Journal articles on the topic 'Intervento di Ross'

To see the other types of publications on this topic, follow the link: Intervento di Ross.

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 16 journal articles for your research on the topic 'Intervento di Ross.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Sabbatino, Pasquale. "Luigi Pirandello e Peppino de Filippo." Quaderni d'italianistica 36, no. 1 (January 27, 2016): 193–232. http://dx.doi.org/10.33137/q.i..v36i1.26279.

Full text
Abstract:
Nella ricca produzione teatrale di Peppino De Filippo, per la quale alla luce dei recenti studi e rinvenimenti è auspicabile una nuova stagione filologica, vengono analizzate le riduzioni napoletane di Liolà e Lumie di Sicilia (LL’uva rosa) di Pirandello. Gli interventi di Peppino sul testo pirendelliano risultano finalizzati non solo all’adattamento degli ambienti alla realtà napoletana, ma soprattutto a una personalizzazione delle messinscena, che in particolar modo nella caratterizzazione dei personaggi risente della sensibilità e delvissuto umano dell’autore partenopeo.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Sari, Ratna, Dainty Maternity, and Rosmiyati Rosmiyati. "Pengaruh pemberian aroma terapi bunga mawar terhadap tingkat nyeri dismenorea pada siswi SMA." Holistik Jurnal Kesehatan 14, no. 2 (July 27, 2020): 271–75. http://dx.doi.org/10.33024/hjk.v14i2.1820.

Full text
Abstract:
The effects of aromatherapy with rose oils in premenstrual pain and primary dysmenorrhea among high school girlsBackground : Dysmenorrhea is menstrual cramps during menstruation that usually occurs in the lower or back of the abdomen. In Indonesia the incidence of dysminorrhoea was 64.25%, which experienced primary dysmenorrhoea at 54.89% while the rest were secondary type sufferers. One non-pharmacological treatment that can be used to treat pain in disminore is to use rose aromatherapy.Purpose : To known The effects of aromatherapy with rose oils in premenstrual pain and primary dysmenorrhea among high school girlsMethod: A quantitative a quasy experimental approach with a two group pretest-posttest design. The population was all high school girls. The sampling technique used purposive sampling as many as 30 high school girls who has experienced of premenstrual pain and primary dysmenorrhea . Bivariate analysis using independent t-test.Results: Obtained an average of pain during menstruation in the group before being given an intervention of 7,420, after intervention 3,767, pretest pain in the control group of 7,040, after in the control group of 7,053. The independent sample T-test results obtained p value 0,000 <0.05.Conclusion: There was a effects of aromatherapy with rose oils in premenstrual pain and primary dysmenorrhea among high school girlsKeywords: Aromatherapy; Rose oils; Premenstrual pain; Primary dysmenorrheal; High school girlsPendahuluan: Dismenore adalah kram perut saat menstruasi yang biasa terjadi pada perut bagian bawah atau belakang. Di Indonesia angka kejadian disminorea sebesar 64,25%, yang mengalami dismenorea primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Salah satu pengobatan non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pada disminore adalah dengan menggunakan aromatherapy mawar.Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak essensial mawar pada siswi yang mengalami dismenorea di SMA Persada Kota Bandar Lampung Tahun 2019.Metode : Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan quasy eksperimen dengan rancangan two group pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh remaja putri di SMA Persada Bandar Lampung dengan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 30 remaja putri yang mengalami dismenore setiap menstrasi. Analisa bivariat dengan menggunakan uji t-test independent. Hasil : Diperoleh rata-rata nyeri saat menstruasi pada kelompok sebelum diberi intervensi sebesar 7,420, setelah intervensi 3,767, nyeri pretes pada kelompok kontrol sebesar 7,040, setelah pada kelompok kontrol 7,053. Hasil uji T-test sample independent diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05.Simpulan: Ada pengaruh nyeri dismenorea dengan pemberian minyak essensial mawar pada siswi di SMA Persada Kota Bandar Lampung Tahun 2019.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Suratinah, Suratinah. "Efektivitas RJP Mekanik dengan Manual terhadap Kejadian Return Of Spontaneous Circulation (ROSC) pada Pasien Henti Jantung di IGD RSUD Pasar Minggu." Open Access Jakarta Journal of Health Sciences 1, no. 10 (October 29, 2022): 327–33. http://dx.doi.org/10.53801/oajjhs.v1i10.68.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan suatu tindakan yang terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas dengan tujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi organ vital pada korban henti jantung dan henti nafas. Kembali dan bertahannya fungsi organ vital pada korban henti jantung yang diberikan tindakan RJP ditandai dengan terjadinya Return of Spontaneus Circulation (ROSC). Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas antara RJP mekanik dengan RJP manual terhadap kejadian Return of Spontaneous Circulation (ROSC) pada pasienhhenti jantung. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observatif untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (RJP) dengan variabel dependen (ROSC). Populasi pada penelitian ini adalah pasien henti jantung yang telah diberikan intervensi RJP mekanik maupun manual di IGD RSUD Pasar Minggu. Penelitian ini menggunakan total sampling sebagai metode penetapan besar sampel didapatkan sebanyak 60 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar observasi dan Catatan Rekam Medis responden. Analisis data menggunakan uji T-Paired. Hasil: Hasil sampel T-test yang membandingkan efektifitas RJP mekanik dan RJP manual terhadap kejadian ROSC didapatkan nilai Sign.(2-tailed) RJP mekanik sebesar 0,001 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Sign.(2-tailed) RJP manual sebesar 0.043 dengan taraf signifikansi < 0,05 Kesimpulan: Didapatkan bahwa RJP mekanik lebih efektif dibandingkan dengan RJP manual terhadap kejadian Return of Spontaneous Circulation (ROSC) pada pasienhhenti jantung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Handoko, Lukas, and Yohanes George. "De-resusitasi Dini dengan Target Balans Negatif pada Pasien Pediatrik dengan Demam Berdarah Dengue untuk Mencegah Disfungsi Organ Multipel." Majalah Anestesia & Critical Care 38, no. 3 (November 12, 2020): 188–93. http://dx.doi.org/10.55497/majanestcricar.v38i3.199.

Full text
Abstract:
Resusitasi cairan adalah langkah awal untuk mengimbangi kebocoran plasma pada demam berdarah dengue. Ketika resusitasi cairan tercapai, cairan resusitasi yang masuk kedalam tubuh akan di redistribusi ke jaringan dan berakhir dengan edema jaringan. Disfungsi multi organ dapat terjadi akibat edema jaringan. Dalam konsep ROSE, Malbrain mengemukakan konsep evakuasi cairan untuk mencegah gangguan multi organ. Konsep ROSE terdiri dari tahapan-tahapan resusitasi, optimalisasi, stabilisasi, dan evakuasi. Pada kasus ini, anak laki - laki 5 tahun, keluhan demam dengan diagnosis demam berdarah dengue. Masuk ICU dengan penurunan kesadaran dengan disertai efusi pleura kanan. Balans kumulatif +2089 ml dengan persen fluid overload 11,7% setelah resusitasi cairan di IGD. Furosemid diberikan dalam rangka deresusitasi dini untuk mencapai balans cairan negatif. Sebagai kesimpulan, pemberian diuretika dini sebagai de-resusitasi merupakan intervensi yang dilakukan untuk membatasi perkembangan balans cairan positif yang dapat memperbaiki luaran pada pasien DBD. Strategi balans negatif dapat digunakan dalam managemen cairan untuk mencegah disfungsi organ multipel.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Sari, Dewi Yulia, Muhammad Hatta, and Neneng Siti Lathifah. "The Effect Of Rose Aromatherapy On Labor Pain During 1 Active Phase." Jurnal Kebidanan Malahayati 9, no. 1 (January 28, 2023): 95–104. http://dx.doi.org/10.33024/jkm.v9i1.8926.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Kala I merupakan tahapan yang berlangsung dari terjadinya kontraksi uterus yang teratur sampai dengan dilatasi serviks lengkap. Kontraksi rahim pada persalinan menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan nyeri persalinan yang sangat menakutkan bagi ibu bersalin. Di Amerika, dari National Vital Statistics Reports yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) proporsi operasi caesar di Amerika pada tahun 2013 sebesar 32,7% dari seluruh persalinan yang tercatat. Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan angka kelahiran melalui operasi caesar adalah 19,9%.. Salah satu tumbuhan penting yang digunakan dalam aromaterapi adalah bunga mawar. Aroma bunga mawar efektif pada sistem saraf pusat, kandungan sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol, pada bunga mawar dikenal sebagai zat anti ansietas. Menggunakan minyak mawar mengurangi kecemasan hingga 71% dalam persalinan dan hanya 14% dari mereka yang membutuhkan anestesi lokal.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi mawar terhadap nyeri persalinan fase aktifMetode penelitian: Jenis penelitian kuantitatif, desain pre-experimental dengan pendekatan Two Group Pre-test – Post-test Design. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin fase aktif di wilayah kerja Puskesmas Branti Raya Natar yang berjumlah 42 orang yang terbagi dalam 2 kelompok, 21 orang luar dan 21 orang dengan teknik pengambilan sampel acidental. Intervensi penelitian memberikan 4 tetes aromaterapi mawar ke dalam 10 cc air melalui diffuser ultrasonik pada ibu bersalin. Alat ukur penelitian ini menggunakan Skala NRS. Analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Man Witney. Penelitian ini dilakukan pada Juli 2022.Hasil: Rata-rata hasil nyeri persalinan fase I aktif sebelum pemberian aromaterapi mawar rata-rata 8,14 nyeri yang berarti responden mengalami nyeri berat terkontrol. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata nyeri sebesar 8,00 yang berarti responden mengalami nyeri berat terkontrol. Setelah diberikan aromaterapi dengan bunga mawar rata-rata nyeri sebesar 2,05 yang berarti responden mengalami nyeri ringan. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata nyeri adalah 4,05 yang berarti responden mengalami nyeri sedang. P-value = 0,000<0,05 yang artinya ada pengaruh aromaterapi mawar terhadap nyeri persalinan Kala I Fase AktifkesimpulantambahkanSaran : Dapat dijadikan syarat bagi klien untuk mengetahui cara mengalihkan nyeri, nyeri dapat dihilangkan tanpa harus menggunakan obat secara medis (farmakologi) nyeri dapat dikurangi dengan beberapa macam terapi komplementer seperti aromaterapi inhalasi mawar Kata Kunci : Nyeri Persalinan, Aromaterapi Mawar, Ketika 1 Fase Aktif ABSTRACT Background: Kala I is a stage that takes place from the occurrence of regular uterine contractions until complete cervical dilatation. Uterine contractions in labor cause anxiety and result in labor pain is very scary for maternity mothers. In America, from the National Vital Statistics Reports conducted by the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) the proportion of cesarean section in America in 2013 was 32.7% of all recorded deliveries. In Indonesia, based on the results of Riskesdas 2013, it shows that the birth of cesarean section is 19.9%.. One of the essential herbs used in aromatherapy is roses. The aroma of roses is effective on the central nervous system, the content of sytrinol and 2-phenyl ethyl alcohol, in roses is known as an anti-anxiety agent. Using rose oil reduced anxiety by 71% in labor and only 14% of those who needed local anesthesia.Objective: Ditahu the effect of giving rose aromatherapy on labor pain during the Active PhaseResearch methods: Types of quantitative research, pre-experimental design with a Two Group Pre-test approach – Post-test Design. The population and sample in this study were all maternity mother durings the active phase in the branti raya natar health center working area,which was 42 people divided into 2 groups, 21 internations and 21 controls acidentals sampling techniquest. The research intervention provided 4 drops of rose aromatherapy into 10 cc of water via an ultrasonic diffuser in maternity mothers. The research measuring instrument uses the NRS Scale. Univariate and bivariate analysis using Man Witney test. This research was conducted in July 2022.Results: Rata-average results of active phase I labor pain before the administration of rose aromatherapy averaged 8.14 pain which means that respondents experienced controlled severe pain. Meanwhile, in the control group, the average pain was 8.00, which means that respondents experienced controlled severe pain.. After giving rose aromatherapy with, the average pain was 2.05 which means that respondents experienced mild pain. Meanwhile, in the control group, the average pain was 4.05, which means that respondents experienced moderate pain. P-value = 0.000<0.05 which means that there is an influence of rose aromatherapy on labor pain Kala I Active PhaseSuggestion :For Future ResearchersThe results of this study can be used as a reference material for further research, conducting a comparative study with two inhalation interventions from other therapeutic aromas such as lemon and lavender, and still conducting a control group as a comparison.Suggestion : Can be used as a requirement for clients to know how to divert pain, pain can be eliminated without having to use medication medically (pharmacology) pain can be reduced with several kinds of complementary therapies such as rose inhalation aromatherapy Keywords : Labor Pain ,Rose Aromatherapy, When 1 Phase Is Active
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sari Dewi, Elok. "PENGARUH SLOW STROKE BACK MASAGE (SSBM) DENGAN AROMATHERAPI ROSE TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI MENOPAUSE PENDERITA HIPERTENSI." JURNAL KEBIDANAN 9, no. 1 (April 5, 2020): 18–23. http://dx.doi.org/10.35890/jkdh.v9i1.137.

Full text
Abstract:
Terapi relaksasi merupakan terapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah pada menopause dengan Hipertensi, tujuan diberikannya terapi ini adalah untuk mempertahankan tekanan darah pada keadaan normal. Salah satu terapi relaksasi yang dapat memebantu menurunkan tekanan darah adalah SSBM (Slow Stroke Back Masage) dan Aromatherapi Rose. Kombinasi kedua terapi non Farmakologis tersebut diharapkan dapat menurinkan tekanan darah pada menopause hipertensi (Aris, 2017). Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan efektifitas SSBM dan Aromatherapi Rose terhadap tekanan darah Menopause yang menderita Hipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperimental, Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Menopause Hipertensi yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Kertosono Kabupaten Nganjuk sejumlah 250 orang. Dengan jumlah sampel 60 responden, yang terdiri dari kelompok kontrol dan perlakuan, dimana pada kelompok kontrol mendapatkan perlakuan SSBM dan kelompok perlakuan mendapatkan intervensi SSBM dan Aromatherapi Rose. Analisis data menggunakan Univariat dan Bivariat yang sebelumnya dilakukan tes Normalitas Data. Hasil menunjukkan Analisis Independent Samples Test pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan P- value = 0.000, berarti ada penurunan tekanan darah sistole signifikan setelah diberikan perlakuan. Sedangkan uji analisis pada denyut nadi didapatkan p-value = 0.519 tidak ada perubahan denyut nadi sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Terapi SSBM dan Aromatherapi Rose yang dilakukan dengan durasi yang tepat dan teratur dapat menurunkan tekanan darah pada menopause dengan Hipertensi, Memberikan penyuluhan kepada keluarga yang memiliki anggota menopause tentang terapi SSBM dan Aromaterapi Rose.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Arman, Eliza, Etri Yanti, Mimitri Mimitri, and Vino Rika Nofia. "Pengaruh kompres hangat jahe merah (Zingiber Officinale Rosc) terhadap rasa nyeri pada pasien Rheumathoid Arthritis." Jurnal Kesehatan Medika Saintika 10, no. 1 (June 23, 2019): 8. http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v10i1.458.

Full text
Abstract:
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendianmengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnyamenyebabkan kerusakan bagian dalam sendi, salah satu upaya untuk mengurangi rasanyeri artritis rheumatoid yaitu dengan kompres jahe merah yang kandungan minyakatsirinya melancarkan peredaran darah dan peradangan sendi.Penelitian ini bertujuanuntuk melihat pengaruh kompres jahe merah terhadap penurunan intensitas nyeri artritisrheumatoid di wilayah kerja puskesmas siulak deras. Penelitian ini menggunakan metodeeksperimen one-group pretest-posttets design dengan menggunakan rumus acak randomsederhana dengan sampel sebanyak 16 orang bertempat diwilayah kerja PuskesmasSiulak Deras, pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara dengan penilaianhasil ukur menggunakan numeric Analog Visual (NAV). Rata-Rata intensitas nyeri pretestkompres jahe merah 6,88 dan posttest 3,94. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaanintensitas nyeri artritis rheumatoid pretest dan posttest dilakukan kompres jahe. Inidibuktikan dengan uji t-test didapat nilai t yang signifikan = 0,000. Dapat disimpulkanbahwa kompres jahe merah berpengaruh terhadap intensitas nyeri artritis rheumatoid dandapat dilanjutkan sebagai intervensi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh penderitaartritis rheumatoid. Diharapkan kepada masyarakat untuk dapat mengolah jahe sebagaiobat alternatif nyeri reumatoid arthritis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Karunia Saraswati, Ni Luh Putu Gita, Sayu Aryantari Putri Thanaya, and Anak Agung Gede Angga Puspa Negara. "ANALISA ROSA PADA INTERVENSI DEEP NECK FLEXOR STRENGTHENING EXERCISE DAN MCKENZIE NECK EXERCISE MENINGKATKAN FUNGSIONAL LEHER PENDERITA CERVICOGENIC HEADACHE." Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia 10, no. 3 (September 15, 2022): 186. http://dx.doi.org/10.24843/mifi.2022.v10.i03.p11.

Full text
Abstract:
Pendahuluan: Cervicogenic headache disebabkan oleh ketidakseimbangan otot di leher, kepala, dan bahu. Insiden cervicogenic headache adalah 2,5 persen pada populasi umum pada, dan 15 persen hingga 20 persen pada populasi dengan riwayat nyeri kronis, menurut data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas latihan deep neck flexor strengthening exercise dengan latihan mckenzie neck exercise dalam meningkatkan gerakan fungsional leher pada kondisi cervicogenic headache, serta untuk melihat faktor risiko ergonomis untuk Rapid Office Strain Assessment (ROSA). Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental dengan menggunakan two-group randomized pre-and post-test design. Hasil kedua kelompok dievaluasi digabungkan dengan data pengukuran ROSA. Kelompok 1 menerima latihan deep neck flexor strengthening exercise, sedangkan kelompok 2 menerima latihan mckenzie neck exercise. Hasil: Nilai rerata ROSA pada kelompok 1 didapatkan hasil 4,53 dan nilai rerata ROSA pada kelompok 2 didapatkan hasil 4,07 yang berarti posisi kerja pada subjek dikedua kelommpok tergolong aman. Nilai Visual Analogue Scale (VAS) dan nilai Neck Disability Index (NDI) menurun pada masing-masing kelompok dengan p<0,001 (p<0,05), namun tidak terbukti adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok, menurut data analisis yaitu VAS p=0,415 (p>0,05) dan NDI p=0,859 (p>0,05) juga signifikan. Temuan penelitian ini diharapkan dapat diimplementasikan dalam jangka panjang, memungkinkan peneliti, subjek, dan negara Indonesia untuk mengambil manfaat dari pengetahuan intervensi. Kesimpulan: Analisis faktor risiko ergonomi ROSA dan latihan deep neck flexor strengthening exercise sama baiknya dalam meningkatkan gerakan fungsional leher pada kondisi cervicogenic headache bila dibandingkan dengan analisis faktor risiko ROSA ergonomis dan mckenzie neck exercise. Kata Kunci: cervicogenic headache, deep neck flexor strengthening exercise, fungsional gerak leher, mckenzie neck exercise, rapid office strain assessment (ROSA)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Dewangga, Made Satria Yudha, Hendy Wirawan, and Anak Agung Ayu Dwi Adelia Yasmin. "Gambaran karakteristik pasien in hospital cardiac arrest dan luaran pasca resusitasi jantung paru oleh tim code blue di RSUP Sanglah." Intisari Sains Medis 13, no. 1 (February 14, 2022): 59–64. http://dx.doi.org/10.15562/ism.v13i1.1280.

Full text
Abstract:
Background: Cardiac arrest is a medical emergency due to the sudden cessation of the heart’s mechanical function. Cardiac arrest can be reversible with appropriate intervention, but otherwise, it can be fatal and result in death. The incidence of cardiac arrest in hospital or in-hospital cardiac arrest (IHCA) needs to be considered because it is associated with high mortality and describes an early detection system and hospital response speed. In this study, the authors examined the characteristics of the incidence of IHCA and cardiopulmonary resuscitation carried out by the code blue team at the Sanglah Central General Hospital (RSUP), including outcome trends and survival of IHCA patients after cardiopulmonary resuscitation.Methods: The authors analyzed the incidence of IHCA at Sanglah Hospital in 2021 in a retrospective cohort by tracing the patient’s medical records from January to December 2021. The sample was collected using a non-randomized consecutive sampling technique, then univariate analysis was performed to get an overview of the proportion and percentage distribution, as well as analysis. Bivariate method to determine the relationship between age group, comorbidities, response time of the code blue team, and the etiology of cardiac arrest on resuscitation outcomes.Results: In IHCA patients who were resuscitated at Sanglah Hospital, 26.2% had a successful return of spontaneous circulation (ROSC), with >50% of patients dying within <24 hours and only 1% returning home recovering. The majority of IHCA patients were men aged 40 years or older, with a Charlson Comorbidity Index (CCI) 3, with noncardiac causes. Most resuscitation was performed within 5 minutes of the sound of the code blue signal. There was no significant relationship between age group, CCI score, etiology of cardiac arrest, and response time of the code blue team with resuscitation outcomes.Conclusion: IHCA patients at Sanglah Hospital have a relatively low survival rate, but the code blue efforts have been going well. There were no significant differences in the outcome of ROSC and death based on age group variables, comorbidities, response time of the code blue team, and the etiology of cardiac arrest. Latar Belakang: Henti jantung adalah keadaan darurat medis akibat berhentinya fungsi mekanis jantung secara tiba-tiba. Henti jantung dapat bersifat reversible dengan intervensi yang tepat, namun sebaliknya dapat bersifat fatal dan mengakibatkan kematian. Kejadian henti jantung di dalam rumah sakit atau in hospital cardiac arrest (IHCA) perlu diperhatikan karena berkaitan dengan mortalitas yang tinggi serta menggambarkan sistem deteksi dini dan kecepatan respon rumah sakit. Pada penelitian ini, penulis meneliti gambaran karakteristik kejadian IHCA dan resusitasi jantung paru yang dilakukan oleh tim code blue di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, termasuk tren luaran dan kesintasan pasien IHCA pasca resusitasi jantung paru.Metode: Penulis menganalisis kejadian IHCA di RSUP Sanglah pada tahun 2021 secara kohort retrospektif melalui penelusuran rekam medis pasien dari bulan Januari hingga Desember 2021. Sampel dikumpulkan dengan teknik non randomized consecutive sampling, kemudian dilakukan analisis univariat untuk mendapat gambaran proporsi dan distribusi persentase, serta analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kelompok usia, komorbid, waktu respon tim code blue, dan etiologi henti jantung terhadap luaran resusitasi.Hasil: Pada pasien yang IHCA yang diresusitasi di RSUP Sanglah, 26,2% yang berhasil mengalami return of spontaneous circulation (ROSC), dengan >50% pasien meninggal dalam waktu <24 jam dan hanya 1% yang pulang dalam kondisi sembuh. Mayoritas pasien IHCA adalah laki-laki usia 40 tahun atau lebih, dengan Charlson Comorbidity Index (CCI) ?3, dengan penyebab nonkardiak. Sebagian besar resusitasi sudah dilakukan dalam waktu 5 menit setelah dibunyikannya tanda code blue. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok usia, skor CCI, etiologi henti jantung, serta waktu respon tim code blue dengan luaran resusitasi.Simpulan: Pasien IHCA di RSUP Sanglah memiliki angka kesintasan yang relatif rendah, namun upaya code blue sudah berjalan dengan baik. Tidak ada perbedaan kejadian luaran ROSC maupun meninggal yang signifikan berdasarkan variabel kelompok usia, komorbid, waktu respon tim code blue, dan etiologi henti jantung.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Harsanto, Prayanto Widyo. "Visualitas Fotografi Foto Bupati Klaten dalam Kampanye Pilkada di Tengah Covid-19." Rekam 17, no. 1 (May 25, 2021): 37–50. http://dx.doi.org/10.24821/rekam.v17i1.4475.

Full text
Abstract:
Abstrak Agenda politik tahun 2020 di Indonesia adalah pesta demokrasi untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak yang diikuti 270 wilayah meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Namun, pada saat semua calon (kandidat) mulai mempersiapkan dan memperkenalkan diri kepada masyarakat, pada saat itu pula muncul wabah virus korona (Covid-19) di dunia, termasuk di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan munculnya kampanye terselubung di tengah upaya pemerintah dalam menangani dan mencegah menyebarnya Covid-19. Indikasi munculnya kampanye terselubung telah dilakukan beberapa kepala daerah, salah satunya oleh bupati Klaten di tengah wabah Covid-19 dengan menyertakan foto diri dalam bantuan sosial (bansos), bahkan juga ditandai dengan munculnya foto kepala daerah di baliho-baliho di berbagai tempat strategis, di media massa, dan di media sosial di tengah pandemi virus corona. Wabah virus Covid-19 yang merupakan tragedi sosial kemanusiaan dimanfaatkan untuk kepentingan politik yang sifatnya pragmatis oleh segelintir anak bangsa. Terjadinya fenomena visualitas fotografi yang bersinggungan dengan fenomena politik dalam Pilkada 2020 ini menarik dan penting untuk dikaji. Tujuan kajian ini adalah untuk membaca dan memahami lebih dalam atas intervensi visual secara terus-menerus sebagai bagian esensi komunikasi sosial-politik. Untuk mengkaji fenomena tersebut menggunakan visual metodologis dari Gillian Rose (2001) yang didasarkan pada objek material berupa foto bupati Klaten pada berbagai media yang ditengarai sebagai bentuk kampanye politik Pilkada. Metode ini akan memaparkan deskripsi dan analisis secara komprehensif dengan dibantu berbagai literatur. Visualitas fotografi dalam konteks ini digunakan untuk menggambarkan citra visual yang dapat menarasikan melalui berbagai macam simbol visual. Visualitas fotografi yang dimanfaatkan pejabat publik pada media komunikasi visual dapat dilihat sebagai bentuk politisasi sebagai konsekuensi lahirnya upaya penafsiran terhadap fakta atau realitas sosial. Oleh karena itu, fotografi menjadi salah satu elemen penting sebagai upaya kampanye dalam menghadapi pemilihan kepala daerah, di mana foto dilihat dari fungsinya memiliki daya tarik dan persuasi yang kuat untuk membantu memperjelas dan memperteguh isi pesan terhadap konstituen atau masyarakat sebagai target sasarannya. PHOTOGRAPHIC VISUALITY: Photo of the Klaten Regent in the Regional Election Campaign in the Middle of Covid-19 Abstract The 2020 political agenda in Indonesia is a simultaneous democracy for regional heads (pilkada) followed by 270 stakes covering 9 provinces, 224 districts, and 37 cities. However, at a time when all candidates (candidates) start to prepare and introduce themselves to the public, at that moment a worldwide outbreak of the Corona virus (covid-19), including Indonesia. This resulted in a covert campaign amid government efforts to handle and prevent the spread of covid-19. Indications of the emergence of covert campaigns have been carried out by several regional heads, including the klaten regent in the middle of the covid-19 outbreak by including self-portraits in baliho-baliho in various strategic places, in the media, and at social media amid the corona virus pandemic. The covid-19 virus outbreak that was a social humanitarian tragedy was used for pragmatic political interests by a few national children. The occurrence of visualization of photography in relation to the political phenomenon of this 2020 pillage is of interest and importance. The purpose of the study is to read and understand more deeply about visual interventions constantly as part of the essence of socio-political communication. To review the phenomenon using a visual methodological of gillian rose (2001) based on material Photograph of the regent of klaten on various media that are believed to be a form of the election political campaign. It will outline comprehensive descriptions and analyses with help from different literature. Photographic visuals in this context are used to depict visual images that can apply through various visual symbols. Visualization of photography used by public officials on visual communication media can be viewed as politicisation as a consequence of an interpretation of facts or social reality. In consequence, photography becomes one of the key elements of a campaign effort in the face of the electoral election, where photographs of its function have a strong appeal and persuasion to help clarify and solidify the message's content of the constituency or society as its target.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Astuti, Ni Luh Seri, and Sri Setiyarini. "Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di ICU RSUP Dr. Sardjito dengan Pendekatan NANDA NOC NIC: Studi Kasus." Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas 6, no. 2 (July 31, 2022): 103. http://dx.doi.org/10.22146/jkkk.74962.

Full text
Abstract:
Background: Dialysis is a method of maintaining body function in patients with Chronic Kidney Disease (CKD). Dialysis therapy causes several complications. Therefore, it needs special approach to ensure that the nursing process of CKD patients who undergoing hemodialysis goes well.Objective: To analyze a CKD case using North American Nursing Diagnosis Association-Nursing Outcome Classification-Nursing Intervention Classification (NANDA-NOC-NIC) approach.Case report: Due to dialysate inability to draw fluids, patient’s main complaint was whole-body swelling and short of breath feeling after light activity. The patient had acute breath shortness with a respiratory rate of 34 times per minute and an oxygen saturation of 80%. CPR was provided to the patient for 30 minutes, and OPA was installed. As a result of the activity, the patient's oxygen saturation rose between 85 to 90% and developed ROSC.Result: The nursing diagnoses indicated that there was excessive fluid volume and exercise intolerance. The NOC NIC criteria were used to guide the intervention, which comprised fluid management, fluid monitoring, and exercise therapy.Conclusion: There are two nursing problems in this study case, based on NANDA-NOC-NIC approach, ie.: excessive fluid volume and activity intolerance.ABSTRAKLatar belakang: Terapi dialisis merupakan cara untuk mempertahankan fungsi tubuh pada kondisi Gagal Ginjal Kronik (GGK). Terapi dialisis juga menyebabkan beberapa komplikasi, sehingga memerlukan pendekatan khusus untuk menangani, agar proses keperawatan pasien GGK yang menjalani hemodialisis berjalan dengan baik.Tujuan: menganalisis kasus gagal ginjal kronik melalui pendekatan North American Nursing Diagnosis Association-Nursing Outcome Classification-Nursing Intervention Classification (NANDA-NOC-NIC).Studi kasus: Keluhan utama bengkak seluruh tubuh dan merasa sesak nafas setelah aktivitas ringan akibat dialisat gagal menarik cairan. Pasien mengalami sesak nafas berat, RR 34x/menit, saturasi oksigen 80%. Pasien diberikan RJP selama 30 menit serta pemasangan OPA. Hasil tindakan yakni saturasi oksigen mencapai 85% hingga 90%, kemudian pasien mengalami ROSC.Hasil: Diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah kelebihan volume cairan dan intoleransi aktivitas. Intervensi yang diberikan pada diagnosis berdasarkan kriteria NOC NIC meliputi manajemen dan monitoring cairan, serta terapi aktivitas.Simpulan: Ada dua masalah keperawatan dalam studi kasus ini, berdasarkan pendekatan NANDA-NOC-NIC, yaitu kelebihan volume cairan dan intoleransi aktivitas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Indrasari, Nelly, and Firda Agustina. "TEMPE DAPAT MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA IBU HAMIL." Jurnal Kebidanan Malahayati 7, no. 4 (October 31, 2021): 857–64. http://dx.doi.org/10.33024/jkm.v7i4.5249.

Full text
Abstract:
Background: Anemia is one of the indirect causes of death of pregnant women, therefore the condition of anemic pregnant women can have an impact on Low Birth Weight Babies. Efforts to prevent anemia in pregnancy can be given with pharmacological and non-pharmacological therapies. Pharmacological therapy has side effects such as stomach discomfort, nausea, difficulty in defecating, and black stools. While the non-pharmacological therapy that we can give to accelerate the increase in hemoglobin levels of pregnant women is one of them by consuming tempe (Fathonah, 2016).The purpose of the study: to determine the effect of tempeh consumption on the increase in hemoglobin levels in pregnant women with anemia at the Karta Raharja Public Health Center.Research method: This study uses a quasi-experimental or quasi-experimental method. In this study, the population was all pregnant women in the Kartaraharja Health Center in 2020, while the sample was 36 pregnant women. The sampling method of this study uses a non-probability sampling technique with purposive sampling. Intervention was carried out in the form of giving tempeh for 15 days, then after that the hemoglobin levels were checked again. Analysis of the data using the T-Dependent statistical test.Results: From the results of the research conducted, the average hemoglobin level in the intervention group before being given tempeh was 9.4278 gr%, after being given tempeh the average hemoglobin level rose to 10,7111 gr%. The average increase in hemoglobin levels of pregnant women after the intervention was 1.2833 gr%. The results of data analysis in the control group were 9.7111 gr%, while the average hemoglobin level after monitoring was 10.4333 gr%. The average increase in the control group was 0.7222 gr%.Conclusion: from this study it can be concluded that there is an effect of consuming tempeh and iron on anemic pregnant women at the Karta Raharja Tulang Bawang Barat Health Center in 2020.Suggestion: it is hoped that later it will become a place of knowledge for mothers so that they have good and right abilities and vice versa. The results of this study can be continuously improved to provide more relevant information and learning references regarding the treatment with non-pharmacological therapy of Anemia as an effort to prevent and support the achievement of Maternal Health in Tulang Bawang Barat, which is also very useful for scientific development in the future. And it is necessary to hold a program that helps handling cases of anemia, especially in Tulang Bawang Barat Regency which coordinates with other sectors such as religious leaders, community leaders, besides that health education is still provided by health workers and cadres to young women and women of childbearing age about danger of anemia. Keywords : Anemia, Hemoglobin, Tempe ABSTRAK Latar Belakang: Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil, oleh karena itu kondisi ibu hamil anemia dapat berdampak pada BBLR. Upaya untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dapat diberikan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi memberikan efek samping seperti perut terasa tidak enak, mual, susah buang air besar, dan feses berwarna hitam. Sedangkan terapi non farmakologi yang dapat kita berikan untuk mempercepat peningkatan kadar Hb ibu hamil salah satunya dengan konsumsi tempe (Fathonah, 2016).Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh konsumsi tempe terhadap kenaikan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di puskesmas Karta Raharja.Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment atau eksperimen semu.Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu hamil yang ada di Puskesmas Kartaraharja tahun 2020, sampel sebanyak 36 ibu hamil. Metode sampling penelitian ini menggunakan non-probability dengan teknik sampling purposive sampling. Dilakukan intervensi berupa pemberian tempe selama 15 hari, kemudian setelah itu dilakukan pengecekan kadar Hemoglobin kembali. Analisis data menggunakan uji statistik uji T-Dependen.Hasil: Dari hasil penelitian yang dilakukan, rata-rata kadar Hemoglobin pada kelompok intervensi sebelum diberikan tempe adalah 9,4278 gr%, setelah diberikan tempe rata-rata kadar hb naik menjadi 10.7111 gr%. Peningkatan rata-rata kadar Hb ibu hamil setelah diberikan intervensi sebesar 1,2833 gr%. Hasil analisis data pada kelompok kontrol 9,7111 gr%, sedangkan rata-rata kadar Hb setelah dilakukan pemantauan sebesar 10.4333 gr%. Peningkatan rata-rata pada kelompok kontrol 0.7222 gr%.Kesimpulan: dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh konsumsi tempe dan Fe pada ibu hamil mengalami anemia di Puskesmas Karta Raharja Tulang Bawang Barat Tahun 2020.Saran : diharapkan nantinya menjadi wadah pengetahuan bagi ibu sehingga memiliki kemampuan yang baik dan benar begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian ini dapat terus ditingkatkan untuk memberikan informasi dan referensi pembelajaran yang lebih relevan mengenai penanganan dengan terapi non farmakologi Anemia sebagai salah satu upaya pencegahan dan mendukung tercapainya Kesehatan Ibu di Tulang Bawang Barat, juga sangat berguna untuk pengembangan keilmuan dikemudian hari. Serta perlu diadakannya suatu program yang membantu penanganan kasus Anemia pada, khususnya di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang berkoordinasi dengan sektor lain seperti Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, disamping itu pendidikan kesehatan yang tetap diberikan oleh tenaga kesehatan serta kader kepada remaja putri maupun PUS/WUS tentang bahaya Anemia.Kata Kunci : Anemia, Hemoglobin, Tempe Kata Kunci : Anemia, Hemoglobin, Tempe
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Fitria, Lia. "PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN SIRUP JAHE EMPRIT TERHADAP PENURUNAN KELUHAN EMESIS GRAVIDARUM." OKSITOSIN : Jurnal Ilmiah Kebidanan 5, no. 2 (August 1, 2018): 108–12. http://dx.doi.org/10.35316/oksitosin.v5i2.351.

Full text
Abstract:
Common complaints that occur in pregnant women aged 0-12 weeks is Emesis Gravidarum. The cause of emesis is the increase of estrogen and progesterone hormone produced by HCG. Treatment of nausea and vomiting can be done with medication and non-pharmacology therapy. One of the recommended non-pharmacological treatments is ginger. Ginger class of rhizoma, family Zingiberaceae. Ginger contains chemical compounds such as gingerols, shogaols, bisapolene, zingiberene, zingiberol, sesquiphellandrene, essential oils and resins. The design of this research using quasi experiment with research design that is Non-Equivalent control Group. Sampling with Quota sampling with 20 pregnant women aged 0-12 weeks old with emesis gravidarum 10 for intervention group (ginger syrup) and 10 control groups (sugar water). Ginger syrup given for 4 days twice daily. The result of statistic test using Mann Whitney between ginger syrup and sugar water was statistically significant with p = 0.0005 (p<0,05), which means that drinking of ginger syrup is better than sugar water. Conclusion there was influence of ginger syrup beverage to decrease emesis gravidarum complaints. Keywords : Ginger syrup, Emesis Gravidarum. ABSTRAK Keluhan umum yang terjadi pada wanita hamil usia 0–12 minggu adalah Emesis Gravidarum. Penyebab emesis yaitu meningkatnya hormon estrogen dan progesteron yang di produksi oleh HCG. Penanganan mual muntahbisa dengan terapi obat-obatan dan non-farmakologi. Salah satu terapi non-farmakologi yang direkomendasikan adalah jahe. Jahe golongan rhizoma, family Zingiberaceae. Jahe memiliki kandungan senyawa kimiawi yaitu gingerols, shogaols, bisapolene, zingiberene, zingiberol, sesquiphellandrene, minyak atsiri dan resin. Desain penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan rancangan penelitian yaitu Non-Equivalent control Group. Pengambilan sampelsecara Quota sampling dengan sampel sebanyak 20 wanita hamil usia 0-12 minggu yang mengalami emesis gravidarum yaitu 10 untuk kelompok intervensi (sirup jahe) dan 10 kelompok kontrol (air gula). Sirup jahe diberikan selama 4 hari sebanyak 2x sehari. Hasil penelitian uji statistik menggunakan Mann Whitney antara pemberian sirup jahe dan air gula secara statistik bermakna dengan nilai p=0,0005(p<0,05) yang artinya pemberian minuman sirup jahe lebih baik daripada pemberian air gula. Simpulan terdapat pengaruh pemberian minuman sirup jahe terhadap penurunan keluhan emesis gravidarum. Kata kunci : Sirup Jahe Emprit (Zingiber officinale rosc), Emesis Gravidarum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Anggreini, Yogik Setia, and Panel Situmorang. "Efektivitas Online Peer Assisted Learning (OPAL) Dengan Pendekatan Model Attention Relevance Confidence Satisfaction (ARCS) Terhadap Pencapaian Kompetensi Perawatan Luka Mahasiswa Keperawatan." Malahayati Nursing Journal 4, no. 3 (March 1, 2022): 653–62. http://dx.doi.org/10.33024/mnj.v4i3.6047.

Full text
Abstract:
ABSTRACT Many educators are still having difficulty creating quality laboratory skill learning that is not boring and makes students active. One solution that can be taken to reduce this impact is to conduct Online Peer Assisted Learning (OPAL). To analyze the effect of the OPAL (Online Peer Assisted Learning) method with the attention, relevance, confidence and satisfaction (ARCS) model approach on the achievement of wound care competencies in nursing students. This type of research is a quasi-experimental approach with a non-equivalent control group design approach on 32 3rd semester nursing diploma students undergoing medical surgical nursing courses with the integument system. The respondents were taken by consecutive sampling technique and divided into 16 respondents in each control and intervention group using a simple random sampling technique. Lecturers evaluate students with the Objective Structured Clinical Examination (OSCE) system and online. Data collection tools to assess student competency achievement consist of psychomotor competency achievement through observation sheets in a checklist. Tutor-tutee material guidance uses a module concerning the attention, relevance, confidence and satisfaction (ARCS) model approach. Data analysis using the Wilcoxon test. The statistical test results showed that the average student skill scores increased in both groups. However, the mean value of clinical skills in the intervention group at the pretest was 70.13, and the mean at the posttest rose to 83.81. This result was higher when compared to the control group, which was 69.69 at the pretest, and the mean at the posttest increased to 81.06. Wilcoxon test results showed p-value <0.05. Online peer-assisted learning method with attention, relevance, confidence, and satisfaction (ARCS) model approach can improve students' skills in wound care lab skills with p-value < 0.05. The results of this study are expected to be the foundation of the institution in developing technology in the world of nursing education. The OPAL learning method can be used as a blended learning model that can be applied in the learning process and training in the skills lab on several non-invasive competencies. Keywords: Online Peer Assisted Learning, ARCS, Nursing, Students, Laboratory ABSTRAK Saat ini masih banyak pendidik yang masih kesulitan untuk menciptakan pembelajaran skill labratory yang berkualitas yang tidak membosankan dan membuat mahasiswa menjadi aktif. Salah satu solusi yang dapat diambil untuk mengurangi dampak tersebut adalah dengan dilakukannya Online Peer Assisted Learning (OPAL). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh metode OPAL (Online Peer Assited Learning) dengan pendekatan model attention, relevance, confidence dan satisfaction (ARCS) terhadap pencapaian kompetensi perawatan luka pada mahasiswa keperawatan. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan pendekatan non equivalent control group design pada 32 mahasiswa diploma tiga keperawatan semester 4 yang sedang menjalani mata kuliah keperawatan medical bedah dengan system intergumen. Responden tersebut diambil dengan teknik consecutive sampling dan dibagi menjadi masing-masing 16 responden pada kelompok control dan intervensi menggunakan teknik simple random sampling. mahasiswa dievaluasi oleh dosen dengan system Objective Structured Clinical Examination (OSCE) juga secara daring. Alat pengumpulan data untuk menilai pencapaian kompetensi mahasiswa terdiri dari capaian kompetensi psikomotor melaui lembar observasi dalam bentuk checklist. bimbingan materi tutor-tutee menggunakan modul dengan mengacu pada pendekatan model attention, relevance, confidence dan satisfaction (ARCS). Analisis data menggunakan uji wilcoxon. Hasil uji statistic menunjukan bahwa rata-rata nilai keterampilan mahasiswa meningkat pada kedua kelompok. Namun, Nilai mean keterampilan klinik kelompok intervensi pada saat pretest sebesar 70,13 dan mean pada saat posttest meningkat menjadi 83,81. Hasil ini lebih tinggi bila dibandingan pada kelompok kontrol yaitu pada saat pretest sebesar 69,69 dan mean pada saat posttest meningkat menjadi 81,06. Hasil uji Wilcoxon menunjukan nilai p < 0,05. Metode Online peer-assisted learning dengan pendekatan model attention, relevance, confidence dan satisfaction (ARCS) mampu meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam skill lab perawatan luka dengan nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan institusi dalam mengembangkan teknologi di dunia pendidikan keperawatan. Metode pembelajaran OPAL dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk dari model pembelajaran blanded learning yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan latihan di skills lab pada beberapa kompetensi yang bukan invasive. Kata kunci: Online Peer Assisted Learning, ARCS, keperawatan, Students, Laboratorium
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Irianti, Berliana, and Nelly Karlinah. "PENGARUH AKUPRESUR TERHADAP INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI RAHMADINA ROSA TAHUN 2019." Prosiding Hang Tuah Pekanbaru, September 10, 2019, 59–64. http://dx.doi.org/10.25311/prosiding.vol1.iss1.16.

Full text
Abstract:
Proses persalinan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan nyeri, oleh karena itu pengalaman melahirkan mempunyai potensi yang besar untuk mendapat pereda nyeri yang memuaskan. Mengelola nyeri persalinan dibutuhkan asuhan sayang ibu dimana sesuai dengan dokumen WHO. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. metode nonfarmakologi lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang merugikan. Hal ini dapat dilakukan sebagai upaya yang dilakukan untuk memberikan kenyamanan pada ibu bersalin dan bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan juga sangat berperan dalam hal tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tehnik akupresur terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif. Penelitian dilakukan di Praktik Bidan Mandiri Rahmadina Rosa. Jenis penelitian eksperimental dengan post test only control group desain cara pengambilan sampel consecutive sampling jumlah sampel 20 responden setiap kelompok total sampel 40 responden. Data dianalisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Proporsi intensitas nyeri dengan kategori sedang pada kelompok intervensi akupresur lebih besar dari pada kelompok kontrol pada pembukaan serviks 4 cm. berdasarkan uji statistik terdapat pengaruh bermakna dimana nilai p=0,011. Kesimpulan pengaruh akupresur lebih baik digunakan pada pembukaan 4 cm,
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Hanau, Carlo. "Strategie allocative per la persona nella economia sanitaria." Medicina e Morale 54, no. 1 (February 28, 2005). http://dx.doi.org/10.4081/mem.2005.406.

Full text
Abstract:
L’autore affronta il tema della allocazione delle risorse sanitarie adottando una prospettiva etico-politica di tipo solidale. In particolare, viene messo in risalto come la sanità pubblica italiana comporti una spesa a carico del cittadino sempre maggiore, soprattutto per determinate categorie di soggetti quali i malati cronici non autosufficienti. Una indagine condotta per conto dell’OMS rileva infatti che in Italia i malati affetti da patologie più gravi ricevono in proporzione meno cure dei pazienti con patologie di grado lieve/moderato. Si tratta, dunque, del cosiddetto “effetto Matteo” - mutuato dalla espressione evangelica - secondo cui “a chi ha sarà dato e a chi non ha sarà tolto anche quello che ha”. Traslato alla realtà sanitaria ciò esita nel deprecabile superamento del criterio di severità clinica quale caposaldo dell’assistenza socio-sanitaria a vantaggio di criteri economicistici rappresentati da un uso improprio del sistema di remunerazione delle prestazioni sanitarie secondo DRG, che penalizza il produttore il quale sfori il limite di budget fissato dalle autorità sanitarie, magari a motivo di una maggiore attenzione all’assistenza dei malati cronici e/o disabili. Va peraltro considerato che la medicina attuale sconta altri limiti oltre a quelli relativi alle risorse, in particolare il limite rappresentato dalla finitezza umana, di cui occorrerebbe prendere serenamente atto. L'articolo considera peraltro in modo analitico alcuni strumenti utilizzati per la valutazione dell’efficacia e dell’efficienza degli interventi sanitari (QALYs, EQALYs, UVG, UVH, ROSES), mettendone in risalto punti di forza e criticità. In definitiva, occorre riferirsi sempre ad un criterio solidaristico, adottando peraltro una rigorosa logica di cura ed assistenza personalizzate, il che consentirebbe un utilizzo ottimale di risorse. ---------- The Author faces the issue of the allocation of the health resources adopting a solidarity ethical perspective. Particularly, it is underlined that Italian health care system involve an expense more and more in charge of the citizen, above all for subjects with chronic pathologies. In fact, a survey by WHO highlights that in Italy the sick affected by serious pathologies (disability, mental disease) receive less care than patients with slight/moderate diseases: therefore, the so called “Matthew effect”. In this perspective, the “clinical severity” criterion is overcome by the economical one, the perspective payment system of health care services is utilized in improper way and penalizes the health maintenance organization that dedicate great attention to chronic sick. On the other hand, the medicine has indubitable limits: resources, but above all, the probabilistic nature of outcomes and the finite nature of man. The article considers some tools used for the evaluation of effectiveness and the efficiency of health interventions (QALYs, EQALYs, UVG, UVH, ROSES), bringing out strengths and weaknesses. Finally, it is always necessary to refer to a solidarity criterion, adopting a rigorous logics of care and personalized care: this approach would allow a better use of resources.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography