Academic literature on the topic 'Pusat Dokumentasi Sastra H.B'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Pusat Dokumentasi Sastra H.B.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Pusat Dokumentasi Sastra H.B"

1

S.Pd., M.Pd., M. Asri B,. "KAJIAN VITALITAS SASTRA LISAN DAMPELAS." Multilingual 19, no. 1 (June 29, 2020): 44–56. http://dx.doi.org/10.26499/multilingual.v19i1.136.

Full text
Abstract:
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dengan tujuan untuk mengetahui daya hidup atau tingkat kesehatan sastra lisan Dampelas. Penelitian ini berancangan deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang memuat kajian vitalitas sastra lisan Dampelas. Artinya, data diolah secara kuantitatif (statistik sederhara/jumlah/prensentase), selanjutnya akan dideskripsikan secara kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah 29 responden masyarakat Dampelas. Data diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner. Untuk menentukan kriteria vitalitas sastra lisan Dampelas digunakan analisis deskriptif kuantitatif berdasarkan penghitungan frekuensi dan persentase. Hasil perhitungan untuk menentukan daya hidup atau tingkat kesehatan sastra lisan Dampelas didasarkan pada indikator: (a) penutur,(b) kontak bahasa dan sastra,(c) bilingualisme, (d) posisi dominan masyarakat penutur/pengguna sastra (e) ranah penggunaan bahasa dan sastra, (f) sikap bahasa dan sastra,(g) regulasi, (h) pembelajaran di sekolah, (i) dokumentasi, dan (j) tantangan baru. Berdasarkan hasil itu, dapat dikemukakan bahwa sastra lisan Dampelas (modade dan modate) sudah dalam kondisi terancam punah (endangered). Kata Kunci: Kajian vitalitas, sastra lisan Dampelas AbstractThis research was conducted in DampelasSub-district, Donggala District, and Province of Central Sulawesi with purpose to know life force or health level of Dampelasoral literature. This research designedin descriptive qualitative and quantitative which contained vitality of Dampelasoral literature. Itmeant, the data were processed through quantitative (simple statistic/numbers/presentation),furthermore it could bedescribed through qualitative. The data sources of this research were 29 respondents of Dampelassociety. The datawere gotten from observation results and questionnaires. To determine criteria of vitality of Dampelasoral literature was used analyzing of descriptive quantitative based on calculation of frequency and percentage.The calculation results to determine the life force or the health level of Dampelasoral literature based on indicator: (a) speaker, (b) language and literature contact, (c) bilingualism, (d) dominant position of speaker society/literature user, (e) realm of using language and literature, language attitude and literature, (g) regulation, (h) learning in the school, (i) documentation and (j) new challenging. Based on this research, it could bestated that Dampelas oral literature (modate and modate) had in an endangered condition. Kata Kunci: Vitality study, of dampelas, oral literature
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Jannah, Uswatul. "NILAI-NILAI SUFISTIK DALAM QASIDAH “AGHIBU” KARYA SYAIKH ABDURRAHIM BIN MUHAMMAD WAQI'ULLAH Al-BAR'I AL-YAMANI." Tafhim Al-'Ilmi 10, no. 1 (October 30, 2018): 93–100. http://dx.doi.org/10.37459/tafhim.v10i1.3249.

Full text
Abstract:
The research entitled Sufistic Values in the Qasidah "Aghibu" of Shaykh Abdurrahim bin MuhammadWaqi'ullah Al-Bar'i Al-Yamani departs from an academic anxiety and anomaly about a famousqasidah entitled Aghibu which is often screened in various mosques in Surabaya . But, the audiencedoes not know and understand its meaning, let alone the poet himself. The people in theneighborhood are more familiar with the famous singer of this qasidah, namely Misyari Rasyid Al-Afasy and the Naqshabandi Tariqa group. These various problems led the Researcher to study moreabout the Aghibu qasidah starting from any theme that was carried in it, as well as revealing thevarious messages and sufistic values contained in the qasidah. To achieve these objectives, theresearcher used a descriptive-qualitative method with an intrinsic approach, namely Sufistic literature.Sufistic literature is a part of pure art that deals with transcendental and divine problems, so that itoriginates in the reality of life which cannot be explained through rational logic understanding (‘amrulghaib). According to researchers, this is in line and in accordance with the Aghibu qasidah which isladen with divine meanings and is a representation of the reality of sufism life. The results showedthat the big theme raised by Aghibu was pure servitude to Allah SWT. and make Him the center of allaction. Therefore this qasidah contains sufistic values which must be passed by a salik in trainingspiritual sensitivity through the attitude of (a) khauf and roja '; (b) syukur; (c) taubat; (d) muraqabah,(e) dawamus shalah, (f) husnuddzan billah: (g) dzikrullah; and (h) mahabbah.Keyword: Sufistic Literature, Sufistic Values, Qasidah Aghibu AbstrakPenelitian berjudul Nilai-nilai Sufistik dalam Qasidah “Aghibu” Karya Syaikh Abdurrahim binMuhammad Waqi’ullah Al-Bar’i Al-Yamani ini berangkat dari sebuah kegelisahan akademis dankeganjilan tentang satu qasidah berjudul Aghibu yang terkenal dan sering diputar di berbagai masjiddi Surabaya, namun para penikmatnya justru tidak paham dan mengerti maknanya, apalagi untukmengenal penyairnya sendiri. Masyarakat di lingkungan tersebut lebih mengenal munsyidnya yaituMisyari Rasyid Al-Afasy dan kelompok thariqah Naqsyabandi. Berbagai persoalan tersebutmengantarkan Peneliti untuk mengkaji lebih lanjut tentang qasidah Aghibu dimulai dari tema apa sajayang diusung di dalamnya, serta menguak berbagai pesan dan nilai-nilai sufistik yang terkandungpada qasidah tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, Peneliti menggunakan metode deskriptifkualitatifdengan pendekatan intrinsik yaitu sastra sufi. Sastra sufi adalah bagian dari seni murni yangberkenaan dengan transedental dan masalah-masalah ketuhanan, sehingga ia bersumber padarealitas kehidupan yang tidak dapat dijelaskan melalui pemahaman logic rasional (‘amrul ghaib).Hemat peneliti, hal ini selaras dan sesuai dengan qasidah Aghibu yang sarat dengan maknaketuhanan dan merupakan representasi dari realitas kehidupan sufisme. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tema besar yang diangkat Aghibu adalah penghambaan murni pada Allah SWT.dan menjadikan Dia sebagai pusat segala tindakan. Maka dari itu qasidah ini mengandung nilai-nilaisufistik yang harus dilalui seorang salik dalam melatih sensitifitas ruhani melalui sikap (a) khauf danroja’; (b) syukur, (c) taubat; (d) muraqabah, (e) dawamus shalah, (f) husnuddzan billah: (g) dzikrullah;dan (h) mahabbah.Kata Kunci: Sastra Sufistik, Nilai Sufistik, Qasidah Aghibu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Aisyah, Siti, Eliya Pebriyeni, and Ferdian Ondira Asa. "PENGARUH SCIENTIFIC APPROACH TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SMP NEGERI 2 GUNUNG TALANG." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 1 (June 30, 2022): 165. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.33170.

Full text
Abstract:
The purpose of this study was to determine the application of the scientific approach to student learning activities and student responses after being applied in learning fine arts at SMP Negeri 2 Gunung Talang, Solok Regency, West Sumatra. This study used a quasi-experimental method, while the population were all students of class VII. The sampling technique used simple random sampling with a sample size of 50 students. Data was collected using interviews, documentation, questionnaires and observations. The technique of data analysis on student activities was calculating the percentage, the questionnaire carried out descriptively. There were 3 research results, namely student activities during the learning process, student learning outcomes and student responses to the scientific approach. Student activity shows that the first trial class was 89.97% and the second trial class was 87.99%, thus, it can be concluded that the two classes with scientific approach learning were not much different and make learning activities with a high or good percentage. The results of the experimental class students' responses in general obtained positive results, namely 88.29% and negative 58.5%, and the second experimental class response was 83% positive and 61.62% negative. Based on the percentage of student responses, it showed the implementation of learning with the scientific approach was successful. Student learning outcomes showed an increase in learning outcomes before (pretest) and after (posttest) with the application of the scientific approach. So the final target with the application of the scientific approach to art learning was the formation of high learning activity.Keywords: scientific approach, learning activities.AbstrakTujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui penerapan scientific approach terhadap aktivitas belajar siswa dan respon siswa setelah diterapkan dalam pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen, adapun populasinya yaitu seluruh siswa kelas VII. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 siswa. Pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara, dokumentasi, angket dan observasi. Teknik analisis data terhadap aktivitas siswa melakukan perhitungan persentase, angket dilakukan secara deskriptif. Terdapat 3 hasil penelitian yaitu aktivitas siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar siswa serta respon siswa terhadap scientific approach. Aktivitas siswa menunjukkan kelas uji coba pertama adalah 89,97 % dan kelas uji coba kedua 87,99 %, sehingga disimpulkan bahwa dari kedua kelas dengan pembelajaran scientific approach tidak jauh berbeda serta menjadikan aktivitas belajar dengan persentase yang tinggi atau baik. Hasil belajar siswa menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar sebelum (pretest) dan sesudah (postest) dengan penerapan scientific approach. Hasil respon siswa kelas eksperimen secara umum memperoleh hasil yang positif yaitu 88,29% dan negatif 58,5%, dan respon kelas eksperimen kedua tanggapan positif 83% dan negatif 61,62%. Berdasarkan persentase dari respon siswa menunjukkan keterlaksaan pembelajaran dengan scientific approach berhasil. Jadi sasaran akhir dengan penerapan scientific approach pada pembelajaran seni rupa adalah terbentuknya aktivitas belajar yang tinggi. Authors: Siti Aisyah: Universitas Negeri PadangEliya Pebriyeni : Universitas Negeri PadangFerdian Ondira Asa : Universitas Negeri Padang References:Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.Agustin, M., Yensy, N. A., & Rusdi, R. (2017). Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing di smp negeri 15 kota bengkulu. Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), 1(1), 66-72.A.M, Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Diani, R. (2016). Pengaruh pendekatan saintifik berbantukan LKS terhadap hasil belajar fisika peserta didik Kelas XI SMA Perintis 1 Bandar Lampung. Jurnal ilmiah pendidikan fisika Al-Biruni, 5(1), 83-93.Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.Hamzah B, Uno. (2012). Model Pembelajaran Menciptakan Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Kemdikbud. (2014). Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.Lubis, S. K., Retnowati, T. H., & Syawalina, S. (2020, July). Predictive Power of Intellectual Ability Test Score on Students’ Fine Art Learning Outcomes. In 3rd International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2019) (pp. 41-44). Atlantis Press. Majid, Abdul (2014). Implementasi kurikulum 2013 kajian teoritis dan praktis. Bandung: Interes Media.Purnomo, Eko. dkk. (2014). Seni budaya. Jakara: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.Sani, Ridwan Abdullah. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.Syafei, S., Efrizal, E., Sami, Y., Zubaidah, Z., Ariusmedi, A., & Kharisma, M. (2021). Penerapan Ragam Hias Minangkabau dalam Pembelajaran Membatik bagi Guru Seni Budaya SMPN dan MTsN Kabupaten Padang Pariaman. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 522-529.Yamin, Martinis. (2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Yusuf, Adie Erar, and Elin Alinda. "Active and Innovative Indonesian Language Learning Model for 8-Year-Old Children." JPUD - Jurnal Pendidikan Usia Dini 17, no. 2 (November 30, 2023): 205–15. http://dx.doi.org/10.21009/jpud.172.02.

Full text
Abstract:
Mastery of Indonesian language skills for children is still a challenge for teachers and parents. Teachers need an effective learning model to improve Indonesian language skills and knowledge. This research aims to develop an active and innovative Indonesian language learning model for children aged 8 years by collaborating with the Numbered Heads Together, Sample Non-Examples, and Guess Words (NET) learning models. This research is a test of the effectiveness of the learning model with a small group trial study carried out at MI Kompa, and a large group trial carried out at MI Adda'wah and MIN I Sukabumi Parungkuda. Data collection techniques were carried out using a mixture of two types of data, qualitative and quantitative. The research results show that the development of the NET learning model in Indonesian language subjects has succeeded in improving children's learning outcomes. Therefore, the results of this study can be used as a starting point for further research. This study has limitations in using descriptive statistical data that do not yet explain the factors that influence the success of the proposed learning model. The results can also provide a basic approach to support further analysis of the impact of using learning strategies in the classroom, both in increasing student and teacher activity. Keywords: numbered heads together, non-examples, guess the words, Indonesian, eight-year-old children References: Bloom, B. S., Krathwohl, D. R., & Masia, B. B. (1984). Bloom taxonomy of educational objectives. In Allyn and Bacon. Pearson Education London. Burns, M., Pierson, E., & Reddy, S. (2014). Working together: How teachers teach and students learn in collaborative learning environments. International Journal of Instruction, 7(1). Hidayat, U. S. (2016). Model-Model Pembelajaran Efektif. Bina Mulia Publishing. Iskatiana, E. (2017). Pengaruh Strategi Pembelajaran Problem Based Learning dan Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V di SD Bangunharjo. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 4(1). Kagan, S. (1989). The structural approach to cooperative learning. Educational Leadership, 47(4), 12–15. Kurniasih, I., & Sani, B. (2015). Ragam pengembangan model pembelajaran untuk peningkatan profesionalitas guru. Jakarta: Kata Pena, 71–72. Kurniawan, M. I. (2015). Tri pusat pendidikan sebagai sarana pendidikan karakter anak sekolah dasar. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 4(1), 41–49. Listiadi, A., Sulistyowati, R., & Sakti, N. C. (2019). Improving learning quality through NHT cooperation model in Indonesian vocational schools. KnE Social Sciences, 884–902. Nursyamsi, S. Y., & Corebima, A. D. (2016). The effect of numbered heads together (NHT) learning strategy on the retention of senior high school students in Muara Badak, East Kalimantan, Indonesia. European Journal of Education Studies. Rahmawati, I., Shodiqin, A., & Sugiyanti, S. (2018). Efektivitas Model Pembelajaran Numbered Head Together Berbantuan Media Prezi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Viii. Senatik 2018. Saadie, M. (2007). Strategi Pambelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Unversitas Terbuka. Santoso, H. (2011). Membangun minat baca anak usia dini melalui penyediaan buku bergambar. Universitas Negeri Malang. Serdyukov, P. (2017). Innovation in education: what works, what doesn’t, and what to do about it? Journal of Research in Innovative Teaching & Learning, 10(1), 4–33. Solchan, T. W., Mulyati, Y., Syarif, M., Yunus, M., Werdiningsih, E., & Pramuki, B. E. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Susanto, H. (2016). Membangun budaya literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia menghadapi era mea. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(1), 12–16. Zulela, M. S. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Sadid, Agus. "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI MEDIA KLIPING KORAN UNTUK SISWA PAKET C SETARA SMA." JIV-Jurnal Ilmiah Visi 13, no. 2 (December 4, 2018): 135–44. http://dx.doi.org/10.21009/jiv.1302.7.

Full text
Abstract:
Writing is one of the four skills studied in the Indonesian language lesson. Unfortunately, many students find that it is difficult to make a short story. Writing needs the media to pull out ideas when the students write the short stories. This study aims to investigate the usage of the newspaper clipping media to improve the students’ short story writing skills. The research method employed was a quantitative approach with a quasi-experiment design and the new version of SPSS data analysis. The research was conducted from April to May 2017 at SKB Sumbawa regency. The findings showed that (1) by using the newspaper clipping media, there was a significant improvement of the package C (equal to Senior High School Level) students’ short story writing skills in SKB Sumbawa regency, (2) there was an increase of the post-test result to 80% (Good), (3) the result of t-test was 13.253>1ttable=2.021 which meant that there was a significant correlation of using the newspaper clipping media (x1) to the short story writing skill (x2). Based on the research the result, it is suggested that (1) it is important to use the newspaper clipping media in the writing lesson, (2) a joyful learning should use a media and (3) the usage of the newspaper clipping media is strongly recommended to improve the package C (equal to Senior High School Level) students’ short story writing skill. References Arsyad, A. (2003). Media pembelajaran. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aminuddin. (2014). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Dalman, H. (2012). Keterampilan menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto. (2013). Media pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Buku siswa bahasa Indonesia ekspresi diri dan akademik (edisi revisi 2014). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Balitbang Kemdikbud. Poerwadarminta, W.J.S. (1986). ABC karang mengarang. Yogyakarta: U.P.Indonesia. Rani, A., Arifin, B., & Martunik. (2013). Analisis wacana: Tinjauan deskriptif. Malang: Surya Pena Gemilang. Syafi’ie, I. (1990). Pragmatik dalam pengajaran bahasa Indonesia dalam antilan purba (ed. Kepragmatikan). Medan: IKIP Medan. Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. Wahidah. (2015). Efektivitas penggunaan model picture and picture dalam keterampilan menulis cerpen siswa kelas X SMA Islam Diponegoro Wagir tahun ajaran 2014/2015. Skripsi. Malang: Universitas Islam Malang. Wahyuni, S., & Ibrahim, A.S. (2012). Asesmen pembelajaran bahasa. Malang: PT.Refika Adiatma.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Herdianto, Ferry, Yusnelli Yusnelli, and Freddy Antara. "KOMPOSISI MUSIK BADONDONG BAIBO DALAM MUSIK INSTRMENTAL." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 1 (May 18, 2021): 115. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i1.24912.

Full text
Abstract:
The composition of instrumental and vocal music in this creation came from the art of badondong baibo and was developed into an instrumental music performance in the form of a musical composition with an orchestra format. The principle of the formulation of the creation of conventional music science. While the purpose of this creation is 1) to create badondong baibo art with different contexts and functions into modern music compositions and develop it using conventional techniques, 2) to realize musical ideas inspired by badondong baibo art and make it a new musical composition. . While the method of creation is carried out in three stages, namely; 1) data collection stage, 2) creation stage and 3) evaluation stage. This composition can be concluded that; a) creating musical compositions derived from regional arts has its own difficulties, where the creator must understand and explore the arts of the area, b) badondong is a new musical composition that is adapted from the melodies and vocals of badondong baibo in the Danto area of East Kampar district, c) the tone of the composition this music is a modified "nandung-nandung" melody without reducing the basic "nandung-nandung" melody, d) this badondong baibo vocal is sung by a vocalist to show the main theme in the creation of this musical composition, e) this composition is in the form of an orchestra format, f) This badondong is a musical composition with a lot of development, and is presented in the context of performing arts.Keywords: badondong, baibo, composition, music. AbstrakRumusan penciptaan komposisi ini diwujudkan dalam sebuah pertunjukan yaitu musik instrumental dan vokal yang mengangkat kesenian badondong baibo menjadi sebuah pertunjukan musik instrumental yang kreatif dan inovatif dalam bentuk komposisi musik dengan format orketra. Dimana rumusan penciptaan menggunakan prinsip-prinsip ilmu musik konvensional. Sedangkan tujuan penciptaan ini adalah 1) untuk menghadirkan kesenian badondong baibo dengan konteks dan fungsi yang berbeda ke dalam komposisi musik modern dan mengembangkannya dengan menggunakan teknik konvensional, 2) untuk merealisasikan ide musikal yang di inspirasi dari kesenian badondong baibo dan menjadikannya sebuah komposisi musik yang baru. Sedangkan metode penciptaan dilakukan dengan tiga tahap yaitu; 1) tahap pengumpulan data, 2) tahap penciptaan dan 3) tahap evaluasi. Secara aris besar kompisisi ini dapat disimpulkan bahwa; a) menggarap sebuah komposisi yang berangkat dari sebuah kesenian bukanlah perkara yang mudah, selain harus memahami, kita juga dituntut untuk mempelajari latar belakang dari kesenian tersebut, b) badondong adalah komposisi musik baru yang bersumber dari melodi vocal badondong baibo yang terdapat didaerah Danto kecamatan Kampar Timur, c) material komposisi ini adalah potongan-potongan melodi “nandung-nandung” yang dikembangkan dengan tidak menghilangkan nuasa melodi pokok “nandung-nandung”, d) vokal dari badondong baibo dibawakan oleh seorang vokalis untuk memperkenalkan tema pokok dalam penggarapan komposisi ini, e) komposisi digarap dengan format orkestra dalam sebuah pertunjukan seni, f) badondong ini adalah sebuah komposisi musik yang dicipatkan dengan menggunakan banyak pengembangan, dimana komposisi musik ini dihadirkan dalam konteks prtunjukan.Kata Kunci: badondong, baibo, komposisi, musik. Authors:Ferry Herdianto : Institut Seni Indonesia PadangpanjangYusnelli : Institut Seni Indonesia PadangpanjangFreddy Antara : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:­Aziza, M. R., Soemardiono, B. (2013). Canon, Sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2), __ _ __ .Amanriza, dkk. (1989). Koba Sastra Lisan Orang Riau. Pekanbaru: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau.Baran, Stanley J. (2011). Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya, Edisi Kelima Buku Satu. Jakarta: Salemba Humanika.Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.Esten, M. (1990) Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur. Bandung: Angkasa.Lailia, D. R. (2016). Tinjauan Harmoni Pada Karya Musik “True Love Of Family”. Jurusan Pendidikan Sendratasik: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.Kusumawati, Heni. (2004). Komposisi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.Herdianto, F. (2021). “Badondong Baibo”. Hasil Dokumentasi Pribadi. 2021, ISI Padangpanjang.Hutagalung, R. J. (2018). Klasifikasi Instrumen Musik pada Ensembel Musik Tradisional Batak Toba. Jurnal Christian Humaniora, 2(2), 114-126. https://doi.org/10.46965/jch.v2i2.92. Mahdayeni, M., Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(2), 154-165. https://doi.org/10.30603/tjmpi.v7i2.1125. Maran, Rafael Raga. (2007). Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.Mudjilah, H. S. (2004). Teori Musik (Diktat Kuliah). Yogyakarta: Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS-UNY Yogyakarta.Juita, N. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pantun Badondong Masyarakat Desa Tanjung Bungo Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran, 3(1). __ _ __ .Purnomo. (2018) Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 s.d. 2018 Untuk Wilayah Kerja BPNB Kepulauan Riau Provinsi Kepulauan Riau dan Riau. Riau: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau.Sahar, S. (2016). Merintis Jalan: Membangun Wacana Pendekatan Antropologi Islam. Jurnal Al Adyaan; Jurnal Sosial dan Agama, 1(02). __ _ __ .Syafiq, Muhammad. (2003). Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.Sibarani, R. (2015). Pendekatan antropolinguistik terhadap kajian tradisi lisan. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1(1), 1-17. https://doi.org/10.22225/jr.1.1.9.1-17.Sutami, Hermina. (2005). Ungkapan Fatis dalam Pelbagai Bahasa. Depok: Rumah Printing. Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni, Penerbit ITB: Bandung.Wang, A. (2014, May). The Expression of Emotion and Feeling in Music Composition. In International Conference on Education, Language, Art and Intercultural Communication (ICELAIC-14) (pp. 636-638). Atlantis Press.Turek, Ralp. (1988). Concepts and Application. New York: The University of Akron.Yohana, N., & Husmiwati, K. (2015). Kaidah interaksi komunikasi tradisi lisan basiacuang dalam adat perkawinan Melayu Kampar Riau. Jurnal Penelitian Komunikasi, 18(1), 43-56.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Safitra, Febriartha Dwi Wahyu, Ni Kadek Yuni Utami, and Ni Wayan Ardiarani Utami. "REDESAIN INTERIOR NEW STAR CINEPLEX TIMBUL JAYA PLAZA DI KOTA MADIUN." Jurnal Patra 2, no. 1 (May 2, 2020): 19–26. http://dx.doi.org/10.35886/patra.v2i1.83.

Full text
Abstract:
Febriartha Dwi Wahyu Safitra1, Ni Kadek Yuni Utami 2, Ni Wayan Ardiarani Utami3 1,2,2Sekolah Tinggi Desain Bali, Denpasar,Bali - Indonesia e-mail: febrisafitra97@gmail.com1 A B S T R A C T Movie theater is one of public entertainment designed to give a good quality audio-visual and services to people who would like to spend their time to watch a movie. The purpose of this redesign is to increasing the quality of services provided into movie theater, also to attracting public interest of Indonesian movie world by serving a good facilities and accommodation of watching movie activities. The process of collecting information data by doing an observation to site location at the movie theater, and do an interviewed with one of the staff, also one of customer at the movie theater. The result of those observation will be analyzed using qualitative analyses method and glass box method by listing what people’s demand as for services and facilities should be provide at movie theater, to figuring what rooms that needed, as well as theme and concept for the design. The conclusion is Futuristic Entertainment applied as theme and concept at theater’s interior redesign has a hope will become the new face of the Movie Theater as of facing high business competition among movie theater industry also to calibrate the Industry 4.0 era where internet based at most of life aspect, nowadays. Key words : movie theater, movie, watching, services, public, Futuristic, Entertainment, redesign, interior A B S T R A K Bioskop merupakan salah satu tempat sarana hiburan untuk menonton film yang dirancang memberikan kualitas audio-visual yang baik dan kegiatan pelayanan dalam meningkatkan kenyamanan dalam menonton film. Tujuan dari redesain interior ini untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada bioskop, serta meningkatkan minat masyarakat untuk menghargai perfilman di Indonesia dengan memberikan fasilitas dan sarana yang baik dalam kegiatan menonton film. Proses pengumpulan data dilakukan dengan observasi ke lokasi site bioskop tersebut dan melakukan wawancara pada salah satu pegawai bioskop, serta salah satu pengunjung dari bioskop. Hasil dari observasi tersebut kemudian di analisa menggunakan metode analisa kualitatif dan metode desain glass box, dengan mendata pelayanan yang harus disediakan pada area bioskop, untuk mengetahui kebutuhan ruang, serta tema dan konsep dalam redesain interior. Simpulan redesain pada interior bioskop menggunakan tema dan konsep Futuristic Entertainment, yang mana dari tema dan konsep tersebut akan memberikan wajah baru untuk menghadapi persaingan bisnis bioskop yang semakin tinggi dan sekaligus menyesuaikan era Industry 4.0 sekarang, dimana Internet based pada hampir segala aspek kehidupan. Kata Kunci: bioskop, film, menonton, pelayanan, masyarakat, Futuristic, Entertainment, redesain, interior. PENDAHULUAN Di digital era seperti sekarang ini, menonton film menjadi salah satu pilihan sarana hiburan bagi masyarakat untuk melepas penat maupun kebosanan akan rutinitas sehari-hari. Cerita-cerita dalam film dapat diadaptasi dari novel, dokumentasi ilmiah, autobiografi, sejarah dari sebuah peristiwa, maupun dari kisah nyata seseorang yang menarik untuk diangkat ke dalam sebuah film, sehingga sebuah film pun juga dapat menjadi media visual informasi bagi masyarakat luas. Sekarang ini bioskop sebagai tempat pemutaran film-film sudah banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dilihat dari jumlah layar bioskop yang semakin bertambah, sekaligus berpengaruh pada pertambahan jumlah penonton Indonesia. Menurut data GPBSI (Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia), jumlah layar bioskop di Indonesia terus bertambah dalam dekade terakhir, pada tahun 2008 tercatat ada 574 layar, kemudian terus bertambah menjadi 1518 layar pada 2017, bertambah lagi menjadi 1774 pada 2018, dan hingga pada per 13 Mei 2019, bertambah 87 layar, sehingga total jumlah menjadi 1861 layar bioskop. Di Kota Madiun sendiri terdapat 2 bioskop yang beroperasi yaitu New Star Cineplex (NSC) Timbul Jaya Plaza dan CGV*Blitz, dari kedua bioskop terdapat perbedaan dari segi fasilitas, jumlah pengunjung bioskop, dan juga desain yang diterapkan. Berdasarkan data survey pengunjung pada Goggle Trend yang diambil dari bulan September – November 2019, menunjukkan perbedaan signifikan jumlah pengunjung antara bioskop NSC Timbul Jaya Plaza Madiun dengan bioskop CGV*Blitz, dimana jumlah pengunjung di bioskop NSC Timbul Jaya Plaza cenderung lebih rendah dari bioskop CGV*Blitz. Gambar 1. Data perbadingan jumlah pengunjung bioskop [Sumber : Google Trend, 2019] Kurang nya pembaharuan dari segi fasilitas dan desain pada interior bioskop NSC Timbul Jaya Plaza Madiun juga menjadi salah satu faktor sepinya pengunjung pada bioskop. Gambar 2. Keadaan eksisting bioskop NSC Timbul Jaya Plaza Madiun [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Maka dari itu di dalam makalah ini akan dibahas redesain interior dari bioskop dengan menggunakan tema dan konsep Futuristic Entertainment yang bertujuan memberikan suasana baru pada bioskop untuk menghadapi persaingan bisnis bioskop yang semakin ketat seiring pertumbuhan jumlah layar bioskop yang semakin meningkat setiap bulannya dan era Industry 4.0 yang semakin canggih, selain itu pembaharuan dari segi desain dan hiburan dapat menarik perhatian pengunjung untuk datang ke bioskop NSC ini. METODE PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data Terdapat dua data pada metode ini, yaitu Data Primer dengan dilakukan pengumpulan informasi-informasi melalui wawancara pada salah satu staff bioskop dan salah satu pengunjung bioskop. Data Sekunder dengan mengumpulkan data informasi dari berbagai sumber referensi akurat. Metode ini diyakini dapat memberikan data yang akurat, dan dapat memberikan gambaran jelas permasalahan pada bioskop. 2.2 Metode Analisa Data Metode Analisa Data pada redesain ini menggunakan metode kualitatif. Metode dengan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat deskripsi. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Dimana untuk hasil desainnya lebih bersifat umum, fleksibel serta berkembang dan muncul dalam proses penelitian. Kesimpulannya desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitian sehingga desain harus bersifat fleksibel dan terbuka. 2.3 Metode Desain Metode yang digunakan pada redesain ini yaitu metode glass box, dimana metode yang menggunakan parameter yang terukur, sesuai dengan fakta dan telah dianalisisa secara mendalam serta sistematis. Sehingga metode desain menggunakan sistem ini hasilnya diharapkan mampu rasional sehingga memenuhi standar kenyamanan. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Lokasi Site Bioskop ini berlokasi di Jalan Pahlawan Kav. 46 – 48, Mangu Harjo, Kota Madiun. Untuk akses ke bioskop tersebut sangatlah mudah, karena bangunan Timbul Jaya Plaza sendiri berada tepat dipinggir jalan raya dan berada di tengah kota Madiun sebagai pusat perekonomian kota tersebut sehingga mudah untuk ditemukan. Dari lokasi tersebut dapat dihasilkan data berupa eksisting dari bioskop tersebut. 3.2 Tema dan Konsep Menentukan tema dan konsep merupakan langkah awal dalam meredesain suatu interior. Hal ini akan memberikan gambaran yang jelas suatu ruangan dari segi bentuk, warna, dan material yang akan digunakan, sehingga memiliki visual yang menarik. Tema yang diaplikasikan pada redesain ini adalah Futuristic, Futuristik sendiri merupakan tema desain yang berorientasi pada masa depan, dengan banyak menggunakan bentukan yang tidak lazim, dan jarang diterapkan pada furniture pada umumnya. Dalam tema futuristik yang akan diterapkan pada redesain ini memiliki karakteristik dan ciri-ciri tersendiri, seperti tampilan artistik namun memiliki bentuk sederhana, elegant modern, dan dengan nuansa ruangan yang penuh dengan permainan lampu. (a) (b) Gambar 3. (a) Ruangan tema futuristic (b) aksen garis lampu pada garis pada furniture futuristic [Sumber : pinterest, 2020] Konsep yang diplikasikan pada redesain ini adalah Entertainment. Konsep ini mengambil elemen dari bioskop ini sendiri yaitu sebagai tempat hiburan yang sekaligus memberikan kesan dan pengalaman terbaik untuk menonton film bagi pengunjungnya. Dari tema dan konsep akan muncul suatu skema warna yang akan banyak diterapkan pada interior, yaitu cyan, hitam dan putih. Untuk material, banyak akan diterapkan menggunakan bahan stainless steel, aluminium, dan kaca tempered glass. 3.3 Scheme Color Dalam setiap konsep desain ruangan, terdapat warna-warna yang akan secara dominan muncul dalam pengaplikasiannya. Pada tema ini akan memiliki skema warna : Gambar 4. Scheme Color Redesain Bioskop New Star Cineplex Timbul Jaya Plaza Madiun [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] 3.4 Visualisasi tema dan konsep Tema dan konsep yang akan diterapkan pada interior adalah Futuristic Entertainment pada bagian lantai, dinding, ceiling/plafond, furniture, ruangan, dan fasilitas pada bioskop. Lantai Area lantai bioskop yang akan diterapkan adalah lobby bioskop dan area ruang teater. a) Lobby Gambar 5. Lantai Karpet [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Pada bagian lobby bioskop, diaplikasikan karpet sebagai lapisan penutup lantai, dan aksen garis lampu untuk futuristic look yang mengelilingi area ruangan lobby, selain sebagai aksen, penggunaan garis ini berfungsi sebagai garis emergency ketika keadaan darurat terjadi, yang akan menyala untuk menuntun pengunjung ke arah pintu keluar. b) Ruang Teater Gambar 6. Lantai Ruang Teater [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Area ruang teater diberikan lapisan karpet tile, dengan hidden lamp pada bagian tangga teater. Hidden lamp pada tangga selain berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi penonton, sekaligus sebagai lampu emergency, penunjuk jalan ketika dalam keadaan darurat. Dinding Area yang akan diterapkan yaitu pada dinding lobby, ruang tunggu dan ruang teater. a) Lobby Gambar 7. Dinding Lobby [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Dinding lobby menggunakan bentuk yang simetris, asimetris dan banyak menggunakan permainan hidden lamp untuk menyesuaikan konsep futuristik pada ruangan. b) Ruang Tunggu Gambar 8. Dinding Ruang Tunggu [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Pada area dinding ini di aplikasikan bentuk simetris organic berbentuk honeycomb, bentuk ini menjadi focal point di salah satu sudut area ruang tunggu sebagai futuristic look. c) Ruang Teater Gambar 9. Dinding Ruang Teater [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Dinding pada ruang teater, diterapkan backdrop untuk menambah kesan futuristik dalam ruangan, dan sebagai menambah pencahayaan ruangan. Ceiling/Plafond Area yang diterapkan yaitu pada lobby, ruang teater, dan lorong Exit Ruang Teater 2. a) Lobby Gambar 10. Plafond Ruang Lobby [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Pada area lobby menggunakan drop ceiling yang terdapat hidden lamp di dalamnya mengelilingi lampu gantung. Penggunaan ceiling ini untuk memberikan tambahan pencahayaan dan menambah estetika futuristik pada ruangan. b) Ruang Teater Gambar 11. Plafond Ruang Teater [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Ceiling pada area bioskop terdapat lampu pada setiap garis nya untuk memberikan futuristic look pada ruangan. Selain itu ceiling pada area ini sedikit diberikan bentuk lengkungan sebagai pengatur akustik audio ruangan. c) Lorong Exit Teater 2 Gambar 12. Plafond area lorong exit teater 2 [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Area lorong exit diaplikasikan plafon kaca dengan ceiling yang tinggi, ukuran ruang lorong yang sempit, tidak ingin memberikan kesan claustrophobic pada pengunjung sehingga penggunaan plafond kaca memberikan kesan ruang yang lebih lapang, dan banyak penggunaan permainan lampu untuk memberikan daya tarik pada pengunjung. Furniture Gambar 13. Bentuk Desain [sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Furniture pada area lobby memiliki bentuk yang berbeda dan memiliki bentukan yang simple. Furniture pada konsep ini banyak menggunakan LED strip yang mengikuti garis bentuknya, selain sebagai penambahan pencahayaan pada ruangan, sekaligus menambah estetika pada ruangan. Ruangan Bioskop Salah satu ruangan yang diterapkan tema dan konsep ini yaitu area lorong exit teater 2. Gambar 14. Area Lorong Exit Teater 2 [sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Permainan lampu dan penempatan permainan cermin pada ruangan, untuk memberikan suasana fun dan eye catching pada para pengunjung, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Fasilitas Bioskop Fasilitas ini sebagai pelayanan yang diberikan oleh bioskop kepada pengunjung yang datang. a) Penggunaan teknologi terbaru pada bioskop. (Proyektor NEC NC3200S) Pengaplikasian proyektor versi ini akan memberikan kualitas gambar video 2K – 4K dan kontras warna yang jernih, sehingga akan memanjakan mata para penonton film. b) Audio berkualitas Dolby Atmos Pengaplikasian audio berkualitas Dolby Atmos akan memberikan kualitas suara yang lebih jernih, dan tampak realistis, sehingga memberikan pengalaman menonton yang menyenangkan. c) Fasilitas pendukung yang berbasis Smart Technology Pengaplikasian fasilitas yang telah mendukung Smart Technology selain mempermudah aktivitas agar lebih efisien, juga akan menarik pengunjung untuk datang, mencoba fasilitas baru yang belum pernah mereka coba. d) Online Based and Self-Service activity Pada era industry 4.0 sekarang ini, hampir segala aspek kegiatan sehari-hari barbasis pada internet, dan online dimana hal ini dimaksudkan untuk mempermudah kegiatan masyarakat agar lebih efisien. Dari keunggulan tersebut juga dapat diterapkan pada fasilitas hiburan publik seperti pada bioskop. Pemesanan tiket film tidak perlu lagi harus datang mengantri ke bioskop, cukup memesan tiketnya via online. Jika pun tidak sempat memesan tiket online bisa langsung memesan tiket on the spot, dengan self-service pada ticket box, yang telah disediakan layanan pemesanan tiket. Selain pelayanan pemesanan tiket film, kegiatan ini juga akan diterapkan pada pemesanan makanan di cinema café. Pengunjung dapat memesan makanan secara online melalui aplikasi sebelum menonton, ataupun on the spot. Sistem pembelian on the spot memiliki 2 cara, yaitu memesan sebelum menonton, atau ketika sedang menonton film. Pesan makanan sebelum menonton dapat dilakukan di cinema café dengan sistem self-service, pemesanan ketika sedang menonton dapat dilakukan melalui layanan customer service yang di install pada setiap kursi penonton, layanan ini terhubung langsung pada cinema café yang nantinya akan dibawakan makanan/minuman nya ke dalam ruang teater oleh pegawai cinema café. Material Bahan Material yang digunakan disesuaikan dengan tema dan konsep yang akan diterapkan pada bioskop. Penggunaan material logam seperti stainless steel, aluminum, dan besi banyak digunakan pada ruang interior, hal ini untuk memberikan kesan glossy pada ruangan. (a) (b) (c) Gambar 15. (a) Aluminum (b) Stainless Steel (c) Besi [Sumber : google, 2020] Selain itu penggunaan bahan kaca tempered glass dan cermin untuk memberikan reflective, bersih, sederhana, dan elegan. (a) (b) Gambar 16. (a) Kaca Tempered Glass (b) Kaca Cermin [Sumber : google, 2020] Lalu adanya penambahan material akustik, seperti rockwool dan gypsum digunakan pada area ruang teater sebagai pengaturan akustik pada ruangan. (a) (b) Gambar 17. (a) Kaca Tempered Glass (b) Kaca Cermin [Sumber : google, 2020] 3.5 Branding Branding pada New Star Cineplex ini bertujuan untuk mengenalkan desain logo baru pada bioskop ini, dengan tampilan yang berbeda dengan dengan sebelumnya menyesuaikan dengan konsep baru pada bioskop. Logo (a) (b) Gambar 18. (a) Logo Before (b) Logo After [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Desain dari logo baru ini menyesuaikan dengan tema yang diterapkan pada ruang bioskop, yaitu futuristik dengan skema warna hitam, putih dan cyan. Font pada “New Star” dan “Cineplex” dirubah untuk mendukung tema menjadi lebih modern. Bentuk bintang dari logo sebelumnya masih tetap dipertahankan dan sedikit diberikan pembaharuan dari segi warna logo, untuk identitas diri dari bioskop tersebut. Tiket Film Gambar 19. Desain tiket bioskop [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Desain tiket film ini terinspirasi oleh desain tiket film yang ada di Korea Selatan. Setiap tiket film terdapat gambar poster dari film yang ingin ditonton, bertujuan sebagai kenang-kenangan dan menambah daya tarik pecinta film bioskop yang gemar mengoleksi tiket film yang sudah ditonton. Interface pada aplikasi online Gambar 20. Interface pada aplikasi online [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Pada desain aplikasi bioskop ini menyesuaikan dengan tema pada bioskop, sehingga dibuat simple agar mudah pengoperasian nya oleh masyarakat. 3.6 Hasil Desain Berikut beberapa hasil desain penerapan dari tema dan konsep pada bioskop Façade Gambar 21. Façade bioskop [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Lobby Gambar 22. Lobby bioskop [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Ruang Teater Gambar 23. Ruang Teater [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] Lorong Exit Teater 2 Gambar 24. Ruang Teater [Sumber : dokumentasi pribadi, 2020] SIMPULAN Bioskop New Star Cineplex (NSC) Timbul Jaya Plaza kota Madiun, bioskop ini berada di area pusat perbelanjaan (mall), dimana NSC merupakan salah satu tenant yang menjadi pendukung perputaran ekonomi pada area mall tersebut. Sayang, kurangnya minat pengunjung untuk datang ke bioskop, sedikit menghambat perputaran tersebut. Persaingan akan bisnis tempat pemutaran film semakin ketat, dimana setiap bulannya jumlah bioskop semakin bertambah dan hal ini menjadi tantangan bagi pengusaha bisnis bioskop untuk tetap mempertahankan usahanya. Maka dari itu, dari pihak pengelola harus tetap terus melakukan inovasi, perawatan, dan peningkatan fasilitas yang terdapat pada bioskop. Selain itu penerapan konsep Futuristic Entertainment ini bertujuan memberikan fasilitas hiburan yang bernuansa masa depan, sehingga dapat mengimbangi persaingan bisnis tempat bioskop yang semakin berkembang setiap bulannya. Apalagi di era Industry 4.0 sekarang ini dimana segala aspek didasari oleh teknologi internet dan online harus dapat diterapkan dalam segala hal, termasuk pada bioskop sebagai media hiburan masyarakat untuk memperluas jangkauan nya. DAFTAR PUSTAKA A. Wicaksono, D. Kharisma, dan S. Sastra. Ragam Desain Interior Modern. Cibubur, Jakarta Timur: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup). 2014. A. Wicaksono, dan E. Tisnawati. Teori Interior. Cibubur, Jakarta Timur: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup). 2014. P. Satwiko. Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: CV Andi Offset. 2004. L. Doelle. 1972. Environmental Acoustics. New York, NY: Reprinted with permission from McGraw-Hill Book Company. 1972. W. Swasty. A-Z Warna Interior: Rumah Tinggal. Cibubur, Jakarta Timur: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Grup). 2010. V. Leiwakabessy. 2013. “LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN CINEMA AND FILM LIBRARY DI YOGYAKARTA, no. 3, http://e-journal.uajy.ac.id/3395/3/2TA13281.pdf, (Diakses pada 11 Desember 2019) Tim CNN Indonesia. 2019. “Jumlah Layar Bioskop Indonesia Mulai Kejar Korea Selatan”, Jakarta, 16 Mei. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20190516152929-220-395469/jumlah-layar-bioskop-indonesia-mulai-kejar-korea-selatan, Diakses pada 11 Desember 2019) Dekoruma, Kania. 2018. “8 Ciri Desain Futuristik, Gaya Desain Interior Masa Depan” Jakarta, 27 April. https://www.dekoruma.com/artikel/66939/gaya-desain-futuristik, (Diakses pada 11 Desember 2019) D. Agasbrama. 2014. “Konsep Desain Interior Futuristik” Jakarta, 15 Mei, https://interiorudayana14.wordpress.com/2014/05/15/konsep-desain-interior-futuristik/, (Diakses pada 11 Desember 2019) N. Khmairah, S. Wahyuning. 2017. “KAJIAN KARAKTERISTIK PENCAHAYAAN BUATAN PADA BIOSKOP (STUDI KASUS : CINEMACITRA XXI,MALL CIPUTRA,KOTA SEMARANG)” MODUL 17, no. 1(2017): 75-77. http://dx.doi.org/10.14710/mdl.17.2.2017.75-77, (Diakses pada 11 Januari 2020
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Putri, Atika Dwi, and Agusti Efi. "STUDI TENTANG TEKNIK MENENUN SONGKET RAWANG MENGGUNAKAN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI RUMAH TENUN SONGKET RAWANG KABUPATEN AGAM." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 1 (June 30, 2022): 238. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.32711.

Full text
Abstract:
This research aims to describe the shape of the loom, the function of the loom, and the technique of weaving using a non-machine loom (ATBM) at the Songket Rawang Weaving House. The research method used is descriptive qualitative. Types of data in the form of primary and secondary data. The informants of this research are the leaders, coaches and craftsmen at the Songket Rawang Weaving House. Data collection techniques in the form of observation, interviews and documentation. Data analysis techniques by means of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the Rawang songket weaving technique using ATBM can store motifs directly without having to make motifs continuously. The technique of storing motifs in ATBM uses a tool called a gun/karok motif. The motifs that have been made can be stored in the motif gun/karok so that the process of making further motifs does not need to be remade, because it is already stored in the motif karok. The process of storing this motif is first stored in the motif sungkit then the motif is temporarily stored in sticks, after all the motifs are formed, they are transferred to the motif karok to be stored. Keywords: songket rawang, weaving technique, ATBM. AbstrakPenelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan bentuk alat tenun, fungsi alat tenun, dan teknik menenun dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Rumah Tenun Songket Rawang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Jenis data berupa data primer dan sekunder. Informan penelitian ini adalah pimpinan, pembina dan pengrajin di Rumah Tenun Songket Rawang. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diketahui bahwa teknik menenun songket Rawang dengan menggunakan ATBM dapat menyimpan motif secara langsung tanpa harus membuat motif secara terus menerus. Teknik menyimpan motif pada ATBM menggunakan alat yang disebut dengan gun/karok motif. Motif yang sudah dibuat dapat disimpan pada gun/karok motif sehingga proses pembuatan motif selanjutnya tidak perlu lagi dibuat kembali, karena sudah tersimpan di karok motif. Proses penyimpanan motif ini terlebih dahulu disimpan di sungkit motif kemudian motif tersebut di simpan sementara di lidi-lidi, setelah semua motif terbentuk baru di pindahkan ke karok motif untuk disimpan.Kata Kunci:teknik menenun, songket rawang, ATBM.Authors:Atika Dwi Putri : Universitas Negeri PadangAgusti Efi : Universitas Negeri Padang References:Affendi, Y. (1980). Seni Tenun Silungkang dan Sekitarnya. Proyek Media Kebudayaan Jakarta. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Bart, B., Utama, E., & AZwar, N. (2006). Revitalisasi Songket Lama Minangkabau. Padang: Studio Songket Erika Rianti.Hertis, Sefni. (2001). Studi Tentang Ktiya Songket Di Silungkang. Padang: Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri PadangJuistry, Febriyani. (2013). Kerajina Tenun Songket Minang Saiyo di Nagari Unggan Kabupaten Sijungjung. Padangpanjang: Jurusan Kriya FSRD ISI Padang Panjang.Lubis, S. K., Retnowati, T. H., & Syawalina, S. (2020). Predictive Power of Intellectual Ability Test Score on Students’ Fine Art Learning Outcomes. In 3rd International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2019) (pp. 41-44). Atlantis Press.Riris, W. Widati. (2002). Perempuan Dalam Usaha Pertenunan Sulawesi Selatan. Jurnal Perempuan edisi, 22.Saputra, H. (2019). Seni dan Budaya Tenun Ikat Nusantara. Res. Gate, 1, 1-15.Yudoseputro, W. (1995). Desain Kerajinan Tekstil. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Sari, Dian Permata, Rahmawati Rahmawati, and Fajri Tomi. "ELEMEN DRAMATISASI DAN RESPON ESTETIS SANDIWARA KELILING GELANGGANG LABU KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUN." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 1 (June 30, 2023): 245. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i1.39697.

Full text
Abstract:
The development of the Sandiwara Keliling Gelangang Labu in Kabupaten Bireun began to recede because not all the younger generation followed the history of the play. Sandiwara Keliling Gelangang Labu are in the form of performances with improvised concepts that tell stories from the people of Aceh and are staged from one village to another within one week. This study aims to explain the elements of dramatization and aesthetic response to the play around Gelanggang Labu in the village of Gelanggang Labu, Peusangan District, Kabupaten Bireun using the dramaturgical approach of Erving Goffman which carries the dramaturgy of social interaction. around. This study used a qualitative descriptive method where the subject of this study focused on dramatization elements and aesthetic responses to the Sandiwara Keliling Gelangang Labu. Data collection technidues observation, interviews and documentation. Then 3 stages of data analysis techniques namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions/verification. At the stage of research results will predict the aspects of dramatization, namely the manuscript, performers, director, make-up, fashion, lights, stage, sound system, and also the audience.Keywords: sandiwara keliling, dramatization, aesthetic respon. AbstrakPerkembangan sandiwara keliling Gelangang Labu di Kabupaten Bireun mulai surut dikarenakan tidak semua generasi muda mengikuti sejarah kemunculan Sandiwara tersebut. Sandiwara keliling gelanggang labu berbentuk pertunjukan dengan konsep improvisasi yang mengisahkan cerita-cerita rakyat Aceh dan di pentaskan dari satu desa ke desa lainnya dalam waktu satu minggu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang elemen dramatisasi dan respon estetis sandiwara keliling Gelanggang Labu di desa Gelanggang Labu Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireun dengan pendekatan dramaturgi Erving Goffman yang mengusung dramaturgi interaksi sosial.Gelanggang Labu berangkat dari alur serta cerita yang disuguhkan secara improvisasi sesuai peristiwa di lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana subjek penelitian ini terfokus pada elemen dramatisasi dan respon estetis sandiwara keliling gelanggang labu. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya 3 tahap teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Pada tahap hasil penelitian akan menerangka aspek-aspek dalam dramatisasi yaitu manuskrip, pemain, sutradara, tata rias, mode, lampu, panggung, sistem suara, dan juga pemirsa.Kata Kunci: sandiwara keliling, dramatisasi, respon estetis. Authors:Dian Permata Sari : Institut Seni Budaya Indonesia AcehRahmawati : Institut Seni Budaya Indonesia AcehFajri Tomi : Institut Seni Budaya Indonesia AcehReferences:Derlega, V. J., Metts, S., Petronio, S., & Margulis, S. T. (1993). Self-Disclosure. New York: Sage Publications, Inc.Dewa, B. (2022). “Sejarah Sandiwara Keliling Gelanggang Labu di Peusangan Bireun”.Hasil Wawacara Pribadi: 24-27 Oktober 2022, Bireun.Endraswara, S. (2013). Fokloree Nusantara Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.Goffman, E. (1959). The Presentation of Self in Everyday Life London. London:Allen Lane.Herdianto, F., Yusnelli, Y., & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115-124.Jones, E. E., & Pittman, T. S. (1982). Toward a general theory of strategic self-presentation. Psychological perspectives on the self, 1(1), 231-262.Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (Eds.). (2009). Encyclopedia of Communication Theory (Vol. 1). Sage.Novi, (2022). “Bentuk Pemanggungan Sandiwara Keliling Gelanggang Labu”. Hasil WawancaraPribadi, 24-27 Oktober 2022, Bireun.Pramono, K. H. (2021). Konsep Sandiwara Ki Hadjar Dewantaradan Implikasinyapada Pembelajaran Teater. Tonil: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema, 18(2), 134-145.Varianda, M., Nazar, S., & Muliati, R. (2021). Tari Balega Di Tanah Manang Karya Susas Rita Lovariantidalam Kajian Dramaturgi Tari. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 377-395.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Aisyah, Siti, Ferdian Ondira Asa, Zubaidah Zubaidah, and Dwi Mutia Sari. "KELAYAKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS VIDEO TUTORIAL PADA MATERI BATIK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 2 (November 30, 2023): 287. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i2.50690.

Full text
Abstract:
The problems that arise in this study are in batik material in basic textile craft courses, which during the implementation of learning takes quite a long time to explain the material, as well as the work process. Work process in batik consists of making a design, transferring the design to the fabric base, canting process, colet process, menembok process, dyeing and the last process is melorod process. The purpose of the research is to determine the level of validity and practicality of video tutorial-based learning media in the Fine Arts Education Study Program. The method used (Research and Development) R&D. The development model used in this research is the 4D Model, which are: define, design, develop, disseminate. Research instruments using questionnaires, interviews, observations and documentation. The sampling technique is simple random sampling. Data analysis techniques are validity test and practicality test. The results of validation of learning media from 6 validators (material validation and design validation) video tutorials have a very good category. The results of the material validation analysis obtained an interpretation index value of 91.6%, and the design expert was 91.6%. The results of the practicality trial were carried out with 2 steps, which were small scale and large scale. The small scale amounted to 10 students with a result of 90.3% with a very practical category. Meanwhile, the large scale was tested on 20 students totaling 86.47% with a very practical category. It can be concluded based on the results of validation and feasibility trials on students that video tutorial-based learning media are apporopriate to be used by students in their study.Keywords: validity, feasibility, learning media, batik.AbstrakPermasalahan yang muncul dalam penelitian ini terdapat pada materi batik di perkuliahan kriya tekstil dasar yang mana selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menjelaskan materi, serta proses kerjanya. Proses kerja dalam batik terdiri dari membuat desain, memindahkan desain ke atas dasar kain, mencanting, mencolet, menembok, mencelup serta proses terakhir adalah melorod. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat validitas dan praktikalitas media pembelajaran berbasis video tutorial diprogram Studi Pendidikan Seni Rupa. Metode yang digunakan (Research and Development) R&D. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model 4D, yaitu: define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), disseminate (penyebaran). Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner, wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yaitu sampel acak sederhana (simple random sampling). Teknik analisis data terdapat uji validitas dan uji praktikalitas. Hasil validasi media pembelajaran dari 6 orang validator (validasi materi dan validasi desain) video tutorial memiliki kategori sangat baik. Hal ini didasarkan pada hasil analisis validasi materi memperoleh nilai index interpretasi 91,6%, dan ahli desain 91,6%. Hasil uji coba praktikalitas dilakukan dengan 2 tahap yaitu skala kecil dan skala besar. Skala kecil berjumlah 10 orang mahasiswa dengan hasil sebesar 90,3% dengan kategori sangat praktis. Sedangkan untuk skala besar diuji cobakan kepada mahasiswa berjumlah 20 orang sebesar 86,47% dengan kategori sangat praktis. Dapat disimpulkan berdasarkan hasil validasi dan uji coba kelayakan terhadap mahasiswa diperoleh bahwan media pembelajaran berbasis video tutorial layak untuk digunakan oleh mahasiwa dalam pembelajaran.Kata Kunci: validitas, kelayakan, media pembelajaran, batik. Authors:Siti Aisyah : Universitas Negeri PadangFerdian Ondira Asa : Universitas Negeri PadangZubaidah : Universitas Negeri PadangDwi Mutia Sari : Universitas Negeri Padang References: Arini, A., Asti, M., & Ambar, B. (2011). Batik Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: Andi Offset.Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaraan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Asyti, F., & Zul, A. (2015). Media Pembelajaran dan Teknologi Informasi Komunikasi. Pekanbaru: Adefa Grafika.Daryanto, D. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.Djamarah, S., & Zain, Z. (2015). Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.Djamarah., Syaiful, S., & Aswan, Z. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.Kusumaningtyas, W. R., & Santoso, R. E. (2022). Perancangan Batik Tulis dengan Inspirasi Terciptanya Tari Eklek Pacitan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 16-24.Novrita, S. Z., Yusmerita., Puspaneli., Fridayati L., & Vebyola, F. (2023). Pengembangan video tutorial teknik batik tulis sebagai media pembelajaran pada mata kuliah batik departemen IKK FPP UNP. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(1), 91-98.Pebriyeni, E. (2023), “Materi Batik”. Hasil Wawancara Pribadi: 15 Mei 2023, Departemen Seni Rupa Universitas Negeri Padang.Ramadani, P., & Novrita, S. Z. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Menjahit Rok Melalui Media Mock Up Di Kelas Tata Busana Siswa Slb Negeri 2 Padang. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 203.Riduwan, R. (2016). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Penerbit Alfabeta.Sudijono, A. (2012). Pengantar Stastistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Sukiman, S. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.Sumiharsono, R., & Hisbiyatul, H. (2017). Media Pembelajaran: Buku Bacaan Wajib Dosen, Guru dan Calon Pendidik. Jawa Timur: CV Pustaka Abadi.Suprihatin, H. (2014). Kandungan Organik Limbah Cair Industri Batik Jetis Sidoarjo Dan Alternatif Pengolahannya [Organic Content of Liquid Waste in the Batik Jetis Industry in Sidoarjo and its Alternative Processing]. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau, 130–138.Trianto, T. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography