To see the other types of publications on this topic, follow the link: Lampung (Indonesia). Dinas Pekerjaan Umum.

Journal articles on the topic 'Lampung (Indonesia). Dinas Pekerjaan Umum'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Lampung (Indonesia). Dinas Pekerjaan Umum.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Sinia, Ria Oktaviani, and Gatot Eko Susilo. "STUDI KEBUTUHAN NYATA AIR BERSIH PER KAPITA PADA KOTA BANDAR LAMPUNG." Jurnal Profesi Insinyur Universitas Lampung 2, no. 1 (June 1, 2021): 1–8. http://dx.doi.org/10.23960/jpi.v2n1.53.

Full text
Abstract:
Sebagaimana telah diketahui bahwa seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah kebutuhan akan air bersih yang harus terpenuhi juga besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) menyelidiki besaran jumlah kebutuhan air bersih per kapita di Kota Bandar Lampung; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan air bersih di Kota Bandar Lampung; (3) menghitung jumlah biaya konsumsi air bersih; (4) Melakukan perbandingan hasil penelitian mengenai besaran kebutuhan air bersih dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik itu penelitian di negara Indonesia maupun penelitian yang berasal dari negara lain. Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kota Bandar Lampung yang secara administrasi memiliki 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Pengumpulan data kebutuhan air bersih dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada 126 rumah tangga secara acak. Berdasar pada hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Jumlah kebutuhan air bersih per kapita Kota Bandar Lampung adalah 130,44 ltr/org/hr. (2) Besaran jumlah kebutuhan air bersih pada Kota Bandar Lampung dipengaruhi beberapa hal sebagai berikut, yakni: jumlah anggota keluarga, status pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah kepemilikan kendaraan, dan kemudahan mendapatkan air. (3) Biaya yang dibayarkan setiap bulannya untuk pemenuhan kebutuhan air bersih pada Kota Bandar Lampung berkisar antara Rp.127.267,00 sampai dengan Rp.187.449, 00. (4) Hasil yang didapat pada penelitian ini jauh berbeda dengan hasil pada penelitian Kindler and Russel (1984) yang menyatakan bahwa penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga adalah sebesar 295 ltr/org/hr, namun hasil yang didapat pada penelitian ini mendekati Kriteria Perencanaan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum Tahun 1996, yang menyatakan bahwa pada Kota Besar yang memiliki penduduk berkisar antara 500.000 jiwa – 1.000.000 jiwa, kebutuhan air domestiknya adalah 120– 150 ltr/org/hr.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Yelita Anggiane Iskandar, Nur Layli Rachmawati, Thifally Ananda Kusmanto, Marcheliana Martha Uffi Karwayu, Putri Ramadina, and Samuel Putra Goldvist Sinaga. "Penentuan Restorasi Jalan di Lampung Tengah Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process." IKRA-ITH Teknologi Jurnal Sains dan Teknologi 8, no. 2 (July 1, 2024): 39–46. http://dx.doi.org/10.37817/ikraith-teknologi.v8i2.3251.

Full text
Abstract:
Jalan merupakan sarana transportasi yang menghubungkan berbagai lokasi, termasuk tempat wisata,industri, pertanian, pemukiman, dan sebagai alat penyaluran untuk memperluas skala ekonomi negara.Dalam konteks pembangunan, infrastruktur menjadi kunci penting, dan salah satu aspek vitalnya adalahjalan raya. Di Indonesia, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga bertanggung jawab terhadap pengelolaaninfrastruktur jalan namun sering menghadapi kendala anggaran dalam memperbaiki jalan yang rusak akibattingginya intensitas kendaraan yang lalu lalang. Provinsi Lampung memainkan peran penting sebagai jalurpenghubung antar provinsi di Pulau Sumatera. Jalur-jalur provinsi di sana sering dilalui oleh kendaraanberat karena menjadi jalur utama yang menghubungkan berbagai daerah di sekitarnya. Salah satu ruas jaluryang sangat penting adalah jalan Rumbia-Lampung Tengah, yang saat ini mengalami kerusakan parah.Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan prioritasperbaikan ruas jalan. Kriteria yang digunakan meliputi situasi jalur, perkerasan jalur, status jalur, guna jalur,dan kategori jalur. Hasil analisis menunjukkan bahwa situasi jalur memiliki bobot tertinggi yaitu 0,345,berdasarkan pendapat dari 5 responden ahli. Metode pengumpulan data melibatkan studi literatur danpendistribusian kuesioner lalu pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi Expert Choice. Analisissensitivitas menunjukkan bahwa hasil prioritas perbaikan jalan tidak berubah secara signifikan jika terjadiperubahan data sebesar 10%. Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam memaksimalkan alokasianggaran yang terbatas untuk perbaikan jalan di wilayah Kecamatan Rumbia, Lampung Tengah, Indonesia,yang akan membantu meningkatkan mobilitas masyarakat dan menjamin keselamatan pengguna jalan sertamendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Hamonangan, Indra, Dikpride Despa, and Aleksander Purba. "Matriks Pemilihan Jenis Bangunan Pengganti Pada Konstruksi Jalan Tol (Studi Kasus : Penggantian Konstruksi Timbunan Pada Area Garis Sempadan Sungai)." Jurnal Profesi Insinyur Universitas Lampung 4, no. 2 (December 2, 2023): 143–48. http://dx.doi.org/10.23960/jpi.v4n2.110.

Full text
Abstract:
Pembangunan infrastruktur seperti konstruksi jalan tol merupakan salah satu tujuan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dimana tujuan dan manfaat dalam penyelengaraan pembangunan jalan tol merupakan salah satu wujud untuk menciptakan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan sosial. Jalan Tol Trans Sumatera adalah jaringan Jalan Tol sepanjang 2.818 Km yang merupakan terpanjang di Indonesia untuk saat ini. Pembangunan Jalan Tol yang menghubungkan kota-kota mulai dari Lampung hingga Aceh. Kehadiran Pembangunan Ruas Jalan Tol Kuala Tanjung – Inderapura sepanjang 18,05 Km yang terletak di Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara, merupakan koneksi menghubungkan Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung dan Industrial Estate, sehingga akses pendistribusian logistik dari Kota Medan ke kawasan industri sekitarnya hingga ke pelabuhan menjadi semakin lebih mudah dan cepat. Dalam konstruksi pembangunan Jalan Tol di Kuala Tanjung – Inderapura memiliki tipikal desain yang hampir sama dengan konstruksi Jalan Tol lainnya, seperti perkerasan jalan menggunakan Rigid Pavement, Bangunan Struktur Jembatan, Struktur Overpass dan Bangunan Crossing Air (Box Culvert). Setelah ada surat permohonan perubahan konstruksi oleh dinas terkait, tim pelaksanaan konstruksi melakukan pengecekkan bersama oleh 3 (tiga) pihak yaitu Owner, Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana, terdapat Aliran Sungai Sei Sipare-pare beserta Tanggul Buatan dan Tanggul Alami yang melintasi Trase Jalan Tol yang akan dibangun. Dari desain awal konstruksi yang akan dibangun sebagai oprit dari jembatan pendekat sungai adalah Timbunan Tinggi dengan tipe perkerasan Rigid Pavement, dan kemudian terjadi penolakan desain konstruksi dari pihak Dinas BBWS dan Bupati setempat terkait timbunan pendekat sungai Sei Sipare-pare. Dikarenakan di Sungai Sei Sipare-pare memiliki Tanggul Buatan dan Tanggul Alami yang merupakan Garis Sempadan Sungai yang tidak bisa sebagai ruang penyalur banjir, sehingga perlu dilalukan reviu ulang desain dengan metode matriks pemilihan penggantian jenis konstruksi lainnya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Naswati, Wawat, Ana Mariza, Anggraini Anggraini, and Ledy Octaviani Iqmy. "Factors Related To Providing Early MPASI To Babies Aged 0-6 Months." JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) 10, no. 1 (January 27, 2024): 28–34. http://dx.doi.org/10.33024/jkm.v10i1.12547.

Full text
Abstract:
Latar belakang : Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2021) 52,5% atau hanya setengah dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia, atau menurun 12 persen dari angka di tahun 2019. Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Lampung pada tahun 2021 bayi yang diberikan MPASI sampai usia 6 bulan hanya (32,2%). Dari data Desa Sidokayo juga menyebutkan angka kejadian diare pada bayi umur kurang dari 1 tahun pada tahun 2022 meningkat sebanyak 39 kasus, sedangkan pada bulan Januari hingga Februari 2022 terdapat 8 kasus diare bayi dalam 1 bulan. Dan dari 8 kasus tersebut bayi yang terkena diare kebanyakan dari mereka telah diberikan MP ASI sebelum usia 6 bulan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apasaja yang berhubungan dengan diberikannya MPASI dini pada anak usia 0-6 bulan di Desa Sidokayo Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara Tahun 2023. .Metode penelitian : penelitian ini merupakan survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang berjumlah 40 bayi. Tehnik sampling dengan Total Sampling yaitu sebanyak 40 bayi. Cara pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat (chi square).Hasil penelitian ada hubungan hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan dengan diberikannya MPASI dini pada anak usia 0-6 bulan.Kesimpulan Berdasarkan hasil univariat menujukkan distribusi frekuensi pengetahuan ibu yang baik (52,5%), Pendidikan tinggi (52.5%), ibu yang bekerja (52.5%) dan responden yang memberikan MPASI dini sebanyak 57.5%. Hasil bivariat didapatkan bahwa dari tiga variabel yang diteliti yaitu pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan diperoleh p = 0,001, 022 ≤ α = 0,05, , maka ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan dengan diberikannya MPASI dini pada anak usia 0-6 bulan. Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuan dengan media yang ada, seperti internet, youtube, leflet dan lain sebagainya.Saran Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan kesehatan tentang MP-ASI terutama kepada ibu dengan pendidikan rendah dan atau ibu yang bekerja Kata kunci : MPASI Dini, Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan ABSTRACT Background : According to Basic Health Research data (RISKESDAS, 2021) 52.5% or only half of the 2.3 million babies aged less than six months are exclusively breastfed in Indonesia, a 12 percent decrease from the 2019 figure. According to the Lampung Provincial Health Office in 2021, only 32.2% of infants were given complementary foods until 6 months of age. Data from Sidokayo Village also states that the incidence of diarrhea in infants aged less than 1 year in 2022 increased by 39 cases, while in January to February 2022 there were 8 cases of infant diarrhea in 1 month. And of the 8 cases of infants affected by diarrhea, most of them had been given MP ASI before the age of 6 months. This study was conducted to determine what factors are associated with early complementary feeding in children aged 0-6 months in Sidokayo Village, Abung Tinggi District, North Lampung Regency in 2023. .Research method : this research is an analytical survey using a cross sectional approach. The population in this study were all mothers who had babies aged 0-6 months totaling 40 babies. The sampling technique with Total Sampling is as many as 40 babies. How to collect data with a questionnaire. The analysis used was univariate and bivariate analysis (chi square).The results showed that there was a relationship between knowledge, education and work with the provision of early solidity in children aged 0-6 months.Conclusion Based on the univariate results, the frequency distribution of good maternal knowledge (52.5%), high education (52.5%), working mothers (52.5%) and respondents who gave early solids as much as 57.5%. The bivariate results showed that of the three variables studied, namely knowledge, education and work, p = 0.001, 022 ≤ α = 0.05, so there is a relationship between knowledge, education and work with early complementary feeding in children aged 0-6 months . It is expected for the community to further increase knowledge with existing media, such as the internet, YouTube, leaflets and so on.Suggestions It is hoped that health workers can provide health counseling about complementary foods, especially to mothers with low education and or working mothers. Keywords : Early complementary feeding, knowledge, education, work
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Hendri, Hendri, and Niko Melsandi. "Pengaruh Pengawasan dan Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Lampung Selatan." Jurnal Relevansi : Ekonomi, Manajemen dan Bisnis 4, no. 1 (June 1, 2020): 21–28. http://dx.doi.org/10.61401/relevansi.v4i1.35.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pengawasan dan Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Lampung Selatan. Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan aasosiatif. Dalam penelitian ini populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Lampung Selatan yang berjumlah 88 orang, dimana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian dengan menggunakan metode sampel jenuh maka sampel yang digunakan sebanyak 88 orang. Data dianalisis menggunakan uji asumsi klasik, regresi linear berganda, uji hipotesis dan uji koefisien determinasi. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 24. Hasil penelitian didapatkan Pengawasan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja. Kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Lampung Selatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Ardiansyah, Rifky, Sutiyo Sutiyo, and Sri Sundari. "PENATAAN ORGANISASI: STUDI PADA DINAS PENGAIRAN DAN PEKERJAAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG TIMUR." Administratio: Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan 9, no. 1 (June 1, 2018): 29–41. http://dx.doi.org/10.23960/administratio.v9i1.62.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Arsanti, Nina, Raditee Husin, and Sodirin Sodirin. "Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Provinsi Lampung." Jurnal Manajemen Mandiri Saburai (JMMS) 2, no. 04 (February 11, 2020): 57–64. http://dx.doi.org/10.24967/jmms.v2i04.561.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Hasanah, Uswatun, and Siti Mujanah. "THE EFFECT OF SERVANT LEADERSHIP, SELF-AWARENESS, AND COMPETENCE ON ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND PERFORMANCE OF EMPLOYEES OF PUBLIC WORKS IN BANGKALAN DISTRICT." Ekspektra : Jurnal Bisnis dan Manajemen 4, no. 2 (November 5, 2020): 136–46. http://dx.doi.org/10.25139/ekt.v4i2.3136.

Full text
Abstract:
The purpose of this study was to analyze the effect of Servant Leadership, Self-Awareness and Competence on Organizational Commitment and Performance of Employees of Dinas Pekerjaan Umum, Bangkalan State. Indonesia. Sample in this study was 82 Employees of Dinas Pekerjaan Umum, Bangkalan State which gather using the Purposive Sampling technique. Data collection methods used survey techniques with questionnaires as instruments, and data analysis methods used PLS (Partial Least Square). The results of this study indicate that Servant Leadership, Self Awareness, and Competence has a significant effect on Organizational Commitment, Further analysis shows that Servant Leadership has a significant influence on the Performance, but Self Awareness Competence has not significant effect on the Performance, eventhouth Organizational Commitment has significant impact on the Performance, its mean that servant leadership and self awareness has important role on increasing the performance of the employees.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Peryanto, Yudi, Kuswarak Kuswarak, and Maria Elina. "Pengaruh Deskripsi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Kabupaten Lampung Barat." Jurnal Manajemen Mandiri Saburai (JMMS) 2, no. 04 (February 11, 2020): 26–33. http://dx.doi.org/10.24967/jmms.v2i04.556.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Faizal, Lut, and Ismail Ismail. "Sistem Pendukung Keputusan Prioritas Perbaikan Jalan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar." Jurnal Ilmiah Sistem Informasi dan Teknik Informatika (JISTI) 7, no. 1 (April 14, 2024): 36–45. http://dx.doi.org/10.57093/jisti.v7i1.188.

Full text
Abstract:
Jalan merupakan infrastruktur krusial yang berperan dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan di Indonesia. Namun, masih ada beberapa ruas jalan di Kota Makassar mengalami kerusakan. Dinas PU Kota Makassar terbatas dalam memperbaiki semua jalan yang rusak karena keterbatasan dana. Proses penilaian yang masih dilakukan secara manual menyebabkan upaya perbaikan jalan kurang efektif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan sistem pendukung keputusan yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan terkait perbaikan jalan. Penelitian ini menggunakan Metode Multi Factor Evaluation Process (MFEP), observasi, wawancara, dan studi kepustakaan dalam pengembangan sistem. Aplikasi ini dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman Delphi dan database MySQL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode MFEP mampu menghasilkan keputusan prioritas perbaikan jalan yang konsisten, memberikan kontribusi terhadap pengambilan keputusan perbaikan infrastruktur jalan di Kota Makassar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Amiruddin, Amiruddin, Samsiah Samsiah, and Sri Handayani. "Peningkatan Kemampuan Administrator Kelurahan Karang Mulia Melalui Pelatihan Korespondensi." Jurnal Pengabdian Dharma Laksana 6, no. 1 (July 20, 2023): 328. http://dx.doi.org/10.32493/j.pdl.v6i1.32215.

Full text
Abstract:
Administrasi secara luas merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu tim kerja untuk mencapai tujuan tertentu. Keberadaan administrasi dapat membantu memudahkan pekerjaan yang bersifat formal maupun non-formal. Dalam pengelolaan data, oleh karena itu orang-orang yang berkecimpung dalam dunia kerja khususnya bagian perkantoran hendaknya memiliki kemampuan administrasi yang handal, hal inilah yang menjadi dasar kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oeh tim dosen IISIP YAPIS BIAK Mitra Pegabdian Kepda Masyarakat (PKM) ini adalah Kantor Kampung Karang Mulia Masalahnya adalah: (1) kurangnya pengetahuan tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas (2) kurang keterampilan tentang korespondensi atau surat menyurat (3) belum ada pedoman baku tentang tata naskah dinas pada Kantor Kampung Karang Mulia dan (4) kurangnya Sumber daya Manusia (SDM) terlatih yang menguasai pedoman tata naskah/ korespondensi dengan baik. Sasaran eksternal adalah terciptanya prosedur pelayanan administrasi yang sesuai dengan pedoman surat menyurat atau korespondensi Bahasa Indonesia yang baik . Metode yang digunakan adalah: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan pendampingan. Hasil yang dicapai adalah (1) mitra memiliki pengetahuan tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas, (2) mitra memiliki keterampilan tentang Pedoman Umum korespondensi, (3) mitra memiliki sumber refrensi baku tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas dan korespondensi (4) Mitra memperoleh kesempatan meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kantor KampungKarang Mulia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Hariyanto, Dedi, and Rita Kesumawati. "Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Unit Pemeliharaan JalanDan Jembatan Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat." JURNAL MANAJEMEN MOTIVASI 12, no. 1 (February 27, 2017): 641. http://dx.doi.org/10.29406/jmm.v12i1.435.

Full text
Abstract:
Kemajuan suatu Daerah dapat dilihat dan diukur dari ketersedian dan kemajuan infrastrukturnya seperti Prasarana Jalan, Jembatan, Gedung dan Perumahan, Pelabuhan Laut, Bandar Udara, Pasar sebagai Pusat Ekonomi, Prasarana Kesehatan, Irigasi dan Air Bersih, Prasarana Kesehatan dan Prasarana Dasar lainnya. Ketersediaan dan Penggunaan Infrastruktur tersebut diatas sangat erat kaitannya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) baik sebagai Pembuat maupun sebagai Penggunanya. Di Indonesia, salah satu Kementrian yang bertanggung jawab terhadap Pembangunan dan Ketersedian salah satu Prasarana diatas khususnya dibidang Jalan, Jembatan, Gedung dan Perumahan serta Irigasi dan Air Bersih adalah Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dan khusus untuk Daerah Provinsi Kalimantan Barat kewenangannya ada di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh pegawai Unit Pemeliharaan Jalan dan Jembatan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat yang berjumlah 68 orang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Sederhana. Berdasarkan Analisis Regresi Linear Sederhana diperoleh persamaan regresi Ŷ78,693 + 0,053X yang artinya jika tidak ada peningkatan nilai motivasi kerja, maka nilai kinerja pegawai adalah 78,693. Nilai koefisien regresi sebesar 0,053 menyatakan bahwa jika nilai motivasi kerja di tingkat 1 satuan, maka nilai kinerja pegawai sebesar 0,053. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan Uji-F diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,205. sedangkan Ftabel diperoleh nilai sebesar 3,99. Jadi diperoleh hasil bahwa Fhitung<Ftabel atau 0,205<3,99), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan antara Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai Unit Pemeliharaan Jalan dan Jembatan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil Uji Koefisien Diterminasidiperoleh nilai R = 0, 056 dan nilai (Rsquare) sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan pengertian bahwa Kinerja Pegawai (Y) dipengaruhi sebesar 0,3% (0,003 x 100%) oleh Motivasi Pegawai (X), sedangkan sisanya sebesar 99,7% (100% - 0,3%) dipengaruhi oleh faktor lain dan karena kecilnya angka tersebut berarti mempunyai hubungan lemah antara kedua variabel.Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi diperoleh nilai korelasi sebesar 0,056 artinya terdapat hubungan antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai sebesar 0,056 dengan kekuatan hubungannya lemah. Kata kunci : Motivasi Kerja, Kinerja Pegawai, Analisis Regresi Sederhana.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Rita, Eva, Nasfryzal Carlo, and Nandi. "PENYEBAB DAN DAMPAK KETERLAMBATAN PEKERJAAN JALAN DI SUMATERA BARAT INDONESIA." JURNAL REKAYASA 11, no. 1 (January 13, 2022): 27–37. http://dx.doi.org/10.37037/jrftsp.v11i1.94.

Full text
Abstract:
Pada tahun 2018, Dinas Pekerjaan Umum dan Perencanaan Tata Ruang Provinsi Sumatera Barat, Indonesia memiliki 24 paket pekerjaan kontruksi jalan. Hanya 33.3% yang selesai tepat waktu dan sisanya 66.7% mengalami keterlambatan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan penyebab keterlambatan dan dampak yang ditimbulkan. Metoda yang dipakai adalah deskritif evaluatif dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner dibuat menggunakan skala Likert 1 sampai dengan 5 dalam form aplikasi google dan didistrusikan melalui WhatsApp. Sebanyak 33 orang responden berpartsisipasi mewakili owner, kontraktor, dan konsultan. Hasil kuesioner dianalisis secara statistik menggunakan SPPS. Ditemukan 10 faktor utama penyebab keterlambatan dengan urutan sebagai berikut kekurangan material, pembebasan lahan, manajamen lapangan kontraktor, perencanaan dan penjadualkan yang tidak efektif, kesulitan keuangan kontraktor, kesalahan disain, kurangnya peralatan, rendahnya sumberdaya manusia kontraktor, kondisi lapangan proyek yang tidak terduga dan peralatan yang rusak. Akibat keterlambatan tersebut terjadi pembengkakan biaya, pertambahan waktu, dan pelanggaran kontrak. Hasil studi ini sangat bermanfaat bagi pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pekerjaan jalan untuk melakukan perbaikan manajemen sehingga faktor keterlambatan tersebut dapat dihilangkan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Pratiwi, Tia Nanda, and Faruk Ulum. "Substantive Test pada Dinas Peternakan Lampung Selatan menggunakan Framework Cobit 5 DSS03 (Inseminasi Buatan)." Jurnal Tekno Kompak 18, no. 2 (May 5, 2024): 344. http://dx.doi.org/10.33365/jtk.v18i2.4119.

Full text
Abstract:
Dalam era digital saat ini, penerapan teknologi informasi (TI) telah menjadi esensial dalam hampir semua sektor, termasuk pertanian dan peternakan. Dinas Peternakan Lampung Selatan memiliki tanggung jawab besar dalam meningkatkan efisiensi operasionalnya, salah satunya dengan memberikan akses informasi yang memadai kepada dokter hewan dan paramedik di Indonesia. Konsep kepuasan pengguna (customer satisfaction) menjadi krusial dalam konteks layanan e-service, seperti yang diimplementasikan melalui aplikasi iSIKHNAS. Ekspektasi akan kepuasan pengguna tercermin dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) penerapan iSIKHNAS yang disahkan melalui SK Menteri Pertanian No. 559 Tahun 2022. Fokus khusus pada Dinas Peternakan Lampung Selatan merupakan penting mengingat perannya dalam pengelolaan sektor peternakan di Lampung, pusat produksi ternak yang signifikan. Penelitian ini mengeksplorasi penerapan substantive testing dengan menggunakan framework COBIT 5, terutama dalam domain DSS03 (Manage Problems), untuk memastikan keamanan dan kehandalan sistem informasi yang digunakan dalam proses inseminasi buatan (IB). COBIT 5 memberikan panduan sistematis dalam pengelolaan dan pengendalian TI untuk mencapai tujuan strategis organisasi. Substantive testing menjadi metodologi audit yang penting untuk memverifikasi keakuratan informasi terkait proses IB di Dinas Peternakan Lampung Selatan. Dengan pendekatan ini, auditor dapat memastikan bahwa proses IB berjalan sesuai standar yang ditetapkan, serta mengidentifikasi potensi risiko dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Pendidikan petugas IB juga menjadi faktor kritis dalam keterbacaan dokumen manual, dengan Pendidikan seseorang dapat memengaruhi keterbacaan data manual pada penulisan hasil pemeriksaan IB, di mana pendidikan yang lebih tinggi seringkali mengajarkan pentingnya memperhatikan detail dan akurasi dalam pekerjaan. Substantive testing menjadi penting dalam memastikan bahwa proses IB berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan data yang dilaporkan akurat. Penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai metode pengukuran dalam instrumen penelitian untuk mengevaluasi sikap dan persepsi individu terhadap proses IB. Dengan pemahaman yang mendalam tentang penerapan substantive testing dan penggunaan Skala Likert, diharapkan penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi Dinas Peternakan Lampung Selatan dalam mengelola risiko, memastikan keamanan sistem, serta meningkatkan efektivitas operasional proses IB.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Mustakim, Senen. "ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR DAN MOTIVASI KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA." Jurnal Ilmu Manajemen Saburai (JIMS) 6, no. 1 (August 4, 2020): 21–28. http://dx.doi.org/10.24967/jmb.v6i1.713.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengembangan karir dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Utara. Adapun jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian Explanatory. Penelitian ini menggunakan 117 responden penelitian. Ada tiga variabel dalam penelitian ini yaitu: 2 (dua) Variabel bebas (X1 dan X2) dan 1 (satu) variabel terikat dimana pengembangan karir (X1) dan motivasi kerja (X2) sebagai variabel bebas dan kinerja pegawai (Y) sebagai variabel terikat. Berdasarkan analisis data telah ditemukan jawaban hipotesis yakni sebagai berikut; Terdapat pengaruh pengembangan karir (X1) terhadap kinerja pegawai (Y), dengan tingkat pengaruh sebesar 33,9%. Terdapat pengaruh motivasi kerja (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) dengan tingkat pengaruh sebesar 30,8%. Terdapat pengaruh pengembangan karir (X1) dan motivasi kerja (X2) secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai (Y) dengan tingkat pengaruh sebesar 35,1%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Mubarok, Benny, and Nova Safarini. "Analisis Pengaruh Pengembangan Karir Dan Motivasi Kerja Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Utara." Jurnal Relevansi : Ekonomi, Manajemen dan Bisnis 6, no. 1 (June 2, 2022): 14–27. http://dx.doi.org/10.61401/relevansi.v6i1.74.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengembangan karir dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Utara. Adapun jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian Explanatory. Penelitian ini menggunakan 117 responden penelitian. Ada tiga variabel dalam penelitian ini yaitu: 2 (dua) Variabel bebas (X1 dan X2) dan 1 (satu) variabel terikat dimana pengembangan karir (X1) dan motivasi kerja (X2) sebagai variabel bebas dan kinerja pegawai (Y) sebagai variabel terikat. Berdasarkan analisis data telah ditemukan jawaban hipotesis yakni sebagai berikut; Terdapat pengaruh pengembangan karir (X1) terhadap kinerja pegawai (Y), dengan tingkat pengaruh sebesar 33,9%. Terdapat pengaruh motivasi kerja (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) dengan tingkat pengaruh sebesar 30,8%. Terdapat pengaruh pengembangan karir (X1) dan motivasi kerja (X2) secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai (Y) dengan tingkat pengaruh sebesar 35,1%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Handoko, Pungki, Hazairin Habe, and Kuswarak Kuswarak. "Analisis Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sub Bagian Keuangan Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Lampung Selatan." Jurnal Manajemen Mandiri Saburai (JMMS) 1, no. 04 (February 8, 2020): 27–34. http://dx.doi.org/10.24967/jmms.v1i04.525.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Aulia, Ahmad Fauzi, and Unang Rio. "Aplikasi Identifikasi Sampel Air Layak Uji dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada Dinas Pekerjaan Umum Unit Pelayanan Terpadu Pengujian Provinsi Riau." SATIN - Sains dan Teknologi Informasi 1, no. 1 (June 23, 2015): 55. http://dx.doi.org/10.33372/stn.v1i1.13.

Full text
Abstract:
Dinas PU UPT Pengujian Provinsi Riau merupakan salah satu dinas yang memberikan pelayanan terhadap Pengujian sampel air yang diminta baik dari pihak masyarakat, badan usaha atau perusahaan yang ada di provinsi riau. Dalam hal ini penerimaan sampel harus sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI) dimana ada parameter-parameter yang harus di sesuaikan, antara lain jumlah volume sampel air, pengawetan, wadah pengawetan dan lama pengawetan, jika salah satu parameter-parameter dari sampel air tidak sesuai dengan (SNI) maka akan berdampak pada hasil pengujian dan sampel air tersebut tidak layak untuk di uji, sejauh ini penerimaan sampel air yang akan di uji masih diidentifikasi secara manual dimana dirasakan kurang efektif dan efisien, dirasakan betapa pentingnya sebuah aplikasi identifikasi dalam penerimaan sampel air dimana aplikasi tersebut dapat memberikan hasil identifikasi secara akurat apakah sampel air tersebut layak untuk di uji atau tidak. Penggunaan aplikasi identifikasi sampel air ini digunakan oleh beberapa user atau multi-user, antara lain administrator sebagai manajemen user dan data master, kemudian operator sebagai transaksi dalam penerimaan order dan kepala bagian sebagai penerima laporan. Dengan adanya aplikasi identifikasi sampel air layak uji dengan standar nasional Indonesia (SNI), diharapkan dapat membantu kalangan yang tergabung pada dinas PU unit pelayanan terpadu pengujian provinsi riau.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Mesrawati, Ii, Dewi Novita Safitri, Afrimadonna Afrimadonna, Is Yuliardi Maas, and Mandra Adrika Putra. "Kuliah Lapangan Manajemen (KLM) Pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Solok Selatan." Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa 1, no. 6 (August 27, 2023): 904–9. http://dx.doi.org/10.59837/jpmba.v1i6.279.

Full text
Abstract:
Adapun tujuan dari pelaksanaan KLM ini yaitu melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi STIE Widyaswara Indonesia (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat), dengant 1. Mengimplementasikan ilmu manajemen yang dipelajari dan didapat proses perkuliahan dengan dunia kerja didalam hal ini pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Solok Selatan dan 2. Memberikan kontribusi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Solok Selatan dengan ikut berpartisipasi pada bagian-bagian penempatan kerja didalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Adapun metode yang digunakan didalam KLM ini adalah dengan diawali dari Tahap persiapan, selanjutnya tahap pelaksanaan dan terakhir tahap penulisan laporan KLM. Dengan berkontribusinya kita dalam melakukan pekerjaan dengan membantu memberika pelayanan dibeberapa bagian seperti di bagian sekretariat, bagian informasi dan bagian operator (loket umum, loket perekaman KTP, Pencetakan KTP dan Pencetakkan KIA) maka tujuan kita dari pelaksanaan KLM sudah tercapai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Sahrun, Sahrun, Fahrizi Fahrizi, and Khairul Saleh. "Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Kabupaten Lampung Barat." Jurnal Manajemen Mandiri Saburai (JMMS) 2, no. 04 (February 11, 2020): 41–48. http://dx.doi.org/10.24967/jmms.v2i04.558.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

ADHI SAYOGO, SUYONO. "KAJIAN YURIDIS ATAS PERJANJIAN PEMBORONGAN BANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA KALIREJO STUDI KASUS PADA PT. ADI SASONGKO." Notarius 4, no. 1 (November 15, 2013): 14. http://dx.doi.org/10.14710/nts.v4i1.5688.

Full text
Abstract:
Dewasa ini dengan semakin gencarnya pembangunan di Indonesia memicu respon dari pihak swasta untuk ikut terjun kedalamnya baik sebagai investor maupun kontraktor. PT. Adi Sasongko sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, sudah barang tentu berusaha untuk mendapatkan suatu kontrak kontruksi, harus mengikuti tender atau mengajukan penawaran harga kepada pihak pengguna jasa. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif serta metode case study. Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan perjanjian jasa pemborongan bangunan gedung Serbaguna Kalirejo antara PT. Adi Sasongko dengan Dinas Pekerjaan Umum Kab. Semarang yang telah dituangkan kedalam surat perjanjian (kontrak) terdapat hambatan-hambatan baik bersifat eksternal seperti tambah dan kurang pekerjaan yang menyebabkan mundurnya jangka waktu pelaksanaan serta berubahnya nilai harga kontrak, maupun bersifat internal seperti standar mutu, dan sumber daya manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Kristiawan, Pingkan Rachmadani, Dyah Adriantini Sintha Dewi, and Suharso Suharso. "Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan Berkaitan Dengan Pemeliharaan Jalan (Studi Kasus Jalan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Magelang)." Borobudur Law Review 2, no. 1 (February 28, 2020): 30–39. http://dx.doi.org/10.31603/burrev.3919.

Full text
Abstract:
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka tersebut, jalan mempunyai peranan untuk mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Terkait kewajiban Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara jalan mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memelihara jalan sesuai dengan kewenangannya, Tujuan peneliti ini untuk menganalisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan di Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Magelang Berkaitan Dengan Pemeliharaan Jalan yang menjadi kewenangan Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori model Edward III dengan melihat aspek : komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Informan berjumlah 11 orang, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris dengan pendekatan kualitatif, dimana Teknik memperoleh data penelitian dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemeliharaan jalan yang dilaksanana Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Bidang Bina Maraga Kabupaten Magelang masih belum sepenuhnya dilakukan, masih banyak jalan yang mengalami kerusakan jalan. Sedangkan terkait dengan perilaku masyarakat masih belum adanya ketidakpuasan atas pelaksanaan pemeliharaan jalan yang dilakukan pemerintah daerah. Faktor utama penyebab kerusakan jalan di Kabupaten Magelang diantarannya adalah bencana alam, anggaran daerah, peralatan dan sumber daya manusia, dari hambatan tersebut ada beberapa solusi atau tindakan yang dilakukan DPUPR Kabupaten Magelang diantaranya mengajukan rekomendasi / usulan ke Pemerintah Pusat (DAK) atau Pemerintah Provinsi (Bangub), pengalihan Tindakan, membuat kebijakan teknis terhadap pelaksanaan pemeliharaan jalan dan melakukan sosialisasi secara optimal kepada masyarakat pengguna jalan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Reswari, Annisa, Aulia Wazulfa Mutaharoh, and Agus Triono. "Alturisme Masyarakat Kota (Studi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Pengemis Di Kota Bandar Lampung)." Jurnal Dinamika Sosial Budaya 25, no. 1 (June 27, 2023): 360. http://dx.doi.org/10.26623/jdsb.v25i1.4593.

Full text
Abstract:
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana mengatasi pengemis di Kota Bandar Lampung yang mengalami peningkatan secara signifikan dan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab semakin maraknya pengemis di Kota Tapis Berseri ini. Karena salah satu tugas utama suatu negara adalah memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Hal serupa juga berlaku bagi Indonesia yang menganut konsep hukum kesejahteraan. Terlebih lagi dalam konstitusi negara ini ditegaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun, dalam praktiknya, masih dijumpai fenomena yang mengindikasikan belum sejahteranya rakyat Indonesia, salah satunya adalah semakin maraknya pengemis.</p><p>Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yang didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 03 Tahun 2010 tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis, ajaran agama Islam, serta aturan adat yang menjadi pedoman bagi masyarakat Lampung, yaitu Piil Pesenggiri. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Kota Bandar Lampung dan lebih difokuskan kepada masyarakat yang ada di tempat-tempat umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peraturan yang ada sudah diterapkan namun banyak masyarakat yang belum mengetahui atau enggan untuk patuh dengan peraturan tersebut. Selain itu, masyarakat yang menjadi pengemis adalah orang-orang Islam yang notabennya menggunakan atribut Islam dalam melakukan kegiatan tersebut.</p><p>Dengan demikian, perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan <em>stakeholders</em> terkait untuk memaksimalkan implementasi Perda yang ada. Selain itu, Dinas Sosial juga sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk menampung para pengemis dan tempat untuk mengasah keterampilan para pengemis. Dengan adanya kerjasama tersebut, diharapkan perda yang ada dapat berjalan dengan maksimal dan angka pengemis dapat menurun.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Purnama, Bedy, Setyorini Setyorini, Entik Insanudin, Ismail Ismail, Fahdi Labib, and Naufal Sayyid Furqoon. "Implementasi Computer Vision untuk Deteksi Truk." Jurnal Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat Multikultural 2, no. 1 (February 27, 2024): 17–23. http://dx.doi.org/10.57152/batik.v2i1.1223.

Full text
Abstract:
Dinas PUPR Provinsi Banten merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab dalam bidang pekerjaan umum dan penataan ruang. Truk Over Dimension Dan Over Load (ODOL) diidentifikasi sebagai penyebab banyaknya jembatan rusak. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia menyediakan fasilitas jembatan timbang sebagai alat pencatatan dan pengawasan untuk mengendalikan angkutan barang yang melampaui kapasitas. Namun, masih ada pengendara yang mencurangi jembatan timbang, berisiko membahayakan keselamatan pengendara dan infrastruktur jembatan. Oleh karena itu, solusi yang diusulkan adalah penerapan teknologi Computer Vision untuk mendeteksi truk ODOL. Teknologi ini berjanji untuk memberdayakan masyarakat sasar dengan meningkatkan efisiensi pengawasan lalu lintas truk, optimalisasi perawatan infrastruktur, dan meningkatkan keamanan wilayah. Penerapan teknologi ini juga memberikan data dan informasi berharga untuk pengambilan keputusan dan perencanaan strategis, serta berpotensi meningkatkan kapasitas teknologi lokal dan menciptakan peluang ekonomi dan kemitraan di sektor transportasi dan infrastruktur. Kegiatan pengabdian masyarakat ini secara keseluruhan akan memfasilitasi Dinas PUPR Provinsi Banten untuk menciptakan tata kelola yang baik dalam pengelolaan keuangan proyek dan mengawasi kondisi-kondisi struktur terkini dari infratruktur yang sudah terbangun dari proyek-proyek tersebut.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Nurmianto, Eko, and Nurhadi Siswanto. "PERANCANGAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN BERDASARKAN KOMPETENSI SPENCER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS(Studi Kasus di Sub Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo)." Jurnal Teknik Industri 8, no. 1 (October 11, 2006): 40–53. http://dx.doi.org/10.9744/jti.8.1.40-53.

Full text
Abstract:
In this research, Worker Performance Appraisal System has been conducted in the Public Worker Council Probolinggo. This research especially conducted in the Sub Public Worker for Low Level Workers, i.e. Contract Workers. So far incentive in this institution was not given based on their performance, but based on the community agreement. Therefore, the worker performance appraisal system was designed based on the competency, namely the Spencer competency. For that purpose the Spencer appraisal Dimension has been integrated to DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) and to the Competencies for the Executive Leadership Development. The results on those criterias were processed using the Expert Choice Software. The weight for the managerial skill is 0.200 and for the technical one is 0.800. Type of managerial skill is indicated by the competency criteria, i.e, discipline, serving, achievement, proactive and commitment to organization. The weights of each criterion are 0.318, 0.289, 0.151, 0.140, 0.102, respectively. On the other hand, Technical skills indicated by competency criteria are leadership and cooperation. Their weights are 0.500, 0.500, respectively. It can be concluded that, the accurate incentive system is an insentive system, based on profit share. This share is given according to the performance appraisal of each worker. Abstract in Bahasa Indonesia : Penelitian ini membahas tentang sistem penilaian kinerja karyawan yang dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo, khususnya Sub Dinas Pengairan untuk karyawan level bawah (karyawan kontrak). Selama ini pemberian insentif di Sub Dinas tersebut tidak didasarkan atas kinerja karyawan tetapi atas dasar kebersamaan/ gotong royong. Untuk meningkatkannya dirancang sistem penilaian kinerja karyawan berbasis kompetensi, khususnya kompetensi Spencer. Dimensi penilaian Spencer diintegrasikan dengan DP3 dan Competencies for Executive Leadership Development. Kriteria diolah dengan Software Expert Choice. Hasilnya bobot kemampuan karyawan kontrak terbagi atas: kemampuan manajerial (0.200) dan kemampuan teknik (0.800). Kemampuan manajerial terdiri dari: disiplin (0.318), melayani (0.289), berprestasi (0.151), proaktif (0.140), dan komitmen pada organisasi (0.102). Sedangkan kemampuan teknis terdiri dari: memimpin (0.500) dan kerjasama (0.500). Dari penelitian tersebut sistem insentif yang tepat adalah sistem insentif pembagian laba, dimana insentif yang diterima berdasarkan pada peningkatan kinerja karyawan. Kata kunci: penilaian kinerja karyawan, kompetensi, insentif, analytical hierarchy process.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Adiratma, I. Gede. "Eksplorasi Biaya Non Fisik Pada Tahap Penilaian Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah." Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik 7, no. 2 (December 21, 2022): 67–73. http://dx.doi.org/10.22225/pi.7.2.2022.67-73.

Full text
Abstract:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum pasal 68 menyebutkan bahwa penilaian besarnya Ganti Kerugian bidang per bidang tanah, terdiri dari unsur-unsur: a.tanah; b. Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah; c. bangunan; d. tanaman; e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau f. kerugian lain yang dapat dinilai. Komponen e dan f seringkali belum dapat diperkirakan besar nominalnya di awal. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi besaran komponen E dan F pada studi kasus Nilai penggantian wajar pembngunan short cut di desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng Provinsi Bali pada Tahun 2021. Tulisan ini menggunakan pendekatan eksplorasi dari data yang dikumpulkan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Bali. Ditemukan bahwa besarnya komponen E dan F mencapai 3,35 % dari total nilai penggantian lahan. komponen E dan F dikategorikan sebagai total nilai non fisik di dalamnya termasuk nilai Premium, solatium, biaya pindah dan biaya upakara. Biaya upakara dalam studi kasus ini mencapai 17% dari total persentase biaya non fisik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Antika, Galuh Ageng, Dadan Kurnia, and Siti Munawaroh. "ANALISIS KRITIS TERKAIT EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DALAM MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN OLEH DINAS TENAGA KERJA KOTA CIMAHI PADA MASA COVID-19 TAHUN 2021." Jurnal Caraka Prabu 6, no. 1 (June 27, 2022): 42–64. http://dx.doi.org/10.36859/jcp.v6i1.1051.

Full text
Abstract:
Pengangguran ialah masalah perekonomian yang cukup rumit dan selalu muncul dari tahun ke tahun diberbagai daerah di Indonesia salah satunya kota cimahi yang berada di provinsi Jawa Barat. Pengangguran yang terjadi di Kota Cimahi diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu kepadatan penduduk yang setiap tahunnya meningkat, adanya pandemi Covid-19 dan ketidakseimbangan antara pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Tujuan penelitian ini tentang analisis kritis terkait efektivitas program pelatihan dan produktivitas tenaga kerja dengan menggunakan teori efektivitas program dengan indikator ketetapan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Cara pengumpulan data yang dilakukan seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian berdasarkan empat indikator dari efektivitas program sudah berjalan dengan baik, ditunjukan dengan turunnya presentase angka pengangguran dari 13,30% menjadi 13,07%. dimana tujuan dari pelatihan adalah memberikan bekal kepada masyarakat Kota Cimahi untuk mampu bekerja dan membuka lapangan usaha sendiri. Dinas Tenaga Kerja Kota Cimahi sudah memaksimalkan dengan sebaik mungkin dalam mengurangi angka pengangguran di Kota Cimahi dengan menyelenggarakan program pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, dan program pelatihan kerja ini secara umum sudah bekerja dengan efektif. Kata Kunci: Dinas Tenaga Kerja, Pelatihan Tenaga Kerja, Pengangguran
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Nugraha, Brian Taruna, Sifrid Pangemanan, and Stanley K. Walandouw. "EVALUASI KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERAPKAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 71 TAHUN 2010 (STUDI KASUS PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN MINAHASA UTARA)." ACCOUNTABILITY 4, no. 1 (June 30, 2015): 123. http://dx.doi.org/10.32400/ja.8419.4.1.2015.123-130.

Full text
Abstract:
Changes in financial governance of the Republic of Indonesia has always been done by the government to increase the quality of management, financial accountability and transparency of the country to the fullest. This is evidenced by the issuance of government accounting standards based on Government Regulation 71 of 2010 on the application of accrual-based government accounting standards. Government Regulation No. 71 of 2010 which confirms that the adoption of accrual accounting is implemented at the latest by 2015. This would require careful preparation so that the implementation of accrual accounting can be done well. The object of this research is Department Of Public Works In North Minahasa District. Data analysis methods used in this study is a qualitative method. From the research, explained that Department Of Public Works In North Minahasa District is ready to accrual-based SAP implementation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Bahri, Saiful. "ANALISIS DAMPAK REFOCUSING ANGGARAN TERHADAP KONDISI JALAN DENGAN METODE SURFACE DISTRESS INDEX (SDI)." INFOMANPRO 12, no. 1 (June 30, 2023): 10–19. http://dx.doi.org/10.36040/infomanpro.v12i1.6569.

Full text
Abstract:
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menangani penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini, salah satunya melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 4 tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, Serta Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Refocusing anggaran yang terjadi di Kabupaten Malang berpengaruh terhadap anggaran Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang dan penanganan jalan pada tahun 2020 dan 2021. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan induktif dan deskriftif. Metode ini bertujuan untuk meneliti kondisi obyek alamiah dengan teknik triangulasi yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi yang menkankan pada keseluruhan makna daripada generalisasi. Analisis dampak refocusing menggunakan data hasil survey kondisi jalan dengan metode Surface Distress Index (SDI) Tahun 2019-2022. Berdasarkan hasil Analisis didapatkan penurunan kondisi kemantapan jalan yang cukup signifikan yakni pada Tahun 2020 sebesar 75,30% turun menjadi 72,62% pada Tahun 2021. Adapun analisis kemantapan jalan pada Tahun 2022 dengan menggunakan metode SDI didapatkan nilai kondisi Baik 57,02%, kondisi Sedang 15,83%, kondisi Rusak Ringan 19,49% dan kondisi Rusak Berat 7,66%. Nilai kemantapan jalan merupakan penjumlahan dari kondisi Baik dan kondisi Sedang, sehingga didapatkan nilai kondisi kemantapan jalan pada Tahun 2022 sebesar 72,85%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Pitriyawati, Mahni, and Khairul Imtihan. "Sistem Informasi Kenaikan Pangkat Karyawan Pada Dinas Pekerjaan Umum (PU) Dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Lombok Tengah." Jurnal Manajemen Informatika dan Sistem Informasi 1, no. 1 (February 7, 2018): 31. http://dx.doi.org/10.36595/misi.v1i1.15.

Full text
Abstract:
Along with the increasingly tight competition of technology and information, making many government parties in Indonesia use technology as a supporter to improve its performance. The development of information technology systems led to changes in the role of information technology systems ranging from the role of efficiency, effectiveness to the strategic role, the existence of computerized data processing information becomes very important. That's because computerized data processing can contribute greatly to a company's performance, when compared to manual data processing. (Imtihan, 2015) Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah do not have a computerized system for data processing promotion of employees, still done manually and data storage is still archive so as to enable the loss of damaged data or archive and also takes longer time in data processing employees. The process can create a continuous error and since the promotion is routinely given to the employee, it is necessary to create an information system that can manage the promotion process automatically in order to avoid mistakes or continuous errors such as errors when data lost or damaged archives and accelerate in time processing data employee who will conduct the promotion process so that required a computerized promotion information system that can regulate the process of promotion of employees. The information system is built using PHP programming language and Mysql database. Data collection method used in this research is the method of observation, interview, and literature study. The method of analysis used is SWOT method, design method used in this research is waterfall method and testing method used is black box testing method. The result of this research is to produce information system of processing process of promotion of employee to facilitate the employee in search process of promotion data and can facilitate officer at the time of data processing increase of employee pangat and also to minimize mistake of data processing promotion of employee rank.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Achmad Rizani and Aqli Mursadin. "Analysis Of The Priority Handling Of Enveromental Drainage Construction Project At Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Banjarbaru City." Technium: Romanian Journal of Applied Sciences and Technology 19 (January 17, 2024): 1–13. http://dx.doi.org/10.47577/technium.v19i.10522.

Full text
Abstract:
Flood is one of the main problems of big cities in Indonesia, including Banjarbaru City. This is often caused by the not supportive existing drainage capacity when compared to the increasing of crowded urban conditions and reduced green open space. Handling of drainage including rehabilitation is necessary so that drainage can function properly as expected. On the other hand the Banjarbaru City Government has a limited budget each year that can be disbursed for drainage handling. The purpose of this thesis is to analyze criteria and subcriteria that are important in determining the priority of drainage handling. The ANP (Analytic Network Process) method is analyzed using the criteria in the Minister of Public Works regulation number 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan to determine priorities for handling environmental drainage with important criteria, namely aspects of inundation, economic loss, social disruption and government facilities, loss of disturbance. transportation, loss to residential areas, and loss of personal property rights. Based on these 6 criteria, priorities for handling environmental drainage in Banjarbaru City are determined. Furthermore, an analysis is carried out to evaluate the priority of the choices that occur. This study suggests to decision makers that ANP can be used to analyze drainage management priorities in Banjarbaru City. This research focuses on variables consisting of criteria or considerations which form the background for priorities in handling the environmental drainage system in Banjarbaru City. The primary data results obtained from the field survey were followed by analysis using the ANP method with data tabulation calculations and assisted by Super Decisions software to determine the priority scale for handling environmental drainage in Banjarbaru City. The treatment priority scale in the Super Decisions software, the data of which is based on field survey results and data tabulation calculations, found that there are several locations that have a large priority scale but treatment has not been carried out due to several factors that are not contained in Minister of Public Works Regulation 12/PRT/M/2014 concerning Implementation of Urban Drainage Systems.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Widjaja, Junus, Anis Nurwidayati, Hayani Anastasia, Octaviani Octaviani, and Ahmad Erlan. "Masterplan Pengendalian Schistosomiasis Dalam Upaya mendukung Eliminasi di Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah 2022-2024." Jurnal Vektor Penyakit 16, no. 2 (December 6, 2022): 97–106. http://dx.doi.org/10.22435/vektorp.v16i2.6122.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Schistosomiasis is a neglected tropical disease caused by blood trematodes of the genus Schistosoma, which remains a major public health problem worldwide. Schistosomiasis japonica, in Asia endemic to China, the Philippines and parts of Indonesia. Schistosomiasis in Indonesia is only found in Central Sulawesi Province, namely Napu Highlands and Bada Highlands, Poso Regency and Lindu Highlands, Sigi Regency. Schistosomiasis can cause anemia and trigger stunting and reduced learning abilities in children. It also causes organ damages, such as severe hepatosplenism, periportal fibrosis, even some cases died. With Indonesia's commitment to realizing Sustainable Development Goals (SDGs) as stated in the 2030 Agenda, schistosomiasis is one of the diseases that will be eliminated in Indonesia. This study used descriptive analysis method with a qualitative approach through in-depth interviews and discussions in the form of meetings. The results of the preparation of the schistosomiasis control master plan 2021-2024. The Masterplan is prepared cross-sectorally between the Health Service, Public Works and Spatial Planning, Livestock and Animal Health Service, Community and Village Empowerment Service, Food Security and Fisheries Service, Food Crops and Horticulture Service, Education and Culture Office and Planning and Research Agency. Area. The structured activities are treatment for humans and animals, environmental modification, control of snail habitat, implementation of surveillance on humans and animals and snails that transmit schistosomiasis, technical capacity building, provision of drinking water and proper and sustainable sanitation. Schistosomiasis control master plan which can be the basis and guideline for schistosomiasis control in Sigi District in 2022-2024. ABSTRAK Schistosomiasis adalah penyakit tropis terbaikan yang disebabkan oleh trematoda darah dari genus Schistosoma, yang tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Schistosomiasis japonica, di Asia endemik di Cina, Filipina dan sebagian Indonesia. Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan di Propinsi Sulawesi Tengah, yaitu Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada, Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi. Schistosomiasis ini dapat menyebabkan anemia dan memicu kekerdilan (stunting) dan berkurangnya kemampuan belajar pada anak-anak. Penyakit tersebut juga menimbulkan kerusakan organ spesifik organ seperti hepatosplenisme parah, fibrosis periportal, bahkan beberapa kasus meninggal dunia. Dengan komitmen Indonesia untuk mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) sebagaimana tertuang dalam Agenda 2030, maka schistosomiasis menjadi salah satu penyakit yang akan dieliminasi di Indonesia. Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan diskusi dalam bentuk pertemuan. Hasil penelitian adalah tersusunnya masterplan pengendalian schistosomiasis 2021-2024. Penyusunan masterplan dilakukan dengan lintas sektor antara Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Perencanaan dan Penelitian Daerah. Kegiatan yang termasuk dalam master plan pengendalian schistosomiasis meliputi pengobatan pada manusia dan hewan, modifikasi lingkungan, pengendalian pada habitat keong, pelaksanaan surveilans pada manusia dan hewan serta pada keong perantara schistosomiasis, peningkatan kapasitas teknis, penyediaan air minum dan sanitasi yang layak dan berkesinambungan. Masterplan pengendalian schistosomiasis yang dapat menjadi dasar dan pedoman kegiatan pengendalian schistosomiasis di Kabupaten Sigi Tahun 2022-2024.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Chuing, Andrew Suryadi, Fauzan Murdapa, and Aleksander Purba. "Studi Penggunaan Beton Pracetak untuk Pembangunan Saluran Irigasi pada Musim Hujan." Jurnal Profesi Insinyur Universitas Lampung 2, no. 1 (June 1, 2021): 26–33. http://dx.doi.org/10.23960/jpi.v2n1.56.

Full text
Abstract:
Indonesia sering disebut sebagai negara agraris, dimana negara agraris adalah negara yang sebagian besar penduduknya berprofesi menjadi petani dan bercocok tanam. Dengan banyaknya petani dan lahan tanam yang tersebar di seluruh Indonesia, infrastruktur pertanian menjadi salah satu hal utama dalam proses pembangunan negeri. Setiap tahunnya, Kementrian PUPR melakukan pengadaan proyek yang berhubungan dengan infrastruktur pertanian, baik itu proyek pembangunan saluran baru maupun rehabilitasi saluran yang tidak layak. Saluran irigasi secara umum dibangun menggunakan material beton dengan metode in-situ. Pada pembangunan irigasi, tidak seperti pada pembangunan gedung/rumah, yang jika terjadi hujan saat proses pengecoran berlangsung dapat dilanjutkan jika mengunakan penutup/ terpal, pekerjaan pengecoran beton pada saluran irigasi sama sekali tidak dapat dilakukan ketika terjadi hujan. Air hujan dapat masuk kedalam adukan beton dan mengakibatkan beton mengalami penurunan kekuatan akibat kadar air yang berlebihan. Salah satu cara alternatif untk menanggulangi hal ini adalah pengunaan beton pracetak. Studi Penggunaan Beton Pracetak untuk Pembangunan Saluran Irigasi pada Musim Hujan ini akan membandingkan keefektifan penggunaan metode beton pracetak dibandingan dengan metode in-situ untuk pekerjaan beton pada saluran irigasi di musim hujan. Studi ini akan dilakukan dengan metode analisis dengan menggunakan 3 sampel kasus yang berada di Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Analisis menunjukan bahwa penggunaan metode in-situ pada pengecoran beton saluran irigasi sangat tidak efektif di musim hujan, dimana keberhasilan proyek menurun drastis jika dibandingkan dengan musim kemarau. Sementara, penggunaan metode beton pracetak pada pengecoran beton saluran irigasi di musim hujan memiliki keefektifan yang sama jika dibandingkan dengan di musim kemarau.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Wibowo, Ari, and Yusuf Yulianto. "DETEKSI KERETAKAN JALAN ASPAL MENGGUNAKAN METODE CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK." JURNAL TEKNIK SIPIL CENDEKIA (JTSC) 4, no. 2 (July 26, 2023): 581–93. http://dx.doi.org/10.51988/jtsc.v4i2.132.

Full text
Abstract:
Kondisi jalan menentukan kenyamanan dari pengguna jalan, kenyamanan pengguna jalan tersebut menjadi tanggung jawab dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di setiap daerah. Jalan tentunya sebagai aspek penting karena jalan adalah factor pendukung utama dalam bidang social, budaya, lingkungan yang dikembangkan agar tercapai suatu pemerataan pembangunan antara daerah dan kesinambungan dengan pendekatan pengembangan daerah dan ekonomi. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemangku kebijakan dalam mengupayakan kenyamanan oleh pengguna adalah evaluasi kualitas jalan termasuk di Indonesia. Evaluasi yang dimaksud antara lain memperkirakan reparasi, konstruksi yang diperlukan, memperkirakan kualitas. Adapun langkah strategis dalam membuat langkah evaluasi kualitas jalan yaitu dengan mendeteksi keretakan jalan yang ada pada permukaan. Salah satunya dengan penerapan metode system cerdas dalam mendeteksi kerusakan jalan menggunakan algoritma Convolutional Neural Network (CNN). Input berupa gambar permukaan jalan dengan format RGB. Citra tersebut diperoleh dari kaggle sebanyak 2074 citra. Berdasarkan hasil pengujian dan evaluasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem yang dibangun berhasil menghasilkan suatu data yang sangat baik dengan dibuktikan dari tingkat akurasi sebesar 92,9%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Suprapto, Bambang, and Ahmad Sujoni. "SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN CALON PENERIMA BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS (AHP)." Jurnal Informasi dan Komputer 7, no. 2 (October 24, 2019): 97–108. http://dx.doi.org/10.35959/jik.v7i2.158.

Full text
Abstract:
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang bisa disebabkan dari berbagai faktor seperti : aspek ekonomi, sosiologis, antropologis, kebijakan, teknologi serta perubahan global. Kemiskinan juga berimplikasi terhadap pendidikan, kesehatan, kemampuan ekonomi, serta partisipasi masyarakat dalam sebuah negara. Di Indonesia Program Keluarga Harapan atau yang biasa disebut dengan PKH hadir sebagi salah satu solusi bagi negara untuk hadir membantu masyarakat miskin dan menjadi salah satu tahapan menuju sistem perlindungan sosial. Menurut Dinas Kementrian Sosial, Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat (PKH). Dalam istilah internasional dikenal dengan Conditional Cash Transfers (CCT). Untuk membantu pendamping PKH dalam mengolah data dalam proses seleksi penerima bantuan program keuarga harapan maka peneliti menggunakan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) yang akan dihitung dengan menggunakan program aplikasi Microsoft Excel 2010 dan akan di input ke aplikasi web programing untuk memudahkan dalam penghitunganya. Penentuan Kriteria Meliputi 9 Kriteria yang masing-masing kriteria memiliki 3 subkriteria yaitu : Kepemilikan Telfon Seluler, Pekerjaan, Penghasilan, Status Tempat Tinggal, Jenis Lantai, Kondisi Rumah, Fasilitas Jamban, Pendidikan, Wawancara Tetangga. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat membantu dan memudahkan pendamping PKH dalam proses seleksi penerima bantuan program keluarga harapan di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Widjaja, Junus, and Hayani Anastasia. "Rencana Aksi Lintas Sektor dan Peran Serta Masyarakat dalam Pengendalian Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di Dataran Tinggi Napu Kabupaten Poso Sulawesi Tengah." Jurnal Vektor Penyakit 13, no. 2 (November 25, 2019): 125–32. http://dx.doi.org/10.22435/vektorp.v13i2.1274.

Full text
Abstract:
Abstract Schistosomiasis in Indonesia is endemic only in Napu and Bada highlands in Poso District and Lindu highlands in Sigi District, Central Sulawesi. Schistosomiasis control program has been done since 1982; however, it is not successful yet. The objective of this study was to re-identify the active focus area of O.h. lindoensis and the schistosomiasis control program by multi-sector and community. This study mapped the foci area and designed an action plan for schistosomiasis control by multi-sector in provincial level, Poso District, and Sigi District. The sectors involved are Agency for Regional Development, Regional Institute of Research and Development, Health Services, Agriculture Office, Plantation, and Animal Health Office, Maritime and Fisheries Office, Public Works Office, and Village Empowerment Office. The foci area of O.h. lindoensis were distributed in 16 villages in Napu, with a total of 242 foci area. The schistosomiasis control program by multi-sectors was making water catchment, making new paddy field, irrigation, molluscicide, cleaning foci area, draining, re-use of abandoned paddy field and plantation. There is a need for a regulation about budgeting and environmental management in sub-district and village level to support community participation in cleaning foci area, mass drug treatment, and stool survey. Abstrak Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan di Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada, Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Sejak tahun 1982 telah dilakukan upaya pemberantasan tetapi sampai saat ini belum berhasil. Tujuan penulisan adalah mengidentifikasi kembali fokus keong perantara schistosomiasis yang masih aktif dan menyusun rencana aksi lintas sektor serta peran serta masyarakat dalam penanganan fokus keong. Kegiatan meliputi pemetaan kembali dan melakukan pertemuan menyusun rencana aksi pengendalian schistosomiasis dengan lintas sektor terkait di tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Poso dan Kab. Sigi. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terlibat antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kesehatan Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD). Fokus keong Oncomelania hupensis lindoensis tersebar pada 16 desa di Dataran Tinggi Napu. Jumlah fokus keong O. hupensis lindoensis 242 fokus. Rencana aksi lintas sektor dengan pembuatan bak penangkap air, pencetakan sawah, pembuatan saluran air permanen dan penyemprotan moluskisida sedangkan peran serta masyarakat berupa pembersihan, pengeringan, pengaktifan sawah dan kebun. Perlu ada regulasi pembiayaan untuk pengembangan manajeman lingkungan dan regulasi di tingkat kecamatan atau desa untuk peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembersihan fokus keong, pengobatan massal dan survei tinja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Sugiyanto, S.S., Bambang. "ERA BARU DALAM KEMITRAAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA: STUDI KASUS KALIMANTAN." Naditira Widya 16, no. 2 (December 28, 2022): 165–76. http://dx.doi.org/10.24832/nw.v16i2.508.

Full text
Abstract:
Perubahan nomenklatur terutama pada instansi penelitian arkeologi di Indonesia dan instansi pengelolaan cagar budaya berpengaruh pada pengelolaan cagar budayanya. Dengan bergabungnya Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi ke dalam struktur organisasi Badan Riset dan Inovasi Nasional, maka nomenklatur lembaga penelitian arkeologi pun berubah. Nomenklatur baru tersebut adalah Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra yang mempunyai tujuh pusat riset, yaitu tiga menyelenggarakan penelitian arkeologi, dan empat melaksanakan penelitian bahasa, sastra, dan manuskrip. Sementara perubahan yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi adalah penggabungan dua unit pelaksana teknis, yaitu Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Balai Pelestarian Nilai Budaya, menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan. Perubahan di atas berpengaruh pada pengelolaan cagar budaya di Indonesia. Bagaimana pengaruhnya dan bagaimana kemitraan pengelolaan yang akan datang merupakan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mendorong percepatan pemahaman kemitraan pengelolaan cagar budaya. Penelitian ini diakukan secara induktif-deskriptif melalui studi pustaka dengan fokus kasus-kasus di Kalimantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan cagar budaya di Kalimantan secara umum memang belum berjalan dengan baik. Dengan demikian, disimpulkan bahwa harus dibangun skema kemitraan pengelolaan antarpemangku kepentingan, dari tingkat perencanaan sampai dengan pemanfataannya. Skema kemitraan ini harus melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan serta dinas kebudayaan dan pariwisata setempat, kemudian membangun sinergi dan kolaborasi yang baik dengan pihak terkait seperti kepolisian, kejaksaan, lembaga sosial masyarakat budaya, dinas pertambangan, dinas pekerjaan umum, akademisi, dan masyarakat. Kerja sama dan koordinasi tersebut dimulai dengan menyamakan visi dan misi dalam memelihara dan melestarikan cagar budaya, sehingga diharapkan akan terbentuk satu rencana aksi pengelolaan cagar budaya yang terpadu di bawah arahan walikota atau bupati atau gubernur. Changes in nomenclature, especially at archaeological research institutions in Indonesia and cultural heritage management agencies, affect the management of their cultural heritage. The merger of the Pusat Penelitian Arkeologi Nasional and its ten institutes of archaeology into the organizational structure of Badan Riset dan Inovasi Nasional has also affected the change of their nomenclature. Their present nomenclature is the Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra, which has seven research centres, i.e. three manage archaeological research, and four operate research regarding language, literature, and manuscripts. Meanwhile, a change of organizational structure also occurred within the Direktorat Jenderal Kebudayaan of the Ministry of Education, Culture, Research and Technology, which was affected by the merger of two technical units, i.e. Balai Pelestarian Cagar Budaya and Balai Pelestarian Nilai Budaya and become Balai Pelestarian Kebudayaan. These changes affect the management of cultural heritage in Indonesia. How it affects and how the future management partnership will be is the question discussed here. The research aims to accelerate the understanding of cultural heritage management partnerships. This research was conducted inductively and descriptively through literature studies with a focus on cases in Kalimantan. The results of the study show that the cultural heritage in Kalimantan in general has not been well managed. Thus, it can be inferred that a management partnership scheme between stakeholders had to be built, from the planning level to its utilization. Such partnership scheme must involve the education and culture office as well as the local culture and tourism office, then build good synergy and collaboration with related parties such as the police, prosecutors, cultural community social institutions, mining agency, public works agency, academia, and the community. This cooperation and coordination must be commenced by aligning the vision and mission in maintaining and preserving cultural heritage; therefore, an integrated cultural heritage management action plan can be formed under the direction of the mayors or regent authorities or governors.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Almufid, Almufid. "Perencanaan Geometerik Jalan Agar Mencapai Kenyamanan dan Keamanan Bagi Penggunaan Jalan Sesuai Undang -Undang No.38 tahun 2012 Tentang Jalan." Jurnal Dinamika UMT 1, no. 2 (March 1, 2016): 34. http://dx.doi.org/10.31000/dinamika.v1i2.576.

Full text
Abstract:
Jalan raya merupakan infra struktur penting dalam mendukung perkembangan ekonomi di suatu daerah. Kualitas yang baik sangat diutamakan demi keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Perencanaan jalan raya terdiri dari perencanaan geometrik jalan dan perencanaan tebal perkerasan jalan. Peraturan dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga yang pada umumnya digunakan dalam perencanaan jalan di Indonesia pada periode tertentu dikembangkan dengan tujuan untuk menghasilkan perencanaan jalan yang lebih efisien dari segi biaya dan waktu. Hasil dari perencanaan tebal perkerasan jalan sangat berpengaruh pada besarnya biaya yang dibutuhkan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Wikipedia). Definisi jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api dan jalan kabel (UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan), Manual Desain Perkerasan Jalan Kementerian PU Direktorat Jenderal Bina Marga (Nomor : 02/M/BM/2013) Kata Kunci: Jalan Raya, Peruntukan Fungsi Jalan Raya , Perencanaan Tebal Jalan Raya
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Mahendra, Yusril, Renni Anggraini, and Alfa Taras Bulba. "PRIORITAS PENINGKATAN JALAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA BERBASIS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)." TERAS JURNAL 11, no. 1 (April 1, 2021): 191. http://dx.doi.org/10.29103/tj.v11i1.430.

Full text
Abstract:
<p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya, telah mengusulkan peningkatan jalan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia sebanyak 5 ruas untuk ditingkatkan pada tahun 2021 dengan total biaya sebesar Rp. 16.731.593.750. Usulan peningkatan jalan tersebut di tahun 2021 tidak dapat ditingkatkan semua, karena adanya keterbatasan anggaran. Keterbatasan anggaran disebabkan adanya <em>refocusing</em> anggaran untuk penanganan <em>Corona Virus Disease </em>2019 (Covid 19) di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kriteria yang dominan perlu dipertimbangkan dalam peningkatan jalan di Kabupaten Pidie Jaya dan menganalisis urutan prioritas peningkatan jalan di Kabupaten Pidie Jaya berdasarkan kriteria kerusakan jalan, biaya peningkatan, dan tata guna lahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif melalui kuesioner.Data primer yang digunakan adalah data kuesioner. Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan menjumpai langsung keberadaan responden.Responden dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 5 <em>stakeholders</em> yaitu Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya, Kepala Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya, Kepala Bidang Perhubungan Jalur Darat Dinas Perhubungan Kabupaten Pidie Jaya, Anggota Komisi D Bidang Pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pidie Jaya, dan Akademisi Universitas Syiah Kuala. Kriteria yang ditinjau adalah kerusakan jalan, biaya peningkatan, dan tata guna lahan. Alternatif yang ditinjau adalah Jalan Blang Dalam – Jurong Teungoh, Jalan Jeulanga Barat – Jeulanga Mata Ie, Jalan Simpang Pertanian – Cot Trieng – Rungkom, Jalan Trienggadeng – Panton Beurasan – Cubo, dan Jalan Meurandeh Alue – Asan Kumbang – Blang Miroe.Teknik analisis data digunakan statistik deskriptif dan <em>Analytical Hierarchy Process</em> (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria yang dominan perlu dipertimbangkan dalam peningkatan jalan adalah kriteria biaya peningkatan dengan nilai rata-rata gabungan eigen sebesar 0,49. Prioritas peningkatan jalan berdasarkan kriteria kerusakan jalan, biaya peningkatan, dan tata guna lahan adalah Jalan Meurandeh Alue - Asan Kumbang - Blang Miroe sebagai prioritas 1 dengan bobot sebesar 0,38 dan Jalan Trienggadeng - Panton Beurasan - Cubo sebagai prioritas 2 dengan bobot sebesar 0,25.</p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">Kata kunci: <em>prioritas, kerusakan jalan, biaya peningkatan, tata guna lahan</em><em></em></p><p class="11daftarpustaka"> </p><p><em> </em></p><p align="center"><strong>Abstract</strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p class="11daftarpustaka">The Public Works Office of Pidie Jaya Regency has proposed 5 sections to increase the road to the Ministry of Public Works and Public Housing of the Republic of Indonesia to be upgraded in 2021 with a total cost Rp. 16,731,593,750. All of the proposed road improvements in 2021 cannot be upgraded, due to budget constraints. The budget limitation is due to refocusing the budget for handling Corona Virus Disease 2019 (Covid 19) in Indonesia. This study aims to analyze the dominant criteria that need to be considered in road improvement in Pidie Jaya Regency and to analyze the order of priority for road improvement in Pidie Jaya Regency based on the criteria for road damage, improvement costs, and land use. This study uses a quantitative method approach through a questionnaire. The primary data used is questionnaire data. The questionnaire data was collected by directly seeing the respondents. Respondents in this study were assigned as many as 5 stakeholders, namely the Head of the Bina Marga Division of the Public Works Office of Pidie Jaya Regency, the Head of the Planning for Facilities and Infrastructure of the Regional Development Planning Agency of Pidie Jaya Regency, the Head of the Land Line Transportation Division of the Pidie Jaya Regency Transportation Service, a Member of the Commission D Development Sector Pidie Jaya Regency People's Representative Council, and Syiah Kuala University Academics. The criteria reviewed are road damage, cost of upgrading, and land use. The alternatives reviewed are Jalan Blang Dalam - Jurong Teungoh, Jalan Jeulanga Barat - Jeulanga Mata Ie, Jalan Simpang Pertanian - Cot Trieng - Rungkom, Jalan Trienggadeng - Panton Beurasan - Cubo, and Jalan Meurandeh Alue - Asan Kumbang - Blang Miroe. The data analysis technique used descriptive statistics and Analytical Hierarchy Process (AHP). The results show that the dominant criterion that needs to be considered in road improvement is the cost of improvement criteria with a combined average eigenvalue of 0.49. Road improvement priorities based on the criteria for road damage, improvement costs, and land use are Meurandeh Alue - Asan Kumbang - Blang Miroe Road as priority 1 with a weight of 0.38 and Jalan Trienggadeng - Panton Beurasan - Cubo as priority 2 with a weight of 0.25.</p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">Keywords: <em>Priority, road damage, cost of improvement, land use</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Insani, Rachmat Wahid Saleh, and Syarifah Putri Agustini. "A Geographic Information System for Managing and Mapping Irrigation Infrastructure." SinkrOn 5, no. 1 (October 12, 2020): 146. http://dx.doi.org/10.33395/sinkron.v5i1.10620.

Full text
Abstract:
Indonesia is one of the world's major agricultural nation which offers wide diversity of tropical products and agricultural commodities produced in substantial number of agricultural areas. Some of these areas are equipped with irrigation infrastructures which delivers water management throughout the land. Irrigation helps grow agricultural crops, maintain landscapes, and revegetation disturbed soils in dry areas. Water resources are finite while cyclic droughts on agricultural areas affecting the amount of water remains, thus creating unbalanced water demand and supply. Therefore, building an effective plan and management for irrigation infrastructure must be conducted using reliable information. The objective of this study is to develop a geographic information system to help managing and mapping process of irrigation infrastructure, such as flood gate and water ways. This system also helps to manage all the irrigation area and infrastructure data by providing geological information, search, and managing database function. We developed a web application for system interactivities. We also work together with Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang of Kabupaten Kubu Raya, as they are managing nearest irrigation land which available to be inspected for research. The system has been tested in a real-life case study. As a result, the system enhances the efficient management of irrigation area and infrastructure data. Users stated that this geographic information system has many benefits to irrigation area management., i.e, ensuring data authorization with user information when data is recorded, real time image capture for each irrigation infrastructure, and digital maps to gain a wide overview of irrigation area information on Kabupaten Kubu Raya
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Fibriansari, Rizeki Dwi, Arista Maisyaroh, and Eko Prasetya Widianto. "PENDAMPINGAN KADER GAPOKTAN DALAM KOMUNIKASI PELAPORAN TANGGAP DARURAT TERHADAP KEJADIAN KEGAWATAN SEHARI-HARI DI AREA PERTANIAN." Jurnal Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jember 2, no. 2 (December 18, 2023): 210–18. http://dx.doi.org/10.19184/jpmunej.v2i2.441.

Full text
Abstract:
Kejadian kegawatdarurtan sehari-hari sering terjadi di sekitar kita. Masyarakat Indonesia secara umum belum tersosialisasi dengan baik ketika memberikan respon terhadap kejadian yang mengancam nyawa, baik dalam hal teknik pelaporan, penanganan awal dan metode transportasi nya, meningkatkan resiko kejadian meninggal atau mengalami komplikasi karena terlambat atau salah penanganan pada awal kejadian. Sehingga diperlukan pendampingan yang berbasis kelompok untuk bisa efektif melatih dan mengajarkan kepada masyarakat metode dan teknik yang tepat. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan kejadian kegawatdaruratan adalah di kelompok petani, karena tingginya resiko kejadian kegawatdaduratan yang terkait dengan pekerjaan petani di area pertanian. Pendampingan kelompok masyarakat melalui pertemuan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang dilakukan rutin setiap bulan, maka kami melakukan pendampingan untuk pembentukan kader Gapoktan Kecamatan Jatiroto untuk bisa berdaya di kelompoknya dalam mengurangi resiko kegawatdaruratan akibat kejadian trauma dan penyakit akibat kerja di area pertanian. Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian tahapan pendampingan, mulai dari bagaimana respon awal, Teknik melaporkannya, meminta bantuan kegawatdaruratan dan teknik pertolongan pertama sampai pada Teknik evakuasi untuk dipindahkan ke tempat pelayanan Kesehatan. Melalui Kerjasama antara Fakultas Keperawatan Universitas Jember dengan Dinas Pertanian dan Kesehatan Kabupaten Lumajang, Kami melakukan pendampingan terhadap Gapoktan Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang. Pendampingan terhadap pengenalan kegawatdaruratan yang mengancam kematian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta metode komunikasi pelaporan kepada PSC Si Lugas 119 Kabupaten Lumajang. Setelah dilakukan pendampingan terdapat peningkatan kemampuan dari petani dalam mengenal dan melaporkan kegawatdauratan, diharapkan dengan pengabdian masyarakat pendampingan gapoktan ini dapat mengurangi resiko kegawatdaruratan akibat trauma dan penyakit akibat kerja di area pertanian.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Marlina, Nanda Ika Vera, Tri Joko, and Onny Setiani. "Evaluasi Aspek Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional Kedunggalar Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Jawa Timur." MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 20, no. 5 (September 10, 2021): 308–16. http://dx.doi.org/10.14710/mkmi.20.5.308-316.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Pasar Tradisional Kedunggalar dikategorikan sebagai pasar tipe A. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengelolaan sampah masih belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 diantaranya tidak adanya proses pemilahan sampah dan pengolahan sampah serta banyak dijumpai sampah yang berserakan di lingkungan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan sampah di Pasar Tradisional Kedunggalar.Metode: Penelitian ini merupakan observasional bersifat deskriptif. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pegawai Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar, Pengelola Pasar, Petugas kebersihan pasar, dan Pedagang Pasar. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling . Objek penelitian ini adalah karakteristik sampah dan aspek pengelolaan sampah.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, sumber penghasil sampah adalah los, kios, dasaran, kamar mandi, kantor pengelola pasar, gudang, halaman, parkiran, dan mushola dengan jenis sampah berupa sampah organik, anorganik dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Jumlah sampah rata-rata yang dihasilkan mencapai 64,576 kg/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sampah dilakukan dari operasional kelembagaan, hukum, keuangan, dan peran serta masyarakat. Penerapan pengelolaan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.Simpulan: Hasil penilaian pelaksanaan aspek pengelolaan sampah mendapatkan presentase 72,60% untuk kategori sesuai dan 27,39% untuk kategori belum sesuai. Presentase kesesuaian tidak sesuai dan belum memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013, yang merupakan minimal 80%.Kata kunci: Pengelolaan; Sampah; Pasar; Evaluasi ABSTRACT Title: Evaluation Of Aspect Of Waste Management In Kedunggalar Traditional Market, Kedunggalar District, Ngawi Regency, East JavaBackground: The Kedunggalar Traditional Market is categorized as a type A market. The results of the observations show that waste management is still not in accordance with the Regulation of the Minister of Public Works of the Republic of Indonesia Number 03/PRT/M/2013 including the absence of waste sorting and waste processing and there is a lot of garbage scattered around the environment. market. This study aims to evaluate the implementation of waste management in Kedunggalar Traditional Market.Method: This research is descriptive observational. The method used is quantitative and qualitative with a cross sectional approach. The subjects of this study were employees of the Department of Trade and Market Management, Market Managers, Market Cleaning Officers, and Market Traders. Sampling using purposive sampling technique. The object of this research is the characteristics of waste and aspects of waste management.Result: Based on the results of the research, the sources of waste generation are booths, kiosks, foundations, bathrooms, market management offices, warehouses, yards, parking lots, and prayer rooms with types of waste in the form of organic, inorganic and B3 (Hazardous and Toxic Materials) waste. The average amount of waste produced reaches 64.576 kg/day. The results showed that waste management was carried out from institutional operations, law, finance, and community participation. The implementation of waste management includes sorting, collecting, transporting, processing, and final disposal of waste that is not in accordance with applicable regulations.Conclusion: The results of the assessment of the implementation of the waste management aspect obtained a percentage of 72.60% for the appropriate category and 27.39% for the unsuitable category. The percentage of conformity does not match and does not meet the requirements based on the Regulation of the Minister of Public Works of the Republic of Indonesia Number 03/PRT/M/2013, which is a minimum of 80%.Keywords: Management; Waste; Market; Evaluation
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

KENCANA, SURI. "Studi Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek-Proyek Infrastruktur di Kota Binjai." Inovasi 16, no. 2 (October 8, 2019): 105–14. http://dx.doi.org/10.33626/inovasi.v16i2.153.

Full text
Abstract:
Pemerintah Kota Binjai melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Binjai setiap tahunnya menyiapkan anggaran untuk pembangunan kotanya melalui proyek-proyek konstruksi gedung dan infrastruktur. Seperti kota-kota lainnya di Indonesia, sekitar 60% sampai dengan 70% proyek konstruksi mengalami keterlambatan, begitu pula halnya di Kota Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan pengetahuan terkait dengan penyebab keterlambatan yang sering terjadi pada pelaksanaan proyek-proyek konstruksi, menganalisis penyebab yang paling dominan, serta memberikan masukan/saran pencegahan keterlambatan di masa depan. Metode sampel acak strata proporsional menjadi teknik pengambilan sampel karena populasi yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dengan penyebab keterlambatan proyek terangkum dalam 7 kategori dengan 35 variabel. Terdapat 15 proyek konstruksi yang menjadi objek penelitian dengan 32 responden di mana dari pihak pemilik proyek (owner) sebanyak 15 responden, pihak pelaksana proyek (kontraktor) sebanyak 12 responden dan konsultan supervisi sebanyak 5 responden. Harga barang-barang konstruksi yang secara berkesinambungan terus meningkat menjadi hal terpenting/dominan yang perlu diperhatikan dengan persentase sebesar 42%. Terdapat beda pandangan antara pemilik proyek (owner) yang menyatakan bahwa gangguan keamanan selama proyek berlangsung yang menjadi penyebab keterlambatan. Sedangkan kontraktor/konsultan supervisi menyatakan harga barang-barang konstruksi yang secara berkesinambungan terus meningkat tersebut yang menjadi penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi gedung dan infrastrukstur di Kota Binjai. Perencanaan yang baik, detail dan matang sesuai dengan kebutuhan serta mudah dipahami dan diaplikasikan di lapangan sehingga diperoleh konstruksi yang tepat dengan biaya yang ekonomis menjadi masukan/saran responden yang paling diharapkan sehingga di masa depan proyek konstruksi dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan. Kata Kunci: Penyebab Keterlambatan, Proyek Konstruksi, Indeks Kepentingan
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

A Faritzie, Hariman, Bahder Djohan, and Muhammad Ali Hastila. "PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH JEMBATAN DAERAH PERBUKITAN KECAMATAN SEMENDO DARAT TENGAH KABUPATEN MUARA ENIM." Jurnal Teknik Sipil 10, no. 1 (December 16, 2021): 32–40. http://dx.doi.org/10.36546/tekniksipil.v10i1.458.

Full text
Abstract:
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang, dan lain sebagainya. Di desa Batu Surau Kecamatan Semendo Darat Tengah Kabupaten Muara Enim merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng landai hingga terjal dan juga jenis tanah dengan batuan keras, sehingga tidak bias menggunakan pondasi tiang pancang pada daerah ini. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perhitungan desain abutment daerah perbukitan dan untuk mengetahui perhitungan desain pondasi sumuran daerah perbukitan kecamatan Semendo Darat Tengah Kabupaten Muara Enim. Data primer yang diambil pada penelitian ini adalah data Pengukuran Topografi yang di ukur langsung dilapangan, sampel tanah yang di ambil hasil uji Sondir dan hasil uji Hand Boring pada Laboratorium. Data sekunder berupa peta system jaringan jalan, data lalulintas harian rata-rata, data hidrologi dan peta zona gempa Indonesia yang di dapat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Muara Enim. Dari hasil penelitian didapatkan hasil dimensi abudment I dengan tinggi 12,2 meter, panjang 10 meter dan lebar 11,3 meter sedangkan abudment II dengan tinggi 13,4 meter, panjang 10 meter dan lebar 12,5 meter. Dan didapatkan hasil dimensi pondasi sumuran sesuai dengan hasil uji sondir dengan daya dukung 2500 Kn di kedalaman 5 meter dan hand boring dengan berat jenis tanah 1,441 Gr/cm3, sudut geser 15,87° dan Kohesi sebesar 0,125 Kg/cm2 maka didapatkan dimensi pondasi sumuran I dengan tinggi 3,5 meter dan lebar 3,0 meter dengan jumlah pondasi 2 buah sedangkan dimensi pondasi sumuran I dengan tinggi 3,5 meter dan lebar 3,2 meter dengan jumlah pondasi 2 buah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Raska, Jannisa, Petrus Subardjo, Gentur Handoyo, Dwi Haryo Ismunarti, and Sugeng Widada. "Analisa Laju Sedimentasi di Laguna Perairan Pamayangsari, Kabupaten Tasikmalaya." Indonesian Journal of Oceanography 2, no. 3 (October 31, 2020): 199–209. http://dx.doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8122.

Full text
Abstract:
Pantai Pamayangsari terletak di Kabupaten Tasikmalaya pada 108°6'16,09" Bujur Timur - 108°6'44,40" Bujur Timur dan 7°46'23,47" Lintang Selatan - 7°46'32,73" Lintang Selatan. Wilayah Pantai Pamayangsari di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, sebelah utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Pantai Pamayangsari memiliki laguna yang airnya berasal dari air tawar Sungai Cilangla dan air asin dari laut. Air tersebut membawa material sedimen yang kemudian masuk ke daerah laguna. Kondisi di sekitar laguna dikelilingi oleh hutan rawa mangrove dan daerahnya bersubstrat pasir, sehingga di laguna tersebut mengalami sedimentasi yang cukup tinggi. Proses sedimentasi yang terjadi akan menimbulkan pendangkalan yang dapat menghambat aliran sungai ke laut dan menyebabkan banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai laju sedimentasi di laguna Pantai Pamayangsari, Kabupaten Tasikmalaya. Penetian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian lapangan pada tanggal 2 - 16 Juli 2019 dan analisa laboratorium pada tanggal 18 September hingga 3 Oktober 2019. Data utama pada penelitian ini adalah sampel sedimen di sediment trap. Data pendukung pada penelitian ini meliputi debit sungai dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tasikmalaya tahun 2019, data angin dari European Centre for Medium-Range Weather Forecast bulan Januari 2014 – Juli 2019, dan Peta Database of Global Administrative Areas (GADM). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata – rata laju sedimentasi di setiap stasiun berkisar antara 10,494 – 12,496 gr/m2 /hari. Total nilai laju sedimentasi dari setiap stasiun pada pengambilan pertama 7,237 gr/m2 /hari dan pengambilan kedua 16,354 gr/m2 /hari. Jenis sedimen di laguna Perairan Pamayangsari yaitu pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Shodiq, M. Nur, and Joko Nur Mulyono. "The Role of Disaster Preparedness Agency in Flood and Landslide in Kalijompo Plantation Jember." Jurnal ENTITAS SOSIOLOGI 7, no. 2 (August 6, 2018): 25. http://dx.doi.org/10.19184/jes.v7i2.16630.

Full text
Abstract:
Abstract Indonesia which is rich in natural landscapes such as mountains, valleys and rivers has a risk of flash floods and landslides. Risks are increasing because of the equator crossing Indonesia and the exploitation of nature by humans. These landscape characteristics, as well as the potential for flash floods and landslides, are also found in the Kalijompo Plantation, Jember Regency. thus alertness to disaster is needed. This research was conducted to describe and analyze institutions in alert to flash floods and landslides in the Kalijompo Plantation, Jember Regency. This study uses a qualitative approach through conducting interviews, documentation, and observation. Anthony Giddens' agency theory is borrowed as a theoretical approach. The findings of this study are agencies acting as facilitators, provocateurs, and motivators in disaster alertness. Agency motives in this context are social and economic. Keywords: Agency, Vigilance, Banjir Bandang, Land Slide Referensi: Buku: Giddens, Anthony. 1984. Teori Strukturasi Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Terjemahan oleh Maufur dan Daryatno. 2010. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Giddens, Anthony. 1984. The Constitution of Society. Diterjemahkan oleh: Sujono, Adi Loka. Cetakan Keempat tahun 2011. Yokyakarrta: Topprint. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendektan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Jurnal dan Skripsi: Cahya, Deden Yoga Dwi. 2016. Peran FMU Darmaning Lestari dalam Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor di Desa Darsono Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember Istifadah, Evaatul. 2017. Agensi dalam Membangun Kesadaran Lingkungan Masyarakat (Fenomenologi Aktivis Lingkungan dalam Mengolah Limbah Sampah Organik di Kampung Ujung Banyuwangi). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember Nandi. 2007. Longsor. Jurusan Pendidikan Geografi. Bandung. FPIPS-UPI. Dokumen: Direktorat Sungai dan Pantai, Direktorat Jenderal SDA Kementrian PU Bekerjasama dengan JICA. 2012. Petunjuk Tindakan dan Sistem Mitigasi Banjir Bandang. Dinas Pekerjaan Umum. Padang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Fauzi, Arief Rachmat, Dodit Rachmadi Slamet, Ratih Utami, and Syahrifan Patadjenu. "Peningkatan Layanan Kependudukan dan Catatan Sipil yang Inklusif Melalui Optimalisasi Fasilitas Penyandang Disabilitas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang Selatan." JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 4, no. 1 (August 10, 2022): 867–92. http://dx.doi.org/10.56552/jisipol.v4i1.83.

Full text
Abstract:
The physical, intellectual, mental, and/or sensory limitations experienced should not be an obstacle for persons with disabilities to have the right to live and maintain a decent life. The South Tangerang City Government has proven its alignment with people with disabilities by enacting Regional Regulation Number 18 of 2019 concerning the Implementation of Disability Protection. In its implementation, there are problems in the implementation of facilities, especially facilities and infrastructure for persons with disabilities. This will have an impact on community satisfaction, especially people with disabilities in accessing public services at the Disdukcapil of South Tangerang City. Some findings in the field include that there are still no supporting facilities and infrastructure such as stairs, handrails for wheelchair users, special toilets, misused guide lanes, and no signage for special parking spaces for persons with disabilities. Alternative policies to improve population services and inclusive civil registration include revitalizing facilities and infrastructure, building additional facilities, structuring office areas, and efforts to get closer to people with disabilities in order to fulfill population services. Based on the results of the analysis, it is recommended to carry out an integrated arrangement of the office area. The recommendation was conveyed so that the principles of convenience, security, safety, comfort, health, and independence in going to and utilizing public facilities could be achieved. In addition, the arrangement of the area that is more integrated with other public facilities such as public transportation is expected to facilitate access for the community, especially people with disabilities in accessing services. Secara umum isu pelayanan bagi difabel dan disabilitas masih menjadi masalah di Indonesia. Kota Tangerang Selatan sendiri telah memulai membuktikan keberpihakannya terhadap kaum difabel dengan mengundangkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 18 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Disabilitas. Penyandang disabilitas adalah bagian dari masyarakat marginal yang tersisihkan dalam proses pembangunan. Mereka tidak mendapatkan tempat dan posisi yang layak dalam kehidupan sosial masyarakat termasuk dalam pelayanan publik yang sangat dasar dalam bermasyarakat dan bernegara. Kebanyakan komunitas difabel di Kota Tangerang Selatan hanyalah sebagai outsider dalam keseluruhan proses pembangunan maupun dalam mendapatkan “akses”, baik itu akses pendidikan, pekerjaan maupun layanan rehabilitasi medis dan sosial. Realitas ini sungguh sangat memprihatinkan dan membutuhkan intervensi dan affirmative actions dari berbagai pihak dan kalangan. Artinya sangat diperlukan adanya peningkatan kesadaran kritis dari aksis sosial masyarakat dari berbagai kalangan professional, Pemerintah dan Pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan serta jajarannya. Dalam proses perencanaan dan desain bangunan dan lingkungan di Kota Tangerang Selatan kaum difabel ini selalu luput dari perhatian. Selain itu para pengambil kebijakan tidak secara tegas memberlakukan peraturan yang sudah mereka tetapkan tentang aksesibilitas kepada jajaran Pemerintah Daerah dan masyarakat. Realitas yang terjadi luputnya perhatian terhadap difabel akibat kompleksitas faktor sosial, budaya, dah hukum ini maka kaum difabel hanya dianggap masyarakat kelas dua dan tidak menjadi bagian yang mampu memberikan kontribusi penting dalam proses pembangunan secara menyeluruh. Realitas yang terukur dari minimnya fasilitas dalam proteksi hak-hak kebutuhan dasar sebagai anggota dalam masyarakat yang ditinjau dari fasilitas pelayanan bagi kaum disabilitas pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Penulis berharap dalam penelitian ini dapat merekomendasikan saran kebijakan yang lebih berpihak kepada kaum disabilitas sekaligus memproteksi hak-haknya dalam memperoleh akses serta layanan ramah disabilitas sehingga lebih mudah untuk berinteraksi sosial secara wajar dan optimal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Tondi, Muhammad Lufika, and Sakura Yulia Iryani. "NILAI DAN MAKNA KEARIFAN LOKAL RUMAH TRADISIONAL LIMAS PALEMBANG SEBAGAI KRITERIA MASYARAKAT MELAYU." LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR 5, no. 1 (June 28, 2018): 15. http://dx.doi.org/10.26418/lantang.v5i1.25383.

Full text
Abstract:
Rumah Tradisional Limas Palembang sebagai salah satu kearifan lokal (Genius Loci) yang ada di Palembang memiliki nilai dan makna sebagai salah satu pembentuk kehidupan masyarakat Palembang. Keberadaan nilai dan makna dalam kearifan lokal Rumah Trdisional Limas Palembang telah menjadi ciri khas peradaban kehidupan masyarakat Palembang sebagai bagian dari masyarakat Melayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bahwa masyarakat Palembang sebagai bagian dari masyarakat Melayu jika dilihat dalam makna dan nilai yang ada dalam rumah tradisional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk melihat apa saja makna makna Local wisdom (Genius Loci) dirumah tradisional Palembang dan melihat keterikaitannya dengan adab dan kriteria masyarakat Melayu. Peneliti mendeskripsikan beberapa bagian dari rumah tersebut dan mencoba menggali makna dan nilainya dan di kaitkan dengan adab dan kriteria Masyarakat Melayu. Pada penelitian ini didapat kesimpulan beberapa unsur dan lingkup rumah Tradisional sesuai dengan kriteria masyarakat Melayu. Penelitian ini kedapannya diharapkan sebagai bukti bahwa adanya kaitan antara kebudayaan Palembang dengan kehidupan masyarakat MelayuKata-Kata Kunci: Local Wisdom, Nilai dan Makna, Limas, MelayuVALUE AND MEANING OF TRADITIONAL HOUSE LIMAS PALEMBANG LOCAL WISDOM AS CRITERIA OF MALAY COMMUNITYTraditional House Limas Palembang as one of Local wisdom (Genius Loci) in Palembang has value as one of the forming community of Palembang. The existence of value and meaning in local wisdom from Traditional Limas house of Palembang has become the hallmark of a civilization of Palembang society life as part of Malay society. The purpose of this study is to see that Palembang community as part of Malay society when viewed in the meaning and value that exist in the traditional house. This research used a descriptive qualitative method to see what meaning Local Wisdom (Genius Loci) in traditional house of Palembang and saw its attitudes with culture and criteria of Malay society. The researcher describes some parts of the house and tries to explore the meaning and value. It is associated with the existence and principles of the Malay Society. In this study, it can be concluded that some elements and scope of Traditional House are following with the criteria of Malay society. This research is expected as evidence that the link between Palembang culture with the life of the Malay communityKeywords: Local Wisdom, value and meaning, Limas, MelayuREFERENCESM. Chabib Thoha, M,C. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka PelajarAmanati, R. (2010). Kearifan Arsitektur Melayu Dalam Menanggapi Lingkungan Tropis, Seminar Nasional Fakultas Teknik, Universitas Riau.Amanati, R. (2010). Kearifan Arsitektur Melayu Dalam Menanggapi Lingkungan Tropis, Seminar Nasional Fakultas Teknik, Universitas Riau.Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), Jakarta: Pustaka JayaDahliyani, S. (2015). Local Wisdom In Built Environment In Globalization Era, International Journal Of Education And Research Vol. 3 No. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia.Darussamin, Z. (2014). Integrasi Kewarisan Adat Melayu-Riau Dengan Islam, Sosial Budaya : Media Komunikasi Il M U - Ilmu Sosial Dan B U D A Y A , Vol . 1 1 , No . 2 Juli - Desember 2014, Uin Sultan Syarif Kasim RiauEffendi, Tennas. (2009). ”Bangunan Tradisional Melayu Dan Nilai Budaya Melayu” Masyarakat Melayu Riau Dan Kebudayaannya, Tanjung Pinang, Riau.Faisal, G., (2013). Selembayung Sebagai Identitas Kota Pekanbaru : Kajian Langgam Arsitektur Melayu, Indonesian Jurnal Of Conservation Vol 2.Ihsan, M. (2008). Analisa Ketahanan Gempa Pada Rumah Tradisional Sumatera, Skripsi, Universitas Indonesia.Ismail Husein. (1984). Antara Dunia Melayu Dengan Dunia Indonesia. Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan MalaysiaKhairi. (2010). Islam Dan Budaya Masyarakat. Fajar Pustaka. Yogyakarta.Mudara, M. A . (2004), Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman, Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu, Bekerja Sama Dengan Penerbit Adicita, Yogyakarta.Norberg-Schultz, Christian. (1979). Genius Loci. New York: Collier Books.Rakhman , A. (2015). Arti Simbolis Di Balik Ornamen Rumah Limas Palembang , Jurnal Kriya Volume 12Ricoeur, Paul. (2013). Filsafat Wacana, Penerbit Ircisod. Yogyakarta.Rumiawati, A. (2013). Identifikasi Tipologi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Di Kabupaten Langkat Dan Perubahannya. Jurnal Permukiman. Pusat Litbang Perumahan Dan Permukiman, Badan Litbang, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.Sinar, T. L. (1993). Motif dan Ornamen Melayu. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya Melayu. MedanSiswanto, A. (2009). Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan Bagi Pembangunan Lingkungan Binaan, Jurnal Local Wisdom Volume: I, Nomor: 1,Soedigdo, D. (2014). Elemen-Elemen Pendorong Kearifan Lokal Pada Arsitektur Nusantara, Jurnal Perspektif Arsitektur Volume 9 / No.1, Juli 2014.Sturgess, L B. (2005). The Green: Building A Viable Program For Forgotten Public Space In Uptown Dallas The University Of Texas At Arlington.Sumaryono. (1999). Hermeneutiks : Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta ; Kansius.Suryana. (2008). Upacara Adat Perkawinan Palembang, Skripsi, Uin Sunan Kalijaga Jogjakarta.Susanti, M. (2014). Budaya Malu Cerminan Bagi Perempuan Melayu, Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Budaya, Vol.11, Uin Sultan Syarif Kasim Riau.Syarofie, Yudhy. (2012). Songket Palembang, Nilai Filosofis, Jejak Sejarah, Dantradisi. PalembangTakari, M. (2015). Adat Dalam Peradaban Melayu, Laporan Peneitian, Universitas Sumatera UtaraTengku Muhammad Lah Husni. (1986). Butir-Butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan KebudayaanUlfah Fajarini. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter, Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2, Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah JakartaW.J.S. Purwadaminta. (1999). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai PustakaZalika, I. (2010). Rumah Bari Dalam Kehidupan Masyarakat Adat Palembang (Sumatera Selatan), Skripsi, Universitas Lampung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Fatiah, Mona S. "DETERMINAN AKSES MEMPEROLEH KONDOM PADA KALANGAN LELAKI SEKS LELAKI DI INDONESIA." JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI 14, no. 1 (June 28, 2023): 1–9. http://dx.doi.org/10.58185/jkr.v14i1.54.

Full text
Abstract:
DETERMINAN AKSES MEMPEROLEH KONDOM PADA KALANGAN LELAKI SEKS LELAKI DI INDONESIA DETERMINANTS OF CONDOM ACCESS AMONG MEN HAVE SEX WITH MEN (MSM) IN INDONESIA Mona S Fatiah 1 1Kesehatan Reproduksi, Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM, Universitas Cenderawasih. Jl. Raya Abepura- Sentani, Kota Jayapura, Papua *E-mail: mona.s.fatiah@gmail.com Naskah masuk: dd mm 20xx Review: dd mm 20xx Disetujui terbit: dd mm 20xx Abstract Background: condoms is a form of intervention in preventing HIV transmission in key population groups, especially LSL considering that LSL is thehighest group living with HIV in Indonesia. Objective: This study was conducted with the aim of: looking at the determinants of access to condoms in LSL circles. Method: The design of the study was a cross-sectional design using STBP data 2018-2019 where this study was conducted in 24 provinces inIndonesia with the research sample being a total population of 4,290 LSL people with a sampling technique is Respondent Driven Sampling (RDS).After the funds are obtained, an analysis is carried out up to a multivariate analysis of prediction models using STATA 4 software Result: . The results of this study found that the exposure of information about HIV (OR: 1.64 with a value of 95% CI: 1.18 – 2.28), the risk of contracting HIV (OR: 1.69 with a value of 95% CI: 1.29 – 2.20) and the consistency of condom use (OR: 4.06 with 95% CI: 3.03 – 5.45), where the dominant factor affecting access to condoms is the risk of contracting HIV Conclusion: The conclusion in this study is that these three factors affect 75% of access to condoms. Keywords: Determinants, condom access, Men Have Sex with Men (MSM) Abstrak Latar belakang: Akses dalam mendapatkan kondom merupakan salah satu bentuk intervensi dalam pencegahan penularan HIV pada kelompok populasi kunci, terutama LSL mengingat LSL merupakan kelompok tertinggi yang hidup dengan HIV di Indonesia Tujuan: melihat determinan akses memperoleh kondom pada kalangan LSL Metode: Desain dari penelitian adalah desain cross sectional dengan menggunakan data STBP 2018-2019 dimana penelitian ini dilakukan di 24 provinsi yang ada di Indonesia dengan sampel penelitian adalah total populasi berjumlah 4.290 orang LSL dengan Teknik pengambilan sampel adalah Respondent Driven Sampling (RDS). Setelah dana diperoleh, maka dilakukan analisis sampai dengan analisis multivariat model prediksi dengan menggunakan software STATA 14 Hasil: Hasil penelitian ini menemukan jika keterpaparan informasi tentang HIV (OR: 1,64 dengan nilai 95% CI: 1,18 – 2,28), risiko tertular HIV (OR: 1,69 dengan nilai 95% CI: 1,29 – 2,20) dan konsistensi penggunaan kondom (OR: 4,06 dengan 95% CI: 3,03 – 5,45), dimana factor yang dominan mempengaruhi akses mendapatkan kondom adalah risiko tertular HIV Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini jika ketiga factor tersebut mempengaruhi seitar 75% dalam akses memperoleh kondom. Kata kunci: Determinan; Akses memperoleh kondom; Lelaki Seks Lelaki (LSL) PENDAHULUAN Kondom merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang mudah di akses oleh khalayak umum, namun berbeda halnya akses memperoleh kondom pada kelompok berisiko terutama kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL), dimana proporsi keberadaan kelompok LSL ini di Indonesia sekitar 0,03% dari populasi masyarakat Indonesia1. LSL merupakan salah satu kelompok risiko tinggi untuk menular dan tertular Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada pasangannya, dimana gay dan LSL memiliki risiko 28 kali lebih besar tertular HIV melalui hubungan sex dibandingkan populasi laki – laki umumnya (usia 15 – 19 tahun) 2. Unsafe sex dikendarai menjadi factor penularan HIV utama selain penggunaan jarum suntik tidak steril di kalangan Pengguna Narkoba Jarum Suntik (Penasun), riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS) 3, hal ini dapat terlihat dari tren laporan HIV triwulan III (47%) tahun 2021 dan triwulan I tahun 2022 (43%), yang mana proporsi unsafe sex menjadi penyebab terbesar dalam penularan HIV pada kelompok heteroseksual maupun homoseksual dibandingkan dengan Penasun 4,5. Gay dan LSL menjadi kelompok tertinggi yang terinfeksi HIV dengan proporsi sebesar 45% di seluruh dunia pada tahun 2021 6, tidak hanya di dunia, namun penularan HIV tertinggi pada LSL juga terjadi di wilayah South – East – Asia (SEA) 7 , dimana Indonesia merupakan salah satu anggota SEA yang memiliki prevalensi kejadian HIV sebesar 0,10 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi pada tahun 20208, dimana prevalen tersebut menempati posisi ke-empat tertinggi sebelum Malaysia (0,19 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi), Filipina (0,15 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi) dan Laos (0,13 per 1.000 populasi yang tidak terinfeksi)8. Prevalensi HIV sendiri di Indonesia pada kelompok LSL juga terbilang tinggi, hal ini terlihat dari laporan Subdit HIV dan PMS Kemenkes tahun 2022, dimana sekitar 329.582 orang pada bulan Januari – Maret 2022 yang teinfeksi HIV 28,8% diantaranya adalah kelompok LSL5, jumlah tersebut sebenarnya sudah melebihi target UNAIDS yang menginginkan jika adanya penurunan kasus HIV infeksi baru menjadi 370.000 kasus tahun 2025 9. Jika melihat jumlah kasus tersebut tentunya sangatlah miris, dimana lelaki menjadi aktor utama dalam penularan HIV. Hal ini sesuai dengan Laporan triwulan I Kemenkes tahun 2021 memaparkan jika, 71% Orang Dengan HIV (ODHIV) di Indonesia4. Menghadapi realitas tersebut maka Kemenkes mengeluarkan regulasi yang tertuang dalam Peraturan Meteri Kesehatan (Permenkes) nomor 12 tahun 2013, dimana salah satu cara upaya penularan HIV dan IMS adalah dengan konsisten menggunakan kondom saat berhubungan badan serta tidak melakukan kegiatan seks berisiko, dimana dalam Permenkes tersebut juga menyinggung bahwa pemerintah menjamin ketersediaan kondom sebagai bagian dari kesehatan10. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat determinan akses memperoleh kondom pada kelompok LSL di Indonesia. METODE Penelitian ini berdesain cross sectional dengan memanfaatkan data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018 – 2019 yang dikeluarkan oleh Subdit HIV AIDs dan PMS Kemenkes, dimana penelitian ini di lakukan di Indonesia dalam kurun waktu selama enam bulan (Juni – November 2022). Sampel pada penelitian ini merupakan total populasi sejumlah 4.290 orang LSL yang berada di 24 Provinsi yang ada di Indonesia, dimana sampel pada penelitian ini diambil dengan pendekatan Respondent Driven Sampling (RDS). Variabel pada penelirian ini terdiri dari variabel Independen berupa: karakteristik LSL (usia, pendidikan LSL, status perkawinan dan pekerjaan), jaminan kesehatan, informasi tentang HIV, risiko tertular HIV serta konsistensi penggunaan kodom dan variabel dependen berupa: akses mendapatkan kondom. Setelah data terkumpul maka data di analisis sampai dengan analisis multivariat yaitu regresi logistic model prediksi dengan menggunakan software STATA 14. Penelitian ini telah lulus uji etik dengan nomor: 727/UN2.F10/PPM/00.02/2018. HASIL Sebanyak 4.176 orang LSL 24,2% LSL diantaranya mengaku tidak memiliki kondom, dengan usia LSL termuda berada pada range antara 15 – 19 tahun sekitar 17,4%. Sebagian besar (60,1%) dari LSL mengaku memiliki latar belakang pendidikan tamat SMA/sederajat dengan status perkawinan terbanyak adalah belum menikah sekitar 81,9 persen. untuk membiayai kebutuhan sehari – hari kelompok LSL mengaku jika 36% LSL memiliki pekerjaan dengan gaji tetap. Untuk kepemilikan jaminan kesehatan, proporsi LSL yang tercover dalam jaminan kesehatan sekitar 59,8%, sedangkan untuk informasi tentang HIV sekitar 20,8% LSL mengaku tidak pernah mendapatkan informasi tentang HIV. Sekitar 64,1% LSL mengaku jika mereka merasa berisiko tertular HIV dan 12,45 LSL mengaku tidak konsisten menggunakan kondom saat melakukan hubungan badan dengan pasangan seks tetap (tabel 1). Tabel 1. Distribusi Karaktersitik LSL (Usia, Pedidikan, Status Perkawinan dan Pekerjaa), Jaminan Kesehatan, Informasi tentang HIV, Risiko tertular HIV, Konsistensi Penggunaan Kondom dan Akses Mendapatkan Kondom Akses Mendapatkan Kondom n % Tidak memiliki kondom 1.011 24,2 Hanya membeli 1.352 32,4 Gratisan 1.170 28,0 Membeli dan dapat gratis 643 15,4 Total 4.176 100,0 Karakteristik Responden Usia (dalam tahun) 15 – 19 748 17,4 20 – 24 1.245 29,1 25 – 49 2.163 50,4 ³50 Tahun 134 3,1 Total 4.290 100,0 Pendidikan Tidak pernah sekolah 16 0,4 Menamatkan SD 294 6,8 Menamatkan SMP 763 17,8 Menamatkan SMA 2.580 60,2 Menamatkan akademi sederajat 637 14,8 Total 4.290 100,0 Status Perkawinan Belum kawin 3.515 81,9 Menikah dan tinggal dengan pasangan 453 10,6 Menikah namun tidak tinggal serumah 107 2,5 Cerai hidup 172 4,0 Cerai mati 43 1,0 Total 4.290 100,0 Pekerjaan Tidak bekerja 1.178 27,5 Bekerja dengan gaji tetap 1.544 36,0 Bekerja dengan gaji tidak tetap 754 17,6 freelance 814 19.0 Total 4.290 100,0 Kepemilikikan jaminan kesehatan BPJS 2.566 59,8 Asuransi swasta 116 2,7 BPJS dan Asuransi swasta 142 3,3 Tidak memiliki 1.466 34,2 Total 4.290 100,0 Informasi tentang HIV Ya mendapatkan informasi 3.397 79,2 Tidak mendapatkan informasi 893 20,8 Total 4.290 100,0 Risiko tertular HIV Tidak berisiko 2.750 64,1 Berisiko 990 23,1 Tidak tahu 550 12,8 Total 4.290 100,0 Konsistensi Penggunaan Kondom Tidak pernah 232 12,5 Jarang/kadang – kadang 726 39,0 Sering 263 14,1 Selalu 618 33,2 Tidak punya pasangan tetap 24 1,3 Total 1.863 100,0 LSL yang berusia di atas 20 tahun memiliki peluang sebesar 1,87 kali dalam kemudahan mengakses kondom di bandingkan dengan LSL yang berusia di bawah 20 tahun (Nilai OR: 1,87 dengan nilai 95% CI: 1,56 – 2,23). Kelompok LSL berlatar belakang pendidikan yang lulusan aakademik/PT memiliki peluang sebesar 1,39 kali lebih besar untuk memperoleh kemudahan dalam mengakses kondom di bandingkan kelompok LSL yang berlatar belakang pendidikan lulusan SMA ke bawah (Nilai OR: 1,39 dengan nilai 95% CI: 1,12 – 1,74). LSL yang berstatus bekerja lebih berpeluang sebesar 1,76 kali lebih besar untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses kondom pada saat berhubungan badan di bandingkan dengan LSL yang tidak bekerja (Nilai OR: 1,76 dengan nilai 95% CI: 1,51 – 2,06). Hasil analisis untuk variabel kepemilikan jaminan kesehatan diperoleh jika LSL yang memiliki jaminan kesehatan berpeluang sebesar 1,34 kali lebih besar untuk memperoleh kemudahan dalam mendapatkan kondom di bandingkan dengan LSL yang tidak memiliki jaminan kesehatan (Nilai OR: 1,34 dengan nilai 95% CI: 1,15 – 1,55). LSL yang terpapar tentang informasi HIV memiliki peluang sebesar 2,43 kali lebih besar untuk mendapatkan kemudahan dalam negakses kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak terpapar informasi tentang HIV (Nilai OR: 2,34 dengan nilai 95% CI: 1,98 – 2,76). LSL yang merasa berisiko tertular HIV berpeluang sebesar 2,12 kali lebih besar dalam kemudahan akses mendapatkan kondom dibandingkan dengan LSL yang merasa tidak berisiko tertular HIV (Nilai OR: 2,12 dengan nilai 95% CI: 1,83 – 2,46). Kelompok LSL yang konsisten menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasnagannya berpeluang sebesar 4,16 kali lebih besar mendapatkan kemudahan dalam mengakses kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak konsisten dalam menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan seksnya (Nilai OR: 4,16 dengan nilai 95% CI: 3,09 – 5,67) yang dapat terlihat pada tabel 2 Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen Variabel Akses Mendapatkan Kondom Total p value OR (95% CI) Mudah Tidak mudah n % n % n % Karakteristik LSL Usia dalam tahun ³ 20 2.695 77,9 762 22,1 3.457 100,0 0,0001 1,87 (1,56 – 2,23) < 20 470 65,4 249 34,6 719 100,0 Pendidikan Tamat akademi/PT 509 80,7 122 19,3 631 100,0 0,002 1,39 (1,12 – 1,74) Tamat SMA ke bawah 2.656 74,9 889 25,0 3.545 100,0 Status Perkawinan Menikah dan cerai 522 70,3 221 29,3 743 100,0 0,001 0,706 (0,589 – 0,845) Belum menikah 2.643 76,9 790 23,1 3.433 100,0 Pekerjaan Berkerja dan freelance 2.399 78,8 646 21,2 3.045 100,0 0,001 1,76 (1,51 – 2,06) Tidak bekerja 766 67,7 365 32,3 1.131 100,0 Kepemilikan Asuransi Memiliki Jamkes 2.139 77,6 616 22,4 2.755 100,0 0,001 1,34 (1,15 – 1,55) Tidak memiliki 1.026 72,2 395 27,8 1.421 100,0 Keterpaparan Informasi tentang HIV Pernah terpapar 2.650 79,2 695 20,7 3.345 100,0 0,001 2,34 (1,98 – 2,76) Tidak pernah terpapar 515 61,9 316 38,1 831 100,0 Risiko tertular HIV Berisiko 2.199 80,8 523 19,2 2.722 100,0 0,001 2,12 (1,83 – 2,46) Tidak berisiko 966 66,4 488 33,6 1.454 100,0 Konsistensi Penggunaan Kondom Konsisten 813 92,6 65 7,4 878 100,0 0,001 4,16 (3,09 – 5,67) Tidak konsisten 711 75,0 237 25,0 948 100,0 Hasil akhir analisis multivariat, diperoleh ada tiga faktor yang mempengaruhi akses mendapatkan kondom pada kalangan LSL, yaitu: keterpaparan informasi tentang HIV dengan nilai p value sebesar 0,003 dan nilai OR sebesar 1,65 (95% CI: 1,18 – 2,28), risiko tertular HIV dengan nilai p value sebesar 0,001 dan nilai OR sebesar 1,69 (95% CI: 1,29 – 2,21) serta variabel konsistensi menggunakan kondom dengan nilai p value sebesar 0,001 dan nilai OR sebesar 4,06 (95% CI: 3,02 – 5,45), dimana variabel yang paling dominan yang mempengaruhi akses mendapatkan kondom adalah risiko tertular HIV, dimana jika kita melihat interval dari nilai 95. Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat Akses mendapatkan kondom OR SE z p value 95% CI Informasi tentang HIV 1,65 0,27 2,98 0,003 1,18 – 2,28 Risiko tertular HIV 1,69 0,23 3,88 0,001 1,29 – 2,21 Konsistensi penggunaan kondom 4,06 0,62 9,33 0,001 3,02 – 5,45 Konstanta 0,06 0,08 -19,5 0,001 0,04 – 0,08 PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang memiliki keterbatasan berupa: peneliti tidak bisa mengontrol bias dalam pengumpulan data penelitian, selian itu juga adanya keterbatasan data yang diteliti karena ketersediaan data sekunder yang terbatas, sehingga ada beberapa variabel yang belum tereksplore. Kondom merupakan salah satu dari enam langkah pencegahan penyebaran HIV pada kelompok kunci, dimana populasi kunci diharapkan konsisten menggunakan kondom saat berhubungan badan baik dengan pasangan tetap maupun tidak dengan pasangan tetap10, ketersediaan kondom dapat membuat seseorang untuk menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks11 untuk bisa memperkenalkan kondom kepada masyarakat umum sebagai alat mencegah penularan HIV selain sebagai alat kontrasepsi dalam mencegah kehamilan maka pemerintah melakukan sosialisasi baik melalui lini massa maupun dari lini kesehatan selain itu pemerintah juga membuat regulasi terkait ketersediaan kondom10,12, namun meskipun sudah ada regulasi dan sosialisasi tersebut, masih ditemukan adanya LSL pada penelitian ini yang tidak memiliki akses memperoleh kondom alias tidak memiliki kondom sekitar 24,2%. Hasil penelitian ini mirip dengan temuan yang dilakukan di Swatziland oleh Brown et al (2016), menemukan jika 18,9% LSL mengaku kesulitan dalam mengakses kondom13 hal yang sama juga ditemukan di Amerika, dimana sekitar 15 – 19 % tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual14. Kemudahan dalam akses memperoleh kondom akan menfasilitasi seseorang untuk menggunakan kondom pada saat berhubungan seks dengan partnernya sehingga penularan HIV bisa dicegah15 untuk itu perlunya memastikan ketersediaan kondom pada tempat – tempat yang di jangkau LSL sehingga kejadian HIV pada kalangan LSL bisa ditekan, mengingat jika ODHIV pada kelompok LSL di Indonesia masuk ke dalam kelompok kunci tertinggi dengan proporsi sebesar 28,8%5. Meningkatkan persepsi risiko tertular HIV pada kelompok LSL dapat membantu LSL untuk mudah mengaskses kondom16. Pada penelitian ini menemukan jika, LSL yang terpapar informasi tentang HIV baik oleh tenaga kesehatan, teman serta mendapatkan intervensi dalam menawarkan kondom ke pasangan seks akan lebih mudah mengakses kondom17. Pada penelitian ini menemukan jika adanya keterkaitan anatara keterpaparan informasi tentang HIV dengan akses mendapatkan kondom. Penelitian ini selarang dengan penelitian yang dilakukan oleh Parwangsa dan Bantas di lima kota yang ada di Indonesia menemukan jika LSL yang terpapar informasi tentang HIV berpeluang sebesar 1,99 kali untuk lebih mudah mengakses untuk memperoleh kondom dibandingkan dengan LSL yang tidak terpapar informasi HIV18, hal ini dikarenakan bahwa seseorang yang lebih terpapar informasi akan lebih bisa memproteksi diri dan pasangannya supaya tidak terkena HIV. Konsistensi penggunaan kondom dalam upaya pencegahan penularan HIV sangat dipengaruhi oleh pasangan seks19 selain factor negosiasi hal ini dapat membantu untuk konsisten dalam menggunakan kondom17. Penggunaan kondom, akses mendapatkan kondom dan juga keterjangkauan kondom dapat membantu populasi kunci untuk bisa konsisten dalam menggunakan kondom20 selain factor negosiasi dengan pasangan dan juga factor income yang diperoleh oleh LSL21. Konsistensi pengunaan kondom serta penggunaan kondom yang benar saat berhubungan seks merupakah salah satu intervensi dalam penuruna HIV di Kalangan populasi kunci22. Ketika seseorang mudah dalam mengakses kondom maka akan ada peluang untuk konsisten dalam kondom dalam berhubungan seks dengan pasangannya, dimana pada penelitian ini diperoleh sekitar 33,2% LSL yang konsisten menggunakan kondom pada saat berhubungan seks. KESIMPULAN Variabel keterpaparan informasi, risiko tertular HIV dan konsistensi penggunaan kondom merupakan determinan yang mempengaruhi akses dalam memperolhe kondom, dimana ketiga variabel ini mempengaruhi sekitar 75% dalam akses mendapatkan kondom, sedangkan variabel yang dominan mempengaruhi akses mendapatkan kondom pada kalangan LSL adalah risiko tertular HIV. SARAN Perlunya upaya intervensi dan evaluasi dari dinas kesehatan dan LSM terkait kemudahan akses ketersediaan kondom di tempat kerja pada kelompok berisiko sehingga upaya penuruan kejadian ODHIV pada kelompok berisiko dapat di control, serta perlunya upaya sosialisasi tentang HIV pada kelompok berisiko sehingga peningkatan pengetahuan dan persepsi tertular HIV pada kelompok berisiko dapat membantu dalam penurunan ODHIV. Ucapan Terima Kasih Peneliti mengucapkan terima kasih bagi pihak Subdit HIV AIDs dan PMS Kementerian Kesehatan yang telah bersedia memberikan akses raw data STBP 2018 – 2019 kepada peneliti, sehingga data tersebut dapat diolah dan menjadi sebuah informasi. Daftar Pustaka Pusdatin Kemenkes. Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2018-2019. Jakarta; 2019. UNAIDS. In Danger: UNAIDs Global AIDs Update 2022 [Internet]. Geneve; 2022. Available from: https://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2022-global-aids-update_en.pdf WHO. HIV [Internet]. 2022 [cited 2022 Jan 2]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids Subdit HIV AIDs dan IMS Kemenkes. Laporan Triwulan III Tahun 2021 tentang Perkembangan HIV AIDs dan IMS [Internet]. Jakarta; 2021. Available from: https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_TW_III_2021.pdf Subdit HIV dan PMS. Laporan Triwulan 1 Tahun 2022 tentang Perkembangan HIV, AIDS dan PMS [Internet]. Jakarta; 2022. Available from: https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_TW_1_2022.pdf UNAIDS. UNAIDS data 2021 [Internet]. 2021. Available from: https://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/JC3032_AIDS_Data_book_2021_En.pdf ASEAN Secretarist. Second Regional Report on HIV & AIDS in the ASEAN Region [Internet]. 2016. Available from: https://asean.org/wp-content/uploads/2021/01/08ASEAN-Regional-Report-on-HIV-AIDS-1dec.pdf WHO. World Health Statistics 2022 (Monitoring Health for the SDGs) [Internet]. WHO; 2022. Available from: https://cdn.who.int/media/docs/default-source/gho-documents/world-health-statistic-reports/worldhealthstatistics_2022.pdf UNAIDS. Mengakhiri AIDS: Strategi AIDS Global 2021-2026 [Internet]. Switzerland; 2020. Available from: https://www.unaids.org/sites/default/files/media/documents/global-AIDS-strategy-2021-2026_id.pdf Kemenkes. Penanggulangan HIV & AIDS (Permenkes nomor 21 tahun 2013) [Internet]. Jakarta; 2013. Available from: https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/Permenkes No 21 Tahun 2013 Penanggulangan HIVAIDS.pdf Eva, Fridalina. Determinan Penggunaan Kondom pada Penjaja Seks Komersial ( PSK ) di Kawasan Sicanang Belawan. J Ilmu Kesehat Masy [Internet]. 2017;74–84. Available from: https://journals.stikim.ac.id/index.php/jikm/article/view/109 Pemerintah Kab. Tegal. Peraturan Bupati Tegal tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Penanggulangan HIV dan AIDs di Tingkat Desa. Tegal; 2016. Brown CA, Grosso AL, Adams D, Sithole B, Ketende S, Greene J, et al. Characterizing The Individual, Social, and Structural Determinants of Condom Use Among Men who Have Sex with Men in Swaziland. AIDS Res Hum Retroviruses [Internet]. 2016;32(6):539–46. Available from: https://www.liebertpub.com/doi/epub/10.1089/aid.2015.0240 Paz-bailey G, Mendoza MCB, Finlayson T, Wejnert C, Le B, Rose C, et al. HHS Public Access. HSS Public Access [Internet]. 2018;30(February 2015):1985–90. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5838316/pdf/nihms943893.pdf Maria N, Izah N. Keterjangkauan dan Ketersediaan Kondom dalam Perilaku Seks Berisiko HIV/AIDs. Info Kesehat [Internet]. 2022;12(2):557–62. Available from: https://jurnal.ikbis.ac.id/infokes/article/view/452/303 Fauk NK, Sukmawati AS, Wardojo SSI, Teli M, Bere YK, Mwanri L. The Intention of Men Who Have Sex With Men to Participate in Voluntary Counseling and HIV Testing and Access Free Condoms in Indonesia. Am J Mens Health [Internet]. 2018;12(5):1175–84. Available from: https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1557988318779737 Irwan Budiono. Konsistensi Penggunaan Kondom oleh Wanita Pekerja Seks /Pelangganya. J Kesehat Masy [Internet]. 2014;13(3):304–13. Available from: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi3kJL7v_P8AhXx7XMBHVdUA8c4ChAWegQIChAB&url=https%3A%2F%2Fjournal.unnes.ac.id%2Fnju%2Findex.php%2Fkemas%2Farticle%2Fdownload%2F2803%2F2859&usg=AOvVaw3odQsSxM1E5IkHaDnE Parwangsa NWPL, Bantas K. Determinants of Condom Use Status among Men Who Have Sex with Men (MSM) Group in 5 Indonesian Cities in 2015. GHMJ (Global Heal Manag Journal) [Internet]. 2019;3(2):72. Available from: https://publications.inschool.id/index.php/ghmj/article/view/544/422 Safika I, Johnson TP, Cho YI, Praptoraharjo I. Condom Use Among Men Who Have Sex With Men and Male-to-Female Transgenders in Jakarta, Indonesia. Am J Mens Health [Internet]. 2017;8(4):278–88. Available from: https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1557988313508430 Becquet V, Nouaman M, Plazy M, Masumbuko JM, Anoma C, Kouame S, et al. Sexual health needs of female sex workers in Côte d’Ivoire: A mixed-methods study to prepare the future implementation of pre-exposure prophylaxis (PrEP) for HIV prevention. BMJ Open [Internet]. 2020;10(1):1–12. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6955511/pdf/bmjopen-2018-028508.pdf Ubrihien A, Davies SC, Driscoll T. Is cost a structural barrier preventing men who have sex with men accessing condoms? A systematic review. AIDS Care - Psychol Socio-Medical Asp AIDS/HIV [Internet]. 2016;28(11):1473–80. Available from: https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09540121.2016.1189999 Purbowati N, Wahyuni ED, Aticeh A. Determinan Upaya Pencegahan IMS pada WPS di Jakarta Timur. J Bidan Cerdas. 2022;4(2):93–103.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Dian saviqoh, Iis. "ANALISIS POLA HIDUP DAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI." HEALTH CARE : JURNAL KESEHATAN 10, no. 1 (June 30, 2021): 181–93. http://dx.doi.org/10.36763/healthcare.v10i1.116.

Full text
Abstract:
ANALISIS POLA HIDUP DAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI 1Iis Dian Saviqoh, 2Yesi Hasneli, 3Nopriadi 1Fakultas Keperawatan Universitas Riau Email : iisdians@gmail.com 2 Fakultas Keperawatan Universitas Riau Email : yesi_zahra@yahoo.com 3 Fakultas Keperawatan Universitas Riau Email : nopriadi_dhs@yahoo.com ABSTRAK Diabetes Melitus (DM)adalah penyakit metabolik dengan ciri kadar gula darah yang tinggi. DM tipe 2 paling sering diderita. Peyebabnya karena pola hidup yang tidak sehat, beberapa upaya untuk mengurangi faktor pemicu seperti mengatur pola makan, kontrol berat badan, berolahraga, pantau gula darah, diet yang terarah, gizi sehat dan seimbang. Selain itu, dukungan keluarga juga mempengaruhi kualitas hidup pasien DM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola hidup (pola makan, aktivitas fisik) dan dukungan keluarga pada penderita DM tipe 2. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini 131 orang penderita yang diambil berdasarakan kriteria inklusi menggunakan purposive sampling. Hasil: Penderita terbanyak umur yaitu 56-65 tahun (36,6%) dan banyak diderita laki-laki yaitu (52,7%), responden yang mengalami komplikasi (91,6%) dan banyak diderita oleh laki-laki (99,9%) sedangkan jenis komplikasi yaitu kebas (nefrophaty perifer) (69,5%). pola hidup penderita menunjukkan pola hidup baik (81,7) dan dukungan keluarga menunjukkan dukungan keluarga baik (98,5). Kesimpulan: Pola hidup yang baik dapat juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga yang baik sehingga membuat penderita semakin bersemangat untuk menerapkan pola sehat dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci:Diabetes Melitus, Pola Hidup, Dukungan Keluarga ABSTRACT Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by high blood sugar levels. Type 2 DM is the most common. The reason is due to an unhealthy lifestyle, several attempts to reduce trigger factors such as regulating diet, weight control, exercising, monitoring blood sugar, directed diet, healthy and balanced nutrition. In addition, family support also affects the quality of life of DM patients. The purpose of this study was to describe the pattern of life (diet, physical activity) and family support in patients with type 2 diabetes. This research method used descriptive analytic with cross sectional design. The sample of this study was 131 patients who were taken based on the inclusion criteria using purposive sampling. Results: Most patients were aged 56-65 years (36.6%) and mostly suffered by men (52.7%), respondents who experienced complications (91.6%) and most suffered by men (99, 9%) while the type of complication is numbness (peripheral nephropathy) (69.5%). The patient's lifestyle showed a good lifestyle (81.7) and family support showed good family support (98.5). Conclusion: A good lifestyle can also be influenced by good family support so that it makes sufferers more enthusiastic to apply healthy patterns in daily life. Keywords: Diabetes Mellitus, Lifestyle, Family Support Referensi: 54 (2010-2020) PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan ciri kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemik) (Pramukamto et al., 2018). Tanda dan gejala yang umum sering dirasakan pada penderita dengan gula darah tinggi adalah banyak kencing (polyuria), mudah haus (polydipsia) dan mudah lapar (polyphagia). Bila ini dibiarkan dapat menimbulkan komplikasi baik secara akut maupun kroik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap DM. Komplikasi DM yang paling sering adalah hiperglikemia dan koma diabetik (Susilo & Wulandari, 2011). Menurut Sutedjo (2016) Kematian penderita DM lebih banyak disebabkan oleh komplikasi daripada oleh penyakitnya sendiri sehingga, Diabetes melitus merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir (WHO Global Report, 2016). WHO (World Health Organitation) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di dunia dari 463 juta pada tahun 2019 menjadi 700 juta juta pada tahun 2045 naik menjadi 51% (WHO, 2019). International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Dengan angka tersebut Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik dua peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat ke-7 dunia ( PERKENI, 2015). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) yang menunjukkan prevalensi diabetes melitus pada penduduk dewasa Indonesia sebesar 6,9% di tahun 2013, dan melonjak pesat ke angka 8,5% di tahun 2018. Diabetes melitus di Provinsi Riau berada di urutan 15 untuk penyakit tidak menular (PTM) dengan kenaikan 1,0 persen (2013) menjadi 1,9 persen (2018). Sedangkan pada tahun 2019 terjadi peningkatan pravelensi DM menjadi urutan ketiga dari 10 penyakit terbesar di Kota Pekanbaru setelah Hipertensi. Data terbaru yang didapatkan dari Dinas Kota Pekanbaru 2019, distribusi kasus diabetes melitus di Puskesmas se-kota Pekanbaru berdasarkan tempat diabetes melitus Tipe 2 tertinggi terdapat di Puskesmas Payung Sekaki sebesar 207 penderita. Jumlah distribusi kunjungan di puskesmas payung sekaki dari bulan Agustus 2019 sampai Agustus 2020 sebesar 540 penderita diabetes melitus. Secara umum Diabetes melitus dibagi menjadi tiga, yaitu tipe 1, 2 dan gestasional (terjadi saat kehamilan). DM tipe 1 dulu disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), diabetes yang bergantung pada insulin. Faktor penyebabnya adalah virus atau reaksi auto-imun (rusaknnya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin. Diabetes tipe ini biasanya mengenai anak-anak dan remaja. Sedangkan, DM tipe 2 disebut diabetes life style karena selain faktor keturunan, disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 tidak bergantung insulin karena pankreas masih menghasilkan insulin tetapi insulin yang diproduksi, jumlahnya tidak mencukupi dan kerja insulin tidak efektif karena adanya hambatan pada insulin yang disebut resistensi insulin (Nurrahmani, 2015). Sebenarnya resistensi insulin mendahului terjadinya penurunan produksi insulin. Selama resistensi insulin belum diperbaiki pankreas harus bekerja keras menghasilkan insulin sebanyak-banyaknya untuk dapat menggempur resistensi tersebut agar gula juga bisa masuk. Namun karena gejalanya minim, maka semakin lama pankreas tidak mampu memproduksi insulin. Faktor pemicu resistensi insulin adalah kegemukan, kurang bergerak, dan terlalu banyak makan dengan gizi yang tidak seimbang (Nurrahmani, 2015). Upaya untuk mengurangi faktor pemicu tersebut diperlukan pencegahan seperti mengatur pola makan, kontrol berat badan, tidur cukup, berolahraga, pantau gula darah, manajemen stress, batasi komsumsi garam, berhenti kebiasaan merokok, diet yang terarah, gizi sehat dan seimbang (Susilo Y, Wulandari A. 2011). Hal diatas sesuai dengan penelitian Dafriani (2017), di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang diketahui bahwa kejadian DM lebih tinggi pada responden dengan pola makan yang tidak baik yaitu 27 responden (51,9%) dibandingkan yang memiliki pola makan yang baik yaitu 12 responden (29,3%). Sedangkan, pada aktivitas fisik diketahui bahwa kejadian DM lebih tinggi pada responden dengan aktifitas fisik yang ringan yaitu 26 responden (53,1%) dibandingkan yang memiliki aktifitas fisik berat yaitu 13 responden (29,5%). Selain itu, dukungan keluarga juga mempengaruhi kualitas hidup penderita DM tipe 2 ini sesuai dengan penelitian Retnowati et.al (2015) di Puskesmas Tanah Kalikedinding didapatkan bahwa mayoritas responden yang menyatakan puas terhadap kualitas hidupnya adalah responden yang memperoleh dukungan baik dari keluarga sebesar 85,2%. Hasil survey awal di Puskemas Sidomulyo dari 5 penderita di dapatkan bahwa 2 penderita mengatakan dapat mengatur pola makan dan rutin berolahraga seperti jalan pagi bersama keluaga di sekitaran komplek perumahan, 1 penderita mengatakan tidak mampu mengatur pola makan karena karena istrinya selalu masak makanan kesukaannya tetapi selalu berolahraga di sore hari bersama anaknya, 2 penderita mengatakan tidak mampu mengatur pola makan dan jarang melakukan aktivitas fisik seperti jalan pagi ataupun sore hari. Sehubungan hal di atas dapat diketahui bahwa pola hidup dan dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik. Perubahan pola hidup dan dukungan keluarga dalam perilaku hidup sehat seperti pola makan yang tidak baik, kurang olahraga, serta kebiasaan-kebiasaan tidak sehat merupakan penyebab diabetes melitus. Usia subjek berada dalam rentang usia dewasa madya pada umumnya selalu mengikuti setiap adanya perubahan terutama perubahan mengenai pola hidup. Langkah tersebut dapat dimulai dengan menggali permasalahan penelitian tentang pola hidup penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan judul yaitu “Analisis pola hidup dan dukungan keluarga pada penderita DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas payung sekaki” yang mencangkup pola makan, aktivitas fisik seperti olahraga dan dukungan keluarga yang sangat membantu penderita untuk hidup sehat. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui gambaran pola hidup (pola makan, aktivitas fisik) dan dukungan keluarga pada penderita DM tipe 2. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pendidikan keperawatan mengenai analisis pola hidup dan dukungan keluarga pasien DM tipe 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan merupakan deskriptif analisis menggunakan cross sectional. Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru pada tanggal 29 Januari-12Febaruari 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru pada tanggal 1 Agustus 2019 sampai dengan 1 Agustus 2020 sebesar 205 penderita. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tabel penentu sampel oleh Stepen Isaac Wiliam B. Michael dengan taraf kesalahan (significance level) sebesar 5%, maka jumlah sampel yang digunakan pada populasi 205 adalah 131 sampel. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: Penderita DM Tipe II yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru dengan usia 40 tahun keatas. Penderita yang bersedia menjadi subyek dan menandatangani informend consent. Penderita yang tidak memiliki komplikasi. Penderita yang memiliki komplikasi akut (jangka pendek) yaitu hiperglikemia, diabetik ketoasidosis (DKA) dan komplikasi kronik (jangka panjang) yaitu hipertensi, penyakit arteri koroner, stroke, retinopati diabetik, nefropati diabetik. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah: Penderita yang tidak menjawab kuisioner dengan lengkap. HASIL PENELITIAN Karateristik Responden Tabel 1. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur Umur Frekuensi (n) Persentase (%) 36-45 25 19,1 46-55 29 22,1 56-65 48 36,6 >65 29 22,1 Total 131 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 131 responden yang diteliti, distribusi responden terbanyak umur yaitu 56-65 tahun sebanyak 48 orang responden (36,6%). Tabel 2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) a. Laki-laki b. Perempuan 69 62 52,7 47,3 Total 131 100 Berdasarkan tabel diatas menunjuk bahwa 131 responden yang diteliti, distribusi responden terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 69 responden (52,7%) sedangkan perempuan sebanyak 62 responden (47,3%). Tabel 3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Persentase (%) SD 17 13,0 SMP 16 12,2 SMA 49 37,4 SMK 4 3,1 D3 17 13,0 S1 26 19,8 S2 2 2 Total 131 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 131 responden yang diteliti pada karakteristik berdasarkan pendidikan paling tinggi adalah lulus SMA yaitu sebanyak 49 orang responden (37,4%). Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan komplikasi DM Komplikasi DM Frekuensi (n) Persentase (%) Ya 120 91,6 Tidak 11 8,4 Total 131 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 131 responden yang diteliti pada karakteristik berdasarkan komplikasi DM paling tinggi adalah responden yang mengalami komplikasi yaitu 120 orang responden (91,6%). Tabel 5 Distribusi frekuensi komplikasi yang diderita responden Jenis Komplikasi Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak ada 11 8,4 Kebas 91 69,5 Hipertensi 20 15,3 Jantung 2 1,5 Post Stroke 1 8 Ginjal 1 8 Mata Kabur 5 3,8 Total 131 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 131 responden yang diteliti pada karakteristik berdaarkan jenis komplikasi DM paling tinggi adalah kebas (nefrophaty perifer) sebesar 91 orang responden (69,5%). Tabel 6 Distribusi Komplikasi diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin Komplikasi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tidak ada 9 2 Kebas 45 46 Hipertensi 10 10 Jantung 2 0 Post stroke 0 1 Ginjal 1 0 Mata kabur 2 3 Frekuensi (n) 69 62 Persentase (%) 100 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 131 responden yang diteliti komplikasi DM banyak diderita laki-laki sebesar 69 (99,9%). Tabel 7 Distribusi Pola Hidup pasien diabetes melitus tipe 2. Pola hidup (pola makan, aktivitas fisik) Frekuensi (n) Persentase % Baik 107 81,7 Buruk 24 18,3 Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 131 responden yang diteliti pada pola hidup penderita menunjukkan pola hidup baik dengan jumlah 107 orang responden (81,7) sedangkan pola hidup buruk berjumlah 24 orang (18,3%). Tabel 8 Distribusi dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2 Dukungan keluarga Frekuensi (n) Persentase % Baik 129 98,5 Buruk 2 1,5 Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 131 responden yang diteliti pada dukungan keluarga menunjukkan dukungan keluarga baik dengan 129 orang responden (98,5) sedangkan dukungan keluarga buruk dengan 2 responden (1,5). Tabel 9 No Item Pertanyaan Kategori F (n) % A Sub Variabel : Metode 1 Saya menerapkan pola makan sehat dengan 3J: Jumlah kalori, jadwal makan, jenis makan Tidak pernah 5 3,8 Jarang 42 32,1 Sering 73 55,7 Selalu 11 8,4 2 Saya makan dengan porsi cukup untuk mempertahankan berat badan ideal Tidak pernah 41 31,3 Jarang 48 36,6 Sering 33 25,2 Selalu 9 6,9 3 Saya mengkonsumsinasi 2 ½ centong nasi setiap saya makan Tidak pernah 73 55,7 Jarang 38 29,0 Sering 13 9,9 Selalu 7 5,3 4 Saya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah dan sayur Tidak pernah 3 2,3 Jarang 4 3,1 Sering 34 26,0 Selalu 90 68,7 5 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein. Seperti: telur dan daging Tidak pernah 0 0 Jarang 8 6,1 Sering 104 79,4 Selalu 19 14,5 6 Saya membatasi makanan yag asin Tidak pernah 3 2,3 Jarang 16 12,2 Sering 83 63,4 Selalu 29 22,1 7 Saya membatasi makanan yang banyak mengandunng lemak dan kolestrol tinggi. Seperti: santan, udang dan kepiting Tidak pernah 3 2,3 Jarang 20 15,3 Sering 88 67,2 Selalu 20 15,3 8 Saya makan porsi cukup untuk mempertahankan gula darah Tidak pernah 10 7,4 Jarang 62 47,3 Sering 51 38,9 Selalu 8 6,1 9 Saya olahraga 3-5 kali dalam seminggu Tidak pernah 15 11,5 Jarang 71 54,2 Sering 28 21,4 Selalu 17 13,0 10 Saya melakukan jalan santai disekitaran komplek setiap pagi atau sore Tidak pernah 9 6,9 Jarang 20 15,3 Sering 50 38,2 Selalu 52 39,7 11 Saya bersepedadi hari sabtu atau minggu Tidak pernah 88 67,2 Jarang 25 19,1 Sering 12 9,2 Sering 6 4,6 12 Saya berenang di hari sabtu atau minggu Tidak pernah 99 75,6 Jarang 18 13,7 Sering 11 8,4 Selalu 3 2,3 13 Saya olahraga waktu yang saya habiskan 30-60 menit Tidak pernah 14 10,7 Jarang 56 42,7 Sering 49 37,4 Selalu 12 9,2 Tabel 10 No Item Pertanyaan Kategori F (n) % A Sub Pertanyaan Dimensi Emosional 1 Keluarga mengerti saat saya mengalami masalah yang berhubungan dengan diabetes Tidak pernah 0 0 Jarang 13 9,9 Sering 88 67,2 Selalu 30 22,9 2 Keluarga mendengarkan jika saya bercerita tentang diabetes Tidak pernah 0 0 Jarang 13 9,9 Sering 91 69,5 Selalu 27 20,6 3 Keluarga memahami jika saya sedih dengan diabetes Tidak pernah 0 0 Jarang 8 6,1 Sering 96 73,3 Selalu 27 20,6 4 Keluarga saya mengerti tentang bagaimana saya merasakan diabetes Tidak pernah 0 0 Jarang 14 10,7 Sering 87 66,4 Selalu 30 22,9 Dimensi Penghargaan 5 Keluarga mengingatkan saya tentang keteraturan diet Tidak pernah 1 0,8 Jarang 10 7,6 Sering 99 75,6 Selalu 21 16,0 6 Keluarga mengigatkan saya untuk memesan obat diabetes Tidak pernah 12 9,2 Jarang 31 23,7 Sering 49 37,4 Selalu 39 29,8 Dimensi Instrumental 7 Keluarga mendukung usaha saya untuk olahraga Tidak pernah 3 2,3 Jarang 38 29,0 Sering 43 32,8 Selalu 47 35,9 8 Keluarga membantu saya membayar pengobatan diabetes Tidak pernah 0 0 Jarang 10 7,6 Sering 86 65,6 Selalu 35 26,7 Dimensi Informasi 9 Keluarga memberi informasi baru tentang diabetes Tidak pernah 0 0 Jarang 32 24,4 Sering 68 51,9 Selalu 31 23,7 10 Keluarga memberi saran agar saya kontrol ke dokter Tidak pernah 11 8,4 Jarang 58 44,3 Sering 62 47,3 Selalu 62 47,3 11 Keluarga memberi saran agar saya menkuti edukasi diabetes Tidak pernah 1 0,8 Jarang 23 17,6 Sering 72 55,0 Selalu 35 26,7 12 Saya merasakan kemudahan mendapatkan informasi dari keluarga tentang diabetes Tidak pernah 0 0 Jarang 25 19,1 Sering 74 56,5 Selalu 32 24,4 PEMBAHASAN Karakteristik Responden Umur Penelitian yang telah dilakukan terhadap 131 responden didapatkan bahwa umur pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki yaitu masa dewasa akhir (36-45 tahun) 25 orang responden (19,1%), masa lansia awal (46-55 tahun) 29 orang responden (22,1%), masa lansia akhir (56-65) 48 orang responden (36,6%), masa lansia akhir 56-65, dan masa manula (>65 tahun) 29 orang responden (22,1%). Menurut penelitian Kurniati dan Yanita (2016) Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor umur. Menurut Dalimartha & Adrian (2012) umur >45 berisiko untuk menderita diabetes melitus. Jenis Kelamin Penelitian yang telah dilakukan terhadap 131 responden didapatkan bahwa pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki lebih banyak terjadi pada laki-laki sebanyak 69 orang responden (52,7%). Karakteristik ini tidak sesuai jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2018. Menurut data Riskesdas di Indonesia tahun 2018 penderita diabetes melitus banyak diderita oleh perempuan yaitu 1,8% sedangkan laki-laki sebesar 1,2%. Pendidikan Terakhir Penelitian yang telah dilakukan terhadap 131 responden didapatkan bahwa pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki didapatkan bahwa riwayat pendidikan terakhir sebagian besar responden tamatan SMA yaitu sebanyak 49 orang responden (37,4%). Hal ini didukung dengan penelitian Arimbi, Lita dan Indra (2020) menyatakan bahwa terdapat pengaruh faktor risiko tingkat pendidikan terhadap risiko terkena penyakit diabetes melitus tipe II, dan yang memiliki peluang yang paling besar terhadap penyakit diabetes melitus adalah tingkat pendidikan SMA atau yang sederajat (76.7%). Tingkat pendidikan seseorang memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2. Hal ini sesuai dengan penelitian Trisnadewi, Adiputra dan Mitayanti (2018) yang menyatakan rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan merupakan salah satu penyebab tingginya angka kasus suatu penyakit. Pengetahuan bisa diperoleh melalui promosi kesehatan salah satunya pendidikan kesehatan. Meskipun demikian tidak dipungkiri masih ada orang yang berpendidikan tinggi mengabaikan kesehatan dengan berbagai alasan yang menyebabkannya, salah satunya berhubungan dengan pekerjaan dimana dengan adanya kesibukan yang tinggi sehingga pola hidup yang tidak teratur atau tidak teraturnya pola makan meyebabkan gangguan kesehatan. Biasanya orang dengan kegiatan yang padat sering lupa utuk makan namun lebih banyak makan cemilan. Dengan adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan, konsumsi makanan yang energi dan tinggi lemak selain aktivitas fisik yang rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan (Rahmasari & Wahyuni, 2019) Komplikasi DM Penelitian yang telah dilakukan terhadap 131 responden didapatkan bahwa pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki lebih banyak komplikasi sebesar 120 orang responden (91,6%). Sedangkan, jenis komplikasi yang banyak diderita responden perempuan adalah neurophaty (kebas) sebesar 91 orang responden (69,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Suyanto dan Susanto (2016, dalam Booya, F., Bandarian, F., Larijani, B., Pajouhi, M., Noorei, M, dan Lotfi, 2005) Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang relevan yang menyatakan bahwa faktor resiko potensial neuropati diabetik lebih besar pada perempuan sebesar 78 % dibandingkan responden laki-laki 22 %. Pola Hidup Penelitian yang telah dilakukan terhadap 131 responden didapatkan bahwa pola hidup meliputi pola makan dan aktivitas fisik pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki didapatkan pola hidup baik dengan jumlah 107 orang responden (81,7%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Heriawan, Fathony dan Purnawati (2019) dari 60 responden sebagian besar responden dikategorikan memiliki pola makan sehat sejumlah 31 responden pola makan pada pasien diabetes melitus sebagian besar didapatkan memiliki pola makan tidak sehat dengan 19 responden. Pada item 1, responden yang menerapkan pola makan sehat dengan 3J: jumlah kalori, jadwal makan, jenis makan yang menjawab sering sebanyak 73 orang responden (55,7%). Artinya kesadaran responden untuk menerapkan pola makan sehat dengan 3J cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan instalagi gizi di puskesmas dimana setiap hari sebelum dilakukan penyuluhan tentang diabetes minimal 1 kali seminggu. Pada item 2, 3, dan 8 responden yang menerapkan makan dengan porsi cukup untuk mempertahankan berat badan ideal yang menjawab jarang sebanyak 48 orang responden (36,6%), yang mengkonsumsi 2 ½ centong nasi setiap saya makan yang menjawab tidak pernah 73 orang responden (55,7%) dan yang makan porsi cukup untuk mempertahankan gula darah yang menjawab jarang sebesar 62 orang responden (47,3%). Artinya responden merasa jika makan sedikit kurang dari 2 ½ itu membantu dalam menurunkan gula darah dan berat badan menjadi ideal. Padahal, porsi cukup disini adalah cukup dalam jumlah kalori agar responden tidak merasa lemas diakibatkan kenaikan gula darah yang tidak terkontrol karena jumlah kalori responden yang tidak mencukupi tubuh. Jumlah kalori yang tidak cukup dapat mengakibatkan rsponden merasa lapar dan berkeinginan untuk makan lagi tanpa melihat jadwal makan, jumlah makan, dan jenis makanan. Bila dibiarkan, secara tidak sadar pasien sudah mengkonsumsi makanan yang melebihi jumlah kalori perhari. Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 25-30 kalori per kilogram berat badan ideal. Hal ini sesuai dengan penelitian Baequny, Harnarni dan Rumimper (2015) yaitu sebagian besar responden mempunyai pola makan tinggi kalori sebanyak 43 responden (57%) dan sebagian kecil mempunyai pola makan tidak tinggi kalori yaitu sebanyak 32 responden (43%). Faktor yang bisa mempengaruhi pola makan yang salah pada responden adalah tingkat pengetahuan yang kurang baik tentang perencanaan makanan bagi penderita DM. Pada item 4, responden yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah dan sayur sebesar 90 responden (68,7%). Artinya kesadaran responden dalam mengkonsumsi serat seperti sayur dan buah sangat tinggi. Sayur dan buah yang dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus mengandung serat yang dapat memperlambat proses perpidahan karbohidrat menjadi gula, sehingga peningkatan gula dalam darah meningkat secara perlahan, dan membantu mengontrol kadar gula darah dalam darah. Selain itu, serat dapat membuat kita merasa kenyang lebih lama, sehingga kita bisa makan lebih sedikit dan mencegah makan berlebihan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Purnasari dan Maryato (2011) Pada penelitian ini diketahui asupan serat responden berkisar antara 15,7 gram sampai dengan 27,4 gram, dengan rata-rata asupan serat sebesar 21,57 gram. Sebanyak 77,1% responden mempunyai tingkat asupan serat <25 gr/hari. Pada penderita diabetes dianjurkan untuk mengkonsumsi serat sebanyak 25-35 gr/hari, terutama serat larut air. Berdasarkan data recall diketahui asupan serat responden hanya sedikit. Asupan serat yang kurang pada sampel terkait dengan pola kebiasaan makan yang mengkonsumsi sayuran dalam jumlah sedikit dibandingkan konsumsi karbohidratnya dan jarang menkonsumsi buah, padahal kandungan serat banyak terdapat pada sayur dan buah, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan manfaat serat bagi kesehatan. Dari data recall hanya 22,9% responden yang memiliki asupan serat sesuai dengan yang dianjurkan pada penderita diabetes yaitu 25-35 gr/hari. Pada item 5, responden yang setiap hari mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein. Seperti: telur dan daging sebesar 104 orang responden (79,4%). Protein dapat mengurangi kenaikan gula darah karena protein bersifat mengenyangkan dan lambat di cerna di dalam tubuh sehingga kalori tubuh pada pasien dm dapat terkontrol. Hal ini tidak sesuai dengan Idris, Jafar dan Indriasari (2014) hasil penelitian pada pasien diabetes melitus tipe 2 diketahui bahwa sebesar 69,6% pasien dengan konsumsi protein kurang sebagian besar yaitu 81,2% memiliki kadar gula darah tidak terkontrol dibandingkan pasien yang memiliki kadar gula darah terkontrol 18,8%. Hasil uji pearson chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara asupan protein dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2.. Tidak adanya hubungan yang bermakna tingkat asupan protein dengan kontrol kadar gula darah dikarenakan fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak. Protein akan digunakan sebagai sumber energi apabila ketersediaan energi dari sumber lain yaitu karbohidrat dan lemak tidak mencukupi melalui proses glikoneogenesis. Pada item 6 yang membatasi makanan asin yang menjawab sering sebesar 83 orang responden (63,4%) dan item 7 yang membatasi makanan yang banyak mengandunng lemak dan kolestrol tinggi. Seperti: santan, udang dan kepiting yang menjawab sering sebesar 88 orang responden (67,2%). Responden memiliki kesadaran tinggi dalam membatasi makanan yang banyak mengandung garam, lemak dan kolestrol tinggi. Banyak responden mengatakan bahwa makanan asin, lemak dan kolestrol tinggi dapat memperberat penyakit diabetes melitus yang diderita sehingga mereka selalu berusaha menjaga asupan yang dikonsumsi. Dari penyuluhan yang di dapat mereka mengatakan bahwa makanan yang asin akan menyebabkan hipertensi dan jika hipertensi tidak dapat di kontrol maka akan meyebabkan stroke. Sedangkan untuk lemak dan kolestrol tinggi, mereka lebih suka menjaga karena umur mereka rentan dengan penyakit stroke. Hal ini sesuai dengan penelitian Zainudin dan Yunawati (2012) Asupan garam yang berlebihan terus-menerus dapat memicu tekanan darah tinggi. Ginjal akan mengeluarkan kelebihan tersebut melalui urin. Apabila fungsi ginjal tidak optimal, kelebihan natrium tidak dapat dibuang dan menumpuk di dalam darah. Volume cairan tubuh akan meningkat dan membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Tekanan darah pun akan meningkat, inilah yang terjadi pada hipertensi. Selama konsumsi garam tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan, kondisi pembuluh darah akan baik, ginjal pun akan berfungsi baik, serta proses kimiawi dan faal tubuh tetap berjalan normal tidak ada gangguan. Asupan lemak berfungsi sebagai sumber pembangun jika sesuai dengan kebutuhan asupan lemak yang di butuhkan tetapi asupan lemak akan menjadi masalah ketika asupan lemak yang masuk berlebih dari asupan lemak yang dibutuhkan. Konsumsi pangan sumber lemak yang tinggi terutama lemak jenuh membuat kolesterol low density lipoprotein (LDL) meningkat yang lama-kelamaan akan tertimbun dalam tubuh dan dapat membentuk plak di pembuluh darah. Plak tersebut akan menyumbat pembuluh darah sehingga mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Apalabila dibiarkan maka akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu sistem peredaran darah yang dapat memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah tekanan darah Pada item 9, 10 dan 13 responden olahraga 3-5 kali dalam seminggu yang menjawab jarang 71 orang responden (54,2%), responden yang melakukan jalan santai disekitaran komplek setiap pagi atau sore yang menjawab selalu 52 orang responden (39,7%), dan waktu yang dihabiskan responden untuk olahraga adalah 30-60 menit yang menjawab jarang 56 orang responden (42,7%). Di musim pandemi seperti sekarang olahraga sangat di anjurkan dengan mematuhi protokol kesehatan. Kesadaran responden tentang pentingnya olahraga dengan berjalan santai di sekitaran komplek rumah merupakan aktivitas fisik sedang. Banyak manfaat yang didapatkan ketika melakukan jalan santai dengan waktu 30-60 menit yaitu ketika tubuh beraktivitas makan glukosa dalam tubuh akan diubah menjadi energi. Hal ini sesuai dengan WHO (2018) Pada kasus diabetes tipe 2 aktivitas fisik sangat membantu dalam penyerapan glukosa darah kedalam otot. Pada saat otot berkontraksi permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat. Sehingga saat otot berkontaksi akan bertindak seperti insulin. Maka dari itu saat beraktivitas fisik, resistensi insulin berkurang. Dukungan Keluarga Penelitian yang telah dilakukan terhadap 131 responden didapatkan bahwa dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki dukungan keluarga baik dengan jumlah 129 orang responden (98,5%). Penelitian ini didukung dengan penelitian Isfandiari dan Wardani (2014) yaitu responden yang mendapatkan dukungan keluarga melakukan pengendalian kadar gula darah kurang baik sebesar 23,5% (8 responden) dan melakukan pengendalian kadar gula darah dengan baik sebesar 32,4% (11 responden). Hal ini sejalan dengan penelitian Nuraisyah, Kusnanto dan Rahayujati (2017) yaitu adanya hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien DM II (p-value: 0,00). Untuk hasil analisis diperoleh bahwa adanya hubungan dukungan keluarga yang ditinjau dari empat dimensi yaitu dimensi emosional (p-value: 0,00), dimensi penghargaan (p-value: 0,00), dan dimensi instrumental (p-value: 0,00). Sementara untuk hasil nilai analisis diperoleh bahwa adanya hubungan variabel komplikasi dengan kualitas hidup pasien DM II (p-value: 0,02). Item 1,2,3 dan 4 merupakan dukungan emosional. Rata-rata responden menjawab sering mendapatkan dukungan emosional yang baik. Dengan jawaban tersebut maka keluarga bagi responden sangat dibutuhkan ketika responden mengalami kesulitan tentang diabetes yang dideritanya. Ketika seorang keluarga yang menderita diabetes sangat butuh tempat untuk bercerita, hal pertama yang akan dilakukan responden adalah bercerita dengan keluarga. Sedangkan respon keluarga yang menunjukkan rasa empati akan membuat responden semakin nyaman bercerita dan terasa lega setelah bercerita. Ini sangat membantu responden yang berkeinginan untuk sembuh ataupun untuk mempertahankan gula darah tetap terkontrol sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan. Pada item 5 dan 6 merupakan dimensi penghargaan. Rata-rata responden menjawab sering pada item tersebut. Dengan jawaban tersebut, penghargaan yang diterima responden berupa dorongan agar tetap mempertahan kadar gula darah tetap normal dengan mengingatkan responden untuk tetap memesan obat diabetes dan menjaga keteraturan waktu diet. Hal ini dapat membuat responden sangat diperhatikan dan dihargai oleh keluarga sehingga mampu menambah semangat responden agar tetap menjaga kadar gula darah tetap normal dan menghindari komplikasi yang ditimbulkan oleh diabetes melitus. Pada item 7 dan 8 merupakan dimensi instrumental. Rata-rata responden menjawab selalu untuk item 7 dan sering untuk item 8. Dengan jawaban tersebut, dukungan keluarga berupa dimensi instrumental yaitu mengembalikan energi atau stamina dan semangat yang menurun serta memberi rasa perhatian dan kepedulian terhadap responden yang menderita diabetes melitus yang sedang berusaha untuk tetap menjaga dan mengontrol agar gula darahnya tetap normal. Pada item 9,10,11 dan 12 merupakan dimensi informasi. Rata-rata jawaban responden pada ke empat item tersebut adalah sering. Ini menunjukan bahwa keluarga mampu memberikan informasi yang baik untuk responden sehingga menekan stressor yang muncul akibat penyakit yang diderita. Sehingga responden mampu untuk mengolah informasi yang didapat agar diabetes yang diderita tidak dapat menimbulkan komplikasi dan tetap menjaga gula darah tetap normal. PENUTUPAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik umur responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 terjadi pada usia lansia akhir yaitu 56-65 tahun dan diabetes melitus tipe 2 banyak diderita oleh laki-laki sebanyak 69 orang responden. Rata- rata riwayat pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah tamatan SMA sebanyak 49 orang responden. pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki lebih banyak mnderita komplikasi sebesar 120 orang responden. Sedangkan, jenis komplikasi yang banyak diderita responden perempuan adalah neurophaty (kebas) sebesar 91 orang responden. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pola hidup meliputi pola makan dan aktivitas fisik pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki didapatkan pola hidup baik dengan jumlah 107 orang responden (81,7%). Sedangkan, dukungan keluarga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki dukungan keluarga baik dengan jumlah 129 orang responden (98,5%). Ini berarti pola hidup yang baik dapat juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga yang baik sehingga membuat penderita semakin bersemangat untuk menerapkan pola sehat dalam kehidupan sehari-hari. Saran Bagi Mahasiswa hasil penelitian ini dapat menjadi masukan, media pembelajaran dan referensi tambahan bagi profesi keperawatan dalam melakukan pengkajian pada pasien DM tipe 2 baik dari segi pola makan, aktivitas fisik dan dukungan keluarga. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya dan bahan perbandingan dan bahan pertimbangan untuk lebih memperdalam penelitian selanjutnya dengan desain berbeda. Bagi puskesmas hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi puskesmas untuk melakukan penyuluhan tentang diabetes melitus minimal 2 kali bulan sekali khusus pada pasien diabetes melitus agar pasien yang belum sempat mendengarkan penyuluhan sebelum dilakukan pelayanan bisa mendengarkan kembali informasi terbaru seputar diabetes melitus. Iis Dian Saviqoh, Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Yesi Hasneli, Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Nopriadi, Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia DAFTAR PUSTAKA Adliyani, Z. (2015). Pengaruh Perilaku Individu Terhadap Hidup Sehat. Majority. 4(7). 109. https://www.google.com/search?q=Pengaruh+Perilaku+Individu+Terhadap+Hidup+Sehat&oq=Pengaruh+Perilaku+Individu+Terhadap+Hidup+Sehat&aqs=chrome..69i57.1720j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Arifianto, D,. Marwanti., Daryanti., Suciana, F,. (2019). Penatalaksanaan 5 Pilar Pengendalian DM Terhadap Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kenda. 9(4).312. https://www.google.com/search?q=Penatalaksanaan+5+Pilar+Pengendalian+DM+Terhadap+Kualitas+Hidup+Pasien+DM+Tipe+2.&oq=Penatalaksanaan+5+Pilar+Pengendalian+DM+Terhadap+Kualitas+Hidup+Pasien+DM+Tipe+2. &aqs=chrome..69i57.1975j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Aulia, A., Yulianti, A,. (2019). Pengaruh City Branding “A Land Of Harmony” Terhadap Minat Berkunjung dan Keputusan Berkunjung ke Puncak, Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmia MEA.3(3).70 Andarmoyo, S. 2012. Keperawatan keluarga: konsep teori, proses, dan praktik keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Arimbi, D., Lita., Indra, R,. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Motivasi Mengontrol Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Tipe II. Jurnal Keperawatan Abdurrab. 4(1). https://www.google.com/search?q=Pengaruh+Pendidikan+Kesehatan+Motivasi+Mengontrol+Kadar+Gula+Darah+Pada+Pasien+DM+Tipe+II&oq=Pengaruh+Pendidikan+Kesehatan+Motivasi+Mengontrol+Kadar+Gula+Darah+Pada+Pasien+DM+Tipe+II&aqs=chrome..69i57.1392j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Baequni, A., Harnany, A., Rumimper, E,. (2015). Pengaruh Pola Makan Tinggi Kalori terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Riset Kesehatan. 4(1) https://www.google.com/search?q=).+Pengaruh+Pola+Makan+Tinggi+Kalori+terhadap+Peningkatan+Kadar+Gula+Darah+pada+Penderita+Diabetes+Melitus+Tipe+2.&oq=).+Pengaruh+Pola+Makan+Tinggi+Kalori+terhadap+Peningkatan+Kadar+Gula+Darah+pada+Penderita+Diabetes+Melitus+Tipe+2.&aqs=chrome..69i57.27309j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Dafriani P. (2017). Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang. Jurnal Keperawatan,13(2), 70-77 https://www.google.com/search?safe=strict&q=Hubungan+Pola+Makan+dan+Aktivitas+Fisik+Terhadap+Kejadian+Diabetes+Melitus+di+Poliklinik+Penyakit+Dalam+RSUD+dr.+Rasidin+Padang&spell=1&sa=X&ved=2ahUKEwis7OO9rZPvAhXVR30KHYQZApoQBSgAegQIAxA1&biw=1366&bih=568 Dalimartha, S., Adrian, F. (2012). Makanan herbal untuk penderita diabetes melitus. Jakarta: Penebat Swadaya Fatimah, N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority. 4(5). 98-99. https://www.google.com/search?q=Diabetes+Melitus+Tipe+2+fatimah+noor&oq=Diabetes+Melitus+Tipe+2+fatimah+noor&aqs=chrome..69i57.4528j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Firman, R., Lukman, M., Mambangsari, C., (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam Pencegahan Primer Hipertensi. Jurnal Kepemimpinan Pendidikan. 5(2). 199 https://www.google.com/search?q=Faktor-Faktor+Yang+Berhubungan+dengan+Dukungan+Keluarga+dalam+Pencegahan+Primer+Hipertensi&oq=Faktor-Faktor+Yang+Berhubungan+dengan+Dukungan+Keluarga+dalam+Pencegahan+Primer+Hipertensi&aqs=chrome..69i57.1780j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Hidayatul, Malini, Huriani. (2019). Peran Dukungan Keluarga Dalam Menurunkan Diabetes Distress Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Kesehatan Andalas. 8(6), 128. https://www.google.com/search?q=Peran+Dukungan+
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography