To see the other types of publications on this topic, follow the link: Pancasila.

Journal articles on the topic 'Pancasila'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Pancasila.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Askori, Maulida Arsya, and Naina Sonia. "PENYELEWENGAN NILAI-NILAI PANCASILA." Sanskara Hukum dan HAM 1, no. 03 (April 30, 2023): 91–96. http://dx.doi.org/10.58812/shh.v1i03.68.

Full text
Abstract:
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal penyelewengan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan masyarakat membuat ideology pancasila tersisihkan. Penyelewengan terhadap nilai pancasila masih sering terjadi di dalam kehidupan bernegara dan tidak mencerminkan sikap yang sesuai pancasila. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat bahwa penyelewengan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kita begitu beragam dan tanpa sengaja atau sengaja sering kita lakukan.Oleh sebab itu kita perlu membangun karakter bangsa, mengkaji permasalahan atau urgensi pengimplementasian setiap makna yang terkandung dalam nilai pancasila sertaperlu memberikan informasi tentang penyelewengan nilai-nilai Pancasila melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila. Mata kuliah tersebut, mahasiswa diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa menjadi manusia yang bermutu, bermoral, berjiwa pancasilais dan dapat membumikan setiap nilai-nilai pancasila. Tidak hanya mahasiswa namun masyarakat juga perlu ditanamkan jiwa pancasilais. Metode penelitian yang digunakan disini adalah metode kualitatif yaitu menggunakan cara menganalisis atau mengkaji data yang sudah ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jika setiap penyelewengan nilai-nilai Pancasila yang ada dalam belum terealisasikan dengan baik, terlihat dari sejumlah kasus yang telah terjadi di Indonesia dari tahun-tahun yang lalu yang menggambarkan ketidakseimbangan antara nilai Pancasila dengan hal tersebut menjadi perhatian khusus pemerintah dan warga negara agar dapat menjalakan setiap tuagasnya dengan benar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Bramastia, Bramastia, Leo Agung S, Triyanto Triyanto, H. Purwanta, Mibtadin Mibtadin, and Dadan Adi Kurniawan. "Penguatan Kompetensi Pancasila bagi Guru PPKn di MGMP PPKn Kabupaten Sukoharjo." Jurnal Inovasi Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat 2, no. 1 (August 23, 2022): 7–14. http://dx.doi.org/10.54082/jippm.10.

Full text
Abstract:
Globalisasi telah memberikan pengaruh yang luar biasa, salah satunya adalah munculnya degradasi moral dan implementasi nilai-nilai Pancasila yang terjadi pada siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. Masalah ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru PPKn Kabupaten Sukoharjo dalam mendidik dan membangun moral Pancasila pada diri siswa. Untuk itulah diperlukan penguatan kompetensi Pancasila bagi guru PPKn Kabupaten Sukoharjo sebagai modal penting dalam mengedukasi, mendistribusikan, dan menyemaikan nilai-nilai Pancasila kepada para siswa di sekolahnya masing-masing. Metode pengabdian yang digunakan adalah FGD (Forum Discussion Group) antara guru PPKn yang tergabung dalam MGMP PPKn Kabupaten Sukoharjo dengan Pusat Studi Pengamalan Pancasila UNS. Hasil dari kegiatan ini adalah sebelum guru menuntut siswa bersikap pancasilais, para gurulah yang harus memberikan keteladanan Pancasilais lebih dahulu. Guru PPKn harus memiliki segenap kompetensi Pancasilais baik pedagogik, profesional, maupun sosial. Dalam kata lain, guru PPKn di Sukoharjo harus berlatih secara berkelanjutan untuk pancasilais secara teoritis, sikap maupun tindakan, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Guru adalah garda terdepan yang memiliki posisi strategis dalam mengedukasi dan memberikan keteladanan mengenai nilai-nilai luhur di dalam 5 sila Pancasila. Beberapa sikap pancasilais yang harus terus digembleng pada diri seorang guru PPKn (dan seluruh guru pada umumnya) yaitu taat pada Tuhan, pekerja keras, bertanggung jawab, adil, peduli, memiliki rasa cinta tanah air, dan berkomitmen menjaga persatuan Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Azhari, Dr TB M. Ali Ridho Azhari, and Dr Soleh Rosyad. "Moral Education and Pancasila as the Ideology for the Country of Indonesia." International Journal of Research and Innovation in Social Science VII, no. VI (2023): 315–20. http://dx.doi.org/10.47772/ijriss.2023.7624.

Full text
Abstract:
Pancasila as the basis of the state, guidelines, and benchmarks for the life of the nation and state in the Republic of Indonesia. Ethical awareness, which is a relational awareness, will thrive for Indonesian citizens when the values of Pancasila. Pancasila moral values are a guideline for people to act in life as stipulated in Pancasila or Indonesian ideology. In other words, Pancasila’s morals are good social attitudes the community must carry out. This study aims to evaluate moral education and Pancasila as the state ideology of Indonesia. This type of research is descriptive-evaluative with a qualitative approach. Evaluation research evaluates a program, activity, theory, or observation, the purpose of which is to measure activities, programs, and research by comparing the results of previous theories. The results of this study reveal that moral education and Pancasila have an essential role in shaping individual character and building a just, civilized, and socially just society. Pancasila’s moral education is based on the noble values of Pancasila as the ideology and foundation of the Indonesian state. Pancasila is the basis for forming fair and socially just public policies, legal systems, and governance in national and state life.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Putri, Ria Wierma, Febryani Sabatira, Orima Melati Davey, Muhammad Febriyan Saputra, and Rudi Natamiharja. "INDONESIA'S DEMOCRACY AND CONSTITUTION: REFLECTING HUMAN RIGHTS BASED ON PANCASILA." Journal of Law and Policy Transformation 7, no. 2 (January 1, 2023): 100. http://dx.doi.org/10.37253/jlpt.v7i2.7235.

Full text
Abstract:
Pancasila democracy is a democracy system applied in Indonesia to run the government based on the 1945 Constitution. The 1945 Constitution is positioned as the state constitution and is a concrete crystallization of Pancasila’s values. The constitution, which is the highest source of law in Indonesia, is very important in the Pancasila democratic system. The relationship between the Democracy, Human Rights, and Pancasila is very concord. Pancasila is the ideology of the Indonesian state, the basis of the state, and the foundation of the state philosophy. The relationship is contained in the values of Pancasila. These values highly uphold human rights which is seen from the second value of Pancasila, “fair and civilized humanity”. The relationship between democracy with human rights and Pancasila is that democracy is a system used in Indonesia to realize Pancasila’s values while still based on human rights in its implementation. Then, Pancasila must always remain the basis of the state’s philosophy because Pancasila is the result of the nation founders’ consensus agreement. Pancasila values are not owned by other countries in the world and has become the Indonesian nation’s identity. Pancasila is supreme because it is the core foundation in uniting the diverse Indonesian nation. In addition, ideals of law do not only function as a regulatory benchmark to test whether a positive law is fair, but it also serves as a constitutive ground. Therefore, laws will lose it definition without the existence of ideals of law.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Rahmelia, Silvia. "Pemahaman Peserta Mata Kuliah Pancasila Terhadap Nilai-Nilai Pancasila Selama Pembelajaran Daring di IAKN Palangka Raya." Pancasila: Jurnal Keindonesiaan 3, no. 1 (April 27, 2023): 33–46. http://dx.doi.org/10.52738/pjk.v3i1.115.

Full text
Abstract:
Mata kuliah Pancasila memiliki muatan teoritik untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang nilai-nilai ideologi Pancasila. Selama pembelajaran daring, pemahaman peserta mata kuliah Pancasila melemah karena pembelajaran melalui zoom meeting yang kurang interaktif. Hal ini berdampak pula terhadap pengembangan nilai karakter Pancasilais yang biasanya dapat diobservasi melalui team based project, case method, atau penilaian autentik pada tiap pertemuan. Telaah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman peserta mata kuliah Pancasila di Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya pada saat pembelajaran daring. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer berupa kuesioner tertutup kepada 128 orang mahasiswa yang mengontrak Mata Kuliah Pancasila pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021/2022 di IAKN Palangka Raya. Data dianalisis secara deskriptif dan komparatif menggunakan kerangka teoritik Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi yang diterbitkan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Hasil survey menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa IAKN Palangka Raya terhadap ideologi Pancasila selama pembelajaran daring berada pada taraf cukup baik. Hal ini terbukti dari kesesuaian pemahaman mahasiswa dengan kerangka pokok bahasan pada mata kuliah Pancasila. Mahasiswa memahami bahwa ideologi Pancasila telah merepresentasikan masyarakat Indonesia yang multikultur. Di IAKN Palangka Raya, penekanan dari Pendidikan Pancasila ialah membekali mahasiswa dengan karakter Pancasilais yang bertolak dari nilai-nilai Kristiani sesuai core values pada visi IAKN Palangka Raya. Pemahaman peserta mata kuliah Pancasila selama pembelajaran daring masih belum sepenuhnya sesuai dengan indikator pencapaian secara kognitif dikarenakan kendala jaringan saat perkuliahan melalui zoom meeting. Kedepannya pemahaman mahasiswa IAKN Palangka Raya terhadap Pancasila juga perlu diinternalisasikan melalui kegiatan pembinaan kemahasiswaan yang terorganisir saat pasca pandemi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Amda, Ahmad Dibul, Ratnawati Ratnawati, and Mirzon Daheri. "Butir-Butir Nilai Pancasila Dalam Kajian Tafsir Mudhu’iy." FOKUS Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan 5, no. 2 (December 28, 2020): 171. http://dx.doi.org/10.29240/jf.v5i2.1666.

Full text
Abstract:
The attitude opposing Pancasila on one hand rests upon the Qur’an as the legal basis for the people and on the other hand is a consistently hot discourse. The foregoing makes it essential to study the relevance of Pancasila and the Qur’an. The researchers examine the Qur’anic viewpoint on Pancasila by examining its relevance to the values of Pancasila’s points. This library research is descriptive qualitative. The researchers use the maudhu'iy tafsir approach in elaborating Qur’anic verses to see their compatibility with Pancasila. Maudhu'iy's interpretation begins by collecting verses related to the problem, analyzing their meanings so that they come to a conclusion. From the research, it can be understood that Pancasila and the Qur’an have the same intentions and meaning relationships. In principle, Pancasila is the Islamic teaching in the Qur’an. This conclusion is indicated by the 45 points of Pancasila’s values in that all of which have relevant meanings to the Qur’an
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Rukmana, Isna Sari, Samsuri Samsuri, and Darto Wahidin. "Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Contoh Nyata Ketahanan Ideologi (Studi di Kampung Pancasila, Dusun Nogosari, Desa Trirenggo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)." Jurnal Ketahanan Nasional 26, no. 2 (September 18, 2020): 182. http://dx.doi.org/10.22146/jkn.53815.

Full text
Abstract:
ABSTRACT The development of Pancasila values was a very important thing to did on every side of life. This study aimed to determined how the development of the values of Pancasila in the Pancasila Village.The method used in this study was a qualitative approach. The location in this study was in the Pancasila Village in Nogosari Hamlet, Trirenggo Village, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta. The informantion in this study were residents of Pancasila Village. The processed of retrieved data used observation, interview and documentation.The results showed that the Pancasila Village in the Trirenggo Village was declared as the Pancasila Village in 2004. Activities were routinely carried out in developing Pancasila values in the Pancasila Village through mutual cooperation, consultation, discussion, collection of aid funds, routine social gathering, and deliberation. The values were developed in Pancasila Village through religious attitudes, tolerance, unity, deliberation, and social justice. The results of the development of the values of Pancasila were fairly good and got positive responses from local residents. The role of the community in developing Pancasila values by setting an example and accustoming good attitudes to reflected those who were Pancasilais. Pancasila village did not experience significant obstacles in developing the values of the Pancasila. Expectations desired by the community could maintain attitudes and habits derived from the values of the Pancasila. ABSTRAK Pengembangan nilai-nilai Pancasila merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan pada setiap sisi kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan nilai-nilai Pancasila di Kampung Pancasila.Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif. Lokasi dalam penelitian ini berada di Kampung Pancasila di Dusun Nogosari, Desa Trirenggo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Informan dalam penelitian ini merupakan warga Kampung Pancasila. Proses pengambilan data penelitian dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kampung Pancasila di Desa Trirenggo ini sudah dideklarasikan sebagai Kampung Pancasila pada tahun 2004. Kegiatan yang rutin dilakukan dalam mengembangkan nilai-nilai Pancasila di Kampung Pancasila dengan melalui gotong royong, musyawarah, diskusi, pengumpulan dana bantuan, arisan rutin, dan musyawarah kebangsaan. Nilai-nilai yang dikembangkan di Kampung Pancasila melalui sikap religius, toleransi, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. Hasil pengembangan nilai-nilai Pancasila terbilang bagus dan mendapatkan respons yang positif dari warga sekitar. Peranan masyarakat dalam mengembangkan nilai-nilai Pancasila dengan memberikan teladan dan membiasakan sikap yang baik agar mencerminkan orang-orang yang Pancasilais. Kampung Pancasila tidak mengalami hambatan yang berarti dalam mengembangkan nilai-nilai Pancasila tersebut.Harapan yang diinginkan oleh masyarakat dapat mempertahankan sikap dan kebiasaan yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Aifan, Aifan, and Rosnani Lakuna. "IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN." Sambulu Gana : Jurnal Pengabdian Masyarakat 2, no. 1 (January 5, 2023): 6–10. http://dx.doi.org/10.56338/sambulu_gana.v2i1.2949.

Full text
Abstract:
Pancasia lahir dari perjalanan sejarah bangsa yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini. Pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 diharapkan dapat dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia. Memaknai nilai-nilai Pancasila harus tetap diamalkan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, oleh sebab itu keberadaannya tidak hanya dijadikan simbol semata. Nilai-nilai Pancasila harus dipahami secara menyeluruh sehingga tercipta kerukunan bangsa. Sila-sila Pancasila dapat menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dalam menghadapi berbagai tantangan. Di masa pandemi Covid-19, nilai-nilai Pancasila sangat penting diimplementasikan dalam masyarakat Indonesia, yaitu gotong royong.yang merupakan suatu ciri khas atau karakter dari warganegara Indonesia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Ashika Ruth Laura Sirait, Kania Salsabilah Daulay, Nur Akhillah, Mutiara, Shofiyah, and Jamaludin. "Strengthening Pancasila Ideology in Fortifying Moral Behavior among Students." Indonesian Journal of Educational Science and Technology 2, no. 4 (November 30, 2023): 319–26. http://dx.doi.org/10.55927/nurture.v2i4.6769.

Full text
Abstract:
Numerous significant changes in social, economic, political, and even educational spheres have emerged from the reform era. After the crisis struck and sparked a recession, Pancasila started to change. As a result, Pancasila education is necessary to transmit Pancasila ideals from generation to generation. The degree of pupils' knowledge and comprehension of Pancasila doctrine is the issue at hand. How might the Pancasila attitude among students be strengthened? Pancasila is significant not only as a way of life but also as the basis of the nation and its identity. Pancasila serves as a state ideology and occasionally faces a number of difficulties. in order to preserve Pancasila's status as the official state philosophy.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Danugroho, Agus. "REFLEKSI KETAHANAN EKONOMI PASCA PANDEMI." SOSEBI Jurnal Penelitian Mahasiswa Ilmu Sosial Ekonomi dan Bisnis Islam 4, no. 1 (July 5, 2024): 60–77. http://dx.doi.org/10.21274/sosebi.v4i1.9258.

Full text
Abstract:
Abstrak: Pancasila, sebagai dasar ideologi Republik Indonesia, memiliki relevansi yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Namun, dalam era globalisasi yang didominasi oleh generasi milenial, relevansi ekonomi Pancasila sering kali terabaikan. Tulisan ini bertujuan untuk menggaungkan kembali relevansi ekonomi Pancasila bagi generasi milenial melalui pendekatan akademis dan ilmiah pasca pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis untuk mengkaji nilai-nilai ekonomi Pancasila dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam konteks ekonomi modern yang dinamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial, kemanusiaan, dan kebersamaan, semakin relevan dan diterapkan dalam berbagai bentuk usaha dan inovasi. Generasi milenial menunjukkan kemampuan adaptasi yang tinggi dan berperan penting dalam membangun ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Penelitian ini menekankan bahwa pemahaman dan penerapan ekonomi Pancasila oleh milenial dapat menjadi kunci dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kata Kunci: Ekonomi Pancasila; Milenial; Pasca Pandemi Covid-19. Abstract: Pancasila, as the ideological foundation of Indonesia, holds deep relevance in various aspects of life, including the economy. However, in an era of globalization dominated by the millennial generation, the relevance of Pancasila's economic principles is often overlooked. This paper aims to reaffirm the relevance of Pancasila's economic principles for millennials through an academic and scientific approach in the post-pandemic Covid-19 era. This study employs qualitative methods with a descriptive-analytical approach to examine the economic values of Pancasila and how these values can be implemented in the dynamic context of the modern economy. The research findings show that Pancasila values, such as social justice, humanity, and togetherness, are increasingly relevant and applied in various forms of enterprises and innovations. Millennials demonstrate a high capacity for adaptation and play a crucial role in building a more inclusive and sustainable economy. This study emphasizes that the understanding and application of Pancasila's economic principles by millennials can be key to strengthening national economic resilience and achieving prosperity for all Indonesian people. Keywords: Pancasila Economy; Millennials; Post-Covid-19 Pandemic.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Nanggala, Agil. "Model Pembudayaan Pancasila Berbasis Kolaborasi Pentahelix untuk Membangun Generasi Muda Indonesia yang Pancasilais." Pancasila: Jurnal Keindonesiaan 3, no. 2 (October 26, 2023): 160–78. http://dx.doi.org/10.52738/pjk.v3i2.166.

Full text
Abstract:
Pembudayaan Pancasila pada generasi muda Indonesia, adalah orientasi, strategi, juga upaya pembentukan karakter warga negara yang Pancasilais, terlebih Pancasila selaku ideologi, landasan filsafat dan dasar hukum, maka perlu dirampungkan untuk menjadi model ilmiah, supaya inklusif, kolaboratif juga berkelanjutan, demi puncak peradaban Indonesia. Penelitian ini dilakukan berbasis pendekatan kualitatif, dengan metode grounded theory, analisis data, yaitu, reduksi, display, dan verifikasi, hasil penelitian yaitu, pertama, model pembudayaan Pancasila berbasis kolaborasi pentahelix pada generasi muda, bersifat substantif, representatif juga holistik, karena melibatkan seluruh pihak, yaitu, pemerintah, akademisi, komunitas atau masyarakat, swasta, juga media, maka bermakna juga berdampak nyata bagi pembangunan karakter Pancasilais generasi muda Indonesia, kedua, model pembudayaan Pancasila berbasis pentahelix, bersifat inklusif, kontekstual juga berkelanjutan, karena tidak hanya dilakukan secara kulikuler, tetapi juga sosio-kultural, tahapan realisasinya adalah: 1) perampungan konstruksi berpikir ilmiah, 2) finalisasi kolaborasi program, 3) implementasi program, 4) peneguhan komitmen dan konsistensi, 5) evaluasi dan tindak lanjut, juga 6) sosialisasi masif. Kesimpulan riset, yaitu, model pembudayaan pancasila berbasis kolaborasi pentahelix untuk membangun generasi muda Indonesia yang Pancasilais, begitu relevan direalisasikan pada era modern, karena praktik yang bersifat inovatif inklusif juga berkelanjutan, untuk memantik atensi generasi muda dalam membudayakan Pancasila, selaku representasi warga negara religius, humanis, juga berdaya, atau generator citizens.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Benuf, Kornelius. "Politik Hukum Legislator dan Ideologi Pancasila." Gema Keadilan 5, no. 1 (October 1, 2018): 85–92. http://dx.doi.org/10.14710/gk.2018.3670.

Full text
Abstract:
Penelitian ini akan menguraikan pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila bagi Legislator sebagai implementasi Politik hukum di Indonesia. Dasar analisisnya adalah UUD NRI Tahun 1945 dan pendapat ahli terkemuka. Pancasila dijadikan ideologi negara karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya hidup dan disepakati bersama oleh masyarakat Indonesia. Pancasila yang dahulu diperjuangkan dengan darah dan air mata oleh para pejuang bangsa, harus kita jadikan landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila harus menjadi pemersatu di tengah kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila tersebut harus dijadikan landasan berfikir dan landasan bertindak oleh setiap rakyat Indonesia, termaktup para Legislator di negeri ini.Nilai-nilai Pancasila harus dijadikan landasan berfikir dan landasan dalam pengambilan keputusan oleh para legislator di Indonesia. Legislator dianggap penting untuk memahami Pancasila karena mereka memiliki kewenangan pembuatan kebijakan publik. Ketika nilai-nilai pancasiala sudah tertanam dan menjadi landasan berpikir oleh para Legislator, maka produk politik yang dihasilkan akan lebih berpihak kepada rakyat Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Sundarsih, Dedeh, and Sri Sudiarti. "National Characters: The Effect of Social Media on Youth in The Digital Era." Majalah Bisnis & IPTEK 16, no. 1 (June 22, 2023): 163–71. http://dx.doi.org/10.55208/bistek.v16i1.413.

Full text
Abstract:
This research aims to analyze social media's influence on forming Pancasila's character among adolescents in the digital era. The research utilizes a quantitative approach with a survey method and simple random sampling of 100 active social media users among teenagers in Tasikmalaya. The collected data is analyzed using linear regression. The research findings indicate a significant correlation between social media usage and forming of Pancasila characters among adolescents in the digital era. The more frequently teenagers use social media, the lower their Pancasila character tends to be. Additionally, the type of social media users also has varying effects on forming Pancasila's character. Teenagers frequently use social media platforms focused on physical appearance and lifestyle and tend to have lower Pancasila characteristics. This research contributes to the development of theories regarding social media's influence on forming Pancasila's character among adolescents. The results can be a reference for parents and teachers in supervising teenagers' social media usage and cultivating a stronger Pancasila character.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Rifai, Ahmad, and Hayun Sobri. "Pancasila Sebagai Idiologi Bangsa Dalam Perspektif Islam." Jurnal RASI 1, no. 1 (January 9, 2021): 20–32. http://dx.doi.org/10.52496/rasi.v1i1.24.

Full text
Abstract:
Selepas pemilu gubernur DKI Jakarta bangsa ini sekan tersayat menjadi dua aliran, mereka yang memegang teguh ajaran Islam di artikan sebagai kaum yang intoleran dan anti Pancasila. Mereka yang pendukung gubernur petahana dipandang yang paling pancasilais, penelitian ini ingin mengulas bagaiaman hubungan antara Pancasila dan Islam. Dari hasil pembahasan dan kajain dapat bahwa Pancasila adalah idiologi bangsa dan negara yang bertujuan luhur mewujudkan negeri yang adil makmur dan sejahtera. Sila-sila dalam Pancasila tidak sedikitpun bertentangan dengan Islam, justru sila yang terkandung dalam pancasila adalah perwujudan visi Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, untuk mewujudkan negeri yang allah janjikan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Fadilah, Nurul. "TANTANGAN DAN PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0." JOURNAL OF DIGITAL EDUCATION, COMMUNICATION, AND ARTS (DECA) 2, no. 02 (October 1, 2019): 66–78. http://dx.doi.org/10.30871/deca.v2i02.1546.

Full text
Abstract:
The ideology of Pancasila as a way of life, the basis of the state, and national identity has a various challenge from time to time so that the existence of Pancasila as an Ideology must be maintained, especially in industrial revolution 4.0. The research method used is a qualitative approach by doing study of literature. In data collection the writer used documentation while in techniques data analysis used content analysis, inductive and descriptive. Results of the research about challenges and strengthening of the Pancasila Ideology in facing the era of the industrial revolution 4.0 are: (1) grounding Pancasila, (2) increasing professional human resources based on Pancasila’s values, (3) maintaining the existence of Pancasila as the State Ideology.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Mulyono, Mulyono. "PANCASILA SEBAGAI ORTHODOKSI DAN ORTHOPRAKSIS DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA." HUMANIKA 23, no. 2 (December 1, 2016): 40. http://dx.doi.org/10.14710/humanika.v23i2.13644.

Full text
Abstract:
Pancasila as ideology contains many teachings about how human should relate to the others, nature and God in the life of society and the state. Pancasila’s teachings believed truth and goodness by Indonesian peoples since been justified through a variety of scientific-philosophical studies. This is the meaning of Pancasila as a orthodoxy. On the other hand, the process of modernization spur the development of science and technology and phenomenon of globalization so that dynamics and changes in society take place quickly. In the context of practical guideline, the implementation of Pancasila should adapt to the development of national and international community. The breakdown of Pancasila’s values should be reconstructed continuously order to always stay relevant as problem solver and able to keep up with the the times. Revitalization and reinterpretation of Pancasila as a ideology should always be done in order to not become obsolete so abandoned by its adherents.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Fakurulloh, Yanuar Angga. "Urgensi Pendidikan Pancasila bagi Peserta Didik dalam Upaya Mengembangkan Generasi Pancasilais." Paidea : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia 2, no. 2 (August 28, 2022): 60–65. http://dx.doi.org/10.56393/paidea.v2i2.1107.

Full text
Abstract:
Pancasila sebagai dasar negara terbentuk karena warisan para leluhur yang telah gugur mendahului kita dan di renungkan oleh nation’s founding hero dalam merumuskan dasar negara. Pancasila diangkat dari nilai nilai asli masyarakat Indonesia yang terdapat kebudayaan yang beragam, agama dan adat istiadat yang tekandung dalam pandangan hidup bangsa. Pancasila, way of life semakin memprihatinkan karena era globalisasi. Pancasila merupakan penjabaran nilai nilai pancasila dalam bentuk norma serta merealisasikan dalam kehidupan bangsa dan negara. Dalam pembuatan artikel ini, tujuan pertama yaitu agar kita dapat menambah wawasan kita untuk mendalami apa itu arti Pancasila dan menulusuri apa yang terjadi apabila kita tidak mengenal arti dan nilai-nilai dari Pancasila. Saya juga sering melihat di berbagai sumber bahwa anak muda zaman sekarang semakin lama semakin kurang menukai dan mementingkan arti dan nilai nilai pancasila sehingga membuat anak muda pada generasi milenial ini menjadi kurang mengerti apa arti pancasila itu. Oleh karena itu, pemerintah pada saat ini harus bisa membuat gerakan membangun kembali semangat Pancasila dalam era advance technology pada generasi milenial saat ini agar semangat,nilai-nilai,dan arti pancasila tidak akan memudar hingga selamanya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Istiqomah, Reza Cahyani, Fitri Ayu Fatmawati, and Ayunda Sayyidatul Ifadah. "Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini." Aulad: Journal on Early Childhood 6, no. 3 (December 27, 2023): 446–53. http://dx.doi.org/10.31004/aulad.v6i3.562.

Full text
Abstract:
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yaitu program yang didesain untuk menciptakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau menjadi manusia yang pancasilais. Permasalahan yang terlihat pada lembaga PAUD di Gresik yakni, pencapaian penerapan program penguatan profil pelajar pancasila yang dilakukan melalui pembelajaran berbasis projek. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui dan menjelaskan tentang bagaimana lembaga-lembaga PAUD di Gresik yang menerapkan profil pelajar Pancasila dalam implementasi kurikulum merdeka. Penelitian ini merupakan penelitian jenis survei kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Adapun instrumen yang dilakukan dalam penelitian adalah bagaimana penerapan, langkah-langkah, perencanaan, pengelolaan, pendokumentasian, dan evaluasi pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada saat kegiatan dilaksanakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengambil bentuk kuesioner, kemudian Data dianalisis menggunakan Statistik Deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34 lembaga di Gresik menunjukkan data bahwa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila telah diimplementasikan sebanyak 75%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Natsif, Fadli Andi. "PANCASILA DALAM PERSPEKTIF HUKUM KONSTITUSI INDONESIA." Jurisprudentie : Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum 4, no. 2 (December 5, 2017): 122. http://dx.doi.org/10.24252/jurisprudentie.v4i2.4057.

Full text
Abstract:
In the perspective of constitutional law, the affirmation of Pancasila as the basis and ideology of the nation and state of Indonesia is very clearly embodied in the Preamble of the 1945 Constitution. It is not necessary to be poured through the Act or MPR Tap, whose position can be changed someday and even abolished. Thus, the recognition of Pancasila's very firm and clear position brings the consequence that Pancasila must also function as a guideline (base and direction) in preparing all policies to be taken by the Indonesian government.Keywords: Pancasila, Indonesian Constitutional Law Dalam perspektif hukum konstitusi, penegasan Pancasila sebagai dasar serta ideologi bangsa dan negara Indonesia sudah sangat jelas termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Tidak perlu lagi dituangkan melalui UU atau Tap MPR, yang kedudukannya suatu saat bisa diubah bahkan dihapuskan. Dengan demikian, pengakuan kedudukan Pancasila yang sudah sangat tegas dan jelas ini membawa konsekuensi bahwa Pancasila harus pula difungsikan sebagai pedoman (dasar dan haluan) dalam menyusun segala kebijkan yang akan diambil oleh pemerintah Indonesia.Kata kunci : Pancasila, Hukum Konstitusi Indonesia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Rahayu, Ninik Sri. "HUBUNGAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DENGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP RADIKALISME DI ERA GLOBALISASI." Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan 5, no. 2 (September 30, 2018): 97. http://dx.doi.org/10.32493/jpkn.v5i2.y2018.p97-106.

Full text
Abstract:
Pancasila merupakan ideologi dan dasar Negara Republik Indonesia. Tujuan dari mata kuliah Pendidikan Pancasila pada perguruan tinggi, khususnya pokok bahasan Pancasila Sebagai Ideologi Negara yaitu pengembangan karakter Pancasilais yang teraktualisasi dalam sikap jujur, tanggung jawab, santun, ramah lingkungan, gotong royong, dan cinta damai. Paham radikalisme dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan dapat menghancurkan ideologi Negara. Permasalahan radikalisme di era globalisasi ini dapat, khususnya radikalisme agama. Setelah menempuh mata kuliah Pendidikan Pancasila, mahasiswa diharapkan mampu memahami radikalisme sehingga dapat menangkal adanya radikalisme yang beredar di kampus. Pada Penelitian ini dilakukan tes mengenai persepsi mahasiswa mengenai paham radikalisme sebelum dan sesudah pembelajaran mata kuliah Pendidikan Pancasila. Pengukuran persepsi mahasiswa menggunakan kuesioner skala likert dengan 15 butir item. Kuesioner terbagi menjadi tiga aspek yaitu definisi radikalisme, tujuan radikalisme, akibat adanya radikalime. Kuesioner tersebut diklasifikasikan ke dalam mahasiswa yang memiliki pemahaman yang sangat baik, baik, dan cukup. Dari kedua tes tersebut diketahui adanya pengaruh Pendidikan Pancasila terhadap persepsi mahasiswa mengenai radikalisme. Setelah perkuliahan Pendidikan Pancasila, persepsi mahasiswa dalam kategori yang sama, memiliki peningkatan nilai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Siregar, Muhammad Habibi. "Pancasila as Extraction of Sacred Conscript and Social’s Exegesis in Indonesia’s Diversity." Jurnal Theologia 33, no. 2 (December 16, 2022): 261–76. http://dx.doi.org/10.21580/teo.2022.33.2.13449.

Full text
Abstract:
This article discusses another dimension in the discussion about Pancasila, which aims to create a conducive climate in establishing a social order in society. Many Muslim scholars see Pancasila as the best interpretation, which aligns with the values of the holy book in Islam. Pancasila has a significant role in maintaining the integrity of the Indonesian state and opposing disintegration. In a fragile situation, the pressure to maintain unity is increasing, and Pancasila is the only option to connect all faiths in a society as diverse as Indonesia. This article shows that, as Indonesia's basic interpretation according to Islamic normative texts, Pancasila is the most reliable concept in formulating equality of belief and justice before the law for all people. The research findings show Pancasila's significant contribution to maintaining Indonesia's integrity by ensuring that all elements can contribute to achieving the best results, not only in the field of religion but also in building national pride. Thus Pancasila plays an essential role in maintaining the unity and integrity of the Indonesian state. Pancasila creates a conducive social climate and conforms to Islamic values.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Purwanti, Ani, Fayreizqi Azellea Mashanda Putri, and Muh Afif Mahfud. "The Role of the Pancasila Ideological Development Agency in Regulation Development and Regulatory Harmonization." Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 7, no. 1 (April 10, 2022): 1–10. http://dx.doi.org/10.15294/ipsr.v7i1.34563.

Full text
Abstract:
The Pancasila Ideology Development Agency or BPIP was formed due to the urgency of creating a state apparatus that functions to maintain the application of Pancasila values in the life of the nation and state. BPIP also acts to formulate an outline of the Pancasila ideology, coordinate, synchronize, advocate, monitor, evaluate, recommend, develop and control strategic policies and regulations for development. Of the many tasks and functions of BPIP, this article discusses one of the functions, namely regulatory oversight. This regulatory oversight function aims to monitor, evaluate, and harmonize regional and central regulations. They are in line with Pancasila's values inclusive, democratic, and socially just. Regulatory oversight is carried out by the Deputy for Legal Affairs, Advocacy, and Regulatory Oversight. The strategic aspect of the Deputy for Law, Advocacy and Regulatory Oversight, in this case, is the implementation of an effective and efficient program in implementing Pancasila Ideology Development through the internalization and institutionalization of Pancasila in the field of law, advocacy, and regulatory oversight. Based on the research, the contribution of this deputy is the availability of the Pancasila values indicator design, the implementation of quality analysis and synchronization, the performance of advocacy for the development of the Pancasila ideology, and the implementation of the effective internalization and institutionalization of Pancasila. Through this deputy, BPIP is then expected to make a positive contribution to increasing the harmonization of regulations on Pancasila to realize social inclusion, institutionalizing Pancasila, and mainstreaming the ideals of Pancasila.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Pradana, Hirnanda Dimas Pradana, and Riztika Widyasari Widyasari. "ANALISIS PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWA TENTANG PANCASILA." Jurnal Sangkala 3, no. 1 (January 1, 2024): 1–10. http://dx.doi.org/10.62734/js.v3i1.199.

Full text
Abstract:
Penelitian survey ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman mahasiswa tentang penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa. Sampel penelitian adalah mahasiswa angkatan 2022/2023 dari seluruh mahasiswa aktif. Data dikumpulkan melalui angket dan dianalisis dengan teknik persentase. Hasil penelitian ini secara umum yakni mahasiswa belum sepenuhnya memahami implementasi nilai-nilai Pancasia dalam kehidupan sehari-hari. Secara khusus, didapatkan hasil bahwa mahasiswa tahun angkatan 2022 rata-rata pemahaman Pancasila yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari rata-rata 76, 19% dengan predikat C (Cukup Baik). Pemahaman tertinggi mahasiswa ada pada konsep Pancasila dalam kehidupan masyarakat dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa secara konseptual memahami bahwa Pancasila sangat penting untuk dijadikan landasan dalam kehidupan bermasyarakat. Sementara itu, pemahaman terendah mahasiswa adalah angket nomor 30 mengenai kegiatan kemanusiaan untuk memberikan yang terbaik untuk orang lain mendapat dukungan dari 3 kelas atau 100%. Secara umum, pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Pancasila, baik secara konseptual maupun implementatif perlu ditingkatkan, khususnya dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Primahendra, Riza, Tri Adi Sumbogo, Reney Aquino Lensun, and Sugiyanto Sugiyanto. "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komitmen Generasi Z terhadap Pancasila." Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5, no. 1 (June 30, 2020): 167. http://dx.doi.org/10.17977/um019v5i1p167-177.

Full text
Abstract:
This study intended to identify the influence of Generation Z’s perceptions on political parties and political education by mediating political leadership on the commitment to Pancasila. The study used a Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) approach. The population was high school students in Jakarta. The sample was 82 students in XI grade. The results showed the perception of political parties influenced the views of political leadership (0.627). Perceptions of political parties influenced Pancasila’s commitment (0.357). The strongest influence was found to be in political education on the commitment of the Pancasila (0.722). Political education did not influence the views of political leadership (-0.009). The view of political leadership did not influence the commitment of the Pancasila (-0.194). The view of political leadership was not a factor influencing generation Z’s commitment to Pancasila. Generation Z’s commitment to Pancasila was influenced by two factors, namely political parties and political education. Political education was the highest factor influencing generation Z’s commitment to Pancasila.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Magnis-Susesno, Franz. "M. Sastrapratedja, Lima Gagasan Yang Dapat Mengubah Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila, 2013, 413 hlm." DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 13, no. 1 (April 14, 2014): 138–42. http://dx.doi.org/10.36383/diskursus.v13i1.98.

Full text
Abstract:
Lima gagasan yang dapat mengubah Indonesia itu tentu Pancasila. Sebagaimana ditulis Jakob Oetama dalam kata pengantar buku Profesor Sastrapratedja, sudah sangat mendesak untuk mengaktualisasikan kembali Pancasila. Pancasila sudah lama berada dalam bahaya, bukan karena masih ada kekuatan politik yang mempersoalkannya, melainkan karena dukungan terhadap Pancasila cenderung menguapkan maknanya. Di masa Demokrasi Terpimpin Pancasila semakin dikesampingkan oleh semboyan-semboyan lain di mana yang paling tragis adalah NASAKOM. Di masa Orde Baru Pancasila dinyatakan sakti dan sesudahnya jutaan saudara dan saudari sebangsa dibunuh, dikucilkan, dan dihancurkan eksistensinya; Pancasila menjadi payung salah satu kejahatan terbesar dalam sejarah umat manusia. Dan kemudian, melalui manipulasi, seperti dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Pancasila di-jawa-kan—dalam pidatonya di Pekanbaru Suharto mengatakan bahwa untuk memahami Pancasila orang perlu tahu falsafah honocaroko—dan dibonsai menjadi anjuran untuk bersikap baik-baik, bebas bertanggungjawab di bawah naungan pemerintah. Pancasila bonsai itu diindoktrinasikan melalui kursus-kursus BP7 kepada masyarakat. Maka waktu Suharto meninggalkan tahta kekuasaannya, Pancasila seakan sudah masuk kotak, orang sepertinya malu berbicara mengenai Pancasila. Panggung ideologis yang kosong segera mulai diisi oleh ideologi-ideologi picik-agamis-eksklusivis yang betul-betul mau membersihkan Indonesia dari sisa Pancasila. Maka pada 2006 AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) menyerukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar Pancasila kembali dijadikan acuan akhir eksplisit segala kebijakan kenegaraan. Karena itu, pemahaman kembali tentang arti Pancasila sangat mendesak. Itulah aktualitas buku Professor Sastrapratedja. Judulnya bukan sekedar kata keren. Sastrapratedja menunjukkan bahwa Pancasila bukan sebuah dokumen sejarah saja—seperti Declaration of Independence Amerika Serikat—atau sebuah pilar di atasnya bangsa Indonesia meneruskan perjalanannya. Sastrapratedja memperlihatkan bahwa Pancasila mempunyai gigi; artinya, Pancasila merupakan petunjuk tajam tentang kebijakan mana yang boleh dan tidak boleh diambil oleh negara yang mewujudkan bangsa Indonesia. Sastrapratedja menunjukkan dengan rinci bahwa kalau kita mengaku mendasarkan kehidupan bangsa pada lima sila Pancasila maka ada konsekuensinya. Ada kebijakan yang wajib diambil dan ada kebijakan yang wajib ditolak. Kalau negara kita mengikuti petunjuk Pancasila maka negara kita akan berubah. Buku ini terdiri dari dua puluh tiga makalah yang ditulis penulis dalam lima belas tahun terakhir. Bentuk itu menguntungkan karena pembaca tidak perlu membaca 393 halaman teks ini dari permulaan sampai akhir. Daftar isi yang cukup jelas, sebuah indeks nama dan sebuah indeks analitis rinci membantu pembaca untuk menemukan persis apa yang dicarinya. Sastrapratedja tentu tidak hanya membicarakan Pancasila. Di antara sekian masalah yang dibicarakan ada, misalnya, ”etika ilmu pengetahuan“—yang menurut Sastrapratedja memuat lima prinsip: harus menghormati martabat manusia sebagai pribadi, berpegang pada prinsip ”tidak merugikan,” terarah pada kesejahteraan bagi manusia dan masyarakat seluruhnya, pada pengurangan penderitaan, serta pada pemerataan hasil-hasilnya—, ”nasionalisme,“ ”jati diri manusia Indonesia,“ ”globalisasi“ dan tantangannya, pelbagai arti kata ”ideologi,“ ”etika politik,“ arti ”budaya politik,“ ”multikulturalisme,“ ”krisis modernitas“ sampai ”keamanan pangan“ sebagai tantangan etis. ....... Satu muatan Pancasila yang diangkat oleh Sastrapratedja adalah bahwa ”Pancasila menjadikan kehidupan masyarakat dan negara lebih manusiawi.” Mempancasilakan Indonesia berarti membuat bangsa Indonesia hidup bersama dengan lebih manusiawi. Hal itu eksplisit dituntut dalam sila kedua, tetapi memancar ke semua sila. Lebih manusiawi berarti penolakan terhadap kekerasan sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah. Pancasila mendorong untuk mengusahakan “penghalusan perasaan” dan “transformasi keagresifan” manusia Indonesia. Ketuhanan Yang Maha Esa memanusiakan manusia dengan mengajak menghormati perbedaan, mengakui identitas semua warga dan komunitas masyarakat, dan dengan menjamin kebebasan beragama dan ”toleransi” terhadap kemajemukan. Menjunjung tinggi Pancasila membawa kewajiban untuk menjamin hak-hak asasi manusia. Demokrasi membawa ”komitmen pada kesamaan.” Usaha mewujudkan keadilan sosial berakar dalam solidaritas. Bahwa Pancasila merupakan suatu etika politik, menurut Sastrapratedja, tidak berarti bahwa Pancasila tidak menyangkut sikap etis manusia Indonesia masing-masing. Pancasila dapat menjadi etika politik apabila nilai-nilai Pancasila dihayati oleh masyarakat masing-masing. Sesuai dengan lima silanya karakter manusia Pancasilais ditandai oleh lima kemampuan: kemampuan untuk menghargai perbedaan, untuk membawa diri secara manusiawi dan santun, untuk mencintai tanah airnya, untuk bersikap demokratis, serta bersikap adil dan solider. Pendidikan Pancasila dengan demikian adalah pendidikan yang mendukung perkembangan sikap-sikap Pancasilais itu. Sesuatu yang masih dapat dimasukkan ke dalam edisi berikut buku ”Lima Gagasan…” adalah tanggapan terhadap pelbagai paham tentang Pancasila yang selama ini muncul di Indonesia. Ada sebuah koreksi kecil. Catatan Delanty, yang dikutip Sastrapratedja, yang mengatakan bahwa Ayatullah Khomeini dulu menyebarkan gagasannya lewat internet (hlm. 85) tentu keliru. Waktu Khomeini di Paris—dan sampai ia meninggal dunia—belum ada internet. (Franz Magnis-Suseno, Guru Besar Ilmu Filsafat Emeritus, Sekolah Tinggi Filsafat, Driyarakra, Jakarta ).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Rizal, Lutfi Fahrul. "Pancasila dalam Politik Pencitraan di Indonesia." ADLIYA: Jurnal Hukum dan Kemanusiaan 15, no. 2 (September 30, 2021): 17–30. http://dx.doi.org/10.15575/adliya.v15i2.12499.

Full text
Abstract:
This study aims to measure the level of appreciation and practice of the values of Pancasila as the ideology of the Indonesian nation as a whole so that the values in it can really be applied in the life of the nation and state. This research uses a normative-empirical method, namely by combining legal research methods that not only view the law as a prescriptive and applied discipline but also have a descriptive nature based on the reality of the development of law itself in society. There are several phenomenal events that are closely related to Pancasila, where these events illustrate that noble values that are actually respected and upheld are still vulnerable to being exploited by their sensitivity by some groups for imaging purposes without paying attention to the noble values of Pancasila. Pancasila is vulnerable to being used as a political commodity so that certain groups feel that it is Pancasilaist and other groups are not Pancasilaist. The results of this study provide an indication that all groups should be able to place Pancasila as an ideology in the nation and state and become a joint evaluation in revitalizing the noble values contained in Pancasila as the basic rules, guidelines, and philosophy of life of the Indonesian nation that must be practiced as the embodiment of Bhineka Tunggal Ika.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia secara utuh, sehingga nilai-nilai di dalamnya benar-benar dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini menggunakan metode normatif-empiris, yaitu dengan cara melakukan penggabungan metode penelitian hukum yang tidak hanya memandang hukum sebagai disiplin yang bersifat preskriftif dan terapan, namun sekaligus bersifat deskriptif yang didasarkan pada kenyataan perkembangan hukum itu sendiri di masyarakat. Ada beberapa peristiwa fenomenal yang erat hubungannya dengan Pancasila, di mana peristiwa ini memberi gambaran bahwa nilai-nilai luhur yang sejatinya dihormati dan dijunjung tinggi masih rentan dimanfaatkan sensitivitasnya oleh sebagian kelompok untuk kepentingan pencitraan tanpa memperhatikan nilai-nilai luhur Pancasila. Pancasila rentan dijadikan sebagai komoditas politik, sehingga meng­anggap bahwa golongan tertentu merasa Pancasilais dan kelompok lain tidak Pancasilais. Hasil penelitian ini memberikan petunjuk bahwa seharusnya semua kelompok dapat menempatkan Pancasila sebagai ideologi dalam berbangsa dan bernegara, dan menjadi evaluasi bersama dalam merevitalisasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai aturan dasar, pedoman dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang harus diamalkan sebagai perwujudan Bhineka Tunggal Ika.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Ibrahim, H. Zulkarnain. "HAKEKAT HUKUM PENGUPAHAN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PEKERJA." Masalah-Masalah Hukum 44, no. 4 (October 28, 2015): 431. http://dx.doi.org/10.14710/mmh.44.4.2015.431-446.

Full text
Abstract:
The values of Pancasila are reflected in legal idea that showed in moral standards. The legal idea is a pattern of thought that contains sublime rules, leads the remuneration law’s direction and goal to create a prosperous life for society workers. The essence of Pancasila, law of idea, and moral become benchmark for government, enterpreneurs, and workers to execute the harmonious of Pancasila’s Industrial Relationship system in legal certainty, justice, and expedienceNilai-nilai Pancasila, tercermin pada cita hukum yang nampak pada standar moral. Cita hukum tersebut merupakan suatu pola pikir yang mengandung kaedah-kaedah luhur menentukan arah dan tujuan hukum pengupahan dalam rangka mewujudkan masyarakat pekerja yang hidup sejahtera. Hakekat Pancasila, cita hukum, dan moral tersebut, menjadi tolak ukur dari pemerintah, pengusaha dan pekerja dalam melaksanakan sistem Hubungan Industrial Pancasila (HIP) yang harmonis dalam kepastian hukum, keadilan dan kehasilgunaan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Kino Nara, Kristoforus Sri Ratulayn. "EKSISTENSI MANUSIA PANCASILAIS DEWASA INI DARI PERSPEKTIF KONSEP MANUSIA PERSONALIS." Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat 5, no. 2 (November 1, 2022): 19–35. http://dx.doi.org/10.53977/sd.v5i2.728.

Full text
Abstract:
Tulisan ini akan membahas tentang apa atau siapa manusia Pancasilais di tengah konteks dewasa ini. Pusat perhatian dalam tulisan berikut adalah pada pertanyaan apa hakikat manusia Pancasilais dan bagaimana eksistensi manusia Pancasilais. Di era globalisasi dan disrupsi teknologi saat ini yang semakin dipercepat dengan pandemi COVID-19 penting untuk memikirkan ulang jati diri ke Indonesiaan. Karena tentu Indonesia tidak kedap dari pengaruh dinamika perkembangan global. Penulis mencoba menelaah Kembali siapa manusia Pancasila dan bagaimana eksistensinya. Metode yang akan penulis gunakan adalah menggunakan pisau analisis konsep manusia dalam aliran Personalisme. Tulisan ini bisa menjadi tawaran tafsir dan perspektif baru atas Pancasila dan seperti apa manusia Pancasilais jika dilihat dari perspektif pemikiran Personalisme.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Irianto, Petrus. "Student Overview of the Pancasila and Citizenship Education Study Program: Understanding Pancasila, Social Participation, and Perception as Agents of Change." Formosa Journal of Science and Technology 3, no. 2 (February 27, 2024): 367–86. http://dx.doi.org/10.55927/fjst.v3i2.8240.

Full text
Abstract:
Higher education plays an important role in shaping student attitudes and personalities as drivers of social change. Although Pancasila is regarded as a moral and ethical guideline, students often face difficulties in applying these values in everyday life. The aim of this study is to evaluate students' understanding of Pancasila, their involvement in social change, and the way they see the challenge in the role of students as agents of change based on Pancasila. The study used a survey method with the population of Students of the Pancasila Education and Citizenship Studies Program at one of the Universities in Papua Province. Most respondents believe that Pancasila serves as a legal foundation and as a moral guideline; (2) the majority of respondents in this study are still engaged in social change movements or activities in the community and on campus, as well as showing strong commitment and awareness in building a better society; (3) raising public Awareness about Pancasil's policies is the main way respondents overcome difficulties in carrying out their duties as agents of change based on Pancasila. Educational institutions should care and support respondents in carrying out their duties as agents of change based on Pancasila.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Setiari, Anggit. "Perwujudan Identitas Manusia Indonesia Melalui Penghayatan Profil Pelajar Pancasila." Jurnal Pendidikan West Science 1, no. 02 (February 28, 2023): 116–24. http://dx.doi.org/10.58812/jpdws.v1i02.219.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan perwujudan identitas manusia Indonesia melalui penghayatan profil pelajar pancasila. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur baik berupa buku, jurnal, catatan, laporan hasil penelitian yang relevan, maupun hasil observasi secara langsung di SMA Negeri 1 Palembang. Metode yang dipakai adalah metode kualitatif untuk menggambarkan atau mendeskripsikan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik di sekolah SMA Negeri 1 Palembang telah mewujudkan identitasnya sebagai manusia Indonesia melalui penghayatan profil pelajar pancasila yang ada di sekolah. Perwujudan identitas yang mencakup nilai kebhinnekaan dan nilai pancasila dapat menumbuhkan karakter pancasilais. Hal ini terbentuk dari pembiasaan secara optimal tentang penghayatan profil pelajar pancasila, yang merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama, yaitu: beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Amin, Fakhry. "Nilai Pancasila dalam Metode Penemuan Hukum: Orientasi dan Konstruksi Nilai Pancasila dalam Rechtsvinding." Ajudikasi : Jurnal Ilmu Hukum 7, no. 2 (December 30, 2023): 299–314. http://dx.doi.org/10.30656/ajudikasi.v7i2.7655.

Full text
Abstract:
This study examines the role of Pancasila values in the process of legal discovery or rechtsvinding in Indonesia. Pancasila, as the foundational philosophy of the Republic of Indonesia, holds a crucial position in shaping the nation's identity, character, and developmental direction. Beyond being a philosophical underpinning of the state, Pancasila's values serve as guiding principles in the life of the nation, state, and society. Within the legal context, Pancasila is highly relevant in the rechtsvinding process, which involves searching for laws related to specific cases or situations.The research utilizes normative methods with a philosophical and analytical approach. Data is gathered through literature studies, analyzing legal norms, regulations, and relevant legal works. The primary goal is to analyze how Pancasila values manifest in the rechtsvinding approach and their impact on legal stability and justice in the Indonesian legal system.The study findings reveal that Pancasila values play a central role in the rechtsvinding process. These values influence the interpretation and application of the law by judges and legal practitioners. The 1945 Constitution reflects Pancasila values in its principles that form the basis of state law and policy. Articles within the constitution embody Pancasila values like social justice, balance of rights and responsibilities, and human rights protection. Furthermore, Pancasila values significantly contribute to legal stability, fostering certainty and harmony in the Indonesian legal system. The integration of Pancasila principles in the rechtsvinding process guides decision-making with a focus on justice, unity, and equality.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Lukito, Wendrik Sandwi, Aditya Permana, and Ardian Prasetyo. "Pancasila and the Recontextualization of Indonesia’s State Identity: International Relations Approach." Pancasila: Jurnal Keindonesiaan 2, no. 2 (October 4, 2022): 179–95. http://dx.doi.org/10.52738/pjk.v2i2.122.

Full text
Abstract:
Indonesia is a country with the largest Muslim population in the world. At the same time, it is also a very diverse country with abundant resources geopolitically. One of the most famous characteristics of Indonesia is Its multiculturalism, with its national motto “Unity in Diversity”. Several scholars argued that Pancasila, as Indonesia’s national ideology, plays part in assuring pluralism and multiculturalism in Indonesia. Historically, Pancasila was formulated as a unifying factor for Indonesia. However, certain “groups” like Aceh and Papua who claimed that they have distinct histories with Indonesian nationhood find it harder to have the same shared imagination that Pancasila holds those unifying elements. Furthermore, Pancasila’s position plays a big role in shaping the political behavior ideals of Indonesia, as it acts as the state identity of Indonesia. This paper focuses on analyzing the role of Pancasila as a unifying factor for Indonesia, which also shapes the identity of Indonesia and the recontextualization of Pancasila.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Lazuarni, Dhea Nanda, Khairunnisa Nasution, Sri Rahayu, Wulandari Wulandari, Yurika Wihelmina, and Waliyul Maulana Siregar. "Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas VI-B SDN 060932 Medan Amplas." Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 1, no. 3 (May 29, 2024): 11. http://dx.doi.org/10.47134/pgsd.v1i3.503.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa di SDN 060932 Medan Amplas. Melalui wawancara dengan Nuria Novita, S.Pd., GR. Guru wali kelas VI-B, penelitian ini menemukan bahwa nilai-nilai Pancasila telah diintegrasikan dengan baik melalui praktik sehari-hari seperti doa bersama, kerja sama di kelas, dan penghargaan terhadap perbedaan. Pengajaran toleransi berhasil, terlihat dari kemampuan siswa dari berbagai agama untuk hidup berdampingan secara harmonis. Meskipun tidak ada hambatan signifikan dalam mengajarkan Pancasila, tantangan utama adalah memastikan siswa terus mengamalkan nilai-nilai tersebut secara konsisten. Upaya guru dalam memberikan nasihat, memperkuat disiplin, mengajarkan cinta tanah air, dan menjadi panutan adalah langkah penting dalam membentuk karakter siswa yang Pancasilais. Kolaborasi dengan orang tua turut memperkuat internalisasi nilai-nilai Pancasila. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan praktis dalam pengajaran Pancasila di sekolah dasar efektif dalam membentuk karakter siswa yang baik dan toleran serta menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan harmonis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Adawiyah, Robiatul, and Umi Rozah. "Indonesia’s Criminal Justice System with Pancasila Perspective as an Open Justice System." LAW REFORM 16, no. 2 (September 27, 2020): 149–62. http://dx.doi.org/10.14710/lr.v16i2.33783.

Full text
Abstract:
The criminal justice system should be an embodiment of values of Pancasila. Few cases raised concerns and questioned Pancasila’s practice because it hurt community justice sense. Pancasila must be reflected in criminal law enforcement. The criminal justice system is open whose operation is influenced by the environment the subsystems's operation, it is very important to be studied comprehensively. This article discusses the Indonesian criminal justice system with a Pancasila perspective; Indonesian criminal justice system with the concept of Pancasila as an open criminal justice system; subsystem in the Indonesian criminal justice system has the concept of Pancasila as an open criminal justice system. The research method in this article is normative with philosophy approach. The results showed that criminal justice system has Pancasila perspective, means that it must prioritize humanity, the balance of the interests of perpetrators and victims, the justice of God, humanity and society (substantive justice). As an open system, it does not work in solitaire in a vacuum, but must pay attention to legal values and community justice sense so that the working of it is more contextual in applying criminal law to achieve its success. And all subsystems in the criminal justice system have basically been based on Pancasila as an open justice system.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Andriani, Ana, Enok Maryani, and Idrus Affandi. "The Vital Role of Pancasila Values in Building National Character Through Civics Education." AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan 15, no. 3 (September 28, 2023): 3051–62. http://dx.doi.org/10.35445/alishlah.v15i3.4067.

Full text
Abstract:
This paper inquires to look at the vital role of Pancasila values in building the nation's character of students through civic education. This research was conducted to see how far the role of Pancasila values as part of the Citizenship Education subject, apart from being a national ideology, is also a nation's view of life that can shape the nation’s character in students at school. This research used a qualitative and quantitative approach with a population of 21 high schools in Purwakarta with a sample of 5 schools as a sample. From this research, it was found that the Pancasila values contained in the first to the fifth precepts in the Civics Education subject are expected to be a guide for students in everyday life, both inside the classroom and outside the classroom, in the family, in the community, even in the life of the nation and state. As agents of social change, students must still be able to see the meaning of Pancasila's position as the basic foundation, which is the core of Civics learning, so that Pancasila's values can still be a guide in people's lives Pancasila and able to shape the character of the nation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Kennedy, Alexander, and Franciscus Xaverius Wartoyo. "Harmonizing Diversity: Pancasila's Role as The Cornerstone of Multi-Cultural Harmony As Legal Discours." Global International Journal of Innovative Research 2, no. 4 (April 3, 2024): 747–59. http://dx.doi.org/10.59613/global.v2i4.137.

Full text
Abstract:
This study examines Pancasila's pivotal role in harmonizing Indonesia's diverse cultural, religious, and social landscape through legal discourse. As the foundational philosophy of Indonesia, Pancasila embodies principles that not only forge national identity but also guide the legal framework towards promoting unity, justice, and human dignity. Employing a Juridical Normative Research method, this paper delves into how Pancasila influences legal norms, principles, and decision-making processes, ensuring that Indonesia's legal system reflects its rich cultural diversity while upholding the values of social justice and national unity. The findings highlight Pancasila's dynamic adaptability and its enduring relevance in addressing contemporary challenges, such as globalization and radical ideologies, by fostering a legal and societal framework that is inclusive, just, and humane. By integrating Pancasila's principles into legal discourse, Indonesia presents a unique model of how foundational philosophies can harmonize multicultural societies. This research underscores the importance of Pancasila in shaping not only legal discourse but also in nurturing a cohesive national identity amidst diversity, offering insights into its potential application in other multicultural contexts worldwide
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Triyani, Triyani, Eli Karliani, Sekar Dwianti, and Ahmad Satria. "DIGITALISASI MATERI PANCASILA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MEMPERKUAT KOHESI NILAI-NILAI PANCASILA PADA MAHASISWA." Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan PKn 9, no. 2 (November 28, 2022): 209–17. http://dx.doi.org/10.36706/jbti.v9i2.19005.

Full text
Abstract:
Tahapan terpenting dalam proses pembelajaran salah satunya yakni mengkonstruksi materi yang mampu mengkondisikan mahasiswa memahami serta mengimplementasikan hasil belajar dalam tataran praksis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan materi berbasis Problem Based Learning (PBL) pada mata kuliah Pancasila. Metode yang digunakan dalam riset ini yakni jenis penelitian pengembangan (R&D) dengan tahapan analisis kebutuhan pasar, pengembangan, pengujian dan revisi produk. Bentuk pelaksanaan riset ini dapat dijabarkan sebagai yakni (1) Workshop Analisis Kurikulum Mata Kuliah Pancasila (CPMK, substansi materi, alat evalusi; (2) Workshop Pengembangan materi berbasis Problem Based Learning (PBL); (3) FGD Validasi Pakar materi Pancasila berbasis Problem Based Learning (PBL); (4) Uji coba materi Pancasila berbasis Problem Based Learning (PBL); (5) Workshop Revisi materi berbasis Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Kuliah Pancasila; dan (6) Penyusunan Laporan Akhir Penelitian.Berdasarkan hasil penilaian expert, produk yang dikembangkan mendapatkan skor 8.75 atau dalam kategori “Baik”. Berdasarkan hasil dari implementasi dan refleksi kepada mahasiswa diperoleh hasil, Pertama, siswa lebih senang ketika pembelajaran menggunakan audio visual. Kedua, materi yang dikemas dalam video pembelajaran membuat mereka lebih memahami dalam menganalisis fenomena yang terjadi di masyarakat terkait dengan aktualisasi nilai-nilai Pancasil dan berpikir kritis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Siskiyah, Siskiyah, and Nur Sofea Nazirah. "Cultivating Character Strength: Multicultural Perspectives in Islamic Education." Indonesian Journal of Education and Social Studies 1, no. 2 (December 12, 2023): 88–100. http://dx.doi.org/10.33650/ijess.v1i2.7103.

Full text
Abstract:
This study aims to describe efforts to strengthening the character of nationality through multicultural Islam education. As well as to describe the strengthening of the character of nationality through the multicultural Islamic education based on the application of the Sila on Pancasila in Mambaul Hikam Junior High School Situbondo. This study focuses on strengthening the character of nationality through Multicultural Islamic Education base of sila on pancasila. Data collection techniques used are interviews, participant observation (Participant Observation) and documentation techniques. The data that have been obtained from the informant are then analyzed. The results of this study indicate that the strengthening of the character of nationality through the education of Multicultural Islam is by implementing the character of nationality base of sila pancasila; First, dedicating the Islamic culture on the santri based on the first sila pancasila, second, instilling the Islamic-owned humanitarian character based on the second sila Pancasila, third, instilling the attitude of Gotong Royong according to the third Sila Pancasila, fourth, instilling the character of Islamic suspected leaders based on the fourth Pancasila, fifth, instilling social-character social-based and religious slabs. The application of Pancasila's sila to strengthen the character of nationality through Islamic education is also to keep harmony, creating a high tolerance, and keeps diversity differences so as not to be easily split among others.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Santika, I. Gusti Ngurah, I. Gede Sujana, I. Made Kartika, and I. Nengah Suastika. "Alur Pemikiran Finalisasi Pancasila dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945." Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 7, no. 3 (November 15, 2022): 552. http://dx.doi.org/10.17977/um019v7i3p552-561.

Full text
Abstract:
This study aimed to describe the historical review of the formulation and ratification of the Pancasila and to analyze the flow of thought for the finalization of Pancasila in the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. This study used ideological-historical methods with literature study techniques. The Panitia Sembilan formulated Pancasila's ideology at the Investigative Agency for the Preparatory Work for Independence (BPUPK) meeting on 29 May 1945 to 1 June 1945 and stipulated in the Jakarta Charter on 22 June 1945 and ratified by the Preparatory Committee for Indonesian Independence (PPKI) on 18 August 1945. Finalization of Pancasila in the Constitution The Republic of Indonesia of 1945 was based on the ideological historical experience of the Indonesian nation to maintain national integration by limiting the authority of the People's Consultative Assembly as contained in Article 37 paragraph (1) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia.This study aimed to describe the historical review of the formulation and ratification of the Pancasila and to analyze the flow of thought for the finalization of Pancasila in the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. This study used ideological-historical methods with literature study techniques. The Panitia Sembilan formulated Pancasila's ideology at the Investigative Agency for the Preparatory Work for Independence (BPUPK) meeting on 29 May 1945 to 1 June 1945 and stipulated in the Jakarta Charter on 22 June 1945 and ratified by the Preparatory Committee for Indonesian Independence (PPKI) on 18 August 1945. Finalization of Pancasila in the Constitution The Republic of Indonesia of 1945 was based on the ideological historical experience of the Indonesian nation to maintain national integration by limiting the authority of the People's Consultative Assembly as contained in Article 37 paragraph (1) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Arifin, Jaenal. "PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA." Dirasah: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar Islam 6, no. 1 (March 1, 2023): 69–76. http://dx.doi.org/10.51476/dirasah.v6i1.460.

Full text
Abstract:
Tulisan ini bertujuan untuk menelaah secara mendalam mengenai pembentukan karakter melalui pendidikan pancasaila. Nilai karakter dibentuk melalui pendidikan Pancasila yang secara formal menjadi mata pelajar wajib di seluruh jenjang pendidikan, termasuk sekolah dasar. Membentuk karakter bangsa melalui pendidikan Pancasila adalah suatu keharusan karena siswa tidak hanya didik untuk menjadi cerdasa secara kognitif, tetapi mempunya karakter baik dan budi pekerti yang luhur sehingga kehidupannya menjadi bermakna di masyara kat. Maka dari itu pendidikan Pancasila ini dapat membentuk karakter - karakter mulai dari kebiasaan hidup tentang perilaku baik, beretika, dan bermoral sehingga dapat diterapkan secara konsisten dalam kehidupan sehari - hari. Tulisan ini menggunakan penelitia n pustaka dengan cara mengungkapkan pendapat - pendapat ahli dan hasil penelitian terdahulu. Pekerjaan besar khususnya bagi pendidik saat ini harus membentuk karakter siswa menjadi karakter baik dan dapat dimulai dengan memberikan pembelajaran pendidikan Pan casila secara tepat dan benar untuk meningkatkan nilai karakter setiap masyarakat. Pendidikan diawali dengan proses pendidikan dan gagasan solusi dari berbagai pemangku kepentingan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Nisa', Zakiyatul, Alfiatus Sholiha, Irma Soraya, and Asep Saepul Hamdani. "IMPLEMENTASI KEGIATAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN ABAD 21 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA AL-FALAH DELTASARI SIDOARJO." Al-Ulum Jurnal Pemikiran dan Penelitian ke Islaman 10, no. 4 (September 25, 2023): 377–93. http://dx.doi.org/10.31102/alulum.10.4.2023.377-393.

Full text
Abstract:
Penelitian ini berangkat dari fenomena Pendidikan yang ingin mengembangkan keterampilan belajar dengan cara memberikan pelajaran Pancasila serta untuk mengetahui perencanaan, proses, evaluasi kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam mengembangkan keterampilan abad 21. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berkarakter deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan teknik yang diambil yaitu Sampling purposive dan Snowball Sampling Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data lalu penarikan kesimpulan. Adapun Informan kunci dalam penelitian ini adalah guru PAI, sedangkan data lain yang mendukung didapatkan melalui informan tambahan yaitu, waka kurikulum, guru penggerak, dan peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran abad 21 sebagai jembatannya melalui pembelajaran projek penguatan profil pelajar Pancasila. Konsep profil pelajar Pancasila terdapat pembelajaran yang dibutuhkan di era pembelajaran Abad 21 yang biasa disebut 4C Creatifity, Critikal thingking, Communication, Collaboration. Dengan adanya pembelajaran projek profil pelajar Pancasila, siswa akan menambah wawasan skill kebaharuan untuk dunia yang di hadapi di masa depan. Implikasi dari penelitian ini adalah para guru khususnya guru yang mengajar mata pelajaran Pancasila atau istilah lainnya untuk lebih lagi menanamkan rasa cinta tanah air dan pancasilais yang kemudian berefek kepada pengembangan bakat dan keterampilan siswa dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Fajrin, Yaris Adhial, Kukuh Dwi Kurniawan, and Ade Sathya Sanathana Ishwara. "The Renewal of National Criminal Law: An Analysis of the Pancasila Law Philosophy." SASI 29, no. 4 (October 30, 2023): 645. http://dx.doi.org/10.47268/sasi.v29i4.1623.

Full text
Abstract:
Introduction: Reform of criminal law is an important aspect in organizing the politics of criminal law so that it can meet the legal needs of society. The legal philosophy of Pancasila occupies an important position in efforts to reform criminal law.Purposes of the Research: Reflection on criminal law renewal in terms of the legal philosophy of Pancasila.Methods of the Research: Normative legal research with conceptual, statutory and philosophical approaches.Results of the Research: The legal philosophy of Pancasila has relevance in relation to the reform of criminal law, including that the philosophy of Pancasila law can be a guide as well as a guide in both normative aspects and the practice of criminal law reform. In addition, the legal philosophy of Pancasila can also direct the orientation of criminal law reform in order to improve five important aspects of criminal law reform, namely aspects of legal substance, culture, structure, leadership, and the professionalism of law enforcement officials. The reading of Pancasila values in a hierarchical-pyramidal manner is important as a guide and direction for a criminal law reform process. Pancasila's legal philosophy has also become a norm of criticism in criminal law reform, namely providing criticism of norms and legal behavior of criminal law reform whether it is in accordance with Pancasila values or not.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Dali, Zulkarnaen. "Pancasila: Local Indigenous Islamic Character Education In Indonesia." MADANIA: JURNAL KAJIAN KEISLAMAN 22, no. 2 (December 30, 2018): 185. http://dx.doi.org/10.29300/madania.v22i2.1400.

Full text
Abstract:
The diversity of values in Pancasila is the basic capital for character education as the basis of the strength of the character of the Indonesian. The paper seeks to set up an Islamic character education based on the Pancasila-digging theological values of Islam with the values of local traditions, cultures and customs of the archipelago. This study is very important given the fact that so far the character, structure, and methods of character education are too oriented to the West by forgetting even ignoring the ideology and values of the Nusantara character. The approach in this study is descriptive literature review. By transmitting Pancasila’s values in family life to children, it will make the children make Pancasila’s views as a teaching doctrine, dogma or philosophy that must be practiced in the life of society. Pancasila’s revitalization and re-actualization as a philosophical and ideological foundation of the implementation of the character education system in Indonesia, including the implementation of national character education, cannot be negotiable. This is so that Pancasila can be actualized in everyday life within the family, school, community and in the life of nation and state as an educational process.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Kasidin, Sunarko. "Pendidikan Ideologi Pancasila Bagi Pemuda Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Kepemudaan Jo Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan." FOCUS: Jurnal of Law 1, no. 1 (November 8, 2020): 38–49. http://dx.doi.org/10.47685/focus.v1i1.87.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis yang dimaksud dengan pendidikan ideologi Pancasila serta pemberdayaan pemuda yang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman ideologi Pancasial hasil pendidikan dalam pembangunan NKRI. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang juga sering disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Lokasi penelitian yang akan dilakukan yaitu bertempat di Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon dan Pemerintah Daerah Kota Cirebon.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu; Observasi (Observation), wawancara mendalam (In depth interview), dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ideologi Pancasila merupakan pelajaran yang memberikan pedoman kepada setiap insan untuk mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-maslah pembangunan bangsa dan Negara dalam perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara Republik Indonesia serta Pemberdayaan pemuda yang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman ideologi Pancasila hasil pendidikan di perguruan tinggi, tidak ada upaya dari pemerintah maupun pemerintah daerah untuk memberdayakannya, melainkan pemuda yang telah menempuh pendidikannya di perguruan tinggi dibiarkan mencari tempat pengabdiannya secara mandiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Setiyadi, Muhammad Wahyu, Anantawikrama Tungga Atmadja, and I. Wayan Suastra. "Strengthening The Profile of Pancasila Students in Philosophical Ki Hajar Dewantara." Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 9, no. 2 (May 13, 2024): 1084–93. http://dx.doi.org/10.29303/jipp.v9i2.2114.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is to determine the definition of strengthening the profile of pancasisla students in the perspective of the philosophy of Ki Hajar Dewantara. This type of research is quantitative research with the method used is literature review. The educational values of Ki Hajar Dewantara are contained in the profile of pancasila students in the independent curriculum. The concept of Ki Hajar Dewantara Education is liberating education. The meaning of freedom is that everyone has the right to choose anything according to their needs and abilities without coercion, and must respect each other's independence so that it is in accordance with the educational philosophy that was triggered. Pancasila Student Profile is a form of implementation of national education goals which refers to educational policies as guidelines for educators in shaping the character of Indonesian students who continue to be maintained throughout their lives who are equipped with competence, character and behave in accordance with the values of Pancasila in the independent curriculum. There are 6 profiles of Pancasila students, namely faith, global diversity, cooperation, independence, critical and creative thinking.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Adibah, Yusriyyah, and Panca Dewi Purwati. "Reaktualisasi Pancasila: Penerapan Media Pancasila Virtual Exhibitions." Linear : Jurnal Ilmu Pendidikan 8, no. 1 (March 30, 2024): 20–32. http://dx.doi.org/10.53090/jlinear.v8i1.626.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan guru terhadap penggunaan media Pancasila Virtual Exhibitions dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas IV SDN Tambakaji 01 dalam penerapan media Pancasila Virtual Exhibitions. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan teknik tes. Media Pancasila Virtual Exhibitions merupakan inovasi media pembelajaran berbasis digital melalui website kunstmatrix tools. Hasil dari penelitian ini adalah pentingnya inovasi media Pancasila Virtual Exhibitions, materi mengenal simbol dan sila Pancasila dalam lambang nasional Garuda Pancasila karena siswa dapat mereaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa kelas IA SDN Tambakaji 01 pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila, materi mengenal simbol dan sila Pancasila dalam lambang nasional Garuda Pancasila dari 76,67 menjadi 90 dan terjadi peningkatan siswa di atas KKTP dari 66,67% menjadi 95,83% pasca penggunaan media Pancasila Virtual Exhibitions.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Kahfi, Ashabul. "IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KARAKTER SISWA DI SEKOLAH." Dirasah: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar Islam 5, no. 2 (September 1, 2022): 138–51. http://dx.doi.org/10.51476/dirasah.v5i2.402.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan program profil pelajar Pancasila yang ada di kurikulum merdeka, juga ingin mengetahui apakah berdampak terhadap pembentukan karakter siswa di sekolah. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan dimana dalam mengumpulkan informasi data dengan teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang relevan dari berbagai macam yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, berita. Penelitian ini menemukan bahwa Implementasi dalam penerapan Profil Pelajar Pancasila kurang optimal sebab terdapat bermacam hambatan yang menimbulkan minimnya sesuatu uraian yang di informasikan oleh pendidik, antara lain terbatasnya waktu yang di informasikan oleh pendidik, terbatasnya waktu Aktivitas Belajar Mengajar, substansi pelajaran yang sedikit, terbatasnya Ilmu Teknologi yang dicoba oleh pendidik, atensi pelajar yang sangat kurang terhadap mata pelajaran serta sebagainya. Juga terdapat implikasi terhadap pembuatan Karakter atau ketahanan individu partisipan didik ataupun siswa. Profil Pelajar Pancasila mempunyai tujuan utama ialah terjaganya nilai luhur serta moral bangsa, kesiapan buat jadi masyarakat dunia, perwujudan keadilan sosial, dan tercapaianya kompetensi Abad 21. Di jiwa serta sikap tiap hari di dalam komunitas ataupun profesi, kita wajib mempunyai profil pelajar Pancasila. Pelajar yang diartikan di sini merupakan SDM unggul yang ialah pelajar selama hayat yang mempunyai kompetensi global serta berperilaku cocok nilai- nilai Pancasila. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi profil pelajar Pancasila di sekolah masih kurang optimal dan implikasinya terhadap pembentukan karakter siswa sangat kuat. Sehingga apabila profil pelajar pancaila ini dioptimalkan dalam pelaksanaannya disekolah, maka akan terbentuklah karakter siswa yang pancasilais. Kata Kunci: Profil Pelajar Pancasila, Karakter Siswa
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Nurhadi, Nurhadi. "Ideologi Konstitusi Piagam Madinah dan Relevansinya dengan Ideologi Pancasila." Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum dan Konstitusi 2, no. 1 (June 30, 2019): 107–29. http://dx.doi.org/10.24090/volksgeist.v2i1.1778.

Full text
Abstract:
The Medina Charter as the first constitutional document in Islam, has relationship with Pancasila in the Jakarta Charter as religious ideology. It shows that the Medina Charter has relevance to the philosophical values of Pancasila as the ideology of the Indonesia. This paper presents the relationship between the Medina Charter abbd Pancasia from normative and philosophical point of view in order to prove that the Constitution's Ideology of the Medina Charter is very relevant to the Jakarta Charter with the Philosophical values of Pancasila. The first principle (or Sila) of Pancasila Belief in one supreme being is in line with article in the Medina Charter about monotheism and aqedah. The second Sila of Pncasila Just and Civilized Humanitarism is in relation with the Articles about Human Rights in the Medina Charter. The third Sila of Pancasila about the comitment to the unity of Indonesia is also stated in Articles of Medina Charter about unity and brotherhood. The forth principle about the idea of people led or governed by wise politics in line with the Articles about deliberation and agreement. The last principle about the commitment to Social Justice for All Indonesian People is similar with the law of human rights in the Medina Charter.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Azizah, Silsi Nur, Siti Fatimah, Dinie Anggraeni Dewi, and Yayang Furi Furnamasari. "Pengimplementasian Nilai-Nilai Pancasila pada Anak Sekolah Dasar dengan Berlandaskan Metode Contextual Teaching Learning." EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 3, no. 6 (October 19, 2021): 4802–9. http://dx.doi.org/10.31004/edukatif.v3i6.1547.

Full text
Abstract:
Nilai – nilai yang terkandung pada pancasil merupakan nilai fondasi serta nilai yang dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, maka dari itu pengimplelemtasian nilai Pancasila harus dimulai ketika anak masih usia dini. Sehingga kelak nilai-nilai Pancasila tersebut dapat mendarah daging pada diri anak. Penanaman nilai pancasila pada anak dapat dilakukan melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Agar memaksimalkan tujuan pembelajaran pendidik harus memilih dan menentukan metode serta strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian pembelajaran ini didukung oleh metode Contextual Teaching and Learning, Metode tersebut merupakan metode pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat menghubungkan konsep pengetahuan yang telah diperoleh dengan kehidupan nyatanya. Penelitian ini peneliti menggunakan metode studi literature terhadap beberapa konsep yang berkaitan dengan penelitian ini, serta dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana setelah menelusuri berbagai sumber peneliti menyimpulkan dalam urairan makna yang dapat dipahami. Dalam mengimplementasi nilai-nilai Pancasila ini tentu tidak selamanya berjalan sesuai rencana, namun terdapat tantangan-tantangan yang menghambat dikarenakan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin berkembang. Namun dengan adanya tantangan tersebut sebagai pendidik harus lebih memutar otak agar dapat mengatasi berbagai tantangan yang menghambat dalam pengimplementasian tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Hanum, Fathikah Fauziah. "Pancasila sebagai paradigma pembangunan industri 4.0." HUMANIKA 19, no. 1 (February 12, 2020): 30–42. http://dx.doi.org/10.21831/hum.v19i1.30157.

Full text
Abstract:
This article aims to find out the concept of Pancasila in the industrial revolution 4.0 byexamining Pancasila as a development paradigm. The development includes economic,education and science and technology development. The Industrial Revolution is tobecome a vision in various lives, especially focusing on economic growth. Thegovernment is focused on improving the economy, education is also designed to be ableto make human resources that can be competitive in the industrial sector. The problem isthat the orientation of development which is more focused on facing industrialdevelopment causes the goal of forming the national personality to be reduced. This wasfollowed by a weakening of national character. The development will not be great if it is notbased on values manifested in the morality of the nation, so that reorientation ofdevelopment is needed which refers to the Pancasila State philosophy, because Pancasilais basically a paradigm in development. The role of Pancasila is to provide some ethicalprinciples to economic development, education and science, and technology.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography