Journal articles on the topic 'Manuscrit de Namur'

To see the other types of publications on this topic, follow the link: Manuscrit de Namur.

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Manuscrit de Namur.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Séginger, Gisèle. "Nerval Michel Brix et Jacques Clémens, Genèse de « Pandora » . Le manuscrit de l’édition de 1854 , Namur, Presses universitaires de Namur, 2005,79 p." Romantisme 137, no. 3 (October 1, 2007): X. http://dx.doi.org/10.3917/rom.137.0141j.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sunliensyar, Hafiful Hadi. "Warisan Budaya Pantun dalam Manuskrip Surat Incung." Manuskripta 12, no. 2 (December 28, 2022): 251. http://dx.doi.org/10.33656/manuskripta.v12i2.218.

Full text
Abstract:
Pantun is one of the ancient poetry that is the cultural heritage of the society in the archipelago. At first, the Pantun tradition is an oral tradition that functioned for various purposes. However, Pantuns are also transformed into written form after. The text entity of the Pantun is inserted in various Hikayat Melayu and in local literary manuscripts, such as the Ulu manuscript and the Incung Kerinci manuscript. This study aims to identify Pantuns in the Incung manuscripts that have been translated. The result of this research shows that 14 Incung manuscripts containing the texts of Pantun. Its texts are categorized as “pantun biasa” dan “talibun” with distinctive characteristics. Its specific character is the existence of an interjection or a sentence containing interjection between the “sampiran” and “isi”. The availability of pantuns is only found in the Incung manuscript containing the prose of lamentations. The function of pantuns is as a "sweetener" element and adds poetic value in the Incung prose. the content of pantun always has a correlation with the mood expressed by the manuscript writer. -- Pantun merupakan salah satu karya sastra lama yang menjadi warisan budaya masyarakat di Kepulauan Nusantara. Tradisi pantun pada dasarnya adalah tradisi lisan yang difungsikan untuk berbagai tujuan. Namun demikian, pantun juga ditransformasikan dalam bentuk tulisan. Wujud teks pantun disisipkan dalam berbagai hikayat Melayu dan di dalam manuskrip kesusastraan lokal seperti dalam manuskrip Ulu dan manuskrip Incung Kerinci. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi teks-teks pantun dalam manuskrip Incung yang telah dialihaksarakan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 14 manuskrip Incung yang memuat teks pantun. Teks pantun tersebut adalah pantun biasa dan talibun dengan karakteristik yang khas. Kekhasan tersebut adalah adanya interjeksi atau kalimat mengandung interjeksi di antara sampiran dan isi. Keberadaan pantun hanya terdapat pada manuskrip Incung yang berisi prosa ratap-tangis. Fungsi pantun adalah sebagai unsur “pemanis” dan penguat nilai puitis dalam sastra Incung. Isinya selalu berelasi dengan suasana hati yang diungkapkan oleh penulis manuskrip.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Rosa, Elfira, Novizal Wendry, and Muhammad Hanif. "Kaidah Rasm Dalam Manuskrip Mushaf Al-Qur'an Nagari Tuo Pariangan." Al-Qudwah 1, no. 2 (December 31, 2023): 108. http://dx.doi.org/10.24014/alqudwah.v1i2.25446.

Full text
Abstract:
West Sumatra is one of the regions that has a substantial collection of Quranic manuscript in the Nusantara. One notable location is Nagari Tuo Pariangan, which houses a number of Quranic manuscript that have been handed down through generations. This article investigates the scriptural aspects (rasm) of the Quranic manuscript preserved by Aswardi, specifically with the identification numbers or codes No. 019 NM and No. 029 NM. The analysis focuses on the origin of the manuscripts and the consistency of the rasm copying in utilizing the script. This research employs a qualitative method, specifically field research, which involves collecting data from the field using observation and documentation techniques on the Quranic manuscript and interviews with the owner or custodian of the manuscripts. The results of this study indicate that the Qur'anic manuscripts from Nagari Tuo Pariangan originate from Surau Tinggi. However, due to the non-functional status of the surau, the manuscripts were brought to a house for personal preservation and became an inherited legacy. Two manuscripts were discovered, both originating from the same source. The identification process of script usage in these manuscripts revealed the utilization of two different scripts: the 'Uthmani script and the Imla'i script. The use of rasm in these manuscripts tends to be inconsistent, as both script types are employed in different verses, with 'Uthmani script used in one verse and Imla'i script in another. This inconsistency in rasm usage indicates that the tradition of copying Qur'anic manuscripts in Nagari Tuo Paringan is motivated by a tradition of writing without incorporating sufficient knowledge of rasm rules. Abstrak: Sumatera Barat merupakan satu daerah yang memiliki koleksi manuskrip mushaf Al-Qur’an cukup banyak di Nusantara. Diantaranya yaitu Nagari Tuo Pariangan yang memiliki sejumlah manuskrip mushaf Al-Qur’an dan telah diwariskan secara turun temurun. Artikel ini bertujuan untuk menginvestigasi aspek rasm manuskrip mushaf Al-Qur’an yang disimpan oleh Aswardi dengan nomor atau kode mushaf dengan No. 019. NM dan No. 029 NM. Analisis difokus pada asal usul manuskrip serta konsistensi penyalin manuskrip dalam menggunakan rasm. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian field research, yaitu mengumpulkan data dari lapangan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi terhadap manuskrip mushaf Al-Qur’an, serta wawancara dengan pemiliki atau pemelihara manuskrip. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manuskrip al-Qur’an Nagari Tuo Pariangan berasal dari Surau Tinggi, namun karena surau yang tidak lagi berfungsi maka naskah tersebut dibawa ke rumah untuk disimpan secara pribadi dan menjadi warisan turun temurun. Ada dua manuskrip yang ditemukan dan berasal dari sumber yang sama. Proses identifikasi penggunaan rasm dalam manuskrip tersebut menghasilkan adanya penggunaan dua rasm yang berbeda dalam penulisannya yaitu rasm ‘uṡmānī dan rasm imlā’i. Penggunaan rasm dalam manuskrip ini cenderung tidak konsisten karena dalam penulisannya menggunakan kedua jenis rasm ini, rasm ‘utṡmānī pada satu ayat dan rasm imlā’i pada ayat lain. Inkonsistensi penggunaan rasm ini menandakan tradisi penyalinan mushaf di Nagari Tuo Paringan tersebut termotivasi dari tradisi tulis menulis yang hidup tanpa diikutsertakan dengan pengetahuan yang cukup tentang kaidah penulisan rasm.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sunliensyar, Hafiful Hadi. "KISAH NABI ADAM DI DALAM NASKAH INCUNG INI ASAN PULUNG DARI KERINCI." Jurnal Lektur Keagamaan 19, no. 2 (December 31, 2021): 583–806. http://dx.doi.org/10.31291/jlka.v19i2.901.

Full text
Abstract:
The religious manuscripts found in Kerinci were written using Jawi script (Arab-Melayu) generally. However, the Incung manuscript that was found as the sacred heirloom collection of Depati Anum Muncak Alam from Dusun Sungai Tutung, indicated something different. This Incung manus­cript is a religious manuscript that narrates the Adam prophet’s story. This Incung manuscript is titled Ini Asan Pulung with code EAP117-44-1-6. The problem in this study is how the narration of Adam prophet's story in the Incung manuscript Ini Asan Pulung? The purpose of this study is to understand the narration of Adam prophet's story from the perspective of Kerinci society in past. This study utilized the qualitative method and philological approach. Meanwhile, the text of the manuscript is analyzed using the intertextual approach. The result of this study is known that the story of Adam in the manuscript contains a different narration and plot from other manuscripts. The writer of the manuscript was re-compiled Adam’s story from various religious references and added local cultural elements in his story. Keywords: Adam’s Story, the Incung Script, Kerinci, Old Manuscript. Naskah-naskah keagamaan yang ditemukan di Kerinci, umumnya ditulis menggunakan aksara Jawi (Arab-Melayu). Namun, temuan naskah Incung yang menjadi koleksi pusaka Depati Anum Puncak Alam dari Dusun Sungai Tutung mengindikasikan sesuatu yang berbeda. Naskah tersebut merupakan naskah keagamaan yang berisi kisah nabi Adam. Naskah Incung ini berjudul Ini Asan Pulung dengan kode EAP117-44-1-6. Perma­salahan di dalam kajian ini adalah bagaimana narasi kisah penciptaan Adam di dalam naskah Incung Ini Asan Pulung? Tujuannya adalah untuk memahami narasi kisah Adam menurut pandangan masyarakat Kerinci di masa lalu. Metode yang digunakan di dalam kajian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan filologi. Tahapannya adalah, inventarisasi, deskripsi, transliterasi dan penerjemahan. Sementara itu, teks naskah ini juga ditelaah menggunakan pendekatan intertekstualitas untuk mengetahui unsur-unsur teks lain yang memengaruhi narasi teks. Hasil kajian menunjukkan bahwa kisah Adam di dalam naskah Incung memiliki narasi dan alur yang berbeda dengan kisah Adam di dalam naskah-naskah lain. Penulis naskah menyusun kembali cerita nabi Adam dari berbagai sumber lain yang ia ketahui seperti Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Nabi Adam dan Qishash al-Anbiya. Penulis naskah juga menambahkan unsur-unsur lokal di dalam kisah Adam yang disusunnya. Kata kunci: Kerinci, Kisah Adam, Naskah Kuno, Surat Incung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Widiyanarti, Tantry, Sarwititi Sarwoprasodjo, Ahmad Sihabudin, and Rilus A. Kinseng. "Intercultural Communication in Manuscript Digitization (Study in the Village of Legok Indramayu)." Nyimak: Journal of Communication 5, no. 1 (March 14, 2021): 59. http://dx.doi.org/10.31000/nyimak.v5i1.3122.

Full text
Abstract:
Manuscript digitization is an effort to preserve the content of the manuscript from damage. The content of the manuscript which contain local wisdom must be saved, because the manuscript is old and is in a concerning condition, damaged, destroyed, or even lost. Therefore, digitalization needs to be done. However, digitalization cannot be done easily, because there are cultural differences that underlie it. This study wants to see how intercultural communication is carried out during the process of digitizing a manuscript so that digitization can be carried out. This study uses a qualitative method with observation, interview, and data triangulation techniques. This research is useful to add insight and make it easier for the digitizer to digitize the manuscript if he meets a manuscript owner with a different culture than the digitizer. The result or finding is that the intercultural communication used in digitizing manuscripts uses a cultural dimension approach so that digitization can be carried out.Keywords: Manuscript digitization, power distance, uncertainty avoidance, the collectivism-short term communication ABSTRAKDigitalisasi naskah ialah upaya untuk melestarikan isi naskah dari kerusakan. Isi naskah yang berisi local wisdom harus diselamatkan,karena usia naskah sudah tua dengan kondisi yang prihatin, rusak, hancur, bahkan hilang. Karena itu digitalisasi perlu dilakukan. Namun, digitalisasi tidak dapat dilakukan dengan mudah, disebabkan ada perbedaan budaya yang mendasarinya. Penelitian ini ingin melihat bagaimana komunikasi antarbudaya yang dilakukan ketika proses digitalisasi naskah sehingga digitalisasi dapat dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan triangulasi data. Penelitian ini berguna menambah wawasan dan memudahkan pendigital dalam melakukan digitalisasi naskah, jika bertemu dengan pemilik naskah yang berbeda budayanya dengan pendigital. Hasil atau temuan penelitian ini adalah komunikasi antarbudaya yang digunakan dalam digitalisasi naskah menggunakan pendekatan dimensi budaya sehingga digitalisasi dapat terlaksana. Kata Kunci: Digitalisasi naskah, power distance, uncertainty avoidance, collectivism-short term orientation, low level communication
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sulaiman, Annas Marzuki, and Henry Bastian. "REVITALISASI DESAIN ILUMINASI PADA NASKAH JAWA KUNO DI MUSEUM RADYA PUSTAKA SURAKARTA." ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia 5, no. 02 (September 12, 2019): 240–50. http://dx.doi.org/10.33633/andharupa.v5i2.2059.

Full text
Abstract:
AbstrakSalah satu bentuk seni yang paling menarik dari budaya visual klasik nusantara adalah seni dekorasi dalam bentuk desain iluminasi yang dapat ditemukan dalam naskah kuno yang tersebar di nusantara. Di Jawa Tengah, desain iluminasi dapat ditemui dalam koleksi naskah kuno Jawa yang disimpan di perpustakaan istana Mangkunegaran dan perpustakaan museum Radya Pustaka Surakarta. Namun keindahan dan keunikan desain iluminasi yang ada dalam naskah Jawa kuno tersebut hanya tersimpan di perpustakaan dan museum, sehingga belum bisa digunakan selain sebagai obyek penelitian dan kepentingan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menginventarisir dan mengidentifikasi desain iluminasi naskah Jawa kuno sebagai bentuk visual. 2) Merevitalisasi desain iluminasi yang berada dalam naskah kuno Jawa ke dalam bentuk vektor digital sehingga dapat digunakan lebih mudah dan lebih luas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan masalah melalui pengumpulan data dari berbagai sumber yang telah ditentukan. Kata kunci: Iluminasi, Naskah Jawa Kuno, Ornamen, Revitalisasi AbstractOne form of art that most interesting from the classic visual culture of the archipelago is the art of decorating in the form of illumination design that can be found in ancient manuscripts spread throughout the archipelago. In Central Java, the illumination design can be found in the collection of ancient Javanese manuscripts that are stored in the library of Mangkunegaran palace and the library of the Radya Pustaka Surakarta museum. However the beauty and uniqueness of the illumination designs that exist on the ancient Javanese manuscripts are only stored in the library and museum, so it can not be used In addition to providing a research object and educational purpose. These study aims are 1) To Inventory and identify the design illumination of the ancient Javanese manuscript as a visual form. 2) Revitalize the illumination designs that are stored in the ancient Javanese manuscript into a digital vector form so that it can be used easier and broader. This study used qualitative methods that explain the problem through the collection of data from various sources appointed. Keywords: Illumination, Javanese Old Manuscript, Ornament, Revitalization
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Andersen, Svend. "“Den guddommeligt skønne natur”." Dansk Teologisk Tidsskrift 84, no. 1 (July 16, 2021): 25–47. http://dx.doi.org/10.7146/dtt.v84i1.128069.

Full text
Abstract:
Abstract: The article offers a contribution to the understanding of K.E. Løgstrup’s metaphysics focusing on his reading of Friedrich Hölderlin’s poetry and Martin Heidegger’s interpretation thereof. Heideggerian ontology plays a crucial role in Løgstrup’s theology as a philosophical explication of the pre-understanding of Christian faith. At first, existential ontology was essential in this respect, but later Løgstrup realized the necessity of broadening the view to being in general, which equals the movement towards metaphysics. In this movement, Hölderlin as interpreted by Heidegger is pivotal, an important element being the “poetic openness” Løgstrup introduces in The Ethical Demand. In unpublished manuscripts, Løgstrup claims that poetic openness in Hölderlin has an ontological and metaphysical content, and his reading thereby anticipates central themes in his later metaphysics such as omnipresence, particularity, and the history-nature relation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Iswanto, Agus, Nurhata Nurhata, and Asep Saefullah. "Narasi Moderasi Beragama dalam Naskah Serat Carub Kandha." Jurnal Lektur Keagamaan 19, no. 1 (July 2, 2021): 37–68. http://dx.doi.org/10.31291/jlka.v19i1.910.

Full text
Abstract:
A number of traditional historiographies are narrated in manuscripts from Cirebon, not a few that mention religious moderation. However, the babad manuscripts tend to change their perspective when it enters the Colonialism era. The narrative of tolerance between ethnic groups or between religions was experiencing serious friction. There is a manuscript that comes from the Cirebon tradition, which narrates implicitly about religious moderation in the early eras of the development of Islam and the port cities, namely Serat Carub Kandha. This article discusses three issues related to religious moderation in Serat Carub Kandha, namely: (1) the context behind the writing and copying of the Serat Carub Kandha manuscript; (2) the narrative of religious moderation in the Serat Carub Kandha; (3) Its relevance for current religious life in Indonesia. The source that was used as the primary material for the research was the Serat Carub Kandha manuscript, the collection of Rafan Hasyim in Cirebon, written by Pegon. With a philological and hermeneutic approach, this article shows that the Serat Carub Kandha manuscript is historical evidence and collective memory of the practice of religious moderation in Indonesia's past, especially on the north coast of West Java. The moderation narrative that has emerged is about respecting other religions, accommodating local culture, and anti-violence. Keywords: Babad manuscripts, Cirebon, religious moderation, Serat Carub Kandha Sejumlah historiografi tradisional yang dinarasikan dalam naskah-naskah (manuscripts) asal Cirebon, tidak sedikit yang menyinggung tentang moderasi beragama. Namun demikian, kecenderungan naskah babad mengalami pergeseran perspektif ketika memasuki era kolonialisme bangsa-bangsa Eropa. Narasi toleransi antar suku bangsa atau antar agama mengalami gesekan serius. Terdapat sebuah naskah yang berasal dari tradisi Cirebon, yang menarasikan secara implisit tentang moderasi beragama pada era-era awal perkembangan Islam dan kota-kota pelabuhan, yaitu Serat Carub Kandha. Artikel ini membahas tiga masalah terkait dengan moderasi beragama dalam Serat Carub Kandha, yakni: (1) konteks yang melatari penulisan dan penyalinan naskah Serat Carub Kandha; (2) narasi moderasi beragama dalam naskah Serat Carub Kandha; (3) Relevansinya bagi kehidupan beragama saat ini di Indonesia. Sumber yang dijadikan bahan primer penelitian adalah naskah Serat Carub Kandha koleksi Rafan Hasyim di Cirebon dalam tulisan Pegon. Dengan pendekatan filologis dan hermenutik, artikel ini menunjukkan bahwa Naskah Serat Carub Kandha menjadi bukti historis dan memori kolektif tentang praktik moderasi beragama di masa lalu Indonesia, khususnya di kawasan pesisir utara Jawa Barat. Narasi moderasi yang mengemuka adalah tentang sikap menghargai agama lain, akomodatif terhadap kebudayaan lokal, dan anti kekerasan. Kata kunci: Cirebon, manuskrip Babad, moderasi beragama, Serat Carub Kandha
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Hastuti, Qona’ah Dwi, and Moh Abdul Kholiq Hasan. "MANUSKRIP MUSHAF AL-QUR‘AN DAUN LONTAR KOLEKSI KIAI ABDURROCHIM (KAJIAN PEMAKAIAN RASM DAN QIRA`AT)." Profetika: Jurnal Studi Islam 21, no. 1 (June 6, 2020): 57–76. http://dx.doi.org/10.23917/profetika.v21i1.11060.

Full text
Abstract:
Tulisan ini mengkaji manuskrip mushaf Al-Qur‘an daun lontar koleksi Kiai Abdurrochim dari Tarub, Jawa Tengah. Hanya ada satu naskah yang menjadi obyek kajian. Fokus yang akan dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana penggunaan rasm dan qira`at pada naskah koleksi Kiai Abdurrochim tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa mushaf tersebut dalam penulisan rasm menggunakan kaidah rasm usmani, meskipun ada beberapa kesalahan dalam penulisan namun tidak mempengaruhi tulisan tersebut. Sedangkan pada aspek qira`at mushaf tersebut menggunakan qira`at Imam Ashim riwayat Hafs dalam menyalin teksnya. Meskipun ada beberapa kata dalam lafal-lafal tertentu yang masih merujuk pada qira`at Qalun riwayat Nafi’.This research is analyzing the manuscript of Al-Qur‘an on palm leaf collected by Kiai Abdurrochim from Tarub, Central Java. There is only one text being the object of the study. It is focused on how to use rasm and qira`at in the manuscript collected by Kiai Abdurrochim. The researchers found that the manuscript used usmani rasm rules in rasm writing, although there were some writing errors but they did not affect the writing. Whereas in the aspect of the qira`at of the manuscripts uses Imam Ashim’s qira`at based on the narration of Hafs in duplicating the text. Even though there are some words in certain pronunciations that still refer to Qalun’s qira`at based on the narration of Nafi’.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Biernacka, Maria Magdalena. "Kartka z dziejów nauczania bibliologii. Wokół notatek do wykładów Józefa Muczkowskiego na Uniwersytecie Jagiellońskim w latach 1837-1858." Z Badań nad Książką i Księgozbiorami Historycznymi 14, no. 1 (March 24, 2020): 13–39. http://dx.doi.org/10.33077/uw.25448730.zbkh.2020.180.

Full text
Abstract:
The manuscript legacy of Józef Muczkowski, preserved in the Jagiellonian Library, includes extensive notes and materials to the lectures on bibliography, defined as the book science in the broadest sense. Muczkowski had been giving these lectures for 21 years, in the period 1837-1858. The article characterizes generally physical form, formal and content aspects of these manuscripts. The author notices a variety of their form and inconsistency of elaboration, successive completion and updating, or even the existence of several versions of particular subjects. The article presents also in extenso three lists of examine questions prepared by the lecturer to verify students’ knowledge of book science. As such, they have not been known to the book scientists so far, and therefore they are unique and still valid. Analysis of sources to these lectures revealed that, besides works of Joachim Lelewel, Muczkowski referred also to the texts of outstanding foreign human­ists, experts in library science – both theoreticians and practitioners: F.A. Ebert, Ch. Molbech, M. Schrettinger, P.A. Budik, J.P. Namur, J. Ch. Friedrich, A.H.L. Heeren, and F. Wilken.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Hermand, Xavier. "Notes sur deux manuscrits de la correspondance d'Yves de Chartres provenant de l'abbaye de Floreffe [Namur, fonds de la ville, manuscrits 91 et 118]." Scriptorium 51, no. 2 (1997): 329–36. http://dx.doi.org/10.3406/scrip.1997.1812.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Ahner, Helen. "Gefühlte Natur und natürliche Gefühle. Wie die ersten Planetarien urbane Natur produzierten und fühlbar machten." Zeitschrift für Empirische Kulturwissenschaft 2023, no. 1 (June 2023): 26–46. http://dx.doi.org/10.31244/zekw/2023/01.03.

Full text
Abstract:
When the world’s first planetariums opened in the mid-1920s in the Weimar Republic, people flocked to the institution to view the starry sky, to have it explained to them and to feel close to it. This starry sky, projected onto a dome by a projector, was seen as nature by the mostly urban planetarium audience, and the experiences under the dome as experiences of nature. The reason for this was the feelings that arose in the planetarium and were deliberately evoked by the staging of the shows. The impression of nature in the planetarium was the result of emotional work. Based on an analysis of multi-perspective sources (press reports, lecture manuscripts, advertising materials, planning and administrative documents, photographs, correspondence, etc.), this article shows: Feelings are not only the indicator that something is nature; feelings make nature. Nature was revealed in the planetarium as a co-production of people and machines, technology and narrative, emotion and cognition. It revealed itself as a con(-)fusion in which people found (aesthetic) experiences that fulfilled a variety of purposes for them: These experiences brought them close to a nature imagined as pure and moral, enabled ’modern’ ways of feeling, provided knowledge marked as scientific, and put them in a mood that seemed particularly valuable to them.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Bok, Václav, and Lenka Vodrážková. "Unknown Prague manuscript with texts by Conrad of Megenberg 'Buch der Natur' and Gottfried of Franconia 'Pelzbuch' (Prague, Monastery of Our Lady of the Snows, Ve 2) Eine unbekannte Prager Handschrift mit Konrads von Megenberg 'Buch der Natur' und Gottfrieds von Franken 'Pelzbuch' (Prag, Kloster zu Maria Schnee, Ve 2)." Zeitschrift fuer deutsches Altertum und Literatur 148, no. 4 (October 1, 2019): 509–21. http://dx.doi.org/10.3813/zfda-2019-0018.

Full text
Abstract:
The report on the finding describes the hitherto unknown Codex Ve 2 of the Prague Monastery of Our Lady of the Snows, which contains two medieval German texts of scholarly prose - 'Buch der Natur' by Conrad of Megenberg (complete text) and 'Pelzbuch' by Gottfried of Franconia (a selection). The same composition is shared by four known codexes from various German libraries. A detailed analysis has revealed that the Prague Codex is closest to a manuscript from the University Library of Heidelberg, signature Cpg 286, from the year 1442. It can be assumed that the Prague Codex (referred to as Pr2) and the Heidelberg Codex were copied from the same template, although the quality of the text in the Heidelberg manuscript is higher. The Prague manuscript was written around the middle of the 15th century and originates, like the Heidelberg manuscript, from the south-west of the Upper German language region, having features of the Swabian dialect. Der Fundbericht beschreibt den bisher unbekannten Kodex Ve 2 des Prager Klosters St. Maria Schnee, der das 'Buch der Natur' Konrads von Megenberg (Text vollständig) sowie das 'Pelzbuch' Gottfrieds von Franken (in Auswahl) enthält. Die gleiche Zusammensetzung kommt auch in vier weiteren bisher bekannten Kodices aus verschiedenen deutschen Bibliotheken vor. Durch eine eingehende Analyse wurde festgestellt, dass der Prager Kodex der Handschrift der Universitätsbibliothek Heidelberg Cpg 286 aus dem Jahre 1442 am nächsten steht. Es ist anzunehmen, dass der Prager Kodex (von uns als Pr2 bezeichnet) und die Heidelberger Handschrift aus der gleichen Vorlage abgeschrieben wurden, wobei die Qualität des Textes in der Heidelberger Hs. höher ist. Die Prager Handschrift wurde um die Mitte des 15. Jh. s. geschrieben, entstand wie die Heidelberger im Südwesten des oberdeutschen Gebietes und weist gewisse Züge des schwäbischen Dialekts auf.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Lepper, Anne. "Thomas Stachel: Der Ring der Notwendigkeit. Friedrich Schiller nach der Natur. (Manhattan Manuscripts, Bd. 4)." Philosophischer Literaturanzeiger 64, no. 4 (December 15, 2011): 321–25. http://dx.doi.org/10.3196/219458451164420.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Fatkhullah, Faiz Karim, Tajudin Nur, and Undang Ahmad Darsa. "THE RECEPTION OF DAJAL STORY IN THE SAIFU AD-DHARIB." Humanus 17, no. 1 (March 20, 2018): 37. http://dx.doi.org/10.24036/humanus.v17i1.8779.

Full text
Abstract:
This study reveals the story of Dajjal who experienced a shift in interpretation. This is due to the response of each reader with a different background. To disclose it, this research uses the reception theory proposed by Hans Robert Jauss. This research is the result of philology research from Saifu ad-Dharib (SaD) script. This manuscript was written by KH. Tubagus Ahmad Bakri, Purwakarta, West Java, with a thickness of 32 pages. Meanwhile, the section of the manuscript taken only the story of Dajjal contained in Chapter 4 and part of Chapter 5. From the results of the manuscript SaD taken only transliteration and translation. From the results of the study, it was found that the author of SaD responded that Dajjal in question is Ibn Sayyad. It is realized by the author that there are two opinions concerning the birth or previous Dajjal, but the author responds and interprets that Dajjal has been born ie that existed in the time of the Prophet Muhammad. In addition, Dajjal will come out with 70,000 followers who are mostly artists. The great Dajjal before the exit will be preceded by the existence of the small Dajjal-Dajjal which is now emerging, ie Persatuan Islam, Muhammadiyah, Wahabi, and Shi'a. This manuscript was born at the time of the condition of Muslims who are still in conflict, so the reception of Dajjal refers to the organization of the period above. The manuscripts of his day can be used as propaganda material.Keywords: Dajjal, reception theory, saifu ad-dharib RESEPSI CERITA DAJJAL DALAM NASKAH SAIFU AD-DHARIBAbstrakPenelitian ini mengungkap cerita Dajjal yang mengalami pergeseran tafsir. Hal itu disebabkan karena adanya tanggapan dari setiap pembaca yang berlatar belakang berbeda. Untuk mengungkap itu, maka penelitian ini menggunakan teori resepsi yang dikemukakan oleh Jauss. Penelitian ini merupakan hasil penelitian filologi dari naskah Saifu ad-Dharib. Naskah ini ditulis oleh KH. Tubagus Ahmad Bakri, Purwakarta, Jawa Barat, dengan ketebalan naskah 32 halaman. Sementara itu, bagian naskah yang diambil hanya cerita Dajjal yang terdapat pada Bab 4 dan sebagian Bab 5. Dari hasil naskah SaD yang diambil hanya transliterasi dan terjemahan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penulis SaD menanggapi bahwa Dajjal yang dimaksud adalah Ibnu Sahayyad. Disadari oleh penulisnya bahwa ada dua pendapat terkait lahir atau belumnya Dajjal, namun penulis menanggapi dan menafsirkan bahwa Dajjal telah lahir yakni yang ada pada zaman Nabi Muhammad saw. Selain itu, Dajjal akan keluar dengan disertai 70.000 pengikut yang sebagian besar adalah seniman. Dajjal besar sebelum keluar akan didahului dengan adanya Dajjal-Dajjal kecil yang sekarang ini sudah muncul, yaitu Persatuan Islam, Muhammadiyah, Wahabi dan Syi’ah. Naskah ini lahir di saat kondisi umat Islam yang masih saling bersitegang, sehingga resepsi terhadap Dajjal merujuk pada organisasi masa di atas. Naskah pada zamannya dapat digunakan sebagai bahan propaganda.Kata kunci: Dajjal, teori resepsi, saifu ad-dharib
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Faat, Afril Randa Mafia, Syamsuri Syamsuri, and Mohammad Sairin. "Studi Pengelolaan Koleksi Manuskrip di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah." Inkunabula: Journal of Library Science and Islamic Information 2, no. 1 (March 31, 2023): 47–58. http://dx.doi.org/10.24239/ikn.v2i1.2142.

Full text
Abstract:
This research examines the management of manuscript collections at the Central Sulawesi Provincial State Museum as an effort to preserve Indonesia's cultural heritage. The aim of this study is to understand the process of managing manuscript collections at the Central Sulawesi Provincial State Museum. This research adopts a qualitative descriptive approach, utilizing data collection techniques such as interviews, observations, and documentary studies. The data analysis techniques employed encompass data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The findings of this study indicate that the manuscript collections at the Central Sulawesi Provincial State Museum serve a dual role as references and sources of knowledge for visitors. Despite the collection comprising over 45 items, only 25 have been inventoried. The management involves crucial stages such as registration, inventorying, classification, cataloging, and physical preservation, including conservation through fumigation and digitization. A survey and research team was formed to identify collections from the community, originating from various regions within Central Sulawesi. Meticulous management is essential to ensure that the information within the manuscripts remains accessible to the public and researchers. Both internal and external supporting factors, including the value of the collection and legal regulations, provide robust backing. However, challenges such as a lack of trained human resources, limited facilities, conservation obstacles, and budget constraints also impact collection management. This research underscores the necessity of collaboration in overcoming these challenges and maximizing the management of manuscript collections to preserve this valuable cultural heritage. Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang pengelolaan koleksi manuskrip di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah sebagai upaya melestarikan warisan budaya Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pengelolaan koleksi manuskrip di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa koleksi manuskrip di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah memiliki peran ganda sebagai referensi dan sumber ilmu pengetahuan bagi pengunjung. Meskipun koleksi manuskrip mencapai lebih dari 45, hanya 25 yang diinventarisasi. Pengelolaannya melibatkan tahapan penting seperti registrasi, inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan perawatan fisik, termasuk konservasi melalui fumigasi dan digitalisasi. Tim survei dan penelitian dibentuk untuk mengidentifikasi koleksi dari masyarakat, yang berasal dari berbagai wilayah Sulawesi Tengah. Pengelolaan yang teliti sangat penting agar informasi dalam manuskrip tetap dapat diakses oleh masyarakat dan peneliti. Faktor pendukung internal dan eksternal, termasuk nilai koleksi dan regulasi hukum, memberikan dukungan yang kuat. Namun, kendala seperti kurangnya SDM terlatih, keterbatasan sarana, hambatan dalam konservasi, dan terbatasnya anggaran juga mempengaruhi pengelolaan koleksi. Penelitian ini menekankan perlunya kolaborasi dalam mengatasi hambatan dan memaksimalkan pengelolaan koleksi manuskrip untuk melestarikan warisan budaya yang berharga.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Mamat, Mohd Anuar. "Persoalan Niat, Guru dan Ilmu dalam Belajar: Suatu Analisis terhadap MSS 2906(B) Tibyān al-Marām." Journal of Quran Sunnah Education & Special Needs 5, no. 1 (June 1, 2021): 165–77. http://dx.doi.org/10.33102/jqss.vol5no1.98.

Full text
Abstract:
Issues regarding intention in learning are fundamental in Islamic Education tradition of Malay Archipelago, however, remain unsettled among the community. The misconception about intention, selection of teachers and knowledge are exacerbated by the emergence of various thoughts that aiming for material, usefulness and pridefulness in learning. Therefore, this article will discuss the issues regarding intention, selection of teachers and knowledge in learning according to Malay manuscripts, the MSS 2906(B) Tibyān al-Marām Ṭalibah al-Ṭalabah. This manuscript is selected because it was the only manuscript that specifically and comprehensively discussing about Islamic education in Malay Archipelago. This research applied qualitative method and content analysis of Malay manuscript MSS 2906(B). Based on the analysis of this manuscript, it can be concluded that the most important intention in learning is solely to seek the pleasure of Allah on top of other ukhrawi and duniawi related purposes. This book also emphasizes the importance of correct selection of teachers, knowledge and books in learning process. There are several teacher attributes and four categories of knowledge needed in learning process. This study is expected to provide solution to the issues and confusion among the community including students regarding the concept of intention in Islamic education as well as selection of teachers and knowledge in learning. This study also will explore the other research related to Islamic education in the heritage of the Malay-Muslim community. Keywords: Rules of conduct in learning; Islamic education curriculum, Teacher, Tibyān al-Marām, Manuscript studies Abstrak Persoalan niat dalam belajar merupakan perkara paling asas dalam tradisi Pendidikan Islam Alam Melayu. Namun begitu, ia masih lagi mengundang kekeliruan dalam kalangan masyarakat tentang tujuan seseorang itu belajar. Kekeliruan ini bertambah serius dengan kemunculan beberapa faham asing yang menyempitkan tujuan belajar dan menjelaskan usaha tersebut adalah untuk tujuan material, gunaan dan kebanggaan. Begitu juga kekeliruan berlaku dalam aspek pemilihan guru dan ilmu. Walhal semua aspek ini amat penting dan ia banyak mempengaruhi kejayaan seseorang pelajar. Justeru, artikel ini akan membincangkan persoalan niat dan ketepatan pemilihan guru dan ilmu dalam belajar menurut salah satu manuskrip Melayu, iaitu MSS 2906(B) Tibyān al-Marām Ṭalibah al-Ṭalabah. Pemilihan manuskrip ini disebabkan ia merupakan satu-satunya manuskrip khusus dan ekstensif yang membicara pendidikan Islam Alam Melayu. Kajian ini mengaplikasi metode kualitatif dengan melakukan analisis mendalam terhadap kandungan teks manuskrip Melayu MSS 2906(B). Berdasarkan analisis kandungan tersebut, dapat disimpulkan bahawa niat yang paling utama dalam belajar ialah memperoleh reda Allah SWT di samping tujuan berkaitan ukhrawi dan duniawi yang lain. Begitu juga, kitab Tibyān al-Marām menegaskan bahawa para pelajar perlu memberi perhatian dan membuat pemilihan guru, ilmu dan kitab yang tepat dalam mengikuti proses belajar. Terdapat beberapa atribut guru yang perlu diperhatikan oleh para pelajar dan empat kategori ilmu yang perlu dijadikan asas semasa memilih ilmu yang ingin dipelajari. Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat menyumbang kepada penyelesaian masalah dan kekeliruan dalam kalangan masyarakat dan pelajar tentang tujuan sebenar pendidikan Islam serta pemilihan guru dan ilmu semasa pengajian. Artikel ini juga selanjutnya akan meneroka pelbagai kajian lanjutan berkaitan pendidikan Islam dalam khazanah warisan masyarakat Melayu-Islam. Kata kunci: Adab Belajar, Kurikulum Pendidikan Islam, Guru, Tibyān al-Marām, Kajian Manuskrip
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Sabirin, Falah. "THE TAREKAT SAMMANIYAH IN THE SULTANATE OF BUTON, A STUDY OF THE SULTANATE MANUSCRIPT." Mimbar Agama Budaya 38, no. 2 (March 11, 2022): 178–96. http://dx.doi.org/10.15408/mimbar.v38i2.25144.

Full text
Abstract:
AbstractThis article discusses the genealogy of sanad and the Tarekat Sammaniyah teaching style in the Sultanate of Buton. This study found that in the Buton sultanate, there was a side of the Tarekat Sammaniyah which had several features and shortcomings. First, Muhammad ‘Aydru, a sultan who studied the the Tarekat Sammaniyah from a Mekkah scholar. Second, the spread of the Tarekat Sammaniyah only developed among the nobles in the Buton Sultanate. The teaching style of the Tarekat Sammaniyah is not much different from the primary source text, specifically, al-Nafahat al-Ilahiyah by Muhammad bin 'Abd al-Karim al-Samman. This shows a strong indication of the interaction between 'Aydrus and local Sammaniyah role models through the lineage of 'Abd al-Samad. However, there are several traditions of remembrance that are slightly different from the Sammaniyah taught by 'Abd al-Samad. This can be seen when 'Aydrus puts recitation of tahlil at an advanced level, while 'Abd al-Samad makes remembrance at the beginner level. However, there was no difference at all in the procedures for remembrance of the adab.AbstrakArtikel ini membahas tentang sisilah sanad dan corak ajaran Tarekat Sammaniyah di Kesultanan Buton. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa di kesultanan Buton terdapat sisilah Tarekat Sammaniyah memiliki beberapa keistimewaan juga menjadi kekurangan. Pertama, Muhammad ‘Aydrus yang seorang sultan mempelajari Tarekat Sammaniyah kepada seorang ulama Makkah. Kedua, penyebaran tarekat Sammaniyah hanya berkembang di kalangan bangsawan yang berada di Kesultanan Buton. Adapun corak ajaran Tarekat Sammaniyah tidak jauh berbeda dengan teks sumber utamanya, yaitu al-Nafahat al-Ilahiyah karya Muhammad bin ‘Abd al-Karim al-Samman. Hal ini menunjukkan adanya indikasi kuat interaksi antara ‘Aydrus dengan tokoh-tokoh Sammaniyah lokal melalui jalur silsilah ‘Abd al-Samad. Namun ada beberapa tradisi zikir yang sedikit berbeda dengan Sammaniyah yang diajarkan ‘Abd al-Samad. Ini terlihat saat ‘Aydrus menempatkan zikir tahlil pada tingkatan lanjutan, sedangkan ‘Abd al-Samad menjadikan zikir pada tingkatan pemula. Namun pada akhirnya tidak ada perbedaan sama sekali pada tatacara berzikir padab-adab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

NFN, Fakhriati. "Brunei And Aceh: A Manuscript-Based Study of Cultural And Historical Relationship." Jurnal Lektur Keagamaan 16, no. 1 (June 30, 2018): 57–74. http://dx.doi.org/10.31291/jlk.v16i1.489.

Full text
Abstract:
Dari sisi letak geografis, Brunei dan Aceh adalah dua suku bangsa yang berada di posisi berjauhan, pulau Kalimantan dan Sumatera. Namun, keduanya memiliki banyak kemiripan antara satu sama lainnya. Keduanya berada dalam satu rumpun Melayu, budaya, dan karakter yang mirip. Dari sisi sejarah, kedua suku ini memiliki hubungan baik, baik pada tatanan kesul­tanan maupun pada level rakyatnya. A. Hasyimi mengatakan bahwa qanun yang dipakai di Brunei adalah hasil adopsi dari qanun yang ada di Aceh. Selain itu kemiripan dari sisi budaya adalah, seperti perma­inan rakyat, cara masuk rumah baru, dan tepung tawari. Kemiripan-kemiripan ini men­jadi menarik dikaji lebih jauh tentang hubungan sejarah Brunei dan Aceh. Tulisan ini bertujuan untuk menggali hubungan sejarah antara kesultanan Brunei dan Aceh, termasuk hubungan yang baik antara ulama dalam menye­barkan ajaran Islam. Penelitian ini didasarkan pada temuan-temuan terutama yang terdapat dalam manuskrip Aceh dan Brunei. Kajian ini mengunakan pendekatan filologis dan antropologis untuk mengungkap informasi relasi antar kedua etnis ini. Diharapkan hasil kajian ini dapat menjadi pendukung pelestarian warisan yang dimiliki kedua suku bangsa Brunei dan Aceh, terutama terkait manuskrip dan bukti sejarah tentang hubungan kedua suku bangsa tersebut. Kata Kunci: Aceh, Brunei, manuskrip, sejarah, budaya, dan MelayuGeographically, Brunei and Aceh are separated by the ocean. One is located on the island of Kalimantan and the other on the island of Sumatra. Despite the distance, these two entities possess many similarities. Their people are of Malay origin, alike in culture and character. Historically, the relationship between them, be it at the level of sultans or subjects, is as well as it can be. For example, A. Hasyimi stated that Brunei adopted qanun (law) from Aceh. Other similarities can be found in their culture, such as folk games, housewarming celebration, and flour ritual. These similarities invite a deeper examination into the relationship between Brunei and Aceh. This study aimed to investigate the connection between the Brunei and Aceh sultanates, as well as the relationship between their ulama in spreading Islam. Using historical manuscripts from both places as primary sources, this study employed philological and anthropological approaches to achieve its objectives. It is hoped that the result of this study could be used to support the heritage preservation of Brunei and Aceh, especially in terms of historical manuscripts which have successfully proved their close relationship.Keywods: Aceh, Brunei, Malay, manuscript, history, culture
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

NFN, Fakhriati. "Brunei And Aceh: A Manuscript-Based Study of Cultural And Historical Relationship." Jurnal Lektur Keagamaan 16, no. 1 (June 30, 2018): 57–74. http://dx.doi.org/10.31291/jlka.v16i1.489.

Full text
Abstract:
Dari sisi letak geografis, Brunei dan Aceh adalah dua suku bangsa yang berada di posisi berjauhan, pulau Kalimantan dan Sumatera. Namun, keduanya memiliki banyak kemiripan antara satu sama lainnya. Keduanya berada dalam satu rumpun Melayu, budaya, dan karakter yang mirip. Dari sisi sejarah, kedua suku ini memiliki hubungan baik, baik pada tatanan kesul­tanan maupun pada level rakyatnya. A. Hasyimi mengatakan bahwa qanun yang dipakai di Brunei adalah hasil adopsi dari qanun yang ada di Aceh. Selain itu kemiripan dari sisi budaya adalah, seperti perma­inan rakyat, cara masuk rumah baru, dan tepung tawari. Kemiripan-kemiripan ini men­jadi menarik dikaji lebih jauh tentang hubungan sejarah Brunei dan Aceh. Tulisan ini bertujuan untuk menggali hubungan sejarah antara kesultanan Brunei dan Aceh, termasuk hubungan yang baik antara ulama dalam menye­barkan ajaran Islam. Penelitian ini didasarkan pada temuan-temuan terutama yang terdapat dalam manuskrip Aceh dan Brunei. Kajian ini mengunakan pendekatan filologis dan antropologis untuk mengungkap informasi relasi antar kedua etnis ini. Diharapkan hasil kajian ini dapat menjadi pendukung pelestarian warisan yang dimiliki kedua suku bangsa Brunei dan Aceh, terutama terkait manuskrip dan bukti sejarah tentang hubungan kedua suku bangsa tersebut.  Kata Kunci: Aceh, Brunei, manuskrip, sejarah, budaya, dan MelayuGeographically, Brunei and Aceh are separated by the ocean. One is located on the island of Kalimantan and the other on the island of Sumatra. Despite the distance, these two entities possess many similarities. Their people are of Malay origin, alike in culture and character. Historically, the relationship between them, be it at the level of sultans or subjects, is as well as it can be. For example, A. Hasyimi stated that Brunei adopted qanun (law) from Aceh. Other similarities can be found in their culture, such as folk games, housewarming celebration, and flour ritual. These similarities invite a deeper examination into the relationship between Brunei and Aceh. This study aimed to investigate the connection between the Brunei and Aceh sultanates, as well as the relationship between their ulama in spreading Islam. Using historical manuscripts from both places as primary sources, this study employed philological and anthropological approaches to achieve its objectives. It is hoped that the result of this study could be used to support the heritage preservation of Brunei and Aceh, especially in terms of historical manuscripts which have successfully proved their close relationship.Keywods: Aceh, Brunei, Malay, manuscript, history, culture
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Wiharja, Alvin, and Sri Nilawati. "TERAPI LATIHAN FISIK SEBAGAI TATALAKSANA CEDERA SPRAIN PERGELANGAN KAKI BERULANG: LAPORAN KASUS." Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi) 13, no. 2 (May 24, 2019): 106–17. http://dx.doi.org/10.21831/jorpres.v13i2.25104.

Full text
Abstract:
Ankle sprain is a common injury that often occurs during exercise. Clinicians have been seeking various ways to deal with this injury. There are a variety of treatment options and strategies to manage this health issues in patients. However, the most effective therapy in these injuries still has not be determined.Firstable, by determining the research question: "Which is the most appropriate therapy for an ankle sprain injury?" Then conducted a systematic review to gather the latest scientific evidence in order to help in choosing the appropriate the treatment and prevention of ankle sprain injury. Obtained two manuscripts that discuss the similar issue, entitled "Intervention for Increasing Ankle Theurapetic Dorsoflexion After Ankle sprain: A Systematic Review" and "National Athletic Trainers' Associations Position Statement: Conservative Management and Prevention of Ankle sprains in Athletes". In the manuscript describes a combination of stretching exercises, strength training, exercise therapy propioception in exercise is the most effective procedures on managing and preventing recurrent ankle sprains.We can conclude that the treatment of choice based on scientific searches in ankle sprain injury patients is exercise therapy. However, it should be noted on the prescription of exercise will vary according to the conditions and circumstances of each patients.ABSTRAKCedera sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera yang sering terjadi pada saat melakukan latihan fisik. Para klinisi telah mengupayakan berbagai metode tatalaksana untuk menangani cedera ini. Terdapat keanekaragaman pilihan terapi dan strategi penanganan masalah kesehatan pada pasien dengan keluhan nyeri pada pergelangan pasien. Namun demikian, kombinasi ataupun pilihan terapi yang paling efektif pada cedera ini masih belum dapat ditentukan secara pasti.Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan pertanyaan penelitian, yaitu: “Jenis terapi pilihan apakah yang sesuai untuk cedera sprain pergelangan kaki?” Kemudian dilakukan systematic review untuk mengumpulkan bukti-bukti ilmiah terbaru agar membantu menjelaskan tatalaksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki. Didapatkan 2 manuskrip yang membahas isu yang hampir serupa dengan berjudul “Theurapetic Intervention for Increasing Ankle Dorsoflexion After Ankle Sprain: A Systematic Review” dan “National Athletic Trainers’ Associations Position Statement: Conservative Management and Prevention of Ankle Sprains in Athletes”. Pada manuskrip tersebut menjabarkan kombinasi latihan peregangan, latihan kekuatan, latihan propioseptif dalam terapi latihan fisik sebagai prosedur tatalaksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki berulang yang paling efektif. Dapat disimpulkan terapi pilihan berdasarkan penelusuran ilmiah pada pasien dengan keluhan cedera sprain pada pergelangan kaki adalah terapi latihan fisik. Namun perlu diperhatikan pada peresepan latihan fisik setiap pasien akan berbeda disesuaikan dengan kondisi dan keadaan masing-masing individunya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Abdullah, Munawiah, Nurul Husna, Arif Akbar, and Cut Zaenab. "REFLECTION OF SUFI POCUT DI BEUTONG IN ACEH’S MANUSCRIPT." JURNAL AL-IJTIMAIYYAH 9, no. 2 (December 30, 2023): 347. http://dx.doi.org/10.22373/al-ijtimaiyyah.v9i2.19983.

Full text
Abstract:
Abstrak: Tulisan ini bermaksud untuk mendeskripsikan sosok perempuan sufi di Aceh yang dikenal dengan sebutan Pocut di Butong yang terdapat dalam naskah tersebut. Sejarah panjang tasawuf di Aceh memberikan peranan yang sangat penting bagi masyarakat Aceh. Aceh yang juga dikenal dengan nama Serambi Mekkah, pada saat itu diterapkan syariat Islam. Keberadaan para sufi atau pembawa tasawuf begitu esensialnya agar ajaran tersebut terus berkembang. Sufi di Aceh terkenal di kalangan laki-laki karena sikap mereka yang tidak peduli terhadap perempuan. Di kalangan sufi perempuan, keberadaannya sangat minim dan tidak tertulis dalam sejarah apapun. Yang paling sering disebutkan adalah Rabiah al-Adawiyah, namun sufi perempuan masih perlu lebih banyak dipublikasikan, dan lain halnya jika tokohnya laki-laki. Penelitian ini merupakan tinjauan naskah ‘Munajat Perempuan Sufi Aceh Pocut di Beutong’ mengenai eksistensi dan peran seorang sufi perempuan berinisial Pocut di Beutong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi-puisi dalam buku ‘Munajat Wanita Sufi Aceh’ menjelaskan bahwa keberadaan dan peranan Pocut di Beutong sangat berarti pada masa itu. Hal ini terlihat dari sejarah yang diceritakan dalam buku tersebut mengenai bagaimana Pocut di Beutong turut membantu mempertahankan tanah Aceh dengan berbagai cara, seperti berdoa, mengajar, mengembangkan amalan, dan berupaya mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sama pentingnya dengan Cut Nyak Dien dan pahlawan wanita lainnya yang akan berperang.Kata Kunci: Naskah; Wanita Sufi; Aceh.Abstract: This paper intends to describe the Sufis woman in Aceh, known as Pocut di Butong contained in the manuscript. The long history of Sufism in Aceh provides a crucial role for the people of Acehnese. Aceh, also known as Serambi Mecca, at that time of Islamic law was implemented. The existence of Sufi or carriers of Sufism is so essential that these teachings continue to develop. Sufi in Aceh have been popular with men for their disregard for women. Among female Sufis, their existence is minimal and not written in any history. The most often mentioned is Rabiah al-Adawiyah, but more female Sufis still need to be published, and it is different if the character is male. This study is a manuscript review of ‘Munajat Perempuan Sufi Aceh Pocut di Beutong’ regarding the existence and role of a female Sufis with the initial Pocut di Beutong. The study results show that the poems in the book ‘Munajat Wanita Sufi Aceh’ explain that the existence and role of Pocut di Beutong was very significant at that time. This can be seen from the history recounted in the book regarding how Pocut di Beutong also helped defend the land of Aceh in different ways, such as praying, teaching, developing practice, and attempting to get closer to Allah. This is just as important as Cut Nyak Dien and other female heroes going to war.Keywords: Manuscript; Sufis Woman; Aceh.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Azizah, Novi Nur. "RELEVANSI AJARAN ETIKA SUNDA WIWITAN DI ERA MODERNITAS: STUDI ATAS NASKAH SANGYANG SIKSAKANDANG KARESIAN." Religi: Jurnal Studi Agama-agama 15, no. 2 (January 6, 2020): 153. http://dx.doi.org/10.14421/rejusta.2019.1502-03.

Full text
Abstract:
Etika Sunda Wiwitan merupakan sebuah nilai lokal yang mengajarkan tentang kehidupan kepada masyarakat Sunda. Dalam naskah Sangyang Siksakandang Karesian diajarkan tentang hubungan manusia dengan manusia, manusia sebagai pribadi, dan manusia dengan masyarakatnya. Peneliti berasumsi bahwa ajaran nilai tersebut masih relevan untuk diaktualisasikan di era modern saat ini. Mengingat bahwa di era modern orang bisa menemukan jati dirinya; bisa mencari guru yang sesuai dengan keinginannya. Namun yang terjadi justru membentuk perilaku menyimpang dari ajaran dalam naskah Sangyang Siksakandang Karesian, misalnya perilaku egois, menyendiri, tidak suka bergaul, dan semacamnya. Penelitian ini mencoba mencari keterkaitan nilai ajaran dalam naskah Sangyang Siksakandang Karesian dengan budaya modern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ajaran dalam naskah Sangyang Siksakandang Karesian memiliki nilai universal yang bisa diterapkan dalam budaya modern, seperti nilai untuk mencari guru yang baik dalam beretika dan berilmu tinggi, bersikap saling menghormati antar manusia, dan selalu menjaga dari sikap buruk.AbstractSundanese Ethics Wiwitan is a local value that teaches Sundanese people about life. In the text Sangyang Siksakandang Karesian is taught about human relations with humans, humans as individuals, and humans with their communities. Researchers assume that the teachings of these values are still relevant to be actualized in the current modern era. Given that in the modern era one can find one's true self; can find a teacher in accordance with his wishes. But what happens is that it forms deviant behavior from the teachings in the Sangyang Siksakandang Karesian manuscript, for example selfish behavior, being alone, not sociable, and the like. This research tries to find the correlation between teaching values in the Sangyang Siksakandang Karesian manuscript with modern culture. The results of this study indicate that the teaching values in the Sangyang Siksakandang Karesian manuscript have universal values that can be applied in modern culture, such as the value of looking for good teachers in ethics and high knowledge, being respectful between people, and always guarding from bad attitudes.Keyword: Sunda Wiwitan, Sangyang Siksakandang Karesian, modernitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Sumiwi, Styan Lintang. "Kesempatan Penelitian Ejaan Naskah di Era Digital: Uji Coba Pengamatan Perilaku Huruf Berdasarkan Metode Willem Van Der Molen." Arnawa 1, no. 2 (December 1, 2023): 92–106. http://dx.doi.org/10.22146/arnawa.v1i2.11248.

Full text
Abstract:
This paper draws on Peter Worsley's idea in 1972 to catalog errors and spelling conventions of a manuscript that would be useful in uncovering its copying tradition. The spelling aspect of the theory has never been fully implemented, including Worsley himself. Willem van der Molen (1983) attempted to implement spelling analysis by looking at the behavior of each script in each manuscript, but he only tried it with two letter variations. He couldn't complete the work due to the large amount of data involved, which took too long. Current advances in information technology have made it possible to automate text data processing that previously had to be done manually. This research reviews the method offered by Willem van der Molen and shows how computing technology helps in such analysis. === Tulisan ini berangkat dari gagasan Peter Worsley pada tahun 1972 untuk membuat katalog kesalahan dan konvensi ejaan suatu naskah yang berguna dalam mengungkap tradisi penyalinannya. Aspek ejaan dalam teori tersebut belum pernah diimplementasikan secara tuntas, termasuk oleh Worsley sendiri. Willem van der Molen (1983) mencontohkan implementasi analisis ejaan dengan cara memperhatikan perilaku setiap aksara pada setiap naskah, namun ia hanya mencobanya pada variasi dua huruf. Analisis tersebut tidak dapat ia selesaikan karena cakupan data yang besar sehingga memakan waktu terlalu lama. Kemajuan di bidang teknologi informasi yang ada saat ini telah memungkinkan otomatisasi pengolahan data teks yang sebelumnya harus dilakukan secara manual. Penelitian ini dilakukan sebagai tinjauan ulang atas metode yang ditawarkan Willem van der Molen dan memperlihatkan bagaimana teknologi komputasi bermanfaat dalam analisis tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Izzuddin, Muhammad Haidar. "USURRAN GANTI (NASKAH ULU 93 E 109 PNRI), TEKS KOSMOLOGI MASYARAKAT ULUAN: SUNTINGAN TEKS DAN TERJEMAHAN." SUSASTRA: Jurnal Ilmu Susastra dan Budaya 11, no. 1 (November 14, 2023): 39–52. http://dx.doi.org/10.51817/susastra.v11i1.73.

Full text
Abstract:
Usurran Ganti is a text that contains the creation of nature to the description of the names of ancestors in the Uluan society of Southern Sumatra. This text is found in Ulu manuscript 93 E 109 which is kept in the National Library of the Republic of Indonesia. Although this manuscript has an important value in understanding the form of cosmology of the Uluan society, until now there has been no comprehensive research in transliterating this manuscript. The purpose of this research is to produce text edits and translations so that the text on the cosmology of the Uluan society can be read, known, and used for the benefit of science more broadly. This research is philological research that consists of several stages, namely inventory, description, text editing, and translation. This research uses standard edition in text editing. It is known in this study that Usurran Ganti tries to display the local identity of the Uluan Besemah community through the reference to the ancestral figure, namely diwê Semidang Sakti. Usurran Ganti also displays errors, inconsistencies, and writing tendencies, and has the influence of local dialects in writing characters, tribes, and places. AbstrakUsurran Ganti merupakan teks yang berisi mengenai penciptaan alam hingga penjabaran nama-nama leluhur pada masyarakat Uluan Sumatera bagian Selatan. Teks ini terdapat pada naskah Ulu 93 E 109 yang disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Meskipun naskah ini memiliki nilai penting dalam memahami bentuk kosmologi masyarakat Uluan, namun hingga saat ini belum ada penelitian yang secara komprehensif dalam mengalihaksarakan naskah ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan suntingan teks dan terjemahan agar teks mengenai kosmologi masyarakat Uluan ini dapat dibaca, diketahui, dan dipergunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan secara lebih luas. Penelitian ini merupakan penelitian filologi yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu inentarisasi, deskripsi, suntingan teks, dan terjemahan. Penelitian ini menggunakan edisi kritis dalam penyuntingan teks. Diketahui dalam penelitian ini bahwa Usurran Ganti berusaha menampilkan identitas lokal masyarakat Uluan Besemah melalui penyandaran terhadap sosok leluhur, yaitu diwê Semidang Sakti. Usurran Ganti juga menampilkan kesalahan, inkonsistensi, dan kecenderungan penulisan, serta memiliki pengaruh dialek lokal dalam penulisan tokoh, suku, dan tempat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Wiharja, Alvin, and Sri Nilawati. "TERAPI LATIHAN FISIK SEBAGAI TATA LAKSANA CEDERA SPRAIN PERGELANGAN KAKI BERULANG: LAPORAN KASUS." Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi) 14, no. 2 (July 2, 2018): 137–48. http://dx.doi.org/10.21831/jorpres.v14i2.23824.

Full text
Abstract:
Cedera sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera yang sering terjadi pada saat melakukan latihan fisik (Terada et al., 2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche et al., 2015; Lin et al., 2012). Para klinisi telah mengupayakan berbagai metode tata laksana untuk menangani cedera ini. Terdapat keanekaragaman pilihan terapi dan strategi penanganan masalah kesehatan pada pasien dengan keluhan nyeri pada pergelangan pasien (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013). Namun demikian, kombinasi ataupun pilihan terapi yang paling efektif pada cedera ini masih belum dapat ditentukan secara pasti (Terada et al., 2013). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan pertanyaan penelitian, yaitu: “Jenis terapi pilihan apakah yang sesuai untuk cedera sprain pergelangan kaki?” Kemudian dilakukan systematic review untuk mengumpulkan bukti-bukti ilmiah terbaru agar membantu menjelaskan tata laksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki. Didapatkan 2 manuskrip yang membahas isu yang hampir serupa dengan berjudul “Theurapetic Intervention for Increasing Ankle Dorsoflexion After Ankle Sprain: A Systematic Review” dan “National Athletic Trainers’ Associations Position Statement: Conservative Management and Prevention of Ankle Sprains in Athletes”. Pada manuskrip tersebut menjabarkan kombinasi latihan peregangan, latihan kekuatan, latihan propioseptif dalam terapi latihan fisik sebagai prosedur tata laksana dan pencegahan cedera sprain pergelangan kaki berulang yang paling efektif (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013). Dapat disimpulkan terapi pilihan berdasarkan penelusuran ilmiah pada pasien dengan keluhan cedera sprain pada pergelangan kaki adalah terapi latihan fisik. Namun perlu diperhatikan pada peresepan latihan fisik setiap pasien akan berbeda disesuaikan dengan kondisi dan keadaan masing-masing individunya.ABSTRACTAnkle sprain is a common injury that often occurs during exercise (Terada et al., 2013; Kaminski et al., 2013; Ktaiche et al., 2015; Lin et al., 2012). Clinicians have been seeking various ways to deal with this injury. There are a variety of treatment options and strategies to manage this health issues in patients (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013). However, the most effective therapy in these injuries still has not be determined (Terada et al., 2013).Firstable, by determining the research question: "Which is the most appropriate therapy for an ankle sprain injury?" Then conducted a systematic review to gather the latest scientific evidence in order to help in choosing the appropriate the treatment and prevention of ankle sprain injury. Obtained two manuscripts that discuss the similar issue, entitled "Intervention for Increasing Ankle Theurapetic Dorsoflexion After Ankle sprain: A Systematic Review" and "National Athletic Trainers' Associations Position Statement: Conservative Management and Prevention of Ankle sprains in Athletes". In the manuscript describes a combination of stretching exercises, strength training, exercise therapy propioception in exercise is the most effective procedures on managing and preventing recurrent ankle sprains (Kaminski et al., 2013; Terada et al., 2013).We can conclude that the treatment of choice based on scientific searches in ankle sprain injury patients is exercise therapy. However, it should be noted on the prescription of exercise will vary according to the conditions and circumstances of each patients.Keywords: ankle sprain, exercise therapy, recurrent injury, prevention program
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Sine, Novy Amelia Elisabeth. "Pembelajaran jarak jauh yang pedagogis-spiritual: Sebuah tawaran model pembelajaran ramah anak di tengah pandemi Covid-19." KURIOS 8, no. 1 (April 30, 2022): 14. http://dx.doi.org/10.30995/kur.v8i1.448.

Full text
Abstract:
The covid-19 Pandemic has impacted education in Indonesia. It causes the government to issue a policy, namely Distancing Learning. However, students have trouble doing the process of the policy. It is because the learning model is not completely child friendly. This manuscript aims to criticize the model of distancing learning and offer a new learning model that is needed to build the process of child-friendly education. This research uses a qualitative method by constructing the thought of Bell Hooks and Ralph W. Tyler about the curriculum and engaged pedagogy and analyzing the result of the interview with parents and students. The results show that PJJ needs a new learning model, which considers students' spirituality. Moreover, this manuscript points out that pedagogical-spiritual distancing learning is a child-friendly learning model. AbstrakPandemi Covid-19 memberi dampak pada sektor pendidikan di Indonesia yang mengharuskan pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun, peserta didik mengalami kendala dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut karena model pembelajaran yang tidak sepenuhnya ramah pada anak. Tulisan ini bertujuan untuk mengkritisi model PJJ dan menawarkan sebuah model pembelajaran yang dibutuhkan untuk membangun proses pendidikan yang ramah anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengkonstruksi pemikiran Bell Hooks dan Ralph W. Tyler mengenai kurikulum dan engaged pedagogy, serta menganalisis hasil wawancara terhadap orang tua dan peserta didik yang menunjukkan perlunya model baru dalam PJJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PJJ membutuhkan sebuah model pembelajaran yang baru, yang mempertimbangkan aspek spiritualitas peserta didik. Tulisan ini pada akhirnya memperlihatkan bahwa PJJ yang pedagogis-spiritual merupakan sebuah tawaran model pembelajaran yang ramah anak di tengah pandemi Covid-19.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Hartarta, Arif, and Aris Aryanto. "Logika Spiritual dan Model Resistensi Keagamaan dalam Serat Darmasonya." Jurnal Lektur Keagamaan 14, no. 2 (December 31, 2016): 281. http://dx.doi.org/10.31291/jlk.v14i2.502.

Full text
Abstract:
It has been said that spirituality is the fire at the heart of religious teaching – that spirituality is the true destination of a religious life. This article examines a single manuscript entitled “Serat Darmasonya” (here-in¬after abbreviated as SD), a manuscript that describes the know¬ledge of the Shari'a in the congregation. This literature gives critical commentary of the activity of various traditions, particularly in Java. In this study the authors focused on two aspects, namely: 1) the spiritual logic of the SD text, and 2) an example of religious resistance to the elements of tradition. This study is a form of qualitative research concentrating on the analysis of the text. Reading of the text is conducted using the heuristic and hermeuneutic methods. By the end of the Majapahit era there emerged a Dar masunya manuscript which later became the book of guidance addressed to the adherents of Siwa-Buddha. Later, in the early 20th century appeared other books of the same title with Islamic nuances. Darmasonya text explains some advice about the attitude of Muslims according to the Qur’an and the Hadith, and the books of religious doctrines from an earlier period. The Darmasonya text also gives a variety of criticisms regarding the attitude of life, which is a series of patterns, discipline, laws or rules derived from the supreme ruler of the universe. The teaching in the text is somewhat abstract, but it was highly valued by the authors, and by some other groups as a one of main moral points of reference in Java. Keywords: Fiber Darmasonya, Java Manuscript, Islam, Spiritual Logics, Tradition, Resistance. Sering dikatakan bahwa spiritualitas adalah api dari ajaran agama, di mana spiritualitas dianggap sebagai jalan sekaligus tujuan kehidupan keagamaan. Artikel ini mengkaji naskah tunggal berjudul Serat Darma¬sonya (yang selanjutnya disingkat SD) yaitu sebuah pustaka yang menjelaskan pengetahuan tentang ilmu syariat dan tarekat. Pustaka ini mengajukan tafsir-tafsir kritis terhadap aktivitas berbagai tradisi, khususnya di Jawa. Dalam kajian ini penulis menitikberatkan pada dua hal, yaitu: 1) logika spiritual dalam teks SD, dan 2) model resistensi keagamaan terhadap unsur tradisi. Bentuk kajian ini adalah penelitian kualitatif yang berkonsentrasi pada analisis teks. Pembacaan terhadap teks dilakukan dengan dua cara: heuristik dan hermeuneutik. Pada masa Majapahit akhir telah muncul lontar Darmasunya yang kemudian menjadi kitab panduan penganut ajaran Siwa-Buddha. Belakangan, pada sekitar awal abad 20 (muncul kitab lain yang bernuansa Islami dengan judul sama. Teks Darmasonya memaparkan petuah tentang sikap hidup seorang Muslim berdasarkan Al Quran, Hadits, dan kitab-kitab spiritual keagamaan terdahulu. Teks Darmasonya juga menyuguhkan beragam kritik mengenai sikap hidup, yakni sederetan pola abstrak, disiplin, hukum-hukum atau aturan yang berasal dari penguasa tertinggi jagad raya. Ajaran dalam teks tersebut merupakan sesuatu yang abstrak namun dipandang berharga oleh pengarang atau kelompok tertentu serta dijadikan acuan moralitas dalam menjalani arah kehidupan di Jawa. Keywords: Serat Darmasonya, Naskah Jawa, Islam, Logika Spiritual, Resistensi, Tradisi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Aprianto, Hendra. "Cerita Pandai Besi dalam Sêrat Rama, Arjunawiwaha, Saha Kempalan Dongeng: Kajian Filologi dan Kritik Respon Pembaca." Arnawa 1, no. 2 (December 1, 2023): 123–34. http://dx.doi.org/10.22146/arnawa.v1i2.11250.

Full text
Abstract:
Keris is a Javanese cultural product. Literacy on blacksmithing may be discovered in the document Sêrat Rama, Arjunawiwaha, Saha Kempalan Dongeng (SRASKD). The manuscript was started by a ruling king. The narrative of the blacksmith in SRASKD is told in 29 stanzas, however this essay will only look at 5 of them. The manuscript is housed at the Widyapustaka Pura Pakualaman library. This research employs philological analysis began by Oman Fathurahman and reader response critique initiated by Louise Rosenblatt. Philological analysis is used to characterize the manuscript and provide the text edition that was carried out using the script and language transfer technique. Furthermore, the translation findings are carried out at the reader interpretation stage to acquire a series of meanings in the SRASKD manuscript's macapat poetry. The following outcomes are derived based on the process of reading the characters and understanding the text. The first verse narrates the account of a blacksmith from Pajajaran, a kris empu with the rank of lurah. The second verse describes King Brawijaya's hunt for a highly competent kris smith. In the third stanza, the monarch finds a master empu, Kyai Supa, and his son (Ki Surawigya). Kyai Supa is resentful of his son in the fourth stanza because the king prefers his son's work. Ki Surawigya dies in the sixth stanza, and King Brawijaya is taken aback. In this article, the SRASKD manuscript is presented as a presentation of fascinating literary works on social phenomena at the time, which informs about the king's initiation to locate a kris master, which is still relevant now. === Keris merupakan produk budaya masyarakat Jawa. Literasi tentang pandai besi dapat ditemukan dalam dokumen Sêrat Rama, Arjunawiwaha, Saha Kempalan Dongeng (SRASKD). Naskah ini diprakarsai oleh seorang raja yang berkuasa. Narasi pandai besi dalam SRASKD diceritakan dalam 29 pada, namun tulisan ini hanya akan membahas 5 pada . Naskah ini tersimpan di perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman. Penelitian ini menggunakan analisis filologi yang dimulai oleh Oman Fathurahman dan kritik respons pembaca yang digagas oleh Louise Rosenblatt. Analisis filologi digunakan untuk pendeskripsian fisik naskah dan memberikan edisi teks yang dilakukan dengan teknik alih aksara dan alih bahasa. Selanjutnya, hasil terjemahan dilakukan pada tahap interpretasi pembaca untuk mendapatkan serangkaian makna dalam puisi macapat naskah SRASKD. Hasil penelitian berikut ini diperoleh berdasarkan proses pembacaan aksara dan pemahaman teks. Bait pertama menceritakan kisah seorang pandai besi dari Pajajaran, seorang empu keris berpangkat lurah. Bait kedua menceritakan perburuan Prabu Brawijaya terhadap seorang empu keris yang sangat kompeten. Pada bait ketiga, sang raja menemukan seorang empu, Kyai Supa, dan putranya (Ki Surawigya). Kyai Supa merasa kesal kepada putranya pada bait keempat karena sang raja lebih menyukai hasil karya putranya. Ki Surawigya meninggal pada bait keenam, dan Raja Brawijaya terkejut. Dalam artikel ini, naskah SRASKD disajikan sebagai presentasi karya sastra yang menarik tentang fenomena sosial pada saat itu, yang menginformasikan tentang inisiasi raja untuk mencari seorang empu keris, yang masih relevan sampai sekarang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Maknun, Moch Lukluil, Muhammad Aji Nugroho, and Yuyun Libriyanti. "KONTRIBUSI ULAMA NUSANTARA TERHADAP KEILMUAN ISLAM DI INDONESIA; STUDI KASUS INVENTARISASI MANUSKRIP PONPES TREMAS DAN TEBUIRENG." Muslim Heritage 7, no. 1 (June 24, 2022): 111–40. http://dx.doi.org/10.21154/muslimheritage.v7i1.3625.

Full text
Abstract:
AbstractThe massive literacy tradition of the Islamic boarding school community has shaped the legacy of Islamic scholarship in the archipelago so that it becomes an identity in religion, nation and state. This study seeks to reveal the works of Indonesian scholars who have become manuscripts as an effort to maintain the nation's cultural heritage at the Pondok Pesantren Tremas Pacitan and Tebu Ireng Jombang. The type of approach used is descriptive qualitative, using basic philological and codicological methods which are then collected data. The targets studied were limited to formal objects in the form of physical books found, with locations that had been determined from the start. Data was collected using observation, interview, and documentation techniques, combined with source triangulation. The results of this study; 1) Tremas Islamic Boarding School has many manuscripts that are not only sourced from Sheikh Mahfudz at-Tarmasi, but most of the manuscripts have been lost due to flooding or their whereabouts are unknown. and preservation by reprinting and dictating educational subjects; 2) The original Tebuireng masyayikh manuscripts were narrated scattered in various locations both in the family environment and in the dzurriyah students of K.H. Hasyim Asyari, the rescue step was carried out by dzurriyah, namely K.H. Ishomuddin Hadzik, K.H. Zaki Hadzik, and Gus Mirza Zaki Hadzik which is manifested in the form of publishing/reprinting works in the volume of Irsyaadus Saari; 3) The government's concern for the preservation of manuscripts is realized by establishing a database of manuscripts and publishing them on a wider scale as a form of preserving the assets of the nation and state; 4) The existence of libraries in Islamic boarding schools, causes the manuscripts to be more well conditioned and easy to be accessed and read by others. AbstrakMasifnya tradisi literasi masyayikh pondok pesantren telah membentuk warisan keilmuan Islam di Nusantara sehingga menjadi identitas dalam beragama, berbangsa, dan bernegara. Penelitian ini berupaya mengungkap karya-karya ulama nusantara yang telah menjadi manuskrip sebagai upaya menjaga warisan budaya bangsa di Pondok Pesantren Tremas Pacitan dan Tebu Ireng Jombang. Jenis pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan metode filologi dan kodikologi dasar yang kemudian dilakukan pendataan. Sasaran yang dikaji sebatas objek formal berupa fisik kitab yang ditemukan, dengan lokasi yang telah ditentukan sejak awal. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, dipadukan dengan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini; 1) Ponpes Tremas memiliki banyak manuskrip yang tidak hanya bersumber dari syeikh Mahfudz at-Tarmasi, namun sebagian besar dari manuskrip tersebut hilang disebabkan banjir atau belum diketahui keberadaannya, kepedulian alumni, santri, pegiat dan pemerhati manuskrip, menggerakkan kesadaran dzurriyah dan pemerintah untuk melakukan penyelamatan dan pelestarian dengan mencetak ulang dan menjadikan diktat matapelajaran pendidikan; 2) Manuskrip masyayikh Tebuireng yang asli diriwayatkan tersebar di berbagai lokasi baik di lingkungan keluarga ataupun di dzurriyah murid K.H. Hasyim Asyari, langkah penyelamatan dilakukan oleh dzurriyah, yaitu K.H. Ishomuddin Hadzik, K.H. Zaki Hadzik, dan Gus Mirza Zaki Hadzik yang diwujudkan dalam bentuk penerbitan/cetak ulang karya dalam bunga rampai Irsyaadus Saari; 3) kepedulian pemerintah dalam pelestarian manuskrip diwujudkan dengan membentuk database manuskrip dan mempublikasikannya dalam skala yang lebih luas sebagai bentuk pelestarian aset bangsa dan negara; 4) keberadaan perpustakan di pondok pesantren, menyebabkan naskah lebih terkondisikan dengan baik dan mudah untuk diakses dan dibaca oleh orang lain.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Sudrajat, Tedi. "Perlindungan Hukum dan Pemenuhan Hak Pekerja pada Program Jaminan Kesehatan Nasional." Pandecta Research Law Journal 15, no. 1 (June 15, 2020): 83–92. http://dx.doi.org/10.15294/pandecta.v15i1.23647.

Full text
Abstract:
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berlaku pada tahun 2014, namun sampai saat ini masih banyak pemberi kerja dan pekerja yang kurang paham dengan program yang diselenggarakan BPJS Kesehatan, dan penerapannya masih belum dikategorikan optimal. Hal yang menarik dianalisis adalah Pertama, bentuk perlindungan pekerja dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Kedua, persoalan dalam penerapannya. Tulisan ini menggunakan jenis penelitian Yuridis Normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan analisis serta dianalisis secara normatif kualitatif. Dalam tulisan ini diketahui terdapat perubahan dari program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) ke BPJS kesehatan yang berimplikasi penerapan jaminan dan pelayanan kesehatan bagi pekerja. BPJS membuat prosedur yang dapat meningkatkan keterjangkauan peserta pekerja terhadap pelayanan kesehatan secara berjenjang dari fasilitas pelayanan Kesehatan (fasyankes) tingkat pertama ke tingkat lanjut. Terlepas dari hal tersebut, terdapat beberapa persoalan hukum dalam penerapan program JKN meliputi persoalan dari aspek kepesertaan, penggunaan kartu kesehatan dan jaminan pelayanan kesehatan. Social Security Administrative Bodies (referred as BPJS) established in 2014, but until now there are still many employers and workers who are not aware of the programs held by BPJS Kesehatan, moreover the implementation was still not optimal. The problems studied were first, the form of worker protection in the National Health Insurance program and second, legal issues in its implementation. This manuscript used Normative Juridical research with statute approach, analytical approach and qualitative analysis method. In this manuscript, it known that there is a change from the Workers’ Social Security program to BPJS Kesehatan which has implications for the implementation of health insurance and services for workers. After the enactment of the BPJS Law, there are protection scheme for health insurance for both formal and informal workers. In addition, the BPJS provides a mechanism that can increase the affordability of workers to tiered health services from the first level to the advanced level. Meanwhile, there are several obstacles in the implementation of the Social Security program which include constraints on the aspects of participation, use of health cards and health service guarantees.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Ali Makdom, Ahmad Hafiz, and Mohd Hasrul Shuhari. "[The Application of Al-Qiyās by Muhammad Nawawī Al-Bantānī against The Attributes of Qudrah & Irādah on The Book of Tījān Al-Darārī] Aplikasi Al-Qiyas oleh Muhammad Nawawi Al-Bantani terhadap Sifat Qudrah & Iradah dalam Kitab Tijan Al-Darari." Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari 23, no. 1 (April 30, 2022): 129–44. http://dx.doi.org/10.37231/jimk.2022.23.1.655.

Full text
Abstract:
The scholars of the Archipelago have written various manuscripts related to religion either in Malay Language but written in Jawi alphabet, or in Arabic Language. These manuscripts have been widely spread and used especially for Muslims in the Archipelago, in various fields such as faith, fiqh, tasawwuf and so on. Nevertheless, among the things emphasized by the scholars of the Archipelago are matters involving faith and confidence in Allah SWT and His messenger. These have been proven by the manuscripts of the scholars of the Archipelago, which emphasized on the elements of faith, whether in Malay or Arabic languages, that have been widely printed and studied by the Malay community of the Archipelago. Among the scholars whom famous for his many manuscripts is Muhammad Nawawī bin ʿUmar al-Bantānī. He proposed various logical arguments in the form of qiyas in his book, Tījan al-Darārī, in order to relate the belief in the attributes of Allah SWT. However, the method of logic applied does not stand out in a clearer form such as the table between premise and result as implemented by the scholars of logic. Therefore, this paper aims to explain the attributes of Allah SWT that must be believed by every mukallaf, especially the attributes of Qudrah and Irādah. Next is to issue and explain the method of qiyas applied by Shaykh Nawawi al-Bantani, especially on the nature of Qudrah and Irādah through his book Tijan al-Darari. This qualitative study will use the method of content analysis through the book Tijan al-Darari by Nawawī al-Bantānī together with other manuscripts of faith from Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, as well as the description of its qiyas based on the authoritative sources of logic manuscripts. As a result, Nawawī al-Bantānī applied al-qiyas al-iqtirānī and al-qiyās al-sharṭī in describing the first two attributes in the attributes of Maʿānī, namely Qudrah and Irādah. Para ulama Nusantara telah mengarang pelbagai karya berkaitan agama sama ada berbahasa Melayu bertulisan jawi mahupun berbahasa arab. Karya-karya tersebut telah tersebar luas dan dimanfaatkan khususnya bagi umat Islam di Nusantara dalam pelbagai bidang seperti akidah, fiqh, tasawwuf dan sebagainya. Walaupun begitu, antara perkara yang ditekankan oleh para ulama Nusantara ialah perkara-perkara yang membabitkan akidah dan keyakinan terhadap Allah SWT dan rasulNya. Buktinya, karya-karya para ulama Nusantara banyak menekankan unsur-unsur akidah sama ada berbahasa Melayu mahupun Arab yang sudah banyak dicetak dan dipelajari oleh masyarakat Melayu Nusantara. Antara ulama yang terkenal dengan banyak karyanya ialah Muhammad Nawawī bin ʿUmar al-Bantānī. Beliau mengemukakan pelbagai hujah mantik berbentuk qiyas dalam karyanya iaitu Tījan al-Darārī untuk mensabitkan keyakinan terhadap sifat-sifat Allah SWT. Namun, kaedah mantik yang diaplikasikan tidak menonjol dalam bentuk yang lebih jelas seperti jadual antara premis dan natijah sebagaimana dilaksanakan oleh para ulama mantik. usteru, makalah ini bertujuan untuk menerangkan sifat-sifat Allah SWT yang wajib dipercayai oleh setiap mukallaf khususnya sifat Qudrah dan Irādah. Seterusnya, mengeluarkan serta menjelaskan kaedah qiyas yang diaplikasikan oleh Shaykh Nawawi al-Bantani khususnya pada sifat Qudrah dan Irādah menerusi karyanya Tijan al-Darari. Kajian berbentuk kualitatif ini akan menggunakan kaedah analisis kandungan menerusi kitab Tijan al-Darari karya Nawawī al-Bantānī serta karya-karya akidah yang lain daripada Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah serta huraian qiyasnya berdasarkan karya-karya mantik yang muktabar. Hasilnya, Nawawī al-Bantānī mengaplikasikan al-qiyas al-iqtirānī dan al-qiyās al-sharṭī dalam menghuraikan dua sifat pertama dalam sifat Maʿānī iaitu Qudrah dan Irādah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Widyaningrum, Rahmatia Ayu. "Dari Naskah Kuno Menjadi Komik: Alih Wahana Teks Mahabharata ke dalam Komik Wayang Ala Manga." Urban: Jurnal Seni Urban 7, no. 2 (March 16, 2024): 81–96. http://dx.doi.org/10.52969/jsu.v7i2.166.

Full text
Abstract:
This article describes the media transfer process of the long epic Mahabharata into a comic series entitled Baratayuda. The transfer media for the Mahabharata text analyzed in this study is the end of chapter (parwa) four, “Virata Kingdom”, and the beginning of chapter (parwa) five of the Mahabharata epic, namely “Preparations for War”. This part was transferred in the form of the Baratayuda comic series volume 4 entitled “Midnight Negotiations”. The characters in the Baratayuda comic are compared with the manga comic, Saint Seiya. The Baratayuda comic does not directly imitate the character of the knight in Saint Seiya. However, when reading the Barayuda comic, the reader’s association will immediately focus on the manga comic because the characters highlighted are very similar to the manga knight comic characters because of the similarity in the visualization of the five hero characters in both comics. as well as panels - the Baratayuda comic which adapts the manga comic model, Saint Seiya. The transfer of the Mahabharata text is a form of creativity in processing the manuscript text into a more popular form. Therefore, this research provides an illustration that ancient manuscripts that are difficult to reach by the general public can be transformed into a more contemporary form so that they can be accessed by the wider community. Tulisan ini menguraikan proses alih wahana epos panjang Mahabharata menjadi serial komik yang berjudul Baratayuda. Alih wahana teks Mahabharata yang dianalisis dalam kajian ini adalah akhir parwa empat, ”Kerajaan Wirata”, dan awal parwa lima epos Mahabharata, yaitu ”Persiapan Perang”. Bagian tersebut dialihwahanakan dalam bentuk komik seri Baratayuda jilid 4 yang berjudul ”Perundingan Tengah Malam”. Karakter tokoh dalam komik Baratayuda dibandingankan dengan komik manga, Saint Seiya. Komik Baratayuda pada dasarnya tidak serta merta meniru secara langsung karakter tokoh ksatria dalam Saint Seiya. Namun, ketika membaca komik Baratayuda, asosiasi pembaca akan langsung tertuju pada komik manga karena karakter yang ditonjolkan sangat mirip dengan karakter komik ksatria manga sebab kesamaan visualisasi lima tokoh hero pada keduanya. Pembahasan dalam tulisan ini juga menguraikan kecenderungan bentuk karakater—baik tokoh, background, maupun panel—komik Baratayuda yang mengadaptasi model komik manga, Saint Seiya. Alih wahana teks Mahabharata merupakan bentuk kreativitas dalam mengolah teks manuskrip menjadi bentuk yang lebih populer. Oleh sebab itu, penelitian ini memberikan gambaran bahwa naskah kuno yang sulit dijangkau oleh masyarakat umum dapat diubah menjadi bentuk yang lebih kontemporer agar dapat diakses oleh masyarakat luas. TRANSLATE with x EnglishArabicHebrewPolishBulgarianHindiPortugueseCatalanHmong DawRomanianChinese SimplifiedHungarianRussianChinese TraditionalIndonesianSlovakCzechItalianSlovenianDanishJapaneseSpanishDutchKlingonSwedishEnglishKoreanThaiEstonianLatvianTurkishFinnishLithuanianUkrainianFrenchMalayUrduGermanMalteseVietnameseGreekNorwegianWelshHaitian CreolePersian // TRANSLATE with COPY THE URL BELOW Back EMBED THE SNIPPET BELOW IN YOUR SITE Enable collaborative features and customize widget: Bing Webmaster PortalBack// This page is in Indonesian Translate to English AfrikaansAlbanianAmharicArabicArmenianAzerbaijaniBengaliBulgarianCatalanCroatianCzechDanishDutchEnglishEstonianFinnishFrenchGermanGreekGujaratiHaitian CreoleHebrewHindiHungarianIcelandicIndonesianItalianJapaneseKannadaKazakhKhmerKoreanKurdish (Kurmanji)LaoLatvianLithuanianMalagasyMalayMalayalamMalteseMaoriMarathiMyanmar (Burmese)NepaliNorwegianPashtoPersianPolishPortuguesePunjabiRomanianRussianSamoanSimplified ChineseSlovakSlovenianSpanishSwedishTamilTeluguThaiTraditional ChineseTurkishUkrainianUrduVietnameseWelsh Always translate Indonesian to EnglishPRO Never translate Indonesian Never translate jurbalurban.pascasarjanaikj.ac.id
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Muna, Arif Chasanul, and Ahmad Fauzan. "Politisi Lokal dan Ziarah Menyingkap Hajat Melalui Alquran Kuno Bismo." Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith 10, no. 2 (December 15, 2020): 239–66. http://dx.doi.org/10.15642/mutawatir.2020.10.2.239-266.

Full text
Abstract:
Ziarah merupakan aktifitas yang sudah menjadi tradisi di kalangan umat Islam di Jawa. Salah satu destinasi penting yang banyak dikunjungi adalah desa Bismo. Di desa tersebut terdapat peninggalan para wali, salah satunya adalah manuskrip Alquran kuno yang diyakini sebagai tulisan tangan sunan Bonang (1465-1525). Tulisan ini mengungkap bagaimana sejarah dan praktik ritual ziarah di Bismo, dan bagaimana resepsi para politisi lokal terhadap ritual ziarah dan Alquran kuno di Bismo. Dengan menggunakan pendekatan antropologis, tulisan ini berkesimpulan bahwa (1) praktik ritual ziarah di Bismo termasuk unik, selain membaca bacaan dan doa sebagaimana yang dilakukan di tempat lain, peziarah yang mempunyai hajat khusus melakukan ritual mandi membuang sial dan membuka Alquran kuno; (2) Ziarah yang dilakukan para politisi lokal di Bismo juga memiliki kekhasan sendiri. Motivasi yang mendorong mereka bukan hanya motivasi keagamaan namun juga motivasi sekular untuk melancarkan cita-cita dan tujuan. Pandangan mereka terhadap Alquran Bismo berkelindan antara pandangan sakralitas terhadap peninggalan wali dan pandangan pragmatis memposisikan Alquran Bismo sebagai instrument untuk menggapai hajat. Pilgrimage is an activity that has become a tradition among Muslims in Java. One of the most visited destinations is the village of Bismo. In the village, there are relics of the saints, one of which is an ancient Qur'an manuscript that believed to be the handwriting of Sunan Bonang (1465-1525). This paper aims to examine the history and practice of pilgrimage rituals in Bismo, and the reception of local politicians to the rituals of pilgrimage and the ancient Qur'an manuscript in Bismo. Using an anthropological approach, this paper concludes that (1) the practice of pilgrimage rituals in Bismo is unique, in addition to reading prayers as they are carried out elsewhere, pilgrims who have special intentions must perform bathing rituals to get rid of bad luck and open the ancient Qur'an; (2) Pilgrimage by local politicians in Bismo also has its own peculiarities. The motivation that drives them is not only religious enthusiasm but also secular impetus. Their visions on the Bismo Qur'an are intertwined between the view of the sacredness of the relics of the saints and the pragmatic view of positioning the Bismo Qur'an as an instrument to reserve their expectations.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Primadesi, Yona. "HEGEMONY OF DUTCH COLONIAL GOVERNMENT AGAINST THE EXISTENCE OF MINANGKABAU ANCIENT MANUSCRIPTS WITH ARABIC-MALAY." Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni 16, no. 1 (March 17, 2015): 91. http://dx.doi.org/10.24036/komposisi.v16i1.8047.

Full text
Abstract:
HEGEMONI PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA TERHADAP KEBERADAAN NASKAH-NASKAH KUNO MINANGKABAU BERAKSARA ARAB-MELAYUAbstractFar before the Netherland colonial came to Indonesia, Indonesian people is a very eductead people. Proves with the development of traditional education that use local font in the whole country, on of them is Minangkabau. Local font of Minangkabau is the adaptation of Arabian font along with the culture of the people there that is brought by the Arabia merchants, and well known with Arab-Melayu font or Arab without marker. Arab-Melayu font is thaught in the traditional Minangkabau education system through mosque. Besides, Arab-Melayu fontis the background of toward the existence of some texts which contains the value of life of Miangkabau people at that time. However, the existence of Arab-Melayu font try to move, especially when the Netherland colonial try to authorize by introducing latin font to Minangkabau people. The hegemony of latin font cause the degradation of Arab-Melayu font, that implicates to the dissapear of some texts like some scripts or memory that is saved in the old Minangkabau people’s mind. Other than that, the hegemony of politics that is offered by The Netherland’s government caused many Minangkabau scripts become not appropriate to be published and also most of the scripts is voluntary given to the Netherland’s government or as a gift. Key Words: Minangkabau scripts, The Netherland’s colonial, hegemony, local fontAbstrakJauh sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, orang Indonesia adalah orang yang sangat edukatif. Terbukti dengan berkembangnya pendidikan tradisional yang menggunakan aksara lokal di seluruh negeri, di antaranya adalah Minangkabau. Aksara lokal Minangkabau adalah adaptasi dari aksara Arab bersama dengan budaya orang-orang di sana yang dibawa oleh para pedagang Arabia, dan terkenal dengan aksara Arab-Melayu atau Arab gundul. Aksara Arab-Melayu masuk dalam sistem pendidikan tradisional Minangkabau melalui masjid. Selain itu, aksara Arab-Melayu merupakan latar belakang adanya beberapa teks yang berisi nilai kehidupan orang-orang Minangkabau saat itu. Namun, keberadaan aksara Arab-Melayu mencoba terdesak, terutama saat penjajah Belanda mengenalkan aksara latin kepada masyarakat Minangkabau. Hegemoni aksara latin menyebabkan degradasi aksara Arab-Melayu, yang berimplikasi pada menghilangnya beberapa teks seperti beberapa skrip atau memori yang tersimpan dalam pikiran orang Minangkabau tua. Selain itu, hegemoni politik yang ditawarkan oleh pemerintah Belanda menyebabkan banyak naskah Minangkabau tidak sesuai untuk diterbitkan dan juga sebagian besar skripnya secara sukarela diberikan kepada pemerintah Belanda atau sebagai hadiah.Kata kunci: Skrip Minangkabau, hegemoni kolonial Belanda, aksara lokal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Christianto, Victor. "Mencari Guru Sejati: Makna spiritual identitas Manusia Pendusta (“Spouter of Lies”) dalam Naskah Qumran." Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) 5, no. 2 (June 29, 2022): 35–59. http://dx.doi.org/10.54345/jta.v5i2.69.

Full text
Abstract:
Dalam artikel ini penulis mengajukan argumen sanggahan di antaranya terhadap pandangan Robert Eisenman dalam bukunya James the Brother of Jesus, khususnya yang berkaitan dengan identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran yang disebut dalam naskah Pesher Habakuk adalah Yakobus saudara Yesus (James the Just) dan Manusia Pendusta adalah Rasul Paulus. Cukup banyak kontroversi di seputar siapakah identitas Manusia Pendusta dalam DSS atau yang kerap dikenal sebagai naskah-naskah Qumran, salah satu hipotesis yang diajukan oleh salah seorang ahli Qumran, yakni Robert Eisenman, cukup kontroversial. Beliau menduga bahwa berdasarkan catatan Josephus dan sumber-sumber lainnya, bahwa Manusia Pendusta (Spouter of Lies) itu tidak lain adalah Rasul Paulus yang menulis sebagian besar surat dalam Perjanjian Baru. Meski dapat diajukan argumen-argumen lainnya untuk menyanggah Robert Eisenman tersebut, namun dalam tulisan ini penulis lebih memfokuskan pada makna spiritual dari kontroversi antara Guru Kebenaran dan Manusia Pendusta tersebut, serta implikasinya bagi mereka yang tergerak untuk menempuh Spiritualitas Jalan Lurus. Beberapa implikasi langsung yang dapat ditarik dari Spiritualitas Jalan Lurus akan dibahas di bagian akhir tulisan ini, di antaranya: bagaimana kita semestinya belajar menjadi pembawa kehidupan dan pohon kehidupan, dan juga bagaimana mengembangkan sikap yang sehat dan berintegritas di tengah hiruk-pikuknya paham Post-Truth. Penulis menyebutnya “Beyond Post-Truth.” Kiranya sepercik uraian ini akan berguna bagi para pembaca. Abstract In this article, the author proposes rebuttal arguments, including against the views of Robert Eisenman in his book James the Brother of Jesus, particularly with regard to Eisenman's identification that the Teacher of Truth mentioned in the Pesher Habakkuk manuscript is James the brother of Jesus (James the Just) and the Man of Lies is the Apostle. Paul. There is quite a lot of controversy surrounding the identity of the Spouter of Lies in the DSS or what is often known as the Qumran manuscripts, one of the hypotheses proposed by one of the Qumran experts, namely Robert Eisenman, is quite controversial. He suspects that based on Josephus' records and other sources, that the Spouter of Lies was none other than the Apostle Paul who wrote most of the letters in the New Testament. Although many other arguments can be put forward to refute Robert Eisenman, in this paper the author focuses more on the spiritual meaning of the controversy between the Master of Truth and the Man of Lies, and its implications for those who are moved to follow the Spirituality of the Straight Path. Some of the direct implications that can be drawn from the Spirituality of the Straight Path will be discussed at the end of this paper, including: how we should learn to be bearers of life and the tree of life, and also how to develop a healthy attitude and integrity in the midst of the hustle and bustle of Post-Truth understanding. The author calls it “Beyond Post-Truth.” Hopefully this little description will be useful for the readers.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Misnawati, Misnawati. "Kaidah Al Hazf dalam Rasm Utsmānī." Jurnal Ilmiah Al-Mu'ashirah 18, no. 1 (January 30, 2021): 83. http://dx.doi.org/10.22373/jim.v18i1.10554.

Full text
Abstract:
Rasm 'Utsmānī is a model for writing the Koran which was agreed during the Khalifah "Utsmān bin 'Affān by copying the manuscripts that had been collected at the time of Khalifah Abu Bakr al Shiddīq into several manuscripts. Then the manuscripts sent to various Islamic areas along with the qurrā` to be used as guidelines by the Muslims. Scholars have different views regarding the 'Utsmāni rasm as something that must be followed or not. Scholars have three opinions. First, Rasm 'Utsmān is tauqifī (based on guidance from the Prophet SAW) and cannot violate it and must be followed by Muslims. Second, Rasm 'Utsmān is ijtihad but still must be followed by Muslims and must not violate it. Third, Rasm 'Utsmān is just a given term which may be violated if it is agreed by a generation to use another model of rasm. There are several rules contained in this 'Utsmānī rasm, one of them is the al hazf (letter removal) rule. The rules of al-hazf are broadly divided into three, such as: hazf isyārah, hazf ikhtishār, and hazf iqtishār. From these three models, it can be seen that some letters were discarded, namely alif, waw, yā`, lām, and nun. Each of these letters has its own provisions in its writing in the Qur'an and has secrets that can be known through in-depth study.ABSTRAKRasm ‘Utsmānī merupakan model penulisan al-Qur`an yang disepakati pada masa Khalifah “Utsmān bin ‘Affān dengan menyalin mushaf yang telah dikumpulkan pada masa Khalifah Abu Bakar al Shiddīq ke dalam beberapa mushāf. Lalu dikirim ke berbagai wilayah Islam bersama dengan para qurrā` untuk dijadikan pedoman oleh kaum muslimin. Ulama berbeda pandangan dalam melihat rasm ‘Utsmāni sebagai sesuatu yang wajib diikuti atau tidak. Ada tiga pendapat ulama. Pertama, Rasm ‘Utsmānī bersifat tauqīfī (berdasarkan bimbingan dari Nabi SAW) dan tidak boleh menyalahinya serta wajib diikuti oleh kaum muslimin. Kedua, Rasm ‘Utsmānī bersifat ijtihad namun tetap wajib diikuti oleh kaum muslimin serta tidak boleh menyalahinya. Ketiga, Rasm ‘Utsmānī hanyalah sebuah istilah yang diberikan yang boleh saja menyalahinya jika memang disepakati oleh suatu generasi untuk menggunakan model rasm yang lain. Ada beberapa kaidah yang terdapat dalam rasm ‘Utsmānī ini, salah satunya adalah kaidah al hazf (pembuangan huruf). Kaidah al hazf ini secara garis besar terbagi tiga yaitu: hazf isyārah, hazf ikhtishār, dan hazf iqtishār. Dari ketiga model ini terlihat ada beberapa huruf yang dibuang yaitu alif, waw, yā`, lām, dan nūn. Masing- masing huruf tersebut memiliki ketentuan- ketentuan tersendiri dalam penulisannya dalam al-Qur`an dan mempunyai rahasia yang dapat diketahui melalui kajian yang mendalam.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Rahmawati, Salfia. "Ajaran Islam dalam Naskah-Naskah Singir Koleksi Fsui Sebagai Bentuk Persinggungan Budaya Islam-Jawa: Kajian Intertekstualitas." Buletin Al-Turas 21, no. 2 (January 28, 2020): 243–54. http://dx.doi.org/10.15408/bat.v21i2.3840.

Full text
Abstract:
Abstrak Singir merupakan salah satu genre sastra Jawa berbentuk puisi tradisional sebagai turunan dari syair (dalam ranah kesusastraan Melayu) atau syi'r (dalam ranah kesusastraan Parsi-Arab). Sebagai sastra pesantren, singir mengandungajaran-ajaran seperti ilmu tauhid, fiqih, tarikh, akhlaq, dan ajaran Islam lainnya yang ditulis dengan aksara pegon (aksara Arab bahasa Jawa). Tradisi pembacaan singir dilakukan dengan cara ditembangkan sebagaimana tradisi kesusastraan Jawa berbentuk macapat. Meskipun jumlah populasinya tergolong banyak, namun pembicaraan tentang singir sebagai bagian dari khazanah kesusastraan Jawa masih minim. Penelitian ini berupaya untuk mengkaji 9 naskah singir koleksi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dan studi literatur. Naskah-naskah dalam penelitian ini digambarkan dan dijelaskan dari segi isi. Selain itu, naskah juga dijelaskan menggunakan kajian intertekstualitas yang menghubungkan singir dengan ayat-ayat Qur’an dan Hadits sebagai sumber penulisan singir. Cara ini telah dilakukan sebagai metode pengajaran nilai-nilai Islam di wilayah pesantren.---Abstract Singir is one of the literary genres of Javanese traditional form of poetry as an adoption from ‘syair’ (in the literature of Malay) or ‘syi'r’ (in the literature of Parsi-Arabic).As a pesantren literature, singir contains the Islamic values such as tauhid, fiqih, tarikh, akhlaq and other Islamic teachings written with pegon characters (Arabic script using Javanese language). It is taught by singing (as macapat tradition in the other Javanese traditional form of poetry). Although the population is quite a lot, but the discussion and the research on singir as part of the literature of Java is still rare. In this study, the authors tried to explore 9 singir manuscripts of Faculty of Humanities of University of Indonesia’s collection.This research uses qualitative-descriptive method and literature study. These manuscripts are described and explained its contents. Furthermore, these manuscriptsare also explained using intertextual study which is related to the Qur'an and Hadith as a source of singir writing. The method has been appliedto teach an Islamic values in pesantren area.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Hidayat, Asep Achmad, Gelar Taufiq Kusumawardhana, Ading Kusdiana, Usman Supendi, Wawan Hernawan, and Chye Retty Isnendes. "AHLUL BAIT'S FIRST ARRIVAL IN INDONESIA AND THE EXPLORATION OF ISLAMIC HISTORY IN SOUTHEAST ASIA." Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam 20, no. 2 (December 28, 2023): 172–93. http://dx.doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i2.29802.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThis research aims to explore the history of the arrival of the first wave of Ahlul Bait in Aceh-Sumatra. The wave will technically relate to the history of the founding of the earliest Islamic sultanates in the Aceh-Sumatra between the 8th and 9th centuries AD, such as the Jeumpa sultanate and the Perlak sultanate. The research is based on historical interpretation in the form of classical Acehnese and Malay manuscripts from tertiary historical sources. However, the research still leave problems in the detailed area which are not yet completely accurate and precise. So, even though we have found a common thread that can be mutually agreed upon, attention to areas of detail that are not yet completely accurate and precise, still needs to continue to be explored and its findings improved. As for the shortcomings, they can be remedied by reading the narrative interpretations of classical texts more holistically and coherently to produce narratives that are clearer and clearer in their construction, both in terms of chronology and in terms of interpretations of the agents or apparatus of the establishment of the sultanates.Keywords: ahlul bait, Jeumpa, Perlak, Kedah ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menelusuri sejarah kedatangan Ahlul Bait gelombang pertama di Aceh-Sumatera. Gelombang tersebut secara teknis akan berkaitan dengan sejarah berdirinya kesultanan Islam paling awal di Aceh-Sumatera antara abad ke-8 hingga ke-9 M, seperti kesultanan Jeumpa dan kesultanan Perlak. Penelitian ini didasarkan pada penafsiran sejarah berupa naskah klasik Aceh dan Melayu dari sumber sejarah tersier. Namun penelitian tersebut masih menyisakan permasalahan pada area detail yang belum sepenuhnya akurat dan tepat. Jadi, meski sudah menemukan benang merah yang bisa disepakati bersama, namun perhatian pada area detail yang belum sepenuhnya akurat dan tepat, masih perlu terus digali dan temuannya diperbaiki. Adapun kekurangannya dapat diatasi dengan membaca tafsir naratif teks klasik secara lebih holistik dan koheren sehingga menghasilkan narasi yang semakin jelas konstruksinya, baik dari segi kronologisnya maupun dari segi penafsiran pelaku atau aparaturnya. berdirinya kesultanan.Kata kunci: ahlul bait, Jeumpa, Perlak, Kedah
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Saktimulya, S. R. "Penyalinan Dan Penyaduran Naskah Pakualaman Pada Masa Paku Alam V (1878—1900)." ATAVISME 17, no. 1 (June 30, 2014): 95–106. http://dx.doi.org/10.24257/atavisme.v17i1.22.95-106.

Full text
Abstract:
The purpose of this study is to discover the purpose of Paku Alam V, the supreme ruler of Kadipaten Pakualaman Yogyakarta (1878-1900) in initiating the recopying of classic manuscripts by changing a number their rěrěnggan (illustrations), while at the same time adapting texts from newspapers to be written in Javanese with Javanese characters. In this study, the researcher used philology and hermeneutics approach. Philology was used because the research objects were old manuscripts. Paul Ricoeur's hermeneutics was utilized as a means to understand the text. The results of the study show that the creation of a number of copies at that time reflects the policies of Paku Alam V. Some of the policies were in the fields of economics and education. The economic slump at the end of the reign of Paku Alam IV forced Paku Alam V to live frugally. Despite this situation, Paku Alam V worked hard to support his daughters to study overseas and sought for the welfare of his people by providing good examples to encourage them to work hard. They were driven to have a modern way of thinking, but they should still uphold Javanese teachings handed down from Pakualaman's ancestors. The purpose of this study is to discover the purpose of Paku Alam V, the supreme ruler of Kadipaten Pakualaman Yogyakarta (1878-1900) in initiating the recopying of classic manuscripts by changing a number their rěrěnggan (illustrations), while at the same time adapting texts from newspapers to be written in Javanese with Javanese characters. In this study, the researcher used philology and hermeneutics approach. Philology was used because the research objects were old manuscripts. Paul Ricoeur's hermeneutics was utilized as a means to understand the text. The results of the study show that the creation of a number of copies at that time reflects the policies of Paku Alam V. Some of the policies were in the fields of economics and education. The economic slump at the end of the reign of Paku Alam IV forced Paku Alam V to live frugally. Despite this situation, Paku Alam V worked hard to support his daughters to study overseas and sought for the welfare of his people by providing good examples to encourage them to work hard. They were driven to have a modern way of thinking but they should still uphold Javanese teachings handed down from Pakualaman's ancestors. Key Words: copying; adaptation; rěrěnggan (illustration); Javanese teachings; a modern way of thinking Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui maksud Paku Alam V, penguasa tertinggi Kadipaten Pakualaman Yogyakarta (1878—1900) memprakarsai penyalinan kembali naskah‐naskah adiluhung dengan mengubah sejumlah rěrěnggan ‘ilustrasi’­‐nya, sekaligus menyadur teks dari surat kabar untuk ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan filologi dan hermeneutika. Filologi digunakan karena objek penelitian adalah naskah karya masa lampau; sedangkan hermeneutika pemikiran Paul Ricoeur dimanfaatkan sebagai sarana untuk memahami teksnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penciptaan sejumlah naskah pada waktu itu mencerminkan kebijakan Paku Alam V, antara lain dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Keterpurukan ekonomi pada masa akhir Paku Alam IV menyebabkan Paku Alam V harus hidup hemat. Meski demikian, Paku Alam V berusaha keras memajukan pendidikan anak-anak perempuannya ke luar negeri dan menyejahterakan warganya dengan memberikan keteladanan agar mau bekerja keras. Mereka didorong berpikiran modern namun tetap harus memegang teguh piwulang Jawa yang diberikan oleh para leluhur Pakualaman
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Muhsin Z., Mumuh, and Miftahul Falah. "Prabu Siliwangi Between History and Myth." Paramita: Historical Studies Journal 31, no. 1 (March 31, 2021): 74–82. http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v31i1.25049.

Full text
Abstract:
Abstract: Prabu Siliwangi is a historical figure, not a fairy tale or a mythical figure, although his figure is loaded with mythical things. Its existence is supported by several sources, both written and oral sources. Besides, the character of Prabu Siliwangi is also supported by social facts and mental facts. Prabu Siliwangi was the ruler who brought glory to the Sunda kingdom, so it is seen as the greatest king in the history of the Sunda kingdom stood. Nevertheless, from the manuscript, Carita Parahiangan (15th century), which contains information of the rulers of the Sunda kingdom, no king of Sunda is named Prabu Siliwangi. Then, who is Prabu Siliwangi? To answer the question, a historical study was conducted by implementing a historical research method that is operationally composed of four phases, namely Heuritsik, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that Prabu Siliwangi was a historical figure-Legendary. The people in Tatar Sunda very emotionally remember the people. There are various opinions on the identification of this character. Some argue that this nickname refers only to one character, but some have the opinion of the four figures and more. From the various sources of the manuscript used in this article, the identification of Prabu Siliwangi led to Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), the ruler of the Sunda kingdom who is domiciled Pakwan Pajajaran. Abstrak: Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah, bukan dongeng atau tokoh mitos walaupun sosoknya sarat dengan hal-hal yang bersifat mitos. Keberadaannya didukung oleh beberapa sumber, baik sumber tertulis maupun lisan. Selain itu karakter Prabu Siliwangi juga didukung oleh fakta sosial dan fakta mental. Prabu Siliwangi adalah penguasa yang membawa kejayaan kerajaan sunda, sehingga dipandang sebagai raja terbesar dalam sejarah kerajaan sunda berdiri. Namun demikian, dari naskah Carita Parahiangan (abad ke-15) yang memuat informasi tentang para penguasa kerajaan Sunda, tidak ada raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi. Lalu, siapakah Prabu Siliwangi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan studi sejarah dengan menerapkan metode penelitian sejarah yang secara operasional terdiri dari empat tahap yaitu heuritsik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah-Legendaris. Orang-orang tersebut sangat diingat secara emosional oleh orang-orang di Tatar Sunda. Ada berbagai pendapat tentang identifikasi karakter ini. Ada yang berpendapat bahwa julukan ini hanya mengacu pada satu tokoh, tetapi ada pula yang berpendapat tentang empat tokoh dan banyak lagi. Dari berbagai sumber naskah yang digunakan dalam artikel ini, identifikasi Prabu Siliwangi mengarah pada Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), penguasa kerajaan Sunda yang berdomisili di Pakwan Pajajaran. Â
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Abdullah, Muhammad. "Menolak Wabah dalam Serat Ronggo Sutrasno Karya Sunan Kalijaga." Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra 15, no. 1 (February 27, 2020): 118–33. http://dx.doi.org/10.14710/nusa.15.1.118-133.

Full text
Abstract:
One of the Javanese texts with esoteric value is the Ronggasutrasna Kidungan Fiber which is kept by the Surakarta Sastra Lestari Foundation. Serat Kidungan Ronggasutasna is a Javanese script in which there is a text in the form of fibers written by Sunan Kalijaga written together with Ronggasutrasna and then published by Tan Gun Swi. This manuscript is a compilation of a number of songs including Rumeksa Ing Wengi (KRIW), Padanghyangan Kidungan (and those of the dhedhemit ratuning), and other hymns. However, the KRIW text is not an original manuscript written by Sunan Kalijaga. This is evidenced by the existence of other KRIW texts in PNRI presented in handwriting. Serat Kidung Ranggasutrasna is the song of the 'kid' of old fibers which is a representation of esoteric values and Islamic symbolism of the spiritual messages of Kanjeng Sunan Kalijaga. After the authors examined the contents of the text, the authors concluded that most of the Ranggasutrasna's fiber of the Kidungan text contains the magic power plan in the form of spells of rebel, repellent witchcraft, sorcery, babysitting, escaping from the bondage of debt, self defense, war ethos, worship ethos, and treatment system in Javanese culture. Fiber Kidung Ranggasutrasna belongs to the piwulang script which is presented in the form of Javanese song.Keywords: Song of Ranggasutasna; esoteric; magical power; local wisdom. Intisari Salah satu naskah Jawa yang bernilai esoteris adalah Serat Kidungan Ronggasutrasna yang disimpan oleh Yayasan Sastra Lestari Surakarta. Serat Kidungan Ronggasutasna adalah sebuah naskah Jawa yang di dalamnya terdapat sebuah teks berbentuk serat hasil tulisan Sunan Kalijaga yang disusun bersama Ronggasutrasna dan kemudian diterbitkan oleh Tan Gun Swi. Naskah ini merupakan kompilasi dari beberapa kidungan yang di antaranya Kidungan Rumeksa Ing Wengi (KRIW), Kidungan Padanghyangan (danyanghyangan para ratuning dhedhemit), dan kidung-kidung lainnya. Namun teks KRIW bukan merupakan naskah asli tulisan Sunan Kalijaga. Hal ini dibuktikan dengan adanya teks KRIW lain dalam PNRI yang disajikan dalam tulisan tangan. Serat Kidung Ranggasutrasna merupakan nyanyian 'kidungan' serat kuna yang merupakan representasi nilai-nilai esoteris dan simbolisme Islam dari pesan-pesan spiritual Kanjeng Sunan Kalijaga. Setelah penulis meneliti isi teks, penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar teks Serat Kidungan Ranggasutrasna berisi tentang piwulang kekuatan gaib yang berupa mantra-mantra tolak balak, penolak santet, tenung, penjaga bayi, kluar dari belenggu hutang, bela diri, etos perang, etos ibadah, dan sistem pengobatan dalam budaya Jawa. Serat Kidung Ranggasutrasna tergolong ke dalam naskah piwulang yang disajikan dalam bentuk tembang Jawa.Kata kunci: Kidung Ranggasutasna; esoteris; kekuatan gaib; kearifan lokal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Wägele, Heike. "Photosynthesis and the role of plastids (kleptoplastids) in Sacoglossa (Heterobranchia, Gastropoda): a short review." AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT 3, no. 1 (April 1, 2015): 1. http://dx.doi.org/10.35800/jasm.3.1.2015.12431.

Full text
Abstract:
Title (Bahasa Indonesia): Fotosintesis dan peran plastida [kleptoplastids] pada Sacoglossa [Heterobranchia, Gastropoda]: tinjauan singkat. In this manuscript I will give a short summary of our knowledge on photosyn-thesis in the enigmatic gastropod group Sacoglossa. Members of this group are able to sequester chloroplasts from their food algae (mainly Chlorophyta) and store them for weeks and months and it was assumed for a long time that they can use chloroplasts in a similar way as plants do. Only few sacoglossan species are able to perform photosynthesis for months, others are less effective or are not able at all. The processes involved are investigated now for a few years, but are still not clear. However we know now that many factors contribute to this enigmatic biological system. These include extrinsic (environment, origin and properties of the nutrition and the plastids) and intrinsic factors of slugs and algae (behaviour, physiological and anatomical properties). Plastids are not maintained by genes that might have originated by a horizontal gene transfer (HGT) from the algal genome into the slug genome, as was hypothesized for many years. We therefore have to focus our research now on other factors to understand what actually contributes to this unique metazoan phenomenon which is not yet understood. In this review, some of these new approaches are summarized. Dalam tulisan ini saya akan memberikan ringkasan singkat tentang fotosintesis pada gastropoda kelompok misterius Sacoglossa. Organisme anggota dari kelompok ini mampu menyerap kloroplas dari alga makanan mereka (terutama Chlorophyta) dan menyimpannya selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, sehingga telah diasumsikan bahwa mereka dapat menggunakan kloroplas dengan cara yang sama seperti tanaman. Hanya sedikit spesies sacoglossan dapat melakukan fotosintesis selama berbulan-bulan, yang lain kurang efektif atau tidak mampu sama sekali. Proses yang terlibat diselidiki sekarang selama beberapa tahun, namun masih belum jelas. Namun kita tahu sekarang bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap sistem biologis misterius ini. Ini termasuk ekstrinsik (lingkungan, asal dan sifat gizi dan plastida) dan faktor intrinsik siput dan ganggang (perilaku, fisiologis dan sifat anatomis). Plastida tidak dikelola oleh gen yang mungkin berasal oleh transfer gen horizontal (HGT) dari genom alga ke dalam genom slug, seperti yang dihipotesiskan selama bertahun-tahun. Oleh karena itu kita harus fokus penelitian kami sekarang pada faktor-faktor lain untuk memahami apa yang sebenarnya memberikan kontribusi terhadap fenomena ini metazoan unik yang belum dipahami. Dalam ulasan ini, beberapa pendekatan baru dirangkum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Mamat, Mohd Anuar. "Beberapa Aspek Epistemologi Islam Menurut Manuskrip Melayu Untuk Pendidikan Warga Emas: Satu Analisis Terhadap Tibyān al-Marām dan Dawā’ al-Qulūb." Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari 23, no. 3 (December 15, 2022): 96–111. http://dx.doi.org/10.37231/jimk.2022.23.3.681.

Full text
Abstract:
Menjelang 2030 warga emas di Malaysia menjangkau 15 peratus daripada jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahawa Malaysia akan bergelar negara tua dalam tempoh lapan tahun sahaja lagi. Hal ini tentunya mengundang pelbagai cabaran dan memerlukan persediaan awal dalam pelbagai sektor termasuklah bidang agama dan juga pendidikan. Dengan ini, terdapat pelbagai kajian telah dijalankan berkaitan warga emas, namun belum ditemui lagi kajian berkaitan pembelajaran Islam sepanjang hayat untuk warga emas yang memenuhi struktur pembelajaran Islam, tradisi keilmuan dan epistemologi Islam serta andragogi, sedangkan minat mereka terhadap pembelajaran amat menggalakkan. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang mereka ikuti menimbulkan pelbagai masalah dari sudut kandungan, struktur, fokus dan juga kaedah pembelajaran. Oleh itu, dengan menggunakan metode analisis kandungan, artikel ini mengemukakan analisis beberapa aspek epistemologi Islam dalam manuskrip Melayu. Dua manuskrip Melayu terpilih sebagai sampel kajian akan dianalisis secara tematik untuk melihat aspek epistemologi merangkumi konsep ilmu dan juga pembahagian ilmu. Aspek epistemologi ini amat penting dalam membentuk struktur dan kandungan pembelajaran sepanjang hayat untuk warga emas. Dapatan kajian ini seterusnya berpotensi dikembangkan dengan lebih terperinci dalam untuk membentuk kerangka pembelajaran sepanjang hayat untuk warga emas selaras dengan Dasar Warga Emas Negara (DWEN) serta Pelan Tindakan Warga Emas Negara (PWTEN). In 2030 the elderly population in Malaysia is about 15%. This indicator reveals that Malaysia will become a “Negara Tua” within next 8 years. This situation become various challenges and need to prepare regarding the religion and education sectors. Hence, there are many studies conducted related to the elderly, however the study pertaining lifelong learning for elderly based on Islamic structure and tradition, epistemology and andragogy is limited, while their passion to learning are very high. Due to this situation, it leads to a lot of problems in the content, structure and method. Therefore, based on content analysis method, this article will analyze some aspects of Islamic epistemology based on Malay manuscripts. Two selected Malay manuscripts as a research sample are chosen in analysing thematically the epistemological issues including the concept of knowledge and its classification. These epistemological issues are greatest important to construct the structure and content of lifelong learning for elderly. This finding can be further discussed in details to construct the lifelong learning for elderly in line with “Dasar Warga Emas Negara (DWEN)” and “Pelan Tindakan Warga Emas Negara (PWTEN)”
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

AFANDI, ACHMAD, NOVIE AYUB WINDARKO, BAMBANG SUMANTRI, and HANIF HASYIER FAKHRUDDIN. "Estimasi State of Charge (SoC) Ultrakapasitor menggunakan Extended Kalman Filter Berbasis Ladder Equivalent Circuit Model." ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika 10, no. 1 (January 14, 2022): 61. http://dx.doi.org/10.26760/elkomika.v10i1.61.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPenggunaan perangkat penyimpan energi semakin lama semakin meningkat pada peralatan berdaya kecil maupun besar. Baterai selama ini menjadi pilihan utama sebagai penyimpan energi. Namun akhir-akhir ini ultrakapasitor menjadi pilihan alternatif karena lifetime lebih panjang dan respon daya sesaat yang jauh lebih besar dari baterai. Pada manuskrip ini dibahas tentang estimasi nilai State of Charge (SoC) pada ultrakapasitor. Estimasi dilakukan berdasarkan rangkaian ekivalen ladder. Extended Kalman Filter adalah metode estimasi yang handal terhadap sistem dinamis dan tidak memerlukan banyak memori. Estimasi menggunakan metode Extended Kalman filter yang ditanamkan pada sistem embedded untuk mengantisipasi kondisi non-linier pada ultrakapasitor. Ultrakapasitor diuji dengan kondisi charging dan discharging. Hasil pengujian menunjukkan, kinerja metode dibandingkan antara data simulasi dan percobaan dengan perbedaan hasil sebesar 6%.Kata kunci: State of Charge, Metode Extended Kalman Filter, Ultrakapasitor ABSTRACTThe use of energy storage devices is increasing in both small and large power equipment. Batteries have been the main choice for energy storage. However, recently ultracapacitors have become an alternative choice because of a longer lifetime and a much larger instantaneous power response than batteries. This manuscript discusses the estimation of the State of Charge (SoC) value on the ultracapacitor. Estimates are made based on a ladder equivalent circuit. Extended Kalman Filter is a reliable estimation method for dynamic systems and does not require a lot of memory. The estimation uses the Extended Kalman filter method implemented in embedded system to anticipate non-linear conditions on the ultracapacitor. Ultracapacitors were tested under charging and discharging conditions. The test results show that the performance of the method is compared between simulation and experimental data with a difference of 6% in results.Keywords: State of Charge, Metode Extended Kalman Filter, Ultrakapasitor
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Wafa, Mohammad Zainul. "Kritik KH. Bisri Musthofa Atas Problem Modernitas Dalam Naskah Syi'ir Mitra Sejati." International Journal of Pegon : Islam Nusantara civilization 11, no. 03 (November 30, 2023): 167–85. http://dx.doi.org/10.51925/inc.v11i03.102.

Full text
Abstract:
This research aims to identify criticism of modernity contained in the syi'ir Mitra Sejati written by KH. Bisri Musthofa. The research method used is a descriptive qualitative approach with text analysis. This research is a literature study using the Mitra Sejati manuscript as the research object. The analysis was carried out by adopting a literary sociology perspective with the theory of social criticism of modernity which was interpreted through Hans-Georg Gadamer's hermeneutic approach. The research results show that Kiai Bisri Musthofa raises issues that are considered to have arisen as a result of rapid changes in times. This includes concerns about the decline in morals or values ​​within each individual, rapid social change, and cultural shifts. Kiai Bisri in general really encourages progress in everyone. However, he also warned against falling into negative behavior which is the social impact of current developments. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kritik terhadap modernitas yang terdapat dalam syi'ir Mitra Sejati yang ditulis oleh KH. Bisri Musthofa. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis teks. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan menggunakan naskah Mitra Sejati sebagai objek penelitian. Analisis dilakukan dengan mengadopsi perspektif sosiologi sastra dengan teori kritik sosial terhadap modernitas yang diinterpretasikan melalui pendekatan hermeneutik Hans-Georg Gadamer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kiai Bisri Musthofa mengangkat isu-isu yang dianggap muncul akibat perubahan zaman yang cepat. Hal tersebut mencakup kekhawatiran terhadap penurunan moral atau nilai-nilai dalam diri setiap individu, perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat, dan pergeseran budaya. Kiai Bisri secara umum sangat mendorong adanya kemajuan pada diri setiap orang. Namun, beliau juga memberi peringatan agar tidak terjerumus dalam perilaku negatif yang merupakan dampak sosial dari perkembangan zaman.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Buda, Attila, and Anna Tüskés. "Horatius, Ovidius és Vergilius művei a fóti Károlyi-kastély egykori és a keszthelyi Festetics-kastély ma is látogatható Helikon könyvtárában." Magyar Könyvszemle 133, no. 2 (November 7, 2017): 174–96. http://dx.doi.org/10.17167/mksz.2017.2.174-196.

Full text
Abstract:
The aim of the study is the analysis of the presence of the three classic Latin author’s works in two aristocratic libraries of the 18th–19th centuries. The motivations of reading and collecting books are similar and more catalogues make possible the comparison of the two collections. The members of the Károlyi family were significant in distributing education and culture in the 17th-18th centuries. Two remaining manuscript catalogues (1830, 1843) shows that the Fót library was a live collection throughout its existence. It was constantly growing and diminishing, it served to entertain and inform its owners. Therefore seeking philological or bibliophile aspects in its composition is not worthwhile. Concerning the items of the manuscript catalogues: the subsequent researcher can more or less identify the individual works based on the fragmented descriptions but doesn’t hold the copy that served as a base for the previous categorisation. The two library catalogues can surely be linked to István Károlyi who studied in the Piarist high school in Vienna, later in Pest. The first catalogue contains one edition of Horace and two of Virgil, the second attests eight Horace, three Ovid and seven Virgil. The Keszthely Library is a baronial library like the one in Fót. For the Festetics family, who moved to Keszthely in the second half or the 1740s, books were important. The Hungarian National Archives conserves twelve library catalogues of the Festetics estates in one and a half century, between 1746 and 1894. On the basis of these twelve catalogues, five Horatius, twelve Ovidius- and five Vergilius-editions can be identified from the 16th–18th-centuries. The currant collection contains also several 19th-century editions. In the Helikon Library of the Festetics Castle there is an unpublished two sheet print in Hungarian and German, titled ‘The adaptation of Virgil’s known poems for the Hungarian coronation”. The distich believed to be written by Virgil, the starting point of the pamphlet published in Pest in the printing house of Mátyás Trattner in 1792, on the coronation of Ferenc I. The version of the poem adapted for the coronation is as follows: “Rain by night: We are crowning our King in the morning: / With Nature shares thus our beloved Ferenc”. And in German: “Des Nachts ein Regen: des Morgens fröhliche Krönung: / So theilt Theurer FRANZ mit dir die Zeit – die Natur ein.” At the bottom of the sheet this note can be read: “NB. That all happened like so, can those present in Buda and Pest attest.” As a work of propaganda it is intended to bolster the image of the king himself. The epigram ascribed to Vergil by the so-called Vita Vergilii by Donatus was frequently used in the Middle Ages. The hexameter furnishes the standard example for 'spectaculum' in the Latin grammar manuals. It was imitated for example in the Silva by the Milanese doctor and humanist Bernardino Rincio which narrates the splendid festival of the reign of Francis I, the Bastille festival of 1518. “Luce pluit tota, redeunt spectacular nocte, Imperium iunctum cum Iove Rex habeas.” “It has rained throughout the day, the spectacles return with the night, may you O King have your empire joined with Jupiter.”
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Fuady, Farkhan, and Nur Alfianti. "Jejak Pemikiran Abu Mansur Al Maturidi dan Abu Lais Al-Samarqandi tentang Keimanan." Jurnal Pemikiran Islam 2, no. 1 (December 5, 2021): 119. http://dx.doi.org/10.22373/jpi.v2i1.11237.

Full text
Abstract:
Faith is the main foundation for every Muslim. In the world of Islamic thought, there are many figures who review faith. Among these figures are Abu Mansur Al Maturidi and Abu Lais Al Samarqandi. Of the two figures, there is a book by Abu Lais entitled Bahjatul 'Ulum Fi al-Syarh bi Bayani Aqidah al-Usul which discusses the concept of faith. The study used qualitative methods, with a literature review approach. Philological studies are also used to study a manuscript or book written in the past. Sources of research data are obtained from books, scientific articles, and trusted websites. In this study, it was found several points about the concept of faith of the two figures, namely the concept of faith of these two figures were equally influenced by the Imam Hanafi or Hanafiah schools but in the elaboration of the concept of faith Abu Mansur Al Maturidi tends to use logic while Abu Lais Al Samarqandi tends to textual provisions. So in this study found differences and similarities about the concept of faith of the two figures.AbstrakKeimanan merupakan fondasi utama bagi setiap muslim. Dalam dunia pemikiran Islam, terdapat banyak tokoh yang mengulas tentang keimanan. Diantara tokoh tersebut adalah Abu Mansur Al Maturidi dan Abu Lais Al Samarqandi. Dari kedua tokoh tersebut terdapat kitab karya Abu Lais yang berjudul Bahjatul ‘Ulum Fi al-Syarh bi Bayani Aqidah al-Usul yang membahas konsep keimanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan literature review. Kajian filologi juga digunakan untuk mengkaji suatu manuskrip atau kitab yang ditulis dimasa lampau. Sumber data penelitian didapatkan dari buku, artikel ilmiah, maupun website yang terpercaya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa poin tentang konsep keimanan dari kedua tokoh, yaitu konsep keimanan yang sama-sama dipengaruhi oleh madzhab Imam Hanafi atau hanafiah, namun dalam penjabaran mengenai konsep keimanan Abu Mansur Al Maturidi cenderung menggunakan logika sedangkan Abu Lais Al Samarqandi cenderung pada ketetapan nash. Sehingga dalam penelitian ini ditemukan perbedaan dan persamaan tentang konsep keimanan dari kedua tokoh tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Fauzan, Pepen Irpan, and Ahmad Khoirul Fata. "SERAT CABOLEK, SUFISM BOOK OR IDEOLOGY DOCUMENTS OF JAVANESE PRIYAYI?" EL HARAKAH (TERAKREDITASI) 20, no. 1 (June 1, 2018): 65. http://dx.doi.org/10.18860/el.v20i1.4674.

Full text
Abstract:
<p><em>Many researches concern with the dialectic between Islam and tradition of Java. One of them is Soebardi studying Serat Cabolek, a manuscript that illustrated the dialectic between Islam and Javanese tradition in 18/19th century. Through philological studies Soebardi has produced a PhD thesis at The Australia National University (1967), and published in 1975 under title “The Book of Cabolek”. This book should be appreciated for having presented an important study on Islam and Java. Yet, it also needs to be studied more deeply through historical studies in order to obtain clearer information about the context. This article attempts to give a short review about the content of the book, and gives a critical explanation based on its socio-historical perspective. The result is that the story in Serat Cabolek is a construction of Javanese Priyayi on their history. It is an upscale historical document, to strengthen the king’s position as Panatagama.</em></p><p><br /><em>Dialektika Islam dan tradisi Jawa menarik perhatian banyak peneliti. Salah satunya adalah Soebardi yang mengkaji Serat Cebolek, sebuah naskah yang dianggap menjadi gambaran dialektika Islam-Jawa abad 18/19 M. Melalui kajian filologis Soebardi menghasilkan karya disertasi di Australia National University tahun 1967, dan diterbitkan dengan judul “The Book of Cabolek” pada 1975. Buku ini patut diapresiasi karena telah menyajikan satu teks yang penting bagi studi Islam dan Jawa. Namun juga perlu ditelaah melalui penelusuran sejarah untuk memahami konteksnya agar informasi yang didapat lebih lengkap. Tulisan ini berusaha memberikan ikhtisar tehadap isi buku tersebut dengan disertai penjelasan kritis berdasarkan perspektif sosio-historisnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa kisah yang terdapat dalam Serat Cebolek merupakan konstruksi priyayi mengenai realitas sejarah. Serat ini adalah dokumen sejarah sosial kelas atas, sebagai simbol peneguhan kepentingan raja sebagai panatagama.</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

MOHD NAZMI MOHD KHALLI and MUHAMMAD FARID AZLAN HALMI. "ANALISIS BIBLIOMETRIK KAJIAN SAINS SOSIAL DI UNIVERSITI MALAYSIA SABAH (UMS) DALAM PANGKALAN DATA SCOPUS SEHINGGA TAHUN 2021." MANU Jurnal Pusat Penataran Ilmu dan Bahasa (PPIB) 34, no. 1 (June 23, 2023): 1–18. http://dx.doi.org/10.51200/manu.v34i1.4388.

Full text
Abstract:
Universiti Malaysia Sabah (UMS) menjadi mercu kemegahan dan kebanggaan negeri Sabah dalam sektor pendidikan. Hal ini membuktikan bahawa negeri Sabah mampu menyediakan institusi pendidikan awam kepada rakyat Sabah demi memperoleh pendidikan yang baik dan setaraf dengan negeri-negeri yang lain. Salah satu cabaran UMS dalam menjunjung nama di persada Malaysia mahupun antarabangsa adalah melalui penerbitan. Tentunya, penerbitan yang berimpak menjadi taruhan UMS untuk mempamerkan kewujudannya sebagai salah sebuah institusi pendidikan yang terbaik di Malaysia. Justeru, kajian membincangkan penerbitan dalam bidang sains sosial berdasarkan rekod yang diperoleh dari pangkalan data Scopus bermula dari penubuhan awal UMS hingga tahun 2021. Kajian menggunakan analisis bibliometrik dengan menggarap 1,308 rekod penerbitan dalam pangkalan data Scopus melalui pencarian kata kunci. Hasil kajian mendapati penerbitan dalam bidang sosial sains bagi UMS masih perlu diusahakan dalam menerbitkan manuskrip dalam jurnal-jurnal berindeks Scopus. Pemetaan kajian menggunakan VOSviewer menunjukkan bahawa dalam rekod kata kunci kluster sains sosial, kebanyakan penyelidik adalah dalam kluster ekonomi, psikologi, kesusasteraan, kewangan dan geografi. Namun, adalah sangat terhad didapati dalam kluster sejarah, budaya, agama dan sebagainya untuk mewujudkan kluster yang signifikan setanding dengan kluster-kluster yang lain. Kajian ini adalah berbentuk laporan penerbitan yang diperoleh melalui pangkalan data Scopus yang bertujuan untuk melihat kerancakan penyelidik dalam menerbitkan manuskrip mereka dalam jurnal-jurnal berindeks Scopus. Implikasi kajian dapat dijadikan rujukan awal kepada penyelidik mendatang untuk menghasilkan penyelidikan yang berkualiti. Universiti Malaysia Sabah (UMS) has become a beacon of splendour and pride for the state of Sabah in education sector. This proves that Sabah can provide public education institutions for the Sabah’s’ people to obtain a good education that is on par with other states. One of UMS’s challenge in upholding its name on the Malaysian and international scene is through publication. Of course, impactful publications are UMS’ best to showcase its existence as one of the best educational institutions in Malaysia. Therefore, this study aims to discuss publications in the field of social sciences based on records obtained from the Scopus database from the initial establishment of UMS until the year 2021. The study uses bibliometric analysis by working on 1,308 publication records in the Scopus database through keyword searches. The study found that publications in the social science field for UMS still need to be worked on in publishing manuscripts into Scopus-indexed journals. Research mapping via VOSviewer reveals that most researchers in the social science cluster keyword records are in the economics, psychology, literature, finance, and geography clusters. However, it is very limited in the cluster of history, culture, religion, and others to create a significant cluster with other clusters. This study is a publication report obtained through the Scopus database, which aims to see the momentum of researchers in publishing their manuscripts in Scopus-indexed journals. Their next stage of producing quality research
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography