To see the other types of publications on this topic, follow the link: Terminologi.

Journal articles on the topic 'Terminologi'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Terminologi.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Hauschildt, Bent. "Terminologi." HERMES - Journal of Language and Communication in Business 2, no. 3 (July 23, 2015): 99. http://dx.doi.org/10.7146/hjlcb.v2i3.21405.

Full text
Abstract:
Following a short introduction of the General Theory of Terminology, the underlying language theory is criticized by example. This theory-immanent criticism concentrates on the metaphysical langauge view illustrated by the abstractions as a mental process and the relation between the concept and the term as label. the self-contradictions and paradox shown have peculiar consequences for the understanding of the definition. Finally, an alternative is developed on the basis of Constructivism.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Eerenbeemt, Arnoud van den. "Medisinsk terminologi." Tidsskrift for Den norske legeforening 133, no. 4 (2013): 384. http://dx.doi.org/10.4045/tidsskr.13.0121.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Mohamed, Ros Anita Kartini, Abdul Halim Ali, and Muhammad Nasir. "Aplikasi Ranah Kognitif Anderson & Krahthwohl dalam Pengajaran dan Pembelajaran Pantun di Sekolah Dasar." Journal of Humanities and Social Sciences 3, no. 3 (December 21, 2021): 110–18. http://dx.doi.org/10.36079/lamintang.jhass-0303.286.

Full text
Abstract:
Taksonomi adalah klasifikasi benda mengikut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan, penyusunan penilaian dan kurikulum. Bloom telah mengkategorikan tiga ranah dalam pembelajaran, yaitu; ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Taksonomi Bloom fokus pada terminologi (1) pengetahuan; (2) pemahaman; (3) penerapan; (4) analisis; (5) sintesis; dan (6) evaluasi. Sedangkan terminolginya berubah dengan adanya Taksonomi Revisi pada tahun 2001 oleh Anderson & Krathwohl dengan terminologi (1) mengingat; (2) memahami; (3) mengaplikasikan; (4) menganalisis; (5) menilai; dan (6) mencipta. Terminologi ini berubah dengan mempertimbangkan keperluan holistik agar lebih mudah dalam penerapannya oleh guru di sekolah. Fokus utama makalah ini adalah membahas ranah kognitif Revisi Anderson & Krathwohl 2001 dan penerapannya dalam pengajaran dan pembelajaran pantun di sekolah dasar. Anderson & Krahthwohl Cognitive Applications in Teaching and Learning Pantun in Elementary Schools Abstract: Taxonomy is the classification of things according to certain characteristics. Taxonomy in education is used to classify educational objectives, assessment and curriculum preparation. Bloom has categorized three domains in learning, namely; cognitive domain, affective domain and psychomotor domain. Bloom’s taxonomy focuses on the terminology of (1) knowledge; (2) understanding; (3) application; (4) analysis; (5) synthesis; and (6) evaluation. While the terminology changed with the introduction of the Revised Taxonomy in 2001 by Anderson & Krathwohl with the terminology (1) recalling; (2) understand; (3) apply; (4) analyze; (5) evaluate; and (6) create. This terminology changes by considering the holistic need to make it more relevant in its application by teachers at the school level. The main focus of this paper is a discussion on the cognitive domain of the 2001 Anderson & Krathwohl Revision and its application in the teaching and learning of verse in primary schools. Keywords: Bloom's Taxonomy, Cognitive Area, Poetry, Revised Taxonomy.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Anwar, Hamdani. "Tauhid dalam Terminologi Sufisme." Refleksi 2, no. 3 (January 23, 2020): 62–70. http://dx.doi.org/10.15408/ref.v2i3.14344.

Full text
Abstract:
Tauhid adalah pokok keyakinan dalam Islam, yang juga menjadi dasar dari semua ajarannya. Akidah ini dimaksudkan untuk mengoreksi dan meluruskan kepercayaan manusia yang waktu itu dirasa sudah menyimpang jauh dari jalan Allah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Shalihah, Siti. "Al-Istihsab (Sebuah Teori dan Praktik Prinsip-Prinsip Nahwu Arab)." al-Ittijah : Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Bahasa Arab 10, no. 2 (December 31, 2018): 53. http://dx.doi.org/10.32678/al-ittijah.v10i02.1246.

Full text
Abstract:
Pengaruh ulama ushul fiqh terhadap ulama ushul nahwu tampak pada sektor ilmu, yaitu para ulama ushul nahwu meniru ulama ushul fiqh dalam terminologi ushul dan dalil-dalilnya. Konkritnya adalah terminologi Istishab al-Hal adalah suatu terminologi dalam ushul fiqh yang digunakan oleh para ulama ushul nahwu. Istishab al-ashli dan al-Rad ila al-Ashli adalah merupakan beberapa terminologi yang diperkenalkan oleh pakar nahwu, yaitu sejak pertumbuhan nahwu, dan sejak mereka memperkenalkan kaidah-kaidah primer dan sekunder.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Shalihah, Siti. "al-Ijma' dalam Kajian Ushul al-Nahwi al-Arabi." al-Ittijah : Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Bahasa Arab 10, no. 1 (January 7, 2019): 80. http://dx.doi.org/10.32678/al-ittijah.v10i01.1241.

Full text
Abstract:
Kaidah-kaidah ushul fiqh dapat diaktualisasikan dalam kaidah ushul al-nahwi al-arabi secara implementatif adalah sejak terjadinya benturan antara pakar ushul fiqh dan pakar nahwu dalam mensikapi disiplin ilmu, dimana pakar nahwu meniru pakar ushul fiqh dalam menerapkan kaidah-kaidah tertentu terkait dengan terminologi ushul dan argumentasinya. Konkritnya adalah terminologi Istishab al-Hal umpamanya adalah suatu terminologi dalam ushul fiqh yang digunakan oleh para ulama ushul nahwu. Terminologi ini lahir pada peride terakhir ulama ushul nahwu, yaitu setelah abad ke-4 Hijrah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Santoso, Teguh. "Relevansi Terminologi Struktur Masyarakat Aceh Terhadap Warna Kebangsaan Indonesia." Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan 1, no. 1 (June 1, 2013): 75–82. http://dx.doi.org/10.31813/gramatika/1.1.2013.24.75--82.

Full text
Abstract:
Terminologi merupakan salah satu bidang di dalam linguistik. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak sekali data kebahasaan yang berkaitan dengan terminologi tersebut. Salah satu terminologi di Indonesia yang berkaitan dengan struktur sosial dapat dijumpai di Provinsi Aceh. Struktur masyarakat Aceh terbagi dari tingkatan paling tinggi hingga tingkatan paling rendah. Tingkatan struktural ini dikenal dengan istilah mukim, gampong, sagoe dan sebagainya. Terminologi tersebut dapat dioptimalkan dalam kaitannya dengan sumbangsih terhadap warna kebangsaan Indonesia. Dengan demikian, kesatuan dalam keanekaragaman tidak meninggalkan akar budaya setempat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Agustine, Defa Miftara, and Rita Dian Pratiwi. "Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode Diagnosis Rawat Jalan oleh Petugas Kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul." Jurnal Kesehatan Vokasional 2, no. 1 (November 15, 2017): 113. http://dx.doi.org/10.22146/jkesvo.30315.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Semua pelayanan medis dan non medis di Puskesmas harus didokumentasikan dalam suatu berkas disebut rekam medis. Salah satu data yang dituliskan dalam berkas rekam medis, SIMPUS, dan P-Care adalah diagnosis dan kodenya. Pelaksanaan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan kesehatan harus sesuai terminologi medis yang benar. Pemberian kode diagnosis ini berdasarkan pada sistem klasifikasi penyakit yang ditetapkan oleh WHO saat ini yaitu ICD-10. Hasil studi dokumentasi terhadap 10 sampel berkas rekam medis rawat jalan yang dikode oleh petugas kesehatan, ditemukan 60% kode tidak akurat dan 80% terminologi medis tidak tepat atau tidak sesuai dengan ICD-10.Tujuan: Mengetahui hubungan ketepatan terminologi medis dengan keakuratan kode diagnosis rawat jalan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul.Metode: Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua diagnosis rawat jalan beserta kodenya selama bulan Januari 2017. Teknik sampling yang digunakan yaitu systematic random sampling. Analisis data menggunakan analisis bivariate dengan program R.Hasil: Dari sampel sebanyak 360 diagnosis rawat jalan beserta kodenya, terdapat 82 (22,8%) terminologi medis tepat dan 278 (77,2%) terminologi medis tidak tepat, serta kode diagnosis rawat jalan akurat sebanyak 127 (35,3%) kode dan kode diagnosis rawat jalan tidak akurat sebanyak 233 (64,7%) kode. Dari hasil uji statistik Chi-squared Test, diperoleh nilai p-value sebesar 0,03376 yang menunjukkan bahwa Ha diterima dengan nilai Odd Ratio (OR) sebesar 1,7.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara ketepatan terminologi medis dengan keakuratan kode diagnosis rawat jalan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul. Peluang terminologi medis tidak tepat menyebabkan ketidakakuratan kode diagnosis rawat jalan 1,7 kali lebih besar dibandingkan terminologi medis tepat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Muttaqin, Muttaqin. "Terminologi Wasaṭiyah dalam al-Qur’an." KALIMAH 15, no. 2 (September 30, 2017): 135. http://dx.doi.org/10.21111/klm.v15i2.1488.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Mohd Bukhari, Nur Azimah, Puteri Roslina Abdul Wahid, and Nurul Haniza Samsudin. "DESTAR MELAYU DARI PERSPEKTIF TERMINOLOGI." Jurnal Pengajian Melayu 31, no. 1 (December 9, 2020): 184–209. http://dx.doi.org/10.22452/jomas.vol31no1.12.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Haryanto, Haryanto. "MANUSIA DALAM TERMINOLOGI AL-QUR'AN." SPEKTRA : Jurnal Kajian Pendidikan Sains 3, no. 1 (April 8, 2017): 63. http://dx.doi.org/10.32699/spektra.v3i1.24.

Full text
Abstract:
Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli yang selanjutnya dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, social, budaya, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo sapiens, (makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau hayawan nathiq (binatang yang dapat berpikir), homo laquen, (makhluk yang pandai menciptakan bahasa), homo faber (makhluk yang pandai membuat perkakas), zoon politicoi, (makhluk yang pandai bekerja sama), homo economicus, (makkhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo religious, (makhluk yang beragama), homo planemanet, (makhluk ruhaniah-spiritual), homo educandum, (makhluk yang dapat dididik/ educable), homo faber (makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru). Dalam konsepsi Islam manusia merupakan satu hakekat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari Al-Quran, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Quran yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama yang diberikan al-Quran untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata yang sering digunakan Al-Quran untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam. Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Rizal, Syamsul. "MELACAK TERMINOLOGI MANUSIA DALAM ALQURAN." Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir 2, no. 2 (March 20, 2018): 221. http://dx.doi.org/10.32505/tibyan.v2i2.391.

Full text
Abstract:
This article aims to discuss human concepts in the Qur'an. Allah SWT. call Human Beings in the Qur'an there are several terminologies such as basyar, insan, unas, insiy, 'imru, rajul or which contain the meaning of women such as imra'ah, nisa' or niswah or in personality traits, such as al-atqa, al-abrar, or ulul albab, also as part of social groups such as al-asyqa, dzul-qurba, al-dhu'afa who all contain instructions as human beings in their essence and humans in concrete forms. Humans are the most perfect creatures that Allah SWT has ever created. The purpose of creating humans is only to worship Allah SWT, and to become a caliph on earth.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Mohd Bukhari, Nur Azimah, Puteri Roslina Abdul Wahid, and Nurul Haniza Samsudin. "DESTAR MELAYU DARI PERSPEKTIF TERMINOLOGI." Jurnal Pengajian Melayu 31, no. 1 (December 9, 2020): 184–209. http://dx.doi.org/10.22452/jomas.vol31no1.12.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Djusmalinar, Djusmalinar. "GAMBARAN PENULISAN TERMINOLOGI MEDIS PADA CM 1 PASIEN RAWAT INAP DAN LEMBAR POLIKLINIK PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM UMMI BENGKULU." Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan (Health Information Management) 1, no. 2 (December 22, 2016): 14–22. http://dx.doi.org/10.51851/jmis.v1i2.21.

Full text
Abstract:
Terminologi medis merupakan ilmu peristilahan medis sebagai sarana komunikasi antar tenaga kesehatan.Dokter yang merawat pasien mempunyai tugas dan tanggungjawab atas penegakan dan penulisan diagnosissesuai dengan ICD-10. Diagnosis yang ditulis dalam rekam medis harus lengkap, tepat dan jelas sesuai denganterminologi medis dan arahan yang ada pada buku ICD-10. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuigambaran penulisan terminologi medis pada CM 1 pasien rawat inap dan lembar poliklinik pasien rawat jalan diRumah Sakit Umum Ummi Bengkulu. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptifkuantitatif dengan desain cross-sectional, populasi dalam penelitian ini adalah 1.863 berkas rekam medis rawatinap dan 3.725 berkas rekam medis rawat jalan pada bulan januari-maret 2016, dengan sampel 329 berkasrekam medis rawat inap dan 361 berkas rekam medis rawat jalan dengan teknik pengambilan sampel SystematicRandom Sampling. Menggunakan data sekunder, diolah secara univariat. Penelitian ini dilaksanakan di RumahSakit Umum Ummi Bengkulu. Hasil analisa univariat, dari 1.863 berkas rekam medis rawat inap, 85 (47%)penulisan terminologi medis menggunakan istilah yang sesuai dengan ICD-10, 97 (53%) yang tidak sesuaidengan ICD-10. 50 (34%) penulisan terminologi medis menggunakan singkatan yang sesuai dengan ICD-10, 97(66%) yang tidak sesuai dengan ICD-10. 3.725 berkas rekam medis rawat jalan, 50 (24%) penulisan terminologimedis menggunakan istilah yang sesuai dengan ICD-10, 161 (76%) yang tidak sesuai dengan ICD-10. 45 (30%)penulisan terminologi medis menggunakan singkatan yang sesuai dengan ICD-10, 105 (70%) yang tidak sesuaidengan ICD-10. Diharapkan bagi Rumah Sakit Umum Ummi Bengkulu dapat mengadakan sosialisasi,pelatihan, pengawasan dan evaluasi terhadap dokter serta membuat daftar singkatan yang ditetapkan oleh pihakrumah sakit sebagai pedoman tentang penulisan terminologi medis yang sesuai dengan ICD-10, dan meletakkanStandar Operasional Prosedur (SOP) tentang penulisan terminologi medis yang sesuai dengan ICD-10 dimasing-masing ruang rawat pasien/ruang kerja dokter.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Putra, Deni Maisa, Yulfa Yulia, Rahmadhani Rahmadhani, and Athiyah Holindra. "HUBUNGAN KETEPATAN TERMINOLOGI MEDIS DENGAN KEAKURATAN PENGODEAN BERDASARKAN ICD-10 DI RUMAH SAKIT SECARA STUDY LITERATURE REVIEW." Oceana Biomedicina Journal 5, no. 1 (January 12, 2022): 1–16. http://dx.doi.org/10.30649/obj.v5i1.67.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Pengkodean yang akurat menggunakan penulisan diagnosis yang sesuai dengan terminologi medis yang tepat. Dan membantu petugas koding melakukan pengkodean penyakit yang sesuai dengan ICD-10. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan terminologi medis dengan keakuratan pengodean berdasarkan ICD-10 di rumah sakit. Metode Penelitian: Pada penelitian dilakukan secara studi literature dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada kemudian di analisis. Pencarian artikel melalui google scholar, dengan kriteria inklusi dan eksklusi hasil akhir didapatkan 5 jurnal yang dianalisis. Selanjutnya dilakukan analisis dengan melihat kesamaan (compare), ketidaksamaan (contrast), beri pandangan (critize), bandingkan (synthesize), ringkasan (summarize). Hasil Penelitian: Hasil dari literature review ini didapatkan bahwa dari 5 jurnal yang telah dianalisis terdapat 3 jurnal yang memiliki ketepatan terminologi medis dengan persentase lebih dari 50%, 4 jurnal yang memiliki keakuratan pengodean dengan persentase lebih dari 50%, dan 4 jurnal yang memiliki hubungan antara ketepatan terminologi medis dengan keakuratan pengodean. Kesimpulan: Berdasarkan hasil dari literature review dapat disimpulkan bahwa perlu adanya keseragaman dan konsisten dalam penggunaan terminologi medis sesuai ICD-10 untuk lebih meningkatkan keakuratan kode. Maka sebaiknya ada komunikasi antara coder dan dokter agar persepsi antara keduanya sama dan menghasilkan kode yang akurat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

,, Anggon, Sofyan S. Harahap, and Ramlan Harahap. "PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP BEBERAPA TERMINOLOGI AKUNTANSI." Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi 6, no. 1 (April 9, 2006): 101. http://dx.doi.org/10.25105/mraai.v6i1.913.

Full text
Abstract:
<p class="Style1"><strong>T</strong><strong>he paper studies how far the understanding of students on ten accounting </strong><strong>t</strong><strong>er</strong><strong>rminologies e.i.: (1) cost, </strong><strong>(2) </strong><strong>expense, </strong><strong>(3) </strong><strong>revenue, (4) income </strong><strong>(5) </strong><strong>i</strong><strong>n</strong><strong>ventory, (6) gain, (7) loss, (8) depreciation, </strong><strong>(9) </strong><strong>retained earning, and </strong><strong>1</strong><strong>0) going concern. The study is conducted in a private university on </strong><strong>e</strong><strong>ach department: accounting, management and economics on the </strong><strong>a</strong><strong>cademic year 2003/2004. The respondents were in the sixth or seventh </strong><strong>s</strong><strong>emester, intake, 2001, 2000, 1999 and before. Samples of 150 are </strong><strong>s</strong><strong>elected by using convenience probability sampling. F test and ANOVA, </strong><strong>T</strong><strong>urkey test and Bonferroni were used in every level and propose. The </strong><strong>tudy shows that the understanding of the student on those terminologies </strong><strong>a</strong><strong>re vary. The percentage of student's understand correctly the </strong><strong>t</strong><strong>e</strong><strong>rminologies are (1) cost, 35%, (2) expense, 13% (3) revenue, </strong><strong>37% </strong><strong>(4) </strong><strong>i </strong><strong>come, 30% (5) inventory, </strong><strong>65% (6) </strong><strong>gain, </strong><strong>36% (7) </strong><strong>loss, 29% </strong><strong>(8) </strong><strong>d</strong><strong>epreciation, 25% (9) retained earning, 49% and (10) going concern, </strong><strong>1</strong><strong>9%.</strong></p><p class="Style1"><strong><em>k</em></strong><strong><em>eywords: </em></strong><strong>accounting education, student understanding, accounting </strong><strong>t</strong><strong>e</strong><strong>rminology.</strong></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Bunga, Dewi, and Dewi Bunga. "TERMINOLOGI KEJAHATAN DALAM HUKUM PIDANA INTERNASIONAL." Jurnal Aktual Justice 3, no. 1 (June 20, 2018): 1–12. http://dx.doi.org/10.47329/aktualjustice.v3i1.440.

Full text
Abstract:
The globalization of crime incised a social reality where crimes can be committed across national borders and have an impact not only on the people of a country, but on the international community. Theoretically, there are several terms that are known to describe acts which are called crimes under international law, namely international crimes, transnational crimes, and national crimes with international dimensions. International crimes are crimes that threaten both directly and indirectly to international peace and security, affect many countries and have universal jurisdiction. The qualification of international crimes refers to crimes regulated in the Rome Statute of the International Criminal Court (Rome Statute circulated as document A / CONF.183 / 9 of 17 July 1998), namely crimes of genocide; crimes against humanity; war crimes; and crime of aggression. Transnational crimes are transnational crimes regulated in international conventions.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Christensen, Bente. "Standardisert terminologi i dokumentasjon av sykepleie." Sykepleien, no. 85947 (2021): e-85947. http://dx.doi.org/10.4220/sykepleiens.2021.85947.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Sahputra, Dedi. "Pemaknaan Islam Moderat Sebagai Sebuah Terminologi." Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) 4, no. 2 (October 24, 2021): 896–904. http://dx.doi.org/10.34007/jehss.v4i2.766.

Full text
Abstract:
This article aims to find out the meaning of the term moderate Islam as a terminology. The problem is focused on reviewing the language and its history, as well as from the context of the political interests that lie behind it. In order to approach the problem, this article uses a reference to the theory of terminology. The data were collected through a literature review of various similar studies that have been conducted. Furthermore, the data obtained were analyzed qualitatively. This study concludes that there is a bias in understanding the terminology of moderate Islam which lies in equating the word "Islam" with the word "ummah", so that the term "ummatan wasatan" is then equated with "moderate Islam". This interpretation bias is strongly influenced by the global political context related to the emergence of the term terrorism and the concept of the global war on terrorism (GWOT) which was coined by the United States during the George W. Bush Junior administration.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Lukman, Fadhli. "Telaah Historiografi Tafsir Indonesia." SUHUF 14, no. 1 (June 30, 2021): 49–77. http://dx.doi.org/10.22548/shf.v14i1.616.

Full text
Abstract:
Artikel ini membahas perkembangan terbaru pada kesarjanaan (sejarah) tafsir Indonesia, terutama sekali terkait bagaimana para penulis dalam kesarjanaan ini membangun terminologi tafsir nusantara yang belakangan sering digunakan. Selanjutnya, tulisan ini menawarkan cara pandang alternatif untuk mendiskusikan terminologi tersebut. Untuk tujuan tersebut, tulisan ini melakukan penelaahan metodologis dan teoretis atas data-data berupa karya dari penulis-penulis sejarah tafsir di Indonesia. Artikel ini berargumen bahwa istilah tafsir nusantara digunakan oleh peneliti sejarah tafsir Indonesia dalam dua perspektif: (1) sebagai instrumen untuk membatasi lokus penelitian dalam perspektif studi kawasan dan (2) sebagai upaya menginventarisasi dan menjelaskan lokalitas tafsir; sebuah cara pandang turunan dari Islam Nusantara. Berangkat dari dua perspektif tersebut, tulisan ini lebih lanjut mendiskusikan terminologi tafsir nusantara melalui perspektif tafsir sebagai genealogical tradition.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Suhartono, Slamet. "HUKUM POSITIF PROBLEMATIK PENERAPAN DAN SOLUSI TEORITIKNYA." DiH: Jurnal Ilmu Hukum 15, no. 2 (July 11, 2019): 201–11. http://dx.doi.org/10.30996/dih.v15i2.2549.

Full text
Abstract:
Terminologi hukum positif sering digunakan secara bergantian dengan terminologi hukum yang berlaku saat ini. Namun menyamartikan hukum positif dengan hukum yang berlaku saat ini dirasa kurang tepat, sebab masing-masing terminologi memiliki pengertian yang berbeda. Hukum positif adalah hukum yang ditetapkan oleh kekuasaan yang memiliki otoritas membentuk hukum. Hukum positif menghendaki adanya formalitas tertentu, sedangkan hukum yang berlaku saat ini lebih luas pengertiannya, karena didalamnya termasuk juga hukum positif, dan hukum yang tidak dipositifkan, seperti hukum adat dan hukum kebiasaan. Dalam penerapan hukum positif sering ditemukan adanya kekosongan norma, ketidakjelasan norma (norma samar), konflik norma, dan adakalanya norma-nor-ma yang sudah usang. Norma-norma demikian dapat menimbulkan diskresi yang dapat memicu pe-nyalahgunaan wewenang bagi pengambil keputusan. Masing-masing problem penerapan norma ter-sebut telah disediakan metode penyelesaian teoritiknya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Mohd Bukhari, Nur Azimah, Puteri Roslina Abdul Wahid, and Nurul Haniza Samsudin. "PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM TERMINOLOGI: SENI TENUN MELAYU." Jurnal Pengajian Melayu 29, no. 1 (December 23, 2020): 102–17. http://dx.doi.org/10.22452/jomas.vol29no1.5.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Purwowiyoto, Sidhi Laksono, Budhi Setianto, I. Nyoman Wiryawan, and Steven Philip Surya. "Gagal atrium kiri: terminologi yang perlu diketahui." Intisari Sains Medis 11, no. 3 (November 5, 2020): 711. http://dx.doi.org/10.15562/ism.v11i3.761.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Irawan, Ricky. "Terminologi Gambus dalam Spektrum Musik di Indonesia." Journal of Music Science, Technology, and Industry 3, no. 1 (January 31, 2020): 25–41. http://dx.doi.org/10.31091/jomsti.v3i1.961.

Full text
Abstract:
This Article aims to review the expansion of the meaning of gambus in three categories. It is, firstly, the gambus as a musical instrument; secondly, gambus as a music performance format; and thirdly, stringed as a musical style. This categorization helps to understand the context in which the term gambus is used. Thus, the discussion about gambus can be understood more clearly. It was found that, initially, the term gambus is used to refer to a stringed musical instrument from the Middle East that came together with trading activities and the spread of Islam in Southeast Asia. But in its development, gambus is also used to refer to a format of musical performances such as orkes gambus, gambus Melayu, gambus tunggal and others. Later, gambus was used also to refer to musical styles associated with Islamic musical arts such as gambus dzikir, gambus sholawat, gambus qasidah. Seeing the various uses, it is difficult to interpret it only as the name of a musical instrument, but must also accommodate the expansion of its meaning at this time.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

DAULAY, MUHAMMAD ROIHAN. "Pandangan Islam Tentang Gender." Jurnal Kajian Gender dan Anak 2, no. 1 (January 14, 2020): 41–56. http://dx.doi.org/10.24952/gender.v2i1.2168.

Full text
Abstract:
Gender telah muncul sekitar tahun 1980 di Barat. Terminologi ini diterapkan oleh para ahli wanita yang membahas peran perempuan pada saat itu. Islam tidak menyadari terminologi gender, karena Islam tidak membandingkan berdasarkan gender mereka. Islam menyatakan perempuan dan laki-laki dalam posisi yang sama. Misalnya, Islam tidak memisahkan laki-laki dan perempuan pada ketaatan mereka, dan surga bukan hanya untuk laki-laki. Tetapi surga adalah untuk laki-laki dan perempuan dengan ketaatan dan amal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Kurniasih, Apri. "REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER DI INDONESIA." Jurnal Pendidikan Islam 11, no. 1 (June 1, 2021): 1–19. http://dx.doi.org/10.38073/jpi.v11i1.566.

Full text
Abstract:
AbstrakArtikel ini mengkaji revitalisasi pendidikan Islam pada sejumlah bagian seperti konsep pendidikan, revitalisasi tiga terminologi (al-Tarbiyah, al-Ta’līm, dan al-Ta’dīb) dan kasus lembaga pendidikan Islam di Indonesia dari pola tradisional hingga perguruan tinggi. Pendidikan Islam di Indonesia memiliki sejarah panjang sejak abad ke-13 kemunculannya. Dalam perjalanannya, pendidikan Islam di Indonesia mengalami sejumlah perkembangan sesuai dengan konteks zaman. Di era modern ini terlebih di zaman revolusi industri, rupanya pendidikan Islam harus mengalami sejumlah revitalisasi untuk mensinkronkan antara kebutuhan pendidikan agama sebagai ruh ‘Islam’ dengan kondisi zaman yang sangat problematis. Dari berbagai sumber yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa proses revitalisasi diperlukan untuk mengkonstruksi kembali pendidikan Islam agar dapat bertahan di persaingan global.Kata Kunci: Pendidikan Islam, revitalisasi, konsep, terminologi, institusi. AbstractThis article examines the revitalization of Islamic education in a number of areas such as the concept of education, the revitalization of three terminology (al-Tarbiyah, al-Ta'līm, and al-Ta'dīb) and the case of Islamic educational institutions in Indonesia from traditional patterns to higher education.Islamic education in Indonesia has a long history since the 13th century. During those centuries, Islamic education in Indonesia has undergone a number of developments according to the context of the times. In this modern era, especially in the era of the industrial revolution, it seems that Islamic education must undergo a number of revitalizations to synchronize the needs of religious education as an 'Islamic' spirit with the very problematic conditions of the times. From those information, it can be concluded that revitalization process on Islamic education is needed in order to survive in the globalized competition.Keywords: Islamic education, revitalization, concept, terminology, institutions.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Gubern, Romá. "Et originalt og komplekst sprog." MedieKultur: Journal of media and communication research 15, no. 30 (September 4, 1999): 3. http://dx.doi.org/10.7146/mediekultur.v15i30.1145.

Full text
Abstract:
Tegneserier er en semiotisk udfordring, fordi de fortæller historier i en kombination af billeder og tekst. Forståelsen af tegneserier involverer derfor såvel narrative som visuelle og lingvistiske koder i kombinationer, der markerer tegneseriens æstetiske egenart. Der er dog kun i begræn- set omfang udviklet en terminologi, der kan anvendes til definitionen af tegneseriens særlige tegn og tegnkombinationer. I denne artikel giver Romá Gubern en definition på tegneserien, hvorefter han med et semio- tisk udgangspunkt gennemgår de særtræk, der karakteriserer tegne- serien, og foreslår en tegneseriens terminologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Febrilia, Baiq Rika Ayu. "Penalaran Statistis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Case Study." Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 8, no. 2 (June 1, 2019): 179–90. http://dx.doi.org/10.31980/mosharafa.v8i2.449.

Full text
Abstract:
AbstrakPenalaran siswa secara statistika belum begitu baik, kebanyakan siswa menggunakan terminologi yang tidak sesuai dengan maksud dari terminologi yang seharusnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penalaran statistis melalui permasalahan case study. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan melibatkan 9 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, di mana 3 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan yang lainnya adalah perempuan. Instrumen yang digunakan berupa permasalahan case study yang relevan dengan permasalahan nyata di dunia dengan fokus materi pada hal-hal yang berhubungan dengan konsep dasar statistika dan bentuk penyajian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar subjek memiliki kemampuan penalaran statistis pada level penalaran idiosinkratik dan penalaran verbal berkaitan dengan konsep tertentu sedangkan level prosedural dan pengintegrasian proses muncul pada permasalahan terkait bentuk penyajian data. Agar level penalaran statistis siswa dapat meningkat, maka diperlukan adanya rancangan permasalahan yang tepat. Students’ Statistical Reasoning in Solving Case Study Problem AbstractStudent reasoning is statistically not so good; most students use terminology that is not by following the intended meaning of the terminology. This study aims to get an overview of statistical reasoning through a case study problem. This type of research is descriptive qualitative and involves 9 students of the Mathematics Education Department, which 3 are male and the others are female. The instrument used is a case study problem that is relevant to real problems in the world with a focus on material on the basic concepts of statistics and forms of data presentation. The results showed that most subjects had statistical reasoning abilities at the level of idiosyncratic reasoning and verbal reasoning was related to certain concepts, while procedural levels and process integration appeared on problems related to the form of data presentation. So that the level of students' statistical reasoning can increase, it is necessary to design appropriate problems.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Wasiyono, Natanael. "Memahami Teologi Paulus tentang Dosa." SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 2 (December 28, 2019): 79–87. http://dx.doi.org/10.47166/sot.v2i2.12.

Full text
Abstract:
The term in the field of theology which is often discussed and even taken place in the study of religious education is sin. One term that is easy to read but has a fundamental and profound meaning if examined further. Indonesian means sin with a very simple sentence. But if we study sin based on the Greek terminology, the meaning will be very broad and very profound. In this case the terms of sin will be explained by the Apostle of all tribes, the Apostle Paul. The term sin received much and deep attention in the theology of the Apostle Paul. By the Apostle Paul, sin was not just breaking God's law. Therefore an explanation of the terms of sin put forward by the Apostle Paul in Greek terminology and its meaning in depth combined with a discussion of the origin of sin, the universality of sin, and the consequences of sin will be discussed in this paper. Abstrak: Istilah dalam bidang ilmu Theologia yang kerap diperbincangkan bahkan mengambil tempat dalam kajian pendidikan keagamaan adalah dosa. Satu istilah yang mudah untuk dibaca namun memiliki makna yang mendasar dan mendalam jika dikaji lebih lanjut. Bahasa Indonesia memaknai dosa dengan kalimat yang sangat sederhana. Namun jika kita mengkaji dosa berdasarkan terminologi dalam bahasa Yunani maka maknanya akan sangat luas dan sangat mendalam. Dalam hal ini akan dijabarkan istilah-istilah dosa yang dibahas oleh sang Rasul segala suku bangsa yaitu Rasul Paulus. Istilah dosa mendapat perhatian yang banyak dan mendalam dalam theologia Rasul Paulus. Oleh Rasul Paulus, dosa ternyata tidak hanya sekedar melanggar hukum Tuhan. Oleh sebab itu penjelasan istilah-istilah dosa yang dikemukakan oleh Rasul Paulus dalam terminologi bahasa Yunani dan artinya secara mendalam yang dipadukan dengan pembahasan asal mula dosa, universalitas dosa, dan akibat dosa akan dibahas dalam tulisan ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Kasdan, Junaini, Harshita Aini Haroon, Nor Suhaila Che Pa, and Zuhairah Idrus. "Gandaan Separa dalam Terminologi Bahasa Melayu: Analisis Sosioterminologi (Partial Reduplication in Malay Terminology: A Socio-terminological Analysis)." GEMA Online® Journal of Language Studies 17, no. 1 (February 20, 2017): 183–202. http://dx.doi.org/10.17576/gema-2017-1701-11.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Dollah @ Abdullah, Aisyah, Mohd Yakub @. Zulkifli Mohd Yusoff, and Nurul Zakirah Mat Sin. "Terminologi Takwil Menurut al-Māturīdī dan al-Ṭabarī." Journal of Usuluddin 44, no. 1 (December 31, 2016): 1–22. http://dx.doi.org/10.22452/usuluddin.vol44no1.1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Reksiana, Reksiana. "Diskursus Terminologi Model, Pendekatan, Strategi, Dan Metode Pembelajaran." Alim | Journal of Islamic Education 1, no. 1 (April 2, 2019): 119–56. http://dx.doi.org/10.51275/alim.v1i1.122.

Full text
Abstract:
Dalam dunia pendidikan, beberapa istilah seperti strategi, pendekatan, model dan metode sering digunakan untuk menggambarkan situasi belajar-mengajar. Dan istilah-istilah tersebut sering tidak konsisten dan acap kali terjadi overlapping dalam penggunaannya. Untuk membedakan dan memperjelas perbedaan masing-masing istilah tersebut, perlu dikaji dan dibahas secara kontekstual dan komprehensif. Hal ini perlu dilakukan, guna tidak terjadi lagi kerancuan dan salah pemahaman makna dari beberapa istilah tersebut. Tulisan ini secara khusus akan mencoba menguraikan keempat istilah tersebut, karena keempat istilah tersebut paling banyak digunakan dan diacu oleh para praktisi di bidang pendidikan. Klarifikasi terhadap istilah-istilah tersebut akan membantu untuk menguraikan kerancuan pemahaman makna dalam dunia pendidikan dan dunia literasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Nurhadi, Nurhadi. "BID’AH HASANAH TRANSAKSI EKONOMI ISLAM (Terminologi Bid’ah Ulama)." Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis 15, no. 2 (October 17, 2018): 122–38. http://dx.doi.org/10.31849/jieb.v15i2.1467.

Full text
Abstract:
Abstrak: Kaidah dasar dalam kajian fiqih muamalah adalah al-ashlu fil mu’amalah al-ibahah, illa ma dalla dalilun ‘ala tahrimihi, maksudnya hukum asal perbuatan dalam muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Penggunaan istilah Ekonomi Islam adalah bagian dari bid’ah agama, yang muncul pada tahun 1940-an di Negara India. Demikian menurut pendapat Timur Kuran, Profesor Ekonomi Politik, ia berpendapat sesuai dengan hasil penelitianya, membuktikan bahwa Ekonomi Islam sama sekali tidak dapat ditemukan dalam tradisi Islam. Sehingga istilah-istilah dan lembaga-lembaga bisnis sekarang yang tidak ada contoh dari Nabi dan tidak pernak ada pada zaman nabi adalah bid’ah. Nah, lalu apakah yang dimaksud dengan bid’ah menurut para ulama dan adakah bid’ah-bid’ah dalam ekonomi Islam. Hasil pembahasan menyatakan, bid’ah adalah setiap perbuatan yang tidak ada dan tidak dilakukan pada zaman Nabi yang bertentagan dengan nash al-Qur’an dan sunnah serta mashlahah. Melihat praktek ekonomi modern, maka banyak bid’ah-bid’ah dalam ekonomi Islam, diantaranya adalah istilah ekonomi Islam itu sendiri. Kegiatan dari ekonomi Islam di Indonesia yang merupakan bid’ah adalah perbankan syariah, zakat propesi dan lainya. Secara etimologi ketiganya disebut dengan bid’ah, namun secara terminology belum dapat dikatakan bid’ah. Sedangkan kaidah fiqih menjelasan “al-ashlu fil mu’amalah al-ibahah, illa ma dalla dalilun ‘ala tahrimihi”, kaedah inilah yang menutup pemaknaan konotasi buruk dari ungkapan bid’ah, menjadi bid’ah hasanah (baik) karena mengandung banyak kemashlahatan untuk manusia. Kata Kunci: Bid’ah Hasanah, Transaksi Ekonomi Islam Abstract: The basic rule in the study of fiqih muamalah is al-ashlu fil mu'amalah al-ibahah, illa ma dalla dalilun 'ala tahrimihi, meaning the law of origin of deeds in muamalah is okay, unless there is a proposition that forbid it. The use of the term Islamic Economics is part of the religious heresy, which emerged in the 1940s in the State of India. Thus in the opinion of the Eastern Kuran, Professor of Political Economy, he argues in accordance with the results of his research, proving that Islamic Economics can not be found in Islamic tradition. So the terms and institutions of business now that there is no example of the Prophet and not necessarily present in the time of the prophet are heresy. Well, then what is meant by heresy according to the scholars and is there bid'ah-bid'ah in Islamic economy. The result of the discussion states that heresy is any act that does not exist and is not done at the time of the Prophet which contradicts the texts of the Qur'an and sunna and mashlahah. Seeing modern economic practice, then many bid'ah-bid'ah in Islamic economics, among them is the term Islamic economics itself. The activities of Islamic economics in Indonesia which are bid'ah are syariah banking, zakat propesi and others. Etymologically all three are called heresy, but in terminology can not be said bid'ah. While the rule of fiqih explains "al-ashlu fil mu'amalah al-ibahah, illa ma dalla dalilun 'ala tahrimihi", this is the kaedah closing the meaning of bad connotation of the expression bid'ah, a bid'ah hasanah (good) because it contains many kemashlahatan for humans. Keywords: Bid'ah Hasanah, Transaction Economy Islam
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Miksan Ansori. "Terminologi dan Aspek-aspek Collaborative Problem Solving Skill’s." Dirasah : Jurnal Studi Ilmu dan Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2 (August 30, 2018): 23–32. http://dx.doi.org/10.29062/dirasah.v1i2.20.

Full text
Abstract:
Collaborative problem solving is one of a series of abilities that are needed in the 21st century in various aspects of life such as work, community, organization and even in the family. If it is not instilled early on, this ability will not be owned by a person given the flow of globalization and technological development, communication and information in many studies actually gives the effect of exlusivism, individualism and low social attitudes that make it difficult for them to collaborate in solving increasingly complex problems. Discourse on Collaborative Problem Solving in various aspects is needed. In addition to strengthening and developing science, studies on CPS are needed to further strengthen practitioners to implement them. Before proceeding further in the application and development of Collaborative Problem Solving skills, the meaning and aspects must be clearly known first.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Setyowulan, Dese, Nadia Tri Asfa Lia, Rafidah Azizah, Asep Sunandar, and Maulana Amirul Adha. "KINERJA ORGANISASI KEMAHASISWAAN HUBUNGANNYA DENGAN TERMINOLOGI HUMAN CAPITAL." J-MPI (Jurnal Manajemen Pendidikan Islam) 5, no. 2 (December 30, 2020): 136–46. http://dx.doi.org/10.18860/jmpi.v5i2.9199.

Full text
Abstract:
This study aims to determine, 1) the level of human capital of student organizations, (2) the level of student organization performance, (3) the relationship of human capital to the performance of student organizations in the Faculty of Education (FIP) Malang State University (UM). This research uses a quantitative approach with a descriptive correlational research design. The research instrument used was a questionnaire with respondent members of student organizations in FIP UM. The analysis technique used in this research is descriptive analysis and correlation. The results of this study indicate: (1) the level of human capital of student organizations in the Faculty of Education UM is quite good; (2) the level of performance of student organizations in the Faculty of Education UM is quite good and (3) there is a positive and significant relationship between human capital on the performance of student organizations in the Faculty of Education, State University of Malang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Kameswari, Dita. "PENGETAHUAN MAHASISWA BIOLOGI TERHADAP PENGGUNAAN TERMINOLOGI BAHASA LATIN." Research and Development Journal of Education 8, no. 1 (April 1, 2022): 256. http://dx.doi.org/10.30998/rdje.v8i1.11187.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Auksoriūtė, Albina. "Current State of Terminology in Lithuania: Scientific Research, Management and Education." Acta Baltico-Slavica 40 (December 28, 2016): 325–39. http://dx.doi.org/10.11649/abs.2016.007.

Full text
Abstract:
Current State of Terminology in Lithuania: Scientific Research, Management and Education The article discusses the current state of terminology in Lithuania, presents terminological research carried out in the last five years, analyses ways of Lithuanian terminology management, and briefly overviews terminological education and teaching in Lithuania.Lithuanian terminological research is mostly carried out at the Institute of the Lithuanian Language and at universities and other research institutes. The largest part of terminological research is carried out at the Centre of Terminology of the Institute of the Lithuanian Language, which researches Lithuanian terminology and terminography, analyses the use of Lithuanian terminology in different fields.Three ways of terminology management are discussed: terminography, creation of term banks and databases and standardisation of terms.The number of term dictionaries published in Lithuania is rather considerable – over 600. The most productive period for publishing term dictionaries is from 1990 up to date. Between 1990–2013 more than 420 term dictionaries and special encyclopaedias were published.The main and most important terminology database in Lithuania is the Term Bank of the Republic of Lithuania (lt Lietuvos Respublikos terminų bankas, further – LTB), initiated in 2004. This bank is created as a common information system of state institutions administered by the State Commission of the Lithuanian Language (further – Language Commission). There are more than 237,000 term entries in LTB. The article discusses two more terminology databases containing Lithuanian terminology sources – IATE and EUROTERMBANK. The Lithuanian Standards Board, in addition to other work, prepares Lithuanian standards of terms and offers these terms to the Language Commission for evaluation. Since 2000, the Lithuanian Standards Board has been creating a database of standardised terms which currently contains about 64,000 terms.In Lithuania, terminology also exists as an academic discipline; at many universities, philologists are offered a course in terminology. At many universities, students of other non-philological disciplines are taught a course in language for specific purposes, which covers matters of terminology and terms. Aktualny stan terminologii na Litwie: badania naukowe, zarządzanie informacją i edukacja Artykuł omawia aktualny stan terminologii na Litwie, przedstawia badania naukowe nad zasobami terminologicznymi prowadzone w okresie minionych pięciu lat, analizuje sposoby zarządzania terminami w języku litewskim, a także zawiera zwięzły przegląd tematyki dotyczącej kształcenia i nauczania w zakresie terminologii na Litwie.Główną placówką zajmującą się badaniami nad terminologią w języku litewskim jest Instytut Języka Litewskiego. Ponadto badania takie prowadzone są także na uniwersytetach i w innych ośrodkach badawczych. Największy udział w badaniach terminologicznych ma Zakład Terminologii w Instytucie Języka Litewskiego, który prowadzi prace nad terminologią litewską i terminografią, a także analizuje użycie litewskiego słownictwa specjalistycznego w poszczególnych dziedzinach.W artykule omówiono trzy metody zarządzania zasobami terminologicznymi: terminografia, powoływanie banków terminów i baz danych oraz standaryzacja terminów i pojęć.Liczba słowników terminologicznych opublikowanych na Litwie jest dość znaczna, jest ich obecnie ponad 600. Najwięcej publikacji pochodzi z okresu po roku 1990. Począwszy od 1990 do 2013 r. ukazało się drukiem ponad 420 słowników i specjalistycznych encyklopedii terminologicznych.Główną i najważniejszą bazą terminów na Litwie jest Terminologiczna Baza Republiki Litewskiej (lt Lietuvos Respublikos terminų bankas, dalej: LTB), powstała w 2004 r. Została ona utworzona jako wspólny informatyczny system instytucji pań­stwowych pod patronatem Państwowej Komisji Języka Litewskiego (dalej: Komisja Języka). W LTB znajduje się ponad 237 000 haseł terminologicznych.Artykuł omawia dalej kolejne dwie bazy danych, które zawierają litewskie źródła terminologii, a mianowicie IATE i EUROTERMBANK. Litewska Rada Standaryzacji oprócz innych prac przygotowuje litewskie standardy terminów i przedstawia je Komisji Języka do oceny. Od roku 2000 Litewska Rada Standaryzacji tworzy bazę standaryzowanych terminów, która aktualnie obejmuje 64 000 haseł.Na Litwie terminologia istnieje także jako odrębna dyscyplina akademicka. Na wielu uniwersytetach w programie studiów prowadzone są przez filologów zajęcia z tego zakresu. Na licznych uczelniach studenci kierunków niefilologicznych mają wykłady w zakresie stosowania terminów specjalistycznych, obejmujące kwestie terminologiczne i dotyczące zasobu pojęć.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Hermansyah, Wawan. "Terminologi Rumah Adat Dalam Loka Sumbawa: Sebuah Tinjauan Antropolinguistik." RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa 2, no. 2 (February 22, 2017): 293. http://dx.doi.org/10.22225/jr.2.2.62.293-312.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Ritonga, A. Rahman. "MEMAKNAI TERMINOLOGI JIHAD DALAM AL-QUR`AN DAN HADIS." Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies 2, no. 1 (June 20, 2016): 92. http://dx.doi.org/10.30983/islam_realitas.v2i1.105.

Full text
Abstract:
<em>The term jihad in al-Qur`an is used for two things. The first term is the general definition which means shed the all abilities for struggle to uphold the truth and to fight against evil in order to obtain the God’s blessing. In this sense, jihad becomes an individual duty of every Muslim based on their capabilities, and the implementation of jihad is based on the Islamic law. The second term is the specific definition which means mobilize all capabilities against enemies of Islam. In this sense, jihad should be based on the decision of the leader and implemented in an organized manner, in order not to get out of prescribed ethics of jihad. Jihad carried out as the last alternative to defend community and religion, conducted in defensive rather than offensive. Jihad in the form of terrorism, suicide and the like are n admitted as prescribed jihad. The verses of the Qur’an and hadith talk a lot about the issue of jihad as evidence of the important role of jihad in establishing the truth on this earth. Jihad in the Qur'an and the hadith interpreted as an effort to establish the truth of God.</em> Istilah jihad di al-Qur`an digunakan untuk dua hal. Istilah pertama adalah definisi umum yang berarti menumpahkan semua kemampuan untuk perjuangan menegakkan kebenaran dan melawan kejahatan untuk mendapatkan berkat Tuhan. Dalam hal ini, jihad menjadi kewajiban individu dari setiap Muslim sesuai dengan kemampuan mereka, dan pelaksanaan jihad adalah sesuai dengan hukum Islam. Istilah kedua adalah definisi khusus yang berarti untuk memobilisasi semua kemampuan melawan musuh-musuh Islam. Dalam hal ini, jihad harus didasarkan pada keputusan pemimpin dan dilaksanakan secara terorganisir, agar tidak keluar dari etika ditentukan dari jihad. Jihad dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk membela masyarakat dan agama, yang dilakukan di defensif daripada ofensif. Jihad dalam bentuk terorisme, bunuh diri dan sejenisnya tidak diterima sebagai jihad yang ditentukan. Ayat al-Qur’an dan hadis Rasulullah banyak membicarakan persoalan jihad sebagai bukti pentingnya peran jihad dalam menegakkan kebenaran di bumi ini. Jihad dalam menurut al-Qur’an dan hadis dimaknai sebagai upaya maksimal untuk menegakkan kebenaran Allah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Reksiana, Reksiana. "DISKURSUS TERMINOLOGI MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN PAI." Jurnal Pendidikan Agama Islam 15, no. 2 (December 30, 2018): 123–49. http://dx.doi.org/10.14421/jpai.2018.152-08.

Full text
Abstract:
Abstract In education, several terms such as strategy, approach, model and method are often used to describe the teaching and learning situation. And these terms are often inconsistent and often overlapping occurs in their use. To differentiate and clarify each of these terms, it needs to be reviewed and discussed contextually and comprehensively. This needs to be done in order to avoid confusion and misunderstanding the meaning of each of these terms. This paper will specifically try to describe the four terms because the four terms are most widely used and referred to by practitioners in the field of education. Clarification of these terms will help to explain the ambiguity of understanding meaning in the world of education and literacy. Abstrak Dalam pendidikan, beberapa istilah seperti strategi, pendekatan, model dan metode sering digunakan untuk menggambarkan situasi belajar-mengajar. Dan istilah-istilah tersebut sering tidak konsisten dan acap kali terjadi overlapping dalam penggunaannya. Untuk membedakan dan memperjelas perbedaan masing-masing istilah tersebut, perlu dikaji dan dibahas secara kontekstual dan komprehensif. Hal ini perlu dilakukan, guna tidak terjadi lagi kerancuan dan salah pemahaman makna dari beberapa istilah tersebut. Tulisan ini secara khusus akan mencoba menguraikan keempat istilah tersebut, karena keempat istilah tersebut paling banyak digunakan dan diacu oleh para praktisi di bidang pendidikan. Klarifikasi terhadap istilah-istilah tersebut akan membantu untuk menguraikan kerancuan pemahaman makna dalam dunia pendidikan dan dunia literasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Abdul Rahman, Mohd Zahir, Robiatul Adawiyah Mohd@Amat, Mohd Zohdi Mohd Amin, and Zul Azlin Razali. "Terminologi dan Sinonim bagi Istilah Waswas: Suatu Huraian Deskriptif." Maʿālim al-Qurʾān wa al-Sunnah 13, no. 14 (December 1, 2017): 62–75. http://dx.doi.org/10.33102/jmqs.v13i14.101.

Full text
Abstract:
Waswas (suspicious) are the subtle disturbances that have existed since the creation of Adam A.S and Eve by Allah SWT and is still being discussed till this day whether in term of definition, division, cause and treatment. The term suspicious was mentioned in al- Quran five times in various forms in four surahs. However, the debate on the synonym for the term suspicious according to Islamic scholars is still lacking attention. Thus, the study discusses the relationship of the term suspicious and the term synonymous with the debate of Islamic scholars. This study completely used the qualitative method in the components of documentation through the Book of Fiqh, Tasawwuf and Psychology. The results found that there are five terms associated with the term suspicious which are worry, doubt, talk, caution and inspire. All of these five terms indicate the difference significant to the term of suspicion.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Lødrup, Peter. "Strøtanker omkring særeie og felleseie, skjevdeling og juridisk terminologi." Jussens Venner 37, no. 04-05 (August 16, 2002): 205–15. http://dx.doi.org/10.18261/issn1504-3126-2002-04-05-02.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Abidin, Zainal. "TERMINOLOGI SATUAN UKURAN YANG DISEDIAKAN KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (KBBI) DARING Unit of Measure Terminology Provided by KBBI Online." tuahtalino 15, no. 2 (December 3, 2021): 310. http://dx.doi.org/10.26499/tt.v15i2.3946.

Full text
Abstract:
AbstrakPenelitian tentang terminologi satuan ukuran yang disediakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring ini bertujuan untuk mendeskripsikan satuan ukuran dalam lema dan definisi kamus tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, sedangkan objek penelitiannya adalah lema satuan ukuran yang terdapat di dalam kamus tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kata yang merupakan satuan ukuran yang dijadikan lema dalam kamus itu. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Langkah-langkah analisis data dilakukan dengan mengumpulkan lema, mengurutkan lema, mengklasifikasikan lema berdasarkan kategori atau kriteria sesuai dengan struktur lema. Penganalisisan dilakukan setelah dilakukan pengklasifikasian. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa masih terdapat kekurangkonsistenan dalam penyusunan definisi satuan ukuran dalam KBBI Daring. Lema-lema tersebut yaitu hasta, meter, musti, dekare, dekagram, desigram, gram, hectogram, kilogram, milligram, sentigram, liter, caing, rim, tahun cahaya, parsek, kilowatt, decibel, dan megapiksel. Selain itu, terdapat kata yang merupakan satuan ukuran panjang tidak tersusun dalam KBBI Daring, yaitu kilometer persegi. This research regarding terminology of units of measure written in Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (The online Great Dictionary of the Indonesian Language, published and issued by National Agency for Language Development and Cultivation of Indonesia) aims to describe the units of measure of the entries and definitions of the dictionary. It is a qualitative descriptive study. The subject of this research is KBBI Online, while the object of the research is the five units of measurement contained in the dictionary. The data used in this study are all words which are units of measure used as entries in the dictionary. The data of this research were collected through a library research and the note-taking technique. The procedures of data analysis consisted of collecting, sorting, classifying the entries based on categories or criteria pursuant to the structure of the entries. The analysis was carried out after classification. The research findings revealed that there are inconsistencies in defining the unit of measure in the dictionary. The entries are hasta, meter, musti, dekare, dekagram, desigram, gram, hectogram, kilogram, milligram, sentigram, liter, caing, rim, tahun cahaya, parsek, kilowatt, decibel, and megapiksel. In addition, there is a phrase showing unit of length that is not written in the dictionary. The phrase is kilometer persegi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Boulanger, Jean-Claude. "La néologie et l'aménagement linguistique du Québec." Language Problems and Language Planning 10, no. 1 (January 1, 1986): 14–29. http://dx.doi.org/10.1075/lplp.10.1.02bou.

Full text
Abstract:
SUMMARY Neologisms and Language Planning in Quebec This article discusses government intervention in language matters, particularly in the area of terminology. How, it questions, does the government of Quebec approach the planning of French terminology in legislative texts and political announcements relative to such aspects of language it wishes to influence as the introduction of neologisms, borrowing, and the use of regionalisms? The author suggests a two-sided approach to language management is at work, one that conceives of terminology from an institutional point of view and advocates situation-specific language intervention solutions. For the Office of the French Language, one concrete means of terminology management has been to develop internal neologistic planning and then, since 1975, to extend these efforts within an international neologistic network, in conjunction with other francophone communities, particularly European ones. These perspectives guide reflections on the role of neologisms in the process of language planning in Quebec. RESUMO Neologismoj kaj lingvo-planado en Kebekio La artikolo traktas registaran intervenon en lingvajn demandojn, precipe rilate al terminologio. Kiel, ĝi demandas, la registaro de Kebekio aliras la planadon de franc-lingva terminologio en legfaraj tekstoj kaj politikaj anoncoj, en rilato al tiu aŭ alia aspekto de la lingvo, ce kiu gi deziras interveni, kiel ekzemple neologismoj, pruntado, regionismoj? La aŭtoro sugestas, ke dufaceta aliro al lingvoprizorgo okazas—aliro, kiu konceptas la terminologion de institucia vidpunkto kaj samtempe pledas por in-tervenaj solvoj adaptitaj al specifaj celoj. Ce la Oficejo de la Franca Lingvo, unu konkreta metodo de terminologia prizorgo estas evoluigo de interna neologisma planado kaj, depost 1975, plivastigo de tiuj klopodoj ene de internacia neologisma reto, kun-labore kun aliaj franclingvaj komunumoj, precipe eŭropaj. Tiuj perspektivoj kondukas al komentoj pri la rolo de neologio en la procedo de lingva prizorgo en Kebekio.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Gortych-Michalak, Karolina. "Grecka terminologia łowiecka w świetle tekstów prawnych." Investigationes Linguisticae, no. 28 (January 1, 2013): 5–15. http://dx.doi.org/10.14746/il.2013.28.2.

Full text
Abstract:
W niniejszym artykule zaprezentowano terminologię łowiecką, jaka jest obecna tak we współczesnym, standardowym języku nowogreckim, jak i w greckich oraz cypryjskich aktach normatywnych regulujących praktykowanie łowiectwa w tych państwach. Język łowiecki istniejący w języku standardowym oraz język prawny są językami specjalistycznymi, służącymi realizacji specyficznych zadań (LSP) i obydwa zawierają terminologie właściwą łowiectwu. Terminologia, właśnie, jest kryterium, które odróżnia język specjalistyczny w sposób najbardziej znaczący od języka ogólnego. Mimo tego elementu wspólnego zarówno język łowiecki, jak i język prawmy regulujący kwestie łowieckie nie są sobie równe i nie mogą funkcjonować w do realizacji tych samych celów7, stąd niemożność ich połączenia w jeden zbiór, ponieważ ten sam termin może mieć inne znaczenie w każdym z tych języków. Celem artykułu jest zbadanie i zaprezentowanie różnic w zakresie terminologii w języku łowieckim o raz w języku prawnym łowieckim (regulującym łowiectwo) w oparciu o materiały specjalistyczne na temat łowiectwa oraz teksty 7 aktów normatywnych regulujących łowiectwo w Grecji i na Cyprze.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Zuhurul Fuqohak, Muhkamad Agus. "Rekonseptualisasi Terminologi Khalwat –Kwajikan di Dunia Tasawuf Menurut Islam Transformatif." Esoterik 3, no. 2 (December 28, 2017): 333. http://dx.doi.org/10.21043/esoterik.v3i2.4473.

Full text
Abstract:
<p class="06IsiAbstrak"><span lang="EN-GB">This study examines the concept of khalwat modern era. Which is actually khalwat can be meaningful solitude. In Islamic terms alone, there is khalwat which means the shining of men and women who have no mahrom relationship. Then, there is also khalwat which means giving away the soul from the crowd of people. This is the Sufic meaning that will be developed in this study. This qualitative and literary research attempts to decipher the meaning of khalwat in the sufistic world. Then it is applied in the model of service of the Naqshabandi Order. Namely the model of remembrance with certain wirid and with conditions or special murshid (spiritual teacher). The conclusion of this study is that the meaning of khalwat in the right modern era is to offer soul without the body. That is, feeling alone in the crowd so that the perpetrator does not have to leave the activity, but gives spiritual value in his activities.</span></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Kalidjernih, Freddy K., and WInarno Winarno. "Dari terminologi ke subtansi pendidikan kewarganegaraan: Implikasi terhadap revitalisasi Pancasila." Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan 16, no. 1 (March 31, 2019): 38–50. http://dx.doi.org/10.21831/jc.v16i1.25311.

Full text
Abstract:
Artikel ini mengeksplorasi berbagai istilah (terminologi) yang berkaitan dengan praktik kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan yang digunakan di Indonesia setelah runtuhnya rezim Orde Baru. Ia berpendapat bahwa penggunaan istilah tersebut agak serampangan karena mereka kurang dibahas dan diperebutkan di kalangan akademis. Akibatnya, agak membingungkan ketika pemerintah Indonesia berniat untuk memperkenalkan kembali Pendidikan Pancasila baru-baru ini. Makalah ini menyarankan bahwa penggunaan istilah-istilah tersebut secara konsisten dan sistematis akan memungkinkan kita untuk menempatkan Pancasila secara lebih proporsional dalam “peta” Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia (Pendidikan Kewarganegaraan, PKn).---------------------------------------------------------------------------------------------------------practices of citizenship or civic education used in Indonesia after the demise of the New Order regime. It argues that the use of the terms has been rather haphazard because they have been less discussed and contested in academic circles. As a result, it was rather confusing when the Indonesian government intended to re-introduce Pancasila Education recently. This paper suggests that consistent and systematic use of such terms will enable us to locate Pancasila more proportionately in the “map” of Indonesia’s Citizenship Education (Pendidikan Kewarganegaraan, PKn).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Andersen, Jack. "Forord." Nordisk Tidsskrift for Informationsvidenskab og Kulturformidling 2, no. 3 (March 22, 2017): 3–5. http://dx.doi.org/10.7146/ntik.v2i3.25963.

Full text
Abstract:
Dette nummer af Nordisk Tidsskrift for Informationsvidenskab og Kulturformidling er et temanummer om sagprosa eller faglitteratur som de sproglige fremstillingstyper der på dansk ikke har nogen voldsom præ- cis terminologi - omend afgrænsning og betegnelse ikke når den engelske yderlighed med det udistinkt negerende: non-fiction!
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Ishak, Ajub. "Posisi Hukum Islam dalam Hukum Nasional di Indonesia." Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 4, no. 1 (August 3, 2017): 57. http://dx.doi.org/10.24252/al-qadau.v4i1.5753.

Full text
Abstract:
Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karena merupakan bagian dari agama Islam yang universal sifatnya. Maka otomatis hukum Islam berlaku bagi orang Islam di manapun ia berada, apapun nasionalitasnya. Hukum Islam adalah bagian dari hukum nasional adalah hukum yang berlaku bagi bangsa tertentu di suatu negara nasional tertentu. Dalam kasus Indonesia, hukum nasional juga berarti hukum yang dibangun oleh bangsa Indonesia merdeka dan berlaku bagi penduduk Indonesia. Peluang penerapan hukum Islam di Indonesia memiliki alasan-alasan tertentu dalam mewujudkannya, diantaranya alasan sejarah, penduduk, yuridis, konstitusional, ilmiah. Penerapan hukum Islam di Indonesia melalui jalan perundang-undangan (legisiasi) tidaklah mudah. Karena, usaha ini harus melibatkan pembahasan politik melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang tidak semua anggotanya pendukung sistem hukum Islam. kendala lain yang mempersulit usaha legisiasi hukum Islam di Indonesia, yakni kendala yang bersifat kultural, terjadi dualisme terminologi, bahkan juga kesenjangan antara terminologi hukum umum dan hukum Islam. Hal ini merupakan wilayah akademik dan menjadi tanggung jawab para akademisi atau ilmuwan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Asryanto, Asryanto, Widodo S. Pranowo, Kamija Kamija, and Nawanto Budi. "The Construction of Prototype of A Tactical Oceanographic Map for Navigation of Submarine in Sunda Strait." Jurnal Chart Datum 4, no. 1 (July 27, 2018): 14–27. http://dx.doi.org/10.37875/chartdatum.v4i1.125.

Full text
Abstract:
Selat Sunda merupakan salah satu selat yang dilalui oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI I) yang digunakan untuk kepentingan jalur pelayaran niaga, selain itu juga digunakan sebagai jalur pelayaran militer termasuk sebagai jalur lintas kapal selam. Dalam pelaksanaan tugas operasi kapal selam dibutuhkan suatu peta yang secara khusus dibangun untuk menunjang kegiatan operasi yang dibuat dari data-data oseanografi fisik seperti temperatur, salinitas, dan sound speed yang selanjutnya diolah untuk menentukan batas lapisan termoklin dalam empat musim serta rata-rata tahunan. Selain itu, juga digunakan data dimensi kapal selam dan data draft kapal terdalam untuk menentukan pembagian kontur terminologi kapal selam. Objek-objek pada purwarupa peta diklasifikasikan kedalam AML (Additional Military Layer). Dihasilkan 2 (dua) skema purwarupa peta dimana pada skema pertama berupa penambahan kontur terminologi kapal selam sedangkan skema yang kedua berupa hasil skema pertama yang ditambahkan klasifikasi objek IWC (Integrated Water Column). Seluruh data ditampilkan sebagai informasi pada purwarupa peta yang dibuat dengan menggunakan software GIS.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography