To see the other types of publications on this topic, follow the link: Mikrofiltrace.

Journal articles on the topic 'Mikrofiltrace'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 17 journal articles for your research on the topic 'Mikrofiltrace.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Shalahuddin, Iqbal, and Yusuf Wibisono. "Mekanisme Fouling pada Membran Mikrofiltrasi Mode Aliran Searah dan Silang." Jurnal Rekayasa Proses 13, no. 1 (July 1, 2019): 6. http://dx.doi.org/10.22146/jrekpros.40458.

Full text
Abstract:
A B S T R A C TMicrofiltration is a low pressure driven membrane process of about 1 bar trans-membrane pressure which is used frequently for separating dissolved particles within 0.1 to 10 μm size. Microfiltration membranes are utilized in water and wastewater treatment processes either during pretreatment, treatment, or post-treatment steps. Moreover in bioprocessing, microfiltration is used in upstream process for substrate sterilization or in downstream process for microbial suspension separation. Fouling is one major concern of membrane filtration processes, including microfiltration. In this article, the fouling mechanism on microfiltration membrane is explained based on the blocking model refer to cake filtration due to the complexity of fouling phenomena. Fouling mechanism on dead-end and cross-flow modes microfiltration are explained, and basically distinguished into four different mechanisms, i.e. complete blocking, standard blocking, intermediate blocking and cake filtration. The proposed models are based on constant pressure operation on the uniform membrane pores, both for dead-end and cross-flow modes. Cross-flow mode, however, is restricted on the beginning of filtration until critical flux condition is reached.Keywords: bioprocess; blocking model; cake filtration; fouling; microfiltration; wastewater A B S T R A KMembran mikrofiltrasi merupakan salah satu teknologi membran yang menggunakan tekanan rendah sekitar 1 bar sebagai gaya pendorong dan digunakan untuk proses pemisahan partikel terlarut yang berukuran antara 0,1 hingga 10 μm. Membran mikrofiltrasi banyak digunakan baik dalam proses pra-pengolahan, pengolahan, maupun pasca-pengolahan air dan air limbah. Pada bioproses, mikrofitrasi juga digunakan pada proses hulu untuk sterilisasi substrat atau pada proses hilir untuk pemisahan suspensi mikrob. Masalah yang paling utama dalam proses filtrasi membran adalah fouling. Dalam artikel ini, mekanisme terjadinya fouling pada membran mikrofiltrasi dijelaskan dengan menggunakan model pemblokiran yang mengacu pada filtrasi deposit partikel (cake) untuk menguraikan kerumitan fenomena fouling dalam mikrofiltrasi. Pada tulisan ini dijelaskan lebih rinci mengenai mekanisme fouling baik pada mikrofiltrasi searah (dead-end) maupun aliran silang (cross-flow). Mekanisme fouling pada proses mikrofiltrasi bisa dimodelkan dengan empat model yaitu pemblokiran pori, penyempitan pori, pemblokiran pori bersamaan dengan endapan permukaan dan formasi endapan permukaan. Mekanisme tersebut berlaku pada kondisi operasional bertekanan tetap dan ukuran pori yang seragam, baik pada aliran searah ataupun silang. Hanya saja, model mekanisme pada aliran silang hanya berlaku pada kondisi awal filtrasi hingga tercapai kondisi fluks kritis.Kata kunci: air limbah; bioproses; filtrasi cake; fouling; mikrofiltrasi; model pemblokiran
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

BUGAN, S. G., D. ŠMOGROVIČOVÁ, Z. DÖMÉNY, J. STOPKA, and Š. SCHLOSSER. "Application of the "crossflow" microfiltration in the brewing industry." Kvasny Prumysl 47, no. 4 (April 1, 2001): 97–101. http://dx.doi.org/10.18832/kp2001008.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Aryanti, N., and H. Susanto. "Pengolahan Air Gambut Dengan Kombinasi Proses Flokulasi dan Mikrofiltrasi." REAKTOR 8, no. 1 (June 19, 2017): 43. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.8.1.43-47.

Full text
Abstract:
Makalah ini membahas gabungan proses flokulasi dan membrane mikrofiltrasi untuk pengolahan air gambut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan air gambut sintetis yang dibuat dari humic acid pada berbagai variasi konsentrasi. Validasi dilakukan dengan air gambut asli yang berasal dari daerah Riau dengan kadar organic 168,5 mg/L KMnO4. Sebagai flokulan digunakan FeCl3 dengan jenis membrane hollow fiber polisulfon. Respon yang diamati adalah fluk dan rejeksi kadar organic. Percobaan dilakukan dengan variasi tekanan 0,4-1,6 bar dan konsentrasi flokulan 0-40 mg/L. hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tekanan operasi akan meningkatkan fluk. Kenaikan konsentrasi flokulan dari 0-40 mg/L menyebabkan fluk yang didapatkan semakin turun dengan rejeksi kadar organik naik. Kondisi operasi terbaik yang didapatkan yaitu pada tekanan 1,2 bar dan konsentrasi flokulan 40 mg/L untuk air gambut sintetis, sedangkan untuk air gambut asli pada tekanan 1 bar dan konsentrasi floklan 30 mg/L. Kata kunci : flokulan, membrane mikrofiltrasi, fluk, rejeksi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Rahayu, Iman. "PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI." Jurnal Sains dan Terapan Kimia 11, no. 2 (October 3, 2017): 52. http://dx.doi.org/10.20527/jstk.v11i2.4035.

Full text
Abstract:
Membran keramik merupakan membran sintetik dan bagian dari membran anorganik. Aplikasi mengenai membran ini telah banyak dikembangkan, seperti untuk proses pemisahan gas dan juga pada proses mikrofiltrasi yang digunakan untuk proses penjernihan air. Bahan-bahan yang digunakan untuk proses pembuatan membran keramik adalah kaolin, tanah liat, felspar, pasir kuarsa dan tepung beras yang digunakan sebagai zat pembentuk pori dengan variasi tiga komposisi. Proses pembuatan keramik menggunakan proses cetak tekan dengan suhu pembakaran sampai 1300°C selama 9 jam. Nilai fluks yang dihasilkan dari membran M25%, M35% dan M45% adalah 2440-2520 L/atm.jam.m2, 1680-1760 L/atm.jam.m2, dan 3660 L/atm.jam.m2. Membran M45% memiliki nilai fluks yang lebih besar dari membran yang lainnya. Semakin banyak bahan pembentuk pori yang digunakan, semakin banyak pori yang terbentuk. Hasil dari uji kuat lentur untuk membran M45% cukup rapuh tapi masih dapat digunakan dengan tekanan 0,5 atm. Struktur dari pori membran dilihat dengan menggunakan SEM, diperoleh pori- pori yang tidak teratur dengan ukuran pori sekitar 5 μm. Kata Kunci: Membran, keramik, tepung beras, aditif, mikrofiltrasi ABSTRACT
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Wibisono, Yusuf, Ashried Faradilla, Panggulu Ahmad Utoro, Agung Sukoyo, Ni'matul Izza, and Shinta Rosalia Dewi. "Anti-biofoulan Alami Moringa oleifera Sebagai Bahan Pengisi Membran Mixed Matrix Selulosa Asetat untuk Klarifikasi Jus Buah." Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan 13, no. 2 (August 17, 2018): 100–109. http://dx.doi.org/10.23955/rkl.v13i2.11053.

Full text
Abstract:
Teknologi membran banyak digunakan dalam pemisahan padatan terlarut dalam cairan, termasuk dalam pengolahan pangan misalnya klarifikasi jus buah. Namun salah satu faktor penghambat utama penggunaan membran adalah terjadinya fouling yang berpotensi menurunkan kualitas produk. Dalam proses klarifikasi jus buah, membran berpotensi mengalami fouling karena material biologis. Antibiofoulan alami seperti biji buah kelor Moringa oleifera berpotensi untuk digunakan sebagai agen pencegah biofouling pada proses membran karena mengandung fenol. Pada penelitian ini diketahui kandungan total fenol ekstrak bji kelor sebesar 123.61 mg/g ekstrak. Ekstrak ditambahkan sebagai bahan pengisi dengan konsentrasi yang berbeda pada larutan cetak membran selulosa asetat dengan pelarut dimetil formamida yang berfungsi sebagai matrix. Morfologi membran mixed matrix yang dihasilkan berupa pori-pori yang berbentuk jari dan masuk dalam kategori membran mikrofiltrasi. Kinerja membran diuji kekuatan mekaniknya, nilai fluks, dan sifat antibakteri menggunakan E-coli. Penambahan ekstrak biji kelor pada mampu memberikan dua keuntungan, yaitu menghambat pertumbuhan bakteri sebesar 39.7% dan menurunkan permeabilitas dari 1765.25 L/m2.jam.bar menjadi 1235.5231 L/m2.jam.bar yang berpotensi meningkatkan tingkat rejeksi membran mikrofiltrasi yang dihasilkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Aspiyanto, Aspiyanto, Agustine Susilowati, and Yati Maryati. "SEPARATION OF SAVORY FRACTION FROM AUTOLYSATE OF KIDNEY BEAN (Phaseolus vulgaris L.) FERMENTED BY Rhizopus sp-PL19 THROUGH CROSS-FLOW MICROFILTRATION (CFMF) MEMBRANE MODULE." Jurnal Kimia Terapan Indonesia 16, no. 1 (June 10, 2014): 39–48. http://dx.doi.org/10.14203/jkti.v16i1.7.

Full text
Abstract:
Separation of savory fraction from autolysate of kidney bean (Phaseolus vulgaris L.) fermented by Rhizopus sp.-PL19 as potential seasoning agent was performed using cross-flow microfiltration (CFMF) technique in module scale. The goal of this experiment was to find out the effect of pressure and time on performance of MF membrane, and compositions of retentate and permeate. The result of experiment showed that separation and/or purification using CFMF technique gave permeate as savory fraction with better clearness and sharper aroma than retentate, but retentate had better composition than permeate. During separation increased total protein, dissolved protein and salt concentrations, but decreased total solid, reducing sugar and fat concentrations in permeate at pressure of 2 and 4 bar. Based on N-Amino concentration in permeate, the optimum condition of separation was reached at pump motor frequency of 10 Hz and room temperature with pressure of 2 and 4 bar for 10 minutes. This condition produced permeate with fluxes of 51.11 and 52.55 L/m2.hour, and concentrations of N-Amino of 5.50 and 9.80 mg/mL, dissolved protein of 1.01 and 0.97 mg/mL, total protein of 4.85 and 12.10 % (dry weight), reducing sugar of 55.75 and 53.75 mg/mL, salt of 1.16 and 1.06 %, fat of 0.41 and 0.65 %, and total solids of 7.82 and 6.35 %, respectively. Keywords : Autolysate, kidney bean (Phaseolus vulgaris L.), Rhizopus sp.-PL19, cross-flow microfiltration (CFMF), permeate, retentate. Pemisahan fraksi gurih dari autolisat kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) terfermentasi oleh Rhizopus sp.-PL19 sebagai bahan seasoning potensial dilakukan menggunakan teknik mikrofiltrasi cross-flow (MFCF) pada modul.Penelitian bertujuan untuk mencari pengaruh tekanan dan waktu pemisahan terhadap kinerja membran mikrofiltrasi (MF) dan komposisi dalam retentat dan permeat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemisahan dan/atau pemurnian menggunakan teknik MFCF memberikan permeat sebagai fraksi gurih savory dengan kejernihan lebih baik dan aroma lebih tajam daripada retentat, tetapi retentat memiliki komposisi lebih baik daripada permeat. Pemisahan dengan waktu lama menaikkan konsentrasi total protein, protein terlarut dan garam, namun mengurangi konsentrasi total padatan, gula pereduksi dan lemak dalam permeat pada tekanan 2 dan 4 bar. Berdasarkan konsentrasi N-Amino dalam permeat, kondisi optimum pada pemisahan dicapai dibawah frekuensi motor pompa 10 Hz dan suhu ruang dengan tekanan 2 dan 4 bar selama 10 menit. Kondisi ini menghasilkan permeat dengan fluks masing-masing 51,11 dan 52,55 L/m2.jam serta konsentrasi N-Amino of 5,50 dan 9,80 mg/mL, protein terlarut 1,01 dan 0,97 mg/mL, total protein 4,85 dan 12,10 % (berat kering), gula pereduksi 55,75 dan 53,75 mg/mL, garam 1,16 dan 1,06 %, lemak 0,41 dan 0,65 % serta total padatan 7,82 dan 6,35 %. Kata kunci : Autolisat, kacang merah (Phaseolus vulgaris L.), Rhizopus sp.-PL19, mikrofiltrasi cross-flow (CFMF), permeat, retentat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Maulina, Wenny. "KAJIAN MEMBRAN KOMPOSIT NILON-ARANG MELALUI KARAKTERISASI FTIR DAN SEM." Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK) 2, no. 1 (March 20, 2016): 56. http://dx.doi.org/10.25273/jpfk.v2i1.25.

Full text
Abstract:
<p>Telah berhasil dilakukan sintesis mermbran komposit nilon-arang dengan menggunakan bahan dari limbah benang nilon dan arang ampas tebu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran komposit nilon-arang dengan bobot benang nilon 6,0 g dan arang 0,75 g adalah yang paling baik karena larutan yang terbentuk homogen, kental, mudah dicetak, permukaan membran halus dan tidak terdapat rongga udara. Berdasarkan karakterisasi FTIR pada membran komposit nilon-arang memperlihatkan adanya gugus fungsi hidrokarbon yang berasal dari arang ampas tebu dan gugus fungsi amida yang berasal dari benang nilon.Sehingga membran yang terbentuk masih memiliki komponen asli penyusunnya. Sedangkan dari karakterisasi SEM terlihat bahwa morfologi permukaan membran komposit nilon-arang yang dihasilkan termasuk membran mikrofiltrasi dengan ukuran pori 4,75 μm.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Doddy, Putu, Ester Susanti, and Debby Mariana. "Studi penggunaan membran berslot untuk memproduksi emulsi minyak/air." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 9, no. 1 (October 2, 2018): 19. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2010.9.1.3.

Full text
Abstract:
Emulsion is dispersion system, which consist of two or more immiscible liquids. If this system is not stable, particle dispersed will form separate layer. The degree of instability will be greater if size of dispersed particles is not uniform. Generally, emulsion is produced by using high speed homogenizer, which will destruct the product. Some technology has been developed to overcome this problem. One of such technology is membrane emulsification, where the emulsion is flowed through the membrane so the size of particles will be smaller and more uniform. Symmetric membrane, which is used effectively to produce emulsion, has been used in this research. From the experiments, it has been proved that 28 microns membrane could produce emulsion, which has small and uniform size of particles. Emulsion with feed concentration of 10 % w/w and concentration of surfactant 3 % w/w has the highest degree of stability with particle sizes in the range of 3.5–13.5 microns. Fluxes were decreased if we use higher feed and surfactant concentration.Keywords: Emulsion, microfiltration, slotted membraneAbstrakEmulsi adalah dispersi dua atau lebih cairan yang tidak bercampur. Jika sistem ini tidak stabil, maka partikel terdispersi akan bergabung membentuk lapisan terpisah. Ketidakstabilan emulsi semakin tinggi jika ukuran partikel terdispersi besar dan distribusi ukurannya tidak seragam. Umumnya pembuatan emulsi dilakukan dengan pengadukan kecepatan tinggi yang merugikan jika bahan sensitif terhadap tekanan. Banyak cara dikembangkan untuk mengatasi hal ini, salah satunya adalah teknologi membran emulsifikasi, dimana emulsi dilewatkan melalui membran agar ukuran partikel terdispersi menjadi lebih kecil dan seragam sehingga emulsi stabil. Membran simetris yang efektif untuk memproduksi emulsi adalah membran mikrofiltrasi berslot seperti dalam penelitian ini. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan membran berslot 28 m memberikan ukuran dan distribusi partikel yang kecil dan seragam. Emulsi minyak dalam air yang paling stabil adalah pada konsentrasi umpan 10% (b/b) dan konsentrasi surfaktan 3% (b/b) dengan ukuran partikel berkisar antara 3,5–13,5 µm. Fluks menurun bila konsentrasi umpan dan surfaktan semakin besar.Kata kunci: emulsi, mikrofiltrasi, membran berslot
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Kurniawan, Ian, and Pra Dian Mariadi. "REVIEW : PROFIL HYBRID MEMBRANE DALAM PROSES REDUKSI AIR LIMBAH." JURNAL KONVERSI 5, no. 1 (April 10, 2015): 1. http://dx.doi.org/10.24853/konversi.5.1.1-10.

Full text
Abstract:
Frekuensi penggunaan air sangat tinggi seiring dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Peningkatan standar hidup manusia yang semakin tinggi menimbulkan permasalahan lingkungan terkait dengan kualitas air akibat bahan kimia, nutrisi, lindi, tumpahan minyak, pembuangan limbah bahan berbahaya, serta penggunaan bahan dispossable dan non-biodegradable. Perkembangan sumber daya teknologi menghasilkan suatu revolusi sehingga menghasilkan lebih banyak bahan dan senyawa kimia. sejumlah senyawa yang diidentifikasi memiliki ancaman potensial terhadap organisme lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi teknik pengolahan air limbah dengan menggabungkan dua sifat membran dalam mereduksi air limbah. Metode yang digunakan adalah review dari beberapa sumber pustaka dengan melakukan studi literatur terdahulu terhadap beberapa penelitian yang pernah dilakukan. Kesimpulan dari penelitian menghasilkan bahwa teknologi membran sebagai salah satu instalasi unit pengolahan limbah perkembangan dan kemajuannya sangat menjanjikan dan banyak dilakukan dalam proses dengan prinsip pemisahan dan pemurnian air. Teknologi membran bisa menjadi solusi dalam pengolahan air limbah, seiring dengan perkembangannya membran dapat dikombinasikan (Hybrid Process) dengan menggunakan berbagai jenis membrane yaitu Ultrafiltrasi, Mikrofiltrasi, Nanofiltrasi dan Reverse Osmosis, akan tetapi harus diperhatikan kondisi operasional dari proses tersebut. Kata kunci: air limbah, hybrid membrane, reduksi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Dita Auline Saragih, Nurul Qomariah, and Abdullah Saleh. "Pembuatan membran komposit nilon-karbon aktif dengan variasi suhu dan waktu pengadukan." Jurnal Teknik Kimia 24, no. 3 (November 1, 2018): 89–93. http://dx.doi.org/10.36706/jtk.v24i3.29.

Full text
Abstract:
Membran Komposit Nilon-Karbon Aktif merupakan modifikasi membran nilon dengan filler inorganic berupa karbon aktif. Modifikasi dalam proses pembuatan membran berupa variasi suhu pengadukan yaitu 20oC, 30o C, 40 oC, dan 50 oC dan variasi waktu pengadukan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi dalam pembuatan membran terhadap karakteristik membran komposit nilon-karbon aktif. Membran dibuat menggunakan metode inversi fasa dengan pelarut HCl 25%, tebal membran diseragamkan, waktu evaporasi 120 detik, waktu imersi dalam aquades selama 10 menit, dan waktu pengeringan membran 24 jam. Karakteristik mekanik dari membran dilihat melalui uji kuat tarik membran, dimana dari hasil pengujian didapatkan titik optimum berdasarkan nilai kuat tarik dan modulus elastisitas terbesar pada variasi suhu 30o C dan waktu pengadukan 2 jam yaitu 134,75 x106 kg/ms2 dan 1,347x108kg/ms2. Karakteristik struktural membran dilihat melalui uji porositas, dan analisa permukaan dengan menggunakan SEM. Berdasarkan uji porositas, dihasilkan membran dengan rata-rata persen porositas 70% dan tergolong hidrofil karena persen penyerapan air tinggi. Sedangkan melalui analisa SEM didapatkan karakteristik membran asimetrik dengan ukuran pori 2,7-3,5 mikrometer dan tergolong membran mikrofiltrasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Ostojčić, Marta, Sandra Budžaki, Bruno Zelić, Marina Tišma, and Sanja Brkić. "Membranska filtracija kao ekološki prihvatljiva metoda pročišćavanja sirovog biodizela." Kemija u industriji 69, no. 3-4 (2020): 175–81. http://dx.doi.org/10.15255/kui.2019.049.

Full text
Abstract:
Biodizel je prvo alternativno gorivo čija su fizikalno-kemijska svojstva regulirana odgovarajućim standardima: američkim ASTM D 6751 i europskim standardom EN 14214. Proces proizvodnje biodizela sastoji se od tri glavne faze: 1) pripreme sirovine, 2) transesterifikacije i 3) obrade produkta reakcije – pročišćavanje sirovog biodizela kako bi se zadovoljile specifikacije koje su navedene u prethodno spomenutim standardima. Proces pročišćavanja sirovog biodizela obično se provodi dvjema tehnikama: vlažnim i suhim pranjem. Najčešće primjenjivani postupak je mokro pranje. Glavni nedostatak u upotrebi vode u procesu pročišćavanja je stvaranje velike količine otpadne vode koja uvelike povećava troškove proizvodnje biodizela nakon čega slijedi sušenje proizvoda, što zahtijeva dodatni utrošak energije i vremena. Najveći nedostatak suhog pranja s različitim ionsko-izmjenjivačkim smolama je nemogućnost uklanjanja glicerola i metanola iz sirovog biodizela do onih granica koje su propisane EN 14214 te problem odlaganja iskorištenih ionsko-izmjenjivačkih smola. Zbog toga se kao alternativa postojećim tehnikama pročišćavanja pojavila primjena membranske tehnologije u procesu pročišćavanja biodizela. Membranska filtracija je ekološki prihvatljiva i zahtijeva manje energije. Membranskom filtracijom može se smanjiti udio glicerola, metanola i vode u biodizelu do količina propisanih standardima. U okviru ovog rada prikazan je kratki pregled mogućnosti primjene ultra i/ili mikrofiltracije u procesu pročišćavanja biodizela.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Suwardiyono, Suwardiyono. "Pengaruh Waktu Tunggal Biomassa (SRT) Terhadap Kualitas Limbah Cair Indistri Tekstil Dengan Proses Lumpur Aktif-Membran." REAKTOR 5, no. 2 (June 13, 2017): 41. http://dx.doi.org/10.14710/reaktor.5.2.41-47.

Full text
Abstract:
Penelitian proses gabungan lumpur aktif- membrane ini merupakan penggabungan proses lumpur aktif konvensional, dalam rangka upaya peningkatan kinerja proses. Dalam system ini, membrane berfungsi sebagai pengganti bak sedimentasi. Proses pengolahan diharapkan bias beroprasi pada konsentrasi biomassa dan waktu tinggal iomassa yang tinggi serta menghasilkan sitem yang kompak.Pada penelitian ini digunakan limbah cair industry tekstil dengan COD 795-1148 mg/l dan mikroorganisme dari sistem proses lumpur aktif konvensional. Proses membrane yang digunakan adalah mikrofiltrasi crossflow dengan modul hollow fiber terbuat dari polipropilen,ukuran pori 0,2 mikron dan luas permukaan membran 0,0226 m2. Proses pengolahan berlangsung pada waktu tinggal cairan (hydraulic retention time, HRT) tetap 9 jam dan waktu tinggal lumpur ( solid retention time, SRT) divariasikan, yaitu 24, 32, 40, dan 48 hari. Dengan variasi SRT tersebut dapat diketahui pengaruh SRT terhadap kinerja proses dan kualitas keluaran.Kondisi proses membrane pada penelitian ini TMP 0,4 bar dan laju alir silang 0,88 m/s serta tekanan back backflushing 1,6 bar, selang waktu 1,5 menit dan lama back fluching 1 detik. Dengan kondisi ini, diperoleh fluks stabil 5,04 l/(jam.m2) pada berbagai SRT. Pada keadaan tunak, didapatkan MLSS semakin besar, dengan peningkatan SRT. Konsentrasi COD keluaran semakin kecil seiring dengan kenaikan SRT, yaitu pada SRT 24,32, 40 dan 48 hari berturut-turut 198, 126,79 dan 38 mg/ l. Dan efisiensi penyisihan COD yang diperoleh semakin besar seiring dengan kenaikan SRT, yaitu pada SRT 24, 32, 40, dan 48 hari berturut-turut 80,85%; 87,59%; 92,08% dan 96,26%.Kata kunci : kualitas limbah, limbah cair, proses lumpur aktif-membran, waktu tinggal biomassa (solid retention time, SRT)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Hasnaningrum, Hafizha, Betanti Ridhosari, and I. Wayan Koko Suryawan. "Planning Advanced Treatment of Tap Water Consumption in Universitas Pertamina." Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan 5, no. 1 (April 29, 2021): 1. http://dx.doi.org/10.33795/jtkl.v5i1.177.

Full text
Abstract:
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan Universitas Pertamina beroperasi sudah sangat baik. Adanya program green campus dengan indikator daur ulang air limbah menjadi salah satu tantangan dalam meningkatkan kualitas effluent WWTP tersebut dengan menambahkan unit advanced treatment. Tujuan dari studi ini adalah untuk merancang unit-unit pengolahan advanced dan perkiraan hasil effluent dan biaya yang dibutuhkan. Studi ini dilakukan dengan melakukan survey lapangan, pengambilan data kualitas air, dan studi literatur. Dengan debit (Qpeak) perencanaan 8,45 m3/jam, luas lahan yang dibutuhkan untuk penambahan advanced treatment adalah 105,85 m2. Advanced treatment terdiri dari 1 unit bak ekualisasi, 2 unit saringan pasir lambat, 1 unit bak pencuci pasir, 2 unit membran mikrofiltrasi, 1 unit proses desinfeksi, dan 2 unit reservoir. Dengan adanya unit-unit tersebut diharapkan kualitas effluent memenuhi standard kualitas air minum dengan nilai TSS 0 mg/L, Amonia (NH3-N) 0,35 mg/L, Zat Organik (KmnO4) 0,513 mg/L, Zat Terlarut (TDS) 23 mg/L, dan Total Koliform 0/100 ml sampel. Total biaya yang dibutuhkan untuk membangun advance treatment untuk konsumsi air keran adalah Rp 374.727.334.The wastewater treatment plant (WWTP) in Universitas Pertamina’s area is operating very well. The existence of a green campus program with a wastewater recycling indicator has become one of the challenges. Improving the WWTP effluent quality by adding an advanced treatment unit. This study aims to design advanced processing units and estimate the effluent yields and required costs. This study was conducted by conducting a field survey, collecting water quality data, and literature study. With planning discharge (Qpeak) of 8.45 m3/hour, the land area required for the addition of advanced treatment is 105.85 m2. Advanced treatment consists of 1 unit of Equalization Tank, 2 units of slow sand filter, 1 unit of sand washer, 2 units of microfiltration membrane, 1 disinfection body, and 2 reservoir units. These units it is expected to make effluent quality meets the drinking water quality standards with a TSS value of 0 mg/L, Ammonia (NH3-N) 0.35 mg/L, Organic Substances (KmnO4) 0.513 mg/L, Total Dissolved Solids (TDS) 23 mg/L, and Total Coliform 0 Total/100 ml of sample. The total cost needed to build an advance treatment for tap water consumption is Rp 374,727,334.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Sutrisna, P. D., F. S. Lingganingrum, and I. G. Wenten. "Separation of oil-in-water emulsion using slotted pore membrane." Jurnal Teknik Kimia Indonesia 11, no. 1 (October 2, 2018): 57. http://dx.doi.org/10.5614/jtki.2012.11.1.8.

Full text
Abstract:
Nowadays, oil-in-water (O/W) emulsion has become an important topic in many industries. Petroleum industry is one of these industries. O/W emulsion produced in crude oil recovery causes problems at different stages in petroleum industry. Produced water can not be injected again into the well, because it contains high concentrations of oil, grease and suspended particles. Recently, membrane technology has been applied in separation of O/W emulsion. One membrane that has been developed special for oil filtration is slotted true surface filter. This research investigated influences of pore size and initial concentration of feed emulsion during oil filtration using slotted pore membrane. From the experiment, oil rejection will be higher if we use membrane with smaller pore size, emulsion with high stability and small trans membrane pressure. Based on the slot width it can be concluded that 33 microns membrane gives better oil rejection than 80 microns membrane. Initial concentrations of challenge emulsion also influence value of flux and oil rejection, which will also influence our decision to choose suitable membrane in relation with hydrophilicity of the membrane. During microfiltration process, there was deformation of oil particle through slot of membrane, which can be analyzed by observing size of oil drops in feed and permeate sides. Keywords: emulsion, microfiltration, slotted pore membraneAbstrakSaat ini penanganan limbah emulsi minyak dalam air menjadi topik penting di berbagai industri. Salah satunya adalah industri perminyakan. Emulsi yang dihasilkan dalam proses penambangan minyak mentah menimbulkan masalah pada beberapa tahapan proses di industri. Air yang mengandung minyak tidak dapat digunakan kembali untuk meningkatkan perolehan minyak karena mengandung minyak, lemak dan partikel tersuspensi dalam konsentrasi tinggi. Sehingga dibutuhkan proses pemisahan emulsi minyak dalam air. Akhir–akhir ini teknologi membran telah digunakan untuk memisahkan emulsi tersebut. Salah satu membrane yang dikembangkan adalah membrane berslot seperti yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini telah berupaya mengamati pengaruh variasi ukuran pori dan konsentrasi umpan terhadap performa membrane berslot dalam memisahkan emulsi minyak dalam air. Dari percobaan, diperoleh hasil bahwa rejeksi membran terhadap minyak meningkat jika digunakan membrane dengan ukuran ori lebih kecil, emulsi dengan kestabilan yang tinggi, dan beda tekanan yang kecil. Disimpulkan bahwa membrane dengan ukuran pori 33 mikrometer memberikan rejeksi membrane lebih tinggi dibandingkan membrane dengan ukuran pori 80 mikrometer. Konsentrasi awal umpan mempengaruhi fluks dan rejeksi serta mempengaruhi pilihan kita dalam memilih jenis membran yang digunakan. Selama proses filtrasi, terjadi perubahan bentuk atau deformasi partikel minyak melewati slot atau pori membrane yang diamati melalui distribusi ukuran partikel.Kata kunci: emulsi, mikrofiltrasi, membran berslot
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Harianingsih, Harianingsih, and Farikha Maharani. "SINTESIS MEMBRAN SELULOSA ASETAT CASSAVA UNTUK MIKROFILTRASI Fe PADA LIMBAH BATIK ARTIFISIAL." Jurnal Inovasi Teknik Kimia 3, no. 2 (November 19, 2018). http://dx.doi.org/10.31942/inteka.v3i2.2489.

Full text
Abstract:
Senyawa Fe merupakan logam berat yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berbahaya bagi tubuh jika terdapat berlebihan dalam air. Kandungan logam berat dan mineral dalam limbah batik terutama Fe yang nantinya terbuang di lingkungan harus sesuai dengan ambang batas yang ditentukan oleh peraturan pemerintah yaitu 0,3 mg/l dalam air. Perlu adanya inovasi pembuatan membrane mikrofiltrasi Fe dengan biaya yang murah serta efektif. Adanya penelitian ini bertujuan untuk mensintesis membrane mikrofiltrasi Fe yang berlebih dalam limbah batik. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa membrane mempunyai ukuran pori 1mili micron sehingga selulosa asetat cassava dapat dikategorikan sebagai membrane mikrofiltrasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan massa membrane selulosa asetat cassava 500mg diperoleh prosentase reduksi Fe yang sebesar 58,74% dengan waktu kontak yang diperlukan 15 menit, reduksi Fe mencapai 43,26 dengan waktu kontak 10 menit dan prosentase mencapai 31,09 dengan waktu kontak 5 menit. Kinerja membrane selulosa asetat cassava juga dapat dilihat dari prosentase rejeksi Fe optimum pada 32,86% dengan massa membrane selulosa asetat cassava 500 mg dan waktu kontak yang dibutuhkan 60 menit. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa membrane selulosa asetat cassava dapat dijadikan rekomendasi untuk mikrofilter Fe pada limbah batik. Kata kunci : limbah batik, membran, mikrofiltrasi, selulosa asetat cassava
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Nurmayanti, Vivi, and Erna Hastuti. "KARAKTERISASI SIFAT FISIS MEMBRAN POLIMER MATRIK KOMPOSIT(PMC) DARI KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORBSI LOGAM BERAT PADA MINYAK GORENG BEKAS." JURNAL NEUTRINO, May 7, 2014. http://dx.doi.org/10.18860/neu.v0i0.2590.

Full text
Abstract:
Minyak goreng yang sudah berulangkali dipanaskan akan berwarna hitam dan mengandung logam-logam berat. Untuk meremajakannya diperlukan teknologi alternatif yang mampu mereduksi logam berat pada minyak goreng bekas. Salah satunya adalah membran PMC yang digunakansebagai filter. Membran di uji sifat fisis (debit aliran, kerapatan, porositas) dengan variasi ukuran mesh dan komposisi karbon aktif tempurung kelapa. Matrik<em> </em>berasal dari campuran 0.3 gr PEG, 5 ml PVA, dan 5 ml Aquades. Filler berupa serbuk karbon aktif berasal dari limbah tempurung kelapa. Membran di buat dengan variasi ukuran mesh 60, 100, 120 mesh dan komposisi 1, 3, dan 5 gr. Karbon aktif diperoleh dari tempurung kelapa dengan teknik pemanasan pada temperatur 500<sup>o </sup>C dan aktifasi kimia dengan larutan H<sub>3</sub>PO<sub>4 </sub>5 M. Hasil terbaik ditunjukkan pada membran dengan penambahan karbon aktif 5 gram 120 mesh yang memiliki efektifitas penyaringan paling baik dan adsorbsi logam berat paling maksimal. Debit aliran semakin meningkat dengan nilai 0.0333 (ml/menit) dan kerapatan membran semakin kecil 0.95534 (gr/cm) dengan porositas 0.39 %. Hasil AAS menunjukan logam Cu mengalami penurunan kadar logam sebesar 0.0819 mg/L dan logam Fe 0.0285 mg/L. Membran ini merupakan membran mikrofiltrasi dengan rata-rata pori-pori 160.4 nm yang mampu mereduksi partikel dan bakteri dengan ukuran 400 nm hingga 2 µm
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Trismillah. "Pengaruh Penambahan Molases Pada Kulit Pisang Kapendis Untuk Media Produksi Xilanase B.Stearothermophillus DSM 22." Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 15, no. 3 (February 27, 2019). http://dx.doi.org/10.29122/jsti.v15i3.3392.

Full text
Abstract:
Cavendish banana peel can be used as a substitute for the expensive xylan, while molasses than as a source of carbon as well as nitrogen, minerals and nutrients needed for the growth of microbes that can produce the enzyme. Xylanase produced from Bacillus stearothermopillus DSM 22, using media cavendish banana peels with the addition of molasses 1%, 2%, and 3%. Fermentation is done in a shaker incubator at 550C temperature conditions, initial pH 8, and 250 rpm agitation. The result showed the highest enzyme activity of 4,14 ± 0,16 U/mL min., on the addition 2% molasses after 24 hours. Further fermentation carried out in the fermenter working volume of 3.5 liters, with the condition of temperature 550C, pH 8, aeration 1 vvm, agitation 250 rpm, the highest spesific enzyme of activity of 51,62 ± 0,16 U/mg after 24 hours. Partial purification of xylanase enzyme fermentation is done with the results of microfiltration, ultrafiltration, ammonium sulfate (0-80%) and dialysis. There is an increase in the purity of the enzyme at each stage of purification, the highest purity on dialysis 3.23 times of crude enzymes.Kulit buah pisang kapendis dapat digunakan sebagai pengganti xilan yang harganya mahal, sementara molases selain sebagai sumber karbon serta nitrogen, mineral dan nutrisi dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba yang dapat menghasilkan enzim. Xilanase yang dihasilkan dari Bacillus stearothermopillus DSM 22, menggunakan media kulit pisang kapendis dengan penambahan molase 1%, 2%, dan 3%. Fermentasi dilakukan dalam shaker inkubator pada temperatur 550C, pH awal 8, dan agitasi 250 rpm. Hasilnya menunjukkan aktivitas enzim tertinggi 4,14 ± 0,16 U/mL min., pada penambahan 2% molases setelah 24 jam. Selanjutnya fermentasi dilakukan di dalam fermentor, volume kerja dari 3,5 liter, dengan kondisi temperatur 550C, pH 8, aeration 1 vvm, agitasi 250 rpm, aktivitas spesifik tertinggi 51,62 ± 0,16 U/mg setelah 24 jam. Pemurnian parsial fermentasi enzim xilanase dilakukan dengan hasil mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, amonium sulfat (0-80%) dan dialisis. Ada peningkatan kemurnian enzim pada setiap tahap pemurnian, kemurnian tertinggi pada dialisis 3,23 kali dari enzim kasar.Keywords: Xylanase, B. stearothermophillus DSM 22, Cavendish banana peel, molasses, enzyme activity
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography