Academic literature on the topic 'Supangkat'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Supangkat.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Supangkat"

1

SAPUTRA, Dany Eka, Sarwono SUTIKNO, and Suhono Harso SUPANGKAT. "Peer-to-peer Electronic Cash Using Identity Based Signcryption Dany Eka SAPUTRA, Sarwono SUTIKNO, and Suhono Harso SUPANGKAT." International Journal on Electrical Engineering and Informatics 10, no. 2 (June 30, 2018): 384–94. http://dx.doi.org/10.15676/ijeei.2018.10.2.13.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Ningsih, Norma, Teguh Sutanto, and Harianto Harianto. "Pelatihan Internet of Things Untuk Guru SMA Tanwir Surabaya Dengan Menerapkan Aturan Social Distancing Pada SMA Tanwir." Jurnal Karya Abdi Masyarakat 4, no. 3 (January 5, 2021): 687–95. http://dx.doi.org/10.22437/jkam.v4i3.11659.

Full text
Abstract:
SMA Tanwir berdiri sejak tahun 2003 dan berlokasi di JL. SEKOLAHAN NO.41, Asemrowo, Kec. Asemrowo, Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Sekolah SMA tanwir merupakan salah satu sekolah swasta yang ada di kota Surabaya. Saat ini memiliki siswa laki-laki sebanyak 41 orang dan siswi perempuan sebanyak 40 orang dengan didampingi 7 orang guru sebagai pengampu mata kuliah. SMA Tanwir telah menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran. Terdapat kelas vokasi yang diadakan setiap hari jumat yang mengandung muatan pemrograman computer. Untuk kelas vokasi program computer saat ini hanya terbatas pada desain yang menggunakan corel dan photoshop. Di masa yang akan datang potensi market place dari Internet of Things sendiri akan semakin besar. dimana pemerintah telah mencanangkan program Making Indonesia 4.0 yang salah satu kompenennya ialah IoT. Pemerintah Indonesia menargetkan sebanyak 400.000 sensor yang terpasang di Indoesia untuk 440 kota yang harus rampung di 2022 (Supangkat, 2019). Dengan melihat latar belakang dan peluang yang telah disampaikan diatas maka pengusul menawarkan pelatihan pemrograman dan Internet of Things bagi para guru di SMA Tanwir agar guru siap untuk mengantarkan dan mendampingi para siswa menuju era revolusi 4.0. Program ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru terkait dengan pemrograman dan penerapan Internet of Things dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mentransformasikan pengetahuan yang dimilki kepada para siswa. hasil dari pengabdian masyarakat ini adalah modul elektronika dengan pemanfaatan LED dan sensor. serta Evaluasi Pelatihan Pemrograman dan IoT menggunakan kuisioner untuk para guru. dengan adanya pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan para guru terutama dalam bidang teknologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Salim, Muhammad Nur. "KREATIVITAS RAHAYU SUPANGGAH PADA FILM OPERA JAWA KARYA GARIN NUGROHO." Acintya Jurnal Penelitian Seni Budaya 12, no. 2 (December 7, 2020): 158–69. http://dx.doi.org/10.33153/acy.v12i2.3580.

Full text
Abstract:
ABSTRACT One of the developments in film in Indonesia is the musical genre film. This genre film experienced a post-reform high point when Sherina's Adventure Film came. This point then became the beginning of the development of musical genre films that were born in the 2000s period. One of the interesting musical films is the Javanese Opera Film by Garin Nugroho. Opera Jawa is interesting because first, Opera Jawa has received various awards and nominations at both national and international levels. Second, because this film bases its musical work on Javanese gamelan or gamelan media. This second reason is the focus of this research. The research "Rahayu Suanggah's Creativity in Garin Nugroho's Javanese Opera Film" is an attempt to reveal one of the film music creation methodologies based on her creative process with Javanese karawitan media (gamelan music). The musical concepts of the musical that were carried by Rahayu Supanggah as the music director was revealed through Rahayu Supanggah's conceptual approach in Bothekan Karawitan Garap's book (2007). The results of this study; Rahayu Supanggah uses Javanese musical nuances in composing Javanese Opera music by involving songs that are composed in various variations such as; 1) single tembang, 2) pathetan, 3) nothing, 4) palaran, and 5) arrangement of traditional pieces while the illustration music consists of 1) New Composition, 2) Illustration of Traditional Music, 3) Exploration Music. Keywords: Creativity, Music, Javanese Opera, Rahayu Supanggah ABSTRAK Perkembangan film di Indonesia salah satunya pernah diwarnai oleh film genre musikal. Film genre ini mengalami titik puncak pasca reformasi ketika Film Petualangan Sherina hadir. Titik tersebut kemudian menjadi awal perkembangan film genre musikal yang lahir pada periode tahun 2000-an. Salah satu film musikal yang menarik adalah Film Opera Jawa karya Garin Nugroho. Opera Jawa menarik karena pertama, Opera Jawa mendapatkan berbagai penghargaan dan nominasi tingkat nasional maupun internasional. Kedua, karena film ini mendasarkan garapan musikalnya dengan media gamelan Jawa atau karawitan. Alasan kedua inilah yang menjadi fokus pada penelitian ini.Penelitian “Kreativitas Rahayu Suanggah dalam Film Opera Jawa Karya Garin Nugroho” merupakan upaya mengungkap salah satu metodologi penciptaan musik film yang mendasarkan proses kreatifnya dengan media karawitan Jawa (musik gamelan). Konsep-konsep musikal karawitan yang diusung Rahayu Supanggah sebagai music director diungkap melalui pendekatan konsep garap-nya Rahayu Supanggah dalam buku Bothekan Karawitan Garap (2007). Hasil penelitian ini; Rahayu Supanggah menggunakan nuansa karawitan Jawa dalam menggarap musik Opera Jawa dengan melibatkan tembang yang digarap dalam berbagai variasi seperti; 1) tembang tunggal, 2) pathetan, 3) ada-ada, 4) palaran dan 5) aransemen gendhing tradisi sedangkan musik ilustrasi terdiri dari 1) Komposisi Baru, 2) Ilustrasi Gending Tradisi, 3) Musik Eksplorasi.Kata Kunci: Kreativitas, Musik, Opera Jawa, Rahayu Supanggah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Mariana, Mariana, Ismed Setya Budi, Yusriadi Marsuni, Muhammad Indar Pramudi, Salamiah Salamiah, and Ismed Fachruzi. "Pelatihan Pembuatan Trichokompos untuk Mengendalikan Penyakit Tanaman di Desa Banua Supanggal." Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) 1, no. 1 (July 9, 2021): 160. http://dx.doi.org/10.20527/ilung.v1i1.3618.

Full text
Abstract:
Upaya pengendalian penyakit tanaman sampai saat ini oleh petani di desa Banua Supanggal Kecamatan Pandawa masih bertumpu pada penggunaan pestisida sintetik. Akibatnya jumlah konsumsi penggunaan pestisida terus meningkat. Alternatif pengendalian yang aman dan ramah lingkungan adalah penggunaan agensia hayati spesifik lokasi. Sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa penggunaan Trichokompos efektif untuk pengendalian penyakit tanaman pertanian, dan perlu disosialisasikan ke petani di desa. Pengendalian hayati menggunakan Trichokompos hasil dari campuran jamur antagonis Trichoderma sp spesifik lokasi dengan kotoran ternak sebagai media formulasi perbanyakan masih belum dikenal petani di desa Banua Supanggal. Kegiatan ini diawali pertemuan diskusi dengan ketua kelompok tani untuk melihat permasalahan di pertanaman petani dan dilanjutkan pengamatan penyakit utama yang ada. Tahap kedua penyuluhan kepada anggota kelompok tani dan dilanjutkan dengan praktek pembuatan Trichokompos. Hasil kegiatan ini menunjukkan petani sangat antusias mengikuti semua kegiatan mulai pembuatan sampai aplikasi di lahan. Pada kegiatan pendampingan lanjutan sudah menunjukkan petani mempraktekkan cara pembuatan di kelompok masing-masing. Hasil monitoring dan evaluasi sudah membuktikan bahwa Trichokompos sudah berhasil diproduksi oleh petani secara mandiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Finarno, Hannova Aji, and S. Santosa. "GARAP MUSIKAL GENDING DALAM FILM SETAN JAWA." Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi 19, no. 1 (September 12, 2019): 15–24. http://dx.doi.org/10.33153/keteg.v19i1.2648.

Full text
Abstract:
Film Setan Jawa merupakan sebuah film bisu hitam putih yang dalam pemutaran filmnya diiringi oleh gamelan secara langung, Pertunjukan Film Setan Jawa mengangkat kisah mitologi Jawa yang diangkat dari kisah kisah nyata dari berbagai daerah. musik gamelan yang mengiringi film Setan Jawa komposer Rahayu Supanggah, dengan garap musik gamelanya yang menjiwai tiap adegan pada film Setan Jawa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan musikologi.Penelitian ini tentang garap musikal gending, maka konsep yang dipakai adalah konsep-konsep musikologi karawitan Jawa. Konsep ini selain mengkaji tentang garap gending juga membahas konsep pathet, irama, bentuk dan struktur gending. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa pada pementasan film Setan Jawa, gending-gending yang digunakan dalam mengiringi setiap adegan memiliki sajian garap yang berbeda dari penyajian adegan satu dengan yang lainnya. Setiap penyajian yang berbeda-beda tersebut mengalami perbedaan serta perubahan dalam sajian tafsir garapnya. Pemilihan gending dalam garap musikal film Setan Jawa, Supanggahmenggunakan gending-gending lama. Hal ini selain digunakan untuk menghidupkan suasana film, pemilihan gending juga disesuaikan dengan konteks dalam adegan cerita.Kata kunci: Setan Jawa, Karawitan, Garap.AbstractThe “Setan Jawa” movie is a silent black and white move that in its screenings is accompanied by a direct gamelan orchestra. “Setan Jawa” movie raised a Javanese mythological story based on true stories from various regions. The gamelan music that accompanies the movie composed by Rahayu Supanggah, with the gamelan music that animates each scene in the movie. The approach that is used is the musicology approach. This research is about working on the movie’s musical tunes (gending), the concepts used are Javanese musical concepts. Apart from studying the concept of gending, this concept also discusses the concept of pathet, rhythm, the shape and structure of gending. The results of this research found that in the staging of “Setan Jawa” movie, the music used to accompany each of the scene has a different presentation from the presentation of one scene to another. Each of these different presentations experiences differences as well as changes in the interpretation of the gending. Supanggah selected old gending for the musical work of the “Setan Jawa” movie. Apart from it, the selection of gending used to liven up the atmosphere of the film as well as adjusting it to the context in the story scene.Keywords: Setan Jawa, Karawitan, Garap.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Setyani, Niken, and Rusdiyantoro Rusdiyantoro. "KEHADIRAN GENDING MUGI RAHAYU DALAM KONTEKS SOSIAL." Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi 20, no. 1 (April 16, 2021): 29–41. http://dx.doi.org/10.33153/keteg.v20i1.3557.

Full text
Abstract:
Permasalahan yang ingin diurai dalam penelitian ini adalah terkait perkembangan fungsi Mugi Rahayu di masyarakat. Hal tersebut atas dasar popularitas gending, kehadiran, dan perkembangan garapnya yang beragam dalam memenuhi beberapa fungsi dan keperluan di dalam masyarakat Jawa Tengah khususnya daerah Surakarta dan sekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu memberikan penjelasan tentang keragaman gending Mugi Rahayu dalam berbagai fungsi dengan menggunakan pendekatan pemikiran Supanggah mengenai teori garap. Hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ragam garap yang terjadi pada gending Mugi Rahayu terlahir karena memenuhi fungsi yang ada dalam masyarakat Jawa dan menjadikan gending Mugi Rahayu tetap eksis dan sering dipilih sebagai pendukung sajian sosial maupun layanan seni.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Amrullah, Fauriza Atim. "Kreativitas Musik Sudilam sebagai Pedagang Arbanat di Kabupaten Jember." Sorai: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik 12, no. 2 (February 12, 2020): 82–92. http://dx.doi.org/10.33153/sorai.v12i2.2831.

Full text
Abstract:
This qualitative research reveals the musical creativity of Sudilam, an arbanat or arumanis seller in Jember Regency, East Java, who peddles merchandise by means of rebab (stringed fiddle instruments). Sudilam creativity is the subject of a problem to be explored more deeply. The concept of creativity in working from Rahayu Supanggah is the basis for analyzing. It is stated that the musical characteristics created in a musician are manifested in the individual process and environment, which is supported by various creative endeavors through the use of facilities and media they have. The study concludes that Sudilam long journey as an arbanat seller by means of a rebab has given birth to musical creativity oriented toward the goal of interaction with buyers. This creativity did not come suddenly, but through several stages and important events that Sudilam had experienced in his life.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Mustika, Ema Mega, and Djoko Purwanto. "GARAP GEMBYANG DAN KEMPYUNG DALAM GENDÈRAN GENDHING GAYA SURAKARTA." Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi 20, no. 2 (May 31, 2021): 106–19. http://dx.doi.org/10.33153/keteg.v20i2.3545.

Full text
Abstract:
Penelitian ini mengungkap tentang garap gembyang kempyung dalam gendèran gendhing gaya Surakarta. Permasalahan yang dibahas terkait dengan pengertian gembyang kempyung, ricikan yang memiliki gembyang kempyung, hal-hal yang menjadi pertimbangan garap gembyang kempyung dalam gendèran, dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan tafsir oleh penggendèr akademis maupun alam. Data diperoleh melalui pengamatan pertunjukan, wawancara, dan studi pustaka. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang menekankan pada deskriptif analitik. Permasalahan garap gembyang kempyung dalam gendèran gending gaya Surakarta dikupas dengan menggunakan pendekatan pemikiran Supanggah mengenai unsur garap dan hal-hal yang berpengaruh dalam pembentukanan seorang pengrawit, dan teori lingkaran kempyung oleh Martopangrawit mengenai pathet. Hasil dari studi ini menunjukkan, bahwa dalam garap gembyang dan kempyung diperlukan beberapa pertimbangan antara lain; alur balungan gending, cengkok mati, pathet, dan arah nada. Pada praktiknya terdapat perbedaan hasil tafsir gembyang kempyung oleh para penggendèr alam maupun akademik. Terjadinya perbedaan tafsir tersebut dikarenakan beberapa hal yakni, modal penggendèr, pertimbangan garap, kontinuitas garap, kemantapan rasa masing-masing penggendèr, dan adanya kebebasan tafsir dalam karawitan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Agustina Kusuma Dewi, Yasraf Amir Piliang, Irfansyah, and Acep Iwan Saidi. "Agustina Kusuma Dewi TRANSPOSISI KREATIF ‘GERAK’ DALAM FILM SEBAGAI IDENTITAS KULTURAL PADA ERA MULTILITERASI DIGITAL Studi Kasus Film ‘Setan Jawa’ Karya Garin Nugroho." PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT 2 (January 24, 2020): 93–98. http://dx.doi.org/10.33153/semhas.v2i0.106.

Full text
Abstract:
Technology change the way of thinking, how people access information also influence process to spread andshare information in various media, including film, an art that plays images and screen technology. In the film,‘movement’ is a changing position of an object. Accelerating technology constructed’movement’ becomes animportant keyword that needs to be presented in every communication channel. ‘Setan Jawa’ Film by GarinNugroho with Gamelan Orchestra composed by Rahayu Supanggah, was released in Indonesia in 2016 inJakarta and still scheduled to tour the world until 2020. Combines a variety of collaborative art, design andtechnology—‘Setan Jawa’ creating a multiliterated communication channel that has possibilities to become amedium society cultural education. In this film, ‘movement’ becomes a sign constructed by creative transpositionof narratives in various arts, including puppets. Using a case study approach and documentation analysis,referring to the results of Roger Long’s research (1979), this research aims to identify creative forms ofpuppet’s ‘movement’ transposition in the film ‘Setan Jawa’ as cultural identity, a finding that in the Industrial Era4.0; through multiliteration digital, process of cultural discourseto society could be done through a varietyvehicle of signs.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Setiawan, Sigit. "KARAWITAN : ANALISIS PATHET DAN JALAN SAJIAN GARAP GENDING PAKELIRAN." Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi 21, no. 1 (September 21, 2021): 23–50. http://dx.doi.org/10.33153/keteg.v21i1.3740.

Full text
Abstract:
Hal yang ingin diungkap pada penelitian ini adalah, bentuk gending, jalan sajian, dan studi pathet dalam gending Krawitan. Krawitan merupakan gending yang lebih dikenal oleh masyarakat karawitan sebagai gending pakeliran. Maka, naskah ini fokus pada jalan sajian guna keperluan pakeliran. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah, teori garap Rahayu Supanggah, pendekatan kontekstual dan tekstual dalam antropologi pandangan Ahimsa Putra, yang mana pada kajian tekstual mendapat perhatian yang lebih besar. Kajian tekstual yang dihadirkan adalah kajian bentuk gending, jalan sajian, dan studi pathet. Jalan sajian dianalisis dengan menggunakan tiga contoh kasus yakni, versi Media Ajar, versi RRI dan versi Nartosabda. Sedangkan studi pathet menggunakan pendekatann pathet melalui biang pathet karya Sri Hastanto. Dari hasil analisis yang dilakukan, investigasi bentuk gending berhasil memetakan posisi ketawang gending kethuk 4 kerep yang merupakan pemekaran dari ketawang gending kethuk 2 kerep dan diawali dari bentuk ketawang. Jalan sajian, termasuk di dalam dinamika irama pada garap pakeliran ada dua versi yakni versi dari ayak-ayak dan versi buka rebab. Hal tersebut berdampak pada perjalanan Gending Krawitan. Terakhir, investigasi terkait pathet, membuktikan bahwa meski Gending Krawitan ini merupakan gending dengan pathet induk nem, tetapi pada faktanya gending ini terdiri dari frasa-frasa melodi yang tidak hanya pathet nem.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Dissertations / Theses on the topic "Supangkat"

1

Ingham, Susan Helen School of Art History &amp Theory UNSW. "Powerlines: alternative art and infrastructure in Indonesia in the 1990s." Awarded by:University of New South Wales. School of Art History and Theory, 2007. http://handle.unsw.edu.au/1959.4/31257.

Full text
Abstract:
This thesis investigates why an alternative visual art and arts infrastructure developed in Indonesia during the 1990s. Initially alternative exhibition spaces developed in response to a lack of outlets through the existing commercial galleries and in reaction to the cultural hegemony of Suharto???s regime, which failed to provide infrastructure for modern art. ???Alternative??? will be extended here to describe an art and an arts infrastructure that became an influential system of power, the gatekeeper for the Indonesian arts community to the international art forum. The background of Alternative art is considered, its sources being in the protest of the New Art Movement, Gerakan Seni Rupa Baru, in the 1970s and an on-going art student rebellion against the modern and decorative art taught in the art academies. Contemporary artists sought content that reflected the many issues confronting Indonesian society, and rejected that art focusing on formal properties particularly in painting, which, by avoiding contention, served the purposes of Suharto???s regime. Particular examples are explored to define the lines of power that evolved: firstly the alternative gallery, Cemeti, and secondly the curator, Jim Supangkat and his theoretical justification for Indonesian contemporary art for the international forum. Finally the career structure of Heri Dono is examined to identify the mechanisms for artistic success through international contacts. This investigation concludes that power and influence became dependent on recognition in the international forum. Western and later Asian institutions, in selecting work for the high profile survey exhibitions proliferating in the 1990s, worked almost exclusively with this network. Their preference was for installation art that reflected the socio-political context in which it was made, and the few artists who were selected developed careers very different from their colleagues in Indonesia, some becoming nomadic art stars. This relationship between the Indonesian and the international art network has gained recognition for Indonesian contemporary art and an outlet for suppressed issues and marginalised people, but did not provide a fully balanced representation of Indonesian culture and reiterated the systems and paradigms of the West in relation to Asian art.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Books on the topic "Supangkat"

1

Supangkat, Jim. Pop imagery / [writer, Jim Supangkat]. Semarang, Indonesia: Semarang Gallery, 2010.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography