Journal articles on the topic 'Padangpanjang (Indonesia)'

To see the other types of publications on this topic, follow the link: Padangpanjang (Indonesia).

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 49 journal articles for your research on the topic 'Padangpanjang (Indonesia).'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Andriawan, Randi, Aryoni Ananta, and Olvyandra Ariesta. "PERANCANGAN KOMIK KARAKTER DOSEN DKV ISI PADANGPANJANG SEBAGAI MEDIA INFORMASI UNTUK MAHASISWA." VCoDe : Visual Communication Design Journal 2, no. 2 (June 30, 2023): 168. http://dx.doi.org/10.26887/vcode.v2i2.3683.

Full text
Abstract:
ABSTRAKInstitut Seni Indonesia Padangpanjang adalah perguruan tinggi negeri dengan konsentrasi pada bidang seni dan keterampilan yang dibagi menjadi dua fakultas, yaitu Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain. Desain Komunikasi Visual adalah salah satu prodi di ISI Padangpanjang yang cukup populer dan menerima banyak mahasiswa baru setiap tahunnya. Namun kebanyakan mahasiswa baru belum mengenal dosen-dosennya. maka dari itu dibuatlah sebuah media informasi berupa komik yang berisi pengenalan dosen-dosen DKV ISI Padangpanjang. Dalam perancangan komik, pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan dosen-dosen DKV ISI Padangpanjang. Perancangan komik menggunakan metode analisis data AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) untuk menentukan konsep perancangan. Hasil karya sendiri berbentuk buku komik yang berisi informasi dosen-dosen DKV ISI Padangpanjang. Komik dibuat dengan format digital agar mudah dibagikan kepada mahasiswa baru. Selain itu juga terdapat media-media pendukung seperti x-banner, poster, sosial media, dan merchandise seperti gantungan kunci dan baju kaos.ABSTRACTInstitut Seni Indonesia Padangpanjang a state university with a concentration in the arts and skills which is divided into two faculties, namely the Faculty of Performing Arts and the Faculty of Fine Arts and Design. Visual Communication Design is one of the study programs at ISI Padang Panjang which is quite popular and accepts many new students every year. But most of the new students don’t know the lecturers. therefore an information media in the form of a comic was made which contained an introduction to DKV ISI Padangpanjang lecturers. In designing comics, data collection was carried out through observation and interviews with DKV ISI Padangpanjang lecturers. Comic design uses the AIDA data analysis method (Attention, Interest, Desire, Action) to determine the design concept. The work itself is in the form of a comic book which contains information on DKV ISI Padangpanjang lecturers. Comics are made in digital format so that they can be easily distributed to new students. Apart from that, there are also supporting media such as x-banners, posters, social media, and merchandise such as key chains and t-shirts.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sumadi, Sumadi, Hendratno Hendratno, Alipuddin Alipuddin, Heru Nengrum, Asmidar Asmidar, and Eva Yanti. "Pelatihan Pembuatan Aquarium Mini kepada Siswa Siswi SMAN 2 Padangpanjang." Jurnal Abdidas 4, no. 6 (December 31, 2023): 574–80. http://dx.doi.org/10.31004/abdidas.v4i6.875.

Full text
Abstract:
Dalam konteks pendidikan masa kini, kreativitas dan pelestarian budaya menjadi aspek penting yang sering terabaikan. Di SMAN 2 Padangpanjang, terdapat kebutuhan untuk mengintegrasikan kegiatan seni yang dapat menumbuhkan kreativitas dan menjaga tradisi budaya lokal di tengah pengaruh budaya asing yang semakin dominan. Pelatihan karya seni kriya dengan materi membuat aquarium mini dilakukan sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan tersebut. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh staf pengajar Institut Seni Indonesia Padangpanjang, dengan tujuan memberikan keterampilan di bidang seni kriya serta motivasi untuk menumbuhkan kreativitas dan jiwa mandiri di kalangan siswa. Pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk melatih keterampilan teknis dalam pembuatan karya seni tetapi juga untuk memperkuat rasa keingintahuan, empati, dan tanggung jawab terhadap kelestarian budaya. Metodologi yang digunakan melibatkan penyuluhan tentang pentingnya seni dalam kehidupan sehari-hari serta praktek langsung, yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses kreatif. Hasil dari pelatihan ini adalah pembuatan prototipe aquarium mini yang tidak hanya berpotensi menjadi sumber pendapatan bagi siswa tetapi juga sebagai cendramata yang mendukung pariwisata lokal Padangpanjang. Prototipe ini mencerminkan sintesis antara estetika dan fungsi, menunjukkan bagaimana keterampilan artistik dapat diaplikasikan dalam konteks yang lebih luas. Simpulannya, pelatihan ini telah berhasil menanamkan keterampilan kriya dan kesadaran budaya, serta menginspirasi siswa untuk menghargai dan melestarikan tradisi lokal melalui inisiatif kreatif. Dengan demikian, pelatihan semacam ini perlu berkelanjutan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa dan mempersiapkan mereka menjadi pelaku aktif dalam memajukan serta mempertahankan kekayaan budaya Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Simanjuntak, Mardohar Batu Bornok, Andreas Doweng Bolo, and Asnita Sirait. "Mengangkat Pewacanaan Nasionalisme, Pancasila, dan Seni." SUBAKTYA: UNPAR COMMUNITY SERVICE JOURNAL 1, no. 1 (June 6, 2024): 9–19. http://dx.doi.org/10.26593/sucsj.v1i1.7928.9-19.

Full text
Abstract:
Pengabdian yang menyasar para seniman muda ini dimaksudkan untuk memperkuat landasan ideologis mereka dengan cara menanamkan Pancasila sebagai sebuah ideologi yang kokoh dalam bernegara. Penanaman ideologi ini dilakukan dengan tiga tema yang semuanya membentuk satu kesatuan: bagaimana prinsip Pancasila berperan dalam mengobati luka sejarah, bagaimana menerapkan gagasan besar Pancasila dalam kehidupan sehari-hari lewat aktivitas yang berdampak pada masyarakat luas, dan terakhir bagaimana Pancasila dapat kita pergunakan untuk menafsirkan ulang makna kepahlawanan. Ketiga tema tersebut diberikan lewat seminar daring (webinar) yang dilakukan dengan cara mengundang ketua-ketua komunitas seniman muda atau perwakilannya. Kegiatan yang berlangsung dari bulan September hingga November 2020 ini melibatkan lima orang pakar, tiga orang dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD-ITB), satu orang dari galeri seni WOT BATU, dan satu orang dari Institut Seni Indonesia Padangpanjang (ISI Padangpanjang). Dari pengabdian ini dapat disimpulkan bahwa para seniman yang aktif di dunia seni di Indonesia memiliki kepedulian yang mendalam tentang urgensi Pancasila dalam kaitannya dengan rasa nasionalisme bangsa ini. Dengan kata lain, integrasi Pancasila bukan hanya sebuah kewajaran, melainkan sebuah keharusan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Yusti, Irwan. "SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SURAT BERBASIS PHP DAN MYSQL DI INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG." Jurnal Sains dan Teknologi: Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknologi Industri 16, no. 1 (June 22, 2016): 41. http://dx.doi.org/10.36275/stsp.v16i1.53.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Hendra, Hendra, and Dika Agustin. "EKSISTENSI TENUN SONGKET HALABAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 1 (June 30, 2022): 202. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.28908.

Full text
Abstract:
This study aims to determine the products produced by Halaban Puti Sariau songket weaving, the structure of the motifs, and the development of the placement of songket weaving motifs found in Halaban Puti Sariau songket weaving. This study uses a qualitative research method with a theoretical approach to form, structure, and development. Data was collected through literature study, observation, interviews, and documentation.The products that have been produced by Halaban Puti Sariau songket weaving are songket, scarves, songket bags, songket clothes, women's songket woven clothes, and woven scarves with a combination of embroidery and embroidery. The structure of the applied motifs is arranged vertically and horizontally, the typical songket woven from Halaban is metallic songket weaving. So that is what makes the difference between Halaban songket weaving and songket weaving from other regions. The development of the placement of motifs lies in the use of old motifs that apply several motifs in one songket woven cloth, then develop using only one kind of motif in the middle of the cloth.Keywords: songket weaving, structure, development.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk yang dihasilkan tenun songket Halaban Puti Sariau, struktur motif, serta perkembangan penempatan motif tenun songket yang terdapat di tenun songket Halaban Puti Sariau. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori bentuk, struktur, dan perkembangan. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Produk yang telah diproduksi tenun songket Halaban Puti Sariau berupa songket, selendang, tas songket, bahan baju songket, baju tenun songket wanita, dan selendang tenun dengan kombinasi sulam dan bordir. Struktur motif yang diterapkan tersusun secara vertikal dan horizontal, tenunan songket khas dari Halaban yaitu tenun songket metalik. Maka itulah yang menjadi pembeda antara tenun songket Halaban dengan tenun songket dari daerah lainnya, Perkembangan dari penempatan motif terletak pada penggunaan motif lama yang menerapkan beberapa motif dalam satu buah kain tenun songket, lalu berkembang dengan menggunakan satu macam motif saja pada bagian tengah kain. Kata Kunci: tenun songket, struktur, perkembangan. Authors:Hendra : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDika Agustin : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Garang, Dt., Dkk. (2019). Tenun Songket Sumatra Barat. Bekasi: CV. Sarana cipta Kreasi.Halimah, Siti. (2003). Tenun Siak Rahma di Kampung Rempak Kecamatan Siak Indrapura Kabupaten Siak Propinsi Riau (Skripsi). Padangpanjang: Jurusan Kriya STSI Padangpanjang.Hospers, Jhon. (2018). Fisafat Seni The Philosophy of Art (Sebuah Pengantar Metodologi). Yogyakarta: Thafa Media.Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma. Kartika, Dharsono Sony. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains._______.(2017). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.Kartiwa, Suwati. (1989). Kain Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan.Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakary.Malik, Abdul., dkk. (2004). Corak dan Ragi Tenun Melayu Riau. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.Rahmanita, Nofi. (2010). Tenun Songket. Padangpanjang: Institut Seni Indonesia Padangpanjang.Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Yelvi, Wulan Maesa, Yusfil Yusfil, and Ninon Syofia. "STUDI KASUS MANAJEMEN ORGANISASI SENI PERTUNJUKAN PADA PROGRAM STUDI SENI TARI ISI PADANGPANJANG." Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan 8, no. 2 (September 1, 2022): 156. http://dx.doi.org/10.26887/lg.v8i2.3112.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tulisan ini merupakan hasil penulisan yang membahas tentang studi kasus manajemen organisasi seni pertunjukan tahun 2018-2021 pada Program Studi Seni Tari Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Pelaksanaan manajemen pertunjukan di Program Studi Seni Tari tidak sesuai dengan ilmu manajemen, sebagaimana teori yang dikemukakan oleh George R. Terry (1960) yaitu fungsi dasar menajemen sebagai proses dinamis yang meliputi fungsi-fungsi manajemen : 1) perencanaan (planning), 2) pengorganisasian (organizing), 3) penggerakan (actuating), 4) pengawasan atau evaluasi (controlling). Hal ini terjadi karena tidak adanya kerjasama antara Program Studi Seni Tari dengan Himpunan Mahasiswa jurusan (HMJ) Seni Tari, sehingga pada tata cara pengelolaan pertunjukan tari baik itu sifatnya pribadi dan untuk kegiatan kampus tidak berjalan secara sistematis, seringkali bersifat subjektiv. Di sisi lain terdapat kekurangan mengenai fasilitas untuk menunjang aktivitas mahasiswa dalam melakukan matakuliah praktek. ABSTRACK This paper is the result of research that discusses case studies of performing arts organization management in 2018-2021 at the Dance Study Program of the Indonesian Institute of the Arts Padangpanjang. The implementation of performance management in the Dance Study Program is not in accordance with management science, as proposed by George R. Terry (1960) namely the basic function of management as a dynamic process which includes management functions: 1) planning, 2) organizing (organizing), 3) actuating, 4) monitoring or evaluation (controlling). This happened because there was no collaboration between the Dance Study Program and the Dance Department Student Association (HMJ), so that the procedures for managing dance performances, both personal and for campus activities, did not run systematically, often being subjective. On the other hand, there is a lack of facilities to support student activities in conducting practical courses.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Ferawati, Ferawati, Desi Trisnawati, Riswel Zam, and Hendra Hendra. "Edukasi Melalui Workshop Pembuatan Kain Ikat Celup bagi Siswa MAN 3 Padangpanjang." Jurnal Abdidas 4, no. 3 (June 5, 2023): 238–49. http://dx.doi.org/10.31004/abdidas.v4i3.798.

Full text
Abstract:
Kain ikat celup atau jumputan merupakan karya seni sebagai hasil kreatifitas sederhana dalam membentuk corak dan motif hias pada bidang kain akibat perintang dalam proses pewarnaan. Motif-motif dibentuk dengan jahitan atau ikatan tali maupun benang pada kain dengan pola-pola yang diinginkan. Sebagai salah satu hasil kerajinan tradisi masyarakat Indonesia, ikat celup dibuat sebagai bahan untuk diolah menjadi benda-benda fungsi maupun benda hias dengan keindahan visual yang memiliki konsep artistik dengan kandungan makna kreatifitas penggarapnya. Pewarnaan ikat celup menggunakan teknik dan medium yang sama dengan pembuatan kerajinan batik, berupa bahan pewarna sintetis maupun pewarna yang berasal dari alam. Di tengah trend dan perkembangan teknik pembuatan dan pewarnaan pada kain seperti batik dan ecoprint membuat eksistensi kain ikat celup bisa hilang. Dalam upaya melestarikan dan mengenalkan aset budaya ini, ikat celup dikenalkan melalui peserta didik, salah satunya dimasukkan sebagai materi dalam mata pelajaran keterampilan serta dijadikan program dalam kegiatan pengembangan diri siswa. Guna mendukung program tersebut dilakukan edukasi dan pelatihan pembuatan kain ikat celup bagi siswa Sekolah Menengah Atas yaitu MAN 3 Padangpanjang melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Dalam semua tahapan siswa dapat melakukan dan merasakan proses yang menarik dalam menghasilkan produk, mulai dari desain sampai pada tahap pewarnaan. Melalui kegiatan ini diharapkan tujuan pemerintah dapat terealisasi dan materi kurikulum dapat tercapai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Linda, Nofi, Ahmad Akmal, and Yuniarti Munaf. "KREASI KULUK KERINCI DARI ANYAMAN PANDAN." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (December 9, 2021): 356. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.27454.

Full text
Abstract:
The creation of a craft art entitled Kreasi Kuluk Kerinci dari Anyaman Pandan aims to reintroduce the philosophical meaning contained in the Kerinci female kuluk. The method of creating this kuluk craft work includes methods of observation, interviews, and documentation. The theories used are form theory, function theory, color theory, symbol theory and creation theory. The creation of this craft art resulted in the creation of a kuluk made of pandanus woven with thorns and combined with velvet fabric. The accessories are dominated by gold, which symbolizes the privileges of Kerinci women in the household. This Kerinci kuluk creation is a representation of Kerinci women as key holders, namely the umouh (house) key, room key, cubicle key (granary), temple key (cupboard), chest key, kitchen key and heart key.Keywords: kuluk, pandan weaving, kerinci woman. AbstrakPenciptaan karya seni kriya yang berjudul Kreasi Kuluk Kerinci dari Anyaman Pandan bertujuan untuk memperkenalkan kembali makna filosofis yang terkandung di dalam kuluk perempuan Kerinci. Metode penciptaan karya kriya kuluk ini meliputi metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah teori bentuk, teori fungsi, teori warna, teori simbol dan teori kreasi. Penciptaan karya seni kriya ini menghasilkan kreasi kuluk yang terbuat dari pandan yang dianyam berduri dan dipadukan dengan bahan kain bludru. Untuk aksesorisnya didominasi warna emas yang menyimbolkan keistimewaan perempuan Kerinci di dalam rumah tangga. Kreasi kuluk Kerinci ini merupakan representasi perempuan Kerinci sebagai pemegang kunci, yaitu kunci umouh (rumah), kunci kamar, kunci bilik (lumbung padi), kunci pura (lemari), kunci peti, kunci dapur dan kunci hati. Kata Kunci: kuluk, anyaman pandan, perempuan kerinci. Authors:Nofi Linda : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAhmad Akmal : Institut Seni Indonesia PadangpanjangYuniarti Munaf : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Akmal, Ahmad. (2013). Ekspresi Bentuk Simbolik Seni Ritual MAKAN BAJAMBA. Padangpanjang: Institut Seni Indonesia Padangpanjang.Djelantik, A.A.M. (2004). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.Kartika. Dharsono Sony. (2017). Seni Rupa Modern. Edisi Revisi. Bandung: Rekayasa Sains.Linda, Nofi. (2021). “Kuluk Kerinci”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 14 Juli 2021.Nazaruddin. (2020). “Kuluk Kerinci”. Hasil Wawancara Pribadi: 15 November 2020.Seragih, Y. G., & Azis, A. C. K. (2021). Tinjauan Hasil Gambar Ilustrasi Kartun dengan Objek Binatang. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 23(2), 302-318.Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.Sobur, Alek. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Arnailis, Arnailis, Nurmalena Nurmalena, Awerman Awerman, Murniati Murniati, Firdaus Firdaus, and Hasnah Hasnah. "How Effective Is Blended Learning for Short Courses In Language and Art for International Students?" Aksara 35, no. 1 (June 30, 2023): 151. http://dx.doi.org/10.29255/aksara.v35i1.1244.151--161.

Full text
Abstract:
The objective of this study is to investigate the progress and ability of English for international students who are less fluent when they learn English to make it easier to understand art learning materials that are compatible with media understanding during face-to-face or online learning. This research was conducted on international students of the Indonesian Institute of Arts Padangpanjang during the pandemic. Data collection is carried out using distribution methods using listening techniques and analysis of results with average calculations. The findings of this study show that international students with lower levels of English proficiency who receive instruction through online learning platforms show better learning outcomes than their peers who receive instruction through offline means. This conclusion is reached through hypothesis testing. The use of online learning media for teaching groups of students who have open interpersonal communication, results in better English learning outcomes for that group of students than the use of offline learning media for the same group of students.AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemajuan dan kemampuan bahasa Inggris bagi siswa internasional yang kurang lancar ketika mereka belajar bahasa Inggris agar lebih mudah memahami materi pembelajaran seni yang sesuai dengan pemahaman media selama pembelajaran tatap muka atau online.. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa internasional Institut Seni Indonesia Padangpanjang di masa pandemi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode distribusi dengan menggunakan teknik menyimak dan analsis hasil dengan perhitungan rata-rata. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa siswa internasional dengan tingkat kecakapan bahasa Inggris yang lebih rendah yang menerima pengajaran melalui platform pembelajaran online menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan rekan mereka yang menerima pengajaran melalui cara offline. Kesimpulan ini dicapai melalui pengujian hipotesis. Penggunaan media pembelajaran online untuk pengajaran kelompok siswa yang memiliki komunikasi interpersonal terbuka, menghasilkan hasil belajar bahasa Inggris yang lebih baik untuk kelompok siswa tersebut daripada penggunaan media pembelajaran offline untuk kelompok siswa yang sama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Oktaviani, Saktia, and Yudhi Andoni. "Recontextualizing Modernity: A Case Study of The Kaum Adat in Padangpanjang Through the Boedi-Tjaniago (1920s)." Jurnal Ceteris Paribus 3, no. 1 (March 31, 2024): 53–63. http://dx.doi.org/10.25077/jcp.v3i1.32.

Full text
Abstract:
This study examines the representation of progressive and modern ideas in Minangkabau during the early 1900s through an analysis of Boedi Tjaniago newspaper. The historical research method was employed, utilizing heuristic, criticism, interpretation, and historiography stages, with the primary data source being the Boedi Tjaniago newspaper from the National Archives of the Republic of Indonesia. The research findings indicate that Boedi Tjaniago served as a platform for the dissemination of modern ideas, including the modernization of education, gender equality, economic progress, Islamic modernization, and nationalism. Boedi Tjaniago was a significant media outlet that not only spread the message of progress but also contributed to building the identity and unity of the Minangkabau people. Keywords: Boedi Tjaniago, modernization, Minangkabau, education, gender equality, economic progress, Islamic modernization, nationalism.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Prastawa, Wisnu, Febri Yulika, and Taufik Akbar. "Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desain Produk Kerajinan Gerabah Galogandang Kabupaten Tanah Datar." Jurnal Abdidas 1, no. 5 (September 25, 2020): 385–93. http://dx.doi.org/10.31004/abdidas.v1i5.86.

Full text
Abstract:
Galogandang merupakan sebuah desa di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Hampir sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan pengrajin gerabah. Jenis gerabah yang diproduksi terdiri dari periuk, vas dan celengan. Keberadaan kerajinan gerabah di Galogandang dikarenakan potensi tanah liat yang ada di daerah tersebut serta keterampilan masyarakat setempat. Meskipun begitu, desain produk gerabah yang dihasilkan sangat monoton dan sederhana. Guna mewujudkan pengembangan desain dan peningkatan kualitas gerabah Jorong Galogandang tersebut, salah satu usahan yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan pengabdian masyarakat berbasis Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa seni Institut Seni Indonesia Padangpanjang dengan cara pelatihan keterampilan dalam bidang seni dan desain gerabah kepada masyarakat pengrajin setempat. Selain bermanfaat bagi pengrajin gerabah lokal, program KKN ini juga membantu mahasiswa mampu bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat umum untuk mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang diperoleh di perguruan tinggi kepada masyarakat luas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Hasmita, Suci, Hardi Hardi, and Ernida Kadir. "MEMBANGUN HARMONISASI EDUKASI MELALUI PEMBELAJARAN TARI JAWA, BALI DAN SUNDA." Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan 8, no. 2 (October 12, 2022): 177. http://dx.doi.org/10.26887/lg.v8i2.3121.

Full text
Abstract:
Tulisan ini membahas tantangan dan upaya membangun harmonisasi melalui edukasi dan apresiasi tari Jawa, Bali dan Sunda di Program Studi Seni Tari Institut Seni Indonesia Padangpanjang. Penulis menggunakan metode penelitian kulitatif deskriptif analisis. Dilandasi dengan teori kreativitas dan strategi pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik yaitu mampu membuat suatu strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif di dalamnya agar target yang ingin di capai dapat maksimal. Berkaitan hal tersebut hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dari itu evaluasi dan kontroling sangat dibutuhkan antara dosen dengan mahasiswa. Keberhasilan proses pembelajaran tari Jawa, Bali dan Sunda yaitu dengan metode yag sesuai dengan mahasiswa yang mayoritas budaya Melayu. Tujuan penelitian ini gunanya untuk mengetahui kendala dalam proses pembelajaran tari Jawa, Bali dan Sunda yang dibuktikan dari hasil belajar mahasiswa. Kata kunci: strategi pembelajaran; harmonisasi; inovatif
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Gumilang, Rizqa, Sri Setiawati, and Syahrizal Syahrizal. "KEBERTAHANAN MUSIK ORKES MINANG KINI: KAJIAN ANTROPOLOGI MUSIK PADA MUSIK ORKES TAMAN BUNGA." Jurnal Budaya Etnika 7, no. 2 (December 19, 2023): 109. http://dx.doi.org/10.26742/jbe.v7i2.2874.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tulisan ini menggambarkan kelangsungan hidup musik Orkestra Minang saat ini, khususnya Kelompok Musik Orkestra Taman Bunga di kota Padangpanjang, Provinsi Sumatera Barat. Di tengah gempuran industri musik yang berorientasi pasar. Menggunakan premis Kontra Hegemoni Gramsci, bagaimana kelompok ini bertahan dengan ideologi musik mereka. Penelitian ini bertumpu pada pendekatan kualitatif deskriptif. Analisis dalam perspektif Antropologi Musik menjelaskan secara mendalam dan holistik kelangsungan hidup kelompok musik ini. Counter Hegemony sebagai alat analisis dalam melihat apa yang memotivasi kelompok ini untuk memilih genre musik orkestra Minang dan kelangsungan hidup kelompok ini dalam menghadapi industri musik saat ini. Temuan menunjukkan bahwa perjuangan ideologis antara ideologi kelompok ini dan ideologi pasar semakin kuat, menunjukkan adanya kekuatan hegemonik di pasar industri musik di Indonesia. Kegigihan dalam ideologi musik mereka mampu bertahan dengan tidak mengganggu atau mengubah bentuk musik mereka. Prinsip kekeluargaan adalah modal utama bagi kelangsungan hidup kelompok musik ini. Kata kunci: Musik Orkestra Minang, Survival, Antropologi Musik, Kontra Hegemoni ABSTRACT This paper describes the survival of the Minang Orchestra music today, specifically the Taman Bunga Orchestra Music Group in the city of Padangpanjang, West Sumatra Province. In the midst of the onslaught of market-oriented music industry. Using the premise of Gramsci's Counter Hegemony, how this group survives with their musical ideology. The research relies on a descriptive qualitative approach. The analysis in the perspective of Music Anthropology explains deeply and holistically the survival of this musical group. Counter Hegemony as an analytical tool in seeing what motivates this group to choose the genre of Minang orchestra music and the survival of this group in facing the current music industry. The findings show that the ideological struggle between this group's ideology and the market ideology is getting stronger, indicating the presence of hegemonic power in the music industry market in Indonesia. Persistence in their musical ideology is able to survive by not disrupting or changing the shape of their music. The principle of kinship is the main capital for the survival of this musical group. Keywords: Minang Orchestra Music, Survival, Musical Anthropology, Counter Hegemony
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Varianda, Mentari, Sahrul Nazar, and Roza Muliati. "TARI BALEGA DI TANAH MANANG KARYA SUSAS RITA LORAVIANTI DALAM KAJIAN DRAMATURGI TARI." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (December 21, 2021): 377. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.27465.

Full text
Abstract:
Balega di Tanah Manang is an attempt to express the situation and condition of Minangkabau society in a matrilineal setting. This study discusses the practice of dance dramaturgy in the creation of Balega di Tanah Manang by Susas Rita Loravianti. The work of creation through the birth of dramaturgical forms and concepts seen in dramaturgical practice. The pattern of work in the creation process through the views of the choreographer and dramaturg in their work. The practice of dialogue between the choreographer and dramaturg is carried out. The research method uses a dramaturgical approach, which is an approach that focuses on the circle of work patterns carried out in the creative process of dance creation and production by dramaturg and a choreographic approach in seeing the form of the work by the choreographer.Keywords: balega di tanah manang, dramaturgy.AbstrakTari Balega di Tanah Manang merupakan upaya mengekspresikan situasi dan kondisi masyarakat Minangkabau dalam tatanan matrilinial Penelitian ini membahas praktik dramaturgi tari dalam penciptaan Balega di Tanah Manang karya Susas Rita Loravianti. Kerja penciptaan melalui pelahiran bentuk dan konsep dramaturgi yang dilihat dalam praktik dramaturgi. Pola kerja dalam proses penciptaan melalui pandangan koreografer dan dramaturg dalam tugasnya. Adanya praktik dialog antara koreografer dan dramaturg yang dilakukan. Metode penelitian menggunakan pendekatan dramaturgi, yaitu pendekatan yang terpusat pada lingkaran pola kerja yang dilakukan dalam proses kreatif penciptaan dan produksi tari oleh dramaturg dan pendekatan koreografi dalam melihat bentuk karya oleh koreografi. Kata Kunci: balega di tanah manang, dramaturgi. Authors: Mentari Varianda : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSahrul Nazar : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRoza Muliati : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Denzi, Norman K Dan Yvonna S. Lincoln (Eds). (2009). Handbook Of Qualitative Research. Terj. Dariyatno Dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Hansen, Pil Dan Darcey Callison. (2015). Dance Dramaturgy: Modes Of Agency, Awareness And Engagement. United Kingdom: Palgrave Macmillan.Loravianti, Susas Rita. (2003). Karya Tari Perempuan Dalam Kaba. Laporan Karya. Padangpanjang : Isi Padangpanjang.Loravianti, Susas Rita. (2014). Tari Garak Nagari Perempuan. Laporan Karya. Surakarta: Isi Surakarta.Loravianti. (2020). “Dramaturgi”. Hasil Wawancara Pribadi: 23 Oktober 2020, Guguak Malintang.Luckhurts, Mary. (2005). Dramaturgy: A Revolution In Theatre. New York: Cambrige University Press.Mulyadi Seto, Dkk. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Dan Mixed Method. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.Murgiyanto, Sal. (2016). Kritik Pertunjukan dan Pengalaman Keindahan. Jakarta: Penerbit Pascasarjana–Ikj (Institut Kesenian Jakarta).Raihan. (2018). “Gerak Dinamika”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 09 Juli 2018, Studio Tari ISI Padangpanjang.Simatupang, Lono. (2013). Pergelaran : Sebuah Mozaik Penelitian Seni – Budaya. Yogyakarta : Jalasutra.Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabet.Wulan, Sari Renee. (2019). Dramaturgi : Sesuatu Yang Dekat. https://gelaran.id/dramaturgi-tari-sesuatu-yang-dekat (diakses 30 Desember 2019).Yudiaryani, dkk. .(2017). Karya Cipta Seni Pertunjukan. Yogyakarta: JB Puplisher Bekerjasama Dengan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Rasmida, Rasmida, Sahrul N, and Siti Pratiwi Agmaulida Fatrion. "SA PANGAMBE SA PANAILI “SEBUAH KARYA TARI TERINSPIRASI DARI RITUAL MARPANGIR DI KABUPATEN MANDAILING NATAL”." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (December 7, 2021): 344. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.30064.

Full text
Abstract:
People of Mandailing Natal have a tradition called Marpangir which was done by the ancestors in the ancient time. It is an activity of self-cleaning as a form of welcoming the holy month of Ramadhan. This tradition has several values such as cultural, ethical, religious and social values. Along with the world's development, this ritual has had changes in terms of the way it is done and the ingredients used. Concerns have been raised by researchers regarding the differences of values that appear among the young generations nowadays, which then leads to individualist personnels. These phenomena are interpreted and expressed through publications related. Looking back on the old days, young generations in Mandailing Natal had a strong sense of togetherness and created a saying "Sa Pangambe Sa Panaili". This work of art applies the dramatic type and focuses on the changes of values of Marpangir ritual. The stepping stones are movements of Tor-tor that is available in Mandailing Natal in which they are chosen and developed to suit the message and meaning meant to be delivered. The property used is Parompa Sadun the traditional cloth of Mandailing Natal.Keywords: marpangir, cultural, togetherness, concerns. AbstrakMasyarakat Kabupaten Mandailing Natal memiliki tradisi yang dilakukan nenek moyang pada zaman dahulu salah satunya ritual Marpangir. Marpangir artinya kegiatan membersihkan diri dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Kegiatan Marpangir ini memiliki nilai-nilai, seperti nilai budaya, nilai etika, nilai agama dan nilai sosial. Seiiring berkembangnya zaman ritual Marpangir ini sudah mulai berubah cara melakukan dan bahan yang digunakan. Hal ini menimbulkan keprihatinan pengkarya dalam melihat fenomena pergeseran nilai yang terjadi pada muda-mudi saat ini sehingga berpengaruh terhadap sikap dari muda-mudi yang individualisme. Fenomena ini diinterpretasikan dan diekspresikan melalui karya tentang keprihatinan pengkarya terhadap pergerseran nilai dari ritual Marpangir ini. Padahal dulu muda-mudi di Kabupaten Mandailing Natal memiliki sikap kebersamaan yang kuat sehingga hadir ungkapan “Sa Pangambe Sa Panaili”. Karya ini menggunakan tipe dramatik dan bertema keprihatinan terhadap pergeseran nilai dari ritual Marpangir. Pijakan gerak menggunakan gerak Tor-tor yang ada di Kabupaten Mandailing Natal dan memilih gerakan yang sesuai kemudian dikembangkan agar pesan dan maknanya tersampaikan. Properti yang digunakan yaitu Parompa Sadun (Kain khas Mandailing Natal).Kata Kunci: marpangir, budaya, kebersamaan, keprihatinan. Authors:Rasmida : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSahrul N : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSiti Pratiwi Agmaulida Fatrion : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Dharsono. (2016). Kreasi Artistik: Perjumpaan Tradisi Modern Dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Yogyakarta: Citra Sain.Efendi, Erwin. (2017). “Sa Pangambe Sa Panaili”. Hasil Wawancara Pribadi: 03 Oktober 2017, Mandailing Natal.Hadi, Y. Sumandiyo. (2003). Mencipta Lewat Tari.Yogyakarta: Manthil.Hasan, Alwi dkk. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi I. Jakarta: Balai Pustaka.Hidajat, Robby. (2008). Pengantar Teori Dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru. Malang: Jurusan Seni & Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.Muslim. (2017). “Sa Pangambe Sa Panaili”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Oktober 2017, Mandailing Natal.Murgiyanto, Sal. (1993). Ketika Cahaya Merah Memudar. Jakarta: CV Deviri Ganan.Sari, Lucky Pesona. (2020). Nelangsa. Padangpanjang: Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padangpanjang.Sugianto. (2021). “Pakaian dan Aksesoris”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 13 Maret 2021, Panyabungan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Hidayani, Isna, Sahrul N, and Dharminta Soeryana. "OPERA BATAK PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU KARYA LENA SIMANJUNTAK SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (October 19, 2021): 249. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.26436.

Full text
Abstract:
The purpose of the research is to reveal the meaning of sign in Woman at The Lakes Edge Batak Opera Performance. The study used descriptive analysis aproach by quantitative resesrach methode. The theoritical frameworks chosen to answer the research questions are the structural and texture coceptual frammework and the semilogical conceptual framework. Several conclusions resulted from the research are: The Woman at The Lakes Edge Opera Batak Performance has a moral massage that conveyed by the implied meaning of the sign created by Lena as the performance script writer and directure.Keywords: semiology, woman at the lakes edge. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna tanda dalam Pertunjukan Opera Batak Perempuan di Pinggir Danau, Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Analisis dengan metode penelitian kualitatif. Kerangka teoritis yang dipilih untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah kerangka konsep Semiologi. Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini yakni; Pertunjukan Opera Batak Perempuan di Pinggir Danau memiliki pesan moral yang disampaikan dengan makna yang tersirat pada tanda yang diciptakan oleh Lena selaku Penulis naskah sekaligus sutradara pertunjukan.Kata Kunci: semiologi, perempuan di pinggir danau. Authors:Isna Hidayani : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSahrul N : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDharminta Soeryana : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Barthes, Roland. (2010). Elements Of Semiolog. New York: Hill And Wang.Hidayani, Isna. (2019). “Opera Batak”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 28 Juli 2020, ISI Padangpanjang.Hidayani, Isna. (2020). “Opera Batak”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 29 Juli 2020, ISI Padangpanjang.Hutari, Fandy. (2009). Sandiwara Dan Perang.Yogyakarta: Ombak.Norman, K. Denzin, Yvonna S. Lincoln. (1994). Handbook Of Qualitative Research. London: Sage Publications Ltd.Simanjuntak, Lena. (2013). Opera Batak Perempuan Di Pinggir Danau Woman At Lake’s Edge Frauen Am Rande Des Sees Borua Nadi Duru Ni Tao. Yogyakarta: Katakita.Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Nursyirwan, Nursyirwan, Delfi Enida, and Alfalah Alfalah. "KEANEKARAGAMAN BUDAYA SEBAGAI JATI DIRI KOMUNITAS TUALANG SIAK TERHADAP PERTUNJUKAN MUSIK KOMPANG." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 1 (May 10, 2021): 107. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i1.24873.

Full text
Abstract:
Research on cultural diversity as the identity of Tualang people in playing kompang music, is the development of previous kompang music research. In finding the identity of tualang people must start things for themselves, certainly not easy in the discovery of that identity, as a characteristic of heterogeneous areas. The purpose of maintaining the existence of kompang music for the Tualang community as a binding solidarity of the community area. Data is collected through observation, field research, interviews, and documentation. Analyzed with qualitative descriptive techniques, interpretative analysis. Interviews were conducted by purposive sampling. The result of the study : the context of kompang music in Tualang community, namely at wedding celebrations, aqiqah, welcoming party for important guest, festival events and religious celebrations. Its exixtence is seen inthe development of kompang music area in Tualang area. The concept of kompang music is inseperable from the philosopihical background of various cultures, religions, and creativity of the community over the development of market taste. Creativity is not only the birth of music as an expression but is the result of the interaction of the players in it which gives bitrh to a variety of creativity in performance.Keywords: music, kompang, identity, multiculture.AbstrakPenelitian keanekaragaman budaya sebagai jati diri orang-orang Tualang dalam memainkan musik kompang, adalah pengembangan penelitian musik kompang sebelumnya. Dalam menemukan jati diri masyarakat Tualang harus memulai hal-hal untuk diri sendiri, tentu tidak mudah dalam penemuan jati diri itu, sebagai penciri khas daerah yang heterogen. Tujuan tetap mempertahankan keberadaan musik kompang bagi masyarakat Tualang sebagai pengikat solidaritas kedaerahan komunitas. Data dikumpulkan melalui observasi, penelitian lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif, analisis interpretatif. Wawancara dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian: konteks musik Kompang dalam masyarakat Tualang, yakni pada perayaan pernikahan, khitanan, aqikahan, penyambutan tamu penting, acara festival, perayaan agama. Eksistensinya terlihat pada perkembangan wilayah musik kompang di daerah Tualang. Konsep musik kompang tidak terlepas dari latar belakang filosofi bermacam budaya, agama, dan kreativitas masyarakat atas perkembangan selera pasar. Kreativitas tidak hanya pada pelahiran musik sebagai ekspresi akan tetapi merupakan hasil dari adanya interaksi pemain di dalamnya yang melahirkan variasi kreativitas dalam sebuah pertunjukan.Kata Kunci: musik, kompang, jati diri, multiculture.Authors:Nursyirwan : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDelfi Enida : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAlfalah : Institut Seni Indonesia PadangpanjangReferences:­Armes, Hengki. (2015). Interaksi Sosial Dalam Kesenian Kompang Di Masyarakat Dusun Delik Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Tesis tidak diterbitkan. Padangpanjang: Program Pascasarjana ISI Padangpanjang.Brannen, Julia. (2005). Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Samarinda: Pustaka Pelajar.Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Enida, Delfi. (2019). “Notasi Pukulan Kompang”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 7 Maret 2019, Kecamatan Tualang.Hadi, Y. Sumandiyo. (2012). Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.Hatley, Barbara. (2014). Seni Pertunjukan Kontemporer di Jawa Tengah: Memanggungkan Identitas, Membangun Komunitas dalam Seni Pertunjukan Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma.Hauser, Arnold. (1982). The Sosiology of Art. Terj. Kenneth J. Northcoot. Chicago and London: The University of Chicago Press.McHale, John. (1969). The Future of the Future. New York: George Braziller.Nettl, Bruno. (1964). Theory and Method in Ethnomusicology. London: The Free Press of Glencoe.Nursyirwan. (2019). “Bunyi Pukulan Kompang”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 7 Maret 2019, Kecamatan Tualang.Nursyirwan. (2000). Paradima Musikologis Musik Kompang Di Kelakap Tujuh Dumai Barat. Laporan penelitian tidak diterbitkan. Padangpanjang: STSI Padangpanjang.Sari, Fani Dila, Haria Nanda Pratama, Indra Setiawan. (2020). Identifikasi Umah Adat Pitu Ruang sebagai Produk Kebudayaan Gayo. Studi Kasus: Umah Reje Baluntara Di Aceh Tengah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 09(2), 451-454. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.22116.Simatupang, Lono. (2013). Pergelaran sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.Steijlen, Fridus. (2014). Pasar Malam Indo-Eropa: Identitas dan Pertunjukan Kebudayaan Di Belanda”, dalam Seni Pertunjukan Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma. Suwardi MS. (2014). Dari Melayu ke Indonenesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Whitehead, Alfred North. (1929). Process and Reality. New York: Free Press.Wolf. R, Eric. (1983). Petani suatu Tinjauan Antropologis. Terjemahan TIM Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Rajawali.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Laksono, Marten Agung, and Asril Asril. "TARI ASYEIK NITI MAHLIGAI DALAM KARYA RELIEF LOGAM." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 2 (December 21, 2022): 464. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i2.39069.

Full text
Abstract:
The primary steps of the asyeik niti mahligai ritual are where relief works are produced. Asyeik Niti Mahligai is performed on stage as a test by Bilian Saleh to reach the pinnacle of mysticism. The asyeik niti mahligai dance is being introduced to the public, especially the people of Kerinci, through the creation of this relief. Particularly important is the comprehension of the variations in the asyeik niti mahligai dance that is discussed in the work. The artist's version of the Asyeik Niti Mahligai dance captures the spirit of the dance that Bilian Saleh did during the traditional procession. The second is created so that it can serve as a resource for other artists, for example, in the production of art that requires the shape of regional customs. Exploration, design, and embodiment were the strategies employed in the creation of this piece. The engraving and pressing process is employed. This two-dimensional piece uses metal reliefs to depict the procession of Bilian Saleh during the asyeik niti mahligai ceremony. Using the right-to-left reading technique, the reliefs are back in two pieces. Asyeik niti mahligai's creator relief ritual serves as a means of conserving local culture and making it accessible to future generations through artistic creations.Keywords: dance, asyeik, niti, mahligai, relief. AbstrakPenciptaan karya relief logam bersumber dari tahapan inti dalam ritual asyeik niti mahligai. Tahapan inti tersebut ialah tari asyeik niti mahligai sebagai ujian yang ditempuh bilian saleh sebagai puncak tertingi ilmu kebatinan. Tujuan penciptaan karya relief ini adalah memperkenalkan kepada masyarakat khususnya masyarakat Kerinci tentang tari asyeik niti mahligai, terutama pemahaman tentang perbedaan tari asyeik niti mahligai yang diangkat dalam karya. Tari yang angkat oleh pengkarya yaitu esensi tari asyeik niti mahligai yang dilaksanakan oleh bilian saleh pada prosesi ritual. Kedua yang diciptakan agar dapat menjadi acuan seniman lainya khususnya pada penciptaan seni rupa yang mengambil bentuk dari tradisi lokal. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini ialah melalui tahapan eksplorasi, perancangan dan perwujudan. Teknik yang digunakan yaitu teknik ukir tatah dan tekan. Karya yang dihasilkan merupakan karya dua dimensi menguraikan prosesi pengangkatan bilian saleh dalam ritual asyeik niti mahligai dalam bentuk relief logam. Relief berjumlah dua karya dengan teknik membaca dari kanan ke kiri. Penciptaan relief ritual asyeik niti mahligai sebagai salah satu cara terhadap pelestarian budaya lokal agar dapat dikenal sampai generasi selanjutnya dalam bentuk karya seni rupa.Kata kunci: tari, asyeik, niti, mahligai, relief. Authors:Marten Agung Laksono : Institut Seni Indonesia Padangpanjang Asril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Beardsley, M. (1958). Aesthetics Problem In The Philosophy Of Criticism. United states Of America: Harcourt Brace & World.Damono, S. D. (2018). Alih Wahana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.Gustami, S. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Parisista.Helmiati, H., Misgiya, M., Atmojo, W. T., & Silaban, B. (2020). Eksperimen Pewarnaan Batik dengan Bahan Alami Buah Naga (Hylocereus Undatus). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 22-26.Daniati, N., Sastra, A. I., & Dharsono, D. (2018). Perempuan Kerinci sebagai Ide dalam Penciptaan Karya Seni Lukis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 129-133.Nopia, R., Akmal, A., & Munaf, Y. (2018). KuloukKerinci dalam Karya Mahkota Putai. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 123-128.Putra, Eva Bramanti. (2022), “Sejarah Prosesi Ritual Asyeik Niti Mahlagi”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Januari 2022, Kerinci.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Fenetri, Rest Melia, Dharsono Dharsono, and Ahmad Akmal. "KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PEREMPUAN MINANGKABAU SEBAGAI IDE PENCIPTAAN LUKISAN EKSPRESI SIMBOLIK." Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni 3, no. 1 (April 27, 2016): 15. http://dx.doi.org/10.26887/bcdk.v3i1.534.

Full text
Abstract:
ABSTRACT This study focuses on the concept of ideal woman according to Minangkabau philosophy. The criteria of the ideal woman can be found in proverbs containing implicit meaning related to ethical value namely the view about woman’s ideal morality. That interpretation can be comprehended from its function and purpose as a concept of moral and character education for Minangkabau young generation.The study toward the character education of Minangkabau woman based on the interpretation of meaning from the concept of Minangkabau ideal woman became the basis of fine art creative idea resulting on the icon of personal expression. This artwork was materialized into the painting of symbolic expression/abstraction by borrowing the traditional idiom “Tangkuluak (Tekuluk),” a kind of Bundo Kanduang’s formal outfit in the form of headgear as the traditional symbol Minangkabau custom.The creation of this symbolic expression painting aims at the preservation effort of Minangkabau aesthetics through the materialization of paintings that takes the specific theme, Bundo Kanduang as the ideal woman of Minangkabau people.This study used qualitative method presented in the form of descriptive analysis. The techniques of data collection conducted were interview and observation that had emic characteristic performed in the Centre of Minangkabau Cultural Information (in Indonesia, it’s called as PDIKM) in Padangpanjang and Adityawarman Museum in Padang, West Sumatra. While etic research was conducted with qualitative method namely studying the theoretical claim and interpreting the meaning of proverbs about the nobility of Bundo Kanduang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Hasibuan, Hamdan, Muhammad Roihan Daulay, and Mowafg Masuwd. "Philosophical Texts: Character Education for Minangkabau Women." Al-Ta lim Journal 29, no. 2 (July 30, 2022): 164–73. http://dx.doi.org/10.15548/jt.v29i2.733.

Full text
Abstract:
This study focuses on the concept of ideal women according to Minangkabau philosophy. The criteria of the ideal women can be found in proverbs containing implicit meaning related to ethical values, namely the view about women's ideal morality. The interpretation can be comprehended from its function and purposes as a concept of moral and character education for the Minangkabau young generation. The study toward the character education for Minangkabau women is based on the interpretation meaning from the concept of Minangkabau ideal women became the basis fine art creative idea resulting in the icon of personal expression. This artwork was materialized into the painting symbolic expression/abstraction by borrowing the traditional idiom "Tangkuluak (Tekuluk)" a kind of Bundo Kanduang's formal outfit in the form of headgear as the traditional symbol of Minangkabau custom. The creation of this symbolic expression painting aims to preserve Minangkabau aesthetics through the materialization of paintings that takes the specific theme, Bundo Kanduang as the ideal woman of Minangkabau people. This study used a qualitative method presented in the form of descriptive analysis. Data were collected through interviews and observation. They had emic characteristics performed in the Centre of Minangkabau Cultural Information (in Indonesia called PDIKM) in Padangpanjang and Adityawarman Museum in Padang, West Sumatra. Meanwhile, ethic research was conducted with qualitative method, namely studying the theoretical claim and interpreting the meaning of proverbs about the nobility of Bundo Kanduang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Intan, Intan Rizki, Ediwar Ediwar, Andar Indra Sastra, and Nursyirwan Nursyirwan. "EKSPRESI MUSIKAL DALAM PERTUNJUKAN RAPAI BUBEE DI MEE PANGWA TRIENGGADENG PIDIE JAYA PROVINSI ACEH." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 2 (December 30, 2023): 580. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i2.49103.

Full text
Abstract:
Rapai Bubée is traditional music typical of the people of Gampong Mee Pangwa, Trienggadeng District, Pidie Jaya Regency, Aceh Province. The form of the Rapai Bubée art performance is different from other Rapai performances. Rapai Bubée uses Bubée as a performance property and the Rapai musical instruments as a sound medium. This research uses several theories related to musical and aesthetic expression by Mondro, whose contents state that, there are three characteristics that become good (beautiful) qualities or build aesthetics from aesthetic objects in general, namely: 1 (one) unity (unity) : 2 (two) complexity : 3 (three) seriousness (intensity).The aim of this research is related to the problem raised, namely uncovering the problem of musical expression in the Rapai Bubée performance in Gampong Mee Pangwa, Trienggadeng District, Pidie Jaya Regency, Aceh Province. The method used in this research is qualitative method. Data collection techniques were carried out using observati techniques, interview techniques and documentation techniques.Keywords: expression, musical, rapai bubée.AbstrakRapai Bubée merupakan musik tradisional khas masyarakat di Gampong Mee Pangwa Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Bentuk pertunjukan kesenian Rapai Bubée berbeda dengan pertunjukan Rapai lainnya. Rapai Bubée menggunakan Bubée sebagai properti pertunjukan dan alat musik Rapai sebagai media bunyi. Penelitian ini mengunakan beberapa teori yang berhubungan dengan ekspresi musikal dan estetika oleh mondro, yang isinya menyebutkan bahwa, ada tiga ciri yang menjadi sifat-sifat baik (indah) atau membangun estetis dari objek estetis pada umumnya yaitu : 1 (satu) kesatuan (unity) : 2 (dua) kerumitan (complexity) : 3 (tiga) kesungguhan (intensity). Tujuan penelitian ini berkaitan dengan masalah yang diangkat yakni mengungkap masalah ekspresi musikal dalam pertunjukan Rapai Bubée di gampong Mee Pangwa Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi.Kata Kunci: ekspresi, musikal, rapai bubée. Authors:Intan Rizki Junita Utami : Institut Seni Indonesia PadangpanjangEdiwar : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAndar Indra Sastra : Institut Seni Indonesia PadangpanjangNursyirwan : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Azis, A. C. K., Mesra, M., & Sugito, S. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Micro Teaching Bagi Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Medan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 223-229.Ediwar, E. (2010). Kesenian Bernuansa Islam Suku Melayu Minangkabau. Jurnal UKM, 5(1), 227-249.Nugroho, P. A., Fenriana, I., & Arijanto, R. (2020). Implementasi Deep Learning Menggunakan Convolutional Neural Network (CNN) pada Ekspresi Manusia. Algor, 2(1), 12-20.KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Marzuwan, M. (2019). Seni Tari Rapai Bubѐe Pidie Jaya. Penerbit: Bravo Darussalam.Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(1), 35-40.Sanjaya, Wina, (2013). Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widia Serana Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Wulandari, Cici, Susas Rita Loravianti, and Novesar Jamarun. "PITUAH PAIKEK: PENCIPTAAN KARYA TARI BERANGKAT DARI RITUS PERALIHAN MALAM BAINAI DI SUMATERA BARAT." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (November 27, 2021): 302. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.27240.

Full text
Abstract:
Pituah Paikek's work is a dance work that departs from the Malam Bainai culture in West Sumatra. The idea of creation focuses on the philosophical meaning of the henna on the bride's nails. The formulation of the creation of Piuah Paikek's work is how to interpret the meaning and symbols of the bride's bainai nails into a dance work. The purpose of this dance work is to present the experience of the Bainai Night rite of passage into a contemporary dance form with a dramatic type. The creation methods used include: research, exploration, improvisation, formation and evaluation. The creation of this Pituah Paikek dance work produces a dance work that has three parts, namely: the first part is a symbolic representation of the Bainai activity, the second part is a symbolic representation of the meaning of the finger and the third part is an affirmation of each value of the Bainai finger.Keywords: pituah paikek, malam baianai, contemporary. AbstrakKarya Pituah Paikek adalah karya tari yang berangkat dari budaya Malam Bainai di Sumatera Barat. Ide penciptaan berfokus kepada makna filosofis dari inai di kuku calon pengantin wanita. Rumusan penciptaan dari karya Piuah Paikek ini adalah bagaimana menginterpretasikan makna dan simbol dari kuku bainai calon pengantin wanita menjadi sebuah karya tari. Tujuan dari karya tari ini adalah menampilkan pengalaman dari ritus peralihan Malam Bainai ke dalam bentuk tari kontemporer dengan tipe dramatik. Metode penciptaan yang digunakan, antara lain: riset, eksplorasi, improvisasi, pembentukan dan evaluasi. Penciptaan karya tari Pituah Paikek ini menghasilkan karya tari yang memiliki tiga bagian, yaitu: bagian pertama sebagai representasi simbolis dari aktivitas bainai, bagian kedua adalah representasi simbolis dari makna jari dan bagian ketiga adalah penegasan setiap nilai dari jari bainai.Kata Kunci: pituah paikek, malam bainai, kontemporer. Authors:Cici Wulandari : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSusas Rita Loravianti : Institut Seni Indonesia PadangpanjangNovesar Jamarun : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Alma M. Hawkins. (2003). Bergerak Menurut Kata Hati: Metoda Baru dalam menciptakan Tari (Terj. Iwayan Dibia). Indonesia: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).Devi, Cintya. (2019). "Malam Bainai". Hasil Wawancara Pribadi: 23 Agustus 2019, Padang.Hadi, Sutrisno. (2007). Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset.Kurniawan. (2001). Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesia Tera.Lawranta, Gangga. (2021). "Malam Bainai". Hasil Dokumentasi Pribadi: 31 Juli 2021, Padangpanjang.Mak Katik. (2021). "Malam Bainai". Hasil Wawancara Pribadi: 18 Februari 2021, Padang.Oktora, D. R., Amsia, T., & Syaiful, M. (2017). Tradisi Malam Bainai pada Acara Perkawinan Adat Padang Pariaman di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah), 5(7).Supriyanto, Eko. (2018). Ikat Kait Impulsif Sarira: Gagasan yang Mewujud Era 1990-2010. Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca.Sylvia, S., Syahrel, S., & Marzam, M. (2014). Struktur Penyajian Malam Bainai pada Pesta Perkawinan di Kota Padang. Jurnal Sendratasik, 3(3), 71-78.Yudiaryani, dkk. (2017). Karya Cipta Seni Pertunjukan. Yogyakarta: JB Puplisher Bekerjasama Dengan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Zaimiati. (2019). "Malam Bainai". Hasil Wawancara Pribadi: 23 Agustus 2019, Padang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Lantika, Suci, Sulaiman Juned, and Sahrul Nazar. "PENCIPTAAN TEATER MERETAS ADAB BERANGKAT DARI TRADISI MELANGUN SUKU ANAK DALAM." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (November 3, 2021): 268. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.27137.

Full text
Abstract:
The work of Meretas Adab is an achievement of the process of creating a theater based on research on the tradition of Melangun from Anak Dalam tribe. The form approach chosen in this creation process is a contemporary theatrical form. The formulation of the problem in question from this creation is how to realize the creation of a contemporary theater of Meretas Adab departing from the Melangun tradition. The theories used are contemporary theater theory, proscenium stage conventions and cultural arts exploration. The directing method used consisted of research, script preparation, selecting a creative team, separate exercises and joint exercises. The result of this creation process is a theatrical performance that utilizes the properties and daily behavior of the Anak Dalam tribal community. This contemporary theater utilizes Jambi Malay art as the basis for creating musical and dance compositions. Keywords: meretas adab, melangun. AbstrakKarya Meretas Adab merupakan capaian dari proses penciptaan teater yang berlandaskan pada riset atas tradisi melangun suku Anak Dalam. Pendekatan bentuk yang dipilih dalam proses penciptaan ini adalah bentuk teater kontemporer. Rumusan masalah yang dipertanyakan dari penciptaan ini adalah bagaimana mewujudkan penciptaan teater kontemporer Meretas Adab berangkat dari tradisi Melangun. Teori yang digunakan adalah teori teater kontemporer, konvensi panggung proscenium dan eksplorasi seni budaya. Metode penyutradaraan yang digunakan terdiri dari, riset, penyusunan naskah, memilih tim kreatif, latihan terpisah dan latihan gabungan. Hasil dari proses penciptaan ini adalah pertunjukan teater yang memanfaatkan properti dan prilaku keseharian dari masyarakat suku Anak Dalam. Teater kontemporer ini memanfaatkan seni Melayu Jambi sebagai basis dari penciptaan komposisi musik dan tari.Kata Kunci: meretas adab, melangun. Authors:Suci Lantika : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSulaiman Juned : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSahrul Nazar : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Ibrahim, M., Gurniwan, K. & Djakarta, M. (2013).Kehidupan Suku Anak Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Antologi Pendidikan Geografi, 1(3), 1-15. http://antologi.upi.edu/file/.Irianto, Ikhsan, S. (2020). Recombination of Minangkabau Traditional Arts in Alam Takambang Jadi Batu. Jurnal Ekspresi Seni, 22(1), 85-99.Jalaludin. (2021). “Jenang”. Hasil Wawancara Pribadi: 5Januari 2021, Sorolangun.Ledwin, David, Joe and Robin Stockadale. (2008), The Architecture Of Drama Plot Character Theme Genre And Style. Plymouth: The Scarecrow Press, Inc.Mailinar, N. (2013). Kehidupan Keagamaan Suku Anak Dalam di Dusun Senami Lii Desa Jebak Kabupaten Batanghari Jambi. Jurnal Kontektualita, 28(2), 247-271.Suryadi, Tumanggung Rimbo. (2021). “Pemandu Wisata Sarolangun”. Hasil Wawancara Pribadi: 4 Januari 2021, Kecamatan Sorolangun.Susanti, Susi. & Sherli Novalinda, R. (2019). Penciptaan Tari Breath In Dari Aktivitas Pencari Pensi di Danau Singkarak. Ekspresi Seni, 21(2), 139-149.Susantono, Nurul P. (2016). Produksi Drama Musikal - Dari Ide ke Panggung. Jakarta: Gramedia.Temenggung, Baladan. (2021). “Berburu”. Hasil Wawancara Pribadi: 5 Januari 2021, Bukit Dua Belas Sarolangun.Yudiaryani. (2010). Inspirasi Teoretis Bagi Praktik Pembentukan Teater Kontemporer Di Indonesia. Yogyakarta: UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Rahmadhani, Fitri, Asril Asril, and M. Halim. "RATOK SI BUNSU: INTERPRETASI ILAU KE KOMPOSISI PENDEKATAN TRADISI." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 2 (December 30, 2023): 418. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i2.49076.

Full text
Abstract:
a tradition of the Solok people in the form of sadness or lamentation which can be found in the Kampai Tabu Karambia Village, Solok City. The function of the bailau was as a medium of information (notification) when a member of the community died overseas whose body could not be brought back to their hometown. Currently, bailau Ilau is only a performing art that is exhibited at certain traditional events so that it becomes bailau creations. Dendang ratok ilau is a source in the creation of new musical compositions, which has a musical phenomenon, namely there is a vocal technique called opmaat and also a tone mode which, if sequenced, can be found tones C, D, Dis, G, and A with intervals of 1, ½, 1 ½ , 1. Ratok Si Bunsu's work was worked on by the method of creating observation, discussion, exploration, realization, guidance, and completion using a traditional approach with the instruments saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, and gandang tambua. The result of this work is that the creator divides the work into two parts. The first part of the artist's work on the dendang ratok ilau melody uses the principle of combining the two traditional vocals found in bailau art, but there are several tones used to enrich the form of the work. In the second part, the composer develops the melodies found in dendang ratok ilau into several forms of new melodies with vocals and melodic instruments and is reinforced with non-melodic instruments. It can be concluded that working on a composition based on traditional art is not an easy thing, but you have to study and understand the background of the traditional art itself.Keywords: ilau interpretation, ratok si bunsu. AbstrakIlau adalah tradisi masyarakat Solok berupa kesedihan atau ratapan yang bisa ditemui di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok. Fungsi bailau dahulunya sebagai media informasi (pemberitahuan) ketika salah seorang anggota masyarakat meninggal di perantauan yang jenazahnya tidak bisa dibawa pulang ke kampung halaman. Sekarang ini, bailau hanya sebagai seni pertunjukan yang dipertontonkan pada acara adat tertentu sehingga menjadi bailau kreasi. Dendang ratok ilau menjadi sumber dalam penggarapan komposisi musik baru, yang memiliki fenomena musikal yaitu terdapat teknik vokal yang disebut dengan opmaat dan juga modus nada yang jika diurutkan ditemui nada C, D, Dis, G, dan A dengan interval 1, ½, 1 ½, 1. Karya Ratok Si Bunsu digarap dengan metode penciptaan observasi, diskusi, eksplorasi, realisasi, bimbingan, dan penyelesaian menggunakan pendekatan tradisi dengan instrumen saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, dan gandang tambua. Hasil dari karya ini adalah pengkarya membagi karya dalam dua bagian. Bagian pertama pengkarya menggarap melodi dendang ratok ilau menggunakan prinsip menggabungkan kedua vokal tradisi yang terdapat pada kesenian bailau, akan tetapi ada beberapa nada yang digunakan untuk memperkaya bentuk garapan. Pada bagian kedua, pengkarya mengembangkan melodi yang terdapat pada dendang ratok ilau menjadi beberapa bentuk melodi baru dengan vokal dan instrumen melodis serta diperkuat dengan instrumen non melodis. Dapat disimpulkan bahwa menggarap sebuah komposisi yang berangkat dari kesenian tradisi itu bukanlah hal yang mudah, melainkan harus mempelajari dan memahami latar belakang dari kesenian tradisi itu sendiri.Kata Kunci: interpretasi ilau, ratok si bunsu. Authors:Fitri Rahmadhani : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangM. Halim : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Arizal, A. (2023). “Istilah Ratok Si Bunsu”. Hasil Wawancara Pribadi: 23 Januari 2023, Koto Baru Solok. Basrul, Y. (2023). “Bailau di KTK Solok”. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok. Herdianto, F., Yusnelli, Y., & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115-124. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/24912/15760Malik, C. (2018). Makna Ratok Ilau pada Pertunjukan Bailau di Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. https://lib.pasca.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4334Neng, N. (2023). “Bailau di KTK Solok”. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok.Supanggah, R. (2007). Garap Bothekan Karawitan II. Surakarta: ISI Press Surakarta.Syofia, N. (2010). Tari Ilau sebagai Identitas dalam Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. Tesis Program Pasca Sarjana ISI Padangpanjang.Tegar, K. (2023). Deskripsi dan Transkripsi Bailau pada Laman Youtube Andi Jagger dan Bidang Promosi dan Kebudayaan Dispar Kota Solok (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).https://pustaka.fk.unand.ac.id/2016-04-11-15-04-06/skripsi-thesis-disertasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Khaira, Fadhilatul, Novesar Jamarun, and Rosta Minawati. "MISE EN SCENE DALAM FILM SURAT KECIL UNTUK TUHAN." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 2 (December 2, 2022): 288. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i2.37425.

Full text
Abstract:
The film Letters to God is a film that tells the story of a teenage girl who was diagnosed with the first Rhabdomyosarcoma cancer in Indonesia. This study aims to identify and analyze the mise en scene of the film Surat Kecil untuk God with the semiotic theory of Rolland Barthes. Rolland Barthes proposed a denotative and connotative meaning system. The method in this study uses descriptive qualitative research. The results of this study are related to settings that include property and location. Through the property of red roses, it is interpreted as Keke's sincerity in loving the people around him. Keke's make-up means that Keke is the one who suffers the most. The lighting in this film is dominantly using tungsten color to give a warm mood. Keke's acting is interpreted as a representation of the original Keke.Keywords: semiotics, mise en scene. AbstrakFilm Surat Kecil Untuk Tuhan adalah film yang mengangkat cerita seorang gadis remaja yang mengidap penyakit kanker Rhabdomyosarcoma pertama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mise en scene film Surat Kecil Untuk Tuhan dengan teori semiotika Rolland Barthes. Rolland Barthes mengemukakan sistem pemaknaan denotasi dan konotasi. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini terkait setting yang mencakup properti dan lokasi. Melalui properti mawar merah dimaknai sebagai keikhlasan Keke dalam menyayangi orang-orang disekitarnya. Tata rias yang digunakan Keke dimaknai bahwa Keke adalah orang yang paling menderita. Lighting dalam film ini dominan menggunakan warna tungsten untuk memberikan mood kehangatan, acting tokoh Keke dimaknai sebagai representasi Keke asli. Kata Kunci:semiotika, mise en scene. Authors: Fadhilatul Khaira : Institut Seni Indonesia PadangpanjangNovesar Jamarun : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRosta Minawati : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References: Ali, M. M., & Ali, M. A. (2018). Karakterisasi Tokoh Dalam Film Salah Bodi. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 7(1), 15-30. https://doi.org/10.24114/gr.v7i1.10848Armantono, A., & Paramita, P. (2017). Penulisan Skenario Panjang. Jakarta: FFTV-IKJ.Bordwell, B., & Thomson, T. (2001). Film Art an Introduction. New York: McGraw.Barthes, R. (2017). Elemen-Elemen Semiologi. Yogyakarta: Basabasi.Darmawan, H., Pramayoza, D., & Yusril, Y. (2020). Makna Budaya Minangkabau Dalam Film Salisiah Adaik. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 9(1), 138-144. https://doi.org/10.24114/gr.v9i1.18359Fiske, John. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.Hidayah, N., & Yasnidawati, Y. (2019). Penyesuaian Pola Dasar Busana Sistem Indonesia Untuk Wanita Indonesia Dengan Bentuk Badan Gemuk. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 222-230. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13595Hidayat, H. N., Sudardi, B., Widodo, S. T., & Habsari, S. K. (2021). Menggali Minangkabau dalam film dengan mise-en-scene. Jurnal ProTVF, 5(1), 117-143. https://doi.org/10.24198/ptvf.v5i1.29433Leliana, I., Ronda, M., & Lusianawati, H. (2021). Representasi Pesan Moral Dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes). Cakrawala - Jurnal Humaniora, 21(2), 142–156. https://doi.org/10.31294/jc.v21i2.11302Martono, B., & Inggriani, S. (2020). Retroperitoneal Pleomorphic Rhabdomyosarcoma in Adult: A Rare Case Report. JBN (Jurnal Bedah Nasional), 4(2), 62-68. https://doi.org/10.24843/jbn.2020.v04.i02.p04Mudjiono, Y. (2011). Kajian Semiotika Dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 126-138. https://doi.org/10.15642/jik.2011.1.1.125-138Riwu, A., & Pujiati, T. (2018). Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film 3 Dara. Deiksis, 10(03), 212-223. https://doi.org/10.30998/deiksis.v10i03.2809Sathotho, S. F., Wibowo, P. N. H., & Savini, N. A. (2020). Mise En Scène Film Nyai Karya Garin Nugroho. TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater Dan Sinema, 17(2), 89-97. https://doi.org/10.24821/tnl.v17i2.4444Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi, Analisis Text Media Suatu Pengantar Analisa Wacana, dan Analisa Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.Paningkiran, Halim. (2013). Make Up Televisi dan Film. Jakarta: Kencana.Pratista, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Ariesta, Olvyanda. "PERANCANGAN MASKOT ISI PADANGPANJANG SEBAGAI MEDIA BRANDING." Jurnal Bahasa Rupa 3, no. 2 (April 17, 2020): 104–16. http://dx.doi.org/10.31598/bahasarupa.v3i2.490.

Full text
Abstract:
Branding activities carried out to provide an image to the public about a brand. As one of the tertiary institutions in Sumatra that specializes in arts education, the Indonesian Institute of Art (ISI) Padangpanjang does not have a brand identity that is able to reach the public effectively. This has caused a lack of relationship between the ISI Padangpanjang and the public. To build a strong institutional identity that easily touches the public emotionally, gives a feeling of being closer so as to foster public trust in the institution, a mascot of ISI Padangpanjang has been designed. In the process, branding theory, as well as analysis of the vision of ISI Padangpanjang became the foundation in creating a mascot design. The results obtained are the creation of a mascot representing the ISI Padangpanjang named Si Kuaw. The Si Kuaw mascot design method is carried out through the design stages: research, thumbnails, roughs, comprehensive, and ready to press. As a media branding, the Si Kuaw mascot has been applied to various media, such as: motion graphics, art exhibition posters, new student acceptance brochures, pins, and mascots in the form of dolls.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Imran, Taufik, Rasmida Rasmida, and Andar Indra Sastra. "PACU ITIAK DALAM FOTOGRAFI ESAI DENGAN PENDEKATAN EDFAT." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 2 (December 2, 2022): 296. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i2.35265.

Full text
Abstract:
Nagari Ampangan in Payakumbuh has a tradition of racing ducks which is the only race in the world. This tradition provides a kind of education about cultural values such as the value of honesty, competition, competition, harmony, mutual cooperation, entertainment and these values are appropriate and must be preserved. Media photography is one way to find out information about the duck race, with a photography essay that will present the charm of the ducks in the racing arena on the highway. The EDFAT method is one of the methods used in creating this journalistic photography visual. The results of the photography capture the various interactions of the players and visitors which are one of the activities and moments during the implementation of the duck race. So that the complex activities of the pacu itiak are presented with photo works of the charm of the spur itiak. Keywords: pacu itiak, fotografer, esai, EDFAT. AbstrakNagari Ampangan di Payakumbuh memiliki tradisi pacu itiak yang merupakan satu-satunya pacuan yang ada di dunia. Tradisi ini memberikan semacam edukasi tentang nilai-nilai budaya seperti nilai kejujuran, perjuangan, persaingan, harmonis, gotong-royong, hiburan dan nilai-nilai ini patut dan harus dilestarikan. Media fotografi salah satu cara mengetahu informasi tentang pacu itiak, dengan fotografi esai yang akan menghadirkan pesona itiak dalam gelangang pacuan di jalan raya. Metode EDFAT salah satu metode yang digunakan dalam penciptaan visual fotografi jurnalistik ini. Hasil fotografi mengabadikan bebagai interaksi para pemain dan pengunjung yang menjadi salah satu aktivitas dan momen ketika dalam pelaksaan pacu itiak. Sehingga kompleksnya kegiatan pacu itiak disajikan dengan karya foto pesona pacu itiak. Kata Kunci:pacu itiak , fotografer, esai, EDFAT. Authors:Taufik Imran : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRasmida : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAndar Indra Sastra : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Arsola, P., Rafiloza, R., & Sahrul, N. Pacu Itiak Sebagai Sumber Penciptaan Komposisi “SRIPANGGUNG”. Grenek Music Journal, 10(2), 1-16.Berutu, D. I., & Isnaini, D. (2012). Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas. Jurnal. Universitas Sumatera Utara.Danandjaja, J. (2015). Bab V Cerita Rakyat dan Pembangunan Kalimantan Tengah: Merekonstruksi Nilai Budaya Orang Dayak Ngaju dan Ot Danum Melalui Cerita Rakyat Mereka. Metodologi Kajian Tradisi Lisan (Edisi Revisi) , 79.Koentjaraningrat, L. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.Kurnianto, A. D. (2012). TA: Pembuatan Buku Esai Fotografi Tari Pendet Sebagai Media Promosi Warisan Budaya Bali (Doctoral dissertation, STIKOM Surabaya).McCurry, S. (2013). Steve McCurry Untold. The Stories Behind the Photographs. USA: Phaidon Press.Soedjono, Soeprapto. (2006). Pot Pourri Fotografi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.Purnama, F., & Nurman, N. (2018). Tradisi Pacu Itiak dalam Melestarikan Nilai-Nilai Budaya di Payakumbuh. Journal of Civic Education, 1(2), 174-180.Putra, I. P. D. A. (2021) Penguatan Penguasaan Kompetensi Fotografi, Videografi dan Tata Kelola Media Sosial pada POKDARWIS Pemanis Heritage, Desa Wisata Biaung, Tabanan, Bali. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 530-540.Sastra, A. I., Sriwulan, W., Caniago, E., MUCHTAR, A., & Haris, A. S. (2021). Lareh Koto Piliang: Systems of Governmental Power and Bronze Music in the Study of the Concept of Musical Aesthetics in Luhak Nan Tigo Minangkabau. Music Scholarship/Problemy Muzykal'noi Nauki, (2).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Hendra, Hendra, and Yuni Kartika Sari. "KARAKTERISTIK MOTIF SULAMAN SELENDANG KOTO GADANG SUMATERA BARAT." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (December 21, 2021): 396. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.27776.

Full text
Abstract:
Block printi This study aims to determine the characteristics of the motifs applied to the Koto Gadang shawl. Motive of “suji caia” that applied to Koto Gadang embrodery has specified characteristic that make it different from another palce shawl. This study uses a qualitative method with a form and structure theory approach to art. Data collection was carried out through literature study, observation, interview, anh documentation.The motifs applied to the shawl are flora and fauna motifs. Using the theory of arranging elements of fine art, so that the characteristic of the motif can be seen from the shape of the motif and the structure of the motif that is balanced. The distinctive motif of the Koto Gadang shawl is a floral motif called Botan and Chrysanthemum. The placement of flowers on the shawl is different from other areas which usually use a formal balance mirror or like glass, as well as well as the arrangement of flowers from small to large flowers.Keywords: shawl embroidered, motif, characteristics.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bentuk dan struktur motif yang diterapkan pada sulaman selendang Koto Gadang. Motif suji caia yang diterapkan pada Sulaman Koto Gadang memiliki karakteristik yang membedakannya dengan sulaman dari daerah lain.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori bentuk dan struktur seni rupa. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi.Motif yang diterapkan pada selendang berupa motif flora dan fauna. Menggunakan teori penyusunan unsur seni rupa, sehingga ciri khas motif terlihat dari bentuk motif dan struktuf motif yang seimbang. Motif khas dari selendang Koto Gadang berupa motif flora yang bernama bunga Botan dan Krisan. Peletakkan bunga pada selendang berbeda dengan daerah lain yang biasanya menggunakan formal balance mirror atau seperti kaca, serta penyusunan bunga dari kecil ke bunga besar.Kata Kunci: sulaman selendang, motif, karakteristik. Authors: Hendra : Institut Seni Indonesia PadangpanjangYuni Kartika Sari : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Canang. (1994). Tabloid Koto Gadang. Koto Gadang: _______.Garang, DT. (2019). Ragam hias Minangkabau. Padang: Pemprov Sumbar.Garang, DT. (2019). Sulam Bordir Sumatera Barat. Padang: Pemprov Sumbar.Ida, Y. (2009). No Titlepaduan Lengkap Sulam (Cetakan 1). Surabaya: Tiara Aksa.Juwita, N. (2019). Karakteristik Dan Makna Simbolik Masjid Muhammad Cheng Hoo. Makassar: Doctoral dissertation, Universitas Negeri Makassar.Kartika, D. S. (2004). Seni Rupa Modern (Cetakan 1). Bandung: Rekayasa Sains.Miles, Mattew B. dan A. Michael Huberman. (1992). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Method. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).Moleong, Lexy J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.Rahman, D., Efi, A., & Novrita, S. Z. (2015). Ragam Hias Suji Cair pada Sulaman Selendang Kotogadang Kabupaten Agam Sumatera Barat (Studi Kasus di Yayasan Amai Setia). E-Journal Home Economic and Tourism, 9(2), ____ .Sari, Yuni Kartika. (2020). " Motif Sulaman Selendang". Hasil Dokumentasi Pribadi: 10 Januari 2020, Koto Gadang.Sita, R. D., & Mity J. Juni. (2011). Sulam, Tenun, dan Renda Khas Koto Gadang. Jakarta: Dian Rakyat.Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.Suhersono, H. (2004). Desain Bordir Inspirasi Motif Bordir Cina. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.Sundari, Sri. (2000). Seni Ukir Pandai Sikek Dalam Masyarakat Minangkabau Yang Berubah. Yogyakarta: Tesis UGM.Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada.Swastantika, Dyah. (2018). Bunga Krisan:Manfaat, Cara, Menanam, dan Perawatannya. https://www.homify.co.id/ideabooks. (diakses 01 Agustus 2020).Zulkarnaen, Y. (2006). Sulam Benang Motif Bunga (Pertama). Jakarta: Puspa Swara.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Rahmi, Rezi Ilfi, and Asril Asril. "MY CHILDHOOD MEMORIES: PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS DEKORATIF." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 2 (December 24, 2022): 489. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i2.33871.

Full text
Abstract:
The creation of art painting entitled “my childhood memories” it based on the moments of the artist childhood memories that visualized into art painting. The childhood has deep impression in artist live. A natural environment, a nice playmate leaving a sweet memories that unforgetable. The traditional situation and a lot of game in nature. The children activity in the hometown located in Marapi’s mountain area, West Sumatera. The artist represent the childhood experience by using decorative style with pointilis technique as the filler or decoration. The aim of the creation is to express the feeling related to the impressive childhood memories. The methods used consist of data collecting, the contemplation and remembering the past and re-visit the place that uses as playground in the childhood. Watching and picking up the documentation, arrange the concept of art planning then copy the sketch into canvas the process the painting on the canvas until art finishing. This creation be viewed into three art painting, in two dimension, which are; the journey to the pond, catching the dragonflies and the favorite tree; which every painting have different side, from visual side that stated and also the feeling that want to tell. Overall all of the art express the childhood in the hometown.Keywords: childhood memories, decorative painting. AbstrakPenciptaan karya seni lukis dengan judul “My Childhood Memories” ini didasari oleh moment-moment pengalaman masa kecil pengkarya yang divisualisasikan ke dalam karya seni lukis. Masa kecil memilki kesan yang mendalam dalam kehidupan pengkarya, lingkungan yang asri dan teman bermain yang menyenangkan meninggalkan kenangan indah yang tidak dapat terlupakan. Kehidupan yang masih tradisinonal dan permainan lebih banyak di alam bersama kawan sebaya. Aktivitas masa anak-anak di kampung halaman, berada di kawasan daerah gunung Marapi, Sumatra Barat. Pengkarya merepresentasikan pengalaman masa kecil itu menggunakan gaya dekoratif dengan teknik pointilis sebagai isian atau hiasan. Tujuan penciptaan karya untuk mengekspresikan perasaan terkait kenangan masa lalu yang berkesan. Metode yang digunakan terdiri dari persiapan pengumpulan data, melakukan perenungan dan mengingat kembali masa lalu dan mendatangi tempat bermain di waktu kecil, mengamati dan mengambil dokumentasi, menyusun konsep dan rancangan karya. Realisasi konsep diawali dengan pembuatan sketsa, kemudian pemindahan sketsa ke kanvas, proses melukis di atas bidang kanvas hingga finishing karya. Karya ini diwujudkan menjadi tiga karya lukisan dalam bentuk dua dimensi, yaitu: Perjalanan Menuju Telaga, Menangkap Capung, dan Pohon Favorit; yang masing-masingnya memiliki perbedaan, baik dari segi bentuk visual yang dimunculkan, maupun perasaan yang ingin disampaikan. Secara keseluruhan karya mengungkapkan bagaimana kenangan masa kecil di kampung halaman.Kata Kunci: kenangan masa kecil, lukisan dekoratif. Authors:Rezi Ilfi Rahmi : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Kartika, D. S., & Perwira, N. G. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.Marianto, D. (2006). Quantum Seni. Semarang: Dahara Prize.Mustofa, B. (2015). Psikologi Pendidikan. Yokyakarta: Parama Ilmu.Soedarso, SP. (2006). Trilogi Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yokyakarta.Supratman, L. P., & Mahadian, A. B. (2016). Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Deepublish.Susanto, M. (2011). Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt.Sujanto, A. (1982). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.Sujanto, A. L. H., & Hadi, T. (1980). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru.Sutrisno, M., & Verhaak, C. (1993). Estetika. Yokyakarta: Kanisius.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Yulfita, Ade Febri, and Ferry Herdianto. "DESKRIPSI DAN INTERPRETASI TEKNIK PERMAINAN INSTRUMENT MARIMBA CONCERTO IN G MAJOR RV DAN A WHOLE NEW WORLD." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 1 (June 30, 2022): 60. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.34428.

Full text
Abstract:
This research is motivated by a marimba instrument soloist in performing his repertoire must be able to become a reliable music player and make a positive contribution to music lovers. This study aims to describe the solo playing technique by interpreting the Concerto in G Major RV 310 repertoire through the two mallet technique with string quartet accompaniment and realizing the solo play by interpreting the A Whole New World repertoire through the four mallet technique with the Marimba Instrument according to the needs of today's performances. The repertoire presented is the repertoire of Concerto in G Major Rv 310 and A Whole New World. This repertoire has been considered to be played according to the great or achievement of the percussion instrument. The research approach used in this study is a qualitative approach that is useful for analyzing phenomena and for interpreting data. Based on the repertoire analysis of Concerto in G Major Rv 310, several obstacles were found in playing it, namely there was a double stroke technique played in an allegro tempo. The repertoire of the Concerto in G Major Rv 310 baroque era, there is a lot of ornamentation on the melody, and the phrases of songs that have a clear theme. While the repertoire of A Whole New World is classified as modern music (popular) which is a simple choral composition that is logical and easy to digest. Keywords: description, interpretation, instrument, marimba. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh seorang solis instrumen marimba dalam mempertunjukkan repertoarnya harus mampu menjadi pemain musik yang handal dan memberikan konstribusi positif kepada penikmat musik. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan teknik permainan solis dengan cara menginterpretasikan repertoar Concerto in G Major RV 310 melalui teknik dua mallet dengan iringan kwartet string dan mewujudkan permainan solis dengan cara menginterpretasikan repertoar A Whole New World melalui teknik empat mallet dengan instrumen marimba sesuai dengan kebutuhan pertunjukan saat ini. Repertoar yang disajikan yaitu repertoar Concerto in G Major Rv 310 dan A Whole New World. Repertoar ini telah dipertimbangkan untuk dimainkan sesuai dengan great atau capaian instrument perkusi. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berguna untuk menganalisis fenomena dan untuk menginterpretasikan data. Berdasarkan analisis repertoar Concerto in G Major Rv 310, ditemukan beberapa kendala dalam memainkannya, yaitu terdapat teknik double stroke yang dimainkan dalam tempo allegro. Repertoar Concerto in G Major Rv 310 zaman barok, banyak terdapat ornamentasi pada melodi, dan frase lagu-lagu yang memiliki tema yang jelas. Sedangkan repertoar A Whole New World tergolong musik modern (popular) yang mudah dipahami.Kata Kunci: deskripsi, interpretasi, instrumen, marimba. Authors:Ade Febri Yulfita : Institut Seni Indonesia PadangpanjangFerry Herdianto : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Arsyad, J., Putrianti, A., & Khadijah, K. (2020). Implementasi Alat Musik Perkusi Dalam Kemampuan Mengelola Emosional Anak Usia Dini di RA Az-Zahwa. Jurnal Raudhah, 8(2).Batallas, P.M. (2013). La marimba como Patrimonio Cultural Inmaterial. Fuente: Trabajo De Campo.David Samuel. (1982). Musical Approach to For Mallet Tecnique Volume 1. New York: New York Press.Dewatara, G. W., & Agustin, S. M. (2019). Pemasaran Musik pada Era Digital Digitalisasi Industri Musik dalam Industri 4.0 di Indonesia. WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 18(1), 1-10.Herdianto, F. (2021). Pertunjukan Solis Marimba dengan Repertoar The Variantions on Theme (From The Malay’s “Pucuk Pisang”). Jurnal Sitakara, 6(1), 1-12.Herfanda, F. R. (2014). Bentuk pertunjukan musik perkusi Paguyuban Sayung Hore (PSH) di Semarang. Jurnal Seni Musik, 3(1).Hoffman, G., & Weinberg, G. (2010, May). Gesture-based human-robot jazz improvisation. In 2010 IEEE international conference on robotics and automation (pp. 582-587). IEEE.Hugh M. Miller. (1996). Pengantar Apresiasi Musik. Terjemahan B.Triyono PS. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.Sinaga, S. S. (2017). Pemanfaatan Pemutaran Musik Trhadap Psikologis Pasien Pada Klinik Ellena Skin Care Di Kota Surakarta. Jurnal Seni Musik, 6(2).Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Prier Sj, Karl –Edmund. (1993). Sejarah Musik Jilid 2. Pusat Musik Liturgi: Yogyakarta.Pono, Banoe. (1984). Pengantar Alat Musik. Jakarta: CV Baru.Yang, N., Savery, R., Sankaranarayanan, R., Zahray, L., & Weinberg, G. (2020). Mechatronics-driven musical expressivity for robotic percussionists. arXiv preprint arXiv:2007.14850.Saryono dan Anggraeni, Mekar Dwi. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Miswar, Miswar, Rica Rian, Yunis Muler, and Rajudin Rajudin. "STUDI WARNA DAN GAYA PADA KARYA YAZID." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 2 (December 2, 2022): 370. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i2.38384.

Full text
Abstract:
This study reveals the characteristics of color and style in Yazid's work. The method used in this study refers to a qualitative research methodology that includes observations, interviews, and the use of documents in the field. In addition, this study uses qualitative methods, which include interviews, field notes, photos, videos, personal documents, and others. Yazid's painting takes the theme of the exotic nature of West Sumatra, which leads to Mooi Indie's work. Yazid's paintings are exciting in terms of the colors presented. The colors in Yazid's work are soft and light, and rarely in his work are their colors that are too dark. The brightness of his paintings is also low; some of his works use bright colors. The color composition in the work is very well made. No colors can damage each other, so a harmonious and mutually supportive color arrangement is achieved. In tracing Yazid's paintings, they are classified into four styles according to Feldman, the first is the objective accuracy style, the second is formal arrangement style, the third is expressive style, and the fourth is the fantasy style. The presence of Yazid's work greatly influenced the development of naturalist-style painting in West Sumatra, considering that Yazid is a senior artist who devoted his life to painting. Keywords: Yazid's painting, color, style. AbstrakPenelitian ini mengungkap karakteristik warna dan gaya pada karya Yazid. Dalam konteks penelitian ini, istilah "metode" mengacu pada metodologi penelitian kualitatif, yang melibatkan kegiatan seperti observasi lapangan, wawancara partisipan, dan pemanfaatan dokumen yang relevan. Selain itu penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang meliputi wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi dan lain-lain. Karya lukis Yazid mengangkat tema tentang alam Sumatera Barat yang eksotis yang mengarah kepada karya Mooi Indie. Karya lukis yang dibuat Yazid sangat menarik dari segi warna yang dihadirkan. Warna pada karya Yazid adalah warna lembut dan terang. Jarang pada karyanya terdapat warna yang terlalu gelap. Kecerahan warna lukisannya juga rendah, sedikit dari karyanya yang menggunakan warna cemerlang. Komposisi warna dalam karya dibuat sangat baik tidak ada warna yang merusak satu sama lain sehingga tercapai susunan warna yang harmonis dan saling mendukung. Dalam menelusuri karya lukis Yazid digolongkan dalam empat macam gaya menurut Feldman, yang pertama gaya ketepatan objektif, kedua gaya susunan formal, ketiga gaya emosi, dan yang keempat gaya fantasi. Kehadiran karya Yazid sangat berpengaruh kepada perkembangan seni lukis yang bergaya naturalis di Sumatera Barat, mengingat Yazid merupakan seniman yang senior yang mencurahkan hidupnya pada seni lukis. Kata Kunci: karya lukis Yazid, warna, gaya.Authors:Miswar : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRica Rian : Institut Seni Indonesia PadangpanjangYunis Muler : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRajudin : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Adisendjaja, Y. H. (2003). Warna dan Maknanya Dalam Kehidupan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.Ellanda, A., Aulia, S. A., & Hariyani, Y. S. (2016). Perancangan Aplikasi Pembaca Warna Untuk Penderita Buta Warna Berbasis Android. Jurnal Elektro Dan Telekomunikasi Terapan, 1(1), 59. https://doi.org/10.25124/jett.v1i1.85.Fahira, Y., Yandri, Y., & Gani, M. H. (2021). Unity, Complexity, dan Intensity Lukisan Karya Yazid. V-art: Journal of Fine Art, 1(1), 20-24. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26887/vartjofa.v1i1.2135.Feldman, E. B. (1967). Art As Image and Idea, bagian dua, tiga, terjemahan SP.Gustami. United States: Prentice-Hall.Hartoko, D. (1991). Manusia dan Seni. Jakarta: Kanisius.Hidayat, R. A. H. (2018). ALAM PASAMAN BARAT DALAM LUKISAN NATURALIS. SERUPA : The Journal Of Art Education, 6(2). https://doi.org/https://doi.org/10.24036/sr.v6i2.9103.Kartika, D. S. (2017). Seni Rupa Modern (Edisi Revisi). Jakarta: Rekayasa Sains.Nawawi, H. H. (2013). Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Purbasari, M., & Jakti, R. A. D. R. I. K. (2014). Warna Dingin Si Pemberi Nyaman. Humaniora, 5(1), 357. https://doi.org/10.21512/humaniora.v5i1.3034.Said, A. A. (2006). Unsur-Unsur Desain. Makassar: Universitas Negeri Makassar.Soedarso, S. (2006). Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.Soedarsono, R. M. (1999). Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Yogyakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, 9(2), 57–65.Sumartono, S. (2002). Berbagi Pendekatan dalam Penelitian Seni Kriya. Seminar Internasional Seni Rupa 2002.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Nurillahi, Rima, and Anesia Noviliza. "Pemanfaatan Google Classroom (GCR) dalam Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran Matematika." Lattice Journal : Journal of Mathematics Education and Applied 2, no. 2 (December 31, 2022): 143. http://dx.doi.org/10.30983/lattice.v2i2.5642.

Full text
Abstract:
<p><em>The coronavirus outbreak spread quickly</em><em>,</em><em> so several countries carried out lockdown policies. And Indonesia carried out the PPKM policy. This is a challenge for the world of education because of social violence and social distancing. Therefore face-to-face learning is replaced with daring learning. Brave learning is a learning process that is carried out using an internet network where teachers and students do not have to be in the same place. To carry out the learning process, teachers can use many methods and many applications, one of which is the Google Classroom (GCR) application. The purpose of this study is to describe learning to dare to use </em><em>Google Classroom (</em><em>GCR</em><em>)</em><em> in learning mathematics. This type of research is qualitative research with data collection techniques, namely interviews, documentation, and questionnaires. Based on the research that has been done, it can be described that the process of learning to dare to use </em><em>Google Classroom (</em><em>GCR</em><em>)</em><em> in learning mathematics for class XI SMAN 2 Padang Panjang is one of the right ways for pandemic conditions because </em><em>Google Classroom (</em><em>GCR</em><em>)</em><em> can present material in the form of files, videos, and Google Meet. But the problematic internal network is a problem for both teachers and students.</em></p><p>Wabah virus corona menyebar dengan cepat sehingga beberapa negara melakukan kebijakan <em>lockdown.</em> Di antaranya Indonesia yang melakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan karena adanya pembatasan sosial dan menjaga jarak. Oleh karena itu, pembelajaran tatap muka diganti dengan pembelajaran daring. Pembelajaran daring adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet dimana pendidik dan peserta didik tidak harus berada dalam satu tempat yang sama. Untuk melakukan proses pembelajaran daring, pendidik dapat menggunakan banyak cara dan banyak aplikasi, salah satunya adalah aplikasi <em>Google Classroom (GCR).</em> Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pembelajaran daring menggunakan <em>Google Classroom (</em><em>GCR</em><em>)</em> pada pembelajaran matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, dokumentasi, dan angket. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dideskripsikan bahwa proses pembelajaran daring menggunakan <em>Google Classroom (</em><em>GCR</em><em>)</em><em> </em>pada pembelajaran matematika kelas XI SMAN 2 Padangpanjang adalah salah satu cara belajar yang tepat saat pandemi karena <em>Google Classroom (</em><em>GCR</em><em>)</em> dapat menyajikan materi dalam bentuk file, <em>video,</em> dan <em>Google Meet.</em> Tetapi jaringan internet yang bermasalah menjadi masalah bagi pendidik maupun peserta didik.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Gusanti, Yurina, Tutut Pristiati, and Fitri Rahmah. "DAMPAK RELASI KUASA PADA FENOMENA FESTIVAL RANDAI DI SUMATERA BARAT." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 1 (June 30, 2023): 258. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i1.37944.

Full text
Abstract:
Research of power relations over the festival phenomenon of randai west Sumatera this is research to find out the extent of the impact of power relations on the phenomenon of randai festival in western Sumatra. This research uses qualitative research methods in the form of descriptive analysis. Contains a discussion of traditional randai art in a traditional festival and its relationship with the goverment and the agency that organizes the activity. In this study also discusses the impact that resulted in the phenomenon of randai festival it self both positive and negative impact are generated in the activity. Such as the resulting impact on duration, motion, dendang or gurindam, as well as stories or kaba present in randai performances. The positive impact generated in these activities is none other than increasing the creativity of randai artists in West Sumatra and preserving regional culture and folk art. As for the negative impact, namely the shorter the duration of the show.Keywords: power relations, phenomenon, festival, randai. AbstrakPenelitian Dampak Relasi Kuasa pada Fenomena Festival randai Sumatera Barat ini merupakan penelitian untuk mengetahui sejauh mana dampak dari relasi kuasa terhadap Fenomena Festival randai di sumatera barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berbentuk deskriptif analisis. Penelitian ini juga membahas tentang dampak yang dihasilkan dari fenomena festival randai itu sendiri baik itu dampak positif dan juga dampak negatif yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut. Seperti dampak yang dihasilkan terhadap durasi, gerak, dendang atau gurindam serta cerita atau kaba yang ada dalam pertunjukan randai. Dampak positif yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut tidak lain meningkatkan kreatifitas seniman randai yang ada di Sumatera Barat dan melestarikan budaya serta kesenian rakyat daerah. Sedangkan untuk dampak negatif nya yaitu durasi pertunjukan yang semakin singkat.Kata kunci: relasi kuasa, fenomena, festival, randai. Authors:Yurina Gusanti : Universitas Negeri MalangTutut Pristiati : Universitas Negeri MalangFitri Rahmah : Institut Seni Indonesia YogyakartaReferences:Etneny H. (2018) “Dampak Relasi Kuasa pada Fenomena Festival Randai”. Hasil Wawancara Pribadi: 21 Juli 2018, Padangpanjang.Fakhrizal, H. (2000). Randai Panglimo Gaga Awal Teater Minangkabau Modern. Yogyakarta: UGM.Foucault, M. (1990) The History of Sexuality:An Introduction, Vol.1. New York: Vintage Books.Gramsci, A. (1981). Class, Culture, and Hegemony, dalam Tony Bennett, Graham Martin, Collin Mercer, and Janet Woolacott (Eds). Culture, Ideology, and Social Process. Batsford: The Open University Press.Kamahi, U. (2017), Teori Kekuasaan Michael Facoult : Tantangan Bagi Sosiologi Politik. Jurnal Al-Khitabah, 3(1).Setiawan, I. (2016). Budaya dan Kuasa: Pandangan Cultural Studies.http://matatimoer.or.id/2016/04/06/budaya-dan-kuasa-pandangan-cultural-studies/ (diakses tanggal 12 april 2018).Sugiyono, S. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.Zulkifli, Z. (1993). Randai sebagai Teater Rakyat Minangkabau di Sumatera Barat dalam Dimensi Sosial Budaya. Yogyakarta: UGM.Zulkifli, Z. (2018) “Dampak Relasi Kuasa pada Fenomena Festival Randai”.Hasil Wawancara Pribadi: 15 Juli 2018, Padangpanjang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Ikhsan, Al, Asril Asril, and Dharsono Dharsono. "MENGAGAH HARIMAU: SENI TARI RITUAL BUDAYA MASYARAKAT PULAU TENGAH KABUPATEN KERINCI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS SUREALIS." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (December 9, 2021): 362. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.27477.

Full text
Abstract:
The creator of this artwork is entitled "Against the Tiger: Cultural Rituals of the Central Island Community of Kerinci Regency as the Creation of Surrealism Painting". This work is motivated by the Pengagah Harimau dance which is created from the movement of the tiger silat which is converted into a dance with the same movements as the tiger's. After observing the ritual of the Pengagah Harimau dance, the artist became interested in creating a surrealist painting with the idea of the ritual of the Pengagah Harimau dance. The design of the creation of the Pengagah Harimau dance is expressed in a different form from the original, but still has the same elements and meanings as the movement of the Menggah Harimau. The design that will be made is a scribble from each tiger dance and is presented in the form of a painting with a cereal technique.This surrealist painting creation method is a method used to observe something, a person and an environment or situation sharply, in detail, and record it accurately in several ways, namely observation and interviews. From the results of the interviews, the authors document the results in the form of photos and recordings. The location chosen as the object of research is in Pulau Tengah Village, Kerinci Regency.The result of the creator of this Menggah Harimau dance painting is surrealism painting in the form of opening motion, gazing motion, defending motion, crossed claws, matai ateh, nak nepo, and being conceded by imo. The materials or tools used in the creation of surrealist paintings are canvas, spanram, base paint, acrylic paint, gun stepller, and brushes. For the creation process, the spanram canvas is installed, the first work is done, and the work is framed. Creating this surrealism painting comes from the Menggah Harimau dance, Central Island Village, Kerinci Regency.Keywords: enchanting tiger, kerinci dance ritual.AbstrakPenciptaan karya seni ini berjudul “Mengagah Harimau: Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Sebagai Penciptaan Seni Lukis Surealisme”. Karya ini dilatarbelakangi oleh tari Mengagah Harimau yang tercipta dari gerak silat harimau yang diubah menjadi tarian dengan gerakan yang sama seperti gerak harimau, setelah mengamati ritual tari Mengagah Harimau, pengkarya menjadi tertarik untuk menciptakan karya lukis surealis dengan ide ritual tari Mengagah Harimau. Rancangan penciptaan tari Mengagah Harimau ini diekspresikan menjadi bentuk yang berbeda dari yang aslinya, akan tetapi tetap mempunyai unsur dan makna yang sama dengan membentuk gerak Mengagah Harimau. Desain yang akan dibuat merupakan coretan dari masing-masing tarian harimau dan disajikan ke dalam bentuk wujud lukisan dengan teknik serealis. Metode penciptaan karya seni lukis surealis ini adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seorang dan suatu lingkungan atau situasi secara tajam, terinci, dan mencatatnya secara akurat dalam beberapa cara yaitu observasi dan wawancara. Dari hasil wawancara, pengkarya mendokumentasikan hasil tersebut dalam bentuk foto dan rekaman. Lokasi yang dipilih sebagai sebagai objek penelitian yaitu di Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci. Hasil pencipta karya seni lukis tari Mengagah Harimau ini adalah seni lukis surealisme dalam bentuk gerak pembuka, gerak mengagah, gerak membela, cakar silang, matai ateh, nak nepo, dan kemasukan imo. Bahan atau alat yang digunakan dalam penciptakan karya seni lukis surealis adalah kain kanvas, spanram, cat dasar, cat akrilik, gun stepller, dan kuas. Untuk proses penciptaan dilakukan pemasangan kain kanvas spanram, proses penggarapan karya pertama, dan proses bingkai karya. Menciptakan karya seni lukis surealisme ini bersumber dari tari Mengagah Harimau Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci.Kata Kunci: mengagah harimau, ritual tari kerinci. Authors: Al Ikhsan : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDharsono : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Couto, Nasbahry. (1999), Gaya Dalam Seni Rupa Pemahaman Bahasa Seni Rupa Modern. Padang: Jurusan Seni.Halawa, W. E., Triyanto, R., Budiwiwaramulja, D., & Azis, A. C. K. (2020). Analisis Gambar Ilustrasi Hombo Batu Nias Gunungsitoli. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 193-203.Ikhsan, Al. (2021). “Mangagah Harimau”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 4 Februari 2021, Kerinci.Kartika, Dharsono Sony, (2016). Kreasi Artistik. Karanganyer. Surakarta: UNS.Prabu, W. N. D. (2017). Imaji Pop Surealisme Figur Gendut Dalam Lukisan. Journal of Urban Society's Arts, 4(1), 36-48.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Wahyuni, Sri, Surya Darma, and Saaduddin Saaduddin. "PENCIPTAAN FILM FIKSI “DIBALIK SUNGAI ULAR” MENGGUNAKAN ALUR NON-LINEAR." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 1 (April 17, 2021): 45. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i1.22018.

Full text
Abstract:
The fictional film "Behind the Snake River" is presented with a small child and his family's theme. As the main character who is innocent can reach the deepest emotions, the relationship between the characters as the driving force of the plot becomes the focus of this film with the application of a non-linear plot in directing. This pattern manipulates the time sequence of events by changing the sequence of the plots so that the causality relationship is unclear. The purpose of using a non-linear plot approach is to attract the eye of the audience to continue watching this film until it's finished. The method used in the creation of the film "Behind the Snake River" starts with Pre Production starting from (developing ideas/ideas, collecting data from literature studies, interviews, observation, documentation, film production and post-production (editing/finishing). The results of the application of the non-linear plot in the film "Behind the Snake River" are in all aspects of the film-forming from the narrative (script), cinematic (use of handheld cameras), mise-en-scene (background, costumes, and makeup, lighting and actors and movements) to the editing process uses the jump cut method The use of a non-linear plot approach makes the spectacle interesting and forces the audience to follow the film until the end.Keywords: fiction film, method, audience.AbstrakFilm fiksi “Dibalik Sungai Ular” disajikan dengan mengusung tema tentang seorang anak kecil dan keluarganya. Sebagai karakter utama yang polos dapat menjangkau emosi terdalam, maka hubungan antar tokoh sebagai penggerak alur menjadi fokus film ini dengan penerapan alur nonlinear dalam penyutradaraan. Pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian dengan mengubah urutan plotnya sehingga membuat hubungan kausalitas menjadi tidak jelas. Tujuan digunakannya pendekatan alur nonlinear agar menarik mata penonton untuk tetap menyaksikan film ini hingga selesai. Metode yang digunakan dalam penciptaan film “Dibalik Sungai Ular” yaitu dimulai dari Pra Produksi yang dimulai dari (pengembangan ide/gagasan, pengumpulan data dari hasil studi pustaka, wawancara, observasi, dokumentasi, produksi film dan pasca-produksi (editing/finishing). Hasil penerapan alur nonlinear pada film “Dibalik Sungai Ular” berada pada seluruh aspek pembentuk film mulai dari naratif (naskah), sinematik (penggunaan kamera handheald), mise-en-scene (latar, kostum dan makeup, pencahayaan dan pemain dan pergerakannya) hingga proses penyuntingan yang menggunakan metode jump cut. Penggunaan pendekatan alur nonlinear menjadikan tontonan yang menarik dan memaksa penonton untuk mengikuti film hingga akhir.Kata Kunci: film fiksi, metode, penonton. Authors: Sri Wahyuni : Universitas Potensi UtamaSurya Darma : Universitas Potensi UtamaSaaduddin : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References: Alfathoni, M. A. M. (2019). Mise En Scene dalam Film Lamaran Sutradara Monty Tiwa. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 165-178.Sugiharti, A. (2016). PERANCANGAN BUKU MENGENAL DUNIA SENI RUPA UNTUK ANAK USIA DINI (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).Andhika, Y. L. (2018). Film Bagurau; Representasi Citra Perempuan Minangkabau. Ekspresi Seni, 20(1), 56. https://doi.org/10.26887/ekse.v20i1.387.Cheng, T. (2014). Public Relations and Promotion in Film: How It’s Done and Why It’s Important. _______ : ________ .Darmawan, H., & Pramayoza, D. (2020). Abstrak. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 09(1), 138–144. https://doi.org/10.24114/gr.v9i1.18359.Ediantes, E. (2016). Ritual Sebagai Sumber Penciptaan Film Basafa Di Ulakan. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 18(1), 20-38.Mawar Kembaren, M., Azharie Nasution, A., & Husnan Lubis, M. (2020). Cerita Rakyat Melayu Sumatra Utara Berupa Mitos dan Legenda Dalam Membentuk kearifan Lokal Masyarakat. Rumpun Jurnal Persuratan Melayu, 8(1), 1–12. http://rumpunjurnal.com/jurnal/index.php/rumpun/article/view/117.Peransi, D. A. (2005). Film/media/seni. Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta.Pertiwi, G., & Yusril, Y. (2019). Penciptaan Film Fiksi “Siriah Jadi Karakok” Dengan Fenomena Lesbian Di Sumatera Barat. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 192. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13140.Pratista, H. (2008). Memahami film. _______: Homerian Pustaka.Si, N., Lajang, P., Cinta, C., Eks, P., Lajang, P., &Utami, K. A. Y. U. (2017). UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta. 1–22.Sugiyono, P. (2011). Metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabeta.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Herdianto, Ferry, Yusnelli Yusnelli, and Freddy Antara. "KOMPOSISI MUSIK BADONDONG BAIBO DALAM MUSIK INSTRMENTAL." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 1 (May 18, 2021): 115. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i1.24912.

Full text
Abstract:
The composition of instrumental and vocal music in this creation came from the art of badondong baibo and was developed into an instrumental music performance in the form of a musical composition with an orchestra format. The principle of the formulation of the creation of conventional music science. While the purpose of this creation is 1) to create badondong baibo art with different contexts and functions into modern music compositions and develop it using conventional techniques, 2) to realize musical ideas inspired by badondong baibo art and make it a new musical composition. . While the method of creation is carried out in three stages, namely; 1) data collection stage, 2) creation stage and 3) evaluation stage. This composition can be concluded that; a) creating musical compositions derived from regional arts has its own difficulties, where the creator must understand and explore the arts of the area, b) badondong is a new musical composition that is adapted from the melodies and vocals of badondong baibo in the Danto area of East Kampar district, c) the tone of the composition this music is a modified "nandung-nandung" melody without reducing the basic "nandung-nandung" melody, d) this badondong baibo vocal is sung by a vocalist to show the main theme in the creation of this musical composition, e) this composition is in the form of an orchestra format, f) This badondong is a musical composition with a lot of development, and is presented in the context of performing arts.Keywords: badondong, baibo, composition, music. AbstrakRumusan penciptaan komposisi ini diwujudkan dalam sebuah pertunjukan yaitu musik instrumental dan vokal yang mengangkat kesenian badondong baibo menjadi sebuah pertunjukan musik instrumental yang kreatif dan inovatif dalam bentuk komposisi musik dengan format orketra. Dimana rumusan penciptaan menggunakan prinsip-prinsip ilmu musik konvensional. Sedangkan tujuan penciptaan ini adalah 1) untuk menghadirkan kesenian badondong baibo dengan konteks dan fungsi yang berbeda ke dalam komposisi musik modern dan mengembangkannya dengan menggunakan teknik konvensional, 2) untuk merealisasikan ide musikal yang di inspirasi dari kesenian badondong baibo dan menjadikannya sebuah komposisi musik yang baru. Sedangkan metode penciptaan dilakukan dengan tiga tahap yaitu; 1) tahap pengumpulan data, 2) tahap penciptaan dan 3) tahap evaluasi. Secara aris besar kompisisi ini dapat disimpulkan bahwa; a) menggarap sebuah komposisi yang berangkat dari sebuah kesenian bukanlah perkara yang mudah, selain harus memahami, kita juga dituntut untuk mempelajari latar belakang dari kesenian tersebut, b) badondong adalah komposisi musik baru yang bersumber dari melodi vocal badondong baibo yang terdapat didaerah Danto kecamatan Kampar Timur, c) material komposisi ini adalah potongan-potongan melodi “nandung-nandung” yang dikembangkan dengan tidak menghilangkan nuasa melodi pokok “nandung-nandung”, d) vokal dari badondong baibo dibawakan oleh seorang vokalis untuk memperkenalkan tema pokok dalam penggarapan komposisi ini, e) komposisi digarap dengan format orkestra dalam sebuah pertunjukan seni, f) badondong ini adalah sebuah komposisi musik yang dicipatkan dengan menggunakan banyak pengembangan, dimana komposisi musik ini dihadirkan dalam konteks prtunjukan.Kata Kunci: badondong, baibo, komposisi, musik. Authors:Ferry Herdianto : Institut Seni Indonesia PadangpanjangYusnelli : Institut Seni Indonesia PadangpanjangFreddy Antara : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:­Aziza, M. R., Soemardiono, B. (2013). Canon, Sebuah Teori Musik sebagai Tema Objek Rancang Sekolah Tinggi Seni Pertunjukan Indonesia. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2), __ _ __ .Amanriza, dkk. (1989). Koba Sastra Lisan Orang Riau. Pekanbaru: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau.Baran, Stanley J. (2011). Pengantar Komunikasi Massa: Literasi Media dan Budaya, Edisi Kelima Buku Satu. Jakarta: Salemba Humanika.Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.Esten, M. (1990) Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultur. Bandung: Angkasa.Lailia, D. R. (2016). Tinjauan Harmoni Pada Karya Musik “True Love Of Family”. Jurusan Pendidikan Sendratasik: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.Kusumawati, Heni. (2004). Komposisi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.Herdianto, F. (2021). “Badondong Baibo”. Hasil Dokumentasi Pribadi. 2021, ISI Padangpanjang.Hutagalung, R. J. (2018). Klasifikasi Instrumen Musik pada Ensembel Musik Tradisional Batak Toba. Jurnal Christian Humaniora, 2(2), 114-126. https://doi.org/10.46965/jch.v2i2.92. Mahdayeni, M., Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(2), 154-165. https://doi.org/10.30603/tjmpi.v7i2.1125. Maran, Rafael Raga. (2007). Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.Mudjilah, H. S. (2004). Teori Musik (Diktat Kuliah). Yogyakarta: Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Musik, FBS-UNY Yogyakarta.Juita, N. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pantun Badondong Masyarakat Desa Tanjung Bungo Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran, 3(1). __ _ __ .Purnomo. (2018) Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Hasil Penetapan Kemendikbud 2013 s.d. 2018 Untuk Wilayah Kerja BPNB Kepulauan Riau Provinsi Kepulauan Riau dan Riau. Riau: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau.Sahar, S. (2016). Merintis Jalan: Membangun Wacana Pendekatan Antropologi Islam. Jurnal Al Adyaan; Jurnal Sosial dan Agama, 1(02). __ _ __ .Syafiq, Muhammad. (2003). Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.Sibarani, R. (2015). Pendekatan antropolinguistik terhadap kajian tradisi lisan. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1(1), 1-17. https://doi.org/10.22225/jr.1.1.9.1-17.Sutami, Hermina. (2005). Ungkapan Fatis dalam Pelbagai Bahasa. Depok: Rumah Printing. Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni, Penerbit ITB: Bandung.Wang, A. (2014, May). The Expression of Emotion and Feeling in Music Composition. In International Conference on Education, Language, Art and Intercultural Communication (ICELAIC-14) (pp. 636-638). Atlantis Press.Turek, Ralp. (1988). Concepts and Application. New York: The University of Akron.Yohana, N., & Husmiwati, K. (2015). Kaidah interaksi komunikasi tradisi lisan basiacuang dalam adat perkawinan Melayu Kampar Riau. Jurnal Penelitian Komunikasi, 18(1), 43-56.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Hendra, Hendra, Harissman Harissman, Nofrial Nofrial, Ferawati Ferawati, and Riswel Zam. "KAJIAN BENTUK, FUNGSI DAN KREATIVITAS RUMAH RAJUT SYAFIR KOTO LAWEH." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 2 (December 30, 2023): 462. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i2.28909.

Full text
Abstract:
The hand-knitting craft "Shafir Knitting Home" located in Nagari Koto Laweh, X Koto District Tanah Datar. This craftbusiness was started in 2016 and produces a variety of knitted products. The products that made have a variety of shapes and functions. This study aims to influence the existence of the Syafir Knitting House for the development of West Sumatra knitting crafts. Along with the times and changes in people's tastes, Syafir's Knitting House also always strives to improve the quality and quantity of the products it produces. To review more about the products produced, an approach is used using the theory of form and function so that it can be analyzed regarding the diversity of product forms and functions. The data was obtained using a qualitative approach to obtain a variety of information regarding the shape and function of the products produced. The products produced are in the form of simple accessories such as bracelets, small dolls, tissue holders and others. However, as time goes by, the products produced are also increasingly diverse, such as knitted jackets, knitted bags with Minangkabau motifs and wall hangings and this is of course Syafir's Knitting house's response to market tastes. To analyze the product that produced, Clive Bell's form theory and function theory proposed by Feldman are used. The results of the data analysis in the field can be seen how the character forms, functions and creativity of the craftsmen at Syafir's Knitting house. From this analysis it can be concluded that Syafir's knitting craft is transformed into products that adapt to the needs of the community.Keywords: syafirknitting, shape, function, creativity. AbstrakKerajinan rajut tangan “Rumah Rajut Syafir”, merupakan sentra kerajinan rajut yang berada di Nagari Koto Laweh Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Usaha yang dirintis tahun 2016 dan menghasilkan beragam produk rajutan. Produk yang dihasilkan memiliki keberagaman bentuk dan fungsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari keberadaan Rumah Rajut Syafir bagi perkembangan kriya rajut Sumatera Barat. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan selera masyarakat, Rumah Rajut Syafir juga selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Untuk mengulas lebih jauh mengenai produk yang dihasilkan, maka digunakan pendekatan dengan menggunakan teori bentuk dan fungsi sehingga dapat dianalisa mengenai keberagaman bentuk dan fungsi produk. Data diperoleh dengan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan beragam informasi terkait bentuk dan fungsi produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan berupa aksesoris sederhana seperti gelang, boneka kecil, tempat tisu dan lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, produk yang dihasilkan juga semakin beragam seperti jaket rajut, tas rajut dengan motif khas Minangkabau dan hiasan dinding dan hal ini tentunya merupakan respon rumah Rajut Syafir terhadap selera pasar. Untuk menganalisis produk yang dihasilkan maka digunakan teori bentuk Clive bell dan teori fungsi yang dikemukakan oleh Feldman. Hasil dari analisis data di lapangan dapat dilihat bagaimana karakter bentuk, fungsi dan kreativitas dari pengrajin di rumah Rajut Syafir. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kerajinan Rajut Syafir bertransformasi menghasilkan produk yang menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.Kata Kunci: rajut syafir, bentuk, fungsi, kreativitas. Authors:Hendra : Institut Seni Indonesia PadangpanjangHarissman : Institut Seni Indonesia PadangpanjangNofrial : Institut Seni Indonesia PadangpanjangFerawati : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRiswel Zam : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Ardianti, S. R., & Affanti, T. B. (2021). Pemanfaatan Teknik Tapestri Pada Rompi Dengan Bahan Renda. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(2), 487-494. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.28231.Feldman, E. B. (1967). Art As Image And Idea. England: Prentice Hall Inc Englewood Cliffs.Ferawati, F., Hendra, H., & Akmal, A. (2021).PELATIHAN RAJUT UNTUK SOUVENIR DI DESA WISATA KUBU GADANG. Batoboh: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 6(2), 178-189. http://dx.doi.org/10.26887/bt.v6i2.2061.Gie, T. L. (2004). Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.Gustami, S. (2003). Metode Pendekatan dalam Kajian Seni. Rupa. Yogyakarta: UPT UNNES PRESS.Hanafi, H., Suryanti, S., & Hendra, H. (2020). Kerajinan Rajut Sebagai Produk Cendramata Di Nagari Tuo Pariangan. Jurnal Abdimas Mandiri, 4(1), 35–41. https://doi.org/10.36982/jam.v4i1.1043.Hendra, H. (2018). Eksistensi Kerajinan Perak Koto Gadang Sumatera Barat. Corak, 7(2), 149–162. https://doi.org/10.24821/corak.v7i2.2680.Hendra, H., & Agustin, D. (2022). Eksistensi Tenun Songket Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 11(1), 202-211. https://doi.org/10.24114/gr.v11i1.28908.Hendra, H., & Sari, Y. K. (2021). Karakteristik Motif Sulaman Selendang Koto Gadang Sumatera Barat. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(2), 396-406. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.27776.Hendra, I. Q. (2020). Pelatihan Desain Gerabah Dengan Teknik Batik DI SMKN1 Kecamatan Luak Kabupaten 50 Kota. Batoboh, 5(2), 124-138. https://doi.org/10.26887/bt.v5i2.1296.Homby, A. J. C. (1995). Oxford Advance Learners 5th Edition. England: Oxford University Press.Kamal, M. N. (2020). Kerajinan Perak Tinjauan Pada Proses Dan Makna Simbolis Ornamen Di Home Industry Di Koto Gadang. Gorga : Jurnal Seni Rupa,9(2),409-418. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.21229.Kartika, Darsono Sony. (2004). Seni Rupa Modern (pertama). Bandung: Rekayasa Sains.Koentjaraningrat, K. (1967). Pengantar Ilmu Antropologi. Bandung: Aksara Baru.Nawawi, H. (1990). Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Rachmawati, Y. dan E. K. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak Kanak. Depdikbud. Jakarta: Prenanda Media Grup.Soedarsono, R. (1999). Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa. Yogyakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.Stenberg, R. J., Kaufman J.C., & P. J. E. (2002). The Creativity. Psychology Press.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Minawati, Rosta, Enrico Alamo, Sherli Novalinda, and Sulaiman Juned. "PERSPEKTIF OPERA BATAK SISINGAMANGARAJA XII EPISODE BORU LOPIAN ULUPORANG TANO BATAK." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 1 (June 30, 2022): 123. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.32473.

Full text
Abstract:
This creation research formulates the struggle of Boru Lopian son of Sisingamangaraja XII against Dutch colonialism. In addition to seeing as the figure of the son of King Sisingamangaraja XII, the research is also directed at the story of Boru Lopian who is famous for his courage when dealing with the invaders. Even though he comes from an honorable lineage, Boru Lopian is never arrogant and arrogant. Unfortunately, this humanist figure also died in the guerrilla against the Dutch colonialists. The final result of the research is a Batak opera performance with the title, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. The process of performing Batak opera begins with the creation of a Batak opera script obtained based on research on Boru Lopian. Then packed with some elements of modern theater without leaving the inherent traditional values. This combination was deliberately chosen as part of the stages towards the novelty of the arable concept (innovation). The research method of creation is done through observation, research and interviews with community leaders. The arrangement of the story of the Batak opera Sisingamangaraja XII episode of Boru Lopian, Uluporang Tano Batak is a reorganization of a history. Which of course undergoes several changes, from the actual story to a story that is 'spiced up' with the present context. This is done in order to become familiar with the audience. The authenticity of traditional Batak opera forms is combined with artistic elements of modern theater so that the atmosphere and setting of the event becomes contextual. The goal is to facilitate the presence of building elements, artifacts, past events that are impossible to present simultaneously on the current stage. The structure in the Batak opera Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak has similarities with the two previous Batak opera performances. Because it was designed for three opera performances of Batak Sisingamangaraja XII.Keywords: Boru Lopian, perspective, opera Batak. AbstrakPenelitian penciptaan ini merumuskan perjuangan Boru Lopian anak Sisingamangaraja XII dalam melawan penjajahan Belanda. Selain melihat sebagai sosok anak Raja Sisingamangaraja XII, penelitian juga diarahkan pada kisah Boru Lopian yang terkenal akan keberaniaannya saat berhadapan dengan para penjajah. Walaupun berasal dari keturunan terhormat, Boru Lopian tidak pernah sombong dan tinggi hati. Sayangnya sosok yang humanis ini turut tewas dalam gerilya melawan penjajah Belanda. Hasil akhir dari penelitian adalah, pertunjukan opera Batak dengan judul, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. Proses pertunjukan opera Batak didiawali dengan pembuatan naskah opera Batak yang didapatkan berdasarkan riset tentang Boru Lopian. Kemudian dikemas dengan beberapa unsur-unsur teater modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi yang melekat. Perpaduan ini sengaja dipilih sebagai bagian dari tahapan menuju kebaruan dari konsep garapan (inovasi). Metode penelitian penciptaan dilakukan melalui observasi, riset dan wawancara dengan tokoh masyarakat. Penataan cerita opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak ini merupakan penataan ulang sebuah sejarah. Yang didalamnya tentunya mengalami beberapa perubahan, dari cerita yang sebenarnya menjadi cerita yang ‘dibumbui’ dengan konteks kekinian. Hal ini dilakukan agar menjadi akrab dengan penonton. Keaslian bentuk opera Batak tradisi dipadukan dengan elemen-elemen artistik teater modern agar suasana dan latar peristiwa menjadi kontekstual. Tujuannya untuk mempermudah hadirnya unsur bangunan, artefak, peristiwa masa lalu yang tidak mungkin dihadirkan secara bersamaan diatas panggung saat ini. Struktur dalam opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak memiliki kesamaan dengan dua pertunjukan opera Batak sebelumnya. Karena dirancang untuk tiga pertunjukan opera Batak Sisingamangaraja XII.Kata Kunci: Boru Lopian, perspektif, opera Batak. Authors: Rosta Minawati : Institut Seni Indonesia PadangpanjangEnrico Alamo : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSherli Novalinda : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSulaiman Juned : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References: Alamo, E., Eliza,M., Syailillah, G. (2020). Makna dan Fungsi Ulos Pada Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar Di Pematang Siantar Sumatera Utara. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 94. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.24824Alamo, E., Minawati, R., Sulaiman, S., & Novalinda, S. (2020). Opera Batak Sisingamangaraja XII Episode Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Usungan Tradisi dan Kontemporer. Dance and Theatre Review. Jurnal Tari, Teater, dan Wayang, 3(2), 59.Alamo, E.,(2014). Sampuraga Penciptaan Opera Batak. Ekspresi Seni: Jurnal Pengetahuan dan Seni, 16(1),1.Guntur. (2016). Metode Penelitian Artistik. Surakarta: ISI Press.Hariwijaya, M. (2007). Metodologi dan Tehnik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Elmatera Publishing.Joel, M. Charon. Eighth Edition (2012) Ten Questions: A Sociological Perspective. USA: Cengage Learning.Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Martono, Nanang. (2012) Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Pavis, Patrice. (1990). Theatre at The Crossroad of Culture. London and New York: Transl. Loren Kruger.Purba, Krismus. (2010). Opera Batak Tilhang Serindo: Pengikat Budaya Masyarakat Batak Toba di Jakarta.Yogyakarta: Kalika Bantul.Sulaiman, S., Minawati, R., Alamo, E., & Novalinda, S. (2019). Analisis Struktur Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII: Episode Tongtang I Tano Batak. Panggung Bandung: Jurnal Seni Budaya, 29(2),160.Sumaatmadja dan Winardit. (1999). Perspektif Global. Jakarta: UT.Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia, Perkembangan dan PerubahanKonvensi Seni Teater. Yogyakarta: Pustaka Gondo Suli.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Novelti, Gusmaizal Syandri, and Muhammad Kristiawan. "An instructional model text mapping with poetry text description." Humanities and Social Sciences Letters 12, no. 2 (May 3, 2024): 365–82. http://dx.doi.org/10.18488/73.v12i2.3740.

Full text
Abstract:
The Indonesian language learning method at Junior High School (SMP) Negeri Padangpanjang was generally boring and traditional. A solution is required to create products that are successful, efficient and enjoyable to use in classroom learning activities. A solution is required to make goods that are effective, efficient and entertaining to use in classroom learning activities. The product trial took place at SMP Negeri 3 Padangpanjang. The 4-D development phase was done in this study. During the conceptualization and development phases of this study, junior high school teachers and students were involved. In addition, experts participate in the process of evaluating products. A variety of methods are used including tests, questionnaires, observations and interviews. The main syntax of OMEMPAT is created by the descriptive text mapping learning model with the help of poetry text such as (1) orientation (2) reading and listening to poetry (3) mapping the contents of the descriptive text (4) presenting the results of the descriptive text mapping and (5) reflecting on the learning process. The three criteria of validity, practicability and efficacy were used to assess the quality of the learning model. The descriptive text mapping learning model which is supported by poetry texts needs to be put into practice. Teachers must create learning models that enable students to engage in educational activities while enjoying.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Pratama, Haria Nanda, and Abdul Rozak. "KARAKTERISTIK MUSIKAL PADA FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK." Gorga : Jurnal Seni Rupa 10, no. 2 (December 30, 2021): 549. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.29202.

Full text
Abstract:
The film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck is a drama film released on December 19, 2013. The film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, directed by Sunil Soraya and produced by Ram Soraya, is adapted from a novel by the writer and cultural expert Haji Abdul Malik Karim Amrullah, or commonly known as Buya Hamka. This film tells the story of conflict and conflict due to differences in social status. This is supported by the effect of music in creating an atmosphere in each scene which includes dialogue and action of characters that are supported by the setting of time, place and atmosphere in the film. The object of this research focuses on one of the cinematic elements in the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, namely music or sound. Music and sound become one of the elements that build the setting of time, place, and atmosphere in the film, which affects the mood of the audience. Music and sound are useful for adding dramatic effects when scenes in the storyline are seen in every shot (shots, scenes, and sequences). The musical characteristics of the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck which include rhythm, melody, harmony, tempo, song structure and sound color produce a film atmosphere according to the scene in the film which is considered to have an important role in building a dramatic effect on the film that affects the mood of the audience. This research was conducted with a qualitative approach with descriptive analysis method. The data source is direct observation of the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. The stage of data collection carried out by researchers is to collect documents which include original film VCD and library studies which include books and scientific writings as comparative material related to material objects and formal objects in this study. Based on these data, an analysis of the musical characteristics of the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck was conducted was conducted. The results of the study will show that music in the use of musical instruments, major or minor scales, dynamics, motifs, and tempos are characteristics in building a dramatic effect on the film.Keywords: tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.AbstrakFilm Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan sebuah film drama yang dirilis pada tanggal 19 Desember 2013. Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang disutradarai Sunil Soraya dan diproduksi oleh Ram Soraya ini diadaptasi dari novel mahakarya sastrawan sekaligus budayawan Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang biasa dikenal dengan Buya Hamka. Film ini mengisahkan tentang pertentangan dan konflik karena perbedaan status sosial. Hal ini didukung oleh efek musik dalam menciptakan suasana di dalam setiap adegan yang meliputi dialog dan aksi tokoh yang didukung oleh latar waktu, tempat serta suasana pada film. Objek penelitian ini berfokus pada salah satu unsur sinematik pada film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yaitu musik atau suara. Musik dan suara menjadi salah satu unsur yang membangun latar waktu, tempat, dan suasana pada film, yang berpengaruh pada mood penonton. Musik dan suara tersebut berguna untuk menambah efek dramatis ketika adegan-adegan pada alur cerita yang terlihat di setiap pengambilan gambar (shot, scene, dan sequence). Karakteristik musik pada film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang meliputi irama, melodi, harmoni, tempo, struktur lagu dan warna bunyi menghasilkan suasana film sesuai dengan adegan di dalam film yang dianggap memiliki peran yang penting dalam membangun efek dramatis pada film yang mempengaruhi mood penonton. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Sumber datanya adalah pengamatan langsung atas film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Tahap pengumpulan data dilakukan peneliti adalah mengumpulkan dokumen yang meliputi VCD original film dan studi Pustaka yang meliputi buku dan tulisan ilmiah sebagai bahan komparasi yang berkaitan dengan objek material dan objek formal pada penelitian ini. Berdasarkan data tersebut, dilakukan analisis terhadap karakteristik musikal pada film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Hasil penelitian akan menunjukkan bahwa musik dalam pemakaian instrumen musik, tangganada mayor atau minor, dinamika, motif, dan tempo menjadi karakteristik dalam membangun efek dramatis pada film.Kata Kunci: tenggelamnya kapal Van Der Wijck. Authors:Haria Nanda Pratama : Institut Seni Budaya Indonesia AcehAbdul Rozak : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Cresswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Djohan. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher.Kristianto, Y.P, Sumono. (2008). Pengantar Ilmu Akustik Suara dan Pendengaran. Jakarta: Remaja Kosdakaya.Lestarini, Aulia, Anggia. (2014). Perkembangan Internasional British Pop Culture Pasca Perang Dunia Kedua. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.Moleong, J, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Pratama, Haria Nanda. (2017). Materalistis dan Alur Dramatik pada Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Tesis. Padangpanjang: Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang.Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Mulyadi, Mulyadi, and Ferry Herdianto. "UPAYA PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN SENI BUDAYA BENGKULU TENGAH." Gorga : Jurnal Seni Rupa 11, no. 2 (December 30, 2022): 662. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i2.39274.

Full text
Abstract:
This research is motivated by the culture of the people of Central Bengkulu which has begun to show symptoms of a shift towards extinction, for this reason efforts to map and develop traditional cultural arts in Central Bengkulu Regency as a whole are needed. This study aims to describe the mapping and development of Central Bengkulu arts and culture. This research method uses qualitative research with data collection techniques in the form of observation, documentation and interviews. The data analysis technique uses an interactive model consisting of three principles, namely: data reduction components, data presentation, and drawing and testing conclusions. The results of the study show that preserving cultural arts in Central Bengkulu is quite concerning because the people of Central Bengkulu adhere to traditional art forms which are really attached to the traditional ceremonies of the Malay people. Ways of cultural development that are seen as strategic include; 1) Re-vitalization, namely by reviving or organizing culture as the embodiment of or reviving a culture that has been destroyed. 2) Re-construction, namely in the form of compiling or rearranging old cultural points that still exist. 3) Re-event, namely creating and building events for cultural performances and exhibitions.Keywords: mapping, development, art, culture. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh kebudayaan masyarakat Bengkulu Tengah sudah mulai menunjukan gejala pergeseran kearah kepunahan, untuk itu diperlukan upaya pemetaan dan pengembangan seni budaya tradsional Kabupaten Bengkulu Tengah secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemetaan dan pengembangan seni budaya Bengkulu Tengah. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri tiga prinsip yaitu: komponen reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan serta pengujian kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melestarikan seni budaya di Bengkulu Tengah cukup memprihatinkan karena masyarakat Bengkulu Tengah berpegang teguh pada bentuk kesenian tradisional yang betul melekat dengan upacara tradisional rakyat Melayu. Cara pengembangan kebudayaan yang dipandang strategis diantaranya; 1) Re-vitalisasi, yaitu dengan cara menghidupkan atau menata kebudayan sebagai penubuhan atau menghidupkan kembali kebudayaan yang sudah musnah. 2) Re-konstruksi, yaitu dalam bentuk menyusun atau menata kembali poin-poin kebudayaan lama yang masih ada. 3) Re-evented yaitu menciptakan dan membangun event untuk wadah pertunjukan dan pameran kebudayan.Kata Kunci: pemetaan, pengembangan, seni, budaya. Authors:Mulyadi : Institut Seni Indonesia PadangpanjangFerry Herdianto : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Amelia, D. I. (2021) Peran Pendidikan Seni Dalam Melestarikan Kekayaan Budaya Di Era 5.0 Pada SDN Margadadi IV. Prosiding dan Web Seminar (Webinar) “Standarisasi Pendidikan Sekolah Dasar Menuju Era Human Society 5.0”.Ahmad, S. (2013) Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenadamedia Group.Alfani, A. (2022) Perkembangan Festival Kebudayaan Tradisional Tabut di Kota Bengkulu pada Tahun 2013-2020. Skripsi tidak diterbitkan. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.Biktagirova, G. F., Utemov, V. V., & Khitryuk, V. V. (2016). The Model of Realization of the Main Professional Educational Curricular for Training Middle Level Specialists. International Journal of Environmental and Science Education, 11(5), 907-914.Christophersen, C. (2013). Helper, Guard or Mediator? Teachers' Space for Action in" The Cultural Rucksack," a Norwegian National Program for Arts and Culture in Schools. International Journal of Education & the Arts, 14.Dianingasih, F. T. (2019). Fungsi Musik Dol Bagi Masyarakat Kota Bengkulu. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.MR, M. H. (2021). Lunturnya Permainan Tradisional. Aceh Anthropological Journal, 5(1), 1-15.Hasanadi, H. (2014). Seni dendang Bengkulu Selatan: Menelisik Sistem Nilai Budaya dan Dampak Sosial Ekonomi Seniman Tradisional. Jurnal Suluah, 14(18), 49-63.Irsal, I. (2017). Makna Etis “Punjung Nasi Sawo” pada Acara Pernikahan Suku Rejang di Kecamatan Batiknau Kabupaten Bengkulu Utara. Manthiq, 2(1).Khairiah, K., & Walid, A. (2020). Pengelolaan Keberagaman Budaya Melalui Multilingualisme di Indonesia. Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, 5(1), 131-144.Koentjaraningrat, K. (2015). Pengantar Ilmu Antropolog. PT Rineka Cipta.Mahdayeni, M., Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(2), 154-165.Kholis, N., & Mufidah, N. (2020). Community Multicultural Integration Pattern in Environment-Based Learning. International Journal of Instruction, 13(1), 101-124.Nahak, H. M. (2019). Upaya melestarikan budaya indonesia di era globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 65-76.Puguh, D. R. (2017). Melestarikan dan Mengembangkan Warisan Budaya: Kebijakan Budaya Semarangan dalam Perspektif Sejarah. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(1), 48-60.Permatasari, W. A., & Agustina, A. (2020). Analisis Proses dan Esensialitas pada Tradisi Mandi Bakumbo dalam Pernikahan Adat Melayu di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 108-113.Ridwan, R. Problematika Keragaman Kebudayaan dan Alternatif Pemecahan (Perspektif Sosiologi). Madaniyah, 5(2), 195079.Rokhayatun, T. S., & Jatilinuar, S. R. K. (2022). Pemetaan Pola Tabuhan Bonang Penerus: Sebuah Upaya Pelestarian Karawitan GAYA Yogyakarta. Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi, 22(1), 1-14.Suparno, S., Alfikar, G., Santi, D., & Yosi, V. (2018). Mempertahankan Eksistensi Budaya Lokal Nusantara Ditengah Arus Globalisasi Melalui Pelestarian Tradisi Gawai Dayak Sintang. Jurnal Pekan: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 3(1), 43-56.Sari, R. W. (2019). Eksistensi sebuah tradisi Tabut dalam Masyarakat Bengkulu. Majalah Ilmiah Tabuah: Talimat, Budaya, Agama dan Humaniora, 23(1), 47-58.Sari, F. D., Pratama, H. N., & Setiawan, I. (2020). Identifikasi Umah Adat Pitu Ruang sebagai Produk Kebudayaan Gayo. Studi Kasus: Umah Reje Baluntara di Aceh Tengah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 451-454.Tabuena, A. C. (2022). Inclination State on the Philippine Culture and Arts Using the Appraisal Theory: Factors of Progress and Deterioration. Participatory Educational Research (PER), 09(01), 388-403.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Mikaresti, Pamela, Herlinda Mansyur, and Elizar Elizar. "PELESTARIAN TARI GALOMBANG DUO BALEH MELALUI PENCIPTAAN TARI TATAGOK." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 1 (June 30, 2023): 132. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i1.43258.

Full text
Abstract:
The existence of the "Galombang Duo Baleh" Dance among the young generation of cultural heirs in Nagari Pitalah is in an alarming condition. It is clear that the lack of interest of the younger generation in learning and preserving the "Galombang Duo Baleh" Dance is because many other interesting things can be played from home without having to gather at the Sasaran. It is evident that Sasaran has begun to be abandoned as a forum for learning various things including silat and the "Galombang Duo Baleh" Dance as games and entertainment for village children in the past. The reasons mentioned above are inseparable from developments in science, technology and art. It is evident that the younger generation prefers online games which are accessed from their respective devices, watching entertainment from YouTube, to being busy in establishing social relations through social media such as TikTok, Instagram, Twitter, Facebook and other social media because they are more interesting. To overcome this, it is necessary to have a new innovation that can attract the interest of the younger generation in learning traditional dance so that it continues to live and develop in the life of the people who inherit it. The dance creation method uses the theory of the stages of creating dance works referring to Alma M Hawkins' theory of motion exploration, motion improvisation, motion composition and motion evaluation. The result of the creation of the development of the "Galombang Duo Baleh" Dance is the "Tatagok" Dance. "Tatagok" dance is a newly created dance that develops the basic movements of the "Galombang Duo Baleh" dance. Learning the "Tatagok" Dance means participating in learning the basics of the "Galombang Duo Baleh" Dance, because the movements of the "Tatagok" Dance come from the basic movements of the "Galombang Duo Baleh" Dance which are packaged in a new form by considering the knowledge of dance composition to make it look more attractive.Kata Kunci: preservation, traditional dance, creation dance. AbstrakEksistensi Tari Galombang Duo Baleh diantara generasi muda pewaris budaya di Nagari Pitalah berada dalam kondisi mengkhawatirkan. Terlihat jelas bahwa kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan Tari Galombang Duo Baleh karena banyak hal menarik lainnya bisa dimainkan dari rumah tanpa harus berkumpul di Sasaran. Terbukti bahwa Sasaran sudah mulai ditinggalkan sebagai wadah mempelajari berbagai hal termasuk silat dan gerak Tari Galombang Duo Baleh sebagai permainan dan hiburan anak nagari dahulunya. Penyebab hal yang disebutkan di atas tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, terbukti bahwa generasi muda lebih menyukai permainan online yang diakses dari gawai masing-masing, menonton hiburan dari Youtube, hingga sibuk dalam menjalin hubungan sosial melalui media sosial seperti TikTok, Instagram, Twitter, Facebook dan media sosial lainnya karena lebih menarik. Untuk mengatasi hal demikian, maka perlu adanya sebuah inovasi baru yang bisa menarik minat generasi muda dalam mempelajari tari tradisional agar tetap hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat pewarisnya. Metode penciptaan tari menggunakan teori Tahapan penciptaan karya tari merujuk teori Alma M Hawkins adalah eksplorasi gerak, improvisasi gerak, komposisi gerak dan evaluasi gerak, Hasil penciptaan pengembangan Tari Galombang Duo Baleh adalah Tari Tatagok. Tari Tatagok adalah tari kreasi baru pengembangan gerak dasar Tari Galombang Duo Baleh. Mempelajari Tari Tatagok, berarti ikut mempelajari pakem-pakem Tari Galombang Duo Baleh, sebab gerakan Tari Tatagok berasal dari gerak dasar Galombang Duo Baleh yang dikemas dalam bentuk baru dengan mempertimbangkan ilmu komposisi tari agar terlihat lebih menarik. Authors:Pamela Mikaresti : Universitas TerbukaHerlinda Mansyur : Universitas Negeri PadangElizar : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Dewi, F. S. P. (2022). Konsep Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar dalam Implementasi Pembelajaran Menurut Teori Jeas Piaget (Telaah Buku Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget). Lampung: UIN Raden Intan Lampung.Hajizar, H. (2022). “Pewarisan Tari”. Hasil Wawancara Pribadi: 23 April 2022, Padangpanjang.Hidayat, R. (2022). “Pewarisan Tari”. Hasil Wawancara Pribadi: 24 April 2022, Padangpanjang.Mikaresti, P., Mikaris, Y., & Tamara, C. (2020). Symbolic Meaning of Dance with Masks People’s Life from Muaro/Jambi District. In Proceeding International Conference on Malay Identity (Vol. 1, pp. 162-174).Mikaresti, P., & Mansyur, H. (2022, April). Creating an Indonesian Archipelago Creation Dance for Elementary School-Aged Children. In International Conference on Elementary Education (Vol. 4, No. 1, pp. 542-552).Przybylski, A. K., & Weinstein, N. (2017). A Large-Scale Test of the Goldilocks Hypothesis: Quantifying the Relations Between Digital-Screen Use and the Mental Well-Being of Adolescents. Psychological Science, 28(2), 204-215.Ramlan, P. M., Bahar, M., & Gunawan, I. (2018). Tari Skin Sebagai Identitas Kehidupan Masyarakat Kabupaten Merangin. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 2(02), 253-268.Suharto, B. (1985). Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis. Yogyakarya: Ikalasti.Susanti, M., Erlinda, E., & Sastra, A. I. (2016). Estetika Main Bungo dalam Penyajian Galombang Duobaleh di Nagari Pitalah Kabupaten Tanah Datar. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 4(1), 13-28.Hadi, Y. S. (2014). Koreografi: Bentuk, Teknik, Isi. Yogyakarta: Cipta Media.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Elpalina, Srimutia, Agustina Agustina, Christanto Syam, Adek Cerah Kurnia Azis, Fitrah Cyntha Dirna, and Yudhistira Oscar Olendo. "BENTUK PAKAIAN ADAT BUNDO KANDUANG DI BATIPUAH BARUAH TANAH DATAR." Gorga : Jurnal Seni Rupa 12, no. 2 (December 30, 2023): 495. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v12i2.49536.

Full text
Abstract:
Clothing can be categorized into several types, such as everyday wear, workwear, festive attire, and traditional costumes. Everyday wear is used for daily activities at home or in society. Workwear is worn when someone is working, like teacher's attire or office clothing. Festive attire is specifically for celebration events, such as birthdays or weddings. On the other hand, traditional costumes are worn during customary ceremonies and hold sacred values. The traditional costume of "bundo kanduang" in Minangkabau carries philosophical and cultural significance for the community. It represents the position and role of a "bundo kanduang" in the Minangkabau traditional society. A "bundo kanduang" is an esteemed woman within a clan, responsible for domestic affairs in the community. The term "bundo kanduang" is often used as a synonym for women, yet its interpretation varies in the society of West Sumatra. There are three versions of the term: the story of "kaba" the perspective of women in West Sumatra, and the view of the Minangkabau traditional community. The traditional costume of "bundo kanduang" in Minangkabau has distinctive elements, such as "tingkuluak" (headpiece), "baju kuruang basiba" (upper garment), "kodek" (skirt), "salempang" (sash), jewelry, and footwear. Each part of the attire symbolizes specific meanings and signifies the role and responsibility of a "bundo kanduang" within her community. This research employs a qualitative descriptive method through observation, interviews, and documentation. The findings indicate that the traditional costume of "bundo kanduang" in Batipuah Baruah, Tanah Datar, possesses unique characteristics and profound cultural significance in Minangkabau's heritage. In conclusion, the preservation of the traditional costume of "bundo kanduang" is vital to safeguard the cultural richness of Minangkabau. With the passage of time, changes in the form of traditional attire can alter the meanings and symbols embedded within it. Therefore, documenting and inventorying the forms of traditional clothing is crucial for understanding and preserving this cultural heritage.Keywords: shapes, traditional clothes, bundo kanduang, women. AbstrakPakaian memiliki beberapa kategori, seperti pakaian sehari-hari, pakaian kerja, pakaian pesta, dan pakaian adat. Pakaian sehari-hari digunakan dalam aktivitas sehari-hari di rumah atau di tengah masyarakat. Pakaian kerja dipakai ketika seseorang sedang bekerja, seperti pakaian guru atau pakaian kantor. Pakaian pesta adalah pakaian khusus untuk acara perayaan, seperti ulang tahun atau pernikahan. Sedangkan pakaian adat adalah pakaian tradisional yang dipakai dalam upacara adat dan memiliki nilai sakral. Pakaian adat bundo kanduang di Minangkabau memiliki makna filosofi dan nilai budaya masyarakat yang mengenakannya. Pakaian ini menggambarkan posisi dan peran seorang bundo kanduang dalam masyarakat adat Minangkabau. Bundo kanduang adalah seorang wanita yang dituakan dalam suatu suku, yang memegang pimpinan urusan domestik dari suatu kaum dalam lingkungan masyarakat adat. Istilah bundo kanduang sering digunakan sebagai kata ganti untuk kaum wanita, namun pengertian bundo kanduang dalam masyarakat Sumatera Barat bervariasi. Terdapat tiga versi istilah bundo kanduang, yaitu versi cerita kaba, versi kaum wanita Sumatera Barat, dan versi masyarakat adat Minangkabau. Pakaian adat bundo kanduang di Minangkabau memiliki bentuk yang khas, seperti tingkuluak, baju kuruang basiba, kodek, salempang, perhiasan, dan alas kaki. Setiap bagian pakaian memiliki simbol dan makna tertentu yang menggambarkan peran dan tanggung jawab seorang bundo kanduang dalam kaumnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakaian adat bundo kanduang di Batipuah Baruah, Tanah Datar memiliki karakteristik yang unik dan memiliki makna mendalam dalam budaya Minangkabau. Kesimpulannya, pelestarian pakaian adat bundo kanduang penting untuk menjaga kekayaan budaya Minangkabau.Kata Kunci: bentuk, pakaian adat, bundo kanduang, perempuan. Authors:Srimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangAgustina : Universitas Negeri PadangChristanto Syam : Universitas TanjungpuraAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri MedanFitrah Cyntha Dirna : Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Indralaya UtaraYudhistira Oscar Olendo : Universitas TanjungpuraReferences:Amir, M. S. (2007). Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.Amrida, A. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012. Tanah Datar.Anwar, R., Sastra, A. I., & Zebua, E. (2019). Pakaian Pangulu di Nagari Gunuang Kota Padangpanjang Provinsi Sumatera Barat. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 332-336.Azis, A. C. K., Lubis, S. K., Kartono, G., & Daulay, M. A. J. (2023). Digitalisation of Teaching Materials for Toba Batak Ethnic Decorative Variety with Procreate Media Based on p-Books and e-Books. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 9(3), 782-793.Chaer, Abdul/ (199)). Pengantar Semanti Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Couto, Nashbary. (2009). Seni Rupa Teori dan Aplikasi. Padang: UNP Press.Dahrizal, Musra (Mak Katik). (2012). “Bentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Desember 2012. Kota Padang.Daryusti, D. (2006). Hegomoni Penghulu dan Perspentif Budaya. Jakarta: Penerbit Pustaka.Efi, Agusti. (2006) Benda Budaya Alat Kebesaran Minangkabau: Lambang dan Makna. ”Disertasi”. Tidak diterbitkan.Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. Bentuk Pakaian Adat Panghulu Di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167-173.Hakimy, Idrus. (2001). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Naim, Mochtar. (2006). Tiga Menguak Tabir: Perempuan Minangkabau di Persimpangan Jalan. Jakarta: Hasanah.Nurhaida. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012. Tanah Datar.Putra, Z. A. W., Olendo, Y. O., & Sagala, M. D. (2023). Kajian Kritik Seni: Transformasi Bentuk Penyajian Musik Tradisional Krumpyung Kulon Progo di Era Multimedia. Jurnal Sendratasik, 12(2), 146-156.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Indah Wulandari, Mimi Sri Irfadila Megasari Martin, Sarah Samosir. "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MUHAMMADIYAH PADANGPANJANG." Inovasi Pendidikan 10, no. 1 (March 30, 2023). http://dx.doi.org/10.31869/ip.v10i1.4460.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan proses implementasi model pembelajaarn berbasis proyek pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Muhammadiyah Padangpanjang. Metode penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment. Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah Padangpanjang yang berjumlah 35 orang. Data penelitian dikumpulkan dengan instrument kuisioner, lembar observasi, dan tes untuk mengukur hasil belajar. Indikator yang digunakan dalam angket terkait aspek kreativitas, pengetahuan, dan hasil belajar. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif berbantuan SPSS ver.26. Hasil Penelitian persamaan yang ditafsirkan dari analisis SEM digambarkan bahwa persamaan yang diperoleh terdapat pengaruh positif variabel kreativitas dan pengaruh negatif variabel pengetahuan dan hasil belajar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Budaya, Arga. "PENGALAMAN PEMBELAJARAN MUSIK MELAYU DI ISI PADANGPANJANG." Ekspresi Seni 14, no. 2 (November 1, 2012). http://dx.doi.org/10.26887/ekse.v14i2.195.

Full text
Abstract:
Masalah pembelajaran musik Melayu di Jurusan Seni Musik Institut Seni Indonesia (ISI) padangpanjang menjadi fokus pembahasan hasil penelitian ini. Sebab proses mengajar-belajar belum sesuai dengan sistem pembelajaran yang diharapkan. Fenomena itu mengakibatkan tidak tercapai kompetensi keterampilan mahasiswa memainkan alat-alat musik Melayu. Setelah dilakukan penelitian melalui pendekatan kualitatif interpretatif, temuan penelitian mengemukakan dosen cenderung memberikan materi pembelajaran berdasarkan pengalaman saja. Maksudnya teori dan langsung praktek diberikan berdasarkan pengalaman yang diterima waktu jadi mahasiswa dahulu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Sri Irfadila, Mimi. "HUBUNGAN STRATEGI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMITEKS BACAAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UMSB PADANGPANJANG." Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat 1, no. 1 (April 28, 2015). http://dx.doi.org/10.22202/jg.2015.v1i1.1157.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Megasari Martin, Mimi Sri Irfadila. "PERSEPSI SISWA TENTANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING/PjBL) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MUHAMMADIYAH PADANGPANJANG." Inovasi Pendidikan 9, no. 2 (November 30, 2022). http://dx.doi.org/10.31869/ip.v9i2.3905.

Full text
Abstract:
Seiring dengan banyaknya perubahan paradigma dalam pembelajaran setelah Covid-19, kurikulum di Indonesia juga mengalami perubahan. Karakteristik dalam pengimplementasian Kurikulum Merdeka yang berlaku saat ini adalah memperlihatkan keaktifan siswa daam belajar melalui sejumlah proyek. Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka dibasiskan pada model pemebelajaran berbasis proyek atau disebut juga dengan PjBL. Implementasi dari PjBL ini perlu ditinjau apakah sesuai dengan kebutuhan siswa dan pembelajaran. peneltian ini bertujuan untuk melihat bagaimana persepsi siswa terhadap implementasi PjBL dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Muhammadiyah Padangpanjang dengan jumlah 30 orang siswa. Metode penelitianyang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata 38% siswa menyatakan sangat setuju bahwa PjBL memberikan pengaruh dan membantu siswa untuk lebih aktif lagi dalam mengikuti pembelajaran. Keywords: Pembelajaran Bahasa Indonesia, Persepsi Siswa, Project Based Learning
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Aninditto, Aninditto, Widdiyanti Widdiyanti, Yulimarni Yulimarni, Taufik Akbar, and Sri Sundari. "Pengenalan dan Edukasi Batik bagi Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Pembina Padangpanjang." Jurnal Abdidas 4, no. 3 (June 5, 2023). http://dx.doi.org/10.31004/abdidas.v4i3.801.

Full text
Abstract:
Selain sebagai salah satu hasil budaya Indonesia, batik juga merupakan salah satu media kreatif untuk mengasah kreativitas dalam bidang seni termasuk bagi anak-anak usia dini yang sedang dalam usia emas pertumbuhan. Proses membatik merupakan sebuah proses kreatif untuk merancang motif hias atau mewarnai suatu kain. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah pengenalan dan edukasi batik kepada anak-anak usia dini yang sekaligus dapat melatih kreativitas mereka di TK Pembina Kota Padangpanjang. Metode kegiatan ini adalah dengan ceramah, peragaan dan pelatihan mewarnai batik. Hasil kegiatan menunjukan perhatian dan antusias murid-murid TK dalam mewarnai kain batik. Produk batik yang dihasilkan adalah berupa sajadah dengan beragam warna sesuai kreativitas mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

"Effect of the Islamic Based on Parenting Class Parents Parenting in Padangpanjang." Women's Health Science Journal 4, no. 1 (2020): 1–5. http://dx.doi.org/10.23880/whsj-16000137.

Full text
Abstract:
The position of the family as the smallest unit of society has a role and responsibility first and foremost to maintain the growth and development of children. As parents not only meet the needs of the child outwardly but also very important to keep up with the needs bathiniah. All religions on earth teach goodness in the act, speak, and act. Islam as the majority religion adhered to the Indonesian people has a reference pattern consisting of children’s education parenting principle, the cornerstone of thinking and acting, as well as stages in childcare. The model of the Islamic-based parenting class is one tool that can be utilized in improving the quality of parents since the child was in the womb. Therefore, it is crucial to do research on “The Effect of Islamic-based model of parenting classes on parenting in pregnant women in Padang Panjang West Sumatra.”The method used in this study is a mixed-methods. The design of this research is the sequential explanatory. The quantitative design approach will wear Quasi Experiment with a control group pretest post-test design. In this study, taking the entire population (total population) is numbered 120 people. The research instrument used was a questionnaire and interview sheet. The main tool in this study is an instrument that is standardly used in assessing parenting parents that parenting style Questionnaire (PSQ). The calculation result showed that the median value of the post-test has Nili higher at 73.87 compared to the median in the pretest is 58.11, with a range of at post-test 55.86 to 86.94 and pretest range is 43.24 to 70.27. Statistical test results using the Wilcoxon test showed an increase in Parenting towards significantly better than before given the Islamicbased parenting class and awarded after the treatment, with a p-value of 0.000. Based on these results, we concluded, “there is the influence of the Islamic-based parenting class parenting parents in the city of Padang Panjang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography