To see the other types of publications on this topic, follow the link: Parametri morfometrici.

Journal articles on the topic 'Parametri morfometrici'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Parametri morfometrici.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Ishak, Iklima, Zulkifli Ahmad, and Ade Haerullah. "MORFOMETRI CANGKANG PADA GENUS Strombus DAN Cerithidea DI PANTAI KOTA TERNATE SELATAN." TECHNO: JURNAL PENELITIAN 7, no. 2 (December 11, 2018): 206. http://dx.doi.org/10.33387/tk.v7i2.869.

Full text
Abstract:
Gastropoda merupakan salah satu sumber daya hayati yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Cangkang gastropoda sudah terpilin sejak masa embrio. Gastropoda umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk dan warna yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mencandra morfometri dan mendeskripsikan non-morfometri cangkang pada genus Strombus dan Cerithidea di tiga lokasi sampling, yakni pantai Bastiong, Fitu, dan Jambula dengan metode survei jelajah bebas. Teknik pengumpulan data meliputi morfometrik dan non morfometrik. Hasil penelitian genus Strombus dan Cerithidea ditemukan sebanyak 111 individu dari 14 jenis yang teridentifikasi. Parameter morfometri genus Strombus dan Cerithidea yang ditemukan di tiga lokasi sampling menunjukkan Panjang Cangkang (PC), Lebar Cangkang (LC), Lebar Kolumela (LK), Tinggi Aperture (TA) dan Lebar Aperture (LA) yang berbeda-beda, serta pengamatan non-morfometrik pada genus Strombus, berupa tipe cangkangnya concentric dan putaran cangkang sinistral, sedangkan pada genus Cerithidea tipe cangkangnya multispiral dan arah putaran dekstral. Kedua genus tersebut memiliki warna dan bentuk yang beragam.Kata Kunci: Cangkang, Cerithidea, Kota Ternate, Morfometri, Strombus
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sukristiyanti, Sukristiyanti. "ANALISIS MORFOMETRI DAS DI DAERAH RENTAN GERAKAN TANAH." Seminar Nasional Geomatika 2 (February 9, 2018): 307. http://dx.doi.org/10.24895/sng.2017.2-0.425.

Full text
Abstract:
<p>Analisis morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dua DAS mikro (Cibintinu dan Cibodas) dilakukan untuk mengetahui karakteristik kedua DAS tersebut. 15 parameter morfometrik yang dihitung meliputi orde sungai, jumlah sungai, panjang sungai, panjang rata-rata sungai, rasio panjang sungai, rasio bifurkasi, rasio bifurkasi rerata, kerapatan drainase, tekstur trainase, frekuensi sungai, rasio relief, faktor bentuk, rasio elongasi, rasio sirkularitas, dan panjang aliran permukaan. Longsoran besar terjadi pada tanggal 14 Oktober 2016 di DAS mikro Cibintinu sedangkan rayapan masih terus terjadi di DAS mikro Cibodas. Kedua DAS mikro tersebut saling berdampingan dan berada dalam satu sub DAS, yaitu sub DAS Cibintinu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan karakter DAS pada kedua DAS mikro tersebut. Analisis morfometri DAS dilakukan dengan menggunakan bantuan SIG (Sistem Informasi Geografis). Data yang digunakan adalah data DEM Terrasar-X dengan resolusi spasial 9 meter serta peta dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa DAS mikro Cibintinu merupakan DAS yang berbentuk memanjang dengan tahap geomorfik muda sedangkan Cibodas merupakan DAS yang berbentuk bulat yang telah mengalami tahap geomorfik lanjut. Hal ini dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya keterkaitan antara tahapan geomorfik suatu DAS dengan tipe longsoran.</p><p><strong>Kata kunci: </strong>morfometri DAS, SIG, gerakan tanah</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Kumetaitienė, Aušra, and Algimantas Zakarevičius. "SKAITMENINIŲ RELJEFO MODELIŲ TIKSLUMO SĄSAJŲ SU MODELIAVIMO PARAMETRAIS IR RELJEFO MORFOMETRINĖMIS SAVYBĖMIS REGRESINĖ ANALIZĖ." Geodesy and cartography 32, no. 3 (August 3, 2012): 71–76. http://dx.doi.org/10.3846/13921541.2006.9636699.

Full text
Abstract:
Nagrinėjami regresiniai modeliai, apibūdinantys sąsajas tarp reljefo modelių tikslumo, modeliavimo parametrų ir reljefo morfometrinių savybių. Taikant statistinės analizės metodus nustatyta, kad modelio tikslumas didėja, mažinant ląstelę ir atstumą tarp taškų. Atstumų tarp taškų įtaka tikslumui apie 10–15 % didesnė negu ląstelės didumo. Ląstelės didumas ir atstumas tarp taškų mažesnės įtakos turi esant mažam reljefo kintamumui ir didesnės, kai reljefo kintamumas didelis. Sudaryti regresiniai modeliai, apibūdinantys skirtingais metodais gautų reljefo modelių tikslumo priklausomybę nuo modeliavimo parametrų ir reljefo morfometrinių rodiklių. Regresijos rezultatai faktinius tikslumo rodiklius atitinka 81–83 %. Didžiausia regresijos rezultatų ir faktinių tikslumo rodiklių neatitikimo sklaida būdinga sudėtingiems morfometrinių reljefo savybių arealams. Todėl, norint gauti įvairių reljefo morfometrinių rodiklių zonų vienodesnį reljefo modelio tikslumą, būtina mažinti teritorijų, kurių morfometrinių rodiklių indeksai didesni, ląsteles ir atstumus tarp aukščių taškų. Šią išvadą patvirtina ir regresinio modelio dispersinės analizės rezultatai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Anaktototy, Yofian, Windra Priawandiputra, Tiara Sayusti, Jacobus SA Lamerkabel, and Rika Raffiudin. "Morfologi dan variasi morfometrik stingless bees di Kepulauan Maluku, Indonesia." Jurnal Entomologi Indonesia 18, no. 1 (June 7, 2021): 10. http://dx.doi.org/10.5994/jei.18.1.10.

Full text
Abstract:
Lebah tanpa sengat tersebar luas di wilayah tropis termasuk Indonesia dan tercatat tiga spesies lebah tanpa sengat di Maluku. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi spesies lebah tanpa sengat dan persebarannya di Kepulauan Maluku, yaitu di Pulau Seram, Ambon, Haruku, Saparua, dan Nusalaut, serta membandingkan variasi morfometrik lebah tanpa sengat antar spesies dan antar individu dari spesies yang sama pada setiap pulau serta antar pulau. Sampel lebah diidentifikasi berdasarkan morfologi dengan 12 parameter morfometrik. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi dua spesies lebah tanpa sengat, yaitu Tetragonula fuscobalteata (Cameron) dan T. sapiens (Cockerell). T. fuscobalteata merupakan catatan baru lebah tanpa sengat di Kepulauan Maluku dan lebah ini secara nyata memiliki pengukuran morfometrik lebih rendah daripada T. sapiens (P < 0,001). Berdasarkan analisis ordinasi non-metric multidimensional scaling (NMDS), gabungan 12 parameter morfometrik antara T. fuscobalteata dan T. sapiens menunjukkan perbedaan yang nyata. Parameter morfometrik T. fuscobalteata sangat bervariasi antar pulau kecuali satu parameter morfometrik (lebar gena) yang tidak nyata antar pulau (P > 0,05). Hal menarik lain berdasarkan analisis NMDS, koloni T. fuscobalteata di Ambon, Haruku, Saparua, dan Nusalaut sebagian besar membentuk kelompok, namun di Pulau Seram lebah tersebar dengan variasi morfometrik yang tinggi. T. sapiens ditemukan di tiga pulau, yaitu Seram, Ambon, dan Haruku. Lebar toraks, mesonotum dan panjang propodeum T. sapiens berbeda nyata di antara tiga pulau (P < 0,001). Hasil penelitian ini berkontribusi dalam menambah catatan penemuan persebaran baru T. fuscobalteata dan T. sapiens di Kepulauan Maluku dan menunjukkan variasi parameter morfometrik pada spesies lebah tanpa sengat antar pulau di Maluku.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Triany, Novi, Suherman Dwi Nuryana, Ramadhan Adhitama, Agus Guntoro, Muhammad Hario Yudisatrio, and Rafael Holysius Daned. "KARAKTERISTIK DAS CISADANE BERDASARKAN PARAMETER MORFOMETRI DI DAERAH RUMPIN – CISEENG, KABUPATEN BOGOR BARAT." PETRO:Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan 10, no. 3 (November 29, 2021): 110–16. http://dx.doi.org/10.25105/petro.v10i3.10869.

Full text
Abstract:
Area penelitian merupakan wilayah kecamatan Rumpin dan Ciseeng, Kabupaten Bogor Barat yang dilalui oleh sungai Cisadane sebagai sungai induk dan salah satu sumber air penting wilayah sekitarnya. Seiring pesatnya perkembangan wilayah, pertumbuhan penduduk dan infrastruktur, maka diperlukan kajian morfometri mengenai sumber air tersebut agar pemanfaatannya sebagai sumber daya alam terbarukan dapat optimal, serta dapat menjadi rekomendasi dalam pengelolaan tata ruang di area DAS Cisadane dan untuk mengetahui kemungkinan adanya potensi banjir di daerah penelitian. Salah satu cara untuk mengetahui karakteristik DAS Cisadane di area penelitian adalah dengan mengkaji parameter morfometri daerah aliran sungai. Dengan metode penginderaan jauh, dilakukan analisis morfometri secara kuantitatif yang meliputi unsur luas DAS, bentuk DAS, rasio cabang sungai, dan kerapatan sungai. Hasil menunjukkan bahwa DAS sungai Cisadane daerah Rumpin-Ciseeng dapat dibedakan menjadi 21 subDAS, dimana dua di antaranya sudah dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Bentuk subDAS terdiri dari bentuk bulu burung dengan luas area relatif sempit, serta bentuk radial, paralel, dan kompleks pada area subDAS yang luas dan beresiko banjir. Dari perhitungan rasio cabang sungai, sejumlah area subDAS pada topografi curam hingga landai dengan luas relatif sempit telah terpengaruh oleh deformasi. Sedangkan analisis kerapatan sungai menunjukkan kategori sedang yang diinterpretasikan aliran sungai melewati litologi yang lebih lunak sehingga sedimen yang terbawa dalam aliran akan lebih besar. Jenis batuan yang dilewati aliran sungai, topografi, serta pengaruh aktivitas tektonik sangat mempengaruhi perbedaan nilai morfometri pada daerah aliran sungai Cisadane.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Denaswidhi, Ega. "INFORMASI KARAKTERISTIK MORFOMETRI DAS JANGKOK MENGGUNAKAN SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS." Jurnal Silva Samalas 3, no. 1 (June 29, 2020): 28. http://dx.doi.org/10.33394/jss.v3i1.3679.

Full text
Abstract:
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan sistem lahan yang dibatasi oleh igir dan punggung gunung sebagai batas alami yang akan mengalirkan air curah hujan menjadi aliran permukaan atau aliran dasar menuju danau atau laut secara alami. Setiap DAS memiliki respon yang berbeda terhadap masukan curah hujan yang terjadi. Kondisi geomorfologi lahan DAS yang memberikan pengaruh terhadap kondisi hidrologi DAS, pada tahap awal dapat dianalisis dengan pendekatan morfometri DAS. Analisis informasi morfometri DAS dengan menggunakan pengukuran terestris di lapangan akan memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang besar. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) saat ini sudah menjadi pilihan banyak pihak untuk memperoleh informasi morfometri DAS. Dalam studi ini DAS Jangkok dipilih sebagai lokasi studi karena DAS Jangkok memiliki variasi ekosistem yang beragam. Analisis untuk mendapatkan informasi nilai parameter mofometri DAS sangat penting dilakukan karena dapat dijadikan dasar untuk perencanaan atau kegiatan pengelolaan DAS. Parameter morfometri DAS Jangkok yang dianalisis dalam studi ini adalah luas, keliling, panjang dan lebar, kemiringan atau gradien alur, ketinggian rata-rata, orde percabangan sungai, kerapatan alur dan bentuk DAS. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah menurunkan informasi topografi maupun morfometri DAS secara otomatis pada perangkat lunak SIG. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, diperoleh nilai morfometri DAS Jangkok berupa luas sebesar 17.243 hektar, panjang DAS mencapai 38,77 kilometer, kemiringan gradien alur sebesar 4,75 %, terdapat 5 orde percabangan sungai dengan jumlah segmen aliran sebanyak 1.086 segmen. Bentuk DAS Jangkok cenderung memanjang dimana nilai indeks kebulatan DAS sebesar 0,23. SIG merupakan suatu sistem yang efektif untuk menurunkan informasi morfometri DAS.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Farida, Anif, and Irnawati Irnawati. "Kajian Karakteristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Klawoguk Kota Sorong Berbasis Sistem Informasi Geografis." Median : Jurnal Ilmu Ilmu Eksakta 12, no. 2 (August 12, 2020): 74. http://dx.doi.org/10.33506/md.v12i2.1004.

Full text
Abstract:
DAS Klawoguk yang masuk dalam wilayah Kota Sorong mempunyai permasalahan yang selalu berulang yaitu banjir. Hampir setiap ada hujan yang jatuh dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan banjir di beberapa lokasi yang dekat dengan sungai. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik morfometri DAS Klawoguk dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Parameter morfometri yang dihitung adalah luas DAS, panjang sungai utama, kemiringan sungai utama, bifurcation ratio, form factor, circularity ratio, drainage density, texture ratio dan length of overland flow. Analisis spasial dilakukan dengan bantuan software MapInfo Professional 11.5 sedangkan analisis dekripstif kualitatif dilakukan dengan cara mengkaji hasil perhitungan morfometri DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas DAS Klawoguk 31,26 km2 dengan panjang sungai utama 20,61 km dan kemiringan sungai utama 0,01 (1 %). Nilai Rb (bifurcation ratio) sebesar 13,68, form factor sebesar 0,020 yang berarti bentuk DAS tidak bulat dan circularity ratio (Rc) 0,25 termasuk dalam kategori bentuk DAS memanjang. Kerapatan drainase 3,52 km/km2 masuk dalam kelas sedang, nilai texture ratio 3,87 dan nilai length of overland flow sebesar 1,76. Berdasarkan parameter morfometri tersebut DAS Klawoguk mempunyai kenaikan debit banjir yang cepat dengan air tidak tergenang terlalu lama, volume runoff yang dihasilkan juga cukup besar, kemampuan infiltrasi yang rendah dan durasi waktu yang diperlukan oleh aliran untuk mencapai outlet tidak terlalu cepat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Rosyada, Syefrina, and Widowati Budijastuti. "Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Keanekaragaman Belalang dan Hubungan Antarkarakter Morfometri Belalang (Insecta: Orthoptera) Di Hutan Kota Surabaya." LenteraBio : Berkala Ilmiah Biologi 10, no. 3 (October 1, 2021): 375–84. http://dx.doi.org/10.26740/lenterabio.v10n3.p375-384.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Jenis belalang yang ada di hutan kota Surabaya dan indeks keanekaragamannya, kemudian untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan terhadap keanekaragaman belalang dan menganalisis pengaruh antar katakter morfometri belalang. Metode yang digunakan ketika sampling adalah scan sampling dan point count menggunakan sweep net, kemudian sampel diukur morfometrinya dan diidentifikasi, data parameter lingkungan meliputi suhu, pH, kelembapan dan intensitas cahaya akan dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan SPSS 25 dan data morfometri dianalisis dengan uji komponen utama atau PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 6 Spesies di hutan kota Surabaya yaitu yaitu Atractomorpha crenulate, Oxya chinensis, Conocephalus maculatus, Acrida cronica, Chorthippus biguttulus, dan Dissosteira Carolina. Hasil nilai indeks keanekaragaman Shannon-Weinner 1,53 menunjukan keanekaragaman belalang di hutan kota Surabaya masuk dalam kategori sedang. Hubungan parameter lingkungan dengan keanekaragaman dikategorikan berhubungan lemah dengan prosentase 5,2 % keanekaragaman belalang di hutan kota Surabaya dipengaruhi oleh parameter lingkungan. Hasil PCA Karakter Morfometri yaitu panjang tubuh, panjang antena, panjang kaki depan, panjang kaki belakang, panjang kaki tengah, lebar sayap depan, lebar sayap belakang, panjang sayap depan, dan panjang sayap belakang ternyata mempunyai korelasi yang kuat hal ini dihubungkkan dengan keseimbangan tubuh, dan pergerakan aktivitas belalang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Hardian, Andreas Bandang, Dorothea Vera Megarani, Warih Pulung Nugrahani, and Irhamna Putri Rahmawati. "Perbandingan Akurasi Berbagai Metode Kalibrasi Skala Pengukuran dalam Morfometri Eritrosit Elang Ular Bido (Spilornis cheela)." Indonesia Medicus Veterinus 9, no. 1 (January 31, 2020): 68–79. http://dx.doi.org/10.19087/imv.2020.9.1.68.

Full text
Abstract:
Morfometri sel berguna untuk mendeteksi abnormalitas seluler berdasar pengukuran sel secara kuantitatif. Metode ini telah diterapkan pada berbagai pemeriksaan klinis yang melibatkan inspeksi morfologi sel seperti pemeriksaan sitologi, histopatologi, dan patologi digital. Kalibrator skala yang umum digunakan adalah mikrometer kalibrasi (calibration slide). Terbatasnya ketersediaan mikrometer kalibrasi di laboratorium sering menjadi hambatan dalam melakukan morfometri sel sehingga diperlukan alat alternatif yang terbukti memiliki akurasi yang sama. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan parameter morfometri eritrosit elang ular bido (Spilornis cheela) menggunakan tiga kalibrator berbeda: mikrometer kalibrasi, kamar hitung Neubauer, dan batang skala digital pada kamera mikroskop. Sebanyak 58 eritrosit elang ular bido dipilih dari preparat apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa dan difoto menggunakan kamera mikroskop. Seluruh sel diukur menggunakan aplikasi ImageJ. Kalibrasi pengukuran dilakukan dalam lima metode dengan kalibrator yang telah disebutkan. Analisis perbandingan secara statistika dilakukan dengan membandingkan rata-rata panjang sel, lebar sel, panjang nukleus, dan lebar nukleus melalui uji analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjutan Tukey’s Honestly Significant Difference (HSD). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada rata-rata parameter morfometri eritrosit berdasar lima metode kalibrasi. Hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil pengukuran menggunakan kalibrasi dengan mikrometer kalibrasi (calibration slide) dan kamar hitung Neubauer. Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa kamar hitung Neubauer dapat digunakan untuk menggantikan mikrometer kalibrasi (calibration slide) jika belum tersedia di fasilitas klinik maupun laboratorium
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Santosa, Yanto, fifin Nopiansyah, Abdul Haris Mustari, and Dede Aulia Rahman. "PENGGUNAAN PARAMETER MORFOMETRIK UNTUK PENDUGAAN UMUR SIAMANG SUMATERA (Symphalagus syndactylus Raffles, 1821)." Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8, no. 1 (2011): 25–33. http://dx.doi.org/10.20886/jphka.2011.8.1.25-33.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Zulfahmi, Zulfahmi, and Mufti Sudibyo. "PENDEKATAN MORFOMETRI, MORFOLOGI, JENIS KELAMIN TUKA." JURNAL BIOSAINS 3, no. 1 (March 15, 2017): 38. http://dx.doi.org/10.24114/jbio.v3i1.7371.

Full text
Abstract:
Tuka memiliki nilai ekonomi yang tinggi terutama pada bagian badan yang melebar dan sepasang sirip dada yang menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis morfologi, morfometri dan status konservasi Tuka di Sumatera Bagian Utara. Sampel penelitian diambil dari Pusat Pasar Ikan di Jl. Cemara No. 1 Sampali Medan. Terdapat 2 sampel yang ditemukan, diantaranya dianalisis menggunakan regresi berganda dengan metode stepwise. Parameter yang diukur adalah panjang diskus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara morfologi, Ikan Tuka yang ditemukan adalah dari jenis Okamejei cf boesemani, Dipturus sp. Secara morfometri, ukuran panjang atau jarak yang memberikan kontribusi terhadap panjang diskus adalah panjang jarak interorbital (X2) (r= 0,573), interpace celah insang pertama (X12) (r= 0,671), interorbital (X5) (r= 0,276), jarak prenarial (X7) (r=0,756), serta jarak prenarial (X9) (r=0,785). Status konservasi dari kedua spesies tuka yang diperoleh adalah Okamejei cf boesemani dan Dipturus sp termasuk dalam status Dalam Daftar Merah IUCN: Belum dievaluasi (NE) Kata Kunci : Tuka, Sirip, Dada, Kepala, Konservasi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Dinata, Alharia. "IDENTIFIKASI KERENTANAN EROSI TANAH BERDASARKAN PARAMETER MORFOMETRI DI SUB DAS KIKIM." JURNAL ILMIAH BERING'S 7, no. 02 (October 5, 2020): 36–41. http://dx.doi.org/10.36050/berings.v7i02.275.

Full text
Abstract:
Soil erosion is an environmental problem that occurs in many parts of the world because it involves ecological, social and economic aspects. Kikim sub-watershed is part of the Musi river area, most of the topographic conditions are flat slopes (54.64%), steep slopes with a total percentage of 12.81%. Meanwhile, hydrological conditions have a maximum daily rainfall with a high category so that the potential for erosion and flooding is very high. The purpose of this study was to identify soil erosion vulnerability based on morphometric parameters. The research data used DEM-SRTM 30 meters and then extracted into a map of the sub-watershed and river networks to calculate morphometric parameters. The method used was the weighted sum analysis (WSA) with a GIS application approach. The DEM data excavation found 11 (eleven) sub-watersheds with an area ranging from 81.26 km2 to 220.50 km2, and the total length of the river was 2221.24 km. Based on the weighted results of the WSA method, two sub-watersheds (SB3 and SB7) had very high soil erosion vulnerability, moderate soil erosion vulnerability in SB1, SB2, SB4, SB8, SB10, and SB11. Furthermore, the low soil erosion vulnerability (SB9), and very low soil erosion vulnerability were at SB5 and SB6. The results of this study could be used for conservation zone planning to control soil erosion.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Wirayuda, M. Hasan. "ANALISIS KARAKTERISTIK SUB DAS CI JOLANG TERKAIT MUKA AIR BANJIR BERDASARKAN PARAMETER MORFOMETRI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS_." Jurnal Sumberdaya Bumi Berkelanjutan (SEMITAN) 1, no. 1 (August 12, 2022): 401–7. http://dx.doi.org/10.31284/j.semitan.2022.3221.

Full text
Abstract:
Daerah penelitian mencakup sebagian area Sub DAS Ci Jolang yang terletak di kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk menentukan karakteristik morfometri Sub DAS Ci Jolang terkait muka air banjir agar bisa melihat risiko terjadinya banjir. Penelitian ini juga didukung menggunakan sistem informasi geografis yaitu dengan bantuan software ArcGIS. Metode penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan parameter morfometri yang meliputi luas DAS, panjang DAS, kemiringan atau gradien sungai, orde sungai, tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, serta bentuk aliran sungai. Berdasarkan hasil dan analisis pengelolaan data didapatkan hasil luas DAS yaitu 90 km2 atau 9,001 ha2 yang termasuk dalam kelas DAS sangat kecil, panjang DAS yaitu 15,7126 km dengan lebar DAS 5,72 km. kemiringan atau gradien sungai didapatkan nilai 0,067. Orde sungai terdiri dari 3 orde, dengan nilai Wrb 5,51. Kerapatan sungai yaitu 2,80 km/km2 dan bentuk DAS didapati nilai 0,45. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan parameter morfometri Sub DAS Ci Jolang memiliki luas DAS yang masih tergolong DAS sangat kecil dengan karakteristik naik turunnya muka banjir sungai membutuhkan waktu yang cepat karena mempunyai infiltrasi yang sedang dan mampu menampung banyaknya air yang ada pada bagian tubuh sungai. Selain itu untuk datang dan turunnya debit puncak relatif cepat karena Sub DAS Ci Jolang memiliki nilai Rc 5 dengan bentuk aliran sungai yang memanjang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Wulur, Mizhael A. P., Khrsitin I. F. Kondoy, and Jety K. Rangan. "Morphometric Studies of Seagrass Halophila ovalis (R.Brown) Hooker in Kahona, Lembeh Sub-district of Bitung City and in the Tasik Ria, Tombariri Sub-district , Minahasa District." JURNAL ILMIAH PLATAX 7, no. 1 (October 30, 2018): 19. http://dx.doi.org/10.35800/jip.7.1.2019.21440.

Full text
Abstract:
Seagrass is a marine plant that has roots with a rhizom system, the structure of the stem and leaves can be clearly distinguished. Halophila ovalis belongs to the Hydrocharitaceae family and common characteristics of this family include two branched leaves, oval leaf shape, small stalks and rhizomes that are easily broken and smooth, single-haired roots. This research was carried out in the coastal waters of Kahona Beach, South Lembeh Sub-district, Bitung City, and in Tasik Ria Beach, Tombariri Sub-district, Minahasa Regency. To date, there is no information regarding the comparison of morphometric of seagrass Halophila ovalis in both locations. The research objective was to compare the morphometric size of Halophila ovalis based on both research locations (Kahona Beach and Tasik Ria Beach). Data collection was conducted using survey method. As many as 30 plants in each study location were collected, washed with sea water and put into plastic samples which would then be measured using a digital caliper.In the results obtained, statistically, the Halophila ovalis species on Kahona Beach and Tasik Ria Beach are the same. There is no significant difference with regard to the size of the growth. This is due to the condition of the existing environmental parameters. Environmental parameter conditions in these two locations are still within the safe limits of seagrasses to grow optimally. From the measurement results, it can be seen that the size of seagrass growth in Tasik Ria Beach is smaller than that on Kahona Beach. This is due to the activities of people who come touring that accidentally damage seagrasses and damaged coral reef ecosystems are unable to withstand the strong currents and trash carried. Whereas in Kahona Beach, this is a marine protected area that is still rare for tourists to visit even though it has become an ecotourism area so that the conditions are still good and maintained, not only the seagrass ecosystem but also mangrove ecosystems and coral reefs.Keywords: Morfometrics, Halophila ovalis, Kahona Beach, Tasik Ria Beach ABSTRAK Lamun adalah tumbuhan air yang memiliki akar dengan sistem perakaran rhizoma, struktur batang dan daun yang dapat dibedakan dengan jelas. Halophila ovalis termasuk dalam famili Hydrocharitaceae. Ciri-ciri umum dari famili ini antara lain daun bercabang dua, bentuk daun oval, memiliki tangkai yang kecil dan rhizome yang mudah patah serta akar tunggal yang berambut halus. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pantai Kahona Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung dan di perairan Pantai Tasik Ria Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Sampai saat ini, belum ada informasi mengenai perbandingan morfometrik lamun Halophila ovalis di kedua lokasi yang tersedia. Adapun yang menjadi tujuan penelitian yaitu membandingkan ukuran morfometrik Halophila ovalis berdasarkan lokasi penelititan (Pantai Kahona dan Pantai Tasik Ria). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei jelajah, sebanyak 30 pada setiap lokasi penelitian, dicuci dengan air laut dan dimasukan kedalam plastik sampel yang kemudian akan diukur dengan menggunakan caliper digital. Pada hasil yang diperoleh, secara statistik spesies Halophila ovalis di Pantai Kahona dan di Pantai Tasik Ria adalah sama. Tidak ada perbedaan yang nyata berkaitan dengan ukuran pertumbuhan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kondisi parameter lingkungan yang ada. Kondisi parameter lingkungan pada kedua lokasi ini masih dalam batas yang aman bagi lamun untuk bertumbuh kembang secara optimal. Dari hasil pengukuran terlihat bahwa ukuran pertumbuhan lamun yang ada di Pantai Tasik Ria lebih kecil dari pada yang ada di Pantai Kahona. Hal ini disebabkan aktivitas masyarakat yang datang berwisata yang tidak sengaja merusak lamun serta ekosistem terumbu karang yang sudah rusak tidak mampu menahan kuatnya arus dan sampah yang terbawa. Sedangkan di Pantai Kahona ini merupakan daerah perlindungan laut yang masih jarang wisatawan walaupun sudah menjadi daerah ekowisata sehingga kondisi di Pantai Kahona masih baik dan terjaga, bukan hanya ekosistem lamunnya tapi juga ekosistem mangrove dan terumbu karang.Kata Kunci : Morfometrik, Halophila ovalis, Pantai Kahona, Pantai Tasik Ria
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Rini, Feqqi Indah, and Edy Sutriyono. "Analisis perubahan morfometri dan meander Sungai Way Tebu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung." OPHIOLITE : Jurnal Geologi Terapan 4, no. 2 (December 4, 2022): 94. http://dx.doi.org/10.56099/ophiolite.v4i2.27430.

Full text
Abstract:
Sungai Way Tebu merupakan salah satu sungai yang berada pada Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Secara geologi termasuk ke dalam lembar geologi Kotaagung yang memiliki beberapa fornasi antara lain: Komplek Gunung Kasih (Pzg), Formasi Menanga (Km), Formasi Hulusimpang (Tomh), Formasi Gading (Tomg), dan Formasi Qhv. Sungai Way Tebu didominasi oleh pola berkelok atau meander yang disebabkan oleh proses pengikisan dan pengendapan pada sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan morfometri meander sungai Way Tebu pada tahun 1996 dan tahun 2021. Analisis morfometri dilakukan menggunakan data spasial. Data yang digunakan yaitu citra landsat 5 TM dengan menggabungkan band 7, band 4, dan band 2 untuk menganalisis sungai tahun 1996 dan citra landsat 8 OLI/TIRS dengan menggabungkan band 7, band 5, dan band 3 unruk menganalisis sungai tahun 2021. Hasil perhitungan parameter morfometri, dapat diketahui bahwa sungai mengalami perubahan nilai parameter dari tahun 1996 ke tahun 2021. Berdasarkan hasil perhitungan setiap parameter, nilai parameter pada tahun 1996 mengalami peningkatan pada tahun 2021. Sungai Way Tebu tahun 1996 menunjukan nilai rata-rata sinousitas 1,72 dan mengalami kenaikan pada tahun 2021 menjadi 1,85, nilai sinousitas tersebut memiliki nilai >1,5 yang berarti Sungai Way Tebu memiliki bentuk berkelok yang menandakan bahwa sungai tersebut termasuk ke dalam sungai stadia dewasa. Peningkatan nilai sinousitas sungai menunjukkan bahwa proses dinamika pembentukan alur sungai masih berlangsung hingga saat ini. Model perubahan meander tersebut menunjukkan bahwa perubahan pada bentuk lingkar meander dipengaruhi oleh faktor geologi di sekitarnya, keberadaan endapan material sedimen membuat arah dari aliran sungai berubah dan mengerosi bagian badan sungai yang dituju oleh aliran sungai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Supangat, Agung B. Supangat. "KARAKTERISTIK HIDROLOGI BERDASARKAN PARAMETER MORFOMETRI DAS DI KAWASAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI." Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 9, no. 3 (2012): 275–83. http://dx.doi.org/10.20886/jphka.2012.9.3.275-283.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Wujdi, Arief. "KARAKTERISTIKMORFOLOGI DANHUBUNGANMORFOMETRIK OTOLITH DENGAN UKURAN IKAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker, 1853) DI SELAT BALI." BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 8, no. 3 (January 20, 2017): 159. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.8.3.2016.159-172.

Full text
Abstract:
Otolith telah digunakan secara luas untuk kajian taksonomi, pertumbuhan, umur dan kekerabatan populasi ikan dari perairan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan morfometrik otolith dan ukuran ikan lemuru serta karakteristikmorfologi otolith. Sampel dikumpulkan dari Selat Bali padaApril hingga Juli 2015. Pengujian statistik juga dilakukanmenggunakan uji-t berpasangan dua arah pada selang kepercayaan 99% untuk menentukan signifikansi hasil pengukuran morfometrik antara otolith kanan dan kiri. Hubungan parameter morfometrik dan ukuran ikan dianalisis menggunakan persamaan regresi linear dan eksponensial. Karakteristik morfologi otolith disajikan secara deskriptif dan dipertegas dengan nilai indeks-indeks bentuk menggunakan 6 deskriptor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pengukuran morfometrik otolith kiri dan kanan. Ukuran otolithmemiliki korelasi isometrik dengan pertumbuhan ikan dimana panjang otolith (OL) menjadi indikator terbaik untuk mengestimasi ukuran individu ikan. Otolith ikan lemuru memiliki ciri-ciri morfologi yang konsisten seperti halnya ikan dari genus Sardinella, khususnya sulcus acusticus, rostrum dan antirostrum. Nilai indeks bentuk yangmenegaskan ciri-ciri morfologi otolith juga dijelaskan.Otoliths widely used to determine taxonomy, growth, age and population structure of fishes. This study aims to determine the relationship between otolith morphometric to fish sizes and morphological characteristic of otolith. Data were collected from April to July 2015 in Muncar, Bali Strait. The statistical tests using two tails ttest paired sample also implemented to examine differentiation between left and right otolith measurement. The linear regression and exponential equation used to examine otolith morphometric parameter to fish size. Otolith morphological characteristics presented descriptively and emphasized using 6 descriptors of shape indices. The results showed no significant differences between left and right otolith. The otolith-fish size relationship was isometric. An OL (length of otolith) found as the best indicators to estimate the original size of fish. The otolith has specific morphological characteristics, in particular sulcus acusticus, rostrum and antirostrum were similar with other species from Sardinella genus. Shape indices also provided to confirm the morphological otolith.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Aguantara, Febriantus, Tapaul Rozi, and Maskur Maskur. "Karakteristik Morfometrik (Ukuran Linier dan Lingkar Tubuh) Sapi Persilangan Sumbawa x Bali (Sumbal) yang Dipelihara secara Semi Intensif di Kabupaten Sumbawa." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia (JITPI), Indonesian Journal of Animal Science and Technology 5, no. 1 (December 10, 2019): 17. http://dx.doi.org/10.29303/jitpi.v5i1.54.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakateristik morfometrik dari sapi persilangan Sumbawa x Bali (Sumbal) di Kabupaten Sumbawa. Materi yang digunakan yaitu Sapi Sumbal yang terdiri dari 14 ekor pedet, 20 ekor muda dan 27 ekor dewasa. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling/ dengan mengamati ciri-ciri morfometrik Sapi Sumbal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran-ukuran tubuh Sapi Sumbal jantan tidak berbeda (P>0,05)dengan betina pada kelompok umur pedet dan muda. Sedangkan pada kelompok umur dewasa, jantan lebih rendah dari betina (P<0,05) pada parameter tinggi pinggul. Lingkar dada memiliki koefisien korelasi yang paling tinggi terhadap bobot badan diikuti tinggi badan dan panjang badan dengan nilai secara berurutan 0,96; 0,83; dan 0,80. Persamaan BB = -173,104 - 1,837TB + 0,052PB + 4,493LD dan derajat determinasi (R2) yaitu 0,939 diperoleh melalui analisis regresi. Lingkar dada dan tinggi badan secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi bobot badan sedangkan panjang badan tidak (P>0,05)dan secara simultan berpengaruh terhadap bobot badan (P<0,05).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Kansil, Yuneke, Khristin I. F. Kondoy, Joudy R. R. Sangari, Alex D. Kambey, Adnan S. Wantasen, and Hermanto Manengkey. "Morphometric study of seagrass Thalassia hemprichii in the coastal area of the Bahoi Village, West Likupang Sub-distritct, North Minahasa District." JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS 10, no. 3 (January 19, 2020): 102. http://dx.doi.org/10.35800/jpkt.10.3.2019.27490.

Full text
Abstract:
The purposes of the morphometrics of seagrass Thalassia hemprichii study (based on samples taken from the coast of Bahoi Village, Likupang Barat Sub-district, North MInahasa District) were as follow: (1) to know the environmental conditions (temperature, salinity, pH, substrate) on the coastal area of Bahoi Village, (2) to describe the morphometrics of seagrass T. hemprichii, and (3) to compare the morphometric of seagrass Thalassia hemprichii based on sampling stations. Data were collected using a survey method, to sample the seagrass T. hemprichii in three locations. As many as 30 individuals at each study location, were then measured using a digital caliper. The results of the measurement analyzed statistically show that the value was not significantly different. There is no significant difference in the size of the seagrass growth due to environmental conditions or environmental parameters that exist at these 3 stations and supposedly are still within the safe limits for seagrass growth. This evidence was gained based on the results of the ANOVA test (one way ANOVA) which was not significantly different.Keyword : Morphometrics; Thalassia hemprichii; Seagrass; Bahoi Village; Coast ABSTRAKTujuan Penelitian ini adalah mengetahui morfometrik Lamun Thalassia hemprichii berdasarkan sampel yang diambil di Pesisir Pantai Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat. yaitu : (1) Mengetahui kondisi lingkungan perairan lamun (suhu, salinitas, pH, substrat) di Pesisir Pantai Desa Bahoi, (2) Mendeskripsikan morfometrik dari lamun Thalassia hemprichii, (3) Membandingkan morfometrik lamun Thalassia hemprichii berdasarkan stasiun pengambilan sampel. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakaan metode survei jelajah, dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel Lamun Thalassia hemprichii sebanyak 30 individu pada setiap lokasi penelitian, kemudian diukur dengan menggunakan caliper digital. Hasil yang analisis diperoleh berdasarkan nilai statistik Thalassia hemprichii di Pesisr Pantai Desa Bahoi adalah tidak berbeda nyata. Tidak adanya perbedaan yang nyata dari ukuran pertumbuhan lamun tersebut disebabkan oleh kondisi lingkungan atau parameter lingkungan yang ada pada ke 3 stasiun ini masih dalam batas yang aman bagi pertumbuhan Lamun. Dibuktikan dengan Hasil uji ANOVA satu jalur (one way ANOVA) diperoleh tidak berbeda nyata.Kata kunci : Morfometrik; Thalassia hemprichii; Lamun; Desa Bahoi; Pesisir
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Sermatang, Jessico H., Charlotha I. Tupan, and Laura Siahainenia. "MORFOMETRIK LAMUN Thalassia hemprichii BERDASARKAN TIPE SUBSTRAT DI PERAIRAN PANTAI TANJUNG TIRAM, POKA, TELUK AMBON DALAM." TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan 17, no. 2 (October 26, 2021): 77–89. http://dx.doi.org/10.30598/tritonvol17issue2page77-89.

Full text
Abstract:
Seagrass as a flowering plant can live from muddy substrates to coral fractures. Differences in the characteristics of substrate type, nutrient content and aquatic environmental conditions can affect morphometric seagrass. The purpose of the study was to analyze environmental conditions and nutrient content as well as the morphometric characteristics of T. hemprichii seagrass based on differences in substrate type. This study was conducted in the waters of Tanjung Tiram Coastal, Poka from February-April 2021. Seagrass sampling was using the purposive sampling method. Data analysis was conducted using ANOVA with SPSS. The results of environmental parameters analysis showed that the water conditions of Tanjung Tiram, Poka are still at the tolerance limit intended for seagrass life. The substrate consists of sand substrate, gravel mixed sand substrate and mud substrate. The results of ANOVA showed that there was a significant difference in the content of sedimentary nutrients, especially phosphates in each substrate type and there was a significant difference in morphometric seagrass based on differences in substrate type and nutrient content. ABSTRAK Lamun sebagai tumbuhan berbunga dapat hidup mulai dari substrat berlumpur sampai dengan patahan karang. Perbedaan karakteristik jenis substrat, kandungan nutrien dan kondisi lingkungan perairan dapat mempengaruhi morfometrik lamun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi lingkungan dan kandungan nutrien serta karakteristik morfometrik lamun T. hemprichii berdasarkan perbedaan tipe substrat. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pantai Tanjung Tiram, Poka pada Bulan Februari-April 2021. Pengambilan sampel lamun menggunakan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan ANOVA dengan SPSS. Hasil analisis parameter lingkungan, menunjukan bahwa kondisi perairan Tanjung Tiram, Poka masih berada pada batas toleransi yang diperuntukan untuk kehidupan lamun. Substrat terdiri dari substrat pasir, pasir campur kerikil dan lumpur. Hasil anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan kandungan nutrien sedimen khususnya fosfat secara signifikan pada masing masing tipe substrat dan terdapat perbedaan morfometrik lamun secara signifikan berdasarkan perbedaan tipe substrat dan kandungan nutrien. Kata Kunci: morfometrik, nutrien, substrat, Tanjung Tiram, Thalassia hemprichii
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Henrik, Henrik, Marhayani Marhayani, and Fajar Syadik. "Karakteristik Morfometrik dan Produksi Telur Itik di Sentra Peternakan Itik Kabupaten Tolitoli." Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) 11, no. 3 (December 31, 2021): 204. http://dx.doi.org/10.46549/jipvet.v11i3.189.

Full text
Abstract:
Abstract This research aimed to identify the morphometrics characteristic and egg production of duck in the center farming area in Tolitoli Regency. There are four districts chosen as the research sample location, which are Dampal Selatan, Lampasio, Galang, and Dako Pemean. In each district, 250 female ducks were used. Parameters was observed is body weight, body length, pubis width, shank length, chest circumference, wings length, neck length, and egg production based on Hand Day Production. The correlation between morphometrics and HDP analyzed by IBM Statistic 25 software. The results showed that pubis width have a strong positive correlation with egg production (r value 0.37 – 0.45). The body weight have negative correlation with HDP (-0.31 to -0.22), chest circumference (-0.13 to -0.05), body length (-0.01 to 0.03), wing length (-0.12 to 0.03), neck length (-0.03 to 0.02), and shank length (0.02 to 0.03). The morphometrics characteristic and egg production in duck center farming area are uniform with an HDP at 63%. Keywords: Correlation; Duck; Egg; Morphometrics; Production Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfometrik dan produksi telur itik di sentra peternakan itik Kabupaten Tolitoli. Terdapat empat kecamatan yang dijadikan lokasi sampel pada penelitian ini yaitu Kecamatan Dampal Selatan, Lampasio, Galang, dan Dako Pemean dijadikan sampel penelitian. Masing-masing 250 itik betina yang digunakan. Parameter yang diamati yaitu bobot badan, panjang badan, lebar pubis, panjang shank, lingkar dada, panjang sayap, dan panjang leher serta produksi telur berdasarkan Hen Day Production (HDP). Hubungan morfometrik dengan produksi telur dianalisis menggunakan analisis korelasi menggunakan IBM Statistic 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebar pubis memiliki korelasi yang positif dan cukup kuat dengan HDP dengan nilai korelasi antara 0,37–0,45. Bobot badan berkorelasi negative dengan HDP (-0,31 sampai -0,22), lingkar dada (-0,13 sampai -0,05), panjang badan (-0,01 sampai 0,03), panjang sayap (-0,12 sampai 0,03), panjang leher (-0,03 sampai 0,02), dan panjang shank (0,02 sampai 0,03). Karakteristik morfometrik dan produksi telur itik pada sentra peternakan yang diteliti seragam dengan nilai HDP sebesar 63%. Kata kunci: Itik; Korelasi; Morfometrik; Produksi; Telur
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Nisa, Nida Fithrotun, Edy Kurnianto, and Sutopo Sutopo. "Karakterisasi Morfometrik dan Pendugaan Jarak Genetik Kelinci New Zealand, Rex dan Flemish Giant." Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran 22, no. 1 (June 1, 2022): 22. http://dx.doi.org/10.24198/jit.v22i1.39310.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian untuk mengetahui spesifikasi ukuran morfometrik bagian kepala dan telinga antar bangsa kelinci New Zealand, Rex dan Flemish Giant dan menduga jarak genetik antar bangsa kelinci. Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Agustus – 28 Oktober 2021 di daerah Jawa Tengah (Kabupaten Semarang, Kendal, Temanggung, Magelang) dan Yogyakarta. Materi yang digunakan 388 ekor kelinci, 229 ekor New Zealand, 99 ekor Rex dan 60 ekor Flemish Giant dengan kelompok umur yaitu (a) < 9 bulan; (b) 9 – 14 bulan; (c) 15 – 20 bulan; (d) > 20 bulan. Peneltian menggunakan alat yaitu pita ukur, ukur 0,1 cm dan jangka panjang yaitu 0,01 mm dan parameter yaitu panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga dan lebar telinga. Data dianalisis dengan Analisis Multivariat pada Sistem Analisis Statistik (SAS) ver. Universitas dan MEGA 11 . Hasil analisis Komponen Utama menunjukkan parameter pembeda yaitu panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga dan lebar telinga. Peta persebaran menunjukkan kelinci Rex berada di bawah axis X dan kiri axis Y, New Zealand berada di atas axis X dan di kiri axis Y, Flemish Giant berada di antara atas dan bawah axis X dan kanan axis Y. Nilai kesamaan yang besar pada kelinci Flemish Giant (98,33%,) New Zealand dan Rex tidak berbeda (82,10%) (81,82%). Jarak genetik terbesar kelinci Rex dengan Flemish Giant (38.015), kelinci New Zealand dengan Flemish Giant (32.394), jarak terkecil pada New Zealand dengan Rex (2.417).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Josia, Marbun, Erly Kaligis, Deislie R. H. Kumampung, Suria Darwisito, Chatrien A. L. Sinjal, and Hengky Sinjal. "INVENTARISASI DAN KEPADATAN UDANG DAN KEPITING DI PERAIRAN MANGROVE." JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS 7, no. 2 (July 17, 2019): 59. http://dx.doi.org/10.35800/jplt.7.2.2019.23625.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis-jenis udang dan kepiting, menentukan kepadatan, morfometrik dan mengetahui parameter kualitas air (suhu, pH dan salinitas) di perairan mangrove Kelurahan Meras Kecamatan Bunaken, Kota Manado. Hasil penelitian, diperoleh 4 spesies udang genus Penaeus dengan total 251 ekor (♂: 115 ekor dan ♀: 136 ekor). Kepiting yang didapatkan 10 spesies dari tiga genus yaitu Uca (295 ekor), Portunus (12 ekor) dan Scylla (53 ekor). Total kepiting yang ditemukan 360 ekor (♂: 203 ekor dan ♀: 157 ekor). Kepadatan tertinggi udang P. monodon, yaitu 0,092 ind/m2 sedangkan terendah P. merguiensis, yaitu 0,055 ind/m2. Kepadatan tertinggi kepiting U. annulipes, yaitu 0,126 ind/m2 sedangkan terendah P. trituberculatus, yaitu 0,003 ind/m2. Pengukuran morfometrik tertinggi udang P. monodon yaitu ♂: 19,9 cm, ♀: 17,8 cm sedangkan terendah P. semisulcatus yaitu ♂: 11,3 cm, ♀: 10,5 cm dan morfometrik kepiting tertinggi pada S. serrata yaitu ♂: 20,3 cm, ♀: 16,1 cm sedangkan terendah U. annulipes yaitu ♂: 3,7 cm, ♀: 2,4 cm. Hasil pengukuran parameter kualitas air, meliputi: suhu (27-30 0C), derajat keasaman (pH 6,9-8) dan salinitas (27-33 ppt), Kata Kunci : Inventarisasi; Cruise method; Udang; Kepiting; MangroveThe stock taking and solidity of shrimp and crab in mangrove waterThe purpose of this research is to describe the types of shrimp and crab, to decide the solidity, to decide the morphometric and to find out the parameter of water quality (temperature, pH and salinity) in mangrove water at Meras, Bunaken subdistrict, Manado. The result of this research found 4 species of shrimps genus Penaeus with total 251 (♂: 115 and ♀: 136 ). The founded crabs are 10 species from three genus, they are Uca (295), Portunus (12) and Scylla (53). The total of founded crab are 360 (♂: 203 and ♀: 157). The highest solidity of shrimp is P. monodon that is 0,092 ind/m2 , the lowest is P. trituberculatus that is 0,003 ind/m2 . The highest morphometric measurement of shrimp is P. monodon that is ♂: 19,9 cm, ♀: 17,8 cm while the lowest is P. semisulcatus that is ♂: 11,3 cm, ♀: 10,5 cm and the highest crab morphometric is S. serrata that is ♂: 20,3 cm, ♀: 16,1 cm while the lowest is U. annulipes that is ♂: 3,7 cm, ♀: 2,4 cm. The parameter measurement result of water quality, include: temperature (27-30 0C), acidity degree (pH 6,9-8) and salinity (27-33 ppt). Keywords: Stock taking, Cruise method, Shrimp, Crab, Mangrove
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Balumbi, Musthamin, Fachruddin Fachruddin, and Muhammad Risman. "Morfometri Ovarium setelah Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera LAM)." Acta VETERINARIA Indonesiana 9, no. 1 (March 29, 2021): 44–52. http://dx.doi.org/10.29244/avi.9.1.44-52.

Full text
Abstract:
Ovarium merupakan organ reproduksi utama dalam sistem reproduksi betina yang berperan dalam menghasilkan sel ovum. Kualitas folikel yang dihasilkan ovarium dipengaruhi oleh nutrisi yang dikonsumsi suatu individu. Kelor (Moringa oleifera LAM) telah lama dikenal sebagai tanaman dengan kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Nutrisi yang terdapat di dalam kelor adalah vitamin, mineral, antioksidan, asam amino esensial dan senyawa fitosterol. Kandungan nutrisi pada kelor paling banyak ditemukan di daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas ovarium setelah pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera LAM). Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 ekor mencit betina (Mus musculus) umur 14-15 minggu dengan rerata bobot badan 30-35 g. Ekstrak daun kelor yang diberikan dengan dosis 0 mg kg-1 BB, 300 mg kg-1 BB, 400 mg kg-1 BB, 500 mg kg-1 BB. Pengamatan dilakukan setelah pemberian 5, 10, 15, 24, dan 34 hari. Parameter penelitian meliputi siklus estrus dan morfometri ovarium. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi dan lamanya pemberian ekstrak daun kelor memberi pengaruh terhadap panjang, lebar, dan bobot ovarium mencit. Konfirmasi siklus estrus bertujuan untuk mengetahui bahwa siklus reproduksi dalam ovarium mencit berlangsung normal. Siklus estrus pada mencit penelitian rata-rata berlangsung normal, yakni terjadi selama 4-5 hari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Mufaddila, Rizqa Ari, and Widowati Budijastuti. "Kepadatan, Indeks Dominansi, dan Morfometri Cacing Tanah di Lingkungan Tercemar Logam Berat Timbal (Pb) dalam Tanah di Kota Surabaya Barat." LenteraBio : Berkala Ilmiah Biologi 9, no. 2 (July 22, 2021): 115–21. http://dx.doi.org/10.26740/lenterabio.v9n2.p115-121.

Full text
Abstract:
Cacing tanah merupakan jenis hewan yang mempunyai manfaat pada kesuburan tanah. Bioindikator diperlukan terkait dengan pertumbuhan masyarakat dan industri yang berpengaruh terhadap lingkungan, salah satunya pencemaran logam berat Pb dan Cd. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi nilai kepadatan, indeks dominansi, dan hubungan morfometri cacing tanah terhadap kadar Pb dalam tanah. Pengambilan sampel melalui metode purposive random sampling yang dilakukan di tiga stasiun di kota Surabaya Barat. Sampel cacing tanah diambil dengan metode hand sorting yang diidentifikasi hingga tingkatan spesies. Parameter fisika dan kimia tanah di antaranya kadar Pb tanah, pH, suhu, dan kelembapan. Data dianalisis menggunakan analisis Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Pb di kota Surabaya Barat berkisar antara 11,05 mg/kg 26,64 mg/kg. Terdapat tiga jenis cacing tanah yang ditemukan di kota Surabaya Barat yakni Metaphire javanica, Amynthas robbustus, dan Metaphire posthuma. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan morfometri berupa panjang dan berat cacing tanah pada lingkungan tercemar Pb, namun tidak terdapat hubungan kepadatan dan indeks dominansi cacing tanah dengan kadar Pb pada spesies M. javanica.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Setyadji, Bram, and Budi Nugraha. "KORELASI PARAMETER MORFOMETRIK, NISBAH KELAMIN DAN KOMPOSISI UKURAN IKAN PEDANG (Xiphias gladius L.) DI SAMUDERA HINDIA." BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 6, no. 3 (December 31, 2015): 155. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.6.3.2014.155-162.

Full text
Abstract:
Model pengkajian stok melalui data frekuensi panjang lebih banyak digunakan karena data tersebut paling banyak tersedia dan mudah didapatkan dibandingkan data pengukuran jaringan keras (sisik, otolith, sirip dan tulang belakang) dan tagging. Khusus untuk ikan pedang, data panjang yang tersedia sebagian besar tidak standar dikarenakan ikan pedang yang tertangkap langsung diproses di laut yang mana bagian kepala, sirip, isi perut dibuang. Oleh karena itu dibutuhkan persamaan empiris untuk konversi dari ukuran non-standar ke standar sehingga bisa digunakan sebagai basis data pengkajian stok yang berbasis data tersebut. Data primer merupakan hasil observasi laut selama kurun waktuMaret 2011 sampai dengan Desember 2013, sedangkan data sekunder merupakan data observasi ilmiah Loka Penelitian Perikanan Tuna periode 2005-2013. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara beberapa parametermorfometrik ikan pedang yang diukur yakni panjang dari pangkal sirip dada ke ujung lekukan tengah sirip ekor (LJFL), panjang dari mata ke ujung lekukan tengah sirip ekor (EFL) dan panjang dari ujung rahang bawah ke ujung lekukan tengah sirip ekor (PFL) (R2 > 0,97; P < 0,01), akan tetapi tidak ada perbedaan yang nyata antara morfometri ikan pedang dan jenis kelamin (EFL-LJFL, P > 0,05 dan PFL-LJFL, P > 0,05). Hubungan antara nisbah kelamin dengan panjang ikan signifikan (Nisbah Kelamin = 0,0175 LJFL – 3,1001; n = 6, selang kelas 5 cm; P < 0,01) yang mana ikan pedang dengan ukuran lebih dari 260 cmadalah betina.Stock assessment models using length frequency data are more frequently used by Indonesian scientist due to its availability and easily obtained rather than skeletal parts or tagging data. As for swordfish most of the data vailable are not in standard form because most of swordfish landed are usually dressed at sea with various ways, so the length measurement are possible done afterward. There fore conversion among different length measurements is a necessity for assessment and management purposes. Primary data was collected from scientific observer program conducted between March 2011 and December 2013, while secondary data was obtained from 2005-2013. The results showed that the models are fit quite well for Lower Jaw Fork Length (LJFL), Eye Orbit Fork Length (EOFL) and Pectoral Fork Length (PFL) (R2> 0.97; P < 0.01) and there was no significant relationship between morphometric and sex (EFL-LJFL, P > 0.05 and PFL-LJFL, P > 0.05). Correlation between sex ratio and body size proved to be significant with nearly all of the swordfish >260 cm was female.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Hasim, Hasim, Arafik Lamadi, and Rully Tuiyo. "Studi Pendahuluan Morfometrik Meristik Ikan Manggabai (Glossogobius giuris) Untuk Eksplorasi DNA Barcode Ikan Lokal Danau Limboto." Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik 6, no. 4 (November 30, 2022): 343–50. http://dx.doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.4.253.

Full text
Abstract:
Kondisi Danau Limboto semakin kritis ditunjukan oleh luasan dan kedalaman danau yang terus berkurang. Ikan Manggabai (Glossogobius giuris) merupakan salah satu ikan endemik Danau Limboto yang memiliki ciri yang unik dan khas. Penelitian morfometrik meristic Ikan Manggabai (Glossogobius giuris) bertujuan dalam rangka upaya pelestarian Ikan Lokal Danau Limboto berbasis DNA Barcode. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September tahun 2022. Ikan sampel diambil dari Danau Limboto dan dianalisis secara insitu dan ex-situ. Analisis hubungan Panjang dan berat mengikuti persamaan W = a L. Hubungan panjang dan jumlah sirip ikan Manggabai menggunakan uji korelasi dengan melihat hubungan variabel bebas atau X (panjang) dan variabel terikat atau Y (jumlah jari-jari sirip). Aspek morfometrik meristic Manggabai (Glossogobius giuri) berdasarkan pola pertumbuhan panjang dan berat menunjukkan alometrik negative (b<3). Hasil perhitungan meristic menunjukkan jumlah jari-jari pada sirip yatiu DI. VI; DII. 7-12; A. 7-10; V. I.6-11; P. 10-18; C. 14-21 dan terdiri dari jari-jari keras dan lunak. Hasil uji korelasi pertumbuhan panjang dan jumlah jari-jari pada sirip ikan manggbai menunjukkan korelasi yang lemah hingga sangat lemah. Gambaran parameter kualitas perairan masih tergolong dalam kategori sedang untuk kelangsungan hidup ikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Nasution, Ishmi Khafishah, and Edy Sutriyono. "Karakteristik morfometri dan morfodinamika Sub Daerah Aliran Sungai Batang Sukam, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat." OPHIOLITE : Jurnal Geologi Terapan 4, no. 2 (December 4, 2022): 83. http://dx.doi.org/10.56099/ophiolite.v4i2.27472.

Full text
Abstract:
Sungai Batang Sukam berada di kecamatan Lubuk Tarok, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat berada pada bentuk lahan dataran rendah yang dikontrol oleh Formasi Sawahtambang (Tost) dan Formasi Ombilin (Tmo) dengan litologi batuan sedimen. Pola pengaliran sungai meandering ini memiliki daerah limpah banjir yang dipengaruhi oleh kondisi geologi berupa proses erosi dan pengendapan sebagai pengaruh internal serta perubahan iklim sebagai pengaruh eksternal dalam sistem. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan morfodinamika dan karakteristik meandering sebagai hasil sedimentasi pada daerah limpah banjir dengan membandingkan dan menghubungkan perubahan morfometri aliran sungai, morfologi sungai dan perubahan meander sungai tahun 1996 dengan data citra Landsat 5 TM pada tanggal 12 Juli 1996 dan 2021 dengan data citra Landsat 8 OLI/TIRS pada tanggal 30 November 2021 menggunakan software ArcMap, Perubahan morfometri sungai ditunjukkan dengan kenaikan dan penurunan pada rata-rata nilai parameter, perhitungan tersebut juga menunjukkan bahwa daerah penelitian termasuk kedalam meander. Berdasarkan nilai yang didapatkan pada tahun 1996 dengan 2021 nilai panjang lebar liku (L) turun dari nilai 572,54 m ke 265,12 m, nilai lebar sungai (W) turun dari nilai 72,47 m ke 67,87, nilai Panjang Sumbu (A) turun dari nilai 220,40 ke 216,80, nilai panjang aliran sungai (S) turun dari 766,40 ke 760,80, nilai jari-jari kelengkungan (R) turun dari 111,00 ke 102,27. Sedangkan nilai sinousitas (C) sungai meningkat dari 1,67 ke 1,78 Sedangkan morfodinamika sungai dipengaruhi oleh kondisi geologi tingginya tingkat proses pengendapan dibandingkan dengan proses erosi (Ae/Ad<1). Perubahan morfometri meander menunjukkan tipe perubahan yang didominasi oleh tipe simple. Morfologi sungai termasuk kedalam tipe bentuk sungai Irregular – Wandering dengan garis tingkat material sedimen yang cukup melimpah sebesar 50 %, daerah aliran sungai Batang Sukam termasuk kedalam kelas stadia dewasa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Trožić-Borovac, Sadbera, Armin Macanović, and Rifat Škrijelj. "THE MORFOMETRICS CHARACTERICS AND CONDITION INDEX OF AUSTROPOTAMOBIUS PALLIPES IN THE NERETVA RIVER BASIN." Radovi Šumarskog fakulteta Univerziteta u Sarajevu 42, no. 2 (December 1, 2012): 13–30. http://dx.doi.org/10.54652/rsf.2012.v42.i2.120.

Full text
Abstract:
UDK 595.384.1:591.134(282.249 Neretva) Specimens of white-clawed crayfish have been cought during from May to August 2011. The specimens were fished out from the tributaries of the river Neretva: Neretvica, Sistica and Kraljuscica. The study was done on 100 m of waterstream, where an unequal numbers of individuals was determined. 31 individuals was found in river Neretvica, 10 individuals in river Sistica and 4 in river Kraljuscica. Different hydromorphological characteristics of the waterstream have largely contributed to the different population abundance of this crayfish. Morphometric analysis included six parameters: (TL) total length [cm], (W) weight (gr), (ARL) carapace length [cm], (CPW) carapace width [cm], (ROL) rostrum length [cm], (ROW) rostrum width [cm], (CLL) claws length [cm] and (TEL) tail length [cm]. Total body length of the white- clawed crayfish varied from 4.3 to 8. 6cm, while the individual with maximum length was found in river Neretvica. Weight of the individuals varied from 5g to 26g. Weight is the parameter with the highest coefficient of variation where differences in weight were found in the individuals of equal length. According to the shape (length and width) of the rostrum, crayfish from river Neretvica and Kraljuscica had higher similarity than recripocally than with the individuals cought in river Sistica (isosceles triangle). The connection between body length and carapax width had been determined by linear regression, as well as the connection between body length and claws length. Condition index values are higher in males than in females and the male domination was express in all three watercourses, as well as in the overall sample (28males and 17 females).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Sunaryadi, Sunaryadi, Eva Oktavidiati, and W. Yulianto. "SUPLEMENTASI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP MORFOMETRI ORGAN TUBUH ITIK TALANG BENIH." Jurnal Inspirasi Peternakan 1, no. 3 (December 13, 2021): 194–205. http://dx.doi.org/10.36085/jinak.v1i3.2884.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji suplementasi tepung daun kelor dalam ransum terhadap morfometri organ tubuh itik Talang Benih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 5 perlakuan dan 4 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 ekor itik Talang Benih, jumlah itik yang disiapkan 80 ekor itik Talang Benih. Perlakuan yang digunakan A = ransum kontrol (tanpa suplementasi tepung daun kelor), B = suplementasi tepung daun kelor 2 %, C = suplementasi tepung daun kelor 4 %, D = suplementasi tepung daun kelor 6 % dan E = suplementasi tepung daun kelor 8 %. Ransum yang digunakan terdiri dari jagung kuning giling, dedak padi, ampas kelapa, ampas tahu dan ikan rucah, disusun dengan kandungan protein 19 % dan energi metabolisme 2.900 kkal/kg. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang paruh, lebar paruh, tinggi kepala, panjang kepala, panjang leher panjang tibia, panjang femur, panjang sternum, panjang punggung, panjang sayap.Pemberian tepung daun kelor sebanyak 8% berpengaruh nyata terhadap panjang punggung dan panjang sayap, tetapi tidak berpengaruh terhadap panjang paruh, lebar paruh, tinggi kepala, panjang kepala, panjang leher, panjang tibia, panjang femur, dan panjang sternum. Penggunaan suplemen daun kelor 8% menunjukan bahwa mempengaruhi panjang punggung dan panjang sayap,Kata Kunci : Tepung Daun Kelor, Morfometri, Itik Talang Benih
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Saputra, Darus Ade, Maskur Maskur, and Tapaul Rozi. "Karakteristik Morfometrik (Ukuran Linier dan Lingkar Tubuh) Sapi Bali Yang Dipelihara Secara Semi Intensif Di Kabupaten Sumbawa." Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia (JITPI), Indonesian Journal of Animal Science and Technology 5, no. 1 (December 10, 2019): 8. http://dx.doi.org/10.29303/jitpi.v5i1.53.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfometrikSapi Bali di Kabupaten Sumbawa. Materi yang digunakan yaitu Sapi Bali yang terdiri dari 15 ekor pedet, 48 ekor muda, dan 61 ekordewasa.Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive sampling dengan mengamati cirri-ciri morfometrik Sapi Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran-ukuran tubuh sapi Bali betina dan jantan pada umur pedet memiliki tinggi badan, panjang badan, dan tinggi pinggul yang berbeda (P<0,05). Pada umur muda hanya parameter tinggi badan yang tidak berbeda (P>0,05) dan pada umur dewasa hanya parameter panjang badan yang berbeda (P<0,05).Lingkar dada memiliki koefisien korelasi yang paling tinggi terhadap bobot badan diikiuti panjang badan dan tinggi pinggul dengan nilai secara berurutan 0,88; 0,82; dan 0,80. Persamaan BB= -207,89 + 1,49PB + 2,5LD – 0,74TPdan derajat determinasi (R2) yaitu 0,80diperoleh melalui analisis regresi. Lingkar dada dan panjang badan secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi bobot badan sedangkan tinggi pinggul tidak (P>0,05) dan secara simultan berpengaruh terhadap bobot badan (P<0,05).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Meliani, Y. A., and E. Sutriyono. "ANALISIS MORFOTEKTONIK DAERAH PENANDINGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN." Jurnal Pertambangan 6, no. 1 (June 21, 2022): 8–13. http://dx.doi.org/10.36706/jp.v6i1.1004.

Full text
Abstract:
Daerah penelitian secara geografis terletak di desa Penandingan, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui tingkat aktivitas tektonik di lokasi penelitian dan lebih ditekankan ke analisis morfometri. Analisis tersebut meliputi pengukuran morfologi, yaitu pengukuran lebar sungai dan panjang sungai, pengukuran ketinggian pada puncak bukit dankedalamansuatu lembah.Masing-masing pengukuran memakai parameter yang berbeda-beda, disesuaikan dengan analisis yang akan digunakan, sehingga dihasilkan bentuk lahan yang bervariasi pada daerah tersebut. Data yang digunakan dalam analisis yang digunakan yaitu data DEMNAS, peta topografi dan peta geologi. Pengolahan dan untuk penggarapan data pada analisis ini digunakan software sistem informasi geografis (SIG). Pengukuran menggunakan empat parameter yaitu Kerapatan Pengaliran (Dd), Sinusitas Muka Gunung (Smf), Rasio Lebar Dasar Lembah dan Tinggi Lembah (Vf), serta Faktor Asimetri (AF). Hasil analisis dari keempat parameter tersebut selanjutnya diolah untuk menentukan indeks aktivitas tektonik relatif (IATR). Hasil analisa menunjukan secara umum bahwa tingkat aktivitas tektonik pada daerah penelitian didominasi oleh tektonik tingkat rendah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Ilhamdy, Aidil Fadli, Ismael Marasabessy, Raja Marwita Sari Putri, Lily Viruly, Yulia Oktavia, Ersti Yulika Sari, Jumsurizal Jumsurizal, Tetty Tetty, and Ginanjar Pratama. "Karakteristik Produk Tradisional Ikan Tongkol Asap dari Kabupaten Natuna, Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau." Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik 6, no. 4 (November 30, 2022): 275–86. http://dx.doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2022.vol.6.no.4.200.

Full text
Abstract:
Produk tradisional khas dari Kepulauan Riau salah satunya adalah ikan tongkol asap. Produk tersebut tersebar di beberapa kota dan kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. Beberapa daerah yang terkenal memproduksi ikan tongkol asap secara tradisional adalah Kabupaten Natuna, Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik produk ikan tongkol asap berdasarkan bahan baku jenis ikan yang digunakan, komposisi kimia serta penilaian organoleptiknya. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan mengambil sampel produk ikan tongkol asap dari beberapa pengusaha di Pulau Bintan (Bintan dan Tanjungpinang) dan Pulau Bunguran (Natuna). Tahapan penelitian dilakukan dengan cara mengidentifikasi bahan baku ikan yang digunakan untuk produk ikan tongkol asap, analisis morfometrik, analisis organoleptik/sensori, serta analisis proksimat produk. Pada penelitian ini didapatkan bahwa bahan baku yang digunakan untuk ikan asap adalah jenis ikan Thunnus tonggol, Auxis thazard, Euthynnus affinis dan Katsuwonus pelamis. Secara morfometrik ikan yang digunakan adalah dengan panjang 43,50-46,25 cm dan bobot 1,25-1,85 kg. Pada analisis sensori dengan parameter kenampakan, aroma, rasa dan tekstur, keseluruhan produk yang berasal dari tiga daerah tersebut tidak berbeda nyata. Berdasarkan analisis proksimat, setiap produk ikan asap memiliki nilai tersendiri dari setiap daerah dengan nilai protein kasar berkisar antara 34,04-45,28%. Hasil analisis sensori dan proksimat yang dilakukan diketahui masih sesuai dengan SNI 2723:2013, kecuali pada kadar air jenis ikan asap Euthynus affinis dari Kota Tanjungpinang dan ikan asap Thunnus tonggol dari Kabupaten Bintan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Rianjuanda, Djamani, Ilham Zulfahmi, Kavinta Melanie, Chairun Nisa, Epa Paujiah, Irfannur Irfannur, Muliari Muliari, and Rena Marlinda. "Variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan (Decapoda: Ocypodidae) yang ditangkap di Kawasan Mangrove Jaboi, Pulau Weh, Indonesia." Depik 9, no. 3 (December 30, 2020): 464–70. http://dx.doi.org/10.13170/depik.9.3.16887.

Full text
Abstract:
The objective of the present study was to analyze the morphometrics variation of three male fiddler crab species collected from Jaboi mangrove area, Weh island, Indonesia. A total of 50 male fiddler crab species from each species (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans and Austruca perplexa) were collected from three research station used digging method and direct capture. The number of morphological characters that measured was 18 characters. The water quality and soil parameters observed were salinity, pH of water and soil, water temperature, C-organic concentration in substrate and sediment type. ANOVA (confidence interval of 95%) and Discriminant Function Analysis was used for analizing the morphometric variation beetwen species. The results showed that the mangrove area of Jaboi, Weh island provides a suitable habitat characteristic for male fiddler crab. Tubuca dussumieri and Gelasius vocans tend distributed in the area with sediment type of mud, while Austruca perplexa tends distributed in the area with sediment type of sand. The result of statistical analysis showed that there were ten separate characters between Tubuca dussumieri and Gelasimus vocans, 17 separate characters between Tubtubuca dussumieri and Austruca perplexa, and 13 separate characters between Gelasimus vocans and Austruca perplexa. Morphometrics variation can be observed in the carapace, propodus, mouth, walking legs, and eye stalks.Keywords:Morphometric variationCarapacs lengthBig propudusSmall propudusWalking legsABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik tiga jenis kepiting biola jantan yang ditangkap di kawasan mangrove Jaboi Pulau Weh, Indonesia. Sebanyak 50 ekor kepiting biola jantan dari masing masing jenis (Tubuca dussumieri, Gelasimus vocans dan Austruca perplexa) dikoleksi dari tiga titik stasiun penelitian menggunakan metode digging dan pengambilan langsung. Jumlah karakter morfometrik kepiting jantan yang diukur adalah sebanyak 18 karakter. Parameter kualitas air dan tanah yang diukur meliputi salinitas, pH air, pH tanah, suhu air, kandungan C-organik subtrat dan tipe sedimen. Analisis terhadap data morfometrik dilakukan menggunakan ANOVA (selang kepercayaan 95%) dan Discriminant Function Analysis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kawasan mangrove Jaboi, Pulau Weh memiliki karakteristik habitat yang sesuai bagi kepiting biola. Tubuca dussumieri dan Gelasimus vocans cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen lumpur yang lebih tinggi, sementara Austruca perplexa cenderung terdistribusi pada wilayah dengan persentase tipe sedimen pasir yang lebih tinggi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat 10 karakter pembeda antara Tubuca dussumieri dengan Gelasimus vocans, 17 karakter pembeda antara Tubtubuca dussumieri dengan Austruca perplexa dan 13 karakter pembeda antara Gelasimus vocans dengan Austruca perplexa. Variasi morfometrik tersebut dapat terlihat pada bagian karapas, capit, mulut, kaki gerak dan tangkai mata.Kata kunci:Variasi morfometrikPanjang karapasCapit besarCapit kecilKaki gerak
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Ramadhany, Tara Mayang, and Widowati Budijastuti. "Hubungan Morfometri Panjang, Berat, dan Diameter Tubuh dengan Organ Reproduksi Cacing Tanah Metaphire javanica." LenteraBio : Berkala Ilmiah Biologi 9, no. 3 (July 24, 2021): 226–32. http://dx.doi.org/10.26740/lenterabio.v9n3.p226-232.

Full text
Abstract:
Cacing tanah Metaphire javanica merupakan spesies cacing tanah asli Indonesia yang memiliki peran ekologis penting dalam ekosistem tanah. Melalui kegiatan meliang, cacing tanah berperan dalam menjaga stabilitas tanah, meningkatkan laju infiltrasi dalam tanah, dan mempercepat aerasi tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan morfometri panjang, berat, dan diameter tubuh cacing tanah Metaphire javanica dengan organ reproduksi. Sampel diambil pada enam lokasi di Kabupaten Sidoarjo, yaitu Kecamatan Taman, Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Wonoayu 1 dan 2, Kecamatan Gedangan, serta Kecamatan Sedati menggunakan metode purposive random sampling. Pengambilan sampel cacing tanah menggunakan metode hand sorting. Morfologi dan anatomi cacing diukur dan diidentifikasi hingga tahap tingkatan spesies kemudian dilakukan analisis korelasi PCA dengan SPSS v23. Parameter fisika dan kimia tanah yang diamati seperti suhu, pH, dan kelembapan tanah. Hasil analisis PCA menunjukkan terdapat hubungan yang erat antara panjang, berat, dan diameter tubuh dengan ukuran lubang kelamin jantan, jarak spermateka, dan ukuran lubang kelamin betina karena memiliki nilai matriks korelasi berkisar antara 0,527-0,886. Diameter tubuh dengan ukuran jarak lubang kelamin jantan memiliki nilai matriks korelasi terbesar yaitu 0,886. Sedangkan, antara panjang, berat, dan diameter tubuh dengan diameter vesikula dan diameter prostat memiliki hubungan yang lemah karena nilai matriks korelasi antara 0,033-0,420. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara morfometri panjang, berat, dan diameter tubuh dengan organ reproduksi yang meliputi ukuran jarak lubang kelamin jantan, jarak spermateka, dan ukuran lubang kelamin betina.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Kobandaha, F., U. Paputungan, L. R. Ngangi, A. Lomboan, and S. Adiani. "Morfometrik pedet sapi Peranakan Ongole hasil inseminasi buatan dan pedet sapi lokal hasil kawin alam di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur." ZOOTEC 42, no. 2 (June 29, 2022): 229. http://dx.doi.org/10.35792/zot.42.1.2022.41603.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya kondisi morfometrik antara pedet sapi Peranakan Ongole (PO) hasil Inseminasi Buatan (IB) dengan pedet sapi Lokal hasil kawin alam (KA) di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sebagai bahan informasi dalam usaha peningkatan populasi ternak sapi pada peternakan rakyat serta mengedukasikan kepada masyarakat peternak tentang sistem pengembangbiakan metode IB dalam kaitan peningkatan populasi ternak sapi untuk memberikan hasil yang lebih baik bagi masyarakat peternak. Jumlah pedet sapi PO yang digunakan berjumlah 30 ekor hasil IB dan pedet sapi Lokal hasil KA berjumlah 30 ekor. Penelitian ini telah di laksanakan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur pada bulan Agustus 2020 sampai bulan Oktober 2020. Untuk membandingkan pedet baik jantan dan betina maupun pedet hasil IB dan pedet hasil KA digunakan uji t. Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh pedet Sapi PO hasil IB dan pedet sapi Lokal hasil KA jantan berbeda tidak nyata dengan ukuran tubuh pedet sapi betina pada kelompok umur pedet tiga bulan. Parameter tinggi pundak, tinggi pinggul, lingkar dada dan bobot badan pedet jantan PO hasil IB lebih besar dibandingkan dengan pedet sapi Lokal hasil KA. Lingkar dada memiliki korelasi yang paling tinggi terhadap bobot badan pedet sapi PO hasil IB diikuti panjang badan dengan nilai secara berurutan 0,87; dan 0,86. Dan variabel panjang badan memiliki korelasi yang paling tinggi terhadap bobot badan pedet sapi Lokal hasil KA diikuti lingkat dada dengan nilai secara berurutan 0,86 dan 0,72.Kata Kunci: Morfometrik pedet sapi, kawin alam, inseminasi buatan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Permadi, A. N. N., E. Kurnianto, and Sutiyono Sutiyono. "Karakteristik Morfometrik Ayam Kampung Jantan dan Betina di Desa Tirtomulyo Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah." Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) 22, no. 1 (February 11, 2020): 11. http://dx.doi.org/10.25077/jpi.22.1.11-20.2020.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik morfometrik ayam kampung yang disukai dan tidak disukai di Desa Tirtomulyo, Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Materi menggunakan 105 ekor ayam kampung yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 100 ekor betina. 30 peternak sebagai responden untuk menentukan ayam disukai dan tidak disukai. Data dianalisis menggunakanujit, Principal Component Analysis dengan menggunakan alatbantuStatistical Analysis System (SAS) University Edition. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ayam jantan memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) pada lingkar tarsometatarsus dan panjang sternum, sedangkan ayam betina memiliki perbedaan nyata (P<0,05) pada bobot badan dan tinggi jengger. Parameter pembeda pada ayam kampung jantan dan betina yang disukai dan tidak disukai adalah panjang sayap yaitu 0,619 dan 0,922. Peta penyebaran ayam jantan dan betina yang disukai dan tidak disukai mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan ayam jantan dan betina yang tidak disukai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Farida, Anif, and Mierta Dwangga. "POTENSI BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ANALISIS MORFOMETRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KLAGISON KOTA SORONG." ECOTROPHIC : Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science) 16, no. 1 (June 2, 2022): 71. http://dx.doi.org/10.24843/ejes.2022.v16.i01.p07.

Full text
Abstract:
Flash flood is water level increases rapidly in the river beyond flood level and occurs due to extreme weather. It's happened quickly without warning. The Klagison Watershed in Sorong City has grown rapidly and often had flooded. Settlements dominate almost on watershed areas and there are many hills that are deforested due to mining activities upstream. This study aims to examine the morphometric conditions and to analyze the spatial distribution of the potential flash flood in the Klagison Watershed of Sorong City based on morphometric analysis. GIS is used to obtain morphometric parameters such as linear, relief and aerial parameters. The correlation coefficient between each morphometric parameter was calculated using Pearson Correlation. Determination of potential flash flood areas using the priority zone formula. The result shows that the Klagison watershed has high erosion potential and large runoff based on morphometric analysis. This can be seen in the high value of the texture ratio (T) and low Constant channel maintenance (C) so that the runoff volume is also large. The Lof value in all sub-watersheds is small, which means that surface runoff will quickly to the channel. The flash flood potential in the Klagison watershed is very low (Sub-watershed 1 and Sub-watershed 5), moderate (Sub-watershed 3 and Sub-watershed 4), high (Sub-watershed 2) and very high (Sub-watershed 6 and Sub-watershed 7). It means that Sub-watershed 2, Sub-watershed 6 and Sub-watershed 7 need management priorities related to disaster mitigation. Keywords: flash flood; morphometry; watershed
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Salamudin, Nur Wakhid, Edy Kurnianto, Sutopo Sutopo, and Asep Setiaji. "Perbedaan Morfometri Kelinci New Zealand White Pada Jenis Kelamin dan Ketinggian Tempat yang Berbeda." Bulletin of Applied Animal Research 4, no. 2 (August 4, 2022): 41–46. http://dx.doi.org/10.36423/baar.v4i2.956.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman morfomtrik kelinci New Zealand White berdasarkan se dan ketinggian tempat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 ekor kelinci dengan umur bulan lebih. Penelitian ini dilakukan di lokasi dengan ketinggian yang berbeda yaitu pada dataran rendah di wilayah Pleret Bantul Yogyakarta dengan ketinggian 0-250 meter di atas permukaan laut, pada dataran sedang di kabupaten magelang, Kendal dan Semarang dengan ketinggian 250-750. meter di atas permukaan laut dan pada ketinggian yang terletak di daerah temanggung dengan ketinggian lebih dari 750 meter di atas permukaan laut. Parameter yang digunakan adalah panjang kepala, lebar kepala, panjang telinga, lebar telinga, lingkar dada, dada bagian dalam, lebar dada, panjang tulang femur, panjang ulna-radius, panjang tulang tibia, dan panjang badan. Data dianalisis dengan desain klasifikasi two way dan uji rata-rata Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ukuran tubuh yang signifikan (P<0,05) antara jantan dan betina, yaitu pada lebar kepala, panjang telinga, lebar telinga, radius ulna panjang, dan panjang tulang skapula. Terdapat perbedaan (P<0,05) ukuran tubuh kelinci di dataran rendah, dataran sedang, dan dataran tinggi, tose terdapat pada lebar kepala, lebar telinga, lingkar dada, lebar dada, tampilan radius ulna, tulang skapula panjang, dan lebar pinggul sedangkan pada variabel panjang kepala, panjang tulang femur, panjang tulang tibia, dan panjang badan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perbedaan ukuran tubuh yang signifikan antara jarak pandang dan ketinggian tempat. Kata kunci : New Zealand White, kelinci, keanekaragaman morfometrik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Kasiyati, Kasiyati, Siti Nabela, and Agung Janika Sitasiwi. "Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Fenugreek (Trigonella foenum-graecum L.) terhadap Struktur dan Morfometri Ren Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)." JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research 7, no. 2 (July 29, 2022): 207. http://dx.doi.org/10.20961/jpscr.v7i2.54646.

Full text
Abstract:
Fenugreek menjadi salah satu tanaman herbal yang diteliti karena khasiatnya dapat mengobati berbagai penyakit. Ekstrak biji fenugreek memiliki kandungan senyawa antioksidan flavonoid berupa polifenol yang memiliki peran mengurangi stress oksidatif, menangkap radikal bebas, memperbaiki fungsi ginjal, dan menjaga fungsi ginjal dalam kondisi normal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak biji fenugreek selama 30 hari dengan dosis 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB, dan 1500 mg/kg BB terhadap struktur dan morfometri ren tikus putih. Parameter yang diamati adalah diameter glomerulus, bobot ginjal, tebal kapsula Bowman, dan kadar eritrosit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan yaitu P0 (tikus normal diberi aquades), P1 (tikus normal diberi ekstrak biji fenugreek dosis 500 mg/kg BB), P2 (tikus normal diberi ekstrak biji fenugreek dosis 1000 mg/kg BB), dan P3 (tikus normal diberi ekstrak biji fenugreek dosis 1500 mg/kg BB). Uji analisis statistik menggunakan ANOVA-satu arah yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji fenugreek pada dosis 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB, dan 1500 mg/kg BB tidak memberikan pengaruh yang bermakna (p&gt;0,05) terhadap diameter glomerulus, tebal kapsula Bowman, dan kadar eritrosit. Sedangkan pemberian ekstrak biji fenugreek pada dosis 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB, dan 1500 mg/kg BB memberikan bobot organ ginjal berbeda bermakna. Ekstrak biji fenugreek dengan dosis 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB, dan 1500 mg/kg BB tidak mengubah struktur dan morfometri ren tikus putih, sehingga aman digunakan sebagai obat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Zulfahmi, Ilham, Dwi Yuliandhani, Arif Sardi, Neri Kautsari, and Yusrizal Akmal. "Variasi Morfometrik, Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Famili Holocentridae yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo, Banda Aceh." Jurnal Kelautan Tropis 24, no. 1 (February 20, 2021): 81–92. http://dx.doi.org/10.14710/jkt.v24i1.9767.

Full text
Abstract:
Understanding of morphometric variation, length-weight relationship, and condition factors needed to support fishery resources management and conservation. Therefore, this study aimed to determine the morphometric variation, length-weight relationship, and condition factors of the Holocentridae family landed at the Lampulo Ocean Fishing Port, Banda Aceh. A total of 50 each of the four species of fish (Myripristis berndty, Myripristis murdjan, Sargocentron tieroides and Sargocentron caudimacullatum) were collected during April 2020. Fish samples were obtained from the catch of fishermen who landed at the Lampulo Ocean Fishing Port, Banda Aceh. The parameters analyzed included morphometric variations (12 characters), length and weight frequency distribution, length-weight relationship and condition factors. The results showed that the genus Myripristis had more distinguishing characters than the genus Sargocentron, namely 50.00% and 16.66%, respectively. Myripristis berndty and Myripristis murdjan have 5 distinguishing characters (SL, HL, CPL, HD, PFL and VFL), while Sargocentron tieroides and Sargocentron caudimacullatum only have 2 distinguishing characters (SnL and PFL). The Myripristis genus that were collected tended to more length and heavier compared to the genus Sargocentron. The four spesies of Holocentridae studied had a negative allometric growth pattern (b<3) with condition factor values ranging from 0.787 to 1.417.Pemahaman terkait variasi morfometrik, hubungan panjang bobot dan faktor kondisi sangat diperlukan dalam rangka pengelolaan dan konservasi sumberdaya perikanan. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik, hubungan panjang bobot serta faktor kondisi dari ikan Famili Holocentridae yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Banda Aceh. Sebanyak masing-masing 50 ekor dari empat jenis ikan (Myripristis berndty, Myripristis murdjan, Sargocentron tieroides dan Sargocentron caudimacullatum) dikoleksi selama bulan April 2020. Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo, Banda Aceh. Parameter yang analisis meliputi variasi morfometrik (12 karakter), selang kelas, hubungan panjang bobot dan faktor kondisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genus Myripristis memiliki karakter pembeda yang lebih banyak dibandingkan dengan genus Sargocentron yaitu masing masing sebesar 50.00% dan 16.66%. Myripristis berndty dan Myripristis murdjan memiliki 5 karakter pembeda (SL,HL, CPL, HD, PFL dan VFL), sedangkan Sargocentron tieroides dan Sargocentron caudimacullatum hanya memiliki 2 karakter pembeda (SnL dan PFL). Genus Myripristis yang dikoleksi cenderung memiliki ukuran panjang total dan bobot total yang lebih rendah dibandingkan dengan genus Sargocentron. Keempat jenis yang diteliti dalam penelitian ini memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif (b<3) dengan nilai faktor kondisi berkisar antara 0.787 hingga 1.417
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Baweleng, Sandra, Fransine B. Manginsela, and Joudy R. R. Sangari. "Study Of Fish Layang Otolith, Decapterus akaadsi, Abe 1958 from Amurang Bay." JURNAL ILMIAH PLATAX 6, no. 2 (July 31, 2018): 66. http://dx.doi.org/10.35800/jip.6.2.2018.20630.

Full text
Abstract:
Fish otolith is a product of biomineralization in the fish body. In several studies, otolith ha been used to estimate fish age that is a crucial parameter to describe fish population and sustainable management of the fish stock. Otolith occurs in all teleosts, i.e. sagitta, utrikulus, and lagena. Until now, the morphometric characteristics of Decapterus akaadsi, Carangidae, otolith have not been described yet, particularly its microstructure, such as length, width, area, perimeer, and biomineral element.The otolith of D. akaadsi was studied on sagittal pair samples (left and right) of 29 males and 22 females. The image of these otoliths was assessed using ImageJ application to describe length, width, perimeter, and area of the otolith. Total body length of D.akaadsi samples was found not significant to determine the major descriptor of the otolith. Morphomeric variations of length (2.24 mm) and width (5.26 mm) did not show difference between left otolith and right otolith as between male and female otoliths.Growth pattern analysis found t cal. > t tab. meaning that males, females, and male-female mixture had allometric growth.Keyword: scad, Decapterus akaadsi, otolith, morphometric, growth patten.ABSTRAKOtolith atau batu telinga ikan dikenal sebagai hasil dari biomineralisasi yang berlangsung dalam tubuh ikan. Pada beberapa studi, otolith digunakan untuk mengestimasi umur ikan serta struktur. Otolith dimiliki oleh semua ikan teleost dengan tiga (3) organ otolith antara lain sagitta, utrikulus dan lagena. Hingga kini jenis Decapterus akaadsi family Carangidae, belum pernah diungkapkan karakteristik morfometrik otolithnya, demikian halnya dengan struktur mikro dari morfologi Panjang, lebar, area, keliling otolith dan elemen biomineralnya.Otolith ikan layang, Decapterus akaadsi telah ditelaah dari sampel pasangan otolith sagita (kiri dan kanan) sebanyak 29 ikan jantan dan 22 ikan betina. Citra foto otolith ini ditafsirkan dengan piranti ImageJ untuk mendeskripsikan panjang, lebar, perimeter, dan luas otolith Panjang total tubuh Decapterus akaadsi contoh ditemukann non signifikan menentukan descriptor utama otolith. Sementara variasi morfometrik panjang otolith (2,24 mm) dan lebar (5,26 mm) tidak menunjukkan perbedaan baik antara otolith kiri dan otolith kanan, seperti juga antara otolith dari ikan betina dan ikan jantan.Berdasarkan hasil analisis pola pertumbuhan, uji t terhadap nilai b ikan layang, Decapterus akaadsi jantan memiliki t hit > t tabe maka dari itu H1 diterima (alometrik) dan betina t hit > t tabel serta gambungkan (jantan-betina) t hit > t tabel dimana hipotesis H1 diterima (alometrik).Kata kunci: ikan layang, Decapterus akaadsi, otolith, Karaktistik Morfometrik, Pola Pertumbuhan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Nadia, La Ode Abdul Rajab, Laode Muhamad Hazairin Nadia, Rosmawati Rosmawati, and Wa Ode Piliana. "Komposisi Kimia Baby Fish Nila Larasati (Oreochromis niloticus) Pada Berbagai Umur Panen dalam Sistem Akuaponik." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 23, no. 2 (August 9, 2020): 215–24. http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v23i2.32042.

Full text
Abstract:
Baby fish nila larasati digemari oleh masyarakat dalam bentuk goreng dan crispy, tetapi informasi komposisi gizi mengenai baby fish nila larasati segar masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi kimia dan asam lemak baby fish nila larasati pada umur panen yang berbeda dalam sistem akuaponik. Metode yang digunakan pola faktorial dengan satu faktor yaitu perlakuan perbedaan umur panen (14 hari, 21 hari, 28 hari, dan 35 hari). Parameter yang diamati yaitu morfometrik (bobot tubuh, panjang total, dan tinggi badan), komposisi kimia, dan asam lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot ikan memengaruhi komposisi kimia. Hasil analisis statistik proksimat baby fish nila larasati menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap umur panen (p<0,05). Saturated fatty acid (SAFA) dan polyunsaturated fatty acid (PUFA) tertinggi yaitu palmitat (C6:0) dan linoleat (C18:2n6) pada umur panen 14 hari.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Soelistyowati, Dinar Tri, Ida Ayu Amarilia Dewi Murni, and ,. Wiyoto. "Gracilaria spp. morphology cultured in brackish water pond Pantai Sederhana Village, Muara Gembong." Jurnal Akuakultur Indonesia 13, no. 1 (May 18, 2015): 94. http://dx.doi.org/10.19027/jai.13.94-104.

Full text
Abstract:
<p class="NoParagraphStyle" align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><p class="NoParagraphStyle" align="center"><strong> </strong></p><p><em>Gracilaria </em>spp. is a euryhaline species of seaweed which can live in the marine and brackish water. Development of <em>Gracilaria </em>spp. culture in Bekasi is potential because this seaweed can be cultured in ex shrimp pond by polyculture system. The objective of this research was to evaluate the phenotype morphological characteristic of <em>Gracilaria </em>spp. based on and its relationship with shrimp pond water quality. <em>Sampling </em>was done at three shrimp ponds with a salinity range at 13.7–19.2 g/L. Phenotypical characteristics of <em>Gracilaria </em>spp. consisted of colour and thallus morfometrics, while measurement of water quality consisted of physical and chemical charactersof shrimp pond. The result showed that <em>Gracilaria </em>spp. generally had light brown colour. At salinity higher than 13.7 g/kg, the number of secondary thalli increased, the distance among internode tertiary thalli declined, and the number of ramification index increased. Salinity showed a positive correlation with remification index which was 0.571.</p><p> </p><p>Keywords: <em>Gracilaria </em>spp., remification index, phenotype, salinity, brackishwater culture</p><br /><p class="NoParagraphStyle"> </p><p class="NoParagraphStyle"> </p><p class="NoParagraphStyle" align="center"><strong>ABSTRAK</strong><strong></strong></p><p class="NoParagraphStyle"> </p><p><em>Gracilaria </em>spp. merupakan spesies rumput laut eurihalin yang dapat hidup di laut dan di perairan payau. Pengembangan budidaya <em>Gracilaria </em>spp. di Bekasi potensial dilakukan karena memanfaatkan tambak bekas budidaya udang dengan sistem polikultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik fenotipe morfologi <em>Gracilaria </em>spp. dan hubungannya dengan kualitas air di tambak budidaya. <em>Sampling </em>dilakukan pada tiga tambak dengan kisaran salinitas 13,7–19,2 g/L. Karakterisasi fenotipe meliputi warna dan morfometrik talus <em>Gracilaria </em>spp., sedangkan parameter kualitas air meliputi karakter fisika dan kimia air tambak. Hasil menunjukkan talus <em>Gracilaria</em>s spp. umumnya berwarna coklat muda dan pada salinitas di atas 13,7 g/L menunjukkan jumlah talus sekunder meningkat, jarak internode talus tersier menurun, dan indeks percabangan meningkat (P&lt;0,05). Salinitas berkorelasi positif dengan indeks percabangan sebesar 0,571.</p><p> </p><p>Kata kunci: <em>Gracilaria </em>spp., indeks percabangan, fenotipe, salinitas, budidaya air payau</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Solehah, Puput Octaviani, Fikhta Agnesya Tarusu, Joni Tandi, Niluh Puspita Dewi, Gabriella Bamba Ratih Lintin, Yuli Fitriana, and David Pakaya. "Ekstrak Etanol Daun Kacang Panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp): Kajian Morfometri Insula Pankreatika Model Tikus Diabetes." Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) 5, no. 2 (October 14, 2019): 183. http://dx.doi.org/10.22487/j24428744.0.v0.i0.13934.

Full text
Abstract:
Diabetes is characterized by an increasing of blood levels and progressive changes in the structure of pancreatic islet of pancreas. Natural ingredients that contain antioxidants such as some cowpea leaves can be an alternative treatment for diabetes. This study aims to examine the effect of ethanol extract of some cowepea leaves (Vigna unguiculata (L.) Walp) on morphometry (perimeter and diameter) of pancreatic islet of diabetic rat models. The type of research is quasi-experimental with posttest group design. Samples were 30 male wistar rats, age 8 weeks, BW 250-300 grams, that induced by single dose of STZ 40 mg/kg BW. Rats were divided into 5 groups. Group A: normal control, Group B: negative control, Group C: positive control, Group D: DM rats with 100mg/Kg BW extract therapy, Group E: DM rats with 200mg/Kg BW extract therapy, Group F: DM rats with extract therapy 300mg/Kg BW. Blood sugar levels were measured on days 7, 14 and 21. Pancreatic tissue was prepared with 5μm thickness and stained with Hematoxylin Eosin. The sample was observed under 400x magnification microscope. The observation uses Image J software to measure the perimeter and diameter of the pancreatic insula. Data were analyzed by non-parametric Kruskal Wallis and post hoct Mann Whitney statistical tests. Blood glucose level was obtained on 21st day with the highest mean in group B (246.8±156.3) and lowest in group A (67.2 ±7.85), perimeter of pancreatic islet was significantly different (p=0.026), the diameter is significantly different (p =0.046). Ethanol extract of some cowpea (Vigna unguiculata (L.) Walp) leaves with dose of 300mg/kgBB helps to restore the blood and morphometry of pancreatic islet model of diabetic rats.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Solehah, Puput Octaviani, Fikhta Agnesya Tarusu, Joni Tandi, Niluh Puspita Dewi, Gabriella Bamba Ratih Lintin, Yuli Fitriana, and David Pakaya. "Ekstrak Etanol Daun Kacang Panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp): Kajian Morfometri Insula Pankreatika Model Tikus Diabetes." Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal) 5, no. 2 (October 14, 2019): 183–88. http://dx.doi.org/10.22487/j24428744.2019.v5.i2.13934.

Full text
Abstract:
Diabetes is characterized by an increasing of blood levels and progressive changes in the structure of pancreatic islet of pancreas. Natural ingredients that contain antioxidants such as some cowpea leaves can be an alternative treatment for diabetes. This study aims to examine the effect of ethanol extract of some cowepea leaves (Vigna unguiculata (L.) Walp) on morphometry (perimeter and diameter) of pancreatic islet of diabetic rat models. The type of research is quasi-experimental with posttest group design. Samples were 30 male wistar rats, age 8 weeks, BW 250-300 grams, that induced by single dose of STZ 40 mg/kg BW. Rats were divided into 5 groups. Group A: normal control, Group B: negative control, Group C: positive control, Group D: DM rats with 100mg/Kg BW extract therapy, Group E: DM rats with 200mg/Kg BW extract therapy, Group F: DM rats with extract therapy 300mg/Kg BW. Blood sugar levels were measured on days 7, 14 and 21. Pancreatic tissue was prepared with 5μm thickness and stained with Hematoxylin Eosin. The sample was observed under 400x magnification microscope. The observation uses Image J software to measure the perimeter and diameter of the pancreatic insula. Data were analyzed by non-parametric Kruskal Wallis and post hoct Mann Whitney statistical tests. Blood glucose level was obtained on 21st day with the highest mean in group B (246.8±156.3) and lowest in group A (67.2 ±7.85), perimeter of pancreatic islet was significantly different (p=0.026), the diameter is significantly different (p =0.046). Ethanol extract of some cowpea (Vigna unguiculata (L.) Walp) leaves with dose of 300mg/kgBB helps to restore the blood and morphometry of pancreatic islet model of diabetic rats.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Hutagaol, Inggrid Debora, Sri Redjeki, and Endang Sri Susilo. "Morfometri Octopus vulgaris Cuvier, 1797 (Cephalopoda : Octopodidae) dari Perairan Popisi, Pulau Banggai Laut, Sulawesi Tengah." Journal of Marine Research 8, no. 2 (May 1, 2019): 149–56. http://dx.doi.org/10.14710/jmr.v8i2.25095.

Full text
Abstract:
Penting adanya informasi dasar tentang gurita dari perairan Indonesia untuk memperbesar pengelolahan dan pelestarian potensi laut Indonesia. Secara historis dibeberapa negara telah mengalami penurunan hasil tangkap gurita dalam beberapa tahun. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk melihat morfometri pada gurita vulgaris (Octopus vulgaris) dari Perairan Desa Popisi, Pulau Banggai Laut, Sulawesi Tengah dengan parameter panjang mantel, panjang lengan, berat, dan jenis kelamin. Sampel ditangkap oleh nelayan dengan alat pancing sederhana pada kedalaman 10-30 m dari perairan Banggai Laut. Gurita dibagi kedalam 4 kategori berdasarkan berat yang digunakan pengepul, yaitu kategori A, B, C, D. Gurita dari Desa Popisi pada bulan Maret 2018 dalam ukuran yang baik untuk di jual dan di ekspor, yaitu 87% gurita hasil tangkapan berukuran besar dengan kategori A, B, dan C. Pulau Banggai Laut menjadi salah satu wilayah yang masih baik dalam penangkapan gurita karena penangkapan yang konservatif. It is important to have basic information about octopus from Indonesian waters to enlarge the management and preservation of Indonesia's marine potential. Historically, in some countries, there has been a decline in octopus capture results in several years. The purpose of this study was to look at morphometry in octopus vulgaris (Octopus vulgaris) from the waters of Popisi Village, Banggai Laut Island, Central Sulawesi with parameters of mantle length, arm length, weight, and sex. The sample was captured by fishermen with a simple fishing rod at a depth of 10-30 m from the waters of Banggai Laut. Octopus is divided into 4 categories based on the weight used by collectors, namely categories A, B, C, D. Octopus from Popisi Village in March 2018 in a good size to sell and export, namely 87% large-sized octopus with categories A, B, and C. Banggai Laut Island is one of the areas that is still good in capturing octopuses due to conservative arrests.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Ishak, Ermayanti, Isdradjad Setyobudiandi, Fredinan Yulianda, Mennofatria Boer, and Bahtiar Bahtiar. "EFEK KERAGAMAN TIPE HABITAT TERHADAP STRUKTUR POPULASI DAN MORFOMETRIK ABALON HALIOTIS ASININA LINNAEUS, 1758." Jurnal Biologi Tropis 20, no. 1 (February 3, 2020): 29. http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i1.1484.

Full text
Abstract:
Abstrak: Abalon (H.asinina) adalah kelompok gastropoda laut bernilai komersial dan tersebar di perairan Soropia Sulawesi Tenggara. H. asinina menyukai tipe habitat khusus, seperti habitat berbatu yang ditumbuhi alga dan habitat padang lamun. Bokori dan Toronipa mewakili 2 tipe habitat khusus tersebut yang lokasinya berada di perairan Soropia. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan populasi abalon (H. asinina) pada habitat yang berbeda melalui hubungan dimensi morfometrik, faktor kondisi, dan komposisi kelompok ukuran. Data pertumbuhan dianalisis dengan persamaan regresi non linier menggunakan program data analisis dalam MS. Excel 2010. Hubungan antara L dengan Wt dan L dengan Lc di 2 lokasi menunjukkan hubungan yang positif dan kuat (R2 < 70%), sedangkan hubungan antara L dengan dimensi lainnya seperti Bc, Tc, Lc, dan Vc menunjukkan hubungan yang lemah. Pola pertumbuhan di Bokori terdiri atas pertumbuhan isometrik dan alometrik negatif, sedangkan Toronipa, pola pertumbuhannya alometrik negatif. Faktor kondisi rata-rata berfluktuasi setiap bulan dengan nilai tertinggi di Bokori. Perairan Bokori didominasi oleh persentase kelompok juvenil sebesar 52.22% pada kelas ukuran 27.4-49.62 mm. Toronipa didominasi oleh persentase kelompok dewasa sebesar 66.67% pada kelas ukuran 50.62-84.42 mm. Keragaman tipe habitat memengaruhi parameter pertumbuhan abalon (H.asinina). Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi penting bagi upaya merumuskan pengelolaan sumber daya abalon yang tepat.Kata Kunci: Keragaman Habitat, Pertumbuhan, H. asinina, Morfometrik, Struktur PopulasiAbstract: Abalone (Haliotis asinina) is a marine gastropod which has commercial value. Abalone spread in the waters of Soropia, Southeast Sulawesi. H. asinina likes special habitat types, such as rocky habitats overgrown with algae and seagrass habitats. Bokori and Toronipa represent these two special habitat types which are located in Soropia waters. The study aims to assess the growth of abalone (H. asinina) populations in different habitats through the relationship of morphometric dimensions, condition factors, and composition of size groups. Growth data were analyzed by non-linear regression equations using data analysis programs in MS. Excel 2010. The relationship between L with Wt and L with Lc at 2 locations shows a positive and strong relationship (R2 <70%), while the relationship between L and other dimensions such as Bc, Tc, Lc, and Vc shows a weak relationship. Growth patterns in Bokori consist of isometric and allometric negative growths, while Toronipa, the pattern of negative allometric growth. The average condition factor fluctuates in each month of observation and the highest in Bokori. Bokori waters are dominated by percentage of juvenile groups of 52.22% in the size class of 27.4-49.62 mm. Toronipa is dominated by adult or broodstock abalone of 66.67% in the size class of 50.62-84.42 mm. Toronipa is dominated by the percentage of the adult group at 66.67% in the size class of 50.62-84.42 mm. The diversity of habitat types affects the growth parameters of abalone (H.asinina). The results of study are expected to be important information for efforts to formulate appropriate abalone resource management.Keywords: Diversity of Habitat, Growth, H. asinina, Morphometric, Population structure
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Albab, Luthfiana Ulil, Sri Isdadiyanto, and Muhammad Anwar Djaelani. "Pertumbuhan Anak Itik Magelang (Anas javanica) Pasca Tetas dari Induk yang Disuplementasi Kurkumin (Curcuma Longa L.) serta Dipajan Cahaya Putih dan Merah." Buletin Anatomi dan Fisiologi 3, no. 2 (December 30, 2018): 166–72. http://dx.doi.org/10.14710/baf.3.2.2018.166-172.

Full text
Abstract:
Itik magelang merupakan itik lokal yang memiliki prosentase produksi telur mencapai 80% pada pemeliharaan intensif, untuk meningkatkan produksi telur maka pada penelitian ini itik magelang diberi suplementasi kurkumin serta pajanan cahaya putih dan merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian kurkumin serta cahaya putih dan merah pada induk terhadap pertumbuhan anak itik magelang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang berasal dari 4 induk yang berbeda, yaitu induk A0B0 (kurkumin 0 mg dan cahaya putih), A0B1 (kurkumin 0 mg dan cahaya merah), A1B0 (kurkumin 18 mg dan cahaya putih) dan A1B1 (kurkumin 18 mg dan cahaya merah). Masing-masing kelompok induk diambil 5 anak itik betina untuk diukur morfometrinya. Variabel yang diamati berupa morfometri yang terdiri dari pengukuran panjang badan, panjang sayap, dan panjang kaki. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis dan diuji lanjut menggunakan uji Mann Whitney-U. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi kurkumin dan pajanan cahaya putih serta merah pada induk secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan anak itik magelang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Sansibar, Sansibar, Yusnaini Yusnaini, and Muhammad Idris. "Ketebalan Lapisan Bagian Puncak dan Dasar Mutiara Kerang Mabe (Pteria penguin)." JSIPi (Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan) (Journal of Fishery Science and Innovation) 4, no. 2 (July 26, 2020): 45. http://dx.doi.org/10.33772/jsipi.v4i2.13123.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah mengamati karakteristik lapisan bagian puncak (top) dan dasar (base) mutiara blister (Pteria penguin) berdasarkan ukuran cangkang. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada lokasi budidaya mutiara mabe di Perairan Palabusa Selat Buton Sulawesi Tenggara. Hewan uji dua kelompok berdasarkan ukuran cangkang masing-masing 40 ekor. Kelompok pertama (K1) berukuran rata-rata tinggi 72,41 mm, panjang 87,89 mm, dan tebal 25,32 mm; Kelompok kedua (K2) berukuran rata-rata tinggi 89,03 mm, panjang 105,87 mm dan tebal 29,57 mm. Parameter yang diukur adalah ketebalan lapisan mutiara pada bagian atas, puncak (top) dan ketebalan lapisan pada bagian dasar (base), dan morfometrik cangkang karang. Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif terhadap lapisan base dan top dengan ukuran cangkang antara panjang, tinggi, dan tebal. Ketebalan lapisan mutiara pada bagian top K2 yaitu 0.23±0.06 mm, lebih tinggi dari K1 yaitu 0.22±0.05 mm, demikian juga ketebalan lapisan mutiara bagian base pada kerang K2 yaitu 0.32±0.09 mm lebih tinggi dari pada K1 yaitu 0.30±0.06 mm. Makin tebal ukuran cangkang, cenderung menghasilkan mutiara yang lebih tebal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography