Journal articles on the topic 'Kawasan Timur Indonesia'

To see the other types of publications on this topic, follow the link: Kawasan Timur Indonesia.

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Kawasan Timur Indonesia.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Saliem, Handewi P. S. "Analisis Permintaan Pangan Kawasan Timur Indonesia." Jurnal Agro Ekonomi 20, no. 2 (September 29, 2016): 64. http://dx.doi.org/10.21082/jae.v20n2.2002.64-91.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Rachmaningsih, Triana, and D. S. Priyarsono. "Ketahanan Pangan di Kawasan Timur Indonesia." Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia 13, no. 1 (July 1, 2012): 1–18. http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v13i1.225.

Full text
Abstract:
AbstractThis study aims at analyzing the dynamics of food security and the factors that influence food security in Eastern Indonesia. The methodology used is panel data tobit model of 190 districts/municipalities in the Eastern Indonesia from 2008 to 2010. Based on the classication of the food security degree, the majority of households in Eastern Indonesia are categorized as the vulnerable. Food security is affected by percentage of poor people, GRDP per capita, female illiteracy rate and average years of schooling. Based on the elasticity, education has the highest contribution in improving food security in the Eastern Indonesia.Keywords: Food Security, Eastern Indonesia, Panel Data Tobit Model AbstrakStudi ini bertujuan untuk menganalisis dinamika ketahanan pangan, serta faktor-faktor yang memengaruhi ketahanan pangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Ketahanan pangan dibagi tiga pilar, yaitu ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan. Metode yang digunakan adalah model tobit dengan data panel dari 190 kabupaten/kota di KTI Tahun 2008-2010. Berdasarkan klasikasi derajat ketahanan pangan, sebagian besar rumah tangga di KTI termasuk kategori rentan terhadap kerawanan pangan. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh persentase penduduk miskin, PDRB per kapita, angka buta huruf perempuan, dan rata-rata lama sekolah. Berdasarkan nilai elastisitas, pendidikan memiliki pengaruh terbesar terhadap ketahanan pangan di KTI.Kata kunci: Ketahanan Pangan, Kawasan Timur Indonesia, Model Tobit Data Panel
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Nawawi, Imam. "Sejarah Nalar Diplomasi Politik Indonesia di Kawasan Timur Tengah." Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities 3, no. 1 (June 15, 2018): 73. http://dx.doi.org/10.18326/mlt.v3i1.73-102.

Full text
Abstract:
The historiography of Indonesian political diplomacy in the Middle-East regions faces obstacles from the researchers themselves. The perspective contradictions are compounded by sorting data and sources. The appearance of Indonesian political diplomacy in the Middle East regions according to the Middle East researchers and academics themselves seems to be gloomy and lethargic, because they demand more than what Indonesia has achieved and done. Indonesia is considered not too interested in contributing to the recovery of conflict countries and the acceleration of the transition to democratic values. According to the other researchers who are not based on the Middle East institutions, the appearance of Indonesian political diplomacy in the Middle East is quite positive and slightly vague. Unlike the case with the version that came out directly from the Government of the Republic of Indonesia about their achievements and performance in building diplomatic relations with related countries in the Middle East. Some achievements are recorded annually and submitted to the public in their annual reports. The constraints in historical writing can be overcome by the historical reasoning approach which tries to examine reason, thought and awareness, and which not only focuses on historical facts and events themselves. This approach is able to map the narrative contestation and discourse ideology, and find solutions to the problems.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Pranadji, Tri. "Sejarah Politik dan Dinamika Agraris Kawasan Timur Indonesia." Forum penelitian Agro Ekonomi 28, no. 2 (August 11, 2016): 123. http://dx.doi.org/10.21082/fae.v28n2.2010.123-134.

Full text
Abstract:
<strong>English</strong><br />From the agrarian politic history view, the eastern region of Indonesia has a relatively strong competition potential in the global arena. However, since the past five decades, the capacity of socio-economic-politic-culture of the eastern region of Indonesia was degraded to the lowest level. The political planning concern of the central government in the agrarian resource development management is the obstacle point to allow serious implication on social gap and backwardness. The agrarian politic set back in the western part of Indonesia has a heavy influence on the community’s socio-economic livelihood who are depending on local agrarian resources. The prominent ability of several local kings of kingdoms in the eastern Indonesia to perform agricultural trade at a global level during the period of 15-18 centuries has no longer existed. In the future, a strong political support is required to reform agrarian development planning for the eastern region of Indonesia. The plan should cover: First, the vision and direction to establish a strong, self-support, high competitive, fair, and sustainable industrial community based on the existing agrarian resource management. Second, to produce high value of agrarian products, manage by integrated organizations, use high technology and innovation, apply sharing system on collective assets, and select appropriate business adjusted to the existing local agro-ecosystems. Third, strengthen infrastructure networks, support financial institutions, and apply law enforcement in accordance with good governance in a decentralized government administration. Fourth, to establish the community’s rights to express their political opinion and aspiration, to involve in organization (economic, society, and politic), and support on local wisdom. Fifth, to perform policies that integrates agrarian management, safety and defense, and the empowerment of civil society in the eastern part of Indonesia.<br /><br /><br /><strong>Indonesian</strong><br />Dilihat dari sejarah politik agraria, kawasan timur Indonesia mempunyai potensi daya kompetisi relatif kuat dalam “pertarungan” global. Hanya saja, sejak lima dekade terakhir secara sosio-ekonomi-politik-budaya kawasan timur Indonesia berbalik menjadi sangat memprihatinkan. Kepedulian politik perencanaan pemerintah pusat dalam pengembangan pengelolaan sumber daya agraria setempat tampaknya menjadi titik lemah yang berimplikasi serius terhadap munculnya keterbelakangan dan kesenjangan sosial. Kemunduran politik agraria yang terjadi di kawasan barat Indonesia berimbas sangat berat terhadap tingkat kehidupan sosial-ekonomi masyarakat berbasis pengelolaan sumber daya agraria setempat. Kehebatan kemajuan perdagangan produk agraris yang dikendalikan secara politik di tingkat global oleh beberapa kerajaan di kawasan timur Indonesia pada rentang abad 15-18 saat ini sudah hampir tidak tersisa lagi. Pada masa mendatang perlu dukungan politik yang kuat untuk merumuskan kembali perencanaan pembangunan agraria di kawasan timur Indonesia. Substansi perencanaan mencakup: Pertama, visi dan arah yang mengutamakan terbentuknya masyarakat industrial berbasis pengelolaan sumber daya agraria yang kuat, mandiri, berdaya saing tinggi, adil, dan berkelanjutan. Kedua, dihasilkannya produk agraria bernilai tambah tinggi, dikelola dengan organisasi yang utuh (tidak tersekat-sekat), sarat dengan muatan iptek tinggi, penguasaan aset secara kolektif dengan sharing system yang lebih adil, serta pilihan usaha yang sesuai dengan kekayaan agroekosistem setempat. Ketiga, dilakukan penguatan terhadap jaringan infrastruktur, kelembagaan modal finansial, penegakan hukum, serta good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan yang desentralistik. Keempat, penguatan hak-hak warga dalam berpendapat dan beraspirasi secara politik, berorganisasi (ekonomi, kemasyarakatan, dan politik), serta pemberdayaan aspek kearifan lokal. Kelima, kebijakan politik yang mengintegrasikan pengelolaan agraria, pertahanan dan keamanan, serta penguatan civil society di kawasan timur Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Ahmad, Nino Kemal. "TANTANGAN APLIKASI SEKOLAH PINTAR DI KAWASAN TIMUR INDONESIA." Inter Komunika : Jurnal Komunikasi 4, no. 1 (September 2, 2019): 44. http://dx.doi.org/10.33376/ik.v4i1.290.

Full text
Abstract:
Teknologi pendidikan sebagai sarana memudahkan proses pembelajaran dilihat sebagai suatu hal yang tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penulisan jurnal ini adalah menumbuhkan kesadaran di antara para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan dalam merumuskan strategi dalam formula penerapan teknologi pendidikan di Indonesia umumnya dan KTI khususnya. Metodologi yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah ulasan dokumen masa lalu dan saat ini. Hasil analisis penelitian ini yaitu faktor pengajar, faktor perencanaan strategis dan faktor infrastruktur teknologi dan komunikasi. Kesimpulannya bahwa mutu pendidikan peserta didik harus ditingkatkan guna meningkatkan literasi teknologi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Saputra, Muhammad Ali. "Persepsi Kebangsaan Siswa Kristen Di Kawasan Timur Indonesia." PUSAKA 7, no. 1 (June 1, 2019): 23–34. http://dx.doi.org/10.31969/pusaka.v7i1.239.

Full text
Abstract:
Dewasa ini, sebagai efek dari krisis multidimensional di Indonesia pada tahun 1997, nasionalisme/kebangsaan bangsa ini ditengarai mengalami kemerosotan. Ini ditandai dengan maraknya aksi intoleransi antar etnis/agama, penetrasi budaya asing hingga pada munculnya upaya aksi separatisme di sejumlah wilayah, seperti Maluku dan Papua. Aksi-aksi separatis maupun konflik antar agama yang utamanya terjadi di wilayah-wilayah berbasis Kristen, seperti Poso, Ambon, dan Papua mempertanyakan kembali komitmen nasionalisme kelompok Kristen di Indonesia, khususnya bagi generasi muda Kristen yang berpendirian, sehingga perlu diteliti bagaimana persepsi mereka tentang kebangsaan/nasionalisme. Penelitian ini dilakukan di lima lokasi, yaitu Manado, Ambon, Jayapura (Papua), Poso, dan Toraja. Subjek penelitian adalah siswa SMA/sederajat beragama Kristen dengan jumlah sampel 1100 orang. Metode yang digunakan adalah mix methods, menggabungkan penelitian kuantitatif dengan kualitatif, dengan rancangan kombinasi sekuensial eksplanatory, menggunakan angket dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa, secara umum, pemahaman kebangsaan responden (dalam keempat aspek kebangsaan) adalah baik, namun dalam sejumlah hal aktual, agak berbeda. Masih ada problem keinginan berpindah kewarganegaraan, adanya ketidak yakinan bahwa Pancasila mampu mengatasi tantangan zaman, dan ketidakpatuhan terhadap hukum dalam hal tertentu yang perlu diperbaiki. Untuk itu, perlu dipertahankan dan ditingkatkan kegiatan terkait penanaman nilai nasionalisme di sekolah, baik melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, maupun kegiatan seperti sosialisasi 4 pilar kebangsaan dan kader bela negara yang melibatkan pihak luar sekolah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Sulmiah, Sulmiah, Herlina Sakawati, Widyawati Widyawati, and Novayanti Sophia Rukmana. "Analisis Kebijakan Pembangunan Kawasan Metropolitan Di Indonesia Timur: Dampak terhadap Tata Kelola Perkotaan." Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi 16, no. 2 (December 28, 2019): 258–72. http://dx.doi.org/10.31113/jia.v16i2.519.

Full text
Abstract:
Pembangunan kawasan metropolitan di Indonesia bagian timur ditetapkan pada tahun 2003 yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2003, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Metropolitan Mamminasata. Dua tahun kemudian, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang rencana pembangunan jangka menengah kawasan tersebut. Pada tahun 2011, pemerintah pusat kembali mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat pelaksanaan pembangunan kawasan metropolitan mamminasata yang dimuat dalam Peraturan Presiden No. 55 tahun 2011. Pada peraturan tersebut kawasan metropolitan Mamminasata ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis nasional. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kebijakan pembangunan di kawasan metropolitan Di Indonesia timur dan dampaknya terhadap tata kelola perkotaan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, dan diperkuat dengan kajian data sekunder diolah melalui metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kawasan metropolitan yang dilihat dari pendekatan kelompok, pendekatan kelembagaan, dan pendekatan peran serta warga Negara, belum mampu diimplementasikan dengan baik. Terdapat tumpang tindih kewenangan antara organisasi yang berperan dalam pengelolaan pembangunan kawasan metropolitan menyebabkan terkendalanya beberapa pembangunan. Kurangnya peran serta masyarakat dalam perumusan kebijakan menimbulkan reaksi penolakan dari beberapa kalangan terhadap pelaksanaan pembangunan kawasan metropolitan di Indonesia Timur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Suprapto, Suprapto. "KERAGAAN PENANGKAPAN IKAN DEMERSAL DI KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS DI PROBOLINGGO." BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 2, no. 3 (February 16, 2017): 123. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.2.3.2008.123-131.

Full text
Abstract:
Di sekitar lahan Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo (Propinsi Jawa Timur) terdapat salah satu pangkalan kapal-kapal penangkapan ikan demersal yang beroperasi di perairan kawasan timur Indonesia (Laut Arafura dan Laut Timor). Informasi tentang keragaan aktivitas pengusahaan sumberdaya tersebut sangat penting bagi para pemangku kepentingan yang mengkaji sumber daya ikan di perairan Laut Arafura dan Laut Timor. Hasil pengamatan menginformasikan bahwa karakteristik kapal-kapal penangkapan terbuat dari kayu, mempunyai bobot mati lebih dari 30 - 110 GT. Sebagianbesar kapal tersebut berasal dari Tanjung Balai Karimun yang secara operasional dikelola oleh para pengusaha yang membuka agen di Probolinggo. Alat tangkap yang digunakan terdiri atas pancing rawai, bubu, dan jaring insang tetap. Lokasi penangkapan yang dikunjungi dalam 1 tahun adalah perairan Laut Arafura pada bulan Nopember - Mei dan perairan Laut Timor pada bulan April - Oktober. Ikan-ikan hasil tangkapan dibawa langsung oleh kapal penangkapan atau melalui kapal-kapal penampungan yang sudah berlabuh di daerah Tanimbar dan Kupang, kemudian diangkut ke Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo. Beberapa aktivitas bongkar muat ikan yang dilakukan meliputi kegiatan pembongkaran ikan dari palka, seleksi jenis ikan berdasarkan pada ukuran bobottiap ekor (sizing), seleksi berdasarkan pada kualitas, pencatatan hasil produksi, pengemasan, dan pengiriman ke pabrik-pabrik pengolahan ikan di luar daerah untuk diproses sebagai bahan baku komoditas ekspor. Ikan yang mendominasi hasil tangkapan adalah kelompok famili Lutjanidae (kakap)dan Pristidae (anggoli) terutama genera Lutjanus dan Pristipomoides.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Kurniawan, Abdy, and Dienda Rieski Pramita. "Desain Kapal Feeder Tol Laut Trayek T-5." Warta Penelitian Perhubungan 28, no. 5 (October 28, 2016): 299. http://dx.doi.org/10.25104/warlit.v28i5.298.

Full text
Abstract:
Perbandingan PDB antara Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia, yaitu 18,6% berbanding 81,4% menunjukkan pemerataan ekonomi yang masih timpang antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang berdampak pada disparitas harga yang tinggi. Melalui program Tol Laut, pemerintah berupaya meningkatkan konektivitas antara KBI dan KTI sekaligus mengurangi disparitas harga melalui angkutan laut yang terjadwal dan bersubsidi. Trayek T-5 dengan Ternate sebagai salah satu pelabuhan singgahnya diharapkan menjadi sub-distributor lanjutan untuk daerah hinterlandnya yang berupa wilayah kepulauan yang ditunjang dengan kapal feeder. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan desain kapal feeder yang optimal sesuai dengan karakteristik beberapa pelabuhan singgah yang dilakukan dengan beberapa metode seperti analisa operasi dan pra rancangan menggunakan metode kapal pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal feeder yang optimal memiliki payload 729 ton kecepatan dinas 8 knot dengan frekuensi pelayaran 32 voyage per tahun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Frazila, Russ Bona, Febri Zukhruf, Taufiq Suryo Nugroho, Rudy Hermawan Karsaman, and Harmein Rahman. "Pengembangan metode penilaian indikator transportasi berkelanjutan di Indonesia." Jurnal Teknik Sipil 28, no. 1 (June 7, 2021): 73–82. http://dx.doi.org/10.5614/jts.2021.28.1.8.

Full text
Abstract:
Kegiatan ekonomi di suatu kawasan perlu ditunjang oleh mobilitas yang tinggi namun tetap efisien. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan pengembangan sistem transportasi berkelanjutan di suatu kawasan. Sistem transportasi yang berkelanjutan memastikan bahwa sumber daya yang digunakan untuk melakukan mobilitas pada saat ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi generasi yang akan datang. Makalah ini mengusulkan metode penilaikan indikator transportasi berkelanjutan di Indonesia dan membagi indikator transportasi berkelanjutan menjadi tiga pilar: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain itu makalah ini mengusulkan metode perhitungan indikator transportasi berkelanjutan untuk 2 jenis kawasan: kawasan perkotaan, dan kawasan antar kota. Metode perhitungan indeks ini kemudian diaplikasikan untuk menghitung indeks transportasi berkelanjutan di kawasan kota-kota provinsi Jawa Barat. Untuk kawasan antar kota, perhitungan indeks untuk provinsi Jawa Barat kemudian dibandingkan dengan 4 provinsi lain di Indonesia dengan karakter yang hampir sama yaitu: Sumatera Utara, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Nugraheni, Yuli, Akhsaniyah Akhsaniyah, and Anastasia Yuni Widyaningrum. "Workshop Penguatan Potensi Wilayah Kawasan Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya Berbasis Teknologi Informasi." Jurnal Vokasi - Politeknik Negeri Lhokseumawe 4, no. 2 (October 1, 2020): 51. http://dx.doi.org/10.30811/vokasi.v4i2.1898.

Full text
Abstract:
Gunung Anyar Tambak merupakan lokasi program pengabdian masyarakat ini.Terletak di Surabaya bagian Timur, tepatnya berada di Gununganyar tambak gg. 3 kawasan Mangrove, Gn. Anyar Tambak, Gn. Anyar, Kota SBY, Jawa Timur. Warga Gunung Anyar Tambak ini memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri. Menarik untuk dapat meningkatkan potensi wilayah di kawasaan pesisir ini dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi. Masyarakat bisa melihat potensi berdasar kelemahan, kekuatan, ancaman dan sekaligus peluang untuk bisa lebh mengembangkan potensi wilayahnya dengan memanfaatkan teknologi komunikasi. Pemanfaatan teknologi komunikasi menjadi penting terutama di berbagai wilayah di Indonesia banyak yang mengembangkan potensi hasil laut. Sehingga melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini bisa semakin memberikan positioning produk yang bisa dikembangkan oleh kawasan Bintang Mangrove. Kegiatan workshop ini mengkhususkan pada workshop penguatan potensi wilayah, dengan sasaran warga di kawasan Bintang Mangrove Gunung Anyar Tambak. Tempat kegiatan mengambil lokasi penyelenggaraan di Kawasan Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya.Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini terbagi dalam 3 kegiatan utama yaitu pemberian materi (workshop), penugasan peserta dalam kelompok (pendampingan kelompok) dan sharing antar kelompok peserta dalam bentuk presentasi Kata kunci: potensi, wilayah, Mangrove, Surabaya
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Karana, Sjafril. "Penentuan Model Jaringan Logistik Angkutan Batubara di Kawasan Timur Indonesia." Warta Penelitian Perhubungan 27, no. 6 (February 8, 2019): 423. http://dx.doi.org/10.25104/warlit.v27i6.857.

Full text
Abstract:
Sementara ini dalam memenuhi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat dan untuk memperbaiki fuel mix pembangkit tenaga listik, pemerintah telah dan sedang membangun sejumlah PLTU, 13 unit diantara berlokasi di KTI. Disamping itu pemerintah melalui PLN Batubara juga sedang mengembangkan pusat tambang batubara di kawasan ini terutama di Kabupaten Sorong. Nantinya salah satu pelabuhan di daerah ini yaitu Pelabuhan Sorong dijadikan sebagai pelabuhan asal batubara untuk dikirim ke sejumlah PLTU yang berada di KTI. Untuk meningkatkan efisiensi pengiriman batubara dari pelabuhan asal ke sejumlah PLTU yang lokasi tersebar di KTI tersebut, tentunya dibutuhkan model jaringan logistik yangsesuai dengan kondisi daerah perairan serta didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Hasil kajian menunjukkan terdapat dua model jaringan logistik yang cocok digunakan yaitu untuk tahap jangka pendek menggunakan sistem point to point, dan untuk tahap jangka panjang menggunakan sistem hub and spoke. Dengan demikian diharapkan hasil kajian ini dapat memberikan kontribusi bagi instansi terkait untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam mendistribusikan batubara terutama dari Pelabuhan Sorong ke sejumlah PLTU. Kata kunci: jaringan logistik, angkutan batubara, Kawasan Timur Indonesia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Notoatmojo, Budiman. "Peranan Gender dalam Usaha Tani di Kawasan Indonesia Bagian Timur." Winners 2, no. 2 (September 30, 2001): 116. http://dx.doi.org/10.21512/tw.v2i2.3819.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Manadiyanto, Manadiyanto, Tajerin Tajerin, and Sapto Adi Pranowo. "OPSI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERIKANAN CAKALANG DI KAVI'ASAN TIMUR INDONESIA: SUATU PENDEKATAN ANALWIC HIERARCHY PROCESS." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 10, no. 7 (March 13, 2017): 75. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.10.7.2004.75-89.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Jatmika, Sidik. "The Arab Spring 2010: Puncak Gunung Es Krisis Politik di Kawasan Timur Tengah." Jurnal Hubungan Internasional 2, no. 2 (2013): 157–66. http://dx.doi.org/10.18196/hi.2013.0037.157-166.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Hutajulu, Dinar Melani, Jihad Lukis Panjawa, Fitrah Sari Islami, and RR Retno Sugiharti. "Determinan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan wilayah induk dan pemekaran di kawasan timur Indonesia." Jurnal Ekonomi dan Bisnis 23, no. 2 (September 8, 2020): 263–84. http://dx.doi.org/10.24914/jeb.v23i2.3293.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia setelah pemerintah menerapkan kebijakan otonomi daerah di Indonesia. Penelitian ini meliputi wilayah induk dan wilayah pemekaran pada kawasan timur Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari statistik Indonesia. Penelitian ini menggunakan data cross-section pada tahun 2017 yang mencakup 230 kabupaten dan kota. Penelitian ini menggunakan least square dummy variable dalam menganalisis data. Analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi pada wilayah induk dan wilayah pemekaran. Faktor penentu pertumbuhan ekonomi, yaitu variabel kemiskinan, pembangunan manusia, ketimpangan, dan desentralisasi fiskal menunjukkan hasil yang berbeda di setiap daerah. Pada wilayah induk, variabel kemiskinan, pembangunan manusia, dan desentralisasi fiskal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada wilayah pemekaran, hanya variabel pembangunan manusia dan desentralisasi fiskal yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Kristiani, Anastasia Widya, and Widyono Soetjipto. "Urbanisasi, Konsumsi Energi, dan Emisi CO2 : Adakah Perbedaan Korelasinya di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI)?" Jurnal Wilayah dan Lingkungan 7, no. 3 (December 31, 2019): 166–80. http://dx.doi.org/10.14710/jwl.7.3.166-180.

Full text
Abstract:
Indonesia’s rapid urbanization has become one of the indicators of development that also continues to increase. It is undeniable, improving stage of development is often have an impact on environmental degradation such as excessive fossil energy consumption and CO2 emissions. However, not all regions in Indonesia are at the same stage of development. There are high economic and socio-demographic inequalities and differences between western Indonesia (KBI) and eastern Indonesia (KTI). This study aims to provide empirical evidence and analyze impact of urbanization on energy consumption and CO2 emissions in the country that has different stage of developments across the region. Taking regional heterogeneity in Indonesia, panel data estimation method was applied at the provincial level during the 2011-2015 period. The results of the study show that urbanization in KBI and KTI has different effects on per capita fossil energy consumption. Urbanization in KBI has a positive relationship to per capita energy consumption, whereas urbanization in the KTI has a negative correlation. Urbanization in KBI has a negative correlation with CO2 emissions. However, there was no difference effect of urbanization on CO2 emissions in both of region because the estimation results in KTI showed values that were not statistically significant. These findings not only help advance the existing literature, but also add insight to policy makers in the urban and regional planning.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Oktaviani, Rina, NFN Widyastutik, and Tanti Novianti. "Integrasi Perdagangan dan Dinamika Ekspor Indonesia ke Timur Tengah (Studi Kasus: Turki, Tunisia, dan Maroko)." Jurnal Agro Ekonomi 26, no. 2 (September 19, 2016): 167. http://dx.doi.org/10.21082/jae.v26n2.2008.167-189.

Full text
Abstract:
Perekonomian dunia yang berkembang pesat menyebabkan semakin tingginya integrasi dan dinamika perdagangan antarnegara. Dengan latar belakang krisis keuangan global, strategi diversifikasi pasar dianggap tepat untuk meminimisasi dampak yang merugikan bagi performa neraca perdagangan Indonesia. Komitmen strategi diversifikasi destinasi pasar memunculkan kawasan Timur Tengah sebagai kawasan yang potensial, meliputi Turki, Tunisia, dan Maroko. Analisis Intra Industry Trade (IIT) menunjukkan bahwa derajat integrasi perdagangan Indonesia–Turki lebih erat dibandingkan dengan Tunisia dan Maroko. Sementara itu, analisis Constant Market Share (CMS) mengindikasikan bahwa terdapat fenomena yang konvergen bagi dinamika ekspor Indonesia, dimana minyak yang berasal dari tumbuhan dan hewan, kayu dan produk kayu, serta karet dan produk karet menjadi produk yang potensial dengan efek dekomposisi yang bervariasi pada setiap mitra dagang. Kombinasi penguatan market intelligence (sisi permintaan) dan diferensiasi produk ekspor (sisi penawaran) merupakan rekomendasi komprehensif bagi tahap inisiasi FTA Indonesia-Timur Tengah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Sudirman, Sudirman. "Potensi, Peluang, Dan Tantangan Perdagangan Antara Indonesia Dengan Negara-Negara Di Kawasan Timur Tengah." Al-Buhuts 12, no. 1 (June 30, 2016): 60–80. http://dx.doi.org/10.30603/ab.v12i1.921.

Full text
Abstract:
This study aims to assess the potential, opportunities, and challenge of trade between Indonesia and countries in the middle east. It is qualitative research by using descriptive method. The data is used mainly secondary data, it drawn from relevant institutions, among others: industry and trade, chamber of commerce, the Central Bureau of Statistics, and of the documents related. This study found a variety of potentials, opportunities, and challenges of trade between Indonesia and countries in the middle east, namely: 1) the potential, among other things: the products produced in Indonesia tend to be different from the product produced in the countries middle east region countries, economic growth in the countries of the Middle east are relatively stable. Indonesia has export commodity that was diverse, the competitiveness of Indonesian products is quite high, and the growth of foreign capital in the countries of the Middle East are likely to increase. 2) opportunities, among others: change in economic policy-oriented market economy, relations bilateral diplomacy between Indonesia and countries in middle east has been good, the equation beliefs, it discourse will do the trade in free trade Indonesia between Morocco and Turkey. 3) challenges, among others: Long distance, tariffs are high, less stable political climate, limited support of the financial institutions sector, unavailability of halal certification bodies are gaining international legitimacy.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Dyah Hapsari, Sholihah Amalina, Manuntun Parulian Hutagaol, and Alla Asmara. "PERTUMBUHAN INKLUSIF : FENOMENA PERTUMBUHAN INKLUSIF DI KAWASAN INDONESIA BAGIAN BARAT DAN INDONESIA BAGIAN TIMUR." JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2, no. 2 (February 4, 2018): 85–112. http://dx.doi.org/10.29244/jekp.2.2.85-112.

Full text
Abstract:
The growth of the middle class in Indonesia that occurred during the last ten years allegedly raised by the economic growth that is likely to increase in the same period. An economic theory which states that inclusive growth is growth that is able to bring the middle class makes economists focus on inclusive growth and the middle class itself. But in fact, the middle class in Indonesia is dominated by the lower middle class whose features are similar to the poor. These issues indicate a gap in the economy. In addition, to talk about the gap, there is no doubt that this issue has long been a discussion in Indonesia, especially the gap between western Indonesia and eastern Indonesia. Therefore this study was conducted to analyze whether it is true that inclusive growth has occurred in Indonesia and how the phenomena that occur in the western part of Indonesia and eastern Indonesia. Based on the data from 33 provinces in Indonesia over a period of 5 years, ie from 2008 to 2012, this study of the Measured inclusive growth by adopting the concept formulated by Klasen (2010) on-Poverty Equivalent Growth Rate (PEGR). This study of the processing of data performed using Excel and SPSS software. The results found that economic growth in Indonesia in 20082012 has not been inclusive in reducing poverty, lowering inequality and increase employment. The results also show that inclusive growth is not a consistent phenomenon in Indonesia. The phenomenon of inclusive growth in reducing poverty, lowering inequality, and increasing employment are more prevalent in Western Indonesia (IBB). Key words : inclusive, growth, middle class, panel data, excel
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Dyah Hapsari, Sholihah Amalina, Manuntun Parulian Hutagaol, and Alla Asmara. "PERTUMBUHAN INKLUSIF : FENOMENA PERTUMBUHAN INKLUSIF DI KAWASAN INDONESIA BAGIAN BARAT DAN INDONESIA BAGIAN TIMUR." JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2, no. 2 (February 4, 2018): 85–112. http://dx.doi.org/10.29244/jekp.2.2.2013.85-112.

Full text
Abstract:
The growth of the middle class in Indonesia that occurred during the last ten years allegedly raised by the economic growth that is likely to increase in the same period. An economic theory which states that inclusive growth is growth that is able to bring the middle class makes economists focus on inclusive growth and the middle class itself. But in fact, the middle class in Indonesia is dominated by the lower middle class whose features are similar to the poor. These issues indicate a gap in the economy. In addition, to talk about the gap, there is no doubt that this issue has long been a discussion in Indonesia, especially the gap between western Indonesia and eastern Indonesia. Therefore this study was conducted to analyze whether it is true that inclusive growth has occurred in Indonesia and how the phenomena that occur in the western part of Indonesia and eastern Indonesia. Based on the data from 33 provinces in Indonesia over a period of 5 years, ie from 2008 to 2012, this study of the Measured inclusive growth by adopting the concept formulated by Klasen (2010) on-Poverty Equivalent Growth Rate (PEGR). This study of the processing of data performed using Excel and SPSS software. The results found that economic growth in Indonesia in 20082012 has not been inclusive in reducing poverty, lowering inequality and increase employment. The results also show that inclusive growth is not a consistent phenomenon in Indonesia. The phenomenon of inclusive growth in reducing poverty, lowering inequality, and increasing employment are more prevalent in Western Indonesia (IBB). Key words : inclusive, growth, middle class, panel data, excel
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Anindika Sari, Esa, Meilani Thereza Br. Saragih, Ilhamsyah Ali Shariati, Sabiq Sofyan, Rakai Al Baihaqi, and Rani Nooraeni. "Klasifikasi Kabupaten Tertinggal di Kawasan Timur Indonesia dengan Support Vector Machine." JIKO (Jurnal Informatika dan Komputer) 3, no. 3 (December 6, 2020): 188–95. http://dx.doi.org/10.33387/jiko.v3i3.2364.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Indarto, A. Gandung. "Kritik Atas Pembangunan (sebuah refleksi atas pembangunan di Kawasan Timur Indonesia)." Unisia 21, no. 36 (November 25, 1998): 110–14. http://dx.doi.org/10.20885/unisia.vol21.iss36.art12.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Simarmata, Nirmawana, Fitralia Elyza, and Rezalian Vatiady. "ANALISIS SPEKTRAL CITRA SPOT 7 UNTUK IDENTIFIKASI KAWASAN MANGROVE DI PANTAI TIMUR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN." Seminar Nasional Geomatika 3 (February 15, 2019): 1213. http://dx.doi.org/10.24895/sng.2018.3-0.1046.

Full text
Abstract:
Konversi hutan manggrove merupakan sumber utama emisi CO dengan jumlah sebesar 1,7 ± 0,6 Pg karbon per tahun. Kegiatan konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Ekspansi usaha pertambakan udang di kawasan pesisir Provinsi Lampung semakin meluas dari tahun ke tahun yang berdampak serius pada kondisi hutan mangrove. Kebijakan pembukaan tambak baru telah mengubah bentang hutan mangrove dan akan menimbulkan kerugian sosial yang jauh lebih besar. Menanggapi permasalahan tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang mengikuti program Reduce Emission from Deforestation and Degradation atau REDD+ dalam melakukan inventarisasi karbon hutan. Indonesia memiliki potensi sumberdaya hutan mangrove yang sangat melimpah. Potensi hutan mangrove Indonesia cukup besar, Indonesia memiliki luas hutan mangrove terbesar di dunia. Salah satunya di Kabupaten Lampung Selatan merupakan kawasan dengan tutupan yang relatif luas di Provinsi Lampung. Karakteristik hutan mangrove dianalisis berdasarkan nilai spektral nya dengan menggunakan indeks vegetasi. Jenis data penginderaan jauh yang digunakan untuk penelitian ini adalah citra SPOT 7. Citra SPOT 7 dianalisis menggunakan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) sehingga diperoleh nilai kehijauan objek mangrove. Nilai indeks vegetasi pada kawasan penelitian mempunyai range antara 0.2 – 0.7. Nilai indeks vegetasi digunakan sebagai parameter untuk memetakan kawasan hutan mangrove di Kabupaten Lampung Selatan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Sari, Undayani Cita, and Boby Rahman. "Studi Literatur: Kajian Geoteknik Daerah Perbatasan sebagai Salah Satu Faktor dalam Penguatan Infrastruktur Daerah Perbatasan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur." Jurnal Planologi 16, no. 1 (April 30, 2019): 32. http://dx.doi.org/10.30659/jpsa.v16i1.4320.

Full text
Abstract:
Walaupun Indonesia sebagai negara maritime dengan sebagian besar berupa lautan, tetapi terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang berbatasan darat dengan negara tetangga, yaitu di Pulau Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia, Papua berbatasan dengan Papua Nugini, dan Nusa Tenggara Timur dimana berbatasan dengan Timor Leste. Daerah perbatasan ini dapat dianggap sebagai tolak ukur pembangunan dari suatu negara. Hal ini dikarenakan karena secara geografis Kawasan perbatasan jauh dari pusat Pemerintahan, maka apabila kondisi Kawasan perbatasan maju jika ditinjau dari pembangunannya maka Pemerintah dapat dianggap secara umum telah berhasil meratakan pembangunan. Pembangunan infrastruktur adalah salah satu hal yang paling menonjol di daerah perbatasan. Dengan infrastruktur yang lengkap dan bermutu baik, maka Kawasan perbatasan sebagai cerminan diri dari suatu negara akan terasa semakin jelas. Namun demikian, sebagaimana konsep dasar pembangunan infrastruktur yang ada, pembangunan di daerah perbatasan pun perlu memperhitungkan karakteristik geoteknik wilayah tersebut. Posisi daerah perbatasan yang umumnya jauh dan sukar dijangkau pun membuat pembangunan infrastruktur menemui kendalanya sendiri. Oleh karena itu, pada tulisan ini melakukan tinjauan terhadap permasalahan geoteknik berdasarkan studi literatur yang ada di daerah perbatasan Indonesia yang berbatasan dengan Timor Leste, yaitu Kabupaten Belu. Sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu kontribusi dalam memberikan sumbangsih referensi mengenai keadaan di daerah perbatasan. Kondisi geoteknik daerah perbatasan yang ditinjau pada tulisan ini mencangkup kondisi tanah, batuan dan topografi, yang dapat digunakan sebagai dasar dari pembangunan infrastruktur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Lamahoda, Rudini A. R. B., Amos Setiadi, Reginaldo Christophori Lake, and Ricky Samara. "Perkembangan morfologi kawasan Kota Lama Kupang." EMARA: Indonesian Journal of Architecture 6, no. 2 (January 7, 2021): 77–90. http://dx.doi.org/10.29080/eija.v6i2.1010.

Full text
Abstract:
Kota Kupang adalah Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, terletak di pesisir Teluk Kupang, bagian Barat Laut Pulau Timor. Perkembangan kawasan Kota Lama Kupang dimulai pada periode abad ke-15, diawali sebagai kota bandar yang dikuasi oleh Raja Helong hingga adanya intervensi pemerintahan Belanda, Portugis, dan Cina, sehingga memiliki morfologi kawasan kota yang unik untuk diteliti. Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi perkembangan kawasan Kota Lama Kupang selama beberapa periode dan menganalisis perubahan serta perbandingan apa saja terkait morfologi kawasan Kota Lama Kupang. Penelitian deskriptif eksploratif dengan metode analisis sinkronik (tissue analysis) digunakan dalam penelitian ini untuk membaca sejarah yang terjadi pada kawasan Kota Lama Kupang dari periode awal terbentuk kawasan yakni abad ke-15 sampai pada abad ke-21. Selanjutnya, metode analisis diakronik (historical reading) digunakan untuk menemukan perubahan serta perbandingan morfologi kawasan Kota Lama Kupang periode abad ke-15 sampai abad ke-21 dan memaparkan bagaimana ruang-ruang Kota Lama Kupang mulai bertumbuh serta berkembang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kawasan Kota Lama Kupang mulai berkembang karena memiliki generator utama yaitu masuknya kekuasaan Raja Helong untuk menjadikan Kota Lama Kupang sebagai kota bandar yang ada di Pulau Timor. Temuan perubahan dan perbandingan perkembangan morfologi kawasan Kota Lama Kupang ialah saat masuknya bangsa Belanda, Portugis, dan etnis Cina serta terjadi perubahan setelah Indonesia merdeka yakni perubahan status kawasan Kota Lama Kupang berdasakan aspek politik yang berkembang
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Kuswara, Kuswara. "Pengembangan Permukiman Di Kawasan Perbatasan sebagai Beranda Terdepan Nkri Studi Kasus: Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur." Jurnal Permukiman 3, no. 4 (November 1, 2008): 253. http://dx.doi.org/10.31815/jp.2008.3.253-262.

Full text
Abstract:
Fenomena perkembangan kawasan perbatasan dengan negara tetangga menunjukkan semakin strategisnya kawasan perbatasan disatu sisi sementara di sisi lain kawasan ini secara umum masih sangat terbelakang dibandingkan kawasan lain di Indonesia. Untuk itu diperlukan upaya percepatan pengembangan kawasan perbatasan. Berkaitan dengan pengembangan kawasan perbatasan, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah keberadaan permukiman yang ada di kawasan ini. Upaya pengembangan permukiman ini dilakukan dalam rangka mengubah paradigma pembangunan di kawasan perbatasan dari paradigma ”halaman belakang” menjadi ”halaman depan” dan dilakukan dengan pendekatan yang seimbang dan terpadu antara pendekatan keamanan (security approach) dan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach). Dalam pengembangan paradigma pembangunan tersebut, peran permukiman memegang peranan yang sangat penting karena menjadi salah satu aktivitas terdepan yang ada di kawasan perbatasan. Untuk mendukung hal itu, maka diperlukan upaya untuk menemukenali tantangan pengembangan permukiman sebagai dasar untuk menentukan arah pengembangannya yang sesuai sehingga permukiman di kawasan perbatasan dapat menjadi beranda terdepan atau welcome window wilayah NKRI.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Juniati, Herma. "ANALISIS PENGARUH TRANSPORTASI MULTIMODA TERHADAP DISPARITAS HARGA DI PROPINSI PAPUA BARATANALISIS PENGARUH TRANSPORTASI MULTIMODA TERHADAP DISPARITAS HARGA DI PROPINSI PAPUA BARAT." Jurnal Transportasi Multimoda 15, no. 1 (August 28, 2017): 39. http://dx.doi.org/10.25104/mtm.v15i1.412.

Full text
Abstract:
Propinsi Papua Barat merupakan propinsi yang sangat kaya akan sumber daya alam berupa hutan, mineral, minyak dan gas bumi, pariwisata maupun kelautan. Ketersediaan sumberdaya alam tersebut tidak mampu meningkatkan perekonomian Papua Barat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata karena kurangnya dukungan oleh ketersediaan infrastruktur transportasi yang efektif dan efisien. Kawasan Timur Indonesia yang merupakan daerah kepulauan memiliki permasalahan aspek distribusi barang. Harga barang lebih mahal karena melibatkan berbagai moda seperti moda darat, laut dan udara. yang berdampak pada adanya disparitas harga antara kawasan Indonesia bagian Barat dan kawasan Indonesia bagian Timur sehingga dilakukan peningkatan kualitas akses jalan, sungai dan laut yang menghubungkan sumber produksi dengan pelabuhan serta koordinasi antara Pemerintah daerah dengan tokoh adat dalam proses pembangunan jalan, pelabuhan dan bandara; Papua Barat seharusnya memiliki Kawasan Industri Arar; meningkatkan komoditas unggulan ikan segar yang diolah lebih lanjut agar bernilai tambah dan menumbuhkan lapangan pekerjaan baru. Hal ini memerlukan adanya cold storage yang terintegrasi dengan karantina dan bea cukai. Konsep ini dikenal dengan logistics center; Kementerian PU membangun 11 ruas jalan strategis bagi percepatan pembangunan Papua Barat yang menghubungkan daerah potensial dengan pintu keluar seperti pelabuhan dan bandar udara; program percepatan pembangunan bandar udara dan pelabuhan di seluruh wilayah Papua Barat
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Siahaya, Yusuf. "Desain Kapal Multiguna Sesuai Kondisi Perairan dan Permintaan Transportasi Laut Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Ekonomi Kepulauan di KTI." Jurnal Penelitian Transportasi Laut 17, no. 4 (March 11, 2020): 164–78. http://dx.doi.org/10.25104/transla.v17i4.1403.

Full text
Abstract:
Kawasan Timur Indonesia terdiri dari banyak gugus pulau besar dan kecil, hasil komoditi masih terbatas (sembako dan bahan strategis) dalam mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga masih mayoritas supply dari wilayah barat, beragam, dan tersebar tidak merata. Sehingga, diperlukan suatu alat angkut yang dapat mendistribusikan komoditi melalui pelabuhan pengumpul dan pengumpan regional/lokal. Untuk efektif dan efisien transportasi, dibutuhkan suatu alat angkut sesuai karakteristik permintaan transportasi laut KTI yaitu berupa kapal multiguna. Penelitian ini bertujuan untuk mewujudkan suatu sistem angkutan laut yang optimal, memperbaiki dan menemukan cara pengangkutan laut yang layak teknis dan ekonomis melalui perekayasaan alat angkutan laut multiguna (kapal serbaguna), dan bersifat kuantitatif, menggunakan metode optimalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal multiguna yang sesuai untuk wilayah kepulauan di Kawasan Timur Indonesia berciri Roro, Lolo, dan LCT, dapat dipergunakan untuk mengangkut berbagai keperluan dan jenis muatan (penumpang, general kargo/kontainer dan muatan roda). Hasil analisis menunjukkan bahwa kecenderungan muatan roda semakin meningkat sehingga permintaan jenis tipe kapal Roro menjadi acuan perencanaan desain kapal multiguna. Berdasarkan batasan optimalisasi (constrains optimization) yaitu batasan kondisi geografi, infrastruktur (fasilitas pelabuhan), dan oseanografi diperoleh ukuran kapal yang optimal untuk Kawasan Timur Indonesia adalah kapal multiguna berukuran 800 GRT, dapat mengangkut kendaraan beroda, penumpang dan general kargo (konsep berupa gambar lines plan, general arrangement, hydrostatic curve, kebutuhan tenaga penggerak, serta lengkung stabilitas kapal multiguna seperti terlampir).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Eddy, Herry Rodiana. "POTENSI BAHAN BAKU SEMEN DI INDONESIA TIMUR." Buletin Sumber Daya Geologi 3, no. 2 (August 2, 2008): 16–25. http://dx.doi.org/10.47599/bsdg.v3i2.159.

Full text
Abstract:
Kekurangan pasokan semen di dalam negeri memang beralasan karena pertumbuhan konsumsi semen yang cukup tinggi selama lima tahun terakhir, apalagi dengan maraknya sektor properti dan sektor konstruksi akhir-akhir ini. Apabila lima tahun yang akan datang kebutuhan semen meningkat rata-rata 6-8% maka pada tahun 2010 kebutuhan semen nasional akan mencapai 47,9 juta ton, berarti melampaui kapasitas produksi semen nasional yang tercatat sebesar 47,49 juta ton. Investasi untuk membangun pabrik semen baru membutuhkan dana US$ 138 per ton, sedangkan pembangunan fisik pabrik semen akanmembutuhkan waktu sekitar 36 bulan, dan 12–24 bulan untuk persiapan (studi kelayakan, AMDAL dan pendanaan). Apabila dikehendaki beroperasi penuh pada tahun 2010 maka kegiatan persiapan pembangunan pabrik semen seharusnya sudah dimulai dari tahun 2005 – 2006. Beberapa lokasi di Indonesia Timur yang mempunyai potensi bahan baku semen sebagai bahan pertimbangan tempat-tempat didirikannya pabrik semen yaitu Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Pasir (Provinsi Kalimantan Timur), Kabupaten Gorontalo (Provinsi Gorontalo), serta Kabupaten Fak-fak dan Kabupaten Manokwari (Provinsi Papua Barat).Bahan baku semen di beberapa lokasi di kawasan Indonesia Timur pada umumnya terdiri atas bahan baku utama batugamping dan lempung yang memenuhi persyaratan. Perlu dilakukan penelitian lebih rinci untuk menentukan sumber daya terukur agar memudahkan dalam melakukan studi kelayakan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Jonathan, James, Liong Ju Tjung, and Bambang Delianto. "PENATAAN KAWASAN SEGITIGA JATINEGARA SEBAGAI IKON WISATA JAKARTA TIMUR." Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) 1, no. 2 (January 26, 2020): 2191. http://dx.doi.org/10.24912/stupa.v1i2.4593.

Full text
Abstract:
The Jatinegara Triangle Region is located in the Administrative City of East Jakarta, which is known to have a thick nuance of history and trade as the economic lifeblood of society since the colonial era in Indonesia. As the center of trade and services, the Jatinegara Triangle is a unique shopping area, because of the traditional trade center or Jatinegara Regional Market (formerly known as Pasar Meester), and Agate Stone Market and Permata Rawa Bening located opposite Jatinegara Station. Agate Stone Market is so unique because this market sells various kinds of Agate Stone, gems and heirlooms not only known in Jakarta, but also known to foreign countries. In Perda No. 1 of 2014 concerning Detail Spatial Planning in Jatinegara Subdistrict, it is said that there is a tourism area development with the development and improvement of urban tourism functions and the development of the Betawi Cultural Center in Jatinegara Region. However, there are still some problems in the Jatinegara Triangle area such as street vendors which is on the sidewalk which results in the inconvenience of pedestrians and causes the death of several shops and shopping centers in the region, still lack of green open space, many old, untreated buildings that have historical value, and lack of parking spaces resulting in illegal parking on the edge Street. Therefore, some arrangements will be made in the Jatinegara Triangle Area such as improving the function of the area, revitalizing old buildings, adding parking lots, adding regional street furniture and increasing regional accessibility, this is done to become an area with the concept of Shopping Street with special characteristics conservation building as East Jakarta Tourism Icon as a result of this arrangement. AbstrakKawasan Segitiga Jatinegara ini terletak di Kota Administratif Jakarta Timur yang dikenal memiliki nuansa kental sejarah dan perdagangan sebagai urat nadi ekonomi masyarakat sejak era kolonial di Indonesia. Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Segitiga Jatinegara ini merupakan kawasan pembelanjaan yang unik, karena adanya pusat perdagangan tradisional atau pasar Regional Jatinegara (dahulu dikenal sebagai Pasar Meester), dan Pasar Batu Akik dan Permata Rawa Bening yang berlokasi di seberang Stasiun Jatinegara. Pasar Batu Akik sedemikian unik karena pasar ini menjual berbagai macam batu akik, permata dan barang-barang pusaka tidak hanya dikenal di Jakarta, tetapi juga dikenal hingga Mancanegara. Pada Perda no 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Detail Kecamatan Jatinegara dikatakan bahwa terdapat pengembangan kawasan pariwisata dengan pengembangan dan perbaikan fungsi kawasan wisata perkotaan dan pengembangan Pusat Kebudayaan Betawi di Kawasan Jatinegara Namun, masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di kawasan Segitiga Jatinegara seperti terdapat PKL yang berada di atas trotoar yang mengakibatikan ketidaknyaman para pejalan kaki serta menyebabkan matinya beberapa pertokoan dan pusat perbelanjaan di kawasan ini, masih kurangnya ruang terbuka hijau, banyak bangunan tua yang tidak terawat yang memiliki nilai sejarah, dan kurangnya lahan parkir yang mengakibatkan parkir liar di pinggir jalan. Maka itu, akan dilakukan beberapa penataan pada Kawasan Segitiga Jatinegara seperti meningkatkan fungsi kawasan, merevitalisasi bangunan-bangunan tua, menambah lahan parkir, menambah furniture street kawasan dan meningkatkan aksesibilitas kawasan, hal ini dilakukan agar menjadi kawasan dengan konsep Shopping Street yang memiliki ciri Khas dengan bangunan konservasi sebagai Ikon Wisata Jakarta Timur sebagai hasil dari penataan ini.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Irianto, Bambang S. "Kebijakan Poros Maritim Dan Strategi Ekonom Serta Keamanan Laut." Jurnal Justiciabelen 4, no. 1 (June 17, 2021): 1. http://dx.doi.org/10.30587/justiciabelen.v4i1.2771.

Full text
Abstract:
Poros Maritim Dunia bagi Indonesia adalah buah pemikiran yang disampaikan Presiden Jokowi pada Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur, di Naypyidaw, Myanmar pada tanggal 13 November 2014, . Sementara Jepang dan India telah lebih dulu mencanangkan konsep Confluence of the Two Seas pada tahun 2007, disusul Amerika Serikat dengan Rebalancing Toward Asia pada tahun 2011, dan Tiongkok dengan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 di tahun 2013. Keempat kekuatan besar tersebut telah berlomba di kawasan Indo-Pasifik. Penulisan ini mendudukan global maritime nexus, Indo-Pacific, geostrategy sebagai geopolitik Indonesia guna memanfaatkan dinamika geopolitik yang terjadi di kawasan strategis untuk kepentingan nasional Indonesia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Arief Troa, Rainer, Eko Triarso, and Ira Dillenia. "GEODINAMIKA KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP POTENSI SUMBER DAYA DASAR LAUT." Jurnal Kelautan Nasional 11, no. 1 (April 3, 2016): 1. http://dx.doi.org/10.15578/jkn.v11i1.6062.

Full text
Abstract:
Kawasan Timur Indonesia menyimpan potensi sumber daya dasar laut yang tinggi. Interaksi tiga lempeng besar dunia: Lempeng Pasifik, Hindia-Australia, dan Eurasia menjadikan kondisi geodinamikanya aktif dan kompleks. Tujuan penulisan untuk mengungkap potensi sumber daya dasar laut sebagai implikasi kondisi geodinamika. Metode penelitian menggunakan analisis tektonika berdasarkan tinjauan regional evolusi tektonik yang ditunjang metode tomografi seismik dengan hipotesis bahwa potensi sumber daya dasar laut sebagai implikasi kondisi geodinamikanya berkaitan erat dengan keberadaan gunungapi bawah laut dan aktivitas hidrotermal. Hasil penelitian menunjukkan potensi tersebut berada pada zona aliran fluida magma di bawah kerak bumi, diindikasikan anomali kecepatan rendah gelombang-S pada tomogram seismik. Hasil pengamatan ROV di Perairan Sangihe-Talaud mengindikasikan adanya peluruhan sebagian magma menerobos kerak bumi, muncul ke permukaan dasar laut membentuk cerobong hidrotermal gunungapi bawah laut Kawio Barat pada kedalaman 1890 meter. Di perairan dangkal Halmahera, manifestasi aktivitas hidrotermal berupa semburan air panas dari dasar laut. Di dataran pasang surut, temperatur mata air panas mencapai 80-100oC, sedangkan dari tipe alterasi batuannya diindikasikan temperatur bawah permukaan >200oC. Disimpulkan bahwa potensi sumber daya dasar laut terkait aktivitas hidrotermal dan gunungapi bawah laut di perairan Sangihe-Talaud adalah berasosiasi dengan mineralisasi logam pada cerobong hidrotermal. Di Halmahera, potensinya berupa uap panas hidrotermal yang dapat dimanfaatkan untuk energi terbarukan berbasis panas bumi. Implikasi kebencanaan juga melekat akibat kondisi geodinamika sehingga penelitian mitigasi bencana dan model adaptasinya disarankan dilakukan juga pada Kawasan Timur Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Amin, Imran, Nadjamuddin Harun, and Ansar Suyuti. "STUDI POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA BERBASIS ANALISIS RETScreen INTERNATIONAL." Jurnal Insypro (Information System and Processing) 2, no. 2 (October 30, 2017): 1–14. http://dx.doi.org/10.24252/insypro.v2i2.4066.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Rostiana, Otih, Wawan Haryudin, and Jajat Darajat. "PENYEBARAN BENIH VARIETAS UNGGUL JAMBU METE DI KAWASAN TIMUR DAN BARAT INDONESIA." Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 28, no. 1 (June 9, 2017): 1. http://dx.doi.org/10.21082/bullittro.v28n1.2017.1-14.

Full text
Abstract:
<p>Rehabilitasi dan ekstensifikasi pertanaman jambu mete di sentra produksi merupakan program strategis untuk meningkatkan produksi nasional. Menteri Pertanian sudah melepas sembilan varietas unggul jambu mete nasional. Dalam pelaksanaannya, program rehabilitasi dan ekstensifikasi masih terkendala oleh terbatasnya jumlah benih unggul karena sistem penyebarannya masih belum tertata secara baik. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebaran benih varietas unggul jambu mete di sentra produksi Kawasan Timur dan Barat Indonesia. Data primer diperoleh melalui survei lapangan secara sengaja (<em>purposive random sampling</em>) di beberapa lokasi calon kebun sumber benih, sedangkan data tentang penyebaran, asal-usul populasi dan penciri/karakteristik utama calon sumber benih jambu mete diperoleh berdasarkan <em>desk study</em>. Hasil penelitian menunjukkan kesembilan varietas unggul jambu mete nasional, sebagian besar berasal dari hasil seleksi populasi pertanaman jambu mete milik petani di beberapa lokasi pengembangan mete. Penyebaran varietas unggul jambu mete tersebut mengikuti minat petani dan kondisi lingkungan yang sesuai dengan daerah pengembangannya yang baru. Varietas unggul yang banyak dikembangkan di Wilayah Timur Indonesia (NTT, NTB, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara) adalah keturunan dari populasi Muna dan MPF 1, sedangkan di Wilayah Barat Indonesia adalah keturunan varietas Meteor YK. Kemurnian benih dari calon kebun benih jambu mete perlu dimonitor mutunya karena jambu mete sifatnya menyerbuk silang. Selain itu, untuk menjamin ketersediaan benih sumber jambu mete berkelanjutan, setiap sentra produksi harus membangun kebun induk terbarukan karena blok penghasil tinggi jambu mete yang ada saat ini sudah tua dan produksinya akan terus menurun.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Sabara. "TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PERNIKAHAN OLEH KUA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA." Jurnal Administrasi Publik 14, no. 2 (December 14, 2018): 109–18. http://dx.doi.org/10.52316/jap.v14i2.3.

Full text
Abstract:
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survei untuk mengetahui indeks kepuasanmasyarakat terhadap pelayanan pernikahan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) di Kawasan Timur Indonesia.Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket di 10 kota/kabupaten pada 5 provinsi, yaitu; Sulsel,Sulbar, Sultra, Kaltim, dan Maluku. Jumlah sampel dihitung dengan galat duga 0,05, yaitu sebanyak 400responden yang dibagi secara merata berdasarkan lokasi kabupaten/kota (40 per lokasi). Variabel yangdiukur dalam penelitian ini adalah; kualitas SDM petugas KUA, prosedur dan administrasi pelayanan,kualitas layanan, serta ketersediaan dan kualiats sarana dan prasarana.Variabel dijabarkan dalampertanyaan penelitian menjadi 37 pertanyaan. Data dianalisis dengan pendekatan skala indeks 1,00-4,00yang dihitung berdasarkan total skor jawaban responden dibagi jumlah pertanyaan kali jumlah responden.Populasi penelitian adalah peristiwa pernikahan yang dilakukan sejak berlakunya PP Nomor 48 tahun2014 yang berlaku sejak 1 Agustus 2014 hingga penelitian ini dilakukan. Variabel kualitas SDM memperolehindeks 3,41 (sangat tinggi), prosedur dan administrasi pelayanan indeks 3,29 (sangat tinggi), kualitaslayanan indeks 3,27 (sangat tinggi), serta ketersediaan dan kualiats sarana dan pra sarana 3,09 (tinggi).Mean indeks untuk seluruh variabela dalah 3,28 (sangat tinggi). Berdasarkan provinsi indeks kepuasantertinggi di Sultra (3,35/sangat tinggi), Sulsel (3,30/sangat tinggi), Maluku (3,29/sangat tinggi), Kaltim(3,24/tinggi), dan Sulbar (3,21/tinggi). Dari data-data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secaraumum, masyarakat memberi apresiasi positif terhadap pelayanan pernikahan yang diberikan oleh KUA.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Tajerin, Tajerin, Manadiyanto Manadiyanto, and Sapto Adi Pranowo. "ANALISIS PRIORITASI PEMILIHAN KOMODITAS DAN LOKASI SENTRA PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN DI KAWASAN TIMUR INDONESIA." Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 11, no. 9 (March 1, 2017): 27. http://dx.doi.org/10.15578/jppi.11.9.2005.27-39.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prioritasi pemilihan komoditas dan lokasi sentra pengembangan industri pengolahan perikanan di Kawasan Timur Indonesia dengan pendekatanmetode perbandingan eksponensial. Penelitian dilakukan sejak bulan Januari hingga Desember 2003. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang dianggap ahli.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Kadir R, Abdul. "PERTAUTAN ADAT DAN SYARA' DALAM DIMENSI SOSIAL DI KOTA GORONTALO." Al-Qalam 16, no. 2 (August 12, 2018): 213. http://dx.doi.org/10.31969/alq.v16i2.487.

Full text
Abstract:
<p>Penelitian ini adalah penelitian sejarah sosial Islam yang dilakukan di Gorontalo. Penelitian ini dilakukan<br />dalam rangka merekonstruksi proses Islamisasi pada kerajaan/kesultanan/daerah lokal di Kawasan<br />Timur Indonesia sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejarah dan proses<br />Islamisasi menjadi salah satu pilar penting dalam pembentukan konstruksi sosio-kultural masyarakat<br />indonesia. Dengan mendeskripsikan proses Islamisasi pada ranah sosial-politik serta pengaruh Islam<br />dalam perubahan sosio-kultural diharapkan dapat menjadi refer ensi dalam mengetahui potensi kehidupan<br />sosial masyarakat di Kawasan Timur Indonesia, khususnya di Kota Gorontalo serta akan sangat berguna<br />dalam pembinaan dan pengembangan kehidupan beragama secara umum di Indonesia.<br />Yang dimaksud Islamisasi dalam penelitian ini merupakan proses yang tak pernah berhenti yang diawali<br />dari penerimaan atau konversi secara massif ke dalam Islam baikproses dialog maupun proses integratif<br />hingga proses akulturasi nilai-nilai dan ajaran Islam dengan budaya lokal setempat yang akhirnya<br />membentuk suatu tatanan baru dalam pranata sosio-kultural suatu masyarakat.</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Kolne, Yakobus. "PENYELESAIAN KONFLIK PERBATASAN "UN-RESOLVED" DAN "UN-SURVEYED" SEGMEN BIJAELSUNAN-SUBINA-OBEN MELALUI PENDEKATAN BUDAYA." Politika: Jurnal Ilmu Politik 8, no. 2 (February 12, 2018): 42. http://dx.doi.org/10.14710/politika.8.2.2017.42-51.

Full text
Abstract:
Perjanjian perbatasan antar negara merupakan salah satu bentuk perjanjian internasional, yang tentu saja dalam pelaksanaannya mengikuti asas-asas dan kaidah yang lazim dalam hukum internasional. Doktrik hukum internasional mengajarkan bahwa perjanjian tentang batas negara bersifat final sehingga tidak dapat diubah. Berkaitan dengan perjanjian perbatasan antarnegara, masalah krusial yang sering muncul adalah terbentunya negara baru, baik dalam rangka pelaksanaan right for self determination maupun akibat proses separasi lainnya, seperti halnya Timor-Timur melepaskan diri dari Indonesia sebagai akibat jajak pendapat yang dilaksanakan september 1999, dimana mayoritas rakyat Timor-Timur menginginkan lepas dari Indonesia dan berdiri sendiri sebagai sebuah negara yang berdaulat. Secara umum, doktrin yang berlaku adalah clean slate dimana negara baru tidak memiliki keterikatan untuk mempertahankan perjanjian yang dibuat sebelumnya sehingga posisi negara baru vis is vis perjanjian tersebut sepenuhnya bebas menerima atau menolak eksistensi perjanjian. Berdasarkan perspektif hukum perjanjian internasional hal tersebut dianggap wajar, karena perjanjian hanya mengikat para pihak yang membuatnya, dan tidak berlaku terhadap pihak ketiga yang tidak bersedia menundukkan diri pada obyek yang diatur di dalamnya. Permasalahan yang dihadapi kawasan perbatasan Indonesia dan Timor Leste khususnya di kabupaten Timor Tengah Utara dengan distric Oecuse berbeda sifat dan kondisinya dengan wilayah lain. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dikawasan perbatasan dipengaruhi oleh faktyor yang berbeda seperti faktor goegrafis, ketersediaan sumber daya manusia dan alam, kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya serta tingkat kesejahteraan masyarakat negara tetangga. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh seluruh kawasan perbatasan di Indonesia adalah kemiskinan serta ketersediaan sarana prasarana dasar sosial dan ekonomi. Oleh karena itu sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah perlu dilakukan komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat yang bersengketa secara rutin, perlu adanya sosialisasi secara terus menurus kepada masyarakat dengan memberikan pemahaman mengenai perjanjian perbatasan baik secara hukum, sosial dan budaya sehingga mereka bisa saling menerima dengan tetap menghargai nilai-nilai adat istiadat yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu juga dibutuhkan suatu komitmen sehingga masalah perbatasan itu dapat diselesaikan secara damai.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Setiasih, Setiasih, and M. Ismail Wahab. "MENUJU KAWASAN MADURA SEBAGAI PULAU SENTRA SAPI POTONG TERKEMUKA DI INDONESIA." CAKRAWALA 5, no. 2 (June 22, 2011): 153–66. http://dx.doi.org/10.32781/cakrawala.v5i2.244.

Full text
Abstract:
Fokus kebijakan pemerintah pusat dalam lima tahun kedepan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan daging sapi sehingga dapat meminimalisasi impor daging maupun ternak potong. Pulau Madura merupakan kawasan sentra sapi potong yang memiliki populasi 22,33% populasi sapi potong di Jawa Timur. Permasalahn utama pengembangan sapi potong di Pulau Madura saat ini adalah belum teradopsinya sistem IB (Inseminasi Buatan) dan keterbatasan pakan terutama di musim kemarau. Strategi yang dapat diupayakan dalam pengembangan sapi potong di Madura antara lain dengan peningkatan akseptor dan kelahiran IB, mempertahankan Sapi Madura sebagai plasma nutfah dan perbaikan kualitas pakan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Suhastini, Novia. "Strategi Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Wisata Pantai Di Kawasan Lombok Timur." KOMUNITAS 10, no. 2 (December 23, 2019): 107–22. http://dx.doi.org/10.20414/komunitas.v10i2.1759.

Full text
Abstract:
The development of tourism which has recently been highlighted by the mass media in Indonesia with the government's program in tourism development as an addition to foreign exchange from the non-oil and gas sector. The tourism development program, which has been launched since 1988, is expected to attract the presence of foreign tourists and domestic tourists, which in turn will benefit the country's financial income. The exoticism of the beach has become one of the tourist strengths of East Lombok Regency. Along the coast in the south eastern Lombok region, lined with very attractive beaches. The development of attractions that are constrained by infrastructure, especially the problem is the lack of electricity and roads for access to locations are inadequate. The problem solving, it takes a policy of analyzing tourism policies in East Lombok Regency must pay attention; policy alternaitf, Policy implementation and policy evaluation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Handayani, Gracia Dwi. "Kajian kerentanan bencana Tsunami di kawasan pesisir." FLOBAMORA 2, no. 1 (August 30, 2019): 52–63. http://dx.doi.org/10.46888/flobamora.v2i1.14.

Full text
Abstract:
Penataan ruang di Indonesia diatur dalam undang-undang nomor 26 tahun 2007. Penataan ruang di Indonesia tidak hanya mengacu pada wilayah darat saja, tetapi termasuk wilayah pesisir dan laut. Berdasarkan UU No.27 Tahun 2007 mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, menjelaskan bahwa pengelolaan wilayah ini sebagai suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Letak Kepulauan Indonesia berada pada jalur gempa aktif didunia yang merupakan tingkat kegempaan yang tinggi didunia yang dapat menyebabkan tsunami. Tingkat kegempaan di Indonesia, sekitar 10 kali lipat dari tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986 dalam Disposaptono, 2005). Gelombang tsunami akan naik kedaratan dan menyapu benda yang dilaluinya, proses tsunami akan terjadi, beberapa saat setelah terjadi gempa tektonik didasar laut. (Soerono, 2005, hal 5). Berdasarkan analisis probabilistik mengenai wilayah kegempaan, Propinsi NTT terkategori sebagai wilayah 6 (enam). Wilayah 6 (enam) merupakan daerah yang mempunyai potensi paling tinggi untuk mengalami gempa tektonik yang dapat menyebabkan tsunami. Kabupaten Flores Timur beribukotakan Larantuka. Berdasarkan informasi yang diperoleh, tsunami besar akibat gempa tektonik yang melanda pesisir Kota Larantuka, yakni pada tahun 1982 dan tahun 1992. Tahun 1982, gempa tektonik ini memiliki intensitas 5,9 skala richter. Kerusakan yang terjadi cukup parah karena pusat gempa berada pada laut dangkal flores bagian timur. Jumlah korban meninggal sekitar 13 jiwa. Kejadian tahun 1992, memiliki intensitas gempa 7,5 skala richter, dengan maksimal run-up sekitar 26 m. Gempa ini menguncang seluruh bagian Pulau Flores. Penelitian ini bertujuan mengkaji kerentanan kawasan bencana tsunami pesisir di Kota. Memperhatikan pemanfaatan pesisir di daerah rawan tsunami. Menciptakan kondisi yang lebih baik, berupa kondisi aman, nyaman, tanggap terhadap bencana dan tidak menjadi ancaman resiko bencana tsunami, Guna Mewujudkan Mitigasi bencana tsunami bagi Kota Larantuka. Penelitian ini berdasarkan pendekatan Kualitatif Rasionalisme. Pandangan kualitatif rasionalisme, berlandaskan pemahaman sejumlah argumen (idealisasi, rasionalisme), mencari kebenaran dengan logika, yang dibangun berdasarkan pengembangan teori-teori (Muhadjir, 1998: 74-80). Penelitian ini membangun teori berdasarkan pengalaman berupa fenomena alam berupa bencana tsunami yang pernah terjadi, berdasarkan argumen dengan mencari kebenaran logika berdasarkan aspek terkait. Pengalaman bencana ini dengan melihat pada fenomena tsunami yang sering terjadi Negara Indonesia, khususnya ProVinsi NTT. Aspek terkait dalam membangun teori yang ada berupa resiko pesisir terhadap bencana tsunami, karakteristik fisik kawasan pesisir, Kelengkapan perlindungan kawasan pesisir dan Zona Kerentanan Bencana Tsunami di Kota Larantuka. Kerentanan Bencana Tsunami di Kabupaten Flores Timur khususnya Kota Larantuka, dipengaruhi oleh resiko pesisir Kota yang berada pada patahan lempeng. Karakteristik fisik kawasan pesisir Kota Larantuka rentan tsunami. Kecenderungan topografi datar lantai antara 0-15%. Bentuk pantai berbentuk teluk, tanjung . Arah Arus & Gelombang: Arah arus dan gelombang berasal dari utara tapak (laut Flores), searah dengan arah arus, mempercepat pencapaian tsunami ke kawasan. Pengaturan permukiman terdepan yang berjajar dengan arah datang tsunami. . Server jalur komunikasi RANET (RAdio InterNET, Penangan bencana di Kota Larantuka bentuk peringatan Dini. Zona Kerentanan Bencana Tsunami sebagai Zona perlindungan tsunami bagi Kota Larantuka (The Zone Escape Tsunamics of Larantuka City). Pembagian kawasan ke dalam zona-zona kerentanan. Zona Perlindungan (Escape Zone) di daerah berkerentanan tinggi. Sebagai Zona Pemanfaatan sebagai zona kerentanan sedang dan Zona Aman (Save Zone) yang jauh dari pantai sebagai zona kerentanan rendah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Devin, Devin, Giovanni Pranata, and Johannes Susanto. "ANALISIS EFEKTIVITAS LAJUR KHUSUS SEPEDA PADA KAWASAN TOMANG – CIDENG TIMUR." JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil 4, no. 1 (March 1, 2021): 13. http://dx.doi.org/10.24912/jmts.v0i0.10507.

Full text
Abstract:
During this pandemic, cycling has become an increasingly popular activity in Indonesian society. more and more people are flocking to bike. The reasons are also various, some are cycling to avoid cramming on public transportation for fear of contracting the corona virus, some are aimed only at eliminating boredom while doing Work From Home (WFH). Cycling also has many benefits including reducing stress, reducing the risk of degenerative desease, controlling body weight, and increasing body strength, balance and muscle coordination. However, there are still many problems with free space on the bicycle paths in the Jakarta area. One of the problems on bicycle paths that is often encountered is the difficulty of making the bicycle paths become steering due to several reasons. Therefore, this study aims to determine the level of satisfaction of the people of Jakarta, especially bicycle lane users to the bicycle lanes that have been provided by the Government. This research was conducted directly by observing the research location. And distribute questionnaires to the public to determine the level of respondent satisfaction. Processing of data analysis used descriptive statistical methods with the help of the application of the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).ABSTRAKDi masa pandemi ini, bersepeda menjadi kegiatan yang makin populer di lakukan oleh masyrakat Indonesia. semakin banyak orang berbondong-bondong untuk bersepeda. Alasannya pun beragam ada yang bersepeda untuk menghindari berdesakan di kendaraan umum karena takut tertular virus corona ada pula yang bertujuan hanya untuk menghilangkan kejenuhan selama melakukan Work From Home (WFH). Bersepeda juga memiliki banyak manfaat diantaranya adalah mengurangi stres, mengurangi risiko penyakit degeneratif, mengandalikan berat badan, dan meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi otot tubuh. Akan tetapi masih terdapat banyak masalah pada lajur sepeda yang ada di kawasan jakarta ini. Salah satu masalah pada lajur sepeda yang sering dijumpai adalah sulitnya membuat lajur sepeda menjadi stelir dikarenakan oleh beberapa hal. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat jakarta khususnya para pengguna lajur sepeda terhadap lajur sepeda yang telah disediakan oleh Pemerintah. Penelitian ini dilakukan secara langsung dengan melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan membagikan kuesioner kepada masyarakat untuk mengetahui tingkat kepuasan responden. Pengolahan analisis data menggunakan metode statistika deskriptif dengan bantuan aplikasi Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Surwandono, Surwandono. "Relasi Antara Tingkat Konflik di Dunia Islam Dengan Setting Geografi Politik: Studi Kasus Konflik di Kawasan Timur Tengah." Jurnal Hubungan Internasional 2, no. 1 (2013): 56–64. http://dx.doi.org/10.18196/hi.2013.0027.56-64.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Sambah, Abu Bakar, Didied Affandy, Oktiyas Muzaky Luthfi, and Anthon Efani. "IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POTENSI WILAYAH PESISIR SEBAGAI DASAR PEMETAAN KAWASAN KONSERVASI DI PESISIR KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR." Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE 5, no. 2 (January 3, 2020): 61. http://dx.doi.org/10.20956/jiks.v5i2.8933.

Full text
Abstract:
Isu konservasi telah menjadi perhatian global sekaligus menjadi isu strategis di berbagai negara termasuk di Indonesia. Pengelolaan potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil harus sejalan dengan upaya perlindungan dan pelestariannya. Kebutuhan akan rencana penyusunan zonasi kawasan konservasi perairan di wilayah Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dipandang perlu dan penting untuk dilakukan, khususnya dalam upaya pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk menjaga dan menyamin ketersediaan sumberdaya dimasa depan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi, inventarisasi, dan analisis terhadap potensi sumberdaya pesisir di wilayah Kabupaten Banyuwangi guna menjadi salah satu data dasar dalam pemetaan dan zonasi Calon Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (CKKP3K), sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi. Kawasan konservasi perairan ditetapkan berdasarkan hasil analisis terhadap kriteria ekologi, sosial budaya dan ekonomi. Sedangkan kegiatan pemetaan dilakukan untuk melakukan penggambaran spasial terhadap calon kawasan sesuai dengan kriteria-kriteria diatas. Skoring terhadap kriteria dilakukan juga untuk mengetahui nilai potensi sebagai landasan penetapan CKKP3K. Secara umum berdasarkan hasil analisis dari kriteria ekologi yang meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, keterwakilan, keunikan, daerah ruaya, habitat ikan khas/langka/unik/endemic, ikan di lindungi, daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan, menunjukkan skoring yang tinggi. Artinya beberapa kawasan secara ekologi berpotemsi sebagai kawasan konservasi. Secara kearifan lokal, beberapa kawasan juga telah memiliki pedoman yang dituangkan dalam peraturan lokal terkait kawasan konservasi. Keseluruhan hasil analisis dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan awal dalam perusmusan kebijakan terkait zonasi wilayah pesisir di Kabupaten Banyuwangi serta pengelolaannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Hidayat, Rizki Atthoriq. "PEMODELAN PROBABILITAS SEBARAN HABITAT UNTUK MENETUKAN KAWASAN PRIORITAS KONSERVASI BURUNG RANGKONG GADING (Rhinoplax vigil) DI GEOPARK SILOKEK, KABUPATEN SIJUNJUNG." Konservasi Hayati 17, no. 1 (April 30, 2021): 35–43. http://dx.doi.org/10.33369/hayati.v17i1.14673.

Full text
Abstract:
Rangkong gading merupakan jenis satwa yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Habitat rangkong gading tersebar di lima wilayah negara, yaitu Myanmar, Thailand, Malaysia (semenanjung Malaysia dan Serawak), Brunei, dan Indonesia (Sumatera dan Kalimantan). Kawasan Geopark Silokek, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang teridentifikasi sebagai habitat rangkong gading. Selain bentuk fisiknya yang unik, satwa ini memiliki fungsi ekologis sebagai pemancar biji di dalam hutan. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat dibutuhkan untuk menindetifikasi persebaran habitat rangkong gading dalam penelitian ini. Data yang digunakan adalah citra Landsat OLI 8 dan data geospasial terkait Geopark Silokek. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Kawasan prioritas konservasi Rangkong gading di kawasan Geopark Silokek. Dengan menggunakan algoritma MaxEnt (maximum entropy) berdasarkan titik satwa, maka dapat diprediksi probabilitas persebaran habitat rangkong di kawasan Geopark Silokek. Berdasarkan hasil penelitian, wilayah yang potensial untuk konservasi rangkong di kawasan Geopark Silokek terdapat di Kawasan perbukitan hutan lindung bagian utara dan timur laut. Parameter yang paling berpengaruh dalam pemodelan ini yaitu jarak dari sungai, lereng, dan penggunaan lahan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Hardianto, Danang, and Paramita Prananingtyas. "ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL PERIKANAN TANGKAP TERPADU ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA (ZEEI) BERDASARKAN PERMEN KP NO. 30 TAHUN 2012." LAW REFORM 11, no. 2 (September 30, 2015): 172. http://dx.doi.org/10.14710/lr.v11i2.15764.

Full text
Abstract:
ZEEI ialah wilayah dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut yang memiliki potensi sumber daya ikan untuk dikelola dalam sistem bisnis perikanan yaitu menekankan penangkapan, pengolahan, produksi dan pemasaran. Pengaturan usaha perikanan tangkap terpadu ZEEI dalam sistem bisnis perikanan dapat dipadukan dengan kawasan berikat dan minapolitan Pola hukum investasi industri ini ialah pola-kerjasama, pola sewa beli dan pola lisensi. Industri ini dapat merangsang investor asing dan nasional serta memperdayakan masyarakat. Industri dapat menjadi industri pionir tertutama ditujukan kawasan pesisir di Wilayah Indonesia Timur sehingga terwujudkan kesejahteraan masyarakat dan industri perikanan yang berbasis kedaulatan (sovereignty), keberlanjutan (sustainability) dan kemakmuran (prosperity).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Ramdhoni, Fuad, Annisa Hana Fitriani, and Humam Abdurrasyid Afif. "IDENTIFIKASI DEFORESTASI MELALUI PEMETAAN TUTUPAN LAHAN DI KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN." Seminar Nasional Geomatika 3 (February 15, 2019): 465. http://dx.doi.org/10.24895/sng.2018.3-0.987.

Full text
Abstract:
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki luas hutan yang cukup besar yaitu sekitar 120,35 juta hektar (Departemen Kehutanan, 2008). Ketersediaan sumber daya yang ada di hutan Indonesia tergolong sangat melimpah, namun tidak dipungkiri bahwa sumber daya hutan yang ada di Indonesia memiliki fungsi ekonomis yang cukup menjanjikan yang berupa kayu atau batang pohon yang memiliki nilai ekonomis sehingga menyebabkan eksploitasi kayu secara besar – besaran yang dapat mengakibatkan terjadinya deforestasi. Laju deforestasi hutan sebesar 319.835,23 ha telah terjadi di Kalimantan Selatan dari tahun 2000 - 2009. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui laju deforestasi yang ada di Kabupaten Banjar serta upaya pengelolaan lingkungan kawasan hutan di Kabupaten Banjar. Data deforestasi dihasilkan dari pengklasifikasian citra satelit Landsat dengan menggunakan metode unsupervised classification melalui ENVI. Metode ini akan mengelompokan nilai piksel – piksel pada citra satelit dengan karakteristik umum. Dari hasil klasifikasi ini akan dilihat perubahan tutupan lahan di Kabupaten Banjar secara periodik antara tahun 2007 hingga 2017. Dalam penelitian ini akan melihat perubahan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan yang digunakan untuk mendeteksi deforestasi di Kabupaten Banjar selama tahun 2007 hingga 2017. Dari hasil ini terlihat bahwa terdapat pengurangan kawasan hutan sebesar 32.209,24 hektar selama 10 tahun. Pengurangan kawasan hutan sangat dipengaruhi oleh adanya hutan produksi. pengurangan luasan kawasan hutan ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan dari hutan produksi sehingga menimbulkan adanya deforestasi di Kabupaten Banjar. Wilayah yang mengalami deforestasi ini berada di bagian sisi timur dari Kabupaten Banjar yang merupakan salah satu wilayah kawasan hutan produksi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Hidayati, Isti Samrotul, and I. Made Arcana. "PENERAPAN CHAID DENGAN PENDEKATAN SMOTE PADA KEMATIAN BALITA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN 2017." Seminar Nasional Official Statistics 2019, no. 1 (May 13, 2020): 357–67. http://dx.doi.org/10.34123/semnasoffstat.v2019i1.97.

Full text
Abstract:
Metode Chi-squared Automatic Interaction Detection (CHAID) merupakan metode segmentasi berdasarkan hubungan variabel respon dan penjelas menggunakan uji chi-square, yang dalam penerapannya perlu memperhatikan keseimbangan data untuk meminimalkan kesalahan dalam klasifikasi. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan pada data yang tidak seimbang adalah metode Synthetic Minority Over-sampling Technique (SMOTE). Dalam penelitian ini, metode CHAID dengan pendekatan SMOTE diterapkan pada Angka Kematian Balita (AKBa) di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Tujuannya adalah untuk mengetahui variabel-variabel yang mencirikan kematian balita berdasarkan metode analisis CHAID yang diterapkan dan membandingkannya dengan pendekatan SMOTE. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pendekatan SMOTE lebih baik digunakan dengan nilai sensitivitas sebesar 48,3% dan nilai presisi sebesar 75,9%. Variabel yang signifikan mencirikan kematian balita di KTI adalah berat badan saat lahir, jenis kelahiran, status bekerja ibu dan kekayaan rumah tangga, dengan karakteristik utama adalah balita yang memiliki berat badan lahir rendah dan terlahir kembar.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Manurung, Victor T. "Keragaan dan Kelembagaan Perkreditan Usaha Penangkapan Ikan Tuna Skala Kecil di Kawasan Indonesia Timur." Forum penelitian Agro Ekonomi 16, no. 2 (September 7, 2016): 60. http://dx.doi.org/10.21082/fae.v16n2.1998.60-74.

Full text
Abstract:
<p><strong>English<br /></strong>Small-scale fishers in tuna industries generally could not afford their operational cost. They usually rely on credit schemes provided by bigger fishing companies or informal financing institutes. Formal financing institutes developed by government in rural areas and supposed to be financially acceptable are not tapped by small fishers. There are many reasons underlying fishers decision to rely on informal credits and the ones offered by bigger fishing companies. The flexibility of the scheme of the private credit could easily fulfil their needs. The roles of these financing institutes also cover marketing and other social problems faced by the fishers. On the other hand, administrative procedures and rigidity of the credit schemes applied by formal financing institutes hinder the fishers to use the schemes. To make fishers utilize the formal credit schemes, a preceeded modification of the schemes to suit with social characteristics and economics of small-scale fishing is required.</p><p> </p><p><strong>Indonesian<br /></strong>Pada umumnya usaha penangkapam ikan tuna skala kecil tidak mampu membiayai usahanya dengan modal sendiri, melainkan harus dengan bantuan kredit. Lembaga perkreditan yang lebih banyak di manfaatkan oleh mereka untuk membiayai usahanya adalah perkreditan informal dan perkreditan melalui kemitraan yang dibentuk oleh perusahaan perikanan. Lembaga perkreditan formal skala kecil yang dikembangkan oleh pemerintah di pedesaan belum banyak dimanfaatkan oleh nelayan kecil, walaupun sebenarnya lebih menguntungkan secara finansial bagi mereka di bandingkan dengan perkreditan informal. Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan wilayah itu. Kelembagaan pada perkreditan informal dan kemitraan yang ditunjukan oleh batas yurisdiksi dan aturan representasi yang fleksibel dan hak pemilikan kapital yang bersifat privat memudahkan kreditor untuk mengambil kebijakan perkreditan sehingga sesuai dengan kebutuhan nelayan. Kebijakan perkreditan yang dilakukan oleh lembaga perkreditan informal dan kemitraan itu, selain berfungsi untuk memecahkan masalah finansial, juga dapat berfungsi secara simultan untuk memecahkan masalah usaha lainnya yang dihadapi oleh nelayan, seperti pemasaran produksi . Sebaliknya, kelembagaan pada perkreditan formal yang keras menyebabkan nelayan menjadi sulit memenuhi persyaratan administrasi perkreditan tersebut. Untuk merangsang nelayan memanfaatkan perkreditan formal, perlu dilakukan modifikasi kelembagaan perkreditan agar sesuai dengan karakteristik usaha dan sosial ekonomi nelayan dan permasyarakatan perkreditan itu secara intensif kepada nelayan</p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography