To see the other types of publications on this topic, follow the link: Pelabuhan Samudera Pulau Baai.

Journal articles on the topic 'Pelabuhan Samudera Pulau Baai'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 27 journal articles for your research on the topic 'Pelabuhan Samudera Pulau Baai.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Hutari, Putri Zilfi, Yar Johan, and Bertoka Surya Perwira Negara. "ANALISIS SEDIMENTASI DI PELABUHAN PULAU BAAI KOTA BENGKULU." JURNAL ENGGANO 3, no. 1 (April 20, 2018): 129–43. http://dx.doi.org/10.31186/jenggano.3.1.129-143.

Full text
Abstract:
Pelabuhan Pulau Baai adalah sentral ekonomi daerah yang dapat menghubungkan perpindahan muatan barang-barang produk kebutuhan sehari-hari baik dalam maupun luar Bengkulu. Sedimentasi merupakan peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju sedimentasi dan tekstur sedimen. Dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2016 di Pelabuhan Pulau Baai. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah purposive sampling. 6 lokasi penelitian dipilih untuk mewakili perairan dengan beberapa parameter kualitas air. Analisis sampel sedimen dilakukan di laboraturium. Karakteristik umum perairan Pelabuhan Pulau Baai adalah temperatur 30 oC, pH yang diamati adalah 7.3, salinitas berkisar 26-28 o/oo, dan kecerahan 50 %. Analisis tekstur sedimen menggunakan segitiga shepard dan hasil yang didapatkan berupa pasir. Laju sedimentasi tertinggi terdapat di Alur Pelayaran dengan nilai 31,53 mg/m3/tahun Laju sedimentasi terendah terdapat di Muara Sungai dengan nilai 0,43 mg/m3/tahun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Tantria, Muhammad Didi, Riris Aryawati, and T. Z. Ulqodry. "STRUKTUR KOMUNITAS EPIFAUNA PELABUHAN PULAU BAAI, PROVINSI BENGKULU." Maspari Journal : Marine Science Research 12, no. 2 (July 21, 2020): 51–60. http://dx.doi.org/10.56064/maspari.v12i2.12837.

Full text
Abstract:
Pelabuhan Pulai Baai di Bengkulu merupakan kawasan yang menerima limbah domestik dari warga sekitar. Tekanan lingkungan di perairan mempengaruhi kelimpahan hewan besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan spesies di perairan Pelabuhan Pulau Baai Bangluru, kepadatan relatif, indeks komunitas makrofauna dan hubungannya dengan faktor fisik dan kimia. Prosedur penelitian ini meliputi: pengambilan sampel sedimen dan hewan besar di empat lokasi, pengukuran parameter fisik dan kimiawi perairan, analisis kandungan sedimen, identifikasi hewan besar dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 spesies gastropoda besar yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu gastropoda, bivalvia dan plasmodium. Hasil analisis fraksi sedimen terdiri dari pasir berlempung dan lempung berpasir. Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 3 secara berurutan sebesar 1,55 dan 0,82. Indeks dominansi tertinggi 0,44 (stasiun 4) dan terendah 0,24 pada stasiun 3. Analisis PCA menunjukkan terdapat keterkaitan antara kepadatan jenis, fraksi sedimen dan parameter fisika-kimia perairan. Kata Kunci : Bengkulu, fraksi sedimen, makrozoobenthos, Pulau Baai
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Akhir, Birhami, and Mas Mera. "LINTASAN GELOMBANG LAUT MENUJU PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU." Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) 7, no. 2 (October 15, 2011): 47. http://dx.doi.org/10.25077/jrs.7.2.47-60.2011.

Full text
Abstract:
Penelitian ini adalah tentang prediksi lintasan gelombang laut di pelabuhan Pulau Baai di Provinsi Bengkulu yang memperhitungkan refraksi dan pendangkalan gelombang. Prediksi ini membutuhkan parameter-parameter: data batimetri, tinggi gelombang laut dalam, periode gelombang, koefisien pendangkalan, koefisien refraksi, dan sudut datang gelombang. Data batimetri adalah data sekunder. Tinggi gelombang laut dalam diperoleh dari hubungan skala Beaufrot dan data angin. Data angin juga data sekunder. Periode gelombang diperoleh dari hubungan panjang fetch efektif dan kecepatan angin di laut. Kecepatan angin diperoleh dari pengolahan dan analisis data angin. Koefisien pendangkalan merupakan fungsi dari nilai asimtot dan panjang gelombang. Panjang gelombang diperoleh dari hubungan dispersi. Koefisien refraksi diperoleh dari fungsi jarak ortogonal antara dua lintasan gelombang sebelum dan sesudah dibiaskan. Skenario simulasi lintasan gelombang didasarkan pada variasi sudut datang gelombang di laut dalam. Lintasan gelombang lokal ditentukan dengan hukum Snellius. Dari Skala Beaufrot diperoleh tinggi gelombang laut dalam setinggi 2 meter dan dari grafik SMB (Sverdrup, Munk and Bretschneider) diperoleh periode gelombang 7 detik. Prediksi penjalaran gelombang dari laut dalam adalah lintasan gelombang di sekitar breakwater (pemecah gelombang) merapat (terjadi pengumpulan energi gelombang) sehingga tinggi gelombangnya membesar yang mencapai 3,16 meter. Sedangkan pada daerah mulut pelabuhan lintasan gelombang menyebar (terjadi penyebaran energi gelombang) sehingga tinggi gelombangnya mengecil yang mencapai 1,24 meter. Keywords: lintasan, pendangkalan, refraksi, dispersi, energi, tinggi gelombang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Syukhriani, Silvy, Tri Wiji Nurani, and John Haluan. "MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN PERIKANAN TONGKOL DAN CAKALANG YANG DIDARATKAN DI KOTA BENGKULU." Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan 9, no. 1 (January 16, 2019): 1–11. http://dx.doi.org/10.24319/jtpk.9.1-11.

Full text
Abstract:
Kota Bengkulu merupakan salah satu kota pantai yang berada di bagian barat pulau Sumatera. Kota ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan memiliki potensi perikanan terutama untuk ikan tongkol dan cakalang. Sebanyak 5.818 ton ikan tongkol dan 2.031 ton ikan cakalang telah mendarat setiap tahun di PPP Pulau Baai Kota Bengkulu. Meski memiliki potensi ikan yang melimpah namun nelayan hanya bisa memanfaatkannya sebesar 48%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada perikanan tongkol dan cakalang yang mendarat di Kota Bengkulu dan menciptakan model konseptual untuk memberikan solusi terkait permasalahan pada perikanan tongkol dan cakalang yang mendarat di kota Bengkulu. Analisis tersebut telah dilakukan dengan menggunakan soft system methodologi (SSM). Permasalahan yang ditemukan pada perikanan tongkol dan cakalang adalah fasilitas PPP Pulau Baai yang tidak cukup baik, DKP tidak dapat memberikan bantuan gratis kepada nelayan yang tepat, Syahbandar tidak dapat melakukan memantau dengan baik terhadap nelayan dan tidak ada industri tongkol dan cakalang di kota ini. Solusi dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki fasilitas PPP Pulau Baai, target bantuan DKP yang lebih tepat, untuk mengaktifkan industri pengolahan auxis dan cakalang serta untuk meningkatkan kinerja syahbandar terkait dengan masa aktif izin penangkapan ikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Hermawan, Maman, and Eli Nurlaela. "PENURUNAN PRODUKTIVITAS PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI PULAU BAAI BENGKULU." Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) 1 (January 31, 2023): 111. http://dx.doi.org/10.15578/jkpt.v1i0.12104.

Full text
Abstract:
Pulau Baai Beach Fisheries Port is the center of fishery economic growth and development in the city of Bengkulu, which is based on capture fisheries. The development of fishing business in fishing ports is a form of the development of capture fisheries activities in a port, which development defines more advanced fishing business activities. Productivity is one way to see the ability of fishing units to produce fish caught. The productivity of purse seine vessels is an important indicator to see how the production conditions produced by these fishing gears. This research was conducted at the Pulau Baai Beach Fishing Port, with the time for conducting the research starting from March 21 to May 30, 2022. The results showed that the productivity per trip of purse seine vessels has decreased in the last three years, where the productivity decrease was significantly by 35% occurred in 2019-2021, while in 2019-2020 the decline in productivity was 2.65 tonnes/trip, or 13.5%. Meanwhile, productivity based on the average GT of ships has exceeded the established standards.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Supartini, Supartini, and Muhammad Adi Fachruli. "Prosedur Ekspor Albasia Bare Core oleh PT. Rejeki Pulau Samudera Logistik Melalui Pelabuhan Tanjung Emas Semarang." Majalah Ilmiah Bahari Jogja 21, no. 1 (February 28, 2023): 39–51. http://dx.doi.org/10.33489/mibj.v21i1.314.

Full text
Abstract:
Dalam kegiatan ekspor, perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) mempunyai peran dalam pengurusan dokumen inti, pengangkutan, pengambilan empty container, membawanya ke shipper dan dilanjutkan sampai peletakan container di container yard (CY). Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini menganalisis prosedur ekspor Albasia Bare Core yang dilakukan oleh PT. Rejeki Pulau Samudera Logistik. Data diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur ekspor yang dilakukan oleh PT. Rejeki Pulau Samudera Logistik sebagai perusahan yang bergerak di bidang EMKL telah berjalan dengan baik sesuai Standard Operating Procedure yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dalam menangani ekspor Albasia Bare Core ini, PT. Rejeki Pulau Samudera Logistik berperan penting dalam pengurusan dokumen ekspor serta pengangkutannya dan juga memfasilitasi para eksportir dalam pengiriman barang ke luar negeri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Futra, Febby Dwi, Yuwana Yuwana, Yar Johan, Bieng Brata, and Deddy Bakhtiar. "Efektivitas Keberlanjutan Pukat Cincin (Purse Seine) di Pelabuhan Perikanan Pantai Pulau Baai Bengkulu." Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 13, no. 1 (June 21, 2024): 40–51. http://dx.doi.org/10.31186/naturalis.13.1.33373.

Full text
Abstract:
The effectiveness of the sustainability of purse seines at the Baai Island Bengkulu Coastal Fishing Harbor must pay attention to all aspects, namely ecology, economics, technology, social and institutional. The aims of this research are 1) identifying Purse seine fishing gear, 2) analyzing the sustainability effectiveness of Purse seine, and 3) formulating strategies for the sustainability effectiveness of Purse seine. This research was carried out from March to September 2021 located at the Baai Island Coastal Fishing Harbor, Bengkulu. The research method used is a survey method. The data used are primary and secondary data. Respondents as sources of information came from government elements, fishermen and academic elements who used purposive sampling techniques. Data analysis used the Rapid Appraisal For Fisheries (RAPFISH) method. From the research results, it was found that the sustainability effectiveness of purse seines at the Baai Island Bengkulu Coastal Fishing Harbor was at a value of 65.31 (quite sustainable). The sensitive attributes that influence the effectiveness of sustainability are the application of environmentally friendly fishing technology, counseling for fishermen, employment status as a fisherman, and the use of destructive fishing tools. The policy strategy to increase the effectiveness status of the sustainability of Purse seine is carried out by means of the need to implement environmentally friendly fishing technology for Purse seine fishermen, outreach to fishermen who can provide good education to Purse seine fishermen. in the form of science and technology that can be applied by Purse seine fishermen, the welfare of Purse seine fishermen can be achieved if fishermen have employment status as full fishermen, and outreach to Purse seine fishermen regarding the prohibition on the use of fishing gear destructive
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Hutabarat, Naftalia Artaria, Indra Sakti, Sutarno Sutarno, Aprina Defianti, Ariefa Primairyani, and Euis Nursa'adah. "Keanekaragaman Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu." Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi 11, no. 2 (December 30, 2023): 1090. http://dx.doi.org/10.33394/bioscientist.v11i2.9130.

Full text
Abstract:
Pulau Baai Port is a crucial resource used as the main sea transportation route for some commodities and goods needed by principals when traveling to or from Bengkulu. Data collection was carried out at three stations The method used to determine stations is purposive sampling. Water quality data collection was also carried out at the three stations. The fish identification method is carried out by looking at morphological characteristics to facilitate classification using the Marine Fishes of the south identification book. A total of 18 species of fish found in the waters of the City of Bengkulu landed at the port Pulau Baai namely white pomfret fish (Pampus argenteus), black pomfret fish (Parastromateus niger), mackerel fish (Scomberomorini), mujair fish (Oreochromis mossambicus), beledang fish (Trichiurus lepturus), next fish (Pleuronectiformes), manyung fish (Arius thalassinus ), kerong kerong fish (Terapon jarbua), sea cork fish (Channa striata), big eye tuba fish (Thunnus obesus), mullet fish (Moolgarda seheli), anchovies (Engraulidae), mackerel fish (Scomberomorini), beleberan fish (Opisthopterus tardoore), Cladi fish (Osphronemus goramy), Kape-kape fish (Pentaprion longimanus), Gulamo fish (Johnius trachycephalus), and Sengin fish (Eleutheronema tetradactylumThen, from the results of calculating the diversity index at these three stations, the values range from 2.46-2.07, (medium). It can be concluded that the results of the ecological analysis at the three stations have moderate diversity with a uniform composition and no species dominates.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Septiyanti, Septiyanti. "HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA BURUH PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU TAHUN 2009." JURNAL MEDIA KESEHATAN 5, no. 2 (November 12, 2018): 101–9. http://dx.doi.org/10.33088/jmk.v5i2.185.

Full text
Abstract:
The ability of the lungs to expand, which mean’s a person’s ability to use respiratory muscles to expand the chest depend on smoking activity and daily activity. The purpose of this research is to know the relationship between smoking with vital lungs capacity of the worker in Baai Island Harbour at 2009. This research using cross sectional design. The independent variable; smoking habits, nutritional status, age and history lungs disease and vital lungs capacity as dependent variable. Sample as 50 people. Data were analyzd by univariat frequency distributions, with bivariate chi-square test. The result of this research there’s a relationship between smoking with vital lungs capacity of the worker in Baai Island Harbour 2009, after controlling disease history (ρ value 0,11, PR 9,20, 95% CI 1,67-50,65. More efforts should be intensified promotion and prevention to stop smoking in public, especially in the productive age group by explaining the effects that can be caused by smoking, both for the smoker himself and for others around them.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Septiyanti, Septiyanti. "HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA BURUH PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU TAHUN 2009." JURNAL MEDIA KESEHATAN 5, no. 2 (November 12, 2018): 101–9. http://dx.doi.org/10.33088/jmk.v5i2.185.

Full text
Abstract:
The ability of the lungs to expand, which mean’s a person’s ability to use respiratory muscles to expand the chest depend on smoking activity and daily activity. The purpose of this research is to know the relationship between smoking with vital lungs capacity of the worker in Baai Island Harbour at 2009. This research using cross sectional design. The independent variable; smoking habits, nutritional status, age and history lungs disease and vital lungs capacity as dependent variable. Sample as 50 people. Data were analyzd by univariat frequency distributions, with bivariate chi-square test. The result of this research there’s a relationship between smoking with vital lungs capacity of the worker in Baai Island Harbour 2009, after controlling disease history (ρ value 0,11, PR 9,20, 95% CI 1,67-50,65. More efforts should be intensified promotion and prevention to stop smoking in public, especially in the productive age group by explaining the effects that can be caused by smoking, both for the smoker himself and for others around them.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Siswoyo, Bambang, and Abdy Kurniawan. "Pengembangan Fasilitas Penunjang Keselamatan Pelayaran di Pelabuhan Biak." Jurnal Penelitian Transportasi Laut 16, no. 2 (March 11, 2020): 51–60. http://dx.doi.org/10.25104/transla.v16i2.40.

Full text
Abstract:
Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua, terdiri dari 2 (dua) pulau kecil yaitu pulau Biak dan pulau Numfor, serta lebih dari 42 buah pulau sangat kecil yang berada di sebelah utara daratan papua dan berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu tempat yang strategis dan penting untuk berhubungan dengan dunia luar terutama negara-negara di kawasan Pasifik, Australia atau Philipina. Letak geografis ini memberikan kenyataan bahwa posisinya sangat strategis untuk membangun kawasan industri, termasuk industri pariwisata. Pelabuhan Biak menjadi sarana bangkitnya perdagangan antar pulau bahkan perdagangan antar negara. Pelabuhan ini dapat menggerakkan roda perekonomian, berbagai jenis usaha akan tumbuh mulai dari skala kecil sampai dengan usaha skala besar, harga-harga berbagai jenis produk akan lebih terjangkau mulai dari produksi dalam negeri sampai dengan luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi ketersediaan fasilitas penunjang keselamatan pelayaran di pelabuhan Biak saat ini untuk memberikan rekomendasi terkait pengembangan kebutuhan fasilitas penunjang keselamatan pelayaran di Pelabuhan Biak ke depan. Metode analisis data dalam penelitian adalah analisis gap. Gap analysis atau analisis kesenjangan merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Sarianto, Deni, Djunaidi, and Kadi Istrianto. "Sebaran Rumpon di Samudera Hindia pada Daerah Penangkapan Purse Seine." Jurnal Airaha 8, no. 02 (September 9, 2019): 059–66. http://dx.doi.org/10.15578/ja.v8i02.115.

Full text
Abstract:
Rumpon atau Fish Aggregating Devices (FAD) telah lama digunakan oleh para nelayan purse seine di Sibolga. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan rumpon yang dioperasikan oleh para nelayan Sibolga di Samudera Hindia dan jenis ikan yang ditangkap di sekitar rumpon tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga, Propinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga wilayah pemasangan rumpun di Samudera Hindia yaitu (1) Zona rumpon yang berada di Pulau Nias, (2) Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan (3) Rumpon yang berada di Kepulauan Mentawai. Selanjutnya, berdasarkan jenisnya, ikan-ikan yang dominan tertangkap di sekitar rumpon adalah cakalang (1114,196 ton), layang pectoral pendek (338,344 ton) dan layang deles (217,505 ton), tongkol pisang-balaki (165,67 ton), tembang (148,786 ton), madidihang (78,175 ton). Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa hasil tangkapan dengan menggunakan purse seine di tiga wilayah tersebut atas didominasi oleh ikan-ikan yang berukuran kecil dan sedang. Daerah penangkapan ikan yang potensial bagi nelayan purse saine Sibolga berada di perairan di sekitar Pulau Nias dan Pulau Mentawai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Ginting, Pilihenta, Zamdial Zamdial, and Ali Muqsit. "Analisis Aspek Teknis Dan Finansial Alat Tangkap Rawai Di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu." Jurnal Kelautan dan Perikanan Indonesia 2, no. 1 (May 11, 2022): 15–30. http://dx.doi.org/10.24815/jkpi.v2i1.24432.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menghitung dan menganalisis kelayakan usaha penangkapan ikan yang menggunakan Pancing Rawai di Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan penambahan informasi bagi pihak pihak yang berkepentingan yang mengembangkan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan Pancing Rawai di Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu. Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan terhitung sejak bulan Juli sampai Agustus 2021.Metode penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Dari analisis aspek teknis yang dilakukan pada 10 responden diperoleh hasil wawancara bahwa ukuran kapal Pancing Rawai adalah 4,05 GT, ukuran Mata pancing mengunakan nomor 7, mesin kapal yang digunakan Yanmar 26 PK, daerah penangkapan ikan 17-20 mil dari Kota Bengkulu. Jenis ikan hasil tangkapan yaitu ikan Kerapu (Epinephelus sp), ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus), ikan Jenihin (Lutjanus analis) dan ikan Manyung (Arius thalassinus). Operasi penangkapan ikan ada tiga proses yaitu persiapan, penurunan dan penarikan, proses penanganan ikan yang dilakukan biasanya dilakukan oleh nelayan Pancing Rawai Kota Bengkulu, pemasaran hasil tangkapan yang digunakan oleh nelayan di Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dilakukan secara langsung oleh pedagang pengepul dan bakul motor. Dari hasil penelitian analissi aspek ekonomi didapatkan nilai kriteria invenstasi alat tangkap Pancing Rawai di Kampung Nelayan Sejahtera didapat hasil nilai Net B/C Ratio = 1,00, NPV = Rp 37.611.00, IRR = 70% dan PP = 4,16 tahun (4 tahun 1 bulan 6 hari) menggunakan diskon factor 7%. Hasil analisis aspek teknis dan finansial alat tangkap Pancing Rawai Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dinyatakan layak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Syaukani, Marwan, Muhammad Fedi Alfiadi Sondita, Daniel Monintja, Akhmad Fauzi, and Victor Petrus Hiliary Nikijuluw. "KLASIFIKASI SENTRA INDUSTRI PERIKANAN BERBASIS PELABUHAN PERIKANAN: KASUS DI KABUPATEN BELITUNG." Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia 2, no. 1 (February 3, 2017): 1. http://dx.doi.org/10.15578/jkpi.2.1.2010.1-14.

Full text
Abstract:
Klasifikasi pelabuhan perikanan Indonesia yang terdiri atas PelabuhanPerikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan PerikananPantai, dan Pusat Pendaratan Ikan. Klasifikasi tersebut di atas didasari hubungan inti plasma di mana pelabuhan perikanan yang besar ditunjang beberapa pelabuhan perikanan yang lebih kecil (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2008). Hubungan inti plasma tersebut tidak berjalan karena tidak mempunyai pola hubungan yang jelas. Oleh sebab itu diperlukan alternatif klasifikasi pelabuhan perikanan dengan memasukan unsur jaringan industri seperti yang diusulkan oleh Israel & Rouqe (2000) yang mengklasifikasikan pelabuhan perikanan menjadi tiga yaitu penyedia jasa utama, penyedia jasa antara (server), dan client. Penelitian ini bertujuan menentukan klasifikasi sentra industri perikanan berbasis pelabuhan perikanan dalam jaringan industri yang efektifdan efisien dilakukan di Kabupaten Belitung selama 11 bulan sejak Oktober 2007 sampai Agustus 2008. Metode yang dipergunakan adalah multi criteria analysis yang dilanjutkan dengan analisis technique for order preference by similarity to ideal solution. Parameter yang diukur meliputi infrastruktur pelabuhan perikanan, kapasitas kapal perikanan, kemandirian faktor input, dan produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pulau Belitung berperan sebagai penyedia jasa utama, Pulau Mendanau, dan Pulau Seliu berperan sebagai penyedia jasa antara (server), dan Pulau Gersik dan Pulau Sumedang berperan sebagai client.Klasifikasi pelabuhan perikanan dalam suatu jaringan industri berimplikasi pada peningkatan efektivitas dan efisiensi pembangunan pelabuhan perikanan tangkap sebagai sentra industri perikanan tangkap.Indonesian government classify fishing port into 4 categories namely Ocean Fishing Port, National Fishing Port, Sea Shore Fishing Port, and Fish Landing Fishing Port. The above classification based on partnership or lingkage industry among fishing ports. However, the lingkage industry do not run effectively due to unappropriate pattern. Improving the condition, Israel & Roque (2000) suggested to classify fishing port into 3 categories namely main service provider, intermediate service provider or server, and client. This paper describes an alternative formula that considers industrial linkage among fishing ports as fishing industrial centers. The research was held on Belitung Regency as long as 11 months from October 2007 to August 2008. There are several factors should be considered in building fishing port namely fishing facilities, fishing capacity, input dependency and fish landing capacity. The 4 factors are analyzed by multi criteria analysis then continued by technique for order preference by similarity to ideal solution analysis. The research concludes that the Belitung is as the main service provider, the Mendanau Island and Seliu Islands are as the intermediate service provider or server, the other 2 islands are as the client. The new classification will increase effectiveness and efficiency of fishing port developments.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Sutono HS, Dian, Suharyanto Suharyanto, Robert Perangin-angin, Agung Ferdinand Wera, and Mustasim Mustasim. "Pengaruh Suhu daPengaruh Suhu dan Kedalaman Terhadap Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna di Perairan Samudera Indonesia Selatan Pulau Jawa n Kedalaman Terhadap Hasil Tangkapan Tuna Long Line di Perairan Samudera Indonesia, Selatan Pulau Jawa." Jurnal Airaha 9, no. 02 (December 15, 2020): 181–90. http://dx.doi.org/10.15578/ja.v9i02.192.

Full text
Abstract:
Penelitian ini dilaksanakan di PPS. Cilacap dengan daerah penangkapan Samudera Indonesia pada bulan Maret sampai dengan Mei 2020 yang bertujuan untuk menmgetahui pengaruh suhu air laut dan kedlaman pancing terhadap hasil tangkapan yellowfin tuna. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung mengikuti operasi penangkapan long line selama 1 (satu) trip dengan KM. Trans Bahari 3, meliputi data waktu setting dan hauling, panjang main line, jumlah pancing, hasil tangkapan, daerah penangkapan (fishing ground), serta data suhu dan kedalaman perairan. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melalui wawancara dan data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Analisa data dilakukan dengan menghitung nilai hook rate, kedalaman mata pancing, serta pengaruh suhu dan kedalaman pancing terhadap hasil tangkapan yellowfin tuna melalui metode uji t. Dari hasil Analisa data diperoleh nilai total hook rate sebesar 1,33, kedalaman mata pancing berada antara 90,2 m – 181,4 m, dengan kisaran suhu vertikal antara 12,5⁰ C – 25,0⁰ C. Pengaruh suhu dan kedalaman terhadap hasil tangkapan yellow tuna berpengaruh nyata (significant) antara kedalaman A dengan C, sedangkan antara kedalaman A dengan B, dan kedalaman B dengan C masing-masing tidak memberikan perbedaan yang nyata (non significant).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Sarmili, Lili, and Deny Setiady. "PEMBENTUKAN PRISMA AKRESI DI TELUK CILETUH KAITANNYA DENGAN SESAR CIMANDIRI, JAWA BARAT." JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 13, no. 3 (February 16, 2016): 173. http://dx.doi.org/10.32693/jgk.13.3.2015.272.

Full text
Abstract:
Kumpulan sesar naik yang ditafsirkan dari penampang seismic refleksi di teluk Ciletuh mengindikasikan adanya prisma akresi di daerah penelitian. Prisma akresi di daerah penelitian terletak di perairan teluk Ciletuh yang ditandai olef kumpulan sesar naik akibat adanya zona tumbukan antara kerak benua dan kerak samudera. Kerak samudera yang terangkat dan tersingkap di daratan teluk Ciletuh berupa batuan basalt (lava bantal), batuan ultra basa dan batuan bancuh. Prima akresi ini diduga berumur lebih tua dari prisma akresi yang masih terjadi saat ini, diperkirakan umurnya Tersier. Posisi prisma akresi di daerah penelitian ini berada di utara zona subduksi yang masih aktif di selatan di pulau Jawa. Beberapa struktur sesar naik juga terdapat di utara teluk Pelabuhan Ratu. Kumpulan sesar naik di sekitar teluk Pelabuhan Ratu dapat dianggap sebagai prisma akresi tua, dan mempunyai kaitan dengan kumpulan sesar naik di teluk Ciletuh. Posisi sesar-sesar naik yang terpisah antara sesar naik di lokasi teluk Pelabuhan Ratu dan di teluk Ciletuh diperkirakan terpisah oleh suatu sesar. Sesar yang memisahkan kedua kumpulan sesar naik ini diduga adalah sesar Cimandiri dengan jenis sesar mendatar menganan Kata kunci prisma akresi, teluk Ciletuh, batuan ultra basa, sesar sisnistral Cimandiri. A series of thrust faults which is interpreted from seismic reflection profile at Ciletuh bay indicate the occurrence of accretionary prism in the study area. The accretionary Prism in the study area indicated by series of thrust faults as a product of the collision zone between continental crust and oceanic crust. Uplifted oceanic crust was exposed on Ciletuh mainland such as basaltic rocks, pillow lavas, ultra basic rocks and melange. The accretionary prism is thought to be older than the accretionary prism that is still occurs on south Java island, and it was estimated Tertiary in age. The position of accretionary prisms in this study area is in the northern active subduction zone in the south of Java island. Some thrust faults are also found in the northern of Pelabuhan Ratu Gulf. A series of these faults can be regarded as an old accretionary prism, and have a relationship with a series of thrust fault at Ciletuh bay. The position of these thrust faults separate between the thrust of Pelabuhan Ratu bay and the thrust of Ciletuh bay and estimated have been disturbed by a fault. Fault which separates these two sets thrust fault is interpreted due to Cimandiri dextral fault. Keywords: the accretionary prism, Ciletuh bay, ultra basic rocks, Cimandiri sinistral fault.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Syukhriani, Silvy, Eko Nofridiansyah, and Bambang Sulistyo. "ANALISIS DATA CITRA LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI KOTA BENGKULU." JURNAL ENGGANO 2, no. 1 (April 30, 2017): 90–100. http://dx.doi.org/10.31186/jenggano.2.1.90-100.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan garis pantai Kota Bengkulu dengan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra Landsat, berdasarkan data multi temporal dengan teknik analisa visual dan digital antara tahun 2006 sampai tahun 2015. Garis pantai adalah batas antara daratan dan lautan yang mempunyai bentuk bervariasi dan dapat berubah dari musim ke musim. Tujuan dari penelitian ini untuk mempermudah dalam memantau perubahan garis pantai Kota Bengkulu dengan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra Landsat-TM, Landsat-7 ETM+ dan Landsat-8 OLI selama 10 tahun dari tahun 2006 sampai tahun 2015. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan digitasi dan tumpang susun (overlay) data citra sehingga diperoleh data perubahan garis pantai, serta pengamatan lapangan sebagai verifikasi hasil. Dari penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata luas perubahan garis pantai Kota Bengkulu mengalami abrasi sebesar 19,41 hektar/tahun dan rata-rata luas perubahan garis pantai Kota Bengkulu yang mengalami sedimentasi sebesar 18,7 hektar/tahun. Adapun daerah yang mengalami perubahan garis pantai setiap tahunnya yaitu Muara Sungai Hitam, Muara Kualo, Muara Sungai Jenggalu dan Pelabuhan Pulau Baai. Perubahan Garis Pantai Kota Bengkulu dapat terjadi karena adanya faktor alamiah dan faktor manusia (Antropogenik).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Fathurahman, Muhamad Azhar, Gentur Handoyo, Alfi Satriadi, Agus Anugroho Dwi Suryoputro, and Dwi Haryo Ismunarti. "Studi Karakteristik dan Distribusi Co-range Pasang Surut Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi." Indonesian Journal of Oceanography 3, no. 1 (March 31, 2021): 14–24. http://dx.doi.org/10.14710/ijoce.v3i1.9701.

Full text
Abstract:
Negara kepulauan Indonesia memiliki wilayah dengan sebagian besar yaitu perairan. Posisinya yang strategis Indonesia menjadi salah satu yang memiliki potensi untuk pelayaran skala kecil antar pulau maupun nasional bahkan internasional. Umumnya dalam mendukung kegiatan pelayaran seperti aktivitas transportasi dalam perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kondisi pasang surut dan membuat peta co-range pasang surut di Teluk Pelabuhan Ratu guna pengembangan pelabuhan yang nantinya akan berfungsi sebagai akses penyaluran barang ke Jakarta. Materi yang digunakan meliputi data primer berupa data analisis konstanta harmonik pasang surut air laut di perairan Teluk Pelabuhan Ratu dari Aviso Altimetry menggunakan data timeseries FES2014 (Finite Element Solution 2014). Sedangkan untuk data sekunder digunakan adalah data elevasi pasang surut air laut pengamatan real time dari iPASOET BIG periode 30 hari di Teluk Pelabuhan Ratu sebagai komparasi terhadap data model yang digunakan Pada penelitian ini mengolah 9 konstanta harmonik pasang surut yaitu K1, O1, P1, K2, M2, S2, N2, M4 dan MS4, dalam pembuatan peta co-range pasang surut. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuantitatif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sampling purposive yaitu berdasarkan pada pertimbangan lokasi yang dapat mewakili kondisi daerah penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Model yang digunakan yaitu software bahasa pemrograman menggunakan script yang telah dibuat untuk membuat peta co-range dan ArcGIS untuk komparasi peta. Hasil penelitian menunjukan perairan Teluk Pelabuhan Ratu yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevailling Semidiurnal). Tipe pasang surut ditunjukkan dengan perhitungan nilai bilangan Formzhal (F) sebesar 0,5 dengan nilai HHWL 346 cm; MSL 300 cm; LLWL 264 cm dan peta co-range memperlihatkan Teluk Pelabuhan Ratu memiliki tinggi amplitudo gelombang pasang surut yang berbeda saat purnama dan perbani. Amplitudo pasang surut di Teluk Pelabuhan Ratu saat pasang tertinggi mencapai 36 cm pada saat purnama dan 0,22 cm pada saat perbani. Saat surut terendah amplitudo pasang surut mencapai -34,75 cm pada saat purnama dan -0,18 cm pada saat perbani.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Usman, Rahmad Nuzul, Budiyanto, Akhmad Mansyur, Nurhuda Annaastasia, and Risfandi. "Analisis kelayakan usaha ekspor ikan (studi kasus PT. Hui Mei Wei Aquatic Product Trading) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara." Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan 8, no. 3 (August 31, 2023): 143–50. http://dx.doi.org/10.33772/jsep.v8i3.22.

Full text
Abstract:
Adanya permintaan ekspor dari beberapa negara asia menjadikan komoditi perikanan sebagai produk unggulan yang mampu memberikan laba untuk membantu perekonomian nasional. Sulawesi Tenggara memiliki Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) sebagai pusat industri perikanan terpadu dikawasan wilayah Indonesia bagian Timur yang mampu meningkatkan produksi perikanan serta merupakan jalur perdagangan antar pulau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha ekspor ikan di PT. Hui Mei Wei Aquatic Product Trading di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Tahun 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data penelitian yang dikumpulkan berupa total biaya (biaya tetap dan biaya variabel), jumlah produksi, harga jual ikan, dan penerimaan. Data dianalisis menggunakan rumus kelayakan usaha yaitu R/C Ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa R/C Ratio sebesar 1.68. artinya setiap pengeluaran sebesar Rp1 oleh industri akan memperoleh penerimaan sebesar RP1,68. dengan demikian, usaha ekspor ikan yang dilakukan oleh PT. PT. Hui Mei Wei Aquatic Product Trading layak untuk dikembangkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Zamdial, Zamdial, Dede Hartono, Deddy Bakhtiar, and Eko Nofridiansyah. "STUDI IDENTIFIKASI KERUSAKAN WILAYAH PESISIR DI KOTA BENGKULU." JURNAL ENGGANO 3, no. 1 (April 29, 2018): 65–80. http://dx.doi.org/10.31186/jenggano.3.1.65-80.

Full text
Abstract:
Kota Bengkulu adalah ibukota dari Provinsi Bengkulu yang mempunyai wilayah pesisir dengan panjang garis pantai hanya ± 17,22 km. Wilayah pesisir Kota Bengkulu memanjang dari Sungai Hitam di Kecamatan Muara Bangkahulu hingga Pulau Baai di Kecamatan Kampung Melayu. Kondisi wilayah pesisir Kota Bengkulu di beberapa tempat juga sudah mengalami degradasi, baik yang disebabkan oleh dinamika alam maupun karena pengaruh dari intervensi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi kerusakan yang terjadi disepanjang wilayah pesisir Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dan memetakan lokasi wilayah pesisir yang mengalamai kerusakan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Kegiatan penelitian ini meliputi observasi lapang, wawancara dan pengambilan dokumentasi kerusakan yang terjadi sepanjang wilayah pesisir Kota Bengkulu. Analisis data untuk identifikasi kerusakan wilayah pesisir dilakukan secara statistik deskriptif. Hasil perhitungan Indeks Kerentanan Pantai (IKP), menunjukkan bahwa ada 14 lokasi kerusakan wilayah pesisir yang ditemukan di Kota Bengkulu, dengan nilai IKP secara berturut-turut yaitu Pantai Pondok Besi (8,9); Pantai Jembatan Sungai Bangkahulu (12,6); Pantai Pasar Bengkulu (12,6); Pantai Teluk Sepang (13,4); Pantai Sungai Hitam (17,9); Pantai Muara Sungai Bangkahulu (17,9); Pantai Jakat (17,9); Pantai Malabero (17,9); Pantai Sumur Melelh (17,9); Pantai Samudera Ujung (19,0); Pantai Panjang (19,6); Pantai Sumber Jaya (26,8); Muara Lempuing (28,3) dan pantai Pasir Putih (34,6). Secara umum wilayah pesisir Kota Bengkulu sudah mengalami degradasi. Kerusakan wilayah pesisir paling parah ditunjukkan dengan Nilai IKP terbesar yaitu Pantai Pasir Putih (34,6) dan kerusakan yang paling ringan dijumpai di Pantai Pondok Besi dengan Nilai IKP 8,9. Kerusakan wilayah pesisir di Kota Bengkulu dikarenakan faktor-faktor berikut, yaitu alih fungsi lahan, abrasi, dan pencemaran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Yusrizal, Yusrizal, Toni Kusumo, and Muhammad Fajar Rachmalio. "Studi Tentang Hasil Tangkapan Pukat Cincin (Purse Seine) Ditinjau dari Daerah Penangkapan Ikan pada KM. Anugrah di Wilayah Laut Banda – WPP 714." Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) 4, no. 2 (February 28, 2022): 127. http://dx.doi.org/10.15578/jkpt.v4i2.10400.

Full text
Abstract:
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari sebagai basis utama perikanan laut pada umumnya di kawasan Indonesia Timur khususnya Sulawesi Tenggara dengan daerah penangkapan (Fishing Ground) meliputi WPP 714 dan WPP 715 yang kaya akan sumberdaya ikan pelagis maupun demersal. Potensi perikanan Sulawesi Tenggara saat ini sangat besar dengan potensi mencapai 1,5 juta ton per tahun. Faktor fisik yang sering berkaitan dengan pola persebaran sumberdaya perikanan adalah suhu permukaan laut (SPL) yang memiliki hubungan dengan produktivitas perairan, oleh sebab itu maka, pentingnya pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan terhadap hasil tangkapan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan operasi penangkapan. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di atas kapal Purse Seine yang beroperasi di Wilayah Laut Banda. Pengoperasian Purse Seine terdiri dari kegiatan persiapan setting, purshing, hauling, brailling sampai dengan penanganan ikan hasil tangkapan. Tetapi daerah penangkapan hanya berdasarkan kebiasaan menangkap ikan di tempat tersebut jadi hasil tangkapan tergantung pada kondisi saat itu. Maka dari itu diperlukan analisis fishing ground dengan menganalisis komposisi hasil tangkapan pada setiap daerah penangkapan dan suhu permukaan laut (SPL). Hasil dari penelitian ini mendapatkan persentase hasil tangkapan dominan tertangkap ikan layang sebanyak 57,28% (45.476 kg), perairan pulau Wawonii merupakan daerah penangkapan ikan tertinggi yaitu 2.407 kg dan variabel independen spl (X) berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan (Y).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Yanti Siregar, Emma Suri, Vincentius Paulus Siregar, and Syamsul Bahri Agus. "ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA SIRIP KUNING Thunnus albacares DI PERAIRAN SUMATERA BARAT BERDASARKAN MODEL GAM." Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 10, no. 2 (August 1, 2018): 501–16. http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v10i2.21908.

Full text
Abstract:
Pengunaan Generalized Additive Model (GAM) sudah umum digunakan di beberapa wilayah laut Indonesia dengan tingkat akurasi yang lebih baik. Tujuan dari penelitian adalah untuk memprediksi daerah penangkapan ikan tuna sirip kuning melalui pendekatan statistik Generalized Additive Model (GAM). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data penangkapan ikan tuna sirip kuning yang didapatkan dari logbook Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus dan data oseanografi berupa data suhu permukaan laut, klorofil-a, salinitas dan tinggi muka laut. Analisis kelimpahan ikan dinyatakan dalam nilai laju pancing (hook rate) tuna longline. Laju tangkap merupakan indeks kepadatan stok. Didalam pemodelan, dataset dibagi menjadi 2 bagian yaitu training data yang digunakan untuk pembentukan model dan evaluation data digunakan untuk memvalidasi hasil prediksi dari pemodelan. Pada penelitian ini, data tahun 2015 digunakan sebagai training data dan data tahun 2016 digunakan sebagai evaluation data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebanyak 14 model prediksi telah dihasilkan melalui pendekatan model GAM berdasarkan parameter oseanografi. Model variabel SPL+Salinitas+TML+Chl-a merupakan yang terbaik dengan nilai AIC terkecil yaitu sebesar 658,1 dan nilai deviance terbesar yaitu 56,9%. Nilai deviance memberikan pengertian model GAM tersebut dapat menjelaskan data hook rate sebesar 56,9%. Berdasarkan model GAM, daerah penangkapan ikan yang potensial pada tahun 2016 terdapat pada perairan Pulau Siberut dan Sipora.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Samusamu, Andrias Steward, and Dharmadi Dharmadi. "KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN HIU BOTOL (Centrophoridae) YANG DIDARATKAN DI TENAU, NUSA TENGARA TIMUR." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 23, no. 2 (November 14, 2017): 89. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.23.2.2017.89-98.

Full text
Abstract:
Hiu botol merupakan jenis ikan hiu yang bernilai ekonomis tinggi, karena dapat menghasilkan minyak ikan dari ekstrak hati dinamakan squalen. Pada umumnya, hiu botol hidup di perairan Samudera Hindia pada kedalaman lebih dari 100 meter, namun sampai saat ini penyebarannya belum banyak diketahui. Selain itu, informasi terkait komposisi jenisnya masih sangat terbatas. Tulisan ini bertujuan mengkaji komposisi hiu botol yang tertangkap rawai dasar dan daerah penangkapannya di perairan Samudera Hindia yang berbasis di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Data diperoleh dari survei lapangan dan wawancara dengan nelayan penangkap hiu di daerah Tenau, periode bulan Januari-Desember 2016. Hasil kajian menunjukkan bahwa hiu botol yang menjadi target penangkapan terdiri atas tiga jenis yaitu; Centrophorus squamosus (10-13%), Centrophorus granulosus (15-20%), dan Centroscymnus coelolepis (sekitar 40%). Prosentase hiu botol yang di Samudera Hindia berkisar 0,01-0,04 % dari total tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tenau. Sedangkan, prosentase hiu botol periode tahun 2011-2014 relatif besar dibandingkan dengan hasil tangkapan jenis hiu lainnya. Namun, pada periode 2012-2014 hasil tangkapan hiu botol cukup fluktuatif dan cenderung menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa populasi sumber daya jenis hiu ini telah terjadi penurunan. Hasil tangkapan hiu botol tertinggi terjadi pada bulan Januari-Februari dan Agustus-September, yang tertangkap di wilayah perairan Selatan Pulau Rote, Timor dan Sabu. Daerah penangkapan potensial hiu botol berada pada koordinat 1240-1280 BT dan 100-110 LS pada kedalaman antara 200-800 meter. A dogfish shark has a high economic value, especially its liver oil, namely squalen. In general, a dogfish sharks live in the waters of the Indian Ocean at a depth of over 100 meters, but its distribution and composition has not been well documented. This paper aims to describe the composition of sharks caught by bottom longlines operated in the Indian Ocean landed at Kupang, East Nusa Tenggara. Data obtained from field surveys and interviews with shark fishermen from Tenau in January-December 2016. The results showed that the dogfish shark consisted of three species: Centrophorus granulosus, Centrophorus squamosus and Centroscymnus coelolepis. The percentage of dogfish sharks in the Indian Ocean ranged from 0.01 to 0.04% of the total catch landed at Tenau. While the percentage of dogfish shark in period 2011 - 2014 was relatively large compared to the catch of other species of sharks. However, in period 2012 - 2014 dogfih shark catches fluctuated and tended to decrease. This indicates that the population decline of this species. The highest catches of dogfish shark occurred in January-February. During August-September sharks were caught in the territorial waters of the South Island of Rote, Timor and Sabu. Potentially fishing areas of dogfish shark would be located at 124o-128o E and 10o-11o S with depths between 200-800 meters.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Arifin, Lukman, Juniar P. Hutagaol, and Mustafa Hanafi. "PENDANGKALAN ALUR PELAYARAN DI PELABUHAN PULAU BAAI BENGKULU." JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 1, no. 3 (February 16, 2016). http://dx.doi.org/10.32693/jgk.1.3.2003.101.

Full text
Abstract:
Alur pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu selalu mengalami pendangkalan. Untuk mengetahui penyebab pendangkalan tersebut maka akan diberikan beberapa informasi hasil kajian geofisika kelautan dari beberapa metoda. Metoda tersebut terdiri dari pengukuran kedalaman laut, pengukuran arus dan pasang surut. Hasil pengukuran kedalaman laut memperlihatkan bahwa kedalaman yang paling dalam di bagian kolam pelabuhan adalah sekitar 12 meter dan yang terdalam di daerah alur juga 12 meter. Pengukuran arus laut memperlihatkan bahwa kecepatan arus pada saat pasang tertinggi lebih tinggi daripada kecepatan arus pada saat surut terendah. Pengendapan lebih besar terjadi pada saat air pasang, apalagi ditambah dengan adanya arus sepanjang pantai yang membawa sedimen ke arah alur. Tipe pasang surut laut di pelabuhan ini adalah tipe campuran ganda, artinya pasang dan surut akan terjadi sekali atau dua kali dalam sehari. Adapun perbedaan tinggi muka air pada saat air pasang dan saat air surut adalah 1,53 meter. Shoaling always occurs in the sailing channel of Pulau Baai Bengkulu Harbour. To know the reason of the shoaling, some information based on the result, of the analysis of several methods of marine geophysical survey are therefore presented. The methods are echo-sounding, sea current and tide measurement. Result of sounding shows that the deepest depth in the lagoon area is around 12 metres and the depth in the channel area is also 12 metres. Result of sea current measurement shows that current velocity during the spring tide is higher than the velocity during the neap tide. Sedimentation is higher in the spring tide, moreover it is increased by the existence of long shore current which transport the sediments into the channel. The type of the sea tide in the harbour is a mixed semi diurnal type which means that the spring and the neap will occur once or twice a day. The height of sea water level difference between spring tide and neap tide season is 1.53 metres.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Purwasih, Ratih. "ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PELABUHAN PENYEBERANGAN FERRY BIRA." Riset Sains dan Teknologi Kelautan, June 22, 2022, 16–19. http://dx.doi.org/10.62012/sensistek.v5i1.19375.

Full text
Abstract:
Pelabuhan adalah fasilitas di ujung samudera, sungai, dan danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo atau penumpang kedalamannya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu sebagai prasaran penghubung antar daerah, antar pulau bahkan antar Negara (Triadmojo, 2009). Pelabuhan dibuat berdasarkan permintaan masyarakat. Salah satu fungsi pelabuhan adalah untuk mempermudah akses masyarakat Indonesia untuk bepergian dari satu pulau ke pulau lain. Penelitian ini dilakukan Berdasarkan kondisi teknis Pelabuhan Penyeberangan Ferry Bira ini dibutuhkan perangkat pelayanan dan fasilitas terminal penumpang angkutan laut yang sesuai dengan fungsinya dan dapat menunjang keselamatan dan keamanan penumpang dan para pekerja. Pemerintah harus melakukan perbaikan secara menyeluruh kondisi dermaga di Pelabuhan Penyeberangan Ferry Bira. Perawatan fasilitas umum dan penunjang dermaga penyeberangan ferry perlu ditingkatkan, agar aktifitas pelabuhan berlangsung secara aman.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Budiyanto, Balok. "Pendekatan sosio-spasial masyarakat pesisir dalam pemanfaatan zona perikanan tangkap nelayan di Kabupaten Morotai, Maluku Utara." Habitus Aquatica 2, no. 2 (January 27, 2022). http://dx.doi.org/10.29244/haj.2.1.55.

Full text
Abstract:
Kabupaten Pulau Morotai merupakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk ke dalam bagian Provinsi Maluku Utara, yang berbatasan dengan Samudera Pasifik Barat. Wilayah ini merupakan yang cukup strategis di wilayah Timur Indonesia untuk mendukung posisi strategis, maka pemerintah melalui Direktorat Perencanaan Ruang Laut menyusun laporan Prototipe Model Blue Ekonomy dalam Perencanaan Zona Pembangunan Pelabuhan Perikanan Tahun 2021 di Kabupaten Morotai. Mengingat sifat dari sumberdaya laut yang bersifat open acces memiliki karakter yang rentan terhadap perubahan lingkungan karena pemanfaatannya dapat diakses secara bebas. Menjawab bagaimana konflik kepentingan yang terjadi dalam memperebutkan ruang laut tersebut berlangsung perlu memperhatikan hubungan praktik spasial dimana sosio-spasial mampu menjelaskan situasi sosial tersebut. Tujuan dari penulisan ini untuk menambah sudut pandang lain dalam pembuatan perencanaan zona pembangunan perikanan. Penulisan ini menggunakan metoda kualitatif deskriptif. Data primer dan data sekunder khususnya bersumber dari laporan Prototipe Model Blue Economy Perencanaan Zona Pembangunan Pelabuhan Perikanan Tahun 2021 di Kabupaten Morotai, Provinsi Maluku Utara, yang dikeluarkan oleh Direktorat Perencanaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hasil yang didapatkan adalah; (1) Secara konseptual laporan perencanaan zona pembangunan pelabuhan perikanan Tahun 2021 telah memperhatikan prinsip blue economy; (2) Pemanfaatan wilayah pesisir untuk kepentingan nelayan tangkap, budidaya dan pariwisata bahari di Kepulauan Morotai belum maksimal; (3) Konflik, kontestasi, dan negosiasi perebutan ruang spasial belum terlihat mengingat masih rendahnya pemanfaatan potensi wilayah pesisir dan sarana, prasarana infrastruktur, utilitas, serta aksesabilitas manusia yang belum optimal; (4) Perlu mempertimbangkan laporan dari sudut pandang sosio-spasial.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Rizki, Ahmad Dioba Dwika, and Hesty Anita Kurniawati. "Desain 3-in-1 Workboat (Derdger-Fire Fighter-Crane Boat) Wilayah Operasional Pelabuhan Pulau Baai, Provinsi Bengkulu." Jurnal Teknik ITS 12, no. 1 (May 22, 2023). http://dx.doi.org/10.12962/j23373539.v12i1.102866.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography