Journal articles on the topic 'Salaf'

To see the other types of publications on this topic, follow the link: Salaf.

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Salaf.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Shulhan, Shulhan. "TRANSFORMASI MODERNISASI PESANTREN SALAF." Jurnal Perspektif 14, no. 2 (July 19, 2021): 297–311. http://dx.doi.org/10.53746/perspektif.v14i2.54.

Full text
Abstract:
Pesantren salaf yang semula berfungsi sebagai pusat pembelajaran agama secara tradional mengalami transformasi modernisasi baik sistem maupun kurikulum untuk mengakomodasi tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman modern. Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas tentang transformasi modernisasi pesantren salaf dengan setting lokasi di Pulau Madura. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi untuk menggambarkan dinamika fenomena modernisasi yang terjadi di tengah pesantren salaf. Teknik pengambilan data berupa observasi dan interview. Observasi dikakuan dengan cara mengamati secara langsung hal-hal yang terjadi di tengah-tengah obyek penelitian. Wawancara dilakukan kepada pihak terkait (stakeholder) untuk memperoleh informasi tentang bagaimana proses transformasi modernisasi pada pesantren salaf. Kehadiran peneliti menjadi intrumen kunci (key instrument) dalam proses pengumpulan data untuk memastikan originalitas data yang diperoleh. Hasil penelitian ini antara lain; Pertama, pesantren salaf-modern yaitu pesantren yang semula salaf tradisional dikembangkan dengan memasukkan sistem sekolah yang diimplementasikan di lembaga pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama dari jenjang terendah hingga pendidikan tinggi. Kedua, pesantren salaf-inklusif, lembaga pendidikan pesantren tetap mempertahankan tradisi lama dalam mengajarkan kitab-kitab kuning dengan metode tradional klasik dan membolehkan santri untuk mengenyam pendidikan formal di luar pesantren secara proporsional. Ketiga, pesantren kombinasi salaf modern-inklusif, pesantren yang pola sistemnya mengombinasikan salaf-modern dan salaf-inklusif. Keempat, pesantren salaf-renewed learning method, lembaga pendidikan pesantren yang persisten mengajarkan kitab kuning dengan system pembelajaran seperti yang terdapat dalam sekolah formal yang berada di bawah naungan pemerintah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nanang Qosim. "Manajemen Kurikulum Pendidikan Pesantren Salaf." At- Ta'lim : Jurnal Pendidikan 5, no. 2 (November 15, 2019): 167–83. http://dx.doi.org/10.36835/attalim.v5i2.72.

Full text
Abstract:
Management of the Salaf boarding school curriculum (Study of PP. Bitus Sholihin Genggong Probolinggo). The study was motivated by the many educational curricula today based on (global) market needs. While the Islamic Boarding School Salaf PP. Baitus Sholihin Genggong still maintains Islamic-based education while maintaining its salaf model. Even so, students graduated from the Islamic Boarding School Salaf PP. Baitus Sholihin Genggong were able to face the challenges of the times in the era of modernization. Keyword : Management, Salaf boarding school, and curriculum
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Nurdin, Ali, and Maulidatus Syahrotin Naqqiyah. "Model Moderasi Beragama Berbasis Pesantren Salaf." ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 14, no. 1 (September 1, 2019): 82–102. http://dx.doi.org/10.15642/islamica.2019.14.1.82-102.

Full text
Abstract:
Nahdlatul Ulama adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki dan mengedepankan prinsip tawasut} (moderat). Pondok Pesantren Salaf Al-Anwar merupakan salah satu pondok pesantren berbasis paham Nahdlatul Ulama’ dan menganut ajaran Ahl as-sunnah wa al-Jama>ah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan model moderasi beragama yang dikembangkan dan diimplementasikan Pondok Pesantren Salaf Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif-kualitatif dengan data penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan hasil pengamatan. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa model moderasi beragama yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Anwar adalah model penerapan sistem pendidikan dengan berbasis kurikulum salafi dengan materi pesan berbasis pada kitab-kitab tura>th. Model ini merupakan salah satu media yang efektif dalam menanamkan sikap moderat bagi para santri dan masyarakat. Kiai sebagai pewaris perjuangan para ulama’ memiliki kredibilitas yang kuat dalam menanamkan sikap moderat bagi para santri dan masyarakat. Implementasi moderasi beragama di pesantren dapat dilakukan melalui sikap dan perilaku santri yang selalu berpedoman pada dua prinsip pemikiran yang telah ditanamkan dan dikembangkan di pesantren, yaitu; pertama, santri harus memiliki keilmuan khusus sebagai bekal untuk dirinya sendiri dan ilmu umum untuk menghadapi masyarakatnya. Kedua, santri dalam menyelesaikan problema masyarakat dan bangsa harus selalu merujuk kepada empat pilar bangsa, yang disingkat PBNU, yaitu; Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Undang-Undang Dasar 1945
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Mz, Syamsul Rizal. "AKHLAK ISLAMI PERSPEKTIF ULAMA SALAF." Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (April 16, 2018): 67. http://dx.doi.org/10.30868/ei.v7i01.212.

Full text
Abstract:
Perkembangan teknologi dapat dirasakan telah membawa perkembangan besar terhadap kehidupan di dunia. Selain berdampak positif juga membawa dampak negatif terhadap cara pandang dan tingkah laku manusia. Sementara akhlak dalam Islam merupakan bagian dari agama yang harus selalu dijaga, karena itu para ilmuwan dan tokok umat Islam selalu menyentuh ranah akhlak sebagai bagian yang harus disampaikan dan diajarkan pada manusia. Salah satu tokoh itu ialah Imam al-Ghazali. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah sebuah kitab tasawuf yang berisi banyak nasehat-nasehat agama yaitu Ihya al-Din yang dikarang di Baghdad. Di dalam kita ini, dan karya-karyanya yang lain ia juga banyak menjelaskan mengenai akhlak. Sehingga, seperti apa akhlak menurutnya dan bagaimana metode menjadi akhlak yang baik. Inilah yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini. Konsep pemikiran Imam al-Ghazali itu dapat memberikan refleksi kepada setiap orang yang mengkajinya tentang bagaimana akhlak dan penerapannya yang baik harus dilakukan oleh setiap individu muslim. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research, atau penelitian kepustakaan pada beberapa kita al-Ghazali dengan jenis penelitian kepustakaan pada beberapa kitab al-Ghazali dengan jenis penelitian kualitatif. Sumber datanya adalah beberapa kitab karangan al-Ghazali. Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode tersebut diguanakan untuk menjelaskan pengertian akhlak dan metodenya menurut Imam al-Ghazali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulum al-Din meliputi: Pengertian akhlak menurutnya adalah sesuatu ungkapan tentang kondisi yang metap di dalam jiwa, dan dilakukan perbuatan tersebut dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran. Ia juga membagi akhlak menjadi dua, yaitu akhlak yang baik (al-Khuluq al-Hasan) dan akhlak yang buruk (al-Khuluk as-Sayy’i), landasannya adalah al-Qur’an dan al-Hadits, dan tujuannya ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, selain itu juga untuk membersihkan diri agama mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Sementara metode pembentukannya adalah dengan Mujahadah dan Riyadhah (pelatihan). Memiliki tekad yang kuat untuk mau berubah, dan meninggalkan nafsu syahwat yang berlebihan dan al-Ghazabiyah yang ada di dalam jiwa. Muhasabah al-Nafs (introfeksi), Istiqomah (kontinu). Ajaran yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits, harus pula dengan pembiasaan, pelatihan yang istiqomah, untuk selalu berbuat yang baik, dan selalu berakhlak yang terpuji. Semoga ajaran ini bisa dibiasakan dengan pelatihan oleh setiap manusia, agar bahagia di dunia dan di akhirat. Kata Kunci: Akhlak, Al-Ghazali
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

IBRAHIM, RUSTAM. "JIHAD DALAM LITERATUR PESANTREN SALAF." Jurnal THEOLOGIA 23, no. 1 (March 11, 2012): 175–91. http://dx.doi.org/10.21580/teo.2012.23.1.1799.

Full text
Abstract:
Artikel ini menyoroti peran pesantren dalam memahami jihad, yang lebih diprioritaskan pada dunia pendidikan, karena pendidikan diang­gap lebih efektif dan menjanjikan dalam mem­per­siapkan generasi masa depan dalam menye­bar­kan agama Islam. Terbukti, sejak zaman penjajahan sampai sekarang, kiprah pesantren sangat besar dalam sejarah pen­didikan di Indonesia. Banyak alumni-alumni pesantren yang telah berhasil menyebarluaskan ajaran Islam melalui pendidikan, disamping juga berhasil mempertahankan eksistensi akidah Islam dari rongrongan para penjajah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Mahmud, Munawwaruzzaman, Muhammad Hisyam Hassan, and Nur Fathin Khairul Anuar. "Bayʿ wa salaf in Islamic banking current practices." ISRA International Journal of Islamic Finance 10, no. 2 (December 10, 2018): 206–24. http://dx.doi.org/10.1108/ijif-01-2018-0005.

Full text
Abstract:
Purpose The purpose of this paper is to analyze the issue of bayʿ wa salaf (the combination of sale and loan contracts in a single arrangement) from the Sharīʿah perspective. Based on the Sharīʿah findings on the issue, the paper examines the existing Islamic banking products and services that use these two specific contracts to determine whether the current practice is in line with Sharīʿah. Design/methodology/approach The paper uses the qualitative method by reviewing and analyzing relevant literature and operational structures to comprehend the issues pertaining to bayʿ (sale) and salaf (loan). It then provides Sharīʿah parameters for bayʿ wa salaf before applying them in assessing some existing Islamic banking products and practices. Subsequently, the compliance status of the banking operations that use these contracts in a specific product structure can be ascertained. Findings The paper finds that the bayʿ wa salaf arrangement in the existing Islamic banking products and services, as elaborated in the paper, does not fall under the prohibited category. This deduction is made in accordance with the parameters derived from jurists’ discussion on the issue of bayʿ wa salaf. It also takes into consideration other factors influencing the existence of such arrangements. Research limitations/implications This conceptual research highlights the jurists’ discussion on the issue of bayʿ wa salaf and the compliance status of the current products and services that use the contracts in a single arrangement (specifically in the case of Malaysia) without discussing other possible structures that can be applied as an alternative to the bayʿ wa salaf arrangement. Practical implications Thorough understanding of the issue can strengthen the industry’s confidence in executing operations that conform to Sharīʿah principles. Originality/value The paper provides comprehensive deliberation on the ruling of bayʿ wa salaf from various schools of thought and exhaustive elaboration on existing Islamic banking products that apply bayʿ wa salaf in their structures. This contributes in reinforcing the stakeholders’ confidence in the operations of Islamic banking and finance.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Wiktorowicz, Quintan. "THE SALAFI MOVEMENT IN JORDAN." International Journal of Middle East Studies 32, no. 2 (May 2000): 219–40. http://dx.doi.org/10.1017/s0020743800021097.

Full text
Abstract:
Since the 1970s, the Salafi movement in Jordan has grown substantially. Today, Salafis are ubiquitous in every major city in the kingdom, and Salafi bookshops, lessons, and activities are common. The purpose of the movement is to institute religious behavior and practices that capture the purity of Islam, as understood by the salaf (early Companions of the Prophet). Salafis believe that because the salaf learned about Islam directly from the Prophet or those who knew him, they commanded a pure understanding of the religion. All decisions in life must therefore be based upon evidence from the Qur⊃an and sunna, as recorded in authentic sayings (had―iths) by the salaf. In instances where particular actions or behaviors were not sanctioned by the original sources of Islam, they are rejected as “not Muslim.” Those who strictly adhere to this religious understanding are considered Salafis.1
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Royhatudin, Aat. "PENGUATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH DASAR MALNU PUSAT MENES." Jurnal Pendidikan Agama Islam 15, no. 2 (December 30, 2018): 86–100. http://dx.doi.org/10.14421/jpai.2018.152-06.

Full text
Abstract:
Abstract Practically, santri in the Salafi pesantren when facing various challenges of globalization, of course, do a lot of various efforts to develop santri activities to perfect the learning system that is still in the context of the Salaf tradition. From the point of view of value theory, what is done by the salaf santri is not merely a resistance to globalization, but from various breakthroughs made by santri can be categorized as a form of modernity towards an enhanced santri value (project identity), namely a form of creativity to realize value certain can be applied, even though santri implicitly connotes traditional Islamic education actors, but that does not mean that all santri in the existing salafi pesantren are always closed with innovation, technological progress and globalization. Although it is a thick boarding school known as a traditional Islamic boarding school, Malnu Center boarding schools in all its systems do not close themselves to all forms of change, even adjust to the needs of society and the times. Abstrak Secara praktis, santri dalam pesantren salaf ketika menghadapi berbagai tantangan globalisasi, tentu saja melakukan berbagai usaha pengembangan kegiatan untuk menyempurnaan sistem pembelajaran yang masih dalam konteks tradisi salaf. Dari sudut pandang teori nilai, apa yang dilakukan oleh santri salaf tidak semata-mata melakukan resistensi terhadap globalisasi, namun dari berbagai terobosan yang dilakukan santri dapat dikategorikan sebagai bentuk kemodernan menuju nilai santri yang disempurnakan (project identity), yaitu sebuah bentuk kreatifitas untuk mewujudkan nilai tertentu yang mampu diaplikasikan, kendati santri secara implisit berkonotasi sebagai pelaku pendidikan Islam tradisional, namun tidaklah berarti keseluruhan santri di pesantren salafi yang ada selalu tertutup dengan inovasi, kemajuan teknologi dan globalisasi. Meskipun merupakan pondok pesantren yang kental dikenal sebagai pondok pesantren tradisional, namun pesantren Malnu Pusat dalam segala sistemnya tidak menutup diri dari segala bentuk perubahan, bahkan menyesuaikan terhadap kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

SUBRI, SUBRI. "Eksistensi Lembaga Pendidikan Pesantren Salaf Ditengah Arus Modernitas." Tarbawy : Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 1 (April 15, 2018): 29–40. http://dx.doi.org/10.32923/tarbawy.v5i1.828.

Full text
Abstract:
The existence of Salaf Islamic boarding schools must follow developments and modernization in every aspect of its development. Salaf Islamic boarding schools must open themselves from the rapid progress and development of the outside world and must be able to understand their needs and demands. The existence of the Salaf Islamic boarding school Nurul Muhibbin in Kemuja Village certainly must be able to color the stage of modernity to face the global challenges of the outside world, must be able to adapt and interact by not leaving and eliminating the values of salafiyah purity in accepting the development activities of the times. Of course, too, modernity has many advantages, but besides that there are also many possibilities that must be avoided. Progress in the field of technology must be watched out by Islamic boarding schools in general, the rapid development of technology should not then make the collapse of the pure values of Islamic teachings in salaf boarding schools just the opposite how Salaf Islamic boarding schools can use this information technology as a means to develop and promote education and teaching in Islamic boarding schools.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Jamaludin, Opik. "Peran Pesantren Salafi dalam Peningkatan Kualitas Akhlak Santri." Iktisyaf: Jurnal Ilmu Dakwah dan Tasawuf 3, no. 1 (March 29, 2021): 86–106. http://dx.doi.org/10.53401/iktsf.v3i1.38.

Full text
Abstract:
Pesantren salafi adalah simbol pendidikan yang matang dan hebeul terlihat banyaknya fakta dari segi ajaran dan orang yang benar matang dan kuat dalam menaungi samudra kehidupan, dibalik itu semua terjadi proses panjang dalam menghasilkan kuwalitas insan rahmatan lil’alamin, insan sebagai simbol peradaban dunia. Salah satu pesantren tersebut ialah pesantren sirnarasa. Metode deskriptif dan pendekatan kuwalitatif digunakan dalam penelitian ini. Sehingga menghasilkan beberapa temuan, diantaranya: sistem pesantren dengan corak salaf; materinya kitab kuning; metode sorogan, hafalan, bandungan dan mudzakaroh; peran pesantren sirnarasa adalah menginegritaskan pendidikan salafi dengan tasawuf; keberhasilan terlihat dalam menjalankan ubudiah dan sikap terhadap manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Ulya, Athiyatul, Feby Artwodini Muqtadiroh, and Ahmad Muklason. "Identifikasi Faktor Resistansi Guru Terhadap Teknologi Sebagai Pendukung Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf." Jurnal Nasional Teknologi dan Sistem Informasi 7, no. 1 (May 30, 2021): 18–26. http://dx.doi.org/10.25077/teknosi.v7i1.2021.18-26.

Full text
Abstract:
Sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis seperti pendidikan umum, kejuruan, profesi, dan keagamaan. Salah satu penyelenggara pendidikan keagamaan di Indonesia ialah pondok pesantren termasuk pondok pesantren salaf. Pondok pesantren salaf memiliki sistem pendidikan yang unik yakni sistem pembelajaran tradisional dengan metode sorogan, bandongan dan weton. Memasuki era Education 4.0, perkembangan teknologi pendidikan yang semakin canggih tidak lantas menjadikan pondok pesantren salaf beralih menggunakan teknologi. Pondok pesantren salaf tetap mempertahankan metode pembelajaran tradisional yang menjadi ciri khas pondok pesantren. Namun demikian, mereka tidak kalah saing dengan lembaga pendidikan lain serta terus mengalami perkembangan dengan jumlah santri yang meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor resistansi penggunaan teknologi sebagai pendukung pembelajaran dilihat dari perspektif guru. Penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif ini terdiri dari 3 tahap yakni tahap persiapan, pengumpulan data dan pengolahan data. Pada tahap persiapan dilakukan studi literatur, identifikasi kondisi saat ini, menentukan populasi dan sampel serta menyusun instrumen penelitian. Tahap pengumpulan data diawali dengan pelaksanaan preliminary research, penyebaran kuesioner, pelaksanaan wawancara serta pengujian validitas dan reliabilitas data. Pengolahan data dilakukan dengan menentukan faktor dan kategori faktor resistansi guru terhadap teknologi. Hasil dari penelitian ini berupa faktor-faktor resistansi guru terhadap teknologi di pondok pesantren salaf. Faktor resistansi yang paling berpengaruh yakni faktor yang memiliki tingkat cakupan paling tinggi adalah kebijakan pesantren yang tidak memperbolehkan membawa barang elektronik, fasilitas pendukung teknologi yang tidak memadai serta rendahnya kemampuan teknis guru untuk mengoperasikan teknologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Hadisaputra, Samian. "Deskripsi dan Analisis Gerakan Salafiyah." Aqlania 9, no. 2 (December 9, 2018): 143. http://dx.doi.org/10.32678/aqlania.v9i2.1296.

Full text
Abstract:
Aliran Salaf ini dinisbatkan kepada Imam Ahmad ibn Hanbal sehingga penganut aliran ini dapat juga disebut sebagai simpatisan Hanbali, tetapi penamaan Aliran Salaf ini lebih dekat dengan Ibnu Taimiyah. Kemudian ajaran-ajaran aliran Salaf diteruskan oleh Muhammad Abd al-Wahhab yang telah mempelopori kelahiran Gerakan Wahhabi. Aliran Salaf merupakan aliran dalam Islam yang menisbatkan nama alirannya pada Slaf as-Shalihin (generasi Islam terdahulu). Metode berpikir aliran salaf bersifat literal/tekstual, dan juga menjadi aliran kontekstual sehingga cenderung menjadi mazdhab kolektif atau mazdhab kutifan, terutama dalam bidang keagamaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

HOWELL, JULIA DAY. "Indonesia's Salafist Sufis." Modern Asian Studies 44, no. 5 (December 23, 2009): 1029–51. http://dx.doi.org/10.1017/s0026749x09990278.

Full text
Abstract:
AbstractIslam's devotional and mystical tradition, Sufism (tasawwuf), is commonly cast as antithetical to Salafi Islam. Self-identified ‘Salafis’, with their ideological roots in anti-liberal strands of twentieth-century modernist Islam, do commonly view Sufis as heretics propagating practices wrongly introduced into Islam centuries after the time of the pious ancestors (the Salaf). Yet reformist zeal that fixes on the singular importance of the Salaf (particularly the Prophet Muhammad and his principal companions) as models for correct piety can also be found amongst Sufis. This paper calls attention to the Salafist colouration of Sufism in two areas of popular culture: television preaching and the popular religious ‘how-to’ books and DVDs that make the preachers’ messages available for purchase. It reprises the teachings of two of the best known Indonesian Muslim televangelists, ‘Hamka’ (b. 1908, d. 1981) and M. Arifin Ilham (b. 1969), both of whom also happen to be champions of Sufism, and analyses the different rhetorical uses each has made of references to the ‘Salaf’ and the notion of ‘Salafist’ Islam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Kharis, M. Khozin. "Pengaruh Motivasi Belajar Santri Terhadap Peningkatan Kajian Kitab Salaf Pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi Tahun 2016." Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam 9, no. 1 (October 10, 2017): 190. http://dx.doi.org/10.30739/darussalam.v9i1.125.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui motivasi belajar santri dalam peningkatan kajian kitab salaf di pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi, (2) Mengetahui kajian kitab salaf di pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi, (3) Mengetahui pengaruh motivasi belajar santri terhadap peningkatan kajian kitab salaf di pesantren Darussalam Blokagung Tegalsari Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik product momentpada uji validitas data dan untuk mencari reliabilitas data menggunakan rumus alpha, sedangkan pada uji hipotesis menggunakan uji F dan uji T, kemudian untuk uji normalitas data menggunakan uji non parametik tes dan analisis data dengan menggunakan model regresi. Popoulasi penelitian ini adalah para santri pondok pesantren Darussalam yang berjumlah 100. Untuk mengukur variabel, peneliti menggunakan kuesioner untuk peningkatan kajian kitab salaf dan motivasi belajar. Setelah melakukan analisis data yang dikumpulkan, ditemukan bahwa (1) Motivasi belajar santri di pesantren Darussalam Blokagung adalah sangat baik. (2) Peningkatan kajian kitab salaf di pesantren Darussalam Blokagung adalah sangat baik. (3) Ada pengaruh dari motivasi belajar santri terhadap peningkatan kajian kitab salaf di pesantren Darussalam Blokagung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Mustajab, Mustajab. "KEPEMIMPINAN KYAI SALAF DI PONDOK PESANTREN AL-HASANI AL-LATIFI BONDOWOSO." Al'adalah 22, no. 1 (April 12, 2019): 53–67. http://dx.doi.org/10.35719/aladalah.v22i1.10.

Full text
Abstract:
As the oldest and typical Indonesian educational institution, pesantren has a significant role in educating the nation's children. the character of education and leadership is very influential on the students character who are the younger generation. Besides that, pesantren in the archipelago are very diverse when viewed from the aspect of the material character being taught, the teachingmethods, the students quantity, the leadership model of their leaders, the characteristics of their movements, and their affiliation to Islamic movements in the archipelago. Pesantren salaf which have survived until now seen as special pesantren, because such pesantren considered as institutions that are able to maintain their existence in the midst of information which is a catalyst forchange in the society. Therefore, leadership in the Pesantren salaf is very interesting to be observed. This dissertation tries to discuss the types and styles of leadership of pesantren in the modern world at two salaf pesantren located in Bondowoso Regency. Namely, Pesantren Kauman Al-Hasani Al-Lathifi. The result is leadership in the Salaf Al-Hasani Al-Latifi is leadership based on lineage and wise autocratic character. Its style is a delegative leadership style.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Adenan, Adenan, and Husnel Anwar Matondang. "Potensi Radikal-Terorisme dalam Paham Teologi Salafiyah: Studi Kasus terhadap Yayasan Minhaj As-Sunnah Medan, Sumatera Utara." MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial 3, no. 1 (February 5, 2019): 25–41. http://dx.doi.org/10.30743/mkd.v3i1.1000.

Full text
Abstract:
Artikel ini bertujuan untuk menjawab kecurigaan sebagian anggota masyarakat terhadap Salafiyah secara umum. Salah satu yayasan berfahan salafi, yaitu Yayasan Minhaj as-Sunnah, dijadikan sebagai objek penelitian. Fokus masalahnya adalah apa yang melatarbelakangi Yayasan Minhaj As-Sunnah menjadikan Salafiyah sebagai dasar teologis keagamaannya dihubungkan dengan pemahaman radikalisme-terorisme. Hasil temuan dari penelitian ini adalah Manhaj Salafiyah menggunakan metodologi penafsiran teks Al-Quran dan Sunnah yang disusun para salaf untuk membentengi Islam dari penafsiran-penafsiran keliru dan menyesatkan yang didasari oleh kepentingan hawa nafsu. Yayasan Minhaj As-Sunnah memahami bahwa Manhaj Salafiyah tidak memiliki hubungan dengan gerakan dan pemahaman radikal-terorisme.Kata kunci: Salafiyah, Minhaj As-Sunnah, radikalisme, terorisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Wahab, Muhammad Rashidi, and Syed Hadzrullathfi Syed Omar. "Takwilan Nas-Nas Sifat Mutashabihat Dalam Kalangan Salaf." Global Journal Al Thaqafah 2, no. 2 (December 21, 2012): 77–85. http://dx.doi.org/10.7187/gjat252012.02.02.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Ibrahim, Rustam. "Eksistensi Pesantren Salaf di Tengah Arus Pendidikan Modern." Analisa 21, no. 2 (December 30, 2014): 253. http://dx.doi.org/10.18784/analisa.v21i02.19.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Kholis, Nur. "PONDOK PESANTREN SALAF SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN DERADIKALISASI TERORISME." AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam 22, no. 1 (June 22, 2017): 153. http://dx.doi.org/10.32332/akademika.v22i1.572.

Full text
Abstract:
Tulisan ini mendiskusikan tentang pondok pesantren salaf sebagai model pendidikan deradikalisasi terorisme. Secara garis besar tindakan radikal dan teror ini bersumber dari ideologi yang salah namun dianggap benar dan cara memahami Al-Qur’an yang hanya dilakukan secara tekstual saja. Sebenarnya pemerintah diseluruh dunia telah melakukan upaya untuk memberantas aksi tindakan keji ini dengan berbagai macam bentuk, namun kebanyakan hanya bersifat militer saja, sehingga hal ini hanya bersifat menghapus para pelaku tindakan teror dan radikal tanpa menghapus penyebab utama munculnya tindakan radikal dan teror ini. Sehingga diperlukan upaya deradikalisasi yang cukup ampuh untuk menanggulangi hal tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan model pendidikan pondok pesantren salaf yang dikenal dengan tradisi-tradisi humanisnya dan pembekalan ilmu-ilmu yang relevan untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an, agar terhindar dari kesalahan dalam memahami ayat Al-Qur’an, Sehingga mampu memberikan tameng yang kuat untuk tidak terjerumus kedalam lembah aksi-aksi radikal dan teror. This article discusses about salaf pesantren as a model of terrorism deradicalisation education. Broadly the act of radical and terror comes from a wrong ideology but it is considered as a correct ideology and the way in comprehending the Qur'an which is only done in a textual way. In fact, the governments around the world have attempted to combat this cruel action in various forms, yet mostly only military, so this action only removes the perpetrators without removing the main cause of these radical and terror acts. So it is necessary to conduct deradicalisation to cope this problem and one of them can be done with the model of salaf pesantren which is well known with the humanist traditions and the provision of relevant sciences to understand the verses of the Qur'an, in order to avoid the mistake in interpreting the verses of the Qur'an, hence it can provide a strong shield in order not to be trapped to the radical and terror actions.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Maksum, Ali. "MODEL PENDIDIKAN TOLERANSI DI PESANTREN MODERN DAN SALAF." Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) 3, no. 1 (February 7, 2016): 81. http://dx.doi.org/10.15642/jpai.2015.3.1.81-108.

Full text
Abstract:
<p><strong>Bahasa Indonesia:</strong></p><p>Penelitian ini bertujuan mengetahui model pendidikan toleransi di pesantren modern dan di pesantren salaf. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan setting dua pesantren, yakni pesantren modern Gontor Ponorogo dan pesantren salaf Tebuireng Jombang. Teknik pengumpulan datanya dengan wawancara dan dokumentasi. Untuk analisis data digunakan teknik analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pesantren Darussalam Gontor merupakan pesantren modern, dengan ciri khas berupaya memadukan tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran wetonan dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di dalam kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi dengan penyesuaian tertentu. Sistem pendidikan yang digunakan di pondok modern dinamakan sistem Mu’allimin, atau terkenal dengan nama Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI). Sedangkan sistem pendidikaan di pondok pesantren Tebuireng, dilihat dari segi sistem pendidikan dan pengajarannya sepenuhnya tidak dapat disebut sebagai pesantren salaf murni. Karena di pesantren Tebuireng masih mempertahankan sistem pendidikan salaf, juga menerapkan sistem pendidikan modern. Oleh karena itu, untuk sekarang ini lebih tepat apabila menyebut Pondok Pesantren Tebuireng dengan sebutan Pondok Pesantren Campuran atau Pondok Pesantren Terpadu (antara khalaf dan salaf). (2) Baik di pondok pesantren modern dan salaf, Islam yang dipahami dan diaktualkan adalah Islam yang inklusif, ramah, tidak kaku, moderat, yakni Islam yang bernuansa perbedaan dan sarat dengan nilai-nilai multikultural. Mendakwahkan Islam yang seperti inilah yang menjadikan Islam bisa bersentuhan dengan multikultur. Untuk membentuk santri yang toleran kedua pesantren ini mengajarkannya melalui kurikulum pendidikan dan keteladanan hidup sehari-hari.</p><p> </p><p> </p><p><strong>English:</strong></p><p>This research purposes to examine tolerant education model in both modern and salafis pesantren. This qualitatively descriptive study involves two pesantren settings, the modern pesantren Gontor Ponorogo and the salafis pesantren Tebuireng Jombang. Data is collected through interviews and documentations. From an inductive analysis, this research shows the following results. First, the Gontor modern pesantren acculturate preserved traditional value of pesantren in the modernity of educational systems. Particular teaching methods such as wetonan and sorogan are transformed into more standardized grades in classical way. Classic curriculum is still preserved in the class with some adaptations. This system is later called Mu’allimin or more popular as Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI). On the other hand, educational system in the pesantren of Tebuireng cannot be considered as the pure salafis category as the pesantren is still conducted the salafis education and the modern one separately. Therefore, the Tebuireng is now more exactly called “mixed pesantren” or integrated pesantren –between the khalafis and salafis. The next result of this result shows the fact that both salafis and integrated pesantrens actualize inclusive, peaceful, flexible, ad moderate Islam in which diversity and multiculturalism is in it. Islamic missionary in this way sustain Islam to live together with multi-culture. Curriculum of education and good-model leadership create santris with high tolerance.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Maksum, Ali. "MODEL PENDIDIKAN TOLERANSI DI PESANTREN MODERN DAN SALAF." Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) 3, no. 1 (February 7, 2016): 81. http://dx.doi.org/10.15642/pai.2015.3.1.81-108.

Full text
Abstract:
<p><strong>Bahasa Indonesia:</strong></p><p>Penelitian ini bertujuan mengetahui model pendidikan toleransi di pesantren modern dan di pesantren salaf. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan setting dua pesantren, yakni pesantren modern Gontor Ponorogo dan pesantren salaf Tebuireng Jombang. Teknik pengumpulan datanya dengan wawancara dan dokumentasi. Untuk analisis data digunakan teknik analisis induktif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pesantren Darussalam Gontor merupakan pesantren modern, dengan ciri khas berupaya memadukan tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran wetonan dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di dalam kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi dengan penyesuaian tertentu. Sistem pendidikan yang digunakan di pondok modern dinamakan sistem Mu’allimin, atau terkenal dengan nama Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI). Sedangkan sistem pendidikaan di pondok pesantren Tebuireng, dilihat dari segi sistem pendidikan dan pengajarannya sepenuhnya tidak dapat disebut sebagai pesantren salaf murni. Karena di pesantren Tebuireng masih mempertahankan sistem pendidikan salaf, juga menerapkan sistem pendidikan modern. Oleh karena itu, untuk sekarang ini lebih tepat apabila menyebut Pondok Pesantren Tebuireng dengan sebutan Pondok Pesantren Campuran atau Pondok Pesantren Terpadu (antara khalaf dan salaf). (2) Baik di pondok pesantren modern dan salaf, Islam yang dipahami dan diaktualkan adalah Islam yang inklusif, ramah, tidak kaku, moderat, yakni Islam yang bernuansa perbedaan dan sarat dengan nilai-nilai multikultural. Mendakwahkan Islam yang seperti inilah yang menjadikan Islam bisa bersentuhan dengan multikultur. Untuk membentuk santri yang toleran kedua pesantren ini mengajarkannya melalui kurikulum pendidikan dan keteladanan hidup sehari-hari.</p><p> </p><p> </p><p><strong>English:</strong></p><p>This research purposes to examine tolerant education model in both modern and salafis pesantren. This qualitatively descriptive study involves two pesantren settings, the modern pesantren Gontor Ponorogo and the salafis pesantren Tebuireng Jombang. Data is collected through interviews and documentations. From an inductive analysis, this research shows the following results. First, the Gontor modern pesantren acculturate preserved traditional value of pesantren in the modernity of educational systems. Particular teaching methods such as wetonan and sorogan are transformed into more standardized grades in classical way. Classic curriculum is still preserved in the class with some adaptations. This system is later called Mu’allimin or more popular as Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI). On the other hand, educational system in the pesantren of Tebuireng cannot be considered as the pure salafis category as the pesantren is still conducted the salafis education and the modern one separately. Therefore, the Tebuireng is now more exactly called “mixed pesantren” or integrated pesantren –between the khalafis and salafis. The next result of this result shows the fact that both salafis and integrated pesantrens actualize inclusive, peaceful, flexible, ad moderate Islam in which diversity and multiculturalism is in it. Islamic missionary in this way sustain Islam to live together with multi-culture. Curriculum of education and good-model leadership create santris with high tolerance.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Sofyan, Adi. "MASHALIH MURSALAH DALAM PANDANGAN ULAMA SALAF DAN KHALAF." SANGAJI: Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum 2, no. 2 (September 21, 2020): 251–82. http://dx.doi.org/10.52266/sangaji.v2i2.406.

Full text
Abstract:
Kompleknya kehidupan yang dihadapi oleh manusia, tampa tidak di sadari telah banyak melahirkan berbagai permasalahan; baik bersifat pribadi maupun bersifat umum, baik dalam kehidupan berkeluarga sampai pada kehidupan bernegara. Sebagian permasalahan tersebut sudah terdapat hukumnya di dalam Al Quran dan hadits, namun tidak jarang sebagian lain tidak ditemukan secara pasti atau eksplisit. Oleh sebab itu dalam Islam sumber yang menjadi rujukan hukum tidak hanya berdasar kepada Al Quran dan hadits saja, tapi juga terdapat sumber lain yang sebagiannya telah disepakati oleh jumhur (mayoritas) ulama dan sebagian lain tidak dipakati, dalam artian hanya disepakati oleh sebagian ulama. Sumber hukum Islam yang disepakati oleh mayoritas ulama ada empat, yaitu Al Quran, Hadits, Ijma’ dan qiyas. Sedangkan tidak disepakati adalah istihsan dan istishab, syar’u man qablana, saddu dzari’ah, mashalih mursalah, qaul atau fi’lu al shabi dan ‘urf. Pada tulisan ini, penulis tidak akan membahas semua sumber-sumber hukum tersebut, namun hanya menfokuskan pembahasan pada salah satu dari sumber, yaitu mashalih musrsalah. Tentang apa itu mashalih mursalah, bagaimana kedudukannya sebagai sumber hukum, siapa saja ulama yang mendukungnya menjadi salah satu sumber hukum dan siapa saja ulama yang tidak mendukungnya beserta hujjah masing-masing serta bagaimana pandangan ulama salaf dan khalaf terkait masalih mursalah. Maka inilah yang hendak di bahas pada tulisan ini, mudah-mudahan bermanfaat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Marzuki, Marzuki, Miftahuddin Miftahuddin, and Mukhamad Murdiono. "MULTICULTURAL EDUCATION IN SALAF PESANTREN AND PREVENTION OF RELIGIOUS RADICALISM IN INDONESIA." Jurnal Cakrawala Pendidikan 39, no. 1 (February 2, 2020): 12–25. http://dx.doi.org/10.21831/cp.v39i1.22900.

Full text
Abstract:
Islamic boarding school (pesantren) is the oldest Islamic educational institution in Indonesia. Pesantren is recognized as one of the institutions that can encourage the realization of multiculturalism amongst Muslims. However, recently pesantren has been alleged to be one of the centers for the spread of religious radicalism. This study is aimed at analyzing multicultural education in salaf (traditional) pesantren, that is appropriate and be able to prevent the growth and development of religious radicalism in Indonesia. The study is a qualitative research with a phenomenological approach involving four salaf pesantrens in Java; namely Al-Qadir Pesantren of Sleman Yogyakarta, Dar al-Tauhid of Cirebon, Roudlatuth Thalibin of Rembang, and Tebuireng of Jombang. The research data were collected by observation, interviews, documentation, and focus-group discussions (FGD). Data were analyzed using an interactive technique. Findings showed that the forms of multicultural education at the four salaf pesantrens generally have similarities in the application of multiculturalism core values. However, each pesantren has its own specific peculiarities. The various cultures built up by the four caregivers of the salaf pesantrens have been effective to prevent the growth and development of religious radicalism at the pesantren, particularly, and in the society, more generally.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Tasman, Tasman. "Radio Rodja: Kontestasi Ideologi Salafi di Ranah Siaran." Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan 22, no. 2 (October 2, 2019): 151–77. http://dx.doi.org/10.15408/dakwah.v22i2.12066.

Full text
Abstract:
Sejalan dengan era keterbukaan, dalam dua dekade terakhir, kita menyaksikan kemunculan radio dakwah secara signifikan yang dikelolah oleh kelompok Salafi, dengan radio Rodja di Cileungsih sebagai pionernya. Berbeda dari radio bernuansa religi sebelumnya, radio ini sepenuhnya menyiarkan agama sesuai dengan manhaj Salaf. Munculnya radio dakwah Salafi di beberapa kota memunculkan ketegangan, terutama antara kelompok muslim tradisionalis dan salafi. Salah satu sebab utama dari ketegangan ini adalah kritik salafi terhadap praktek-praktek keagamaan yang dilakukan oleh kelompok muslim tradisionalis yang dianggap sebagai bid‘ah. Akibatnya, ketegangan yang mengarah ke konflik social terjadi di beberapa kota di tanah air. Sebagai media dakwah, radio dipandang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh seorang da‘i. Pesan yang disampaikan sangat tergantung kepada misi pendirian radio, corak keberagamaan dan sikap politik atau idelogi yang dianut oleh seorang da‘i. Penelitian ini diarahkan untuk menelisik nilai-nilai islamisme yang terkandung dalam dakwah di radio.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Hasse Jubba, Dwi Nugroho, Gina Destrianti, and Sholikhah Sholikhah. "The Hijrah Phenomenon in Tertiary Education in Indonesian: A Multidimensional Analysis of Moderate Religious Values." Al-Ulum 21, no. 1 (June 25, 2021): 27–49. http://dx.doi.org/10.30603/au.v21i1.2173.

Full text
Abstract:
This article explored the phenomenon of hijrah among students at several universities in Indonesia. The data used was obtained through observation, interviews, and documentation studies. The findings found two conditions in the religious community that developed within the university. First, uncontrolled religious communities, such as the salaf community (hijrah), were affiliated with radical Islam, Salafi, Wahabi, and Muslim Brotherhood. They were not controlled to moderate religion, breaking unity and peace, like the salaf community. Second, the government could control society because it has a hierarchical line, such as student organizations. This article recommends a thorough study of the phenomenon of hijrah, which has recently become prominent not to deviate from the basic principles of hijrah itself as part of the overall practice of Islamic teachings (kaffah).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Saad, Suadi. "PEMIKIRAN KALAM T.M. HASBI ASH-SHIDDIEQY." ALQALAM 22, no. 3 (December 30, 2005): 372. http://dx.doi.org/10.32678/alqalam.v22i3.1367.

Full text
Abstract:
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy adalah seorang tokoh ulama Nusantara abad XX yang sangat produktif dan telah menyumbangkan segudang karya dalam berbagai bidang ilmu, termasuk di bidang ilmu T auhid. Yang menarik untuk dicatat adalah bahwa Hasbi lebih cendenmg kepada pemikiran corak Salafi. Salah satu hal yang membuktikan tesis tersebut adalah kurang apresiatifnya Hasbi terhadap upaya mentakwilkan makna teks, sebagaimana halnya para ulama Salaf atau Ahl al-Nass.Di dalam tulisannya, Hasbi seringkali menyatakan, hendaklah kita cukupi dalam masalah yang kita bahas ini dengan apa yang diterangkan dalam Qur'an dan Sunnah, tidak membahasnya lebih lanjut lagi, karena akan membawa kepada sesuatu yang sebenamya tidak dapat diketahui akal manusia dan tidak ada kaitannya dengan kebahagiaan kehidupan manusia di dunia ini ataupun di akhirat.Kata Kunci: Dayah, maddah, salafi, kalafi, sunnah Allah, sirk, nadhar, mu'aththilah, musabbihah, ru'yah bila kayfa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Kadi, Kadi. "Kesinambungan dan Perubahan Tradisi Salaf dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri." ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 12, no. 1 (September 4, 2017): 117–41. http://dx.doi.org/10.15642/islamica.2017.12.1.22-46.

Full text
Abstract:
This article answers the problem of continuity and change of salaf tradition in the educational system of Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Using system theory along with historical, sociological, anthropological and phenomenology-cal appraoch, this article reveals some important points. First, the salaf tradition of pesantren undergoes substantial continuity, where knowledge structure of pesantren are conserved in learning of religious sciences originated from classical books, and partial change, where changes occur in the aspect of learning method, curriculum development, and teachers from outside pesantren. Second, there are internal and external factors that drive continuity and change in salaf tradition in the educational system of Pesantren Lirboyo. The internal factor is the attitude and thought of kiai as the servant of ummah (khādim al-ummah) and the objective condition of santri. While the external factor occurs because the development of the system of public education and the development of science and technology.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Lisnawati, Agustin, and Wahidah Zumrotul Zuhro. "Pondok Pesantren Salaf in Java: Study of Santri Observation of Suhita's Heart." Proceeding International Conference on Science and Engineering 3 (April 30, 2020): 503–7. http://dx.doi.org/10.14421/icse.v3.553.

Full text
Abstract:
This article aims to reveal how the grammar or manners of a student towards Kiai and Bunyai. This article is expected to be able to be a view among the students and readers in the future regarding the moral values and rules not written in the boarding school Salaf but still implemented. The Islamic boarding school is known as a sacred place because it not only teaches academic and non-academic knowledge, but also forms characters and students in accordance with the teachings of Islam. This research uses a type of qualitative descriptive research. The subject in this study was the novel Suhita by Khilma Anis. The way the data collection is done by the researchers by reading repeatedly and writing quotes that are found in novels into books. In this article there are two focus questions, first, how the communication between the nanny boarding school towards the students of the perspective of the novel Liver Suhita. Secondly, how is the moral value or rule described by the caliphate of the novel Suhita novels concerning the Pondok Pesantren Salaf. The results of this research show, firstly, the pattern of communication between the nanny Pondok Pesantren Salaf with a students of the study novel suhita. Secondly, the students ' obedience to the moral rules and values in Salaf pondok pesantren is a novel hati suhita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Hidayati, Fitri, Zakiyah Arifah, Ainun Jariyah, and Shofiatus Zahriyah. "Manajemen Pengorganisasian Program Bahasa Arab di Pondok Pesantren Salaf." Tarling : Journal of Language Education 3, no. 1 (December 31, 2019): 115–33. http://dx.doi.org/10.24090/tarling.v3i1.2031.

Full text
Abstract:
Pengorganisasian (organizing) merupakan langkah kedua dalam manajemen organisasi setelah perencanaan (planning). Perencanaan yang matang tidak akan berjalan sempurna, tanpa ada yang menjalankan dan menggerakkan, tanpa diperjelas pekerjaan dan siapa yang akan mengerjakannya. Pengorganisasian yang baik menghasilkan bentukorganisasi yang baik, mulai dari sistem kerja, struktur, sumberdaya hingga aspek lainnya. Penelitian ini membahas tentang: 1) Manajemen pengorganisasian dalam program bahasa Arab Pondok pesantren Salaf, 2) Pembagian tugas dalam pengorganisasian program bahasa Arab Pondok pesantren Salaf. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi langsung ke salah satu guru yang mengajar di pondok tersebut.Setelah data terkumpul dilakukan analisis data dengan: a) reduksi data, b) penyajian data, c) penarikan kesimpulan/verifikasi. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa 1)Manajemen pengorganisasian yang dimiliki program bahasa Arab Pondok pesantren Salaf menggunakan sistem koordinasi bisa dilihat dari tugas manager dibawah naungan ketua umum, setelah berkoordinasi dengan staf (koord. Per departemen), dan pada masing-masing program yang ada pada departemen bahasa Arab tersebut karena pada program bahasa Arab maupun organisasi secara umum memiliki model struktur garis dan staf (line and staf organization). 2) Pembagian tugas pengurus dan pengajar merekrut dari para siswa-siswa pengabdian, mahasiswa, alumni, guru atau dosen yang bertugas di yayasan. Para pengurus pada program bahasa Arab mendapat tanggungjawab dan wewenang pada sistem keorganisasian pada program bahasa Arab
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Agus Supriyanto. "ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PETUAH BIJAK DAN KISAH INSPIRATIF ULAMA SALAF DAN NUSANTARA." Educreative : Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak 5, no. 1 (February 17, 2020): 150–55. http://dx.doi.org/10.37530/edu.v5i1.7.

Full text
Abstract:
Character education is a term that is increasingly gaining recognition from Indonesian society today. Character education is an attempt to educate children to be able to make wise decisions and practice them in their daily lives, so that they can make a positive contribution to their environment. Another definition is that character education is a process of transforming the values of life to be developed in the person's life behavior. Wise Advice and Inspirational Stories of Salaf and Archipelago Ulemas are those that contain a fragment of a story or behavior on how to educate students or in the daily life of Salaf and Nusantara scholars. Salaf and Nusantara scholars here which is one of the great scholars in the archipelago
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Supriyanto, Agus. "Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Petuah Bijak dan Kisah Inspiratif Ulama Salaf dan Nusantara." Educreative : Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak 5, no. 1 (April 6, 2020): 150–55. http://dx.doi.org/10.37530/edu.v5i1.82.

Full text
Abstract:
Character education is a term that is increasingly gaining recognition from Indonesian society today. Character education is an attempt to educate children to be able to make wise decisions and practice them in their daily lives, so that they can make a positive contribution to their environment. Another definition is that character education is a process of transforming the values of life to be developed in the person's life behavior. Wise Advice and Inspirational Stories of Salaf and Archipelago Ulemas are those that contain a fragment of a story or behavior on how to educate students or in the daily life of Salaf and Nusantara scholars. Salaf and Nusantara scholars here which is one of the great scholars in the archipelago.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Mukhtaruddin, Mukhtaruddin. "Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning." Analisa 18, no. 2 (December 16, 2011): 164. http://dx.doi.org/10.18784/analisa.v18i2.131.

Full text
Abstract:
Salah satu tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan kitab-kitab kuning yang menjadi standar rujukan pembelajaran di pondok pesantren salaf. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Tempat penelitian adalah Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Pondok Pesantren “API” Tegalrejo, dan Pondok Pesantren Al-Fadllu Kaliwungu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitab-kitab kuning yang menjadi standar rujukan/kajian pada tiga pondok yang menjadi tempat penelitian antara lain mencakup Fiqih, Ushul Fiqih, Nahwu, Shorof, Tauhid, Balaghoh, Mantiq, Khulashoh/Sejarah, Falak, Tafsir dan Waris. Kitab-kitab kuning yang dipelajari di tiga pondok pesantren tersebut hampir sama, perbedaannya adalah untuk kitab-kitab tertentu yang berjenis sama diberikan pada jenjang yang berbeda. Standar kitab yang digunakan di pondok pesantren riset berbeda dengan standar yang dikeluarkan Kementerian Agama untuk masing-ma-sing jenjang pada pondok pesantren salaf.<br /><br /><br />
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Zuhriy, M. Syaifuddien. "BUDAYA PESANTREN DAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PONDOK PESANTREN SALAF." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 19, no. 2 (December 6, 2011): 287. http://dx.doi.org/10.21580/ws.2011.19.2.159.

Full text
Abstract:
<p class="IIABSBARU1">As part of the community, pesantren with typical of the main elements such as kiai, santri, mosque, cottage and classical instruction books (kitab kuning), has become its own subculture. Therefore, despite modernization and globalization invaded, pesantren can still maintain its existence. Further­more, many stakeholders indicated that the pesantren are educational institutions that can serve as a model of character education in Indonesia. How the strategies and patterns of character education by pesantren so as to create culture? What are these cultures? These are the two main questions are answered through qualitative research is in pesantren Langitan, Tuban and pesantren Ihyaul Ulum, Gilang.</p><p class="IKa-ABSTRAK">***</p>Sebagai bagian dari komunitas, pesantren dengan unsur utama nya yaitu kiai, santri, masjid, pondok, dan kitab kuning telah menjadi sub-kultur tersendiri. Oleh karena itu, meskipun adanya modernisasi dan globalisasi, pesantren masih tetap bertahan. Selain itu, banyak stakeholder yang menyatakan bahwa pesantren adalah institusi pendidikan yang dapat berperan sebagai model pendidikan karakter di Indonesia. Dua pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan ini adalah bagaimana strategi dan pola pendidikan karakter yang diterapkan oleh pesantren untuk membentuk sub kultur dan bagaimana bentuk sub kultur tersebut. Kajian ini memfokuskan perhatiannya di PesantrenLangitan Tuban dan Pesantren Ihyaul Ulum Gilang dengan menggunakan penelitian kualitatif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Islami, Zaki, Dadan Anugrah, and Aep Kusnawan. "Fenomena Dakwah Salaf di Radio Tarbiyah Sunnah 1476 AM." Prophetica : Scientific and Research Journal of Islamic Communication and Broadcasting 5, no. 1 (June 30, 2019): 21–38. http://dx.doi.org/10.15575/prophetica.v5i1.1078.

Full text
Abstract:
Dakwah salafiyah merupakan dakwah yang mulia dan suci, sebuah seruan yang mengajak seluruh umat manusia untuk memahami dan menjalani agama islam sebagaimana para sahabat Rasulullah, yang termasuk generasi umat saat ini, dakwah ini menyeru untuk mengikuti prinsip-prinsip mereka dalam berilmu, beramal, berjihad, berhubungan dengan penguasa, bermasyarakat, beramal ma’ruf nahi munkar, dan berbagai aktivitas kehidupan lainya, dakwah salafiyah berdiri di atas manhaj yang shohih, disinari oleh cahaya kenabian dan lentera salaful sholih serta bertumpu pada kebeningan niat, kebenaran prinsip, kemantapan landasan dan kemurnian ajaran di tengan badai fitnah serta istiqomah dalam membina umat menuju perubahan sejati, kajian ini merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif. untuk menganlisa data metode yang digunakan adalah dengan metode fenomenologi. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dalwah fenomena dakwah salaf di radio tarbiyah sunnah. Salafiyah propaganda is a noble and sacred propaganda, a call that invites all mankind to understand and live the religion of Islam as the companions of the Prophet, who belong to the current generation of people, call to follow their principles in knowledge, charity, jihad, associated with the authorities, community, charity ma'ruf nahi munkar, and various other life activities, the salafiyah propaganda stands on manhaj that is shohih, illuminated by the prophetic light and lanterns of the salaful sholih and rests on the calmness of intention, truth principles, foundation solidity and purity of teachings, illuminated by prophetic light and lanterns of salaful sholih and rests on the clarity of intentions, truth principles, solidity of the foundation and the purity of the teachings in the midst of the storm of slander and istiqomah in fostering people towards true change, this study is a qualitative research with an interpretive paradigm. to analyze the data the method used is the phenomenological method. Collecting data using interview and documentation techniques, this study aims to determine the meaning of the propaganda propaganda phenomena on the radio tarbiyah sunnah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Sa’adah, Fihris. "PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH SALAFIYAH." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 19, no. 2 (December 6, 2011): 311. http://dx.doi.org/10.21580/ws.2011.19.2.160.

Full text
Abstract:
<p class="IIABSBARU1">Theoretically, one of the dominant factors that influence the development of individual character are environmental factors which is a condition that allows the process of personal character development. Creating an conducive environment to the development of character Girikusumo Salaf Islamic School students is done by creating a tradition /habituation practical in everyday life in all their daily activities in relation to the quality of their religious or otherwise. Attempt the formation of character through this Salaf Islamic school in addition to the above character education, can also be done simultaneously through the educational value of the following steps. First, apply a “modeling” or “exemplary” or “uswah hasanah”. Second, efforts to explain or clarify to students constantly about the value of good and evil has been done in the Girikusumo Salaf Islamic School. Third, implement the SIS is based on character education.</p><p class="IKa-ABSTRAK">***</p>Secara teoritik, salah satu faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan karakter individu adalah faktor-faktor lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan proses perkembangan karakter pribadi. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan karakter di kalangan siswa Sekolah Islam Salaf Girikusumo dilakukan dengan cara menciptakan tradisi atau praktek pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan peningkatan kualitas keagamaan atau kehidupan mereka. Di samping upaya di atas, pembentukan karakter juga dilakukan dengan simultan melalui penanaman nilai dengan langkah-langkah sebagai berikut: <em>pertama</em>, menerapkan pencontohan atau<em> uswah hasanah</em>. <em>Kedua</em> menjelaskan tentang nilai yang baik dan buruk. <em>Ketiga,</em> mengimplementasikan SIS yang didasarkan pada pendidikan karakter.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Sabuding, Abdulhadee. "Explanation of Akidah in the Works of Patani Ulama and its Relation to Method of Aqidah Hurairan By Imam Al-Nawawi." International Journal of Nusantara Islam 2, no. 2 (April 20, 2015): 21–30. http://dx.doi.org/10.15575/ijni.v2i2.146.

Full text
Abstract:
This article discuss about method of explanation of akidah in the work of patani ulama and and method of explanantion of imam al-Nawawi about akidah and recognizing clearlly similarities of method of explanation of ulama patani with imam al-Nawawi. The article is qualitative study using library risearch and analytical data in the form of descriftive with two principle of deductive an inductive. Researh findings show that method of al-nawawi in explaining aqidah is a combination of Salaf and Khalaf, but patani ulama use rather the khalaf method. This study also shows that there is a similar method between the two different ulama in dealing with explanation of aqidah. However, there are also points of different between them in the way they use Salaf and khalaf. Imam al_Nawawi uses Salaf method for the first following by Khalaf on the contrary the Patani Ulama applied Khalaf as starting point followed by Salaf.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Akbar, Rizki, and Fitria Yuliani. "POLA KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KEAGAMAAN DI KOTA BENGKULU." Jurnal Sarjana Ilmu Komunikasi 1, no. 2 (November 6, 2020): 42–49. http://dx.doi.org/10.36085/j-sikom.v1i2.1108.

Full text
Abstract:
Beragam cara dalam pola komunikasi digunakan dari kelompok untuk bisa digunakan berinteraksi, salah satunya yaitu kelompok berbasis keagamaan yang memiliki pola interaksinya sendiri yang digunakan untuk menjalin komunikasi baik dengan sesama anggotanya (internal) maupun dengan para masyarakat yang non anggota (eksternal). Fokus penelitian ini terletak pada bagaimana pola komunikasi yang dijalankan dari kelompok keagamaan yang ada di kota Bengkulu ini, baik di dalam kajian itu sendiri ataupun dengan para masyarakat yang di luar. Hasil penelitian dengan menggunakan model teori Interaksi Simbolik melalui 3 unsur didalamnya yaitu Mind, Self, dan Society yang menyatakan bahwa pola komunikasi pada Kajian As-Salaf kota Bengkulu baik dengan anggota (internal) maupun dengan masyarakat diluar (eksternal) yaitu adanya pola komunikasi primer yang didalamnya lebih mengutamkan komunikasi dengan simbol atau komunikasi non verbal dalam keseharian mereka sehingga timbul perspektif yang akan mengarah pada kajian As-Salaf ini. Kata Kunci : Pola Komunikasi, Simbol Interaksi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Nurani, Shinta. "SALAFÎ WOMEN AND ISLAMIC MOVEMENTS: The Case of Salafism in Jama‘ah al-Khidhir." ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 20, no. 2 (December 30, 2019): 233–54. http://dx.doi.org/10.18860/ua.v20i2.5666.

Full text
Abstract:
One of the ideology and Islamic movement in Indonesia in 1980s was Salafî. This article focuses on a group called Majlis al-Khidhir led by a young Salafist named Abu Ahmad Muhammad al-Khidhir. This article is talking about Salafî women starting to search for and converse of identity as well as their patterns of interest to be Salafî women in carrying out Islamic sharia and the role of al-Khidhir in their lives into Salafîs in accordance with the Quran, hadith, and the attitude of the al-salaf al-ṣâliḥ. The result reveals that the identity and politics of al-Khidhir Salafî women movement has four dimensions. First, Salafî is not a revolutionary movement that opposes Pancasila and especially for Salafî women to obey their husband as ulil amri gives a great responsibility to educate his wife and children. Second, Salafî has different symbols cloths (dress or gamis which covers her body, shows no body shape, not transparent that are plain black from top to bottom, wearing veils or niqâb and socks). Third, Jama‘ah al-Khidhir identified his followers using a familiar greeting, including 'akhi' for men and 'ukhti' for women refer to the symbol of piety and value standards for mutual respect among members of the Salafî community. Fourth, al-Khidhir empowers Salafî women are active in da'wah by using writings and images which are distributed through various media, especially social media WhatsApp, Facebook and Telegram in order to attract the interest of womens to follow the path of al-salaf al-ṣâliḥ.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Asyadulloh, Fahad. "Dinamika Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren." Jurnal Subulana 1, no. 1 (November 5, 2017): 46–59. http://dx.doi.org/10.47731/subulana.v1i1.5.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Sistem pendidikan di pesantren terus berkembang ditengah kritikan terhadap sistem yang dijalankannya. Penelitian ini ingin mengetahuidinamika sistem pendidikan di pesantren yang berbeda, yakni pesantren salaf Sidogiri dan pesantren modern TMI Al-Amien Parenduan. Penelitian ditekankan pada tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, proses belajar mengajar, dan evaluasi pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenominologis untuk mengetahui fenomena perkembangan sistem pendidikan di pesantren. Subjek penelitian berbeda tidak untuk membandingkan keduanya tetapi melihat pola dinamika perkenbangan sistem pendidikan yang dilaksanakan baik di pesantren salaf maupun moderen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pendidikan di pesantren salaf maupun moderen memiliki kesamaan visi yaitu mencetak insan bertaqwa yang Ibadiyas Shalihun dengan memegang teguh prinsip theocentric dan pengamalan ilmu melalui pengabdian terhadap masyarakat. Pengembangan kurikulumpesantren cenderng mandiri tanpa intervensi dari pemerintah dan dari segi proses belajar mengajar lebih menekankan pada pola kegiatan keagamaan sebagai aktivitas belajar mengajar yang utama, sedangkan pengetahuan umum sebagai muatan tambahan. Evaluasi hasil pembelajaran diselenggarakan secara mandiri. Simpulan penelitian bahwa pola pemebelajaran di pondok pesantren salaf dan moderen sesungguhnya tidak memiliki perbedaan yang mencolok, perbedaannya lebih sekedar pada pendekatan yang digunakan dalm proses pembelajarannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Muzakki, Hawwin, and Khoirul Mudawinun Nisa'. "Basis Transformasi Tradisi Pesantren Salaf di Era Modern (Kajian Semiotika Barthes dan Dekonstruksi Derrida)." QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama 12, no. 01 (April 22, 2020): 91–105. http://dx.doi.org/10.37680/qalamuna.v12i01.304.

Full text
Abstract:
Pesantren has contributed to a system of values of local wisdom that has become a tradition and is believed to be a core value and belief. However, not a few pesantren traditions are underestimated, valued by the Orientalists as old-fashioned, traditional, sincretic, etc. The existence of a shift in the view of the pesantren tradition, encourages authors to deconstruct salaf pesantren traditions using the study of Barthes's semiotics and Derrida's deconstruction theory analysis by: 1) Finding the meaning of denotation and connotation through signs, signifier and signified, 2) Tracing the elements of aporia (paradoxical meaning, contradictory meaning, and irony meaning), and 3) Reversing or changing the (conventional) meanings. The results of the study concluded that: 1) The traditions that have been developed in the Salaf pesantren are the accumulated interpretations that have been passed on by the ancestors as the treasures of human psychology (al-makhzun al-nafs) which act as guide tools in a boarding school environment; 2) analysis of the deconstruction of the salaf pesantren tradition is done by severing the epistemological relationship to all authorities that shape the knowledge tradition by overhauling the standard and frozen relations system into a fluid system of relations, further accounted for giving reasonable sides in all the traditions that developed within. Keywords: Semiotics, Roland Barthes, Deconstruction, Jacques Derrida, Pesantren Tradition Abstrak Pesantren telah melahirkan sistem nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi tradisi dan diyakini sebagai nilai dasar (core belief and core values). Namun, tidak sedikit tradisi-tradisi pesantren dipandang sebelah mata, kolot, sinkretis, jumud dan kuno oleh kaum orientalis. Adanya pergeseran pandangan tersebut, mendorong penulis untuk mendekonstruksi tradisi pesantren salaf menggunakan kajian semiotika Barthes dan pisau analisis teori dekonstruksi Derrida dengan cara: 1) Mencari makna denotasi dan konotasi lewat tanda, penanda dan petanda, 2) Melacak unsur-unsur aporia (makna paradoks, makna kontradiktif, dan makna ironi), dan 3) Membalikkan atau merubah makna-makna yang sudah dikonvensionalkan. Penelitian kualitatif ini berlokasi di Pesantren Darussalam Mekar Agung Madiun. Melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi, disimpulkan bahwa: 1) Tradisi-tradisi yang telah berkembang di pesantren salaf merupakan akumulasi interpretasi yang telah diwariskan para leluhur sebagai khazanah kejiwaan manusia (al-makhzun al-nafs) yang menjadi pedoman dan piranti dalam lingkungan pesantren; 2) analisis dekonstruksi tradisi pesantren salaf dilakukan dengan memutuskan hubungan epistemologis terhadap segala otoritas yang membentuk tradisi pengetahuan dengan merombak sistem relasi yang baku dan beku, menjadi sistem relasi yang cair dan dinamis, dari yang mutlak menjadi relatif, dari ahistoris menjadi historis yang selanjutnya dipertanggungjawabkan untuk memberi sisi-sisi masuk akal (reasonable) dalam segenap tradisi yang berkembang. Kata Kunci: Semiotika, Roland Barthes, Dekontruksi, Jacques Derrida, Tradisi Pesantren.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Rahman, Arif. "Dinamika Tradisi Pendidikan Salaf Pesantren Lirboyo Kediri di Tengah Arus Modernisasi." Jurnal Pendidikan Islam 9, no. 1 (October 1, 2020): 48–60. http://dx.doi.org/10.38073/jpi.v9i1.232.

Full text
Abstract:
Artikel ini telah merespon masalah perubahan (changing) dan kebertahanan (survival) dalam tradisi salaf pesantren Lirboyo dalam menghadapi arus modernisasi. Dengan menggunakan pendekatan sosio-antropologis, tulisan ini menjadi referensi bagi pesantren lainnya dalam melakukan tata kelola pesantren mempertahankan tradisi pendidikan salaf namun tidak menutup diri dari perkembangan modernisasi. Pesantren Lirboyo lebih fokus pada menghasilkan santri-santri yang berkualitas di zaman modern daripada perubahan mendasar yang keluar dari jati diri pesantren, artinya pesantren Lirboyo menggunakan pola kebertahanan dengan langkah reproduksi. Pertama, reproduksi proses komposisi sistem sosial genetikal secara hierarki yang memegang teguh prinsip bahwa pesantren merupakan warisan leluhur yang harus dijaga kelestariannya. Kedua, reproduksi paradigma bangunan keilmuan pesantren (dari ilmu agama saja menjadi perpaduan ilmu agama dengan ilmu umum) yang berimplikasi pada skill dan karakter lulusan pesantren. Ketiga, reproduksi tata kelola pesantren secara desentralisasi dan otonomi pada pondok cabang dan unit-unit yang dimiliki.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Solahudin, Muhammad, Ecep Ismail, and Irwan Abdurrohman. "PESANTREN SALAF: PERUBAHAN SOSIAL DAN SUBLIMASI IDENTITAS DENGAN KOMBINASI TASAWUF, FIQIH DAN TAUHID (Model Pesantren di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat)." Syifa al-Qulub 4, no. 2 (January 29, 2020): 87–105. http://dx.doi.org/10.15575/saq.v4i2.7763.

Full text
Abstract:
On the one hand, in the environment of the Pesantren salaf community, a kind of environment and tradition is formed which shows its unique, even unique characteristics, which are only understood by the community. Gus Dur, in this case, stated that the Pesantren salaf community is a community that has its own subcultural in the middle of society with the complexity of the problems in it. But on the other hand, there is a very rapid development of science and technology, so it demands pesantren salaf to make changes to adjust to the times, both in terms of the education system, the boarding school environment, institutions, leadership patterns, and others. Therefore, the study contained in the title "Pesantren Salaf: Social Change and Sublimation of Identity (Pesantren Model in West Java)", is very important to be carried out.The purpose of this study is none other than to find the concept of changes that occur in Pesantren salaf in West Java. For more details, they are: 1) uncovering the factors that drive changes in pesantren in West Java; 2) reveal pesantren's efforts in facing the challenges of the times, and 3) find forms of changes that occur in the Pesantren salaf in West Java.This research departs from a thought that social change will occur due to four things. First, Evolution. This theory states that humans as part of a cultured society will naturally develop gradually from simple forms to complex and perfect stages. Second, Conflict. This theory strongly believes that change will only occur if there is conflict. Third. Functional Theory. Social change occurs because of the disharmony between cultural elements. Fourth, Cycle Theory. Social change by itself will occur and cannot be controlled.The method used in this research is descriptive. In the process, the data is collected and compiled. After the data is collected and arranged in such a way, the authors analyze it and provide interpretation, with a qualitative approach. So that it is expected to be able to uncover the realities of the Pesantren salaf which are changing in the community.The results of the study stated that the Pesantren salaf can adapt well to social change by bringing up certain identities. This shift in identity needs to be examined and studied through the theory of action put forward by Max Weber. First, zweckrational. This theory is known as rational-purpose. In doing something always with a good and accurate calculation. Second, wertrational or rational-values. The involvement of the subject is directly involved in matters of absolute importance. The four traditionalists. This theory of action rests on established and established customs or traditions. Traditionalist theories respect existing authority.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Zarkasyi, Amal Fathullah. "Al-Salaf wa al-Salafiyah fi al-Fikr al-Islamy." TSAQAFAH 5, no. 1 (May 30, 2009): 181. http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v5i1.152.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Khotim, Muhamad Iskandar. "CITRA PONDOK PESANTREN RIYADHUTTAFSIR MENURUT PERSEPSI DAN MINAT SANTRI SALAF." As-Syar'i : Jurnal Bimbingan & Konseling Keluarga 2, no. 1 (April 15, 2020): 28–37. http://dx.doi.org/10.47467/as.v2i1.92.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Image is something that is abstract because it relates to beliefs, ideas and impressions obtained from a particular object either directly felt, through the five senses or obtain information from a source. As explained by Roesady, an image is a set of beliefs, ideas, and a person's impression of a particular object. The image of the Riyadhuttafsir boarding school is inseparable from the perception of students, alumni and the community who perceive according to their observations that this boarding school has a positive image. This response (acceptance) directly from students, alumni, and the community in the pesantren environment is in accordance with the results of interviews and observations in the field by researchers who explain that their perception of the Riyadhuttafsir boarding school is an experience of objects namely the Riyadhuttafsir boarding school which only studies the interpretation of science, or relationships obtained by summarizing information and interpreting messages from students, alumni or the community about the existence of the Riyadhuttafsir boarding school in Pagentongan, Bogor. Based on preliminary observations by researchers, what was felt by the community about the teaching and study of Tafsir in the Riyadhuttafsir Islamic Boarding School also confirmed what had been conveyed by the alumni of the boarding school. That the Riyadhuttafsir Islamic Boarding School succeeded in proving its work as a traditional Islamic boarding school which specifically studied interpretation in the Bogor Pagentongan region. Furthermore, the uniqueness of the hut from the existence of the hut is what makes the writer interested to explore and explore further about the perceptions, interests and image of the Riyadhuttafsir boarding school among students and alumni, as well as figures and communities around the boarding school will be the specialty of teaching methodology in Islamic boarding schools. Riyadhuttafsir is timelessly eroded by the changing times. In accordance with the above research title, problem formulation and research objectives, this study uses a qualitative research design. In this study the approach used is a qualitative approach that is displayed as it is. According to Bogdan and Taylor, as quoted by Lexi Moleong, qualitative research is a research procedure that produces descriptive data in the form of written or oral words from people and the observed behavior. Keywords: boarding school, image, interest, perception, student
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Dwi Lestari, Ririn, Antariksa, and Jenny Ernawati. "OBJEK AMATAN PADA TIPO-MORFOLOGI RUANG PONDOK PESANTREN SALAF-TRADISIONAL." Pawon: Jurnal Arsitektur 2, no. 02 (November 5, 2018): 29–44. http://dx.doi.org/10.36040/pawon.v2i02.250.

Full text
Abstract:
Pondok Pesantren Salaf-Tradisional merupakan model sistem sosial sekaligus sistem intelektual yang pertama dan tertua di Indonesia. Sebutan di Jawa, Sunda dan Madura adalah Pesantren atau Pondok, di Minangkabau Surau (Dayah), di Aceh dinamakan Rangkang (Meunasah). Lembaga ini bertujuan untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. Melalui pengkajian kitab klasik atau kitab kuning, dengan metode sorogan, bandongan atau wetonan, dan hafalan serta halaqoh. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui objek amatan apa saja yang dapat menjadi panduan untuk mengamati tipo-morfologi tipe ‘ibu’ atau tipe dasar/tradisional penyelenggaraan ruang-ruangnya. Melalui elaborasi teori ruang dan sintesa objek amatan dari penelitian terdahulu yang terkait, diperoleh objek amatan pada Ruang Luar berupa, (1)Organisasi Massa, (2)Lay-Out dan (3)Tatanan Massa dengan variabel amatan (a)Bentuk Massa, (b)Konfigurasi Massa, (c)Orientasi Massa, (d)Pola Sirkulasi, (e)Hirarki Massa dan (f)Transformasi Massa. Objek Amatan pada Ruang Dalam yaitu, (1)Organisasi Ruang, (2)Denah Ruang, (3)Teritori Ruang dan (4)Tatanan Ruang dengan variabel amatan (a)Bentuk Ruang, (b)Konfigurasi Ruang, (c)Orientasi Ruang, (d)Sirkulasi Ruang, (e)Elemen Pembatas Ruang, (f)Teritori Pemanfaatan Ruang, (g)Hirarki Ruang dan (h)Transformasi Ruang. Tanpa mengetahui tipe dasarnya, tidak mungkin bisa mengenal peran pentignnya dalam sejarah perjuangan bangsa hingga sekarang, apalagi mampu melestarikan nilai-nilai tradisi/kultur luhur yang dimilikinya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Anjum, Ovamir. "Cultural Memory of the Pious Ancestors (Salaf) in al-Ghazālī." Numen 58, no. 2-3 (2011): 344–74. http://dx.doi.org/10.1163/156852711x562344.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Suraji, Suraji. "Etika Fuqaha’ Al-Salaf dalam Berbeda Pendapat Mengenai Masalah Fikih." Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 4, no. 2 (June 4, 2020): 171–88. http://dx.doi.org/10.24090/mnh.v4i2.3717.

Full text
Abstract:
Differentopinion on Islamic law among Islamic scholars is such a relity and it also a part of God’s disposition that has to be taken wisely. Moslems ouht to learn and try to build a scientific athics that has been taught by fuqaha al-salaf. They taught about tolerance and respecting others opinins. Open mindedness is important to be learned to those different opinions. By learning those ethics, a peaceful and harmonious life might be realized.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Kamali, Mohammad Hashim. "Salafism, Wahhabism and Radical Islam." ICR Journal 7, no. 4 (October 15, 2016): 542–44. http://dx.doi.org/10.52282/icr.v7i4.234.

Full text
Abstract:
Although the term ‘Salafism’ has sometimes been applied to certain nineteenth to twentieth-century Islamic modernist thinkers, including the Egyptian Grand Mufti Mohammad ‘Abduh (d.1905) and Rashid Rida (d.1935), Salafism actually takes its origins from Ibn Taymiyyah’s (d.728/1328) essentially deconstructionist stance towards Islam’s scholastic legacy. In essence, Ibn Taymiyyah maintained that any position or ruling issued by a madhhab should be considered circumspect and unacceptable if not directly supported by a hadith text. On this basis, he denounced a number of common religious practices as ‘pernicious innovations’ (bid’ah) because they could not be traced to the hadith. Instead, he called for a return to what he believed to be the norms of the first two or three generations of Muslims - that is, to the norms of the al-salaf al-salih (‘righteous forebears’), hence the word ‘Salafi’. Ibn Taymiyyah believed that every apparent conflict between the Qur’an and Sunnah had been resolved either in the hadith or by a statement from the Salaf, effectively making the Qur’an completely subject to them.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Washil, Izzuddin, and Ahmad Khoirul Fata. "PEMIKIRAN TEOLOGIS KAUM SALAFÎ: Studi atas Pemikiran Kalam Ibn Taymiyah." ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 19, no. 2 (December 28, 2018): 315–42. http://dx.doi.org/10.18860/ua.v19i2.5548.

Full text
Abstract:
In the field of kalam (Islamic theology), some major themes, like attributes of Allah, will of Allah and human freedom, or Quran as words of Allah, have become debate topics between thought schools of kalam in Islam. Because of the complexity of those topics, the debate becomes eternal, without an agreed end. Among those thought schools of kalam in Islam involved in the debate is salaf school, held by Ibn Taymiyah. In his opinion, the school is the right one because it quite conforms to Quran and sunna. By way of thought (manhaj) of salaf school, Ibn Taymiyah also takes part in explaining those major themes in his works. In the case of the will of Allah and human freedom, for example, he doesn’t agree with the Qadarite school’s thought and the Jabarite school’s thought although in this he hasn’t yet stretched out a convincing explanation. This essay will analyze the way of thought (manhaj) of salaf school and Ibn Taymiyah’s opinion about those major themes, especially in his book Majmû‘ al-Fatâwâ.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Ahmad, Mahadi, and Riaz Ansary. "Fiqhī views on bayʿwa salaf and qarḍ-based Islamic banking deposit accounts in Malaysia." ISRA International Journal of Islamic Finance 9, no. 1 (July 10, 2017): 106–12. http://dx.doi.org/10.1108/ijif-07-2017-011.

Full text
Abstract:
Purpose Islamic banks are obliged to carry out transactions that only comply with Islamic commercial laws. Malaysia has been championing the Sharīʿah-based banking system, and so, continuous improvement on the compliance level of the institutions offering Islamic financial services is key to its global recognition in this industry. One of the issues that can affect deposit products is existence of a sale contract and loan facility in one transaction. Famous prophetic tradition prohibits this. Hence, this paper aims to examine the linkage between bayʿwa salaf (combination between a sale contract and loan in one transaction) and deposits accounts in Malaysia. Design/methodology/approach The subject matter of this paper is one that is researchable within library-based research. It is on this premise the research used the non-empirical qualitative research methodology. It used inductive method of analysis of both Islamic and policy documents on Islamic banking in Malaysia. Literature from Islamic jurisprudence, websites of some of the Islamic banks in Malaysia and relevant resolutions from the Shariah Advisory Council of Central Bank of Malaysia were consulted. Findings Based on the methodology mentioned above, the researchers arrived at the following findings: that, although there is no juristic disagreement about the prohibition of bayʿwa salaf, disagreement, however, occurs in results of some contracts. The most notable area of agreement on the existence of bayʿwa salaf is when there is express stipulation of sale or rendering of service and express or implied stipulation of loan alongside of the sale or service rendering. In an organized reversed tawarruq, the use of these deposits by the banks is regarded as loan from the depositors to the banks, who will soon put the money into sale that will generate profit to be divided between the banks and their depositors. However, this study finds that this is not bayʿwa salaf prohibited by the prophetic tradition. Originality/value The originality of this topic is proven by the new banking regulation regime of Malaysia, which compels Islamic banks to guarantee all deposits under them. As Islamic banks carry out their banking activities through trading, there is need to conduct a research such as this. This is to examine whether Islamic banks’ unilateral use of depositors’ funds in non-investment accounts which is translated, constructively, as loan from the depositors to Islamic banks amounts to bayʿwa salaf before the future tawarruq. Here there is loan and sale, which is the tawarruq. Hence, the need to do this research.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography