yang paling efektif terhadap kematian larva nyamuk Aedes sp pada konsentrasi 5000 ppm. Diharapkan penelitian selanjutnya menemukan formulasi buah pinang muda yang lebih aplikatif sehingga penggunaannya lebih mudah dimasyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Pujiyanti, Aryani, Riyani Setiyaningsih, Wiwik Trapsilowati, Anggi Septia Irawan, and Muhammad Choirul Hidajat. "PENINGKATAN KAPASITAS FASILITATOR SURVEILANS VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA SALATIGA." Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit 10, no. 1 (June 30, 2018): 37–44. http://dx.doi.org/10.22435/vk.v10i1.1059.

Full text
Abstract:
Distribution of Dengue Hemorrhagic Fever case in Salatiga in 2011 - 2015 showed wide expansion of the case. Dinas Kesehatan Kota Salatiga in collaboration with B2P2VRP performed capacity building of vector surveillance facilitators using interactive method as an early warning system response to the spread of DHF transmission. Facilitators were cadres and teachers who were expected to optimize larval monitoring activities in family and at school. The stydy objective was to measure level of knowledge of facilitators before and after receiving capacity building activities. Research was conducted at Kelurahan Gendongan and Tingkir Tengah with data collection in February - September 2014. The research was an intervention study with one group pre-post test without control design. The result showed that capacity building could increase knowledge of both the facilitator (PSN cadres and teachers) before and after the intervention. There was no difference of post test knowledge level between cadre group and teacher. Capacity building activities with interactive methods can increase participants' knowledge with different educational background. The health office was recommended to use interactive methods in refreshing DBD vector surveillance materials on cadres and teachers to improve the sustainability of community participation in other kelurahan in larva surveys.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Sucipto, Cecep Dani, and Kadar Kuswandi. "EFEKTIVITAS DAUN JERUK PURUT (CITRUS HYSTRIX) PADA APLIKASI MAT ELEKTRIK DALAM MEMBUNUH NYAMUK CULEX SP." Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) 4, no. 2 (November 30, 2017): 203–12. http://dx.doi.org/10.36743/medikes.v4i2.87.

Full text
Abstract:
Penyakit tular vektor khususnya yang ditularkan oleh nyamuk di Indonesia masih tinggi seperti malaria, DBD, JE, chikungunya, Filariasis, dll. Pengendalian vektor yang paling efektif dan popular di masyarakat adalah penggunaan insektisida,.salah satu yang diminati masyarakat penggunaan mat elektrik. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas daun jeruk purut (Citrus hystrix) pada aplikasi mat elektrik dalam membunuh nyamuk Culex sp. Jenis penelitian bersifat eksperimen dengan desain penelitian one group post test design with control dimana kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberi ekstrak daun jeruk purut dengan variasi konsentrasi yang berbeda dan diamati efek kematian pada nyamuk Culex sp dewasa dibandingkan dengan kelompok kontrol. Data hasil penelitian dianalis menggunakan uji beda means ANOVA dengan alfa 5. Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan rerata kematian nyamuk semakin tinggi sesuai dengan meningkatnya konsentrasi obat yang diberikan; dengan rerata kematian nyamuk tertinggi (15.00) terdapat pada konsentrasi 1.0 ml. Terdapat perbedaan rerata kematian nyamuk yang signifikan pada masing-masing konsentrasi perasan daun jeruk purut. Ada perbedaan tingkatan konsentrasi yang diujikan memberikan efek perbedaan rerata yang signifikan terhadap kematian nyamuk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Nugroho, Arief, Rendro Wianto, Arum Trias Wardhani, and Esti Rahardianingtyas. "EFIKASI Bacillus thuringiensis H-14 ISOLAT SALATIGA SEDIAAN CAIR TERHADAP JENTIK Aedes aegypti DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI SALINITAS AIR." Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit 11, no. 2 (September 25, 2019): 73–78. http://dx.doi.org/10.22435/vk.v11i2.1353.

Full text
Abstract:
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit tular vektor yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pengendalian jentik nyamuk vektor menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti H-14) merupakan salah satu biolarvisida alternatif. Akan tetapi, kendala Bti adalah bahwa toksisitas Bti dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah perbedaan konsentrasi salinitas air mempengaruhi Bti H-14 isolat Salatiga dalam patogenitasnya terhadap jentik Aedes aegypti. Penelitian ini adalah laboratorium eksperimental dengan rancangan post test only group control design. Penelitian dilakukan dengan membuat Bti H-14 isolat Salatiga sediaan cair, menghitung jumlah sel dan spora serta mengujikan Bti H-14 dengan konsentrasi kadar garam terhadap jentik Aedes aegypti. Hasil penelitian menunjukkan sediaan cair memiliki jumlah sel 2,60 x 107 sel/ml dan jumlah spora 2,42 x 107 sel/ml. Hasil patogenitas menunjukkan air yang diberi garam masih menunjukkan kematian >80% setelah paparan 24 jam walaupun tidak mencapai 100% dibandingkan dengan air tanpa garam. Hal ini menunjukkan perbedaan kadar salinitas air yang diuji tidak berpengaruh pada toksisitas Bacillus thuringiensis H-14 sediaan cair terhadap jentik Aedes aegypti
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Sugiarto, Sugiarto, Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana, Lukman Hakim, and Jusniar Ariati. "INDIKATOR ENTOMOLOGI DALAM PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU (PVT) MENUJU ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA." JURNAL EKOLOGI KESEHATAN 17, no. 2 (October 16, 2018): 114–22. http://dx.doi.org/10.22435/jek.17.2.148.114-122.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Nunukan Regency is one of the malaria endemic areas in North Kalimantan Province. This study aims to identify the entomology indicators in integrated vector management in Nunukan District to further be considered in achieving malaria elimination in the region. The study was carried out on Sebatik Island, Nunukan Regency, North Kalimantan Province. Data analysis was carried out descriptively. The results showed that the value of vectorial capacity (VC) calculation for An. peditaeniatus (0.008) and An. sundaicus (0.057). Entomological inoculation rate (EIR) An. peditaeniatus and An. sundaicus is 0.08 (~ 28 infective bites / person / year). It can be concluded that vectorial capacity and entomological inoculation rate can be used as an indicator of entomology of malaria transmission and malaria transmission patterns in Sungai Nyamuk Village. Intensification of vector control in an integrated manner is needed in order to accelerate malaria elimination in Nunukan District. Integrated Vector Managemen (IVM) on Sebatik Island involves cross-sectoral participation, namely from the Health Office, the Public Works Agency, the Agriculture and Livestock Services Office, the Plantation Service Office, and the active community participation approach. Keywords: Malaria, Anopheles sp, integrated vector manajemen ABSTRAK Kabupaten Nunukan merupakan satu di antara daerah endemis malaria di Provinsi Kalimantan Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator entomologi dalam pengendalian vektor terpadu di Kabupaten Nunukan, selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam tercapainya eliminasi malaria di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan-Kalimantan Utara. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penghitungan vectorial capacity (VC) untuk An. peditaeniatus (0,008) dan An. sundaicus (0,057). Nilai entomological inoculation rate (EIR) An. peditaeniatus dan An. sundaicus adalah 0.08 (~28 gigitan infektif /orang/tahun). Dapat disimpulkan bahwa vectorial capacity dan entomological inoculation rate dapat digunakan sebagai indikator entomologi penularan malaria dan pola penularan malaria di Desa Sungai Nyamuk. Intensifikasi pengendalian vektor secara terpadu sangat diperlukan dalam rangka akselerasi eliminasi malaria di Kabupaten Nunukan. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) di Pulau Sebatik melibatkan peran serta lintas sektor yaitu dari Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan serta pendekatan partisipasi aktif masyarakat. Kata kunci: Malaria, Anopheles sp, V.C., E.I.R., pengendalian vektor terpadu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

SILALAHI, DARWIN, I. GEDE PUTU WIRAWAN, and MADE SRITAMIN. "Transformasi Genetik Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dengan Gen acvB Menggunakan Vektor Agrobacterium tumefaciens." Agrotrop : Journal on Agriculture Science 11, no. 1 (May 31, 2021): 63. http://dx.doi.org/10.24843/ajoas.2021.v11.i01.p07.

Full text
Abstract:
Agrobacterium tumefaciens Mediated Genetic Transformation of acvB Gene in Potato (Solanum tuberosum L.). Genetic transformations are now routinely applied to plant mediated by Agrobacterium tumefaciens as the most convenient technique. This study aimed to prove the success of A. tumefaciens mediated genetic transformation in potato. A. tumefaciens LBA (pBI 121) and explant of potato shoot were used in this study. Explants were grown in vitro on Murashige and Skoog media. Transformation was implemented using smear technique by smearing A. tumefaciens to injured explant. Experimental groups consisted of two groups: control group which did not receive transformation treatment and treatment group receiving transformation treatment. Explant growth was observed through the presence of shoots, branches and the shoot height. Explants in the treatment group resulted in a higher number of shoots, branches, and shoot heights compared to control. Phenol compounds appear in explant epidermal tissue, indicating the wounds produced by A. tumefaciens infection, thus the gene predicted to be transformed. Identification by PCR is needed to prove the existence of the acvB gene in potato plants genome, using acvB specific PCR primer as the marker, such as (5?-CCCT CTAG AGAC CCGC GCCA AGGCG-3?) and (5?CGCG TCGA CCTT GTCG GAAAG -3?) with 540-bp in base pair size produced.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Setiawati, Wiwin, and Rini Murtiningsih. "Kompatibilitas Minyak Serai dengan Predator Menochilus sexmaculatus untuk Pengendalian Vektor Penyakit Virus Kuning." Jurnal Hortikultura 21, no. 4 (December 2, 2011): 344. http://dx.doi.org/10.21082/jhort.v21n4.2011.p344-352.

Full text
Abstract:
Penggunaan insektisida kimia sintetis secara intensif di lapangan dapat mengurangi populasi musuh alami, sehingga mengakibatkan populasi hama meningkat. Bemisia tabaci merupakan salah satu hama penting pada tanaman cabai merah yang dapat menyebabkan kerusakan langsung dengan cara menghisap cairan tanaman dan tidak langsung menularkan penyakit virus kuning. Cara pengendalian yang ramah lingkungan merupakan faktor penting dalam menekan kehilangan yang diakibatkan oleh serangan B. tabaci. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kompatibilitas insektisida nabati yang berasal dari minyak serai dengan predator Menochilus sexmaculatus dalam menekan populasi B. tabaci. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran mulai bulan Juni sampai dengan Desember 2009. Penelitian menggunakan metode pencelupan (dipping method) untuk kutukebul, film kering (dry film), dan odor effect untuk predator M. sexmaculatus. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang digunakan ialah enam konsentrasi minyak serai yaitu 5.000, 4.000, 3.000, 2.000, 1.000, dan 0 ppm sebagai kontrol. Untuk menentukan nilai LC50 dan LT50 digunakan analisis Probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi minyak serai pada konsentrasi 2.000-5.000 ppm efektif menekan populasi nimfa B. tabaci instar I dan II, sedangkan untuk instar III dan IV pada konsentrasi 3.000-5.000 ppm dengan nilai penekanan sebesar 92-98% bila dibandingkan dengan kontrol. Nilai LC50 untuk nimfa B. tabaci instar I-IV berturut-turut sebesar 1.266,48, 1.755,81, 2.305,46, dan 2.343,59 ppm. Pada konsentrasi 2.000 ppm, LT50 minyak serai untuk nimfa B. tabaci ialah sekitar 2,95 hari setelah perlakuan. Minyak serai yang aman untuk larva predator M. sexmaculatus ialah pada konsentrasi 1.000 ppm bila diaplikasikan secara kontak dan 1.000-2.000 ppm bila diaplikasikan sebagai odor effect. Minyak serai pada konsentrasi 1.000-5.000 ppm aman terhadap imago M. sexmaculatus. Konsentrasi 2.000 ppm minyak serai merupakan konsentrasi yang sesuai diaplikasikan sebagai insektisida alami untuk pengendalian B. tabaci, aman dan kompatibel dengan predator M. sexmaculatus. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa minyak serai dan M. sexmaculatus memiliki potensi dalam mengendalikan B. tabaci pada cabai.<br /><br /><br /><br />There is a tendency of diminishing the number of natural enemies caused by utilization of non-selective insecticides that lead to serious consequences for pest population dynamics. Bemisia tabaci is an extremely polyphagous pest that causes direct damage and can act as a viral vector on hot peppers causing yellow virus disease. The activity of natural enemies can be exploited by employing propers conservation and augmentation techniques. Natural enemies might play roles to control of B. tabaci on hot peppers. The study was conducted in the Laboratory and Screenhouse of IVEGRI from June to December 2009. The objective of this study was to determine compatibility of citronella oil with M. sexmaculatus to control B. tabaci. Dipping methods, dry film, and odor effect were used in this study. Randomized completely block design with six treatments and four replications was used in this study. The treatments were citronella oils at different consentration 5,000, 4,000, 3,000, 2,000, 1,000, and 0 ppm as a control and stages of B. tabaci (1st, 2nd, 3rd, and 4th instars) and M. sexmaculatus. Probit analysis was used to ditermine LC50 and LT50 value. The results indicated that citronella oils at concentration of 2,000-5,000 ppm was effective to control nymphs of B. tabaci at 1st and 2nd instar , while 3,000-5,000 ppm for 3rd and 4th instar. The first two nymphal stages were more susceptible to citronella oil compared to the third and fourth nymphal stage. LC50 value for first to fourth nymphal stage was 1,266.48; 1,755.81; 2,305.46, and 2,343.59 ppm respectively. The LT50 occurred at 2.95 days in all instar stages. Menochilus sexmaculatus predators were highly susceptible to the essential oil vapours and the selective toxicity ratio varied depending on the methods and stages. Citronella oil at 1,000-2,000 ppm was compatible with M. sexmaculatus larvae on odor effect and 1,000 ppm on dry film method. Menochilus sexmaculatus adult more tolerant to citronella oil compared to larvae stage at concentration 1,000-5,000 ppm. Concentration 2,000 ppm of citronella oil was the appropriate concentration applied as bioinsecticide for B. tabaci, safety and compatibility for M. sexmaculatus. Based on the study known citronella oil and M. sexmaculatus had potential to be incorporated in controlling B. tabaci on hot peppers.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Putri, Devita Febriani, Nurhaida Widiani, and Debi Arivo. "PENYEBARAN VIRUS DENGUE SECARA TRANSOVARIAL PADA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE NYAMUK Aedes aegypti." HOLISTIK JURNAL KESEHATAN 12, no. 4 (January 6, 2019): 216–23. http://dx.doi.org/10.33024/hjk.v12i4.81.

Full text
Abstract:
TRANSOVARIAL TRANSMISSION OF DENV IN AEDES AEGYPTI Background: Transovarial transmission of dengue virus in Aedes aegypti mosquitoes is a vertical transmission of dengue virus infection in female Ae. aegypti mosquitoes to the offspring. The phenomenon of transovarial dengue virus transmission in Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) vectors has been proven by laboratory and nature, which indicates the transovarial transmission of dengue virus has an important role in maintaining the dengue epidemic. DHF vector control especially Ae. aegypti mosquitoes is an effective method of stopping transmission and expansion of dengue cases.Purpose: This scientific article aims to understand the spread of dengue virus transovarially in dengue mosquito vectors, and its relation to the prediction of outbreak dengue cases as information on DHF vector surveillance so that it can make the appropriate control program.Methods: Collecting several scientific articles to obtain information on the studies that have been done and summarizing the results of the study.Results: Several result of study are proving that transovarial transmission of dengue virus in Aedes spp. mosquitoes can predict dengue outbreaks case by monitoring the stadium immature Aedes sp., but it need further comprehension statistically about occurrence of dengue outbreaks and the increasing of dengue virus infections in immature stadium of mosquitoes.Discussion: Transovarial transmission rates from Ae. aegypti mosquito sample obtained from nature may be lower than in the laboratory, because laboratory condition can be controlled in accordande with the development of viruses in mosquito bodies. The dengue virus is proven to be able to spread between stages from eggs, larvae, pupae to imago and Ae. aegypti mosquitoes can act as reservoirs for dengue virus until the 7th progeni.Conclusion: Dispersion dengue virus through transovarial in Ae. aegypti mosquito playing important role in viruses maintained in nature during absence of viremic vertebrata host or when the climate condition are not favorable for that viruses. Continuous monitoring of Ae. aegypti mosquitoes population vector related the early detection of virus circulation may contribute to the prediction models for dengue outbreaks, so that DHF control can be more effective.Pendahuluan: Penularan virus dengue secara transovarial pada nyamuk Aedes aegypti adalah transmisi secara vertikal dari nyamuk Ae. aegypti betina yang infektif virus dengue kepada keturunannya. Fenomena penularan transovarial virus dengue pada vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) telah banyak dibuktikan skala laboratorium dan secara natural di alam, yang mengindikasikan penularan transovarial virus dengue memiliki peranan penting dalam mempertahankan epidemik DBD. Pengendalian vektor DBD khususnya nyamuk Ae. aegypti merupakan salah satu metode efektif dalam menghentikan penularan dan perluasan kasus DBD.Tujuan: Studi ini untuk memahami penyebaran virus dengue secara transovarial pada vektor nyamuk DBD, serta kaitannya terhadap prediksi kasus luar biasa (KLB) DBD sebagai informasi surveilans vektor DBD sehingga dapat membuat program pengendalian yang tepat.Metode: Dengan mengumpulkan beberapa artikel ilmiah untuk mendapatkan informasi studi yang telah dilakukan sebelumnya dan membuat ringkasan dari hasil studi tersebut.Hasil: Beberapa studi membuktikan penelitian transovarial virus dengue pada nyamuk Aedes spp. dapat memprediksi kasus KLB DBD dengan cara memonitoring stadium immature Aedes sp., namun perlu dilakukan studi statistik lebih lanjut untuk membuktikan hubungan terjadinya KLB DBD dan meningkatnya infeksi virus dengue pada stadium immature nyamuk.Pembahasan: Angka infeksi penularan transovarial virus dengue dari sampel nyamuk Ae. aegypti yang didapatkan langsung dari alam lebih rendah dari skala laboratorium, dikarenakan kondisi laboratorium dapat dikendalikan sesuai dengan perkembangan virus ditubuh nyamuk. Virus dengue terbukti dapat menyebar antar stadium dari telur, larva, pupa, sampai imago dan nyamuk Ae. aegypti dapat menjadi reservoir virus dengue sampai progeni ke 7.Kesimpulan: Penyebaran virus dengue secara transovarial pada nyamuk Ae. aegypti berperan penting dalam mempertahankan keberadaan virus di alam khususnya dimana tidak ada hospes vertebrata yang viremik atau ketika keadaan (kondisi iklim) yang tidak menguntungkan virus tersebut di alam. Pemantauan berkelanjutan pada vektor demam berdarah nyamuk Ae. aegypti terkait deteksi dini sirkulasi virus dengue dapat berkontribusi pada pengembangan model prediksi KLB DBD, sehingga pengendalian DBD dapat lebih efektif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Riandi, Muhammad Umar, Tri Wahono, Mara Ipa, Joni Hendri, and Subangkit Subangkit. "Keragaman Spesies Vektor Japanese encephalitis di Sekitar Kandang Babi Kabupaten Tangerang." ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies 12, no. 1 (June 29, 2020): 37–44. http://dx.doi.org/10.22435/asp.v12i1.2765.

Full text
Abstract:
Abstract. Japanese encephalitis is a mosquito-borne zoonotic disease that has pigs as the amplifying host. It is important to study the diversity of mosquito species around pig populations to determine the potential of Japanese encephalitis vectors in the region. This study is a cross-sectional study with a single sampling method for adult mosquitoes around pigpen in Tangerang Regency. The capture of adult mosquitoes is carried out by the outdoor resting mosquitoes collection at 18:00 - 24:00 using aspirators and light traps. Female mosquitoes were identified and subsequently tested RT-PCR for JEV. Catching results obtained 223 mosquitoes from the genus Culex, Armigeres, Aedes, Anopheles, and Mansonia with a total of 10 species. Species diversity in the pigpen area is classified as moderate (H = 1.0875 – 1.292) with Culex vishnui and Culex quinquefasciatus as the most abundant species. RT-PCR test found there’s no mosquito’s samples with positive JE RNA virus. Several species of mosquitoes found around pigpens in Tangerang District have the potential to become JEV vectors, so that control to the mosquito abundance and health of pigs is needed as a preventative measure. Keywords: Diversity, Japanese encephalitis, pig, vector Abstrak. Japanese encephalitis merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh nyamuk dan babi sebagai inang penguat. Studi keanekaragaman jenis nyamuk di sekitar populasi babi penting dilakukan untuk mengetahui potensi vektor Japanese encephalitis pada wilayah tersebut. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan metode sampling tunggal terhadap nyamuk dewasa sekitar kandang babi di Kabupaten Tangerang. Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan dengan metode koleksi outdoor resting pada malam hari pukul 18.00 – 24.00 menggunakan aspirator dan perangkap cahaya. Nyamuk betina diidentifikasi dan selanjutnya diuji RT-PCR virus JE. Hasil penangkapan didapatkan 700 ekor nyamuk dari genus Culex, Armigeres, Aedes, Anopheles, dan Mansonia dengan total 10 spesies. Keanekaragaman spesies pada seluruh wilayah penelitian tergolong sedang (H=1,0875 – 1,292) dengan Culex vishnui dan Culex quinquefasciatus sebagai spesies paling melimpah. Uji RT-PCR tidak menemukan adanya sampel nyamuk positif RNA virus JE. Beberapa spesies nyamuk yang ditemukan di sekitar kandang babi di Kecamatan Panongan memiliki potensi sebagai vektor JEV sehingga diperlukan pengendalian kepadatan nyamuk dan kesehatan ternak babi terhadap JEV sebagai upaya pencegahan. Kata Kunci: Keanekaragaman, Japanese encephalitis, babi, vektor
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Anisa, Tutut Widiastuti. "Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Kalkulus Vektor untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis." Jurnal Review Pembelajaran Matematika 3, no. 2 (December 15, 2018): 102–13. http://dx.doi.org/10.15642/jrpm.2018.3.2.102-113.

Full text
Abstract:
This research aims to get the result of the development of teaching materials valid vector calculus courses and proving the effectiveness of learning. The development model that will be used to develop teaching materials in this study is Four-D Models (Model 4D). The results of the use of teaching materials in the Calculus Vector subjects are stated to be valid and effective. This valid is based on: Meet the validate content and constructs set by experts. Effective learning is stated in the following 4 things. (a) Students who use learning instructional materials developed achieve individual and classical learning, (b) The average student score in the experimental class is better than the control class, (c) The influence of students' attitudes and learning skills on abilities critical thinking, and (d) There is an increase in the ability to think critically in classes that use the development of teaching materials.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Lestari, Putri Dwi, and Mela Firdaust. "PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI By-Vii TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti Tahun 2017." Buletin Keslingmas 37, no. 4 (October 31, 2018): 482–87. http://dx.doi.org/10.31983/keslingmas.v37i4.3800.

Full text
Abstract:
AbstrakDemam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor utama. Cara yangpaling banyak dilakukan untuk mengurangi populasi vektor nyamuk DBD stadium larva adalah denganbahan kimia yang membahayakan kesehatan manusia. Banyak cara yang aman untuk membunuh vektorpenyakit DBD dan mencegah berkembangnya, salah satunya dengan menggunakan insektisida hayati By-Vii. By Vii adalah agen hayati yang didalamnya terdapat kandungan aktif jamur Beauveria bassianaTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsentrasi By-Vii yang paling efektif terhadapkematian larva Aedes aegypti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah True Experimentdengan rancangan post test only control group design untuk menghitung kematian larva Aedes aegyptipada konsentrasi 10%, 20%, dan 30% larutan By-Vii. Hasil penelitian larutan By-Vii terhadap kematianlarva Aedes aegypti mempunyai signifikasi 0,91 (0,05) yang berarti tidak ada pengaruh konsentrasi By-Vii terhadap kematian larva Aedes aegypti konsentrasi 10% dengan kematian 9,3%, konsentrasi 20%dengan kematian 8%, dan konsentrasi 30% dengan kematian 13,3%.Simpulan dari penelitian ini adalah larutan By-Vii mampu membunuh larva Aedes aegypti sebesar 13,3%.Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan By-Vii tidak efektif digunakan sebagai larvasida. Diharapkanpenelitian selanjutnya menggunakan waktu pajanan By-Vii terhadap larva lebih dari 48 jam danmenambah konsentrasinya untuk mengetahui keefektifan produk By-Vii.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Ahmad, Ahmad, and Arif Adriyanto. "EFEKTIVITAS SERBUK BIJI PEPAYA (Carica Papaya L.) TERHADAP KEMATIAN JENTIK (LARVA) Culex sp." Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) 6, no. 1 (May 31, 2019): 104–12. http://dx.doi.org/10.36743/medikes.v6i1.186.

Full text
Abstract:
Pengendalian vektor khususnya vector penyakit filariasis biasanya menggunakan bahan insektisida kimia sintetik, hal ini beresiko terjadi resistensi pada nyamuk Culex sp. sebagai vektor utama. Serbuk Biji Pepaya (Carica Papaya L.) sangat baik untuk digunakan sebagai penolak larva Culex sp.karena racun yang terdapat dalam biji pepaya yang disebut alkaloid karpaina. Tujuan penelitian ini untuk menentukan efektivitas serbuk biji pepaya sebagai larvasida Culex sp. Desain penelitian menggunakan post test desain with control. Perlakuan variasi dosis yaitu 60 mg, 90 mg, 120 mg,150 mg.Sampel yang diambil adalah larva instar III dan IV. Jumlah perlakuan dan pengulangan menggunakan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dimana perlakuan pada penelitian ini sebanyak empat perlakuan dengan enam kali pengulangan. Setiap perlakuan berisi 20 larva dan melakukan enam kali pengulangan. Hasil penelitian ini menunjukan jumlah persentase kematian berturut-turut sebesar 58,33%, 78,33%, 87,50%, 94,16%. Hasil analisis statistik dengan uji One Way ANOVA menunjukkan nilai p value = 0,000 yang artinya bahwa nilai p value < 0,005, yang mengindikasikan bahwa serbuk biji pepaya (Carica Papaya L.) efektif untuk membunuh larva Culex sp. Bagi peneliti selanjutnya dan pemangku kebijakan terkait disarankan untuk menggunakan serbuk biji pepaya (Carica Papaya L.) sebagai bioinsektisida alami dan mencari bioinsektisida alami lain yang ramah lingkungan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Arfiani Nur, Ummy Yatul Jannah, and Subakhir Salnus. "Efektifitas Ekstrak Daun Allamanda Cathartica L. Dalam Membasmi Jentik Nyamuk." Jurnal Kesehatan Panrita Husada 5, no. 2 (September 23, 2020): 128–37. http://dx.doi.org/10.37362/jkph.v5i2.338.

Full text
Abstract:
Penularan vektor nyamuk menimbulkan tiga akibat yaitu ; kesakitan, kecacatan dan kematian. Salah satu cara memutuskan rantai vektor ini, dengan menggunakan larvasida alami yaitu dengan menggunakan bahan tanaman. Manfaat tanaman Allamanda yang dapat digunakan sebagai larvasida alami karena mengandung beberapa senyawa kimia terutama alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin yang dapat memberikan pengaruh terhadap mortalitas jentik nyamuk. Jentik nyamuk meliputi Aedes, Culex dan Anopheles. Penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan ekstrak daun Allamanda dalam membasmi jentik nyamuk. Jenis penelitian ini penelitian ini adalah observasi laboratorik yang bersifat deskriptif dan tipe penelitian post test-only non equivalent control group group yakni dengan menganalisa keefektifan ekstrak daun allamanda terhadap mortalitas jentik nyamuk, dengan menggunakan daun Allamanda cathartica L. yang di ekstraksi dengan metode maserasi kemudian dibagi menjadi konsentrasi 5%, 15%, 25%, 35%.Hasil yang diperoleh terdapat jentik nyamuk Aedes sp dan Culex sp yang mati pada setiap konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi semakin banyak jentik nyamuk yang mati. Ekstrak daun Allamanda memiliki pengaruh terhadap mortalitas jentik nyamuk dengan konsentrasi tinggi lebih efektif dalam membunuh jentik nyamuk. Dimana konsentrasi ekstrak daun berbanding lurus dengan kematian yang dihasilkan. Kata Kunci : Ekstrak Daun Allamanda, Mortalitas, Jentik Nyamuk
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Prastowo, Dhian, Widiarti Widiarti, and Triwibowo Ambar Garjito, S.Si, M.Kes. "BIONOMIK Anopheles spp SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH." Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit 10, no. 1 (June 30, 2018): 25–36. http://dx.doi.org/10.22435/vk.v10i1.967.

Full text
Abstract:
Malaria is one of the serious diseases in Indonesia and is the target of Central Java Provincial Government in Malaria Elimination Program. One attempt to eliminated malaria is by knowing the vector bionomics, Anopheles spp as the basis of the policy control. The research was conducted in the location indicated by malaria case in Wagirpandan Village, Rowokele District Kebumen Regency. The study was conducted in two sampling sites, taking samples of adult mosquitoes and larvae. Environmental parameters observed include pH, temperature, rainfall and humidity and vegetation. The results of this study found seven species which were Anopheles aconitus, An. Annularis, Anopheles barbirostris, An. balabacencis, An. kochi, An. maculatus. An. vagus. The peak activity of the blood sucking of Anopheles spp around 08.00-09.00; 10.00-11.00 pm and 04.00 – 05.00 am outside the house and cattle pens. The proportions of parous mosquitoes are caught 42,8% in Cuntelan and 69,49% in Borang. All mosquito except An. Annularis and An. Kochi found were confirmed as malaria vectors.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Ramadhani, Tri, Vina Yuliani, Upik Kesumawati Hadi, Susi Soviana, and Zubaidah Irawati. "Tabel Hidup Nyamuk Vektor Filariasis Limfatik Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) di Laboratorium." JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA 18, no. 2 (October 2, 2019): 73. http://dx.doi.org/10.14710/jkli.18.2.73-80.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Kelangsungan hidup nyamuk merupakan aspek yang penting dalam penularan penyakit tular vektor. Culex quinquefasciatus merupakan vektor filariasis limfatik yang disebabkan oleh wuchereria bancrofti. Pengetahuan kehidupan nyamuk berperan penting dalam keberhasilan program pengendalian vektor. Tujuan penelitian ini mendiskripsikan tabel hidup nyamuk Cx. quinquefasciatus di laboratorium.Metode: Penelitian diawali dengan koleksi larva Cx. quinquefasciatus di Kota Pekalongan, kemudian diidentifikasi dan kolonisasi dalam kondisi laboratorium. Parameter yang diukur meliputi masa inkubasi, ekslosi, eksdisis, ketahanan hidup, laju reproduksi, waktu generasi dan laju pertumbuhan intrinsik. Hasil: Cx. quinquefasciatus mempunyai siklus hidup 12.5 hari. Umur telur, larva, dan pupa masing-masing adalah 2.07; 10.2; dan 2.25 hari. Nyamuk jantan mempunyai ketahanan hidup yang lebih pendek dibandingkan betina. Laju reproduksi bersih (Ro) sebesar 196.75, laju pertumbuhan intrinsik 0.35 dan waktu generasi (T) 14.91 hari.Simpulan: Pertumbuhan populasi Cx. quinquefasciatus dapat diatur dan dikendalikan oleh kelulusan hidup dan mortalitas. ABSTRACTTitle: The Live Table of Vector Lymphatic Filariasis Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) in the LaboratoryBackground: The survival of a mosquito is an important aspect in the transmission of vector borne disease. Culex quinquefasciatus, which is a vector of lymphatic filariasis caused by wuchereria bancrofti. The knowledge of mosquito life is important in providing the foundation for the success of the vector control program. The research aim to describe the life table Cx. quinquefasciatus in the laboratoryMethods:. This study was originated from the collecting larve of Cx. quinquefasciatus from Pekalongan City, which were then identified and colonized under laboratory conditions. Parameters measured include the incubation period, ekslosi, eksdisis, survival rate, reproduction rate, and generation time.Results:The results showed that Cx. quinquefasciatus has a 12.5 day life cycle. Egg, larva, and pupa respectively were 2.07; 10.2; and 2.25 days. The males have a shorter survival period compared to the females. The net reproductive rate (Ro) was 196.75; the intrinsic growth rate (rm) was 0.35 and the average generation time (T) was 14.91 days.Conclusion : The population growth of Culex quinquefasciatus can be regulated and controlled by life graduation and mortality
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Senoaji, Wasis, Bambang Tri Rahardjo, and Hagus Tarno. "Hubungan Antara Profil Protein Populasi Vektor Wereng Hijau Nephotettix virescens dan Gejala Penularan Tungro pada Tanaman Padi." Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 5, no. 1 (April 30, 2021): 25. http://dx.doi.org/10.21082/jpptp.v5n1.2021.p25-36.

Full text
Abstract:
Nephotettix virescens is the most effective vector for transmitting tungro disease to rice plants. Two different viral particles cause Tungro transmission. Disease control was often not anticipated in the field, especially when planting is asynchronous, that cause been detected lately. At the cellular level, vector interactions with viruses indicate vector proteins response to viral in the body of vector insects which involved in virus transmission in plants. This study aims to describe the relationship between the differentiation of N. virescens vector protein profiles on the types of tungro symptoms resulting from the transmission to develop techniques for early detection and control of the transmission process. The workflow of this study is screening on vector insects to obtain protein candidates thought to have a role in tungro transmission that had never been previously reported. The results of this study suggested that proteins with estimated molecular weights of 132, 73, and 49 kDa are candidates for proteins that can be used for screening purposes or virulent vector tracing as an early warning alternative to control tungro disease in endemic areas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Putri, Devita Febriani, Tusy Triwahyuni, and Jovita Mutiara Saragih. "Pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti : Vektor penyakit demam berdarah dengue." Holistik Jurnal Kesehatan 15, no. 1 (April 7, 2021): 56–63. http://dx.doi.org/10.33024/hjk.v15i1.2684.

Full text
Abstract:
Community knowledge and behavior towards Aedes aegypti larvae presence : Vector of dengue hemorrhagic feverBackground: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus which is transmitted through mosquitoes, especially Aedes aegypti and Aedes albopictus. alternative vector control strategies are needed to prevent the spread of DHF. Public understanding of the existence of DHF vectors including Aedes aegypti mosquito larvae and behavior how to handle them has a significant influence in the control of DHF vectors.Purpose: Knowing correlation between community Knowledge and Behavior towards aedes aegypti larvae Presence : Vector of dengue hemorrhagic feverMethod: Quantitative analytic research with cross-sectional approach. A sample of 95 respondents and taken by simple random sampling and carried out at Way Kandis village-Bandar Lampung. Interview respondents with a questionnaire and home observation using the observation sheet.Results: Chi-square analysis shows that there is a significant association between community knowledge and behavior towards aedes aegypti larvae presence: Vector of dengue hemorrhagic fever with a p-value of 0.004 and p-value of 0.023.Conclusion: There is a significant association between community knowledge and behavior towards aedes aegypti larvae presence: Vector of dengue hemorrhagic fever. The community at Way Kandis village-Bandar Lampung need more educated regarding aedes aegypti larvae follow up by local health authority.Keywords: Community knowledge; Behavior towards; Aedes aegypti larvae; Dengue hemorrhagic feverPendahuluan: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Strategi pengendalian melalui vektor merupakan alternatif yang diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit DBD. Pemahaman masyarakat tentang keberadaan vektor DBD diantaranya jentik nyamuk Aedes aegypti dan perilaku cara menanganinya memberikan pengaruh signifikan dalam pengendalian vektor DBD.Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Way Kandis.Metode: Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tehnik sampling menggunakan simple random sampling, dengan jumlah sampel 95 responden. Pengambilan sampel dengan wawancara menggunakan kuesioner serta melakukan observasi rumah responden dengan menggunakan lembar observasi.Hasil: Analisis Chi-square menunjukan, terdapat hubungan bermakna tingkat pengetahuan masyarakat Way kandis terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan p-value sebesar 0,004 dan terdapat hubungan bermakna perilaku masyarakat Way kandis terhadap keberadaan jentik jentik nyamuk Aedes aegypti dengan p-value sebesar 0,023.Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap keberadaan jentik aedes aegypti. Masyarakat di Desa Way Kandis-Bandar Lampung perlu lebih diedukasi terkait jentik aedes aegypti yang ditindaklanjuti oleh dinas kesehatan setempat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Arisanti, Maya, Anif Budianto, Rahayu Hasti Komaria, Katarina Sri Rahayu, and Rizki Nurmaliani. "KEANEKARAGAMAN NYAMUK VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK DI WILAYAH ENDEMIS KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU." Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit 12, no. 2 (December 10, 2020): 105–18. http://dx.doi.org/10.22435/vk.v12i2.3547.

Full text
Abstract:
Mass Drug Administration (MDA ) for lymphatic filariasis (LF) control was completed in 2016, however, the result of the Transmission Assessment Survey-1 (TAS -1) with the Brugia Rapid Test confirmed that 17 children were positive. This shows that LF transmission is still going on in Pelalawan District. The study aimed to identify the diversity of mosquito species that responsible for LF transmission in Pelalawan District. Data were collected from Sialang Bungkuk Village and Ukui Village 1 in September and November 2017. Mosquitoes were captured using the modified human landing collection with a double net method for 12 hours from 6 pm to 6 am. Catching mosquitoes carried out twice with an interval of 1 month at two fishing locations. Detection of Deoxyribonucleic Acid (DNA) of Brugia malayi in all types of mosquitoes using Polymerase Chain Reaction (PCR). A total of 1,276 adult mosquitoes was caught in these two study locations. They consisted of 25 species. Mansonia dives was the predominant species in Sialang Bungkuk Village with outdoor Man Hour Density (MHD) 17.67 mosquitoes/person/hour, while Armigeres kesseli was the predominant species in Ukui 1 village with outdoor MHD 25.68 mosquitoes/person/hour. the estimated age of the mosquito in Sialang Bungkuk Village ranged from 4,24 to 32,83 days. Among them, the oldest mosquito species was Culex gellidus, while Culex nigropunctatus was identified as the oldest mosquito in Ukui 1 village 0-7,82 days. DNAs were detected among Ma. dives and Culex. quinquefasciatus. The potential mosquito habitats found in two locations were found at swamps, rubber soaking ponds, ripples in rubber gardens, unused pools. We concluded that these species were responsible for filariasis transmission in that habitats. Abstrak Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis di Kabupaten Palalawan telah selesai dilaksanakan tahun 2016, akan tetapi setelah dilakukan survei Transmission Assesment Survey-1 (TAS-1), ditemukan tujuh belas anak positif mikrofilaria. Hasil tersebut menunjukkan masih adanya penularan filariasis di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keanekaragaman spesies nyamuk yang berpotensi menjadi vektor filariasis limfatik di Kabupaten Pelalawan. Data dikumpulkan dari Desa Sialang Bungkuk dan Kelurahan Ukui Satu pada bulan September dan November 2017. Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode modifikasi human landing collection, menggunakan double net selama dua belas jam, pada pukul 18.00-06.00 WIB. Penangkapan dilakukan dua kali dalam selang waktu satu bulan. Deteksi Brugia malayi pada semua jenis nyamuk tertangkap dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jumlah nyamuk dewasa tertangkap di dua lokasi sebanyak 1.276 ekor, terdiri dari 25 spesies. Spesies nyamuk yang mendominasi di Desa Sialang Bungkuk adalah Mansonia dives dengan Man Hour Density (MHD) luar rumah 17,67 nyamuk/orang/jam, sedangkan di Kelurahan Ukui Satu, spesies nyamuk dominan adalah Armigeres kesseli dengan MHD luar rumah 25,68 nyamuk/orang/jam. Rentang perkiraan umur nyamuk di Desa Sialang Bungkuk adalah 4,24-32,83 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex gellidus. Rentang perkiraan umur nyamuk di Kelurahan Ukui Satu adalah 0-7,82 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex nigropunctatus. Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan B.malayi terdeteksi pada Ma. dives dan Culex quinquefasciatus. Habitat potensial nyamuk di dua lokasi adalah rawa-rawa, kolam perendaman karet, kobakan di kebun karet, dan kolam yang tidak terpakai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis nyamuk di habitat tersebut berpotensi sebagai vektor filariasis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Hendri, Joni, Heni Prasetyowati, Dewi Nur Hodijah, and Rizal Pratama Sulaeman. "Pengetahuan Demam Berdarah Dengue pada Siswa di Berbagai Level Pendidikan Wilayah Pangandaran." ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies 12, no. 1 (June 29, 2020): 55–64. http://dx.doi.org/10.22435/asp.v12i1.2838.

Full text
Abstract:
Abstract. School is one of the potential sites for transmission of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). The level of education is thought to be a major knowledge determinant about the disease and its transmission, as well as attitudes and practices for controlling dengue fever. This study aims to describe dengue knowledge in a student at various levels of education to prevent dengue transmission. Three hundred students participated in this study, as many as 98 students were male, while 202 students were female. The average elementary school student is 10.7 years old, junior high school students are 14 years old, and senior high school students are 16.5 years old. Based on the interview results it can be seen the percentage of students with favorable knowledge about DHF for elementary school level 49.5%; Junior High 38.89%; Senior High 37.50%, while knowledge of DHF vector control at the elementary level is 3.4%; Junior High 3.7% and Senior High 2.5%. The percentage of students taking vector control measures for the elementary level is 0.49%, Junior High 9.26%, and high school 5%. Age and sex do not show a relationship with knowledge and actions towards DHF. Knowledge about DHF and the eradication of DHF vectors and the eradication of DHF vectors in students at various levels of education in the Pangandaran area is still low. The socialization of 3M Plus must be carried out thoroughly and continuously in schools to increase the knowledge and participation of students in controlling DHF. Keywords: Knowledge, Dengue, School, Pangandaran Abstrak. Sekolah merupakan salah satu tempat potensial dalam penyebaran dan penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Level pendidikan diduga merupakan penentu utama pengetahuan tentang penyakit dan penularannya, serta sikap dan praktik untuk pengendalian demam berdarah. Tujuan dari penelitian kami adalah untuk menggambarkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sekolah pada berbagai level pendidikan dalam kaitannya dengan upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan penyakit DBD. Total sampel dalam penelitian ini adalah 300 siswa yang diambil berdasarkan teknik perhitungan sampel dari populasi siswa pada masing-masing tingkatan pendidikan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang terstruktur. Siswa yang diwawancara merupakan siswa yang ditunjuk oleh sekolah sebagai anggota Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Dari 300 siswa yang ikut serta dalam penelitian ini sebanyak 98 siswa berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 202 siswa berjenis kelamin perempuan. Usia rata-rata siswa SD berkisar 10,7 tahun, siswa SLTP adalah 14 tahun sedangkan usia rata-rata anak SLTA adalah 16,5 tahun. Berdasarkan hasil wawancara terlihat persentase siswa dengan pengetahuan baik tentang DBD untuk level SD 49,5%; SLTP 38,89%; SLTA 37,50% sedangkan pengetahuan tentang pengendalian vektor DBD pada level SD 3,4%; SLTP 3,7% dan SLTA 2,5%. Persentase siswa yang melakukan tindakan pengendalian vektor untuk level SD 0,49%; SLTP 9,26%; dan SLTA 5%. Usia dan jenis kelamin tidak menunjukkan hubungan dengan pengetahuan dan tindakan terhadap DBD. Pengetahuan tentang DBD dan pemberantasan vektor DBD serta tindakan pemberantasan vektor DBD pada siswa di berbagai level pendidikan di wilayah Pangandaran masih rendah. Sosialisasi PSN 3M Plus perlu dilakukan di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan peran serta siswa dalam pengendalian DBD. Kata Kunci: Pengetahuan, Demam Berdarah Dengue, Sekolah, Pangandaran
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Astuti, Endang Puji, Mara Ipa, Aryo Ginanjar, and Tri Wahono. "Upaya Pengendalian Malaria Dalam Rangka Pre-Eliminasi di Kabupaten Garut: Sebuah studi kualitatif." Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 22, no. 4 (January 22, 2020): 255–64. http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v22i4.1761.

Full text
Abstract:
Indonesia is one of the malaria-endemic countries commits to eliminate malaria in 2030. The implementation of malaria control program policy is a determinant to achieve the goal. This research was qualitative that described the implementation of malaria control program policy in Garut Regency, West Java Province. The data collected through in-depth interviews and documents’ review. The implementation of malaria control had referred to guidelines from the Ministry of Health, Republic of Indonesia. This control was also technically adjusted to regional conditions. Case detection of malaria was conducted such as a mass blood survey, rapid diagnostic tests and a microscopic laboratory test both passive and active. The malaria case surveillance has already accomplished. However, the vector was left. The malaria vector control focused on the distribution of insecticide-treated nets and the insecticide spray by the Indoor Residual Spraying (IRS) technique. The analysis indicated that the cross-program cooperation at the central government was well coordinated. However, at the level of the district, this cooperation has to be tightened. Moreover, malaria control budget was still the under district level, so that controlling malaria program did not cover all aspects of the implementation. Abstrak Indonesia sebagai salah satu negara endemis malaria, berkomitmen melakukan eliminasi di tahun 2030. Implementasi kebijakan program pengendalian malaria menjadi determinan keberhasilan eliminasi. Tujuan penelitian ini memberikan gambaran pelaksanaan program pengendalian malaria di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada pengelola Program Penanggulangan Malaria serta telaah dokumen dan data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pelaksanaan program pengendalian malaria di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat sudah merujuk pada pedoman Kementerian Kesehatan RI, secara teknisnya disesuaikan dengan kondisi wilayah. Penemuan penderita dilakukan secara pasif maupun aktif melalui Mass Blood Survey (MBS), dengan pemeriksaan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) dan laboratorium secara mikroskopis, Surveilans yang dilakukan oleh Puskesmas hanya terfokus pada surveilans kasus dan belum dilakukan surveilans vektor malaria. Pengendalian vektor malaria yang dilakukan berupa pembagian kelambu dan penyemprotan insektisida dengan metode Indoor Residual Spraying (IRS). Kerjasama lintas program berjalan dengan baik, namun kerjasama lintas sektor terutama pada tingkat kabupaten masih perlu dilakukan dan ditingkatkan. Pembiayaan program pengendalian malaria hanya dari pemerintah daerah dan belum dapat mengakomodir kegiatan pengendalian secara keseluruhan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Sudiono, Sudiono, and Purnomo Purnomo. "PENGGUNAAN PREDATOR UNTUK MENGENDALIKAN KUTU KEBUL (BEMISIA TABACI), VEKTOR PENYAKIT KUNING PADA CABAI DI KABUPATEN TANGGAMUS." Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 10, no. 2 (July 12, 2010): 184–89. http://dx.doi.org/10.23960/j.hptt.210184-189.

Full text
Abstract:
Application of predators to control whitefly (Bemisia tabaci), an insect vector of yellow diseases of chili in Tanggamus district on dry and rainy season. The yellow disease is one of the important diseases in chili which is transmitted by whitefly. Utilization of natural enemy such as predators is one of some methods in controlling whitefly. This study was conducted in Gisting, Tanggamus District, Lampung province from June 2009 to January 2010. The objective of this research was to determine effectiveness of controlling whitefly by its predators: Menochilus sp., Micraspis sp., and Paederus sp. The results showed that Menochilus, Micraspis, and Paederus could effectively decrease the population of whitefly. The three predators were more effective in rainy than in dry season.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Widodo, Heri, Arman Wjonarko, Witjaksono Witjaksono, and Suputa Suputa. "Confirmation on Status of Chaetocnema basalis (Coleoptera: Chrysomellidae) as A Vector of Stewart Wilt Disease." Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 21, no. 2 (January 8, 2018): 114. http://dx.doi.org/10.22146/jpti.23002.

Full text
Abstract:
Chaetocnema pulicaria and C. denticulata are recognized as vectors of Stewart wilt disease caused by Pantoea stewartii on maize. These insects have not been reported yet in Indonesia, but Stewart wilt disease has been reported in Java and Sumatera Islands. Genus Chaetocnema which presented in Indonesia is C.basalis. It is not cleared whether C. basalis is a vector for Stewart wilt disease like C. pulicaria and C. denticulata. This reseach was aimed to conduct the confirmation on status whether C. basalis have a role as vector of Stewart wilt disease on maize or not. C. basalis imago were collected from maize growing areas in Yogyakarta, and then starved for 24 h. Treatments were applied by placing imago of C. basalis on infected-P. stewartii plants for 72 h. Five insects were then transferred to each plot of healthy plant (1 plot consisted of 5 plants) for 72 h. For control, imago of C. basalis were put on healthy plants for 72 h and five insects were then transferred to other healthy plant (1 plot consisted of 5 plants) for 72 h. Each treatment was repeated three times. On the fifteenth days after transmission, PCR assays were carried out on leaf samples and isolates of bacteria. All sampled leaves analysis showed that there were no Stewart wilt diseases transmission based on PCR assay and bacterial isolates. This concluded that C. basalis is not a vector for Stewart wilt disease on maize. IntisariChaetocnema pulicaria dan C. denticulata merupakan serangga vektor penyakit layu stewart yang disebabkan oleh bakteri Pantoea stewartii pada tanaman jagung. Kedua serangga ini belum pernah dilaporkan keberadaannya di Indonesia tetapi penyakit layu stewart telah ditemukan di pulau Jawa dan pulau Sumatera. Serangga Genus Chaetocnema yang ada di Indonesia adalah Chaetocnema basalis. C. basalis belum diketahui secara pasti sebagai vektor penyakit layu stewart seperti halnya C. pulicaria dan C. denticulata. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan konfirmasi status apakah C. basalis berperan sebagai vektor penyakit layu stewart pada tanaman jagung atau tidak. Serangga uji berupa imago C. basalis yang dikoleksi dari pertanaman jagung di Yogyakarta, lalu dilaparkan selama 24 jam. Pengujian perlakuan dilakukan dengan menempatkan imago C. basalis pada tanaman terserang P. stewartii selama 72 jam. Kemudian dipindahkan pada tanaman sehat sejumlah 5 ekor per plot tanaman bersungkup (1 plot terdiri dari 5 tanaman) selama 72 jam. Perlakuan kontrol dilakukan dengan menempatkan imago C. basalis pada tanaman sehat selama 72 jam, kemudian dipindahkan pada tanaman sehat yang lain sejumlah 5 ekor per plot tanaman bersungkup (1 plot terdiri dari 5 tanaman) selama 72 jam. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Pada hari ke-15 setelah penularan, dilakukan uji PCR daun tanaman sampel dan isolat bakteri. Hasil pengujian semua sample daun menunjukkan negatif sehingga dipastikan bahwa C. basalis bukan merupakan vektor penyakit layu stewart pada tanaman jagung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Santoso, Tri Joko, Muhammad Herman, Sri H. Hidayat, Hajrial Aswidinnoor, and Sudarsono Sudarsono. "Konstruksi Kandidat Gen AV1 Begomovirus pada pBI121 dan Introduksinya ke dalam Tembakau Menggunakan Vektor Agrobacterium tumefaciens." Jurnal AgroBiogen 7, no. 1 (April 1, 2011): 9. http://dx.doi.org/10.21082/jbio.v7n1.2011.p9-18.

Full text
Abstract:
<p>Construction of Begomovirus AV1 Gene Candidate into<br />pBI121 and Its Introduction into Tobacco by using<br />Agrobacterium tumefaciens Vector. Tri J. Santoso,<br />Muhammad Herman, Sri H. Hidayat, Hajrial<br />Aswidinnoor, and Sudarsono. Infection of Begomovirus<br />has caused leaf curl disease in tomato. This infection has<br />significantly impact on yield losses of tomato production.<br />Recently, in Indonesia there was no effectively way to<br />control this disease. The use of resistant tomato variety is<br />one of strategies to control this virus. Genetic engineering<br />technology gives an opportunity to develop the transgenic<br />tomato resistant to Begomovirus through pathogen derived<br />resistance (PDR) approach. The objectives of this study<br />were to construct the Begomovirus AV1 candidate gene in<br />the pBI121 and to introduce the construct into tobacco plant<br />genome through Agrobacterium tumefaciens vector. A series<br />activites in gene construct have been conducted include<br />PCR amplification of AV1 gene using a pair of specific<br />primer, cloning the gene into pGEM-T easy, transformation of<br />the clone into Escherichia coli DH5α competent cell,<br />construct the gene into pBI121, and transform the construct<br />into A. tumefaciens. Leaf segments of in vitro tobacco plant<br />were transformed by co-cultivation with A. tumefaciens<br />containing ToLCV-AV1 construct. In the research activitiy,<br />Indonesian Begomovirus AV1 gene was successfully<br />amplified and inserted in expression vector plasmid pBI121.<br />Tobacco transformants carrying kanamycin-resistant gene<br />(nptII gene) were regenerated and established in the<br />glasshouse. Those transformant plants are expected<br />containing the AV1 gene.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Salim, Milana, Mara Ipa`, and Olwin Nainggolan. "Keragaman Spesies Tersangka Vektor Filariasis Berdasarkan Tipe Habitat dan Ekosistem di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua." ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies 11, no. 1 (June 28, 2019): 45–58. http://dx.doi.org/10.22435/asp.v11i1.209.

Full text
Abstract:
Filariasis is one of the diseases that require a vector for the transmission process. Information on the determinants of filariasis transmission related to vectors is needed as a basis for control efforts. Further analysis of Vektora Research in 2015 was conducted in order to identify the diversity species of suspected filariasis vector and the environmental characteristics in Sarmi District of Papua Province. Data on mosquito catching, habitat type, and environment each ecosystem analyzed. Filariasis suspect vector species in Sarmi Regency Papua Province obtained were four genus with nine species. These vector/suspect filariasis vector were Anopheles farauti, An. koliensis, An. pediateniatus, An. punctulatus, An. tesselatus, An. subalbatus, Culex quinquefasciatus, Mansonia dives, and Ma. papuensis. Four specific habitat characteristics were found in the mosquito-data collecting sites: primary forest, secondary forest, shrubs, and grass/brown/grassland habitat. Anopheles farauti is a species found abundantly in all specific habitats. Based on the ecosystem, Cx. quinquefasciatus dominates the urban ecosystems of non-forest settlements and beaches near settlements, while An. farauti is found in forests settlements, remote forest settlements, non-remote forest settlements, distant coastal settlements, and beaches near settlements.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Cahyati, Widya Hary, and Jauharotusf Syifa Kusrah Sanjani. "GAMBARAN LINGKUNGAN DAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMANGGUNG TAHUN 2017." Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan 8, no. 1 (March 6, 2020): 12. http://dx.doi.org/10.33366/jc.v8i1.1124.

Full text
Abstract:
Cases of DHF in Temanggung District had increased from 2014 - 2016 and the DHF insidence rate was in the top three of the highest level in Central Java. The aim of this research is to describe the environmental and vector of Dengue Hemorrhagic Fever in DHF Case in Temanggung Primary Health Center Working Area.This is a descriptive research with an observational analytic approach. Samples of this research are 48 DHF cases with simple random sampling, while the mosquito samples were taken by spot surveytechniques. The instruments which used in this research are measurement and observation sheets, and questionnaire sheets. The data analysis is shown in the form of frequency table.The result showed that the average of physical environment consist of temperatures around 24.3-27.2oC, 73-94% of humidity, and 0-67mm of rainfall. The most type of water reservoirs was bathtubs, and it is located mostly in the house. The biological environment showed that there are 38 houses with the match criteria of trees (shady trees with at least 5 meters of height and full of leaves yet ≤ 100 meters away from sample’s house), additionally there is no bush with the match criteria (a clump of trees with the maximum height of 2 meters, ≥ 2 meters wide, yet ≤ 100 meters away from sample’s house). The social environment showed that the category of DHF knowledge was mostly in the moderate category, the category of action respondents also showed that they mostly not supporting the prevention of DHF, and the density of occupancy was not dense. The most dominantis of mosquito was Aedes aegypti. This research’s recommendation is to conduct the integrated vector control which involve all components in Temanggung Primary Health Center Working Area.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Kusuma, I. Wayan Darma, and Sang Gede Purnama. "UJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MELATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR TAHUN 2016." ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH 4, no. 2 (March 7, 2020): 10. http://dx.doi.org/10.24843/ach.2017.v04.i02.p02.

Full text
Abstract:
ABSTRAKNyamuk Aedes sp. adalah vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Salah satu pengendalian vektor DBD adalah dengan melakukan fogging menggunakan insektisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerentanan nyamuk Aedes sp. terhadap fogging insektisida melathion 5% di wilayah kota Denpasar sebagai daerah endemis DBD. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post-test only with control group design. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 ekor nyamuk dewasa yang dibagi ke dalam kerangka besi masing-masing 25 ekor. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Aedes sp. masih rentan terhadap insektisida melathion dengan konsentrasi 5% dengan kematian 100% dalam waktu 60 menit di dalam maupun di luar ruangan rumah. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daya bunuh fogging insektisida melathion 5% terhadap nyamuk Aedes sp. di wilayah Kota Denpasar secara umum masih efektif dan tidak terdapat perbedaan daya bunuh fogging insektisida melathion 5% terhadap nyamuk Aedes sp. di dalam rumah dengan di luar rumah.Keywords: Aedes sp, Melathion, Resistensi. ABSTRACTAedes Sp. Is a vector of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Indonesia. Among many ways to control DHF, fogging technique using Insecticides is commonly used. The purpose is this study was to determine susceptibility of the Aedes sp. against fogging of 5% malathion insecticide in the Denpasar city area as a DHF endemic area. This research is a pure experimental research with post-test only with control group design. The number of samples used in this study were 200 adult mosquitoes which were divided into an iron frame of 25 individuals each. The study showed that the Aedes sp. still susceptible to malathion insecticide with a concentration of 5% with 100% death within 60 minutes inside and outside the home. Based on the study it can be concluded that fogging technique using 5% Malathion is effective to kill Aedes Sp. The study also found that there is no difference result of killing power by applying 5% Malathion inside and outside the house.Keywords: Aedes Sp., Malathion, Resistance
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Wardani, I. Gusti Agung Ayu Kusuma, Fitria Megawati, Puguh Santoso, and I. Putu Tangkas Suwantara. "EFEKTIVITAS SEDIAAN CAIR ELEKTRIK DARI EKSTRAK BUNGA GUMITIR (Tagetes erecta L.) SEBAGAI ANTINYAMUK Aedes aegypti." Jurnal Ilmiah Medicamento 5, no. 1 (June 19, 2020): 1–5. http://dx.doi.org/10.36733/medicamento.v5i1.831.

Full text
Abstract:
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pencegahan penyebaran penyakit DBD dapat dilakukan dengan memutus mata rantai penularan melalui pengendalian vektor. Insektisida hayati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berpotensi untuk mengendalikan vektor. Bunga gumitir (Tagetes erecta L.) merupakan tumbuhan tahunan, dapat tumbuh pada tanah dengan pH netral di daerah yang cukup sinar matahari dan drainase yang baik. Bunga gumitir mengandung golongan senyawa metabolit sekunder flavonoid, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid yang bersifat racun bagi nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sediaan cair elektrik dari ekstrak bunga gumitir (Tagetes erecta L.) sebagai antinyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control grup posstest only design. Pengujian menggunakan 75 ekor nyamuk Aedes aegypti yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol positif, kontrol negatif, formula dengan konsentrasi ekstrak bunga gumitir 15%, 30%, dan 60%. Perlakuan diamati selama 3 jam dan dihitung jumlah nyamuk yang mati. Analisis data diuji secara statistik dengan menggunakan metode SPSS. Hasil uji One Way Anova pada masing-masing kelompok diperoleh nilai sig. 0,002 (p<0,005), hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada kematian nyamuk setelah perlakuan. Hasil uji Post Hoc LSD menunjukkan antara kontrol positif dengan konsentrasi ekstrak bunga gumitir 60% diperoleh nilai sig. sebesar 0,082 (p>0,005), hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada jumlah kematian nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa sediaan cair elektrik dari ekstrak bunga gumitir (Tagetes erecta L.) dengan konsentrasi 60% efektif dalam membunuh nyamuk Aedes aegypti.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Andriani, Dwi Aprilina. "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK USIA SEKOLAH TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH." Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) 7, no. 1 (May 31, 2020): 65–72. http://dx.doi.org/10.36743/medikes.v7i1.203.

Full text
Abstract:
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. Aegypti dan A. Albopictus). upaya pencegahan demam berdarahdengan cara promosi kesehatan di sekolah mempunyai efek yang besar. Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini didasari oleh apa yang mereka lihat, dengar, atau pun alami. Oleh karena itu penerimaan pesan pembelajaran melalui pendengaran dan memungkinkan penciptaan pesan belajar melalui visualisasi atau media audio visual. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan pretest-posttest with control group. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2018 pada 46 responden. Hasil uji t-test independent menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah (p = 0,025) dan tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap anaku usia sekolah (p = 0,510) tentang penyakit demam berdarah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography