To see the other types of publications on this topic, follow the link: Okluze.

Journal articles on the topic 'Okluze'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Okluze.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Hozman, Marek, and Pavel Osmančík. "Percutaneous left atrial appendage closure." Vnitřní lékařství 66, no. 6 (October 8, 2020): e3-e9. http://dx.doi.org/10.36290/vnl.2020.109.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Štípal, Roman, Ondřej Ludka, Viktor Musil, Tomáš Nebeský, and Jindřich Špinar. "Subtotální trombotická okluze vena cava superior jako komplikace kanylace centrální žíly u pacienta s trombofilií." Cor et Vasa 53, no. 12 (December 1, 2011): 748–49. http://dx.doi.org/10.33678/cor.2011.185.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Dallmer, Ariyani, and Mira Ginta Sembiring. "HUBUNGAN JENIS KELAMIN, USIA DAN SKEMA OKLUSI DENGAN GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR PADA MAHASISWA FKG USU." Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) 12, no. 2 (October 19, 2018): 172–76. http://dx.doi.org/10.36911/pannmed.v12i2.2.

Full text
Abstract:
Oklusi fungsional terbagi atas gerakan lateral dan protrusif. Kaninus dan gigi posterior berkontak saatpergerakan lateral. Kontak saat gerakan lateral disebut skema oklusi. Hubungan antara skema oklusi danGangguan Sendi Temporomandibular (STM) masih diperdebatkan dalam kedokteran gigi. Etiologigangguan STM terbagi atas faktor perpetuasi seperti jenis kelamin, faktor predisposisi seperti usia dan skemaoklusi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat prevalensi dan hubungan antara jenis kelamin, usia dan skemaoklusi dengan gangguan STM. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional.Sampel penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU. Jumlah sampel sebanyak 100 orang. Subjek diperiksadengan RDC/TMD dan pemeriksaan skema oklusi dengan shim stock. Kemudian dianalisis dengan uji chisquare dan kolmogorov smirnov. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara jeniskelamin dan skema oklusi dengan gangguan STM, namun terdapat hubungan antara usia dengan gangguanSTM. Penelitian ini juga menunjukkan adanya subjek yang memiliki kombinasi antara skema oklusi canineguidance dan group function.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Dhiyantari, Ni Putu Ayu Reza, and Listya Dyah Rihardini. "Oklusi Vena Sentral Retina: Tinjauan Pustaka." Intisari Sains Medis 11, no. 1 (March 3, 2020): 60. http://dx.doi.org/10.15562/ism.v11i1.562.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Anderson, J. A., R. H. Busch, D. V. McVey, J. A. Kolmer, G. L. Linkert, J. V. Wiersma, R. Dill-Macky, J. J. Wiersma, and G. A. Hareland. "Registration of ‘Oklee’ Wheat." Crop Science 45, no. 2 (March 2005): 784–85. http://dx.doi.org/10.2135/cropsci2005.0784.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Chotimah, Chusnul, Lilies Anggarwati Astuti, Sari Aldilawati, Andi Tenri Biba, Mohammad Dharma Utama, and Mirza Yasa Oktaviani Helingo. "Hubungan Panjang Jari Kelingking dengan Dimensi Vertikal Oklusi pada Mahasiswa FKG UMI Tahun 2018." Sinnun Maxillofacial Journal 2, no. 02 (April 21, 2021): 24–29. http://dx.doi.org/10.33096/smj.v2i02.58.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Pengukuran dimensi vertikal oklusi merupakan salah satu tahap penting pada perawatan gigi tiruan. Namun, dari banyaknya metode pengukuran, sampai sekarang belum ditemukan metode yang tepat. Oleh karena itu, terus dilakukan pengembangan teori tentang pengukuran dimensi vertikal yang dibandingkan dengan pengukuran antropometri. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Panjang jari kelingking dengan dimensi vertikal oklusi berdasarkan kategori. Bahan dan Metode: Jenis Penelitian ini menggunakan metode obervasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian dilakukan pada 72 mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Umi yang telah memenuhi kriteria. Hasil: Hasil uji spearman’s Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Panjang jari kelingking dengan dimensi vertikal oklusi (p=0,001; p>0,05) dan (r=0,371) yang berarti bahwa tingkat korelasi yang lemah. Jumlah sampel paling dominan pada kategori jari kelingking pendek sebanyak 41 orang (56,9%). Jumlah sampel paling banyak terdapat pada kategori dimensi vertikal oklusi tinggi yakni sebanyak 2 orang (2,8%). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara Panjang jari kelingking dengan dimensi vertikal oklusi berdasarkan kategori pada mahasiswa FKG UMI
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Miljkovic, Zivorad, Milan Zeljkovic, and Milos Teodosijevic. "Fizioloski kriterijumi optimalne i stabilne okluzije zuba." Vojnosanitetski pregled 60, no. 1 (2003): 59–65. http://dx.doi.org/10.2298/vsp0301059m.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Lestari, Nurasisa, Chusnul Chotimah, Risnayanti Anas, Muh Fajrin Wijaya, Andi Tenri Biba, Mohammad Dharma Utama, Yustisia Puspitasari, and Nur Ramadayanti. "Hubungan Dimensi Vertikal Oklusi dengan Jarak Pupil-Rima Oris pada Mahasiswa Pre Klinik." Sinnun Maxillofacial Journal 2, no. 02 (April 21, 2021): 1–7. http://dx.doi.org/10.33096/smj.v2i02.55.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Dokter gigi bertanggung jawab untuk menentukan nilai DVO dengan tepat dalam melakukan perawatan. Pada pelaksanaannya, penentuan DVO bukanlah sesuatu yang mudah terutama pada pasien usia lanjut yang telah lama mengalami edentulous total atau sebagian. Studi korelasi antara jarak landmark antropometrik (pupil rima oris) dengan dimensi vertikal (subnasion-gnathion) dapat membantu dokter untuk menentukan dimensi vertikal yang benar pada perawatan pasien seperti yang memerlukan restorasi gigi tiruan lengkap. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan dimensi vertikal oklusi dengan jarak pupil-rima oris pada mahasiswa pre klinik. Bahan dan Metode: Jenis penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dilakukan pada 60 mahasiswa program sarjana Fakultas Kedokteran Gigi UMI yang telah memenuhi kriteria. Pada pengukuran Dimensi Vertikal Oklusi (DVO) dan pengukuran jarak pupil-rima oris diukur langsung pada subjek menggunakan digital caliper. Hasil: Uji Spearman’s Correlationmenunjukkan bahwa terdapat hubungan jarak pupil-rima oris dengan pengukuran dimensi vertikal oklusi (p= 0,000; p<0,05) dan r=0,626 yang berarti bahwa tingkat korelasi yang sedang. Kesimpulan: Pengukuran jarak pupil-rima oris dapat digunakan sebagai alternatif untuk menetapkan nilai dimensi vertikal oklusi sebenarnya karena berdasarkan hasil penelitian terdapat korelasi yang signifikan antara dimensi vertikal oklusi dengan jarak pupil-rima oris dengan tingkat korelasi yang sedang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

DİNÇER, Banu, Servet DOĞAN, and Ashlıan M. ERTAN-ERDİNÇ. "Dudak-Damak Yarıklı Hastalarda Dental ve Okluzal Anomaliler." Turkish Journal of Orthodontics 19, no. 1 (April 2006): 35–47. http://dx.doi.org/10.13076/1300-3550-19-1-35.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Francová, K., and M. Eber. "Occlusal Interference - Part One." Česká stomatologie/Praktické zubní lékařství 114, no. 1 (March 1, 2014): 7–14. http://dx.doi.org/10.51479/cspzl.2014.002.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Francová, K., and M. Eber. "Occlusal Interference - Part Two." Česká stomatologie/Praktické zubní lékařství 114, no. 2 (June 1, 2014): 27–34. http://dx.doi.org/10.51479/cspzl.2014.005.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Francová, K., and M. Eber. "Occlusal Interference - Part One." Česká stomatologie/Praktické zubní lékařství 114, no. 1 (March 1, 2014): 7–14. http://dx.doi.org/10.51479/cspzl.2014.002.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Francová, K., and M. Eber. "Occlusal Interference - Part Two." Česká stomatologie/Praktické zubní lékařství 114, no. 2 (June 1, 2014): 27–34. http://dx.doi.org/10.51479/cspzl.2014.005.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Francová, K., J. Zapletalová, I. Voborná, and M. Eber. "Occlusal Contacts during Protrusion." Česká stomatologie/Praktické zubní lékařství 116, no. 2 (June 1, 2016): 29–39. http://dx.doi.org/10.51479/cspzl.2016.004.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Francová, K., J. Zapletalová, I. Voborná, and M. Eber. "Occlusal Contacts during Protrusion." Česká stomatologie/Praktické zubní lékařství 116, no. 2 (June 1, 2016): 29–39. http://dx.doi.org/10.51479/cspzl.2016.004.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

ARI DEMİRKAYA, Arzu, Mustafa ATEŞ, and Sanem TURAN. "Üst Büyükazı Rotasyonları ile Malokluzyonlar ve Okluzal Değişkenler Arasındaki İlişki." Turkish Journal of Orthodontics 20, no. 3 (December 2007): 204–11. http://dx.doi.org/10.13076/1300-3550-20-3-204.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Felim, Jevon, and Ariyani Dallmer. "HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN KELAINAN PERIODONTAL DENGAN TRAUMATIK OKLUSI PADA PEMAKAI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI RSGM USU." Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) 12, no. 3 (January 24, 2019): 249–53. http://dx.doi.org/10.36911/pannmed.v12i3.134.

Full text
Abstract:
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) bertujuan untuk menggantikan gigi yang hilang serta jaringan pendukungnya, dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pemakainya. Jaringan periodontal mempunyai batas ambang dalam menahan tekanan oklusi, bila tekanan ini berlebihan dapat mencederai jaringan periodontal. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan gigi tiruan dan gigi penyangga. Bila GTSL tidak dibersihkan dapat mengakibatkan akumulasi debris pada bagian gigi penyangga dan konektor minor, sehingga mengakibatkan terjadinya inflamasi gingiva. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang membuat gigi tiruan sebagian lepasan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara sejak bulan Juni 2014 sampai bulan Juli 2015 yang berjumlah 100 orang. Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan klinis berupa pemeriksaan kelainan periodontal, traumatik oklusi dan oral hygiene. Subjek penelitian yang mengalami kelainan periodontal dibagi menjadi 4 kelompok derajat keparahan yaitu gingivitis sederhana, periodontal destruksi tahap awal, periodontal destruksi tahap mantap, dan penyakit pada tahap akhir. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara derajat keparahan kelainan periodontal (gingivitis sederhana, periodontal destruksi tahap awal, periodontal destruksi tahap mantap, dan penyakit pada tahap akhir) dengan traumatik oklusi dengan nilai p = 0,011.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Ashan, Haves. "KARAKTERISTIK KETEBALAN MAKULA SENTRAL SEBELUM DAN SESUDAH INJEKSI INTRAVITREAL BEVACIZUMAB PADA PASIEN OKLUSI VENA RETINA DI RSKM PADANG EYE CENTER PERIODE JANUARI 2018 – JANUARI 2019." Health & Medical Journal 2, no. 2 (June 30, 2020): 01–07. http://dx.doi.org/10.33854/heme.v2i2.558.

Full text
Abstract:
Edema makula merupakan penyebab umum terjadinya penurunan tajam penglihatan. Akumulasi cairan di dalam retina dan peningkatan ketebalan retina menyebabkan rusaknya blood retinal barrier. Injeksi intravitreal anti-VEGF (bevacizumab) bertujuan untuk mengurangi aktivitas VEGF, dimana oklusi vena pada retina (Retinal Vein Occlusion/ RVO) menginduksi peningkatan kadar VEGF yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan menimbulkan edema makula. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui ketebalan makula sentral sebelum dan sesudah injeksi intravitreal bevacizumab pada pasien oklusi vena retina sentral dan oklusi vena retina cabang melalui pengamatan hasil pemeriksaan OCT (Optical Coherence Tomography). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif berdasarkan hasil penelusuran rekam medis terhadap 8 pasien RVO di RSKM Padang Eye Center periode Januari 2018 sampai Januari 2019. Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2020. Subyek penelitian sebanyak 8 orang (8 mata) terdiri dari 2 laki-laki (25,0%) dan 6 perempuan (75,0%). Rentang usia berkisar antara 41-80 tahun. Ketebalan makula sentral saat awal didapatkan mayoritas > 300 µm yaitu sebanyak 7 orang (87,5%), sedangkan ≤ 300 µm sebanyak 1 orang (12,5%). Satu bulan pasca injeksi didapatkan mayoritas ketebalan makula sentral ≤ 300 µm sebanyak 5 orang (62,5%), sedangkan > 300 µm yaitu sebanyak 3 orang (37,5%). semua pasien mengalami penurunan ketebalan makula sentral yaitu sebanyak 8 subjek (100%).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Karno, Nidha Tuhu Respati, Dewi Muflikhah, and Budi Yuwono. "Laporan Kasus : Abses Gingiva Akibat Traumatik Oklusi pada Pasien Pasca Kehamilan." STOMATOGNATIC - Jurnal Kedokteran Gigi 15, no. 1 (May 30, 2018): 8. http://dx.doi.org/10.19184/stoma.v15i1.17906.

Full text
Abstract:
Gingival abcess is apurulent inflamation that localized in periodontium. Clinically manifested start with toothache, swelling and redness gingiva, fistule gingiva, which can include malaise and headache. Woman during pregnancy could have gingivitis more easily and getting worse with traumatic occlusion. A women 27 years old came with the swelling chin since ± 3days ago. The swelling is painful, with toothache, swelling dan redness gingiva, fistule gingiva, andmalaise. The final diagnose in this case is gingival abcess.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Meredyk, Katarzyna, Jolanta Kostrzewa-Janicka, and Małgorzata Nędzi-Góra. "The Influence of Occlusal Loading on the Periodontal Tissue. A Literature Review. Part II: Occlusion and Recession, Occlusion and Healthy Periodontium." Dental and Medical Problems 53, no. 4 (December 13, 2016): 529–35. http://dx.doi.org/10.17219/dmp/64555.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Jolanta, Kostrzewa-Janicka, and Elżbieta Mierzwińska-Nastalska. "Importance of occlusion in implantoprosthetic treatment – review of literature." Prosthodontics 70, no. 1 (March 2, 2020): 69–79. http://dx.doi.org/10.5114/ps/116965.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Yusuprihastuti, Maulitia Neny, Hari Hendriarto Satoto, and Mohamad Sofyan Harahap. "Pengaruh Dexmedetomidine Intravena Terhadap Kadar Superoxide Dismutase 1 (SOD-1) Ginjal Kelinci Padarenal Ischemic Reperfusion Injury Model." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 8, no. 3 (November 1, 2016): 157. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v8i3.19814.

Full text
Abstract:
Latar belakang : Perubahan hemodinamik selama operasi dapat menyebabkan hipoperfusi organ yang berakibat pada kegagalan organ ginjal. Ischemic Reperfusion Injury (IRI) adalah penyebab utama dari kegagalan ginjal akut, dan dapat berakibat pada peningkatan morbiditas dan angka kematian. Dexmedetomidine adalah agonis α2 -adrenergik yang selektif, menunjukkan sifat sparing anestesi, analgesia dan sifat simpatolitik, termasuk digunakan sebagai agen pelindung untuk Ischemic Reperfusion Injury (IRI) pada banyak sistem organ. Superoxide Dismutase 1 (SOD-1) memainkan peran penting dalam menyeimbangkan status oksidasi dan antioksidan, memberikan pertahananpenting terhadap toksisitas superoksida radikal, sehingga dapat melindungi sel dari kerusakan.Tujuan : Mengetahui efek dexmedetomidine intravena terhadap kadar SOD-1 ginjal kelinci dengan renal ischemic reperfusion injury model.Metode : Penelitian eksperimental Randomize Post Test Only Control Group Design menggunakan 16 kelinci New Zealand. 8 kelinci diberikan perlakuan dengan pemberian dexmedetomidine 0,5 mcg/kgbb/jam dan dilakukan oklusi pada arteri renalis. 8 kelinci yang tidak mengalami perlakuan juga dilakukan oklusi arteri renalis dan dilakukan pemeriksaan SOD-1 sebagai kontrol. Uji normalitas dengan Saphiro Wilk dilanjutkan uji parametrik menggunakan Mann Whitney.Hasil :Kadar rerata SOD-1 pada kelompok kontrol 0,8 dan nilai P 0,389 (normal) dan kadar rerata SOD-1 pada kelompok perlakuan 1,21 dan nilai P 0,014 (tidak normal). Uji beda digunakan uji parametrik Mann Whitney-test didapatkan nilai p = 0,016. Karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna.Kesimpulan: Dexmedetomidine secara signifikan meningkatkan nilai SOD-1 pada kelinci New Zealand yang diberikan perlakuan oklusi pada arteri renalis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Tetuko, R. A. Nino, Heru Dwi Jatmiko, and Johan Arifin. "Pengaruh Dexmedetomidine Intravena Terhadap Kadar Superoxide Dismutase 1 (SOD-1) Otak Kelinci Pada Cerebral Ischemic Reperfusion Injury Model." JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 8, no. 2 (July 1, 2016): 105. http://dx.doi.org/10.14710/jai.v8i2.19809.

Full text
Abstract:
Latar Belakang : Dexmedetomidine adalah agonis α2-adrenergik reseptor (α2-AR) yang selektif dan ampuh, menunjukkan sifat sparing anestesi, analgesia dan sifat simpatolitik, termasuk digunakan sebagai agen pelindung untuk Ischemic Reperfusion Injury (IRI). Superoxide Dismutase 1 (SOD-1) memainkan peran penting dalam menyeimbangkan status oksidasi dan antioksidan, memberikan pertahananpenting terhadap toksisitas superoksida radikal, sehingga dapat melindungi sel dari kerusakan.Ischemia Reperfusion Injury dapat dihasilkan dari berbagai faktor seperti pelepasan radikal oksigen bebas dan berturut-turut oleh peroksidasi lipid, kematian sel oleh apoptosis atau nekrosis, inflamasi sitokin, dan kerusakan vaskularisasi mikro. Spesies oksigen reaktif yang muncul dengan cedera reperfusi merusak struktur selular melalui proses peroksidasi lipid dari membran sel dan hasil metabolit beracun seperti malondialdehyde (MDA).Tujuan : Mengetahui efek dexmedetomidine intravena terhadap kadar Superoxide Dismutase 1 (SOD-1) otak kelinci dengan cerebral ischemic reperfusion injury model.Metode : Penelitian eksperimental Randomize Post Test Only Control Group Design menggunakan 10 ekor kelinci New Zealand. 5 ekor kelinci diberikan perlakuan dengan pemberian dexmedetomidine 0,5 mcg/kgbb/jam dan dilakukan oklusi pada arteri karotis interna (K1). 5 ekor kelinci yang tidak mengalami perlakuan (KK) juga dilakukan oklusi arteri karotis interna dan dilakukan pemeriksaan Superoxide Dismutase 1 (SOD-1) sebagai control.Uji normalitasdengan Saphiro Wilk dilanjutkan uji parametric menggunakanIndependent T-test.Hasil : Kadar rerata SOD-1 pada kelompok kontrol 0,47±0,23 dan nilai P 0,273 (normal) dan kadar rerata SOD-1 pada kelompok perlakuan 1,00±0,29 dan nilai P 0,422 (normal). Uji beda digunakan uji parametric Independent T-test didapatkan nilai p = 0,013. Karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna.Kesimpulan : Dexmedetomidine secara signifikan meningkatkan nilai Superoxide Dismutase 1 (SOD-1) pada kelinci New Zealand yang diberikan perlakuan oklusi pada arteri karotis interna.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Bryniarski, Leszek, Maciej Dąbrowski, Sławomir Surowiec, Adam Witkowski, Jerzy Pręgowski, and Kalina Kawecka-Jaszcz. "Recanalization of chronic total coronary artery occlusions – the role of multi-slice computed tomography." Advances in Interventional Cardiology 3 (2011): 272–76. http://dx.doi.org/10.5114/pwki.2011.24749.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Santoso, Budi, Murti Indrastuti, and M. Th Esti Tjahjanti. "Gigi Tiruan Cekat dengan Fiber-Reinforced Composites pada Kehilangan Gigi Anterior dengan Space Menyempit." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 18, no. 1 (June 30, 2011): 48. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.16477.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Pada kasus kehilangan gigi-gigianterior tanpa penggantian secepatnya akan menyebabkan rasa malu, tidak percaya diri,gangguan berbicara dan bersuara, pergeseran gigi-gigitetangganya, tilting,hilangnyakontakantar gigi,elongasi gigi antagonisnya, traumatik oklusi, ginggival pocket serta karies pada gigi sebelahnya. Tujuan. Penulisan laporan ini untuk memberi informasi bahwa pada kasus kehilangan gigi anterior dengan space yang telah menyempit dapat dibuatkan protesa berupa gigi tiruan cekat dengan fiber-reinforced composites. Kasus. Seorang pasien laki-Iaki berusia 26 tahun datang ke RSGM dengan kasus kehilangan gigi incisivus centralis kiri atas dengan space mesio-distal yang telah menyempit. Penanganan. Setelah dilakukan pemeriksaan subyektif, obyektif dan radiografi maka dilakukan perawatan dengan protesa berupa gigi tiruan cekat dengan fiber-reinforced composites. Setelah 10 hari perawatan kemudian kontrol dan pad a pemeriksaan subyektif tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan obyektif dilakukan pemeriksaan terhadap retensi, stabilisasi, oklusi, estetis dan warnanya. Kesimpulan. Hasil Perawatan gigi tiruan cekat dengan fiber-reinforced composites dapat memperbaiki kondisi kehilangan gigi dengan space mesio-distal yang telah menyempit sehingga mengembalikan estetika dan percaya diri pasien.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Chairani, Cytha Nilam, and Eni Rahmi. "Korelasi antara dimensi vertikal oklusi dengan panjang jari kelingking pada sub-ras Deutro Melayu." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2, no. 3 (December 30, 2016): 155. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.10822.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Darendeliler, Nilüfer. "SINIF 2 BÖLÜM 1 MALOKLUZYONLU BİREYLERDE OKLUZAL DÜZLEM EĞİMİNİN KRANİYOFASİYAL YAPILARA AİT DEĞERLERLE İLİŞKİSİ." Turkish Journal of Orthodontics 11, no. 2 (August 1998): 130–50. http://dx.doi.org/10.13076/1300-3550-11-2-130.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

KAYA BURSA, Aslı Pelin, and Muhammet Çağlar BURSA. "Okluzal Faktörlerin Temporomandibular Düzensizlikler ile İlişkisi The Relationship Between Occlusal Factors and Temporomandibular Disorders." AYDIN DENTAL 7, no. 1 (2015): 45–56. http://dx.doi.org/10.17932/iau.dental.2015.009/dental_v07i1004.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

ATALAR, Ömer, Mustafa KOÇ, Ramazan İLGÜN, and Bestami YILMAZ. "Oklu Kirpilerde Böbreklerin Bilgisayarlı Tomografi ile İncelenmesi." Harran Üniversitesi Veteriner Fakültesi Dergisi 6, no. 2 (December 27, 2017): 138–41. http://dx.doi.org/10.31196/huvfd.384376.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Özdemir, Emre, Sadık Volkan Emren, Mustafa Ozan Gürsoy, and Cem Nazlı. "Aortik Arka Embolize Olan Atriyal Septal Defekt Okluder Cihazının Hibrit Çıkartılma İşlemi: Çiviyi Çiviyle Sökme." Selcuk Tip Dergisi 2, no. 35 (June 1, 2019): 133–36. http://dx.doi.org/10.30733/std.2019.01101.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Şehrazat; PAKSOY, EVİRGEN. "Farklı güçteki dental röntgen cihazları ile farklı radyografi tekniklerinde bukkal ve okluzal çürüklerin görünürlüğünün değerlendirilmesi." Ankara Üniversitesi Diş Hekimliği Fakültesi Dergisi 36, no. 1 (2009): 23–30. http://dx.doi.org/10.1501/dishek_0000000081.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

ÖNÇAĞ, Gökhan, Servet DOĞAN, Münire Ece SABAH, Ahmet SARAÇOĞLU, and Birgül ÖZPINAR. "ORTODONTİK TEDAVİ SONRASI YAPILAN OKLUZAL DÜZENLEMENİN SAM II ARTİKÜLATÖRÜ VE T-SCAN CİHAZI İLE DEĞERLENDİRİLMESİ." Turkish Journal of Orthodontics 13, no. 3 (December 2000): 137–49. http://dx.doi.org/10.13076/1300-3550-13-3-137.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

In, Fei, and Endang Wahyuningtyas. "Protesa Maksilofasial dengan Hollow Bulb Paska Hemimaxillectomy pada Kasus Kehilangan Seluruh Gigi Rahang Atas." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 17, no. 1 (June 30, 2010): 43. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.16020.

Full text
Abstract:
Pasien paska hemimaxillectomy menimbulkan adanya defect yang menyebabkan gangguan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik serta kejiwaan penderita dan dapat menimbulkan masalah pada rehabilitasinya. Setelah dilakukan hemimaxillectomy, pasien perlu memakai protesa maksilofasial paska bedah dan protesa maksilofasial dengan hollow bulb. Tujuan penulisan laporan ini untuk menginformasikan bahwa defect palatum paska hemimaxillectomy pada kasus kehilangan seluruh gigi rahang atas dapat dibuatkan suatu protesa maksilofasial dengan hollow bulb untuk mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan dan estetik. Pasien laki-Iaki berusia 68 tahun datang ke RSGM atas rujukan dari R.S.Dr. Sardjito. Saat datang pasien merasa terganggu dengan adanya pembengkakan dan defect pada palatum. Kemudian dilakukan pemeriksaan subyektif, obyektif dan radiografi. Operasi hemimaxillectomy dilakukan oleh dokter THT R.S Sardjito. Obturator paska bedah dipasang segera setelah operasi. Kemudian dibuatkan protesa maksilofasial dengan hollow bulb setelah 2 minggu paska hemimaxillectomy. Pada rahang bawah dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik. Pada waktu insersi diperiksa retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan pengucapan. Kontrol dilakukan 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian. Hasil pemakaian protesa maksilofasial retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan pengucapan baik. Kesimpulan laporan kasus ini adalah protesa maksilofasial dengan hollow bulb paska hemimaxillectomy pada kasus kehilangan seluruh gigi rahang atas merupakan alat rehabilitasi yang harus segera dibuat sehingga pasien dapat hidup normal, mengembalikan fungsi bicara, fungsi pengunyahan, penelanan, estetik dan kejiwaan penderita.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Santoso, Daniel Budi, M. Th Esti Tjahjanti, and Heriyanti Amalia Kusuma. "Protesa Maksilofasial Dengan Hollow Bulb pada Kasus Klas I Aramany untuk Rehabilitasi Pasca Hemimaxillectomy." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 18, no. 1 (June 30, 2011): 53. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.16478.

Full text
Abstract:
Latar belakang. tindakan hemimaxillectomy akan menimbulkan terjadinya defect yang menyebabkan gangguan bicara (sengau), penelanan, pengunyahan, estetik dan kejiwaan. Tujuan. untuk menginformasikan cara rehabilitasi defect atau cacat pada wajah dengan protesa maksilofasial hollow bulb untuk mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik dan kejiwaan penderita. Kasus dan penanganan. pasien pria berusia 43 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo atas rujukan dari dokter THT RS. Dr. Sardjito. Saat datang pasien merasa terganggu dengan adanya pembengkakan di dalam mulut, kemudian dilakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif. Hemimaxillectomy dilakukan oleh dokterTHT RS. DR. Sardjito. Obturator pasca bedah dipasang segera setelah operasi. Dua minggu pasca operasi, dibuatkan obturator interim, kemudian dibuatkan protesa maksilofasial klas I Aramany dengan hollow bulb setelah 2 bulan pasca operasi. Hollow bulb adalah rongga yang dibuat pada protesa maksilofasial untuk menutup rongga mulut, rongga hidung dan defect. Pada waktu insersi diperiksa retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan pengucapan. Kontrol dilakukan 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian. Hasil pemeriksaan dan evaluasi setelah 1 minggu dan 1 bulan setelah pemakaian protesa maksilofasial hollow bulb diketahui retensi, stabilisasi, oklusi dan pengucapan lebih baik. Kesimpulan. setelah menggunakan protesa maksilofasial hollow bulb pasca hemimaxillectomy, pasien dapat berbicara dan mengunyah dengan normal. Protesa maksilofasial hollow bulb juga dapat mengembalikan estetik yang hilang, membantu proses penyembuhan jaringan,serta psikologi pasien.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Tjahjanti, M. Th Esti. "Gigi Tiruan Lengkap Duplikasi dengan Modifikasi Terbatas sebagai Pedoman Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Cadangan." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 18, no. 1 (June 30, 2011): 88. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.16485.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Gigi Tiruan Lengkap (GTL) duplikasi adalah GTL kedua merupakan replika atau tiruan GTL pertama. GTL cadangan disiapkan untuk lanjut usia sebagai GTL pengganti jika GTL yang telah lama dipakai dengan memuaskan patah atau hilang. Untuk memudahkan adaptasi pasien terhadap GTL cadangan diperlukan GTL cadangan identik dengan GTL lama. GTL duplikasi dibuat untuk tujuan memindahkan kontur GTL lama ke GTL cadangan. Tujuan. Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menginformasikan cara melaksanakan perawatan penggantian GTL dengan GTL duplikasi sebagai pedoman membuat GTL cadangan. Kasus & penanganan. Pasien laki-Iaki berumur 72 tahun telah memakai GTL 7 tahun dengan memuaskan membutuhkan GTL cadangan. Pada pemeriksaan subjektif dan objektif, GTL mempunyai retensi dan stabilisasi kurang serta traumatik oklusi. GTL diduplikasi untuk dibuat GTL duplikasi sebagai pedoman. GTL duplikasi pedoman dimodifikasi terbatas yaitu dilakukan sedikit perubahan meliputi perbaikan perluasan tepi dan relining, selanjutnya dipakai sebagai pedoman pembuatan GTL cadangan. DuplikasiGTL dengan teknik 2 sendok cetak dengan bahan tanam silikon. GTL duplikasi pedoman dengan bahan resin akrilik polimerisasi dingin warna gusi dan malam. Kesimpulan. GTL cadangan mempunyai retensi dan stabilisasi baik, oklusi seimbang. GTL cadangan langsung berhasil dipakai pasien. GTL duplikasi dengan modifikasi terbatas adalah desain yang memudahkan adaptasi pasien dan sebagai pedoman pembuatan GTL cadangan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Muchlis, Sherly, and Weni Helvinda. "injeksi intravitreal triamsinolon pada central retinal vein occlusion." Jurnal Kesehatan Andalas 9, no. 1 (April 30, 2020): 119. http://dx.doi.org/10.25077/jka.v9i1.1205.

Full text
Abstract:
Central Retinal Vein Occlusion (CRVO) adalah suatu gangguan kondisi pembuluh darah retina yang dapat menyebabkan morbiditas okular yang signifikan dengan gambaran klinis oklusi atau trombosis dari vena sentralis retina mengakibatkan statis vena, edem papil, perdarahan pre retina dan perdarahan difus di lapisan serat saraf serta cotton wool spots yang menghasilkan gambaran fundus the blood and thunder. Penatalaksanaan CRVO adalah mengatasi underlying disease dan gejala sisa dari CRVO yaitu edem makula dan neovaskularisasi (NV). Penatalaksanaan edem makula pada CRVO dapat berupa observasi, terapi kortikosteroid, dan intravitreal anti VEGF. Untuk mengatasi NV okular seperti laser fotokoagulasi, dan terapi medikamentosa. Selain itu terdapat beberapa terapi alternatif CRVO yaitu chorioretinal venous anastomosis, tissue plasminogen activator, vitrektomi dan radial optic neurotomy. Dilaporkan seorang wanita usia 59 tahun dengan CRVO OS (tipe iskemik), moderat NPDR OD dan katarak imatur ODS direncanakan injeksi intravitreal triamsinolon OS 4 mg / 0,1 cc di kamar operasi dalam keadaan steril. Tajam penglihatan mata kiri meningkat menjadi 1/60 pada minggu ke-4 dan minggu ke-8 kontrol dan perbaikan pada fundoskopi mata kiri. CRVO biasanya terjadi unilateral, disertai dengan penurunan penglihatan tanpa rasa sakit. Terapi injeksi intravitreal triamsinolon (IVTA) diberikan untuk mengobati edema makula pada CRVO.Kata kunci: central retinal vein ocussion, oklusi vena, IVTA, trombogenesis
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Akhsani, Rafika, and M. Mujiono. "Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality Pada Lembar Kerja Siswa Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah." RESEARCH : Journal of Computer, Information System & Technology Management 4, no. 1 (April 26, 2021): 75. http://dx.doi.org/10.25273/research.v4i1.7383.

Full text
Abstract:
<em>Media pembelajaran diperlukan bagi keberhasilan proses pembelajaran, khususnya bagi siswa yang masih duduk di Sekolah Dasar. Kerjasama antara guru dan orang tua merupakan kunci dari keberhasilan pembelajaran, khususnya pada musim pandemi Covid-19 yang mewajibkan siswa belajar dirumah. Berakibat pola pembelajaran yang biasanya tatap muka menjadi pembelajaran yang difasilitasi teknologi, salah satunya adalah dengan menggunakan smartphone. Salah satu teknologi yang dapat menjadi pendukung pembelajaran adalah dengan menggunakan teknologi Augmented Reality yang akan di integtasikan dengan smarthphone. Media yang akan dibuat memanfaatkan materi pada Lembar kerja siswa kelas tiga sekolah dasar yang dikemas dalam marker yang didesain dengan ukuran 4 x 4 cm kemudian dimasukkan ke dalam image target di Unity 3D dan diberi nama AReP. Pengujian AReP menggunakan tiga cara yaitu oklusi, akurasi dan usabilitas. Dalam pengujian oklusi yang menggunakan kamera realme 5i menghasilkan kesimpulan AreP dapat mendeteksi marker sampai 70%, tetapi pada marker yang tertutup lebih dari 80% animasi tidak muncul. Pengujian akurasi digunakan untuk melihat akurasi pendeteksian kamera augmented reality berdasarkan pada sudut dan jarak tertentu, yang menghasilkan jarak kesimpulan bahwa AReP bekerja dengan baik dengan maksimal jarak 30cm dan ketika jarak lebih dari 40cm maka animasi tidak muncul. Pengujian usabilitas digunakan untuk mengetahui umpan balik dari pengguna media pembelajaran, hasil dari uji usabilitas menunjukkan bahwa 93% responden menyetujui bahwa AReP dapat membantu anak dalam pembelajaran</em>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Sukamto, Sukamto. "Elevasi Segmen-ST: Apakah selalu Penanda Infark Miokard Akut ?" Jurnal Kesehatan Melayu 1, no. 2 (April 25, 2018): 118. http://dx.doi.org/10.26891/jkm.v1i2.2018.118-124.

Full text
Abstract:
Infark Miokard Akut (IMA) disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner oleh trombus yang memberikan gambaran elevasi segmen-ST pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Diagnosis dan tindakan reperfusi segera dibutuhkan untuk menangani kasus IMA. Semakin cepat tindakan reperfusi memberikan hasil yang lebih baik pada pasien. Terdapat beberapa penyebab lain selain IMA yang dapat memberikan gambaran elevasi segmen-ST pada EKG. Sehingga menjadi tantangan buat setiap dokter terutama dokter instalasi gawat darurat (IGD) untuk memiliki kemampuan membedakan gambaran tersebut untuk menghindari pengobatan dan tindakan reperfusi yang tidak sesuai indikasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Dipoyono, Haryo Mustiko. "Pengaruh Jumlah Gigi Posterior Rahang Bawah Dua Sisi yang Telah Dicabut dan Pemakaian Gigi Tiruan Sebagian terhadap Bunyi Sendi." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 1 (October 27, 2016): 5. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15591.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: sendi temporomandibular didalam fungsinya sangat rumit dan ketika terjadi kelainan memerlukan perawatan yang sangat kompleks. Salah satu dari kelainan sendi tersebut adalah terjadinya bunyi sendi. Bunyi sendi terjadi akibat adanya perubahan pada komponen sendi. Salah satu perubahan ini dapat terjadi akibat adanya perubahan pola oklusi. Gigi yang telah dicabut khususnya gigi posterior dapat memicu perubahan pola oklusi dan berakibat terjadi kelainan pada sendi. Tujuan. Pengukuran pada pasien dengan kasus kehilangan satu gigi atau dua gigi posterior yaitu molar satu atau molar satu dan molar dua, dua sisi rahang bawah, sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan sebagian (GTS) diukur bunyi sendinya yang terdiri dari amplitude (dB) dan frekuensi (Hz) dengan alat ultra sonography yang telah dimodifikasi. Hasil yang didapat dianalisis dengan uji Avana dan LSD. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa terdapat bunyi sendi yang terdiri amplitudo dan frekuensi pada sendi temporomandibular dari pasien kasus kehilangan gigi posterior rahang bawah dua sisi sebelum dan sesudah pemakaian GTS. Kesimpulan: bunyi sendi dalam hal ini amplitudo dan frekuensi berbeda pada kasus kehilangan gigi posterior rahang bawah. Kehilangan dua molar bunyi sendi akan lebih tinggi dibandingkan dengan kehilangan satu gigi molar. Pemakaian gigi tiruan sebagian untuk mengembalikan oklusi, dapat menurunkan bunyi sendi. Background: The temporomandibular joint is very complicated in its function and requires complex treatment when an anomaly accurs. An example of the joints anomaly is clicking sound. Clicking resulted due to the changes at the joints component. One of the changes can be caused by an alteration of occlusal pattern. Extracted tooth especially posterior tooth can trigger the alteration of occlusion pattern which affects the joints anomaly. Purpose: the amplitude and frequency of the clicking sound of the patientwith missing one or two posterior tooth such as the first molar of the first and second molar, on both sides of the mandible, prior to or after wearing removable partial dentures is measured using a modified ultrasonographydevide and were analyzed by Anova and LSD test. The result: shows that the clicking sound on temporomandibular joint which consists of the amplitude and frequency, ha,ppens to patients who lose their posterior molar teeth before and after the use of removable partial denture. Conclusion: the clicking sound temporomandibular joints is defferent from the one on patient with missing posterior tooth. Losing two molar teeth will cause stronger clicking sound than one molar tooth will. The use of partial removable denture to regain the occlusion willreduce the clicking sound.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Utami, Indhit Tri. "Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Nilai Ankle Brachial Index (ABI) dan Nilai Ipswich Touch Test (IPTT) pada Pasien DM Tipe 2." Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik 15, no. 1 (July 29, 2019): 1. http://dx.doi.org/10.26630/jkep.v15i1.1543.

Full text
Abstract:
<p>Diabetes Melitus (DM) menyebabkan komplikasi yang dapat melibatkan vaskuler dan persarafan seperti oklusi arteri perifer dan neuropati.Penentuan sirkulasi perifer melalui pengukuran <em>Ankle Brachial Index</em> (ABI) merupakan metode invasif untuk memeriksa sirkulasi arteri perifer dan sebagai skrining terhadap adanya penyakit arteri oklusi perifer.Sementara itu, IpTT merupakan metode baru untuk mendeteksi penderita diabetes yang kehilangan sensasi kaki dan sebagai informasi untuk skrining adanya neuropati diabetes.Metode ini mudah, aman, cepat, dan mudah di lakukan dan diajarkan.Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah intervensi senam kaki dapat mempengaruhi <em>Ankle Brachial Index</em> (ABI) dan Nilai <em>Ipswich Touch Test (IpTT)</em> pada pasien DM Tipe 2. Rancangan penelitian menggunakan <em>quasi ekspreriment pre post test design with control group</em>. Pengambilan data menggunakan <em>purposive sampling</em>.Sampel pada penelitian ini terbagi menjadi kelompok intervensi (n = 18) dan kelompok kontrol (n = 18). Berdasarakan uji GLM - RM terdapat peningkatan nilai ABI dan IpTT pada kelompok intervensi sepanjang periode <em>follow up</em> (<em>pre test, post test I</em>, dan <em>post test II</em>). Dengan <em>p value</em> 0,000. Senam kaki diabetes dapat direkomendasikan sebagai intervensi mandiri keperawatan sebagai upaya pencegahan komplikasi gangguan vaskuler dan persarafan.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Nataprawira, Heda Melinda, Vanda Elfira, Sang Ayu Kompiyang Indriyani, and Ery Olivianto. "Necrotizing pneumonia pada anak." Sari Pediatri 19, no. 2 (November 27, 2017): 114. http://dx.doi.org/10.14238/sp19.2.2017.114-8.

Full text
Abstract:
Pneumonia merupakan penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi pada anak usia di bawah 5 tahun, terutama negara berkembang. Necrotizing pneumonia (NP) merupakan komplikasi yang jarang dan berat dari community acquired pneumonia (CAP). Destruksi parenkim paru normal disertai nekrosis multipel, abses, kavitas atau pneumatokel sebagai akibat oklusi trombotik kapiler alveolus di area konsolidasi terjadi pada NP. Pneumonia yang dalam perjalanannya terlihat lebih sesak, respon yang tidak adekuat dengan antibiotik konvensional, demam yang menetap dapat diperkirakan terjadi NP. Diagnosis ditegakkan dengan CT-scan toraks dengan kontras. Komplikasi berupa fistula bronkopleura, empiema, dan abses paru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Nataprawira, Heda Melinda, Vanda Elfira, Sang Ayu Kompiyang Indriyani, and Ery Olivianto. "Necrotizing pneumonia pada anak." Sari Pediatri 19, no. 2 (November 27, 2017): 114. http://dx.doi.org/10.14238/sp19.2.2017.114-9.

Full text
Abstract:
Pneumonia merupakan penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi pada anak usia di bawah 5 tahun, terutama negara berkembang. Necrotizing pneumonia (NP) merupakan komplikasi yang jarang dan berat dari community acquired pneumonia (CAP). Destruksi parenkim paru normal disertai nekrosis multipel, abses, kavitas atau pneumatokel sebagai akibat oklusi trombotik kapiler alveolus di area konsolidasi terjadi pada NP. Pneumonia yang dalam perjalanannya terlihat lebih sesak, respon yang tidak adekuat dengan antibiotik konvensional, demam yang menetap dapat diperkirakan terjadi NP. Diagnosis ditegakkan dengan CT-scan toraks dengan kontras. Komplikasi berupa fistula bronkopleura, empiema, dan abses paru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Putri, Anak Agung Istri, Endang Wahyuningtyas, and Titik Ismiyati. "Penangan Pasien dengan Riwayat Stroke dengan Gigi Tiruan Lengkap Overdenture." Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 19, no. 2 (December 31, 2012): 124. http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.15517.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Pada kondisi sistemik tertentu yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pencabutan seperti pada pasien dengan riwayat stroke perawatan dengan overdenture merupakan alternatif yang paling tepat. Overdenture adalah gigi tiruan lengkap atau sebagian yang didukung oleh mucoperiostium dan beberapa gigi atau akar gigi asli yang telah dilakukan perawatan saluran akar, untuk menghambat proses resobsi tulang alveolaris sehingga retensi dan stabilisasi gigi tiruan lengkap dapat ditingkatkan. Tujuan. Laporan kasus ini untuk mengetahui penanganan pasien dengan riwayat stroke dengan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) overdenture. Kasus. Pasien wanita, 58 tahun dating atas kemauan sendiri ke RSGM Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, ingin dibuatkan gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah, karena gigi tiruan yang dipakai sebelumnya sudah tidak nyaman diapakai mengunyah, pasien dengan riwayat stroke, saat ini masih dalam perawatan. Gigi yang masih tinggal adalah gigi 28, gigi 42 dan gigi 43, oleh karena merupakan kontra indikasi pencabutan, maka gigi yang masih tinggal tidak dicabut dan direncanakan sebagai gigi penyangga GTL overdenture dengan kaitan coping pada gigi 28, kaitan magnet pada gigi 42 dan base root pada gigi 43, selanjutnta diinsersikan GTL overdenture rahang atas dan rahang bawah, yang diperiksa: retensi, stabilisasi, oklusi, estetika dan fonetik. Kontrol dilakukan 1 minggu kemudian diperiksa keluhan pasien saat memakai GTL: pada pemeriksaan subyektif dan obyektif, diperiksa retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan fonetik. Hasil. Perawatan GTL overdenture dengan menggunakan gigi yang masih tinggal dengan kombinasi penyangga overdenture pada pemeriksaan subyektif pasien merasa lebih nyaman, pada pemeriksaan obyektif overdenture dapat meningkatkan retensi, stabilisasi, oklusi, estetika, fonetik. Kesimpulan. Pemakaian GTL overdenture dapat meningkatkan retensi, stabilisasi, oklusi, estetika dan fonetik. Overdenture merupakan perawatan pilihan untuk pasien dengan keadaan sistemik tertentu yang tidak mungkin dilakukan pencabutan. Background. In certain systemic conditions that do not allow for such revocation in patients with a history of stroke care with overdenture is the most appropriate treatment alternative. Overdenture is a complete or partial dentre supported by mucoperiostium and several teeth or tooth roots that have been carried out root canal treatment to inhibit the process of alveolar bone resobtion so retention and stabilization of a complete denture can be improved. Purpose. Of this case report to determine the management of patients with a history of stroke with Complete Denture (CD) overdenture. Case. The patient was a woman, 58 years old to come on their own to the Hospital Soedomo Faculty of Dentistry, University of Gadjah Mada, want to made a denture maxilla and mandible, as previously worn dentures that are nor comfortable to wear chew, patients with a history of stroke, while still in treatment. Teeth that remain are 28 teeth, tooth 42 and tooth 43, is contraindicated because of the revocation, the teeth that are left are not revoked and planned as CD overdenture abutment coping with regard to the teeth 28, the magnetic connection of the teeth 42 and the base root on tooth 43, the next is inserted CD overdenture maxillary and lower jaw, which examined: retention stabilization, occlusion, aesthetics and phonetics. Controls performed 1 week later examined patient complaints when using CD the subjective and objective examination, examined retention, stabilization, occlusion, esthetics and phonetics. Results. CD overdenture treatment using gear that is still living with the combination of buffer overdenture on a subjective examination of the patient feel more comfortable, the overdenture objective examination can improve retention, stabilization, occlusion, esthetics, phonetics. Conclusion. CD overdenture usage can increase retention, stabilization, occlusion, aesthetics, and phonetics. Overdenture is the treatment of choice for patients with certain systemic conditions that are nor possible revocation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Batten, Alicia. "Women in their Place: Paul and the Corinthian Discourse of Gender and Sanctuary Space - By Jorunn Oklund." Religious Studies Review 32, no. 1 (January 2006): 45. http://dx.doi.org/10.1111/j.1748-0922.2006.00034_33.x.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Angelia, Veronica, and Syafrinani Syafrinani. "PENATALAKSANAAN GIGI TIRUAN LENGKAP DENGAN LINGGIR DATAR DAN HUBUNGAN RAHANG KLAS III DISERTAI CEREBROVASCULAR ACCIDENT (LAPORAN KASUS)." B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah 2, no. 1 (November 10, 2018): 44–50. http://dx.doi.org/10.33854/jbdjbd.14.

Full text
Abstract:
Kasus edentulus dengan resorpsi linggir alveolaris yang berlebihan banyak dijumpai pada pasien lanjut usia (lansia). Selain itu sering juga disertai penyakit sistemik seperti Cerebrovascular accident (CVA) yang berdampak pada daerah rongga mulut dan sekitarnya antara lain paralisis wajah, dysphagia, aphasia, dysphasia, dan dysarthria. Penatalaksanaan gigi tiruan lengkap dengan linggir datar untuk pasien seperti di atas sering menimbulkan kesulitan dalam memperoleh retensi, stabilisasi, oklusi dan estetis yang baik. Laporan kasus ini menjelaskan tentang penatalaksanaan gigi tiruan lengkap dengan linggir datar dan hubungan rahang klas III disertai CVA. Pasien perempuan, usia 70 tahun, datang ke RSGMP FKG USU, ingin dibuatkan gigi tiruan rahang atas dan bawah dengan keluhan sulit mengunyah makanan. Pasien menderita CVA. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan profil wajah tampak samping lurus. Pemeriksaan intraoral menunjukkan linggir datar pada rahang bawah dan ukuran lengkung rahang atas lebih kecil dari rahang bawah. Penatalaksanaan linggir datar rahang bawah yaitu desain basis yang diperluas sampai sulkus alveolingual dan basis diperkuat dengan kerangka logam untuk mencegah patah. Relasi rahang Klas III diatasi dengan pemilihan gigi artifisial semi anatomis dan penyusunan gigi crossbite bilateral. Pasien mengalami CVA sehingga perawatan harus dilakukan dalam waktu yang singkat dan suasana yang nyaman di pagi hari. Kontrol otot diperlukan untuk meningkatkan stabilitas gigi tiruan. Pada keadaan paralisis wajah, latihan memakai gigi tiruan untuk mendeteksi bentuk benda yang ditempatkan di mulut dan melatih pengunyahan pada kedua sisi rahang. Pasien dengan linggir datar dan hubungan rahang klas III disertai CVA memerlukan modifikasi dalam penatalaksanaan gigi tiruan lengkap sehingga menghasilkan retensi, stabilisasi, oklusi dan estetis yang baik untuk dapat meningkatkan nutrisi, kesehatan umum dan kualitas hidup.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Czarnek, Marcin, and Aneta Wieczorek. "Comparison of the quality of occlusion control with the use of occlusion paper and T-scan, based on the literature." Prosthodontics 70, no. 4 (December 20, 2020): 407–16. http://dx.doi.org/10.5114/ps/131650.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Bryniarski, Leszek, Michał Zabojszcz, Sławomir Surowiec, Kalina Kawecka-Jaszcz, and Dariusz Dudek. "Recanalisation of chronic total occlusion using retrograde approach." Advances in Interventional Cardiology 1 (2010): 52–58. http://dx.doi.org/10.5114/pwki.2010.13826.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Amalia, Lisda, and Gilang Nispu Saputra. "Peran Eritropoietin pada Stroke Iskemik Akut." Jurnal Neuroanestesi Indonesia 9, no. 2 (June 18, 2020): 117–25. http://dx.doi.org/10.24244/jni.v9i2.262.

Full text
Abstract:
Stroke iskemik merupakan salah satu penyebab stroke tersering, disebabkan oleh oklusi pembuluh darah serebral dan penyebab kematian ketiga. Iskemik otak akan menghasilkan penghasilan mediator inflamasi yang dapat berpartisipasi dalam jejas iskemik di otak. Saat awitan stroke iskemik terjadi, area otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga sel otak terutama neuron berada dalam risiko, neuron ini masih dapat berfungsi yang dikenal sebagai penumbra. Hipoksia jaringan dan iskemik serebral mengaktivasi HIF-1α, yang kemudian mengaktivasi transkripsi gen eritropoietin (EPO) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). Eritropoietin (EPO) merupakan peptida yang juga memiliki efek non–hematopoiesis yaitu berperan mendorong neuroproteksi. Eritropoietin (EPO) dikeluarkan dalam hitungan menit dari proses iskemik dan mencapai puncak dalam 24 jam dari awitan stroke iskemik. Efek neuroproteksi dari EPO yaitu sebagai anti apoptosis, anti oksidan, anti inflamasi, anti eksitoksisitas, neurogenesis, angiogenesis dan neurotropik. Dengan kata lain bahwa EPO dapat mengurangi derajat keparahan akibat oklusi pembuluh darah otak. Role of Eritropoietin in Acute Ischemic StrokeAbstractIschemic stroke is one of the most common causes of stroke, caused by cerebral vascular occlusion and the third cause of death. . Ischemic brain will generate income of inflammatory mediators who can participate in ischemic lesions in the brain. When the recitation of an ischemic stroke occurs, areas of the brain that are obscurated by blood vessels will lack oxygen and nutrients so that brain cells, especially neurons, are at risk, these neurons can still function known as penumbra. Tissue hypoxia and cerebral ischemic activate HIF-1α, which then activates the transcription of the Eritropietin (EPO) and Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) genes. Eritropoietin (EPO) is a peptide that also has the effect of non-hematopoiesis which is responsible for encouraging neuroprotection. Eritropietin (EPO) is issued in minutes of an ischemic process and reaches its peak within 24 hours of the onset ischemic stroke. The neuroprotection effect of EPO is as anti-apoptosis, anti-oxidant, anti-inflammatory, anti-excitation, neurogenesis, angiogenesis and neurotropic. In other words, EPO can reduce the severity due to occlusion of brain blood vessels.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Hidajah, Norman. "MEDIAN LINE IMMETRITY AT CENTRIC OCCLUSSION IN FKG UNMAS DENPASAR." Interdental Jurnal Kedokteran Gigi (IJKG) 17, no. 1 (June 22, 2021): 15–21. http://dx.doi.org/10.46862/interdental.v17i1.1260.

Full text
Abstract:
Introduction: Facial appearances especially teeth and face are some of the most important things in this era. The symmetry of the dental median line with the facial median line needs to be considered to create a balanced, harmonious, and attractive facial structure, especially when smiling. The position of the maxillary median line to the facial median line is an important factor in orthodontic diagnosis. This research aims to obtain the symmetry of the dental median line with the facial median line during centric occlusion in dentistry students of the Mahasaraswati University of Denpasar. Materials and Methods: The type of this research is descriptive with a cross-sectional approach that involved 57 participants. Results and Discussions: The results of this research are the percentage of the students whose dental median line with a facial median line is symmetrical (≤ 1 mm) was 77% that obtained 44 participants, while the percentage of students who had a dental median line with a facial median line is not symmetrical (> 1 mm) were 23 % that obtained 13 participants with a shift of median line 2 mm in 7 participants, 3 mm in 5 participants, and 5 mm in 1 participant. Conclusion: Based on the results it can be concluded that the dentistry students of the Mahasaraswati University of Denpasar whose dental median line with their facial median line were symmetrical is more dominant.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Soekanto, Dian U. "WAJAH HUKUM KITA." Jurnal Hukum & Pembangunan 18, no. 2 (June 15, 2017): 184. http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol18.no2.1277.

Full text
Abstract:
Dalam kehidupan hukum pada umumnya problematik serupa pun masih meliputi. Banyak aturan-aturan hukum kita yang merupakan peninggalan kolonial Belanda, yang terkadang sudah tidak sesuai lagi dengan aspirasi masyarakat kita, tapi masih tetap saja oklum dicabut dan masih berlaku, karena aturan nasional penggantinya belum ada. Kemudian ada juga yang samar-samar, aturan yang lama belum dinya-takan dicabut sementara yang baru belum lagi lengkap. Ada pula yang oleh aturan lama diatur dalam peraturan setingkat undang-undang, sebagian materi yang diatur masih berlaku, sedang bagian yang sudah tidak berlaku sebagai gantinya diatur dalam peraturan yang tingkatannya lebih rendah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography