Academic literature on the topic 'Serat Kalatidha'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Serat Kalatidha.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Serat Kalatidha"

1

Mardwiatmoko, Mardwiatmoko. "RELEVANSI SERAT KALATIDHA DENGAN KONSEP AJARAN HINDU." Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu 14, no. 1 (July 20, 2023): 73–88. http://dx.doi.org/10.36417/widyagenitri.v14i1.554.

Full text
Abstract:
Karya sastra tradisional Jawa serat Kalatidha, diyakini terdapat unsur sinkretisme antara Islam dan Hindu. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah relevansi antara serat kalatida dengan konsep ajaran Hindu? Penelitian ini bertujuan untuk megetahui relevansi serat kalatidha bait ke 2, 7, dan 9 dengan konsep ajaran Hindu. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan metode hermeneutika yang dilakukan dengan mengumpulkan data dengan bantuan berbagai material yang ada di perpustakaan seperti buku referensi, hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, artikel, catatan, serta berbagai jurnal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bait ke 2 serat kalatidha berhubungan dengan filosofi kepemimpinan Hindu asta brata dan nawa natya. Bait ke 7 serat kalatidha berhubungan dengan konsep catur yuga. Dalam Hindu, zaman edan identik dengan zaman kali. Terkait dengan Eling Waspada dalam Hindu memuat tentang sapta timira yang dalam hal ini identik dengan lupa diri. Untuk meningkatkan kewaspadaan, perlu melakukan Panca Yama Bharata dan Panca Nyama Bharata. Bait ke 9 serat kalatidha berhungan dengan nama Tuhan dalam konsep Hindu, yaitu Hyang Widhi. Terkait pula dengan konsep ikhtiar dalam pandangan Hindu yang dimuat dalam sloka Yogasūtra II.37.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Pambayun, Wahyu Thoyyib. "“Kalatidha” : Sebuah Komposisi Musik Program." Gelar : Jurnal Seni Budaya 17, no. 1 (August 6, 2019): 64–86. http://dx.doi.org/10.33153/glr.v17i1.2602.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Karya “Kalatidha” adalah pertunjukan komposisi musik yang mengangkat isi Serat Kalatidha sebagai ide gagasannya. Terciptanya karya “Kalatidha” dilatarbelakangi oleh kegundahan hati melihat keadaan sekitar yang mengalami kemerosotan di berbagai bidang. Karya sastra Serat Kalatidha dianggap mampu untuk mewadahi kegundahan hati karena substansinya masih aktual dan apresiatif hingga sekarang. Tujuan penyusunan karya “Kalatidha” adalah dapat menyampaikan dan menggambarkan secara musikal isi substansi Serat Kalatidha. Hasil dari pengamatan mendalam terhadap Serat Kalatidha, dapat ditangkap bahwa inti dari isi Serat Kalatidha ada lima butir. Adapun kelima butir tersebut sebagai berikut: (1) Keadaan negara yang penuh keraguan karena tidak adanya tauladan dari pemimpin. (2) Boleh merasa sedih ketika mendapatkan cobaan, namun harus segera bangkit dan menyadari bahwa semua cobaan yang dialami sudah ditakdirkan. (3) Kepandaian dan kedudukan yang didapatkan akan mengakibatkan datangnya petaka jika seseorang tidak mempunyai moral yang baik. (4) Mawas diri, berserah dan berdoa kepada Sang Pencipta, karena Dialah yang menentukan segalanya. (5) Harus tetap semangat untuk berpegang teguh pada kebenaran walaupun dikelilingi perbuatan yang angkara dengan tetap menganggap bahwa seuntung-untungnya orang yang lalai, masih beruntung yang selalu ingat dan waspada. Butir-butir tersebut digunakan sebagai titik pijak tema cerita atau penggambaran situasional untuk menyusun materi musikal dan garap masing-masing komposisi musik dalam karya “Kalatidha”. Adapun komposisi musik tersebut sebagai berikut: Aruhara”, “Kantaka”, “Awignya Angkara”, “Pamuja Pujastawa” dan “Pramana Prayitna”. Penyusunan karya “Kalatidha” menggunakan tiga tahapan, yaitu: penyusunan gagasan isi, penyusunan ide garapan dan penuangan ide garapan. Tahapan dalam penuangan ide meliputi eksplorasi teknik, eksplorasi pola permainan instrumen, pencarian melodi melalui eksplorasi, penyusunan bagian komposisi, penyambungan antara bagian komposisi, pengolahan volume, tempo sajian dan evaluasi. Hasil dari penyusunan karya dan tesis karya seni “Kalatidha” diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif rujukan untuk menyusun karya musik baru bagi mahasiswa penciptaan musik, khususnya mahasiswa karawitan. Kata Kunci: “Kalatidha”, Serat Kalatidha, Komposisi Musik, Penciptaan Musik, Eksplorasi. ABSTRACT The work “Kalatidha” is a musical composition performance that elevates the contents of Serat Kalatidha as an idea. The creation of the work “Kalatidha” was motivated by the anxiety of seeing a deteriorating situation in various fields. The literary work of Serat Kalatidha is considered capable to accommodate the anxiety for the substance is still actual and appreciative until now. The purpose of the work “Kalatidha” is to convey and to describe musically the substance of Serat Kalatidha. The in-depth observations of Serat Kalatidha shows that Serat Kalatida contains five points as follows: it can be captured that the core of the Kalatidha Fiber contents is five points. The five points are as follows: (1) A state is full of doubts because there is no guidance from the leader. (2) One may feel sad when getting a trial but he must immediately get up and realize that all that happened are destined. (3) Intelligence and position obtained will result in disaster if someone does not have good morals. (4) To be introspective, surrender and pray to the God because He is the one who determines everything. (5) Keeping the spirit to hold the truth even surrounded by insolent actions and keeping assuming that someone must always remember and alert in order to get safe in his life. These items are used to be a starting point for the themes or situational portrayals to arrange the musical material and the works on each musical composition in “Kalatidha”. The composition of the music is as follows: Aruhara “,” Kantaka “,” Awignya Angkara “,” Pamuja Pujastawa “and” Pramana Prayitna “. The preparation of the work “Kalatidha” uses three stages, namely: the preparation of content ideas, compilation of ideas and conveying the ideas. The stages in conveying ideas include technical exploration, exploration of instrument playing patterns, searching the melodies through exploration, compilation of composition parts, splicing the parts of composition, processing volume, tempo of presentation and evaluation. The results of the works and the thesis of “Kalatidha” are expected to be one of the alternative references for composing new musical works for students of music creation, especially musical students. Keywords: “Kalatidha”, Serat Kalatidha, Music Composition, Music Creation, Exploration.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Rahayu, Yuminati, and Zuminati Rahayu. "Javanese Asceticism in Serat Kalatidha." International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding 5, no. 1 (February 1, 2018): 9. http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v5i1.101.

Full text
Abstract:
This article focuses on discussing Javanese asceticism in Serat Kalatidha. The purpose of this study is to identify the concept of Javanese culture in Serat Kalatidha. The data were extracted through the text analysis techniques of Serat Kalatidha. Text analysis is conducted with a structural analysis approach that focuses on the concept of Javanese asceticism. The results of the study show that Serat Kalatidha by Ranggawarsita contains the values of Javanese philosophy which is the basic foundation in Ranggawarsita's thinking. Serat Kalatidha teaches philosophy on how to deal with developing conditions. There are some wise attitudes shown in Serat Kalatidha described by the poets which are considered as a very useful advices when dealing with a particular situation or challenge of life.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Anung, Winoto. "Menelaah Serat kalatidha." Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia 4, no. 2 (February 26, 2015): 215. http://dx.doi.org/10.17510/wjhi.v4i2.338.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Permana, Chinda Pandu, and Endang Nurhayati. "RAGAM BAHASA SERAT KALATIDHA SERTA RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SISWA SMP NEGERI 7 YOGYAKARTA." LingTera 1, no. 1 (May 1, 2014): 39. http://dx.doi.org/10.21831/lt.v1i1.2468.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis ragam bahasa dan nilai sosial budaya dalam serat Kalatidha, serta kerelevansian diksi serat Kalatidha terhadap pembelajaran. Jenis peneliti-an adalah campuran. Subyek penelitian adalah serat Kalatidha, objek penelitian adalah jenis ragam dan nilai sosial budaya dalam serat Kalatidha. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP N 7 Yogya-karta, sampel penelitian yaitu siswa kelas IX SMP N 7 Yogyakarta. Metode pengumpulan data yaitu simak, catat, dan tes. Instrument penelitian yaitu peneliti sendiri, kolom data, dan tes. Keabsahan data dilakukan dengan pemeriksaan. Analisis data dilakukan dengan klasifikasi dan menggunakan software AnatesV4. Hasil penelitian yaitu, (1) jenis ragam dalam serat Kalatidha antara lain ragam tidak resmi, sastra, jengkel, sedih, senang, bingung, mantap, bimbang, malu, kreatif, beku, dan filosofis, (2) nilai sosial budaya yang ada antara lain bahasa, strata sosial, sistem pemerintahan, sistem religi, dan sistem pengetahuan, (3), diksi serat Kalatidha tidak relevan dalam pembelajaran bahasa Jawa SMP. Kata kunci: ragam bahasa, serat Kalatidha
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Chiaralazzo, Monica Innanda, and Paskalis Edwin Nyoman Paska. "Bijak Menghadapi Zaman Edan Berdasarkan Serat Kalatidha dan Alkitab." In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi 3, no. 4 (April 30, 2023): 115–21. http://dx.doi.org/10.56393/intheos.v3i4.1771.

Full text
Abstract:
Artikel ini membahas konsep zaman edan atau zaman gila dalam budaya Jawa dan relevansinya dengan kondisi Indonesia saat ini. Serat kalatidha karya Ranggawarsita digunakan sebagai referensi utama, yang mengajarkan eling lan waspada sebagai kebijaksanaan lokal dalam menghadapi zaman edan. Penulis membandingkan nilai-nilai dalam serat kalatidha dengan ajaran Kitab Pengkotbah dan ajaran Yesus. Metode analisis teks dan telaah pustaka digunakan untuk menganalisis dan membandingkan nilai-nilai tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa eling lan waspada dalam serat kalatidha memiliki kesamaan dengan takut akan Allah dalam Kitab Pengkotbah, serta cerdik dan tulus dalam ajaran Yesus. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, individu dapat menghadapi situasi yang gila dengan bijaksana, mempertahankan integritas, serta menemukan ketenangan hati di tengah-tengah zaman yang kacau. Artikel ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kearifan lokal budaya Jawa dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam konteks kehidupan saat ini. Melalui pemahaman ini, diharapkan masyarakat dapat memperoleh panduan dalam menghadapi tantangan zaman yang penuh ketidakpastian dan kesulitan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Yudari, A. A. Kade Sri, and Ni Wayan Karmini. "RATU ADIL SATRIA PININGIT DAN ZAMAN EDAN." Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan 21, no. 1 (May 29, 2021): 29–39. http://dx.doi.org/10.32795/ds.v21i1.1662.

Full text
Abstract:
Wacana Ratu Adil Satria Piningit dan Zaman Edan, tidak pernah hilang dari benak dan relung hati masyarakat Indonesia. Tulisan ini hanyalah sebagai ungkapan rasa keprihatinan atas fenomena carut marut yang sedang terjadi di bumi pertiwi ini. Tujuannya, memaknai secara tersurat naskah warisan para leluhur yang penuh dengan perlambang sehingga masyarakat luas dapat memahami mengapa istilah Ratu Adil Satria Piningit dan Zaman Edan selalu diwacanakan ketika bumi pertiwi sedang mengalami berbagai masalah. Tulisan ini juga merupakan reinterpretasi beberapa sumber pustaka salah satunya adalah serat Kalatidha karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Bahwa, serat Kalatidha merupakan kepustakaan sastra Jawa yang berisi kritik social, nilai keagamaan, tradisi kapujanggaan, prediksi masa depan/ futurology dan kemunculan Satria Piningit sang Ratu Adil. Pada akhirnya, ‘Serat’ yang mengisyaratkan zaman edan menjadi pembicaraan klasik populer dikalangan masyarakat luas. Ketika keadilan yang diharapkan belum memenuhi semua komponen, seperti terjadi ketimpangan social yang berkepanjangan maka wacana Ratu Adil terus dielukan. Faktanya, istilah yang melegenda itu pun hanyalah merupakan gambaran kondisi zaman yang dirasakan masyarakat disertai dengan harapan datangnya seorang pemimpin yang adil, bijak dan lebih memihak kepada rakyat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Pardi, Pardi. "Islam Dalam Karya R. Ng. Rangga Warsita." ATAVISME 11, no. 2 (December 31, 2008): 47–64. http://dx.doi.org/10.24257/atavisme.v11i2.334.47-64.

Full text
Abstract:
Ranggawarsita as a cultural observer in his era, has a distinctive feature of his own compared to other Java poets. The name of R. Ngabei Ranggawarsita has been attached so much with the life of Javanese until this time. Zaman edan concept in his work Sera/ Kalatidha has become an icon of Javanese thought over the time. The poet has to be known as a Java poet. Whereas, since young Ranggawarsita lived in Islamic culture situation in complience with the dynamic of Javanese life journey. That way, Ranggawarsita can put the Javanese values correlated with Islamic theory in order. Ranggawarsita has a deep understanding toward Javanese and Islamic culture that are expressed in his works, such as Serat Kalatidha, Serat Supanalaya, and Sera/Wedharaga. The analysis of this paper proves that Ranggawarsita can express harmony thought or the equilibrium between Javanese and Islamic thought.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Purnomo,S.Sos, Agung. "Komunikasi Politik Serat Kala Tida (Analisis Wacana Komunikasi Politik Serat Kala Tida Karya R.Ng. Ranggawarsito)." JURNAL HERITAGE 1, no. 2 (January 1, 2012): 01–21. http://dx.doi.org/10.35891/heritage.v1i2.835.

Full text
Abstract:
Serat/ syair merupakan salah satu media komunikasi pujangga untuk menyampaikan pesannya tentang apa yang dianggapnya penting dan pantas di kenang, baik itu suatu peristiwa, petuah, hiburan atau cerita mitos. Dalam Serat Kalatidha pujangga Ronggowarsito menceritakan tentang keterpurukan kondisi pemerintahan, pemimpin, dan abdi keraton pada massa itu..Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi politik yang disampaikan oleh pujangga Ronggowarsito dalam serat Kala Tida dan juga untuk mengetahui pesan dalam teks Serat Kala Tida serta bagaimana komunikasi pujangga kerajaan dalam menyampaikan pendapatnya kepada kerajaan dan masyarakat luas.Meode yang digunakan dalam melakukan analisis komunikasi politik pesan Serat Kala Tida adalah menggunakan pendekatan analisis wacana Sara Mills. Dimana Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks.Dari pesan komunikasi politik serat Kala Tida, dapat ditarik kesimpulan bawa subjek dalam hal ini adalah Pujangga memberikan gambaran yang dominan pada rusaknya tatanan negara dikarenakan oleh objek Kala Tida, Raja dan abdi kerajaan. Dari ketiga objek, Kala Tida merupakan objek dominan yang menjadi tumpuan segala kerusakan tatanan negara. Sedangkan yang kedua adalah pada abdi kerajaan, disini abdi kerajaan digambarkan sebagai penyebab rusaknya tatanan karena sudah tidak lagi mengindahkan aturan-aturan lama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Mukaffa, Zumrotul. "The Era of Uncertainty and Ethical Arrangement in Javanese Classical Texts: Disseminating Ranggawarsita’s Works as Source of Islamic Ethics in Islamic Higher Education." Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies 56, no. 2 (December 18, 2018): 461–93. http://dx.doi.org/10.14421/ajis.2018.562.461-493.

Full text
Abstract:
This paper investigates the era of uncertainty and ethical arrangement formulated in the Javanese classical text written by Ranggawarsita. Most of his works, especially Serat Kalatidha, Serat Sabdapranawa, and Serat Sabdatama, situated in the era of uncertainty and moved to the era of zaman edan (crazy age), kalabendhu (age of anger), owah or pakewuh (bizar time). Social structure in this era tied to unethical behavior. Elite communities were lacking of self- representation as a good example, meanwhile the communities were ignoring public advisability. To set free from uncertainty condition is possible through implementing four ethical doctrines in the social life, namely: Monotheistic behavior, active submission to God’s predestination, self-contemplation, and eling lan waspada (self-awareness and mindfulness). The dynamic of nationhood today is almost reflecting the age of kalabendhu, and therefore it is necessary to do dissemination and transformation of ethical doctrines in the Islamic Higher Education by using the doctrine as a source of subject of Islamic Ethic. The need of dissemination is because academia in the Islamic Higher Education is an integral part of uncertain social structure.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Books on the topic "Serat Kalatidha"

1

R, Wiwien Widyawati. Serat kalatidha: Tafsir filosofis pujangga Jawa terhadap kondisi sosial. Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography