Journal articles on the topic 'Fenomenologia Di Agn'

To see the other types of publications on this topic, follow the link: Fenomenologia Di Agn.

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the top 50 journal articles for your research on the topic 'Fenomenologia Di Agn.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Browse journal articles on a wide variety of disciplines and organise your bibliography correctly.

1

Setiarini, Maria, and Kalis Stevanus. "Dinamika Psikologis Remaja Di Panti Asuhan: Studi Fenomenologi." DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika 4, no. 1 (July 14, 2021): 10–20. http://dx.doi.org/10.53547/diegesis.v4i1.90.

Full text
Abstract:
This paper is intended to describe the psychological dynamics of adolescents living in orphanages. How are the psychological dynamics of adolescents in living their adolescence without direct guidance and affection from their parents. This study uses a qualitative approach with phenomenological methods. From the results of this study, it was concluded that there were significant differences in the psychological dynamics of adolescents living in orphanages because they had to be entrusted by parents with adolescents living in an orphanage because of their own desires. Psychologically, adolescents who are forced to live in orphanages tend to close themselves off from their environment. Meanwhile, adolescents who live in homes because of their own desires, they tend to be more open to their environment. In addition, the age factor when they enter the orphanage environment also affects their psychological dynamics. Those who enter the orphanage when they are children tend to be more adaptable. Conversely, those who enter when they are teenagers tend to have more difficulty adapting. Therefore, it is hoped that the management of the orphanage can understand the psychological dynamics of adolescents and their struggles, so that it can help them to live adolescence properly, even without the presence of their biological parents.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Yulianti and Nabila Noerfadjria. "Fenomenologi Ta’aruf dan Menikah Muda di Pengajian Islamic Centre Purwakarta." Jurnal Komunikasi Islam 12, no. 1 (June 1, 2022): 106–26. http://dx.doi.org/10.15642/jki.2022.12.1.106-126.

Full text
Abstract:
The most common factor to divorce is communi­cation problems. Self-disclosure interactions bet­ween couples have become the most vital thing for building closeness within them. This study aims to understand the motives and meaning of ta'aruf for women who decide to get married at a young age in Islamic Center Congregation Purwa­karta. By using a qualitative research approach, the findings indicate that ta'aruf is a part of the self-disclosure needed wi­thin couples' relationships. In regard to the motives for getting married at a young age, they are because of reli­gious reasons, a sense of uncertainty arising from past relationships, and to gain the pleasure of their parents (be­cause motive). In addi­tion, it is also because of the desire to achieve goals and main­tain dignity and self-purity (in order to motive). While the construction of meaning from the ta'aruf is as a form of the actualisation of faith to Allah Swt., the media to gain the plea­sure of Allah Swt., and the fulfilment of psychological needs as well.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

., Yanti. "STUDI FENOMENOLOGI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA." Jurnal Kebidanan 12, no. 01 (June 14, 2020): 20. http://dx.doi.org/10.35872/jurkeb.v12i01.362.

Full text
Abstract:
ABSTRAKPendahuluan: Preeklampsia merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Angka kejadian preeklampsia di Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 8%, Boyolali merupakan salah satu dari sepuluh wilayah penyumbang AKI teringgi di Jawa Tengah, dengan kejadian preeklampsia sebanyak 33,4% (5 kasus), hal ini menyebabkan preeklampsi menempati urutan pertama penyebab kematian ibu. Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian preeklampsia adalah usia, paritas, riwayat preeklampsia, riwayat hipertensi, pengetahuan, dan persepsi Ibu, kebiasaan dan dukungan dari keluarga. Penelitian ini untuk mengetahui fenomena faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia di wilayah kerja Puskesmas Ampel Boyolali Jawa tengah. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi. Informan penelitian terdiri dari informan utama yaitu ibu yang mengalami preeklampsia selama kehamilannya sebanyak 5 orang dan informan pendukung yang terdiri dari 5 tenaga kesehatan, 2 kader kesehatan dan 8 anggota keluarga dari informan utama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Analisis penelitian ini menggunakan teknik Miles dan Hubberman (1992) dengan analisis tematik. Hasil dan pembahasan: Ada 4 tema sebagai hasil dari penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian preeklampsia, terdiri dari usia ibu, paritas, Riwayat Kesehatan dan kebiasaan ibu. Simpulan: Ibu yang mengalami preeklampsia mayoritas memiliki karakteristik (usia, paritas), riwayat kesehatan dan kebiasaan yang beresiko. Dengan melakukan pendampingan selama masa kehamilan kepada ibu hamil yang beresiko diharapkan dapat menghindari komplikasi yang dapat terjadi akibat keterlambatan penanganan serta mengoptimalkan pemberian edukasi tentang preeklampsia untuk meningkatkan pengetahuan ibu. Kata kunci: Preeklamsia, Fenomenologi. PHENOMENOLOGY STUDY OF THE RISK FACTOR THAT RELATED WITH PREECLAMPSIA ABSTRACTIntroduction : Preeclampsia is one of the causes of the highly maternal mortality (MMR) in Indonesia. The incidence of preeclampsia in the Central java in 2018 was 8%. Boyolali which was one of the ten highest contributor to MMR in Central Java, the incidence of preeclampsia was 33,4% (5 cases), this led to preeclampsia being the first cause of maternal death. Factors that can influence the incidence of preeclampsia are age, parity, history of preeclampsia, history of hypertension, knowledge, and mother's perception, habits and support from the family. This research was to describe the phenomenon of the risk factor related with preeclampsia in the work area of Ampel Public Health Center, Boyoali, Central Java. Research method: This is a qualitative research with a descriptive phenomenological approach. The informants of the study consisted of the main informants, namely mothers who had preeclampsia during their pregnancy as many as 5 people and supporting informants consisting of 5 health workers, 2 health cadres and 8 family members from the main informants. Data collection techniques were carried out by in-depth interviews and documentation studies. The analysis of this study uses the techniques of Miles and Hubberman (1992) with thematic analysis.Result and discussion: The results of the study were identified 4 themes namely factors that influence the incidence of preeclampsia, women’s age, parity, history of health, and women,s daily activity. Conclusion: Mothers who experience preeclampsia have the majority characteristics (women age, parity), history of health and risky habits. By providing assistance during pregnancy for pregnant women who are at risk wish to avoid complications that can occur due to delays in handling and optimizing the provision of education about preeclampsia to improve maternal knowledge. Keywords: Preeclampsia, Phenomenology
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Wardani, Dyah Putri, and Dyah Siti Septiningsih. "Kesepian Pada Middle Age yang Melajang (Studi Fenomenologis Tentang Tipe Kesepian)." Psycho Idea 14, no. 2 (July 1, 2016): 26. http://dx.doi.org/10.30595/psychoidea.v14i2.2118.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tipe kesepian pada middle age yang masih melajang di Purwokerto.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan 1 berjenis kelamin pria menunjukkan 7 tipe kesepian yang dialami yaitu kesepian emosional (sedang melakukan tahap pendekatan dengan lawan jenis), mengalami interpersonal loneliness (merindukan wanita yang pernah dekat, setelah putus dengan wanita tersebut banyak menjalin hubungan dengan lawan jenis), kesepian kosmik (belum memiliki wanita yang cocok untuk dinikahi, memiliki pemikiran bahwa menjalin hubungan dengan wanita yang berjarak jauh tidak akan berjalan lancar), kesepian kognitif (jarang mencurahkan hati dengan orang lain), kesepian psikologikal (pengalaman masa lalu berpengaruh untuk kehidupan saat ini sehingga merasa kecewa, menyesal, merasa bersalah dan merasa kena kualat), kesepian perilaku (berbagai kegiatan dilakukan sendiri), dan kesepian sosial (tidak memiliki peran dalam masyarakat). Informan 2 berjenis kelamin pria menunjukkan 4 tipe kesepian yang dialami yaitu kesepian emosional (ingin memiliki hubungan yang serius dengan lawan jenis), kesepian kosmik (belum memilki wanita yang cocok untuk dinikahi, merasa tidak mungkin menjalin hubungan dengan wanita karena merasa belum mapan dari segi ekonomi), kesepian kognitif (jarang mencurahkan hati dengan orang lain, lebih memilih Allah SWT sebagai tempat curahan hatinya) dan kesepian perilaku (berbagai kegiatan dilakukan sendiri). Informan 3 berjenis kelamin wanitamenunjukkan 4 tipe kesepian yang dialami yaitu kesepian emosional (merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari keluarga dan belum terpenuhi), kesepian kognitif (hanya mencurahkan hati dengan kakak), kesepian sosial (tidak memiliki peran dalam masyarakat, keadaan lingkungan tempat tinggal sepi), dan culture shock (merasa kesulitan menyesuaikan diri saat berada dilingkungan baru). Kata Kunci : Tipe Kesepian, Middle Age, Lajang.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Suaeb, Suaeb, and Muhdin Muhdin. "PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU: STUDI FENOMENOLOGI." Jurnal PenKomi : Kajian Pendidikan dan Ekonomi 3, no. 2 (June 22, 2020): 33–42. http://dx.doi.org/10.33627/pk.v3i2.392.

Full text
Abstract:
Supervisi pembelajaran pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru sebagai agen pembelajaran. Pada prakteknya, pelaksanaan supervisi pembelajaran di sekolah belum memberi dampak yang signifikan terhadap peningkatan kinerja guru. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan supervisi pembelajaran dalam meningkatkan profesionalisme guru di SMA Negeri 3 Sape Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Data penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Informan penelitian adalah pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan dewan guru. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara mendalam. Analisis data penelitian menggunakan teknik analisis kualitatif model interaktif Milles & Hubberman (2009), yaitu: reduksi data, display data, dan verifikasi data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian menemukan bahwa; (1) pelaksanaan supervisi pengembangan kemampuan akademik guru difokuskan pada tiga hal, yaitu: perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran. Aspek supervisi lebih banyak ditekankan pada administrasi guru, kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, dan kemampuan guru dalam menilai kegiatan pembelajaran. Supervisi untuk peningkatan kemampuan inovatif guru dalam pembelajaran belum menjadi fokus pelaksanaan supervisi, termasuk pengembangan kemampuan guru dalam penelitian tindakan kelas; (2) teknik pelaksanaan supervisi pembelajaran lebih dominan dilakukan dengan teknik kunjungan kelas dan diskusi yang dilandasi oleh sikap keakraban; dan (3) perilaku supervisor dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran ditunjukkan dengan adanya kepedulian terhadap pelaksanaan tugas guru, meskipun pada sisi yang lain pengawas dirasa kurang mampu dalam membantu memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Tuapattinajaa, Josetta Maria Remila, and Ariansyah Ariansyah. "Religiusitas pada Gay (Studi Fenomenologis)." Talenta Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) 1, no. 1 (October 17, 2018): 070–74. http://dx.doi.org/10.32734/lwsa.v1i1.144.

Full text
Abstract:
Eksistensi gay hingga saat ini masih menjadi hal yang kontroversial dan dipandang negatif di masyarakat Indonesia. Sebagian dari masyarakat menganggap tidak mungkin seorang gay memiliki religiusitas, tetapi sebagian lainnya percaya seorang gay juga memiliki religiusitas. Pendapat yang kontroversial ini mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya religiusitas yang dimiliki oleh seorang gay. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi gay, usia saat menyadari dirinya adalah gay, serta penghayatan mereka terhadap orientasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis, dengan partisipan 3 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan pengkodingan, rekonstruksi data, dan merumuskannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keimanan para partisipan tidak terpengaruh dengan kondisinya sebagai gay, serta tidak ada keinginan untuk jauh dari agama dan ibadah. Berkaitan dengan aspek keyakinan, partisipan yakin dengan kebenaran agama Islam, Al-Qur’an, nabi dan rasul, malaikat, hari kiamat, dan takdir. Tetapi pada aspek peribadatan, para partisipan sudah jarang ikut pengajian dan shalat dimesjid saat sudah menjalani kehidupan sebagai gay. Meskipun aspek pengetahuan para partisipan relatif sama, namun aspek pengalamannya menunjukkan adanya keraguan menjalankan ibadah (apakah akan diterima atau tidak), ada perasaan malu dan takut pada Allah. Pengamalan religiusitasnya menunjukkan adanya sikap berbohong pada orangtua terkait dengan orientasinya serta sulit untuk tinggalkan dunia gay. Faktor yang menyebabkan para partisipan menjadi gay adalah pengalaman negatif diusia sebelumnya. Menyadari diri sebagai gay berada pada rentang masa remaja. Penghayatan partisipan terhadap orientasinya sebagai gay secara umum memiliki kesamaan yaitu menganggapnya sebagai cobaan dari Allah, sama seperti orang-orang lain, yang diberi cobaan yang berbeda-beda. The existence of gay is still a controversial and negative thing among Indonesian society. Some people consider it impossible for a gay to have religiosity, but others believe a gay also has religiosity. This controversial opinion encouraged researchers to conduct research to find out how religiosity is actually owned by a gay person. In addition, it was also conducted to find out the factors that cause a person to become a gay, such as the age when he realized he was a gay, and their appreciation of their orientation. This study used a phenomenological qualitative method, with 3 participants. Data collection was done by intimate interviews. Data analysis was done by coding, data reconstruction, and formulating it. The results of the study showed that the faith of the participants was not affected by his condition as gay, and there was no desire to be far from religion and worship. Regarding the aspects of faith, participants were confident in the truth of Islam, the Qur'an, prophets and messengers, angels, doomsday, and destiny. But in the aspect of worship, the participants had rarely participated in recitation and prayer in the mosque when they had lived a gay life. Although the aspects of the participants' knowledge were relatively the same, but the aspect of their experience shows that there were doubts about worshiping (whether to be accepted or not), there was a feeling of shame and fear of God. The practice of religiosity showed an attitude of lying to parents related to their orientation and it was difficult to leave the lifestyle. The factor that caused the participants to be gay was a negative experience in the previous age. Recognizing themselves as gay was occurred in the range of adolescence. The appreciation of the participants for their orientation as gay in general had a similarity, namely to regard it as a trial from God, just like other people who were given different trials.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Isabella, Chandra, Ratna Sitorus, and Yati Afiyanti. "Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien Terhadap Penatalaksanaan Diabetes Mellitus: Studi Fenomenologi." Jurnal Keperawatan Indonesia 12, no. 2 (July 24, 2008): 84–90. http://dx.doi.org/10.7454/jki.v12i2.205.

Full text
Abstract:
AbstrakStudi fenomenologi ini menggali pengalaman ketidakpatuhan pasien terhadap penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM). Delapan partisipan dipilih dengan metode convenience sampling di salah satu RS di Jakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara, dianalisis dengan metode Collaizz. Hasil penelitian mengidentifikasi tujuh tema utama yaitu: makanan diit tidak menyenangkan, tidak memahami manfaat diit menyebabkan ketidakpatuhan, tidak memahami manfaat latihan fisik untuk penatalaksanaan DM, alasan usia sudah lanjut, keterbatasan fisik untuk melakukan latihan fisik, pemahaman keliru tentang manfaat obat, gagal mematuhi minum obat karena alasan ekonomi. Alasan utama ketidakpatuhan adalah tidak memahami manfaat penatalaksanaan DM, sehingga perlu pendidikan kesehatan berkelanjutan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Peneliti menyarankan penelitian fenomenologi lanjutan untuk menggali kepatuhan masing-masing pilar tatalaksana DM secara khusus. AbstractThis phenomenological study attempted to explore the experiences of patient’s non-adherence to the Diabetes Mellitus (DM) treatment. Eight participants were selected by convenience method from a hospital in Jakarta. Data were collected and then analyzed with the Collaizz’s method. The results identified seven major themes which consisted of less pleasure of diet, less understanding about the benefits of diet, less understanding about the benefits of physical exercise, old age, physical disability, incorrect understanding about the benefits of medicine, fail to adhere taking medicine because of economic’s reason. This study concluded the most common reason of non-adherence was lack of understanding about the benefit of the treatment adherence. Therefore, it is the necessary to give adequate health education continuously to promote patient’s adherence. Further research may explore patient’s adherence specific to each four DM treatment’s pillars.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Hikmawan, M. Dian, M. Rizky Godjali, and Ika Arinia Indriyany. "Kiai dan Strukturasi Kekuasaan di Pandeglang, Banten." Politika: Jurnal Ilmu Politik 12, no. 1 (August 18, 2020): 88–106. http://dx.doi.org/10.14710/politika.12.1.2021.88-106.

Full text
Abstract:
Posisi Kiai dianggap merupakan salah satu kunci penting dalam memahami struktur masyarakat Indonesia. Pada penelitian ini Kiai dilihat sebagai subjek politik dari agensi dan struturasi kekuasaan di Pandeglang. Kharisma dan ketokohan Kiai mampu membuat struktur baru dalam kekuasaan daerah. Keterlibatannya dalam urusan publik membuatnya menjadi agen baru dalam wacana isu publik. Dengan analisis yang lebih ditekankan pada aspek kultural untuk melihat fungsi sosial politik yang diperankan oleh Kiai, penelitian ini menjadi hal yang sangat menarik untuk ditinjau lebih jauh. Dengan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi hermeneutik, penelitian ini mengungkapkan banyak makna dalam melihat struktur kekuasaan yang ada dan memberikan pemaknaan baru dalam melihat relasi kekuasan dalam politik lokal. Maka dari itu, penelitian ini memberikan gambaran lainnya bahwa ditengah maraknya kekuasaan politik lokal yang dipenuhi dengan oligarki, hasil riset ini menawarkan jalan baru dalam sebuah struktur kekuasaan melalui agensi yang mampu mendorong struktur kekuasaan agar membawa wacana-wacana publik ke permukaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Naimah, Khoirun, Demi Pristifona, and Wiedy Putri Fauziah. "The Significance of Local Folklore Reconstruction to Imbue Pancasila on Early Age Students in Elementary School." Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series 5, no. 3 (February 19, 2022): 97. http://dx.doi.org/10.20961/shes.v5i3.59325.

Full text
Abstract:
<span id="docs-internal-guid-829a7467-7fff-ef6d-246f-6a5fb685b430"><span>Peran Pancasila dalam era pendidikan saat ini dibutuhkan untuk menanggulangi degradasi moral siswa dengan kemajuan era disrupsi berdampak pada berbagai bidang yang ada, salah satunya di bidang pendidikan.Tujuan penelitian ini untuk menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap budaya lokal dengan membiasakan pendidikan kearifan lokal sejak dini, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat diindoktrinasi untuk membentuk karakter siswa guna mencegah terjadinya degradasi moral di Sekolah Dasar. Berkaitan dengan hal tersebut maka digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan riset fenomenologi di Sekolah Dasar. Data penelitian berupa ungkapan deskriptif oleh beberapa informan yang menggambarkan peran Pancasila. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai Pancasila kepada siswa Sekolah Dasar melalui pembelajaran yang menyenangkan adalah konsekuensial dan terlaksana dengan baik. Dengan demikian, menciptakan paradigma baru seiring dengan pesatnya kemajuan zaman modern, siswa Sekolah Dasar dapat terus menumbuhkan nilai-nilai moral dan agama sesuai dengan budaya sopan santun dan etika. Siswa juga dapat memahami 6 pilar profil pelajar pancasila yang menjadi tolak ukur pengembangan karakter siswa, telah dilaksanakan di sekolah ataupun di rumah. </span></span>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Lumbantoruan, Masita Ruth Irene, and Dewi Elizadiani Suza. "Pengalaman Anak Usia Sekolah Dengan Leukemia Yang Dirawat di Rumah Sakit Kota Medan: Studi Fenomenologi." Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM) 1, no. 1 (October 2, 2018): 80–86. http://dx.doi.org/10.32734/tm.v1i1.41.

Full text
Abstract:
Salah satu jenis kanker yang paling banyak didiagnosa pada anak dan remaja adalah leukemia dimana pengobatannya membutuhkan waktu yang lama dan berulang di rumah sakit. Penderita leukemia semasa anak-anak banyak terdiagnosa pada usia 0-14 tahun yang diantaranya adalah anak usia sekolah yaitu 612 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman anak usia sekolah dengan leukemia yang dirawat di rumah sakit kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan wawancara mendalam kepada anak usia sekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak tujuh orang partisipan yang memiliki kriteria inklusi sebagai berikut: 1) anak usia sekolah 7-12 tahun, 2) dirawat di rumah sakit dengan diagnosa leukemia yang sedang menjalani minimal 3 hari perawatan, 3) komunikatif, 4) bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian. Hasil wawancara dianalisis dengan metode Giorgi. Data yang sudah dianalisis memunculkan 5 tema, yaitu: 1) anak mengalami penderitaan fisik, 2) anak mengalami penderitaan psikis, 3) anak kehilangan waktu aktivitas, 4) anak mengalami perubahan lingkungan sosial, 5) anak mendapatkan dukungan keluarga. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa seluruh partisipan yang merupakan anak usia sekolah dengan leukemia yang dirawat di rumah sakit kota Medan mengalami stresor hospitalisasi yang disebabkan oleh tindakan pengobatan, kondisi penyakit, serta perawatan yang membutuhkan waktu lama dan berulang. Diharapkan bagi pelayanan rumah sakit agar memperhatikan tahap tumbuh kembang anak selama masa perawatan, khususnya dalam menciptakan lingkungan yang nyaman, pemberian terapi psikologis dan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak. One type of cancer which is most diagnosed in children and adolescents is leukemia. The treatment of leukemia takes a long time and recurs in the hospital. Most Leukemia sufferers are diagnosed at ages of 0-14. Some of them are school-age children, 6-12 years. The objective of this study was to explore the experiences of hospitalized school-age children with leukemia in hospitals in Medan. This study used a phenomenological qualitative method with in-depth interviews. The sampling technique used was purposive sampling. The participant composed of 7 children who had the following inclusion criterias: 1) school-aged children, 7-12 years, 2) hospitalized for at least 3 days of care with a diagnosis of leukemia, 3 ) communicative, 4) willing to become participants verbally stated or by signing a research agreement letter. The data was analyzed using Giorgi method. There were 5 themes rising, i.e. 1) children suffered physically, 2) children sufferred psychologically, 3) children lost time for activities, 4) children experienced changes in social environment, 5) children got family support. The results showed that all participants with leukemia in hospitals in Medan experienced hospitalization stress caused by treatment measures, disease conditions, and long-term and repetitive treatments. It is suggested that hospital services pay attention to the stage of children’s development during the treatment period, especially in creating a comfortable environment, providing psychological and nutritional therapy that meets the needs of the children.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
11

Jannati, Putri, Faisal Arief Ramadhan, and Muhamad Agung Rohimawan. "Peran Guru Penggerak Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Di Sekolah Dasar." Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah 7, no. 1 (February 6, 2023): 330. http://dx.doi.org/10.35931/am.v7i1.1714.

Full text
Abstract:
<p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru penggerak dalam pengimplementasiaan kurikulum merdeka belajar di SDN Negeri Timbang Langsa. Penelitian ini dirasa penting karna peran guru penggerak sangat berpengaruh dalam implementasi kurikulum merdeka. Guru penggerak seperti namanya memiliki peran untuk menggerakkan pembelajaran dan mencontohkan bagaimana kurikulum merdeka diimplementasikan dalam pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis fenomenologi. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru penggerak, dengan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Hasil penelitian terdapat 6 peran guru penggerak dalam pengimplementasiaan kurikulum merdeka belajar. Pertama, guru berperan sebagai penggerak komunitas, kedua guru sebagai agen perubahan, Ketiga, guru pencipta wadah diskusi dan kolaborasi, Keempat,, guru menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, kelima, guru wajib mengembangkan diri lewat seminar, keenam, guru menjadi motivator dalam kelas.</em></p>
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
12

Wahyudi, Iwan. "PENGALAMAN PERAWAT MENJALANI PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DI PUSKESMAS KABUPATEN GARUT." Jurnal Sahabat Keperawatan 2, no. 01 (February 7, 2020): 36–43. http://dx.doi.org/10.32938/jsk.v2i01.459.

Full text
Abstract:
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan profesional memiliki peran sebagai pemberi asuhan,pendidik, advokat klien, konselor, agen pengubah, pemimpin, manajer, manajer kasus, serta peneliti dan pengembang praktik keperawatan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan eksplorasi yang mendalam tentang peranan perawat dalam menjalani peran dan fungsinya di Puskesmas. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif fenomenologi dengan partisipan sebanyak 4 orang perawat pelaksana di puskesmas. Penelitian ini menghasilkan enam tema diantaranya adalah peran koordinasi perawat; proses manajemen tupoksi program puskesmas; ketidaksesuaian pelaksanaan tupoksi perawat; kesadaran peran profesi perawat; belum optimalnya garapan program; dan harapan penataan tupoksi perawat puskesmas. Penelitian ini mampu mengungkapkan pengalaman perawat dalam menjalani peran dan fungsinya di Puskesmas dimulai dari perawat secara bertanggung jawab mampu mengkoordinasikan pelayanan dalam bentuk program dan kegiatan dengan pihak-pihak lain yang terkait.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
13

Zuhriyah, Aminah. "Urgensi Penerapan Outdoor Learning dalam Praktik Pendidikan Lingkungan." EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN 3, no. 6 (November 15, 2021): 5170–82. http://dx.doi.org/10.31004/edukatif.v3i6.1662.

Full text
Abstract:
Pendidikan lingkungan merupakan komponen penting dalam meningkatkan pengetahuan dan kompetensi siswa dalam berperilaku pro lingkungan. Pengembangan pendidikan luar ruang merupakan penentu keberhasilan pendidikan lingkungan. Dengan demikian belajar dengan alam akan mendukung pengembangan pendidikan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya dukungan dari pendidikan luar ruang untuk meningkatkan perubahan sikap siswa. Metode yang digunakan adalah fenomenologi kualitatif. Temuan menunjukkan bahwa kegiatan kelas memiliki kemampuan terbatas untuk mengubah beberapa komponen pendidikan lingkungan, terutama hubungan emosional dengan lingkungan (pengaruh) dan perilaku lingkungan. Pendekatan pedagogis luar ruang akan memiliki potensi tinggi untuk mengintegrasikan fitur-fitur utama dan mengomentari beberapa pengalaman yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi agen perubahan di komunitas lokal mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
14

Suryadin, Asep, Ernawati Hamidah, Hendri Hadiyanto, and Ummi Balqis. "Pengalaman Keluarga dengan Lansia Penyintas Covid-19 Memiliki Komorbiditas: Studi Fenomenologi." Malahayati Nursing Journal 4, no. 12 (December 1, 2022): 3402–12. http://dx.doi.org/10.33024/mnj.v4i12.7555.

Full text
Abstract:
ABSTRACT The age group that is quite affected by the Covid-19 pandemic is the elderly group. WHO states that more than 95% of deaths occur in elderly covid survivors over the age of 60 years with details of 8 out of 10 deaths occurring in individuals with at least one underlying comorbidity, especially the elderly with cardiovascular disease / hypertension, diabetes, and various other chronic diseases (World Health Organization, 2020). Health problems with potentially dangerous in elderly covid 19 survivors are the elderly with diabetes, heart disease, blood clotting problems, and various other chronic diseases. The family is the most important part in dealing with the covid-19 problem to provide support and motivation for family members who are exposed to covid-19, especially the elderly.The purpose of this study is to gain an in-depth understanding of the meaning and meaning of family experiences with elderly covid 19 survivors having comorbidities in meeting biopsychoso and spiritual needs. Qualitative design research methods use a descriptive phenomenological approach. The results of this study are that there are four themes, namely the burden on families while caring for the elderly covid 19, the impact that occurs while caring for the elderly who experience Covid 19, carrying out family health care functions while caring for the elderly who experience Covid 19, family expectations while caring for the elderly who experience Covid-19 Families in caring for Covid-19 patients with an elderly age coupled with comorbidities have their own burdens for the family and remain treating Covid-19 patients with support from other families and looking for information for patient recovery in the hope that families can choose the right information related to Covid-19, so that there are no confusing assumptions about Covid-19. Keywords: Family, Elderly, Survivors, Covid-19, Comorbidities ABSTRAK Kelompok usia yang cukup terdampak oleh pandemi covid 19 ini ada kelompok lanjut usia (lansia). WHO menyebutkan bahwa lebih dari 95% kematian terjadi pada lansia penyintas covid yang berusia di atas 60 tahun dengan rincian 8 dari 10 kematian terjadi pada individu dengan minimal satu komorbiditas yang mendasarinya, khususnya lansia dengan penyakit kardiovaskular/ hipertensi, diabetes, dan berbagai penyakit kronis lainnya (World Health Organization, 2020). Masalah kesehatan dengan potensi berbahaya pada lansia penyintas covid 19 diantanya adalah lansia dengan diabetes, penyakit jantung, masalah pembekuan darah, dan berbagai penyakit kronis lainnya. Keluarga adalah bagian terpenting dalam dalam menghadapi permasalahan covid-19 untuk memberikan dukungan dan motivasi bagi anggota keluarga yang terpapar covid-19 khusunya lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai arti dan makna pengalaman keluarga dengan lansia penyintas covid 19 memiliki komorbiditas dalam pemenuhan kebutuhan biopsikososio dan spiritual. Desain kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat empat tema yaitu beban keluarga selama merawat lansia Covid 19, dampak yang terjadi selama merawat lansia yang mengalami Covid 19, menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga selama merawat lansia yang mengalami Covid 19, harapan keluarga selama merawat lansia yang mengalami Covid-19. Keluarga dalam merawat pasien Covid-19 dengan usia yang sudah lansia ditambah dengan adanya komorbiditas mempunyai beban tersendiri bagi keluarga dan tetap merawat pasien Covid -19 dengan mendapat dukungan dari keluarga yang lain dan mencari informasi untuk kesembuhan pasien dengan harapan keluarga dapat memilih informasi yang tepat terkait Covid -19, sehingga tidak terdapat asumsi yang simpang siur tentang Covid-19. Kata Kunci: Keluarga, Lansia, Penyintas, Covid-19, Komorbiditas
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
15

Mudawamah and Muhamad Asif. "PENGAJIAN TAFSIR AL-IBRĪZ OLEH KIAI AHMAD MUSTOFA BISRI DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUT THALIBIN REMBANG DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI AGAMA." AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an 4, no. 2 (August 13, 2018): 1–26. http://dx.doi.org/10.47454/itqan.v4i2.682.

Full text
Abstract:
Abstract The study of al-Ibrīz's interpretation at Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang is attended by various groups of people, both from parents and young people, employees, farmers, traders and retirees. The various backgrounds of the congregation there, in terms of age and profession, make different beliefs or awareness of the congregation regarding the recitation of al-Ibrīz and their way of internalizing the religious values ​​contained in the recitation. By using qualitative methods and a phenomenological approach to religion, this study seeks to portray a picture of the culture and awareness of the recitation community towards the study of al-Ibrīz interpretation at pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang. The research shows that the participants believe that the recitation of al-Ibrīz interpretation is a field of blessing, a way to get closer to Allah Subḥānahu wa Ta'ālā, connect silaturrahmi, add insight, fill spare time, seek fortune and expect the efficacy of al-Ibrīz's tafsir closing prayer for their goals to be come true. Meanwhile, the way the congregation internalizes the religious values ​​contained in the recitation of al-Ibrīz's interpretation through four stages, namely listening carefully, reviewing it, applying it within oneself, and make it habit in daily life. Key Word: Phenomenology of Religion, Community Awareness, Living Qur'an, Study of Tafsir al-Ibrīz
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
16

Kurniawan, Yusuf, and Ajat Sudrajat. "Peran teman sebaya dalam pembentukan karakter siswa Madrasah Tsanawiyah." SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial 15, no. 2 (December 31, 2018): 149–63. http://dx.doi.org/10.21831/socia.v15i2.22674.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran teman sebaya dalam pembentukan karakter siswa di MTs YAPI Pakem. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi. Analisis data menggunakan analisis model yang dikembangkan oleh Miles Huberman. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1. Teman sebaya memiliki berbagai peran penting bagi siswa MTs YAPI Pakem, yaitu: a. memberikan dukungan terhadap siswa, b. mengajarkan berbagai keterampilan sosial, c. menjadi agen sosialisasi bagi siswa, dan d. menjadi model atau contoh berperilaku bagi siswa lain. 2. Teman sebaya memiliki peran dalam membentuk berbagai karakter siswa, yaitu religius, toleransi, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, bersahabat, peduli lingkungan, peduli sosial, membangkang, dan agresif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
17

Lesthari, Fellia, and Muhammad Zein Permana. "Pengalaman Membangun Cita-Cita serta Tujuan Hidup pada Emerging Adulthood: Analisa Fenomenologi." Jurnal Psikologi Perseptual 7, no. 2 (December 2, 2022): 168–84. http://dx.doi.org/10.24176/perseptual.v7i2.6711.

Full text
Abstract:
AbstractThis study focuses on providing an overview of the experience of building goals and life goals at the age of emerging adulthood at the psychology faculty of UNJANI. This study uses qualitative methods with phenomenological analysis and thematic analysis. Data were collected through in-depth interviews with 3 students who had the characteristics of being at the age of emerging adulthood. The first participant has ideals and goals in life that are unusual/anti-mainstream, the second participant has ideals and goals that fall into the general category, and the third participant has specific goals and life goals. This study found three main themes, namely: 1) success, which means that when asked about the goals and objectives of life, participants described what the definition of ideals and goals in life were, namely success, not about the profession of work but about achievement; 2) the process, namely a person will be more motivated to achieve the ideals and goals of life by increasing self-capacity, not based on the stage of development; 3) nature, namely reaching the ideals and goals of life realistically not based on idealism. The results of the study suggest that a quantitative measuring instrument should be made involving the dimensions of success, process, and nature and realize the importance of the role of religiosity in building life goals and aspirations, the process and mechanism for building ideals, as well as the possible challenges and obstacles that occur. Abstrak Penelitian ini berfokus untuk memberikan gambaran pengalaman membangun cita-cita serta tujuan hidup pada usia emerging adulthood di fakultas psikologi UNJANI. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa fenomenologi dan analisa tematik. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap 3 orang mahasiswa yang memiliki karakteristik berada pada usia emerging adulthood. Partisipan pertama memiliki cita-cita serta tujuan hidup yang tidak biasa/antimainstream, partisipan kedua memiliki cita-cita serta tujuan yang masuk pada kategori umum, dan partisipan ketiga dengan cita-cita dan tujuan hidup yang spesifik. Penelitian ini menemukan 3 temuan tema utama, yaitu: 1) sukses, yakni artinya ketika ditanya terkait dengan cita-cita serta tujuan hidup, partisipan menggambarkan tentang apa yang menjadi definisi cita-cita serta tujuan hidup, yaitu sukses, bukan soal profesi pekerjaan melainkan soal pencapaian; 2) proses, yakni seseorang akan lebih terdorong untuk mencapai cita-cita serta tujuan hidup dengan meningkatkan kapasitas diri, bukan berdasarkan tahapan perkembangan; 3) sifat, yakni menggapai cita-cita serta tujuan hidupnya dengan realistis bukan berdasarkan idealis. Hasil penelitian menyarankan untuk dibuat alat ukur kuantitatif yang melibatkan dimensi sukses, proses, dan sifat dan menyadari pentingnya peran religiusitas dalam membangun cita-cita serta tujuan hidup, proses dan mekanisme membangun cita-cita, serta kemungkinan tantangan dan hambatan yang terjadi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
18

Jailani, Muhammad, Dibyo Waskito Guntoro, and Irmadatus Sholekhah. "Jenis kelamin dan umur sebagai pengaruh individu dalam memilih pendidikan tinggi." Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 10, no. 1 (October 14, 2022): 8–14. http://dx.doi.org/10.30738/wd.v10i1.13297.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pada pengaruh personal (personal influence) gender dan umur dalam melanjutkan pendidikan tinggi di Kalimantan Tengah. Melalui metode kualitatif dengan studi fenomenologis yang dilakukan kepada mahasiswa universitas negeri dan swasta di Kalimantan Tengah. Wawancara dilakukan kepada 10 orang responden dengan porsi 50 persen diantara kedua perguruan tinggi. Hasil yang didapatkan bahwa secara umum rata-rata umur 17-18 tahun menjadi batasan umur untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Termasuk tidak ada batasan gender terjadi dalam melanjutkan pendidikan tinggi di Kalimantan Tengah. Temuan yang harus dikaji lebih mendalam mengenai peran adaptasi dan persepsi akan kemampuan diri sendiri menjadi kunci utama dalam pilihan melanjutkan pendidikan tinggi. Diskusi mengenai personal influence terutama umur dan jenis kelamin di bahas lebih rinci dalam artikel ini. Gender and age as personal influence for choosing higher education Abstract: This study aims to find out the personal influence of gender and age in continuing higher education in Central Kalimantan. Through qualitative methods with phenomenological studies conducted on students at public and private universities in Central Kalimantan. Interviews were conducted to 10 respondents with a share of 50% between the two universities. The results obtained that in general the average age of 17-18 years is the age limit for continuing higher education. Including no gender limit occurs in continuing higher education in Central Kalimantan. Findings that must be studied more deeply regarding the role of adaptation and perception of one's own abilities are the main keys in the choice of continuing higher education. The discussion of personal influence, especially age and gender, is discussed in more detail in this article.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
19

Nurhidayati, Istianna, Chori Elsera, and Dewi Widayanti. "PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PARTISIPASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA KLINIS (SADANIS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATINOM : STUDI FENOMENOLOGI." Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas 1, no. 1 (September 13, 2018): 19. http://dx.doi.org/10.32584/jikk.v1i1.85.

Full text
Abstract:
Breast cancer is a cancer with prevalence ranked second in Indonesia. Regular checkups are regularly performed as an effort to prevent and detect early cancer. The study aims to explore the meaning and meaning in depth of Women's Age Fertile experience (WAF) in participating in early detection of breast cancer. This research uses qualitative design with phenomenological approach. The number of research samples were 6 participants. The results obtained knowledge of malignant cancer of malignant cancer. The conclusion of this study is the experience of women of childbearing age in the participation of early breast cancer detection programs with different SADANIS - there are some who have a good health awareness and there are feel shy and scared when examined.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
20

Robot, Marselus, Aris Lambe, Syamsuriady Syamsuriady, Karus Maria Margareta, and Andereas Ande. "Buruh Migran Timor: Sebab, Jejaring dan Risiko (Studi Kasus Desa Silu, Kabupaten Kupang, NTT)." JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 6, no. 1 (January 4, 2023): 358–67. http://dx.doi.org/10.54371/jiip.v6i1.1505.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab, jejaring, dan risiko migran asal Timor dengan studi kasus di Desa Silu, Kecamatan Fatule’u, Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Studi lapangan menggunakan strategi etnografi. Metode ini meminta peneliti untuk menetap lama di lapangan karena tidak hanya memgumpulkan data, tetapi harus mengalami data. Etnografi dalam konteks fenomenologi menekankan penyelidikan peristiwa sosial dari sudut pandang “pribumi atau “orang dalam”. Temuan penelitian menunjukkan: (1) Penyebab migran asal Desa Silu adalah ekonomi. Migran sangat sulit bertahan hidup di daerahnya. Mereka berusaha mencari pekerjaan di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan: (a) untuk mempertahankan hidup, (b) menyekolahkan anak, dan (c) urusan lain seperti adat. (2) Migran asal Desa Silu melakukan perjalanan umumnya mengambil jalur ilegal melalui calo atau agen ilegal. Pemilihan jalur ini disebabkan oleh: (a) dianggap lebih sederhana (tidak rumit), atau dianggap paling mudah. Pihak perusahaan pengirim migran yang memberikan biaya perjalanan dan membiayai dokumen (pasport). (3) Migran asal Silu, Kabupaten Kupang) mengalamai risiko yang disebabkan: (a) kurangnya pengetahuan dan keterampilan (bahasa, keterampilan, budaya). Keadaan ini menjadi rentan dari kekerasan seperti penyiksaan, sering mereka tidak mendapat gaji karena atau mengurangi honor karena harus mengembalikan sebagian uang transport dan uang pengurusan paspor atau dokumen lainnya; (b) migran Desa Silu yang umumnya mengabil jalur ilegal sehingga mengalami kesulitan mencari solusi bila mereka mengalami masalah di tempat kerja.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
21

Ningsih, Andi Pramesti, Suriah Suriah, Muhammad Syafar, Masyitha Muis, Sukri Sukri, and Muhammad Tahir Abdullah. "Analisis Sosial Budaya terkait Pernikahan Usia Dini di Kepulauan Selayar." Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior 2, no. 2 (December 31, 2020): 1. http://dx.doi.org/10.47034/ppk.v2i2.4127.

Full text
Abstract:
ABSTRAKLatar Belakang. Pernikahan di usia dini menimbulkan dampak negatif terhadap remaja baik dalam aspek fisik, psikologis dan biologis. Pernikahan di usia dini sangat erat kaitannya dengan tradisi yang ada di lingkungan masyarakat seperti perjodohan.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sosial budaya terkait pernikahan usia dini di Pulau Selayar.Metode. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Informan terdiri termasuk remaja, orang tua, penyedia kesehatan, dan kepala komunitas. Data dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis domain.Hasil. Tiga domain utama yang ditemukan dalam penelitian ini terkait pernikahan usia dini adalah: (1) perjodohan merupakan faktor yang mendukung terjadinya pernikahan di usia dini (2) dukungan sosial yang diberikan masyarakat terhadap pernikahan di usia dini karena adanya tradisi perjodohan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat (3) pengetahuan yang dimiliki masyarakat dan remaja masih kurang mengenai dampak pernikahan usia dini.Kesimpulan. Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk menurunkan angka pernikahan di usia dini. ABSTRACTBackground. Marriage at an early age has a negative impact on adolescents in physical, psychological, and biological aspects. Marriage at an early age is closely related to traditions in society such as arranged marriage.Objective. This study aimed to to explore the socio-culture related to early marriage on Selayar Island.Method. This study used a qualitative method with a descriptive phenomenology approach. Informants include youth, parents, health providers, and community heads. Data were collected using in-depth interviews and focus group discussions following the research objectives. Data were analyzed using domain analysis.Results. Three main domains found in this study related to early marriage are: (1) arranged marriage is a factor that supports early marriage (2) social support from the community supporting marriage at an early age because of the prevailing arranged marriage tradition in the society (3) the knowledge possessed by the community and adolescents is still lacking about the impact of early marriageConclusion: Social culture in the community can be an approach to reducing early marriage.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
22

Hidayat, Abbror Aulia, Adinda Melati Insan Permata, Agustina Jenatte Idal Eka, Aminatuzzuchriyah Awalinni, and Nur Rohmah Hidayatul Qoyyimah. "ANALISIS EKSPLORASI PENYEBAB DAN DAMPAK LONELINESS PADA LANSIA WANITA YANG TINGGAL DI PERKOTAAN." Flourishing Journal 2, no. 3 (April 13, 2022): 193–200. http://dx.doi.org/10.17977/um070v2i32022p193-200.

Full text
Abstract:
Abstract: This research is motivated by the phenomenon of loneliness experienced in modern times that affects the elderly (aged 60 and over). Psychological dynamics in older adults who experience loneliness can be explained by the psychosocial theory proposed by Erik Erikson. In this old age, there is a conflict between integrity vs despair. The problem of loneliness in older adults becomes a challenge to the availability of care and fulfillment of welfare, especially in elderly women. Loneliness also has an impact on various dimensions of life, loneliness can lead to reduced relationships with people around, decreased body and individual functions, to psychological problems. Loneliness can cause symptoms of depression, decreased physical function, to other mental disorders. This research is aimed at exploring the causes and effects of loneliness experienced by elderly women in urban areas. The method used in this research is qualitative research with a phenomenological method. Data was collected through interviews about loneliness and the impact experienced by 3 female subjects who live alone or are divorced. Data processing researchers used data reduction analysis. The results obtained from this study indicate that elderly women experience loneliness due to the death of their spouse, lack of activities and social interaction, and limited mobility. Meanwhile, the impact that occurs is emotional loneliness and social isolation. Keywords: eldery woman; loneliness; phenomenological Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena kesepian yang dialami pada zaman modern yang menjangkiti kalangan lansia (usia 60 keatas). Dinamika psikologi pada lansia yang mengalami kesepian (loneliness) dapat dijelaskan dengan teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson. Pada masa lansia ini terjadi sebuah konflik yaitu integrity vs desepair. Masalah kesepian pada lansia menjadi sebuah tantangan terhadap ketersediaan perawatan dan pemenuhan kesejahteraan khusus-nya pada lansia wanita. Kesepian juga berdampak pada berbagai dimensi kehidupan, kesepian dapat membuat berkurangnya relasi dengan orang-orang di sekitar, penurunan kondisi fisik hingga masalah psikologis. Loneliness dapat menimbulkan gejala depresi, penurunan fungsi fisik, hingga gangguan mental lainnya. Penelitian ditujukan untuk mengeksplorasi mengenai penyebab serta dampak loneliness yang dialami oleh lanisa wanita di daerah perkotaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mengenai kesepian dan dampak yang dialami oleh 3 subjek wanita yang tinggal sendiri atau cerai mati. Pengolahan data peneliti menggunakan analisis reduksi data. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan bahwa lansia wanita mengalami loneliness dikarenakan kematian pasangan hidup, kurang-nya kegiatan dan interaksi sosial, serta keterbatasan mobilitas. Sementara itu dampak yang terjadi ialah emosional loneliness dan social isolation. Kata kunci: lansia wanita; loneliness; fenomenologi
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
23

Fauzi, Eka Perwitasari. "Konstruksi Sosial Soft Masculinity dalam Budaya Pop Korea." Jurnal Ilmu Komunikasi 19, no. 1 (May 1, 2021): 127. http://dx.doi.org/10.31315/jik.v19i1.3687.

Full text
Abstract:
Budaya memengaruhi pemaknaan terhadap konsep maskulinitas melalui sistem kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sudut pandang Generasi Y dalam memandang konsep soft masculinity yang bertentangan dengan hegemoni maskulinitas di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam semi tersturuktur dengan delapan informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan informan informan menerima konsep soft masculinity melalui proses konstruksi sosial media massa. Proses eksternalisasi berupa adaptasi dengan konsep gender terjadi melalui konsumsi media. Objektifikasi karakteristik tender charisma, politeness, dan purity terjadi ketika informan melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan nilai budaya lokal. Internalisasi konsep soft maskulinity berupa penerimaan nilai maskulinitas baru dan dijadikan sebagai pemahaman baru dalam memandang konsep maskulinitas. Hasil penelitian ini memperkuat asumsi bahwa media sebagai agen budaya memiliki peran penting dalam melakukan konstruksi sosial nilai-nilai maskulinitas baru. Substansi penelitian ini memberikan kontribusi berupa rekomendasi terkait maskulinitas yang terbentuk sebagai hasil konstruksi sosial oleh media, dan dijadikan sebagai perspektif baru dalam memandang konsep gender di masyarakat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
24

Imron, Ali, Ahmad Agustian, and Harja Winata. "PENDIDIKAN KARAKTER PADA KELUARGA SINGLE PARENT DI BOJONEGORO." Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan PKn 8, no. 2 (November 15, 2021): 129–35. http://dx.doi.org/10.36706/jbti.v8i2.15744.

Full text
Abstract:
ABSTRACTCharacter education must be carried out collectively and massively, including in the family environment. This study aims to describe the socialization of character values in single parent families in Bojonegoro. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach, and takes place in Dusun Beton, Kedungadem District, Bojonegoro Regency. The research informants were single parents who were selected purposively. Data were obtained through observation, in-depth interviews, and extracting secondary data, and were analyzed using Miles and Huberman's interactive analysis model. The socialization of character education in single parent families in Bojonegoro is distinguished by the time of the divorce and the age of the child. In a single parent family, when the child's age of divorce is still small, it has an impact on the lack of character education. Divorce that occurs in parents gives value to the child's understanding to repeat and not to repeat it in the future. Children in single parent families get more understanding and examples of behavior as well as values and norms in high school. In addition, a child sees himself as a victim of his parents' behavior. While the social learning process is at the stage of imitation and modeling.Keywords: education, character, family, single parent AbstrakPendidikan karakter harus dilakukan secara kolektif dan masif, termasuk di lingkungan keluarga. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sosialisasi nilai-nilai karakter pada keluarga single parent di Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dan mengambil lokasi di Dusun Beton, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro. Informan penelitian adalah orangtua single parent yang dipilih secara purposive. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan penggalian data sekunder, serta dianalisis menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman. Sosialisasi pendidikan karakter pada keluarga single parent di Bojonegoro dibedakan berdasarkan waktu terjadinya perceraian dengan usia anak. Pada keluarga single parent yang waktu perceraiannya usia anak masih kecil berdampak minimnya pendidikan karakter. Peceraian yang terjadi pada orangtua memberikan nilai terhadap pemahaman anak untuk mengulang dan tidak mengulanginya di masa depan. Anak pada keluarga single parent lebih banyak mendapatan pemahaman dan contoh perilaku serta nilai dan norma di sekolah menengah. Selain itu, seorang anak menganggap dirinya sebagai korban terhadap perilaku orangtuanya. Sedangkan proses pembelajaran sosial berada pada tahap peniruan dan modeling.Kata Kunci: pendidikan, karakter, keluarga, orang tua tunggal
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
25

Wulandari, Priharyanti. "PENGALAMAN PSIKOLOGIS KEHAMILAN PRANIKAH PADA USIA REMAJA DI KELUARAHAN PURWOSARI KECAMATAN MIJEN." Journal of Holistic Nursing Science 6, no. 2 (July 30, 2019): 21–30. http://dx.doi.org/10.31603/nursing.v6i2.2649.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Di Indonesia angka kehamilan pranikah pada remaja adalah 48 dari 1000 kehamilan.Kehamilan pranikah merupakan kehamlan yang terjadi pada remaja berusia kurang dari 20 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psikologis kehamilan pranikah pada usia remaja di Kelurahan Purwosari. Metode penelitian ini kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, menggunakan teknik purposive sampling, sampel yang diambil sebanyak 3 orang dengan karakteristik remaja pada usia 12-19 tahun yang belum menikah, instrument yang digunakan adalah wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisa bahwa remaja mengalami tanda kehamilan berupa tidak mens, payudara kencang, sering BAK, dan mual muntah.Dampak psikologis yang dirasakan takut, marah, stress, depresi, dan khawatir.Mekanisme koping partisipan berupa bersenang-senang, sholat, berfikir positif. Remaja putri yang hamil diluar nikah mengalami gangguan psikologis berupa stress, marah, takut, belum siap menjadi ibu dan menggunakan koping adaptif jenis koping EFC. Kata kunci: remaja, kehamilan pranikah, psikologis ABSTRACT In Indonesia, the prevalence of premarital pregnancy by teenager is 48 of 1000 pregnancy. Premarital pregnancy is pregnancy of teenager in age 12 until 19 years old. This research to descripe psychological overview of premarital on teenager. The methods of this research is qualitative with approach fenemenologie, sampling used by purposive sampling. This sample are 3people with karacteristic single teenager in age 12 until 19 years old. The instrument is indeepht interview. Based on the results of analysis that teenagers experience signs of pregnancy in the form of not menses, breasts, frequent BAK, and nausea vomiting. Psychological impact felt fear, anger, stress, depression, and worry. Coping who used by participant is happiness, positive thinking. Girls Teenage who are pregnant out of wedlock have psychological distress in the form of stress, anger, fear, not ready to be mother and use adaptive coping type of coping is EFC. Keywords: teenager, premarital pregnancy, psychological
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
26

Samaran, Elisabeth, and Panel Situmorang. "STUDI FENOMENOLOGI: SELF MANAGEMENT ACTIVITY DAILY LIVING, EFISIENSI, INTERAKSI SOSIAL DAN KEPUASAN LANSIA DI PERSEKUTUAN LANSIA JEMAAT GPI DIASPORA SORONG PAPUA BARAT." Nursing Arts 11, no. 1 (November 8, 2018): 52–70. http://dx.doi.org/10.36741/jna.v11i1.36.

Full text
Abstract:
ABSTRAKProses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam fase kehidupan. Lanjut usia adalah orangyang sistem-sistem biologisnya mengalami perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usianya yang sudah lanjut. Perubahan ini dapatberlangsung mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan berakibat ketidakmampuan total.Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkanpenurunan peranan peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehinggadapat meningkatkan bantuan orang lain. Lanjut usia yang tetap aktif baik secara fisik, mental ataupun sosial akan memiliki kepuasanyang tinggi dalam hidup.Tujuan Penelitian adalah untuk untuk mengeksplorasi pengalaman lansia dalam mengelola kebutuhan sehari-hari yang efisien,interaksi dengan orang lain demi mencapai kepuasan dalam hidup.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang disajikan secara deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Sampel padapenelitian ini berjumlah 10 repsonden. Instrument penelitian menggunakan kuisioner yaitu wawancara mendalam. Tehnik pengumpulandata yaitu data primer dan sekunder.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia dalam kegiatan aktivitas sehari-hari lansia setiap harinya dapat dilakukan sendiri,lansia mampu mengerjakan kebutuhan sehari harinya dengan baik, di waktu senggang banyak kegiatan positif yang dapat respondenkerjakan, dan lansia mampu mengerjakan kebutuhan sehari harinya dengan baik.Kesimpulan bahwa dari hasil penelitian yaitu Kegiatan aktivitas sehari-hari lansia setiap harinya dapat dilakukan sendiri,begitu juga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kunjungan ke keluarga, tidak ditemukan kendala dan lansia mampu melakukandengan baik, secara umum dalam efisiensi melaksanakan pemenuhan kebutuhan sehari – hari yang dilakukan oleh lansia yang ada di GPIDiaspora Sorong semuanya berjalan secara efisien dimana lansia mampu mengerjakan kebutuhan sehari harinya dengan baik, dalamberinteraksi sosial, di waktu senggang banyak kegiatan positif yang dapat mereka kerjakan, juga sering berinteraksi dengan tetangga,namun, dalam hal mengunjungi keluarga, informan mengatakan sering dikunjungi oleh keluarga mereka, dalam hal ini adalah anakmereka yang beda rumah. Informan sering mengikuti kegiatan gereja, namun jika merasa tidak enak badan / sakit, informan tidakmengikuti kegiatan tersebut. Informan mengatakan bahwa tidak ada kendala dalam pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari – hari,terutama dalam hal materi, secara umum informan lansia yang ada di GPI Diaspora Sorong semuanya merasa puas dalam hidup danselalu bersyukur. Lansia mampu mengerjakan kebutuhan sehari harinya dengan baik.Kata Kunci : Self Management Activity Daily Living, Efisiensi, Interaksi Sosial, Kepuasan LansiaDaftar Pustaka : 2000 – 2013ABSTRACTThe aging process is a natural and unavoidable condition in the life phase. The elderly are people whose biological systemsundergo structural changes and functions due to their advanced age. This change can take place smoothly so as not to causeincompetence or can occur very real and result in total disability. Increasingly one's age, it will decline especially in the field of physicalability, which can lead to decreased role of social role. This results in the occurrence of disruptions in the sufficient needs of life so as toincrease the help of others. Elderly who remain active both physically, mentally or socially will have a high satisfaction in life.The purpose of the study is to explore the elderly experience in managing the daily needs of an efficient, interaction withothers in order to achieve satisfaction in life.This research uses qualitative method which presented descriptively with phenomenology approach. The sample in thisstudy amounted to 10 repsonden. The research instrument uses questionnaires that is in-depth interview. Data collection techniques areprimary and secondary data.The results showed that the elderly in everyday activities of elderly every day can be done alone, elderly able to do theirdaily needs well, in the leisure time many positive activities that can respondents do, and elderly able to do their daily needs well.Conclusion that from the research result that activity of daily activity of elderly every day can be done by themselves, soalso in fulfilling daily need and visit to family, not found obstacle and elderly able to do well, in general in efficiency fulfillment of dailyneeds fulfillment - day conducted by elderly in GPI Diaspora Sorong all run efficiently where elderly able to do their daily needs well, insocial interaction, in leisure time many positive activities they can do, also often interact with neighbors, but, in terms of visiting family,informants said frequent visits by their families, in this case their different children's homes. Informants often follow church activities,but if they feel unwell, the informant does not follow the activity. Informants said that there are no obstacles in meeting the needs ofdaily activities, especially in terms of materials, in general the elderly informants who are in GPI Diaspora Sorong all feel satisfied in lifeand always grateful. Elderly able to do their daily needs well.Keywords: Self Management Activity Daily Living, Efficiency, Social Interaction, Elderly SatisfactionBibliography: 2000 - 2013
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
27

Darti Busni, Betria Zarpina Yanti, and Doli Witro. "THE STYLE OF USING VEIL IN THE AGE OF GLOBALIZATION: Overview of Concepts and Practices." Islamuna: Jurnal Studi Islam 8, no. 2 (December 31, 2021): 161–78. http://dx.doi.org/10.19105/islamuna.v8i2.4753.

Full text
Abstract:
Along with the times, some people see the veil as no longer a symbol of piety but instead follow trends or popular models, not to mention that the veil is only considered a necessity used at certain times like entangled criminal cases and attending court. On the other hand, some use the veil as following the concept stipulated in Islam, namely, an obligation that cannot be abandoned and not adhered to by certain times, conditions, and situations. This article aims to explain the veil concept in Islam and the form of practice in society. Methodically, this article uses a qualitative research method, a research library compiled in scientific articles and analyzed using the phenomenological-sociological approach. The results showed In essence, the veil’s actual use as a form of obedience to the sharia follows the veil concept taught in Islam, where women with veils are not limited to a specific time, situation, condition, and place. ABSTRAK Seiring perkembangan zaman, sebagian masyarakat ada yang memandang jilbab tidak lagi sebagai simbol ketakwaan, tapi lebih mengikuti tren ataupun model yang sedang populer, belum lagi jilbab hanya dinilai sebagai sebuah kebutuhan yang hanya digunakan di saat tertentu saja seperti terjerat kasus kriminal dan menghadiri sebuah pengadilan. Di sisi lain ada yang menggunakan jilbab sebagai sesuai dengan konsep yang ditetapkan dalam Islam yaitu sebagai sebuah kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan dan tidak terpaut pada waktu, kondisi, dan situasi tertentu. Artikel bertujuan menjelaskan konsep jilbab dalam Islam dan bentuk praktek yang terjadi di masyarakat. Secara metode, artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat library research yang disusun dalam bentuk artikel ilmiah dan ditelaah dengan menggunakan pendekatan fenomenologis-sosiologis. Hasil penelitian menunjukkan pada hakikat yang sebenarnya dari penggunaan jilbab sebagai bentuk keta’atan terhadap syari’at inilah yang sesuai dengan konsep jilbab yang diajarkan dalam Islam yang mana perempuan berjilbab tidak terbatas pada waktu, situasi, kondisi, dan tempat tertentu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
28

Martini, Eva, and Sally Yustinawati Suryatna. "Pengalaman Ibu Merawat Anak Usia Prasekolah (3-6tahun) Dengan Perilaku Ketergantungan Gadget Di Masa Pandemi Covid 19 Di Kabupaten Cianjur." Malahayati Nursing Journal 4, no. 6 (June 1, 2022): 1493–509. http://dx.doi.org/10.33024/mnj.v4i6.6193.

Full text
Abstract:
ABSTRACT The Covid 19 outbreak in 2020 began to enter the State of Indonesia. The emergence of the Covid-19 outbreak has caused various problems. The Covid 19 virus does not only attack humans directly but has an impact on the world and affects social life in various countries. The Covid pandemic has also had an impact on the world of education. The previous learning was done face-to-face (offline), but during the Covid-19 pandemic, learning used an online system (online). One of the devices used during online learning is a gadget. School-age children are included in the age of Golden Age Period. Gadgets have a negative impact on children's development. How to overcome so that children do not experience gadget dependence, there need to be managed the use of gadgets. Mother has the role of providing the needs of honing, loving, and nurturing. This study aims to explore the experience of mothers caring for preschool-aged children (3-6 years) with gadget dependence behavior during the Covid-19 pandemic. The research design used a qualitative descriptive phenomenological approach. The results of the study contained four themes, namely the reason why mothers give gadgets to children, the impact of gadgets on preschoolers, descriptions of gadget dependence on preschoolers, mother's expectations about the use of gadgets in online learning. The need for assistance for preschool children when playing with gadgets in order to minimize the negative impact of gadgets on the development of preschool children. Keywords: Preschoolers, Gadget Addiction, Covid-19 Pandemic ABSTRAK Wabah Covid 19 tahun 2020 mulai masuk ke Negara Indonesia. Munculnya wabah Covid 19 menimbulkan berbagai masalah. Virus Covid 19 tidak hanya menyerang manusia secara langsung tetapi memberikan dampak terhadap dunia serta mempengaruhi kehidupan sosial di berbagai negara. Pandemi Covid berdampak juga terhadap dunia pendidikan. Pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka (luring), tetapi pada masa pandemic Covid 19 pembelajaran menggunakan sistem online (daring). Perangkat yang digunakan saat pembelajaran daring salah satunya adalah gadget. Anak usia sekolah termasuk kedalam usia The Golden Age Periode. Gadget memiliki dampak negatif terhadap perkembangan anak. Cara mengatasi agar anak tidak mengalami ketergantungan gadget perlu adanya manajemen dalam penggunaan gadget. Ibu mempunyai peran memberikan kebutuhan asah, asih, asuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mengenai pengalaman ibu merawat anak usia prasekolah (3-6tahun) dengan perilaku ketergantungan gadget di masa pandemi Covid 19. Desain penelitian menggunakan metode kualitatif pendekatan fenomenologi deskriptif. Hasil penelitian terdapat empat tema yaitu alasan ibu memberikan gadget terhadap anak, dampak gadget untuk anak prasekolah, gambaran ketergantungan gadget pada anak prasekolah, harapan Ibu tentang penggunaan gadget dalam pembelajaran daring. Kesimpulan perlu adanya pendampingan terhadap anak prasekolah ketika bermain gadget agar meminimalisisr dampak negative gadget terhadap perkembangan anak prasekolah. Kata Kunci: Anak Prasekolah, Ketergantungan Gadget, Pandemic Covid 19
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
29

Idris, Irma, Arman Arman, and Afriyanti Gobel. "Kebiasaan Mengkonsumsi Alkohol pada Remaja Siswa SMA Negeri 3 Sorong." Nursing Inside Community 1, no. 3 (August 30, 2019): 82–90. http://dx.doi.org/10.35892/nic.v1i3.216.

Full text
Abstract:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mendorong kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada remaja siswa di sekolah SMA N 3 Sorong Papua. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Dengan menggunakan instrumen wawancara mendalam (indepth interview). Teknik pengambilan informan pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan berdasarkan asas kesesuaian (appropriatness) dan asas kecukupan (adequacy). Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian adalah informan yang memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik penelitian. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, kepribadian informan terhadap konsumsi alkohol termasuk faktor predisposisi yang mendorong kebiasaan remaja mengkonsumsi alkohol terutama di area sekolah. Peran Sekolah, peran teman sebaya, masyarakat setempat, dan pemerintah daerah menjadi faktir pendorog terhadap kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada remaja, pun bias menjadi peran penting dalam melawab kebiasaan konsumsi alkohol pada remaja, ketersediaan akses dalam mendapatkab alkohol di sekitar lingkungan sekolah menjadi faktor yang sangat mendukung siswa mudah mendapatkan alkohol, dilihat beberapa warung-warung disekitar sekolah dengan bebas menjual alkohol, tanpa mengantongi surat izin sebagai agen penjual. Jumlah Informan dalam penelitian ini berjumlah 29 informan yaitu 6 siswa sekolah SMAN 3 Sorong, 6 orang tua siswa, 1 Kepala Sekolah, 2 orang guru, 5 orang teman sebaya, 1 org dari aparatur pemerintah daerah (Badan Hukum Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol) dan 1 orang dari Kepolisian SAT Narkoba, 2 orang dari tokoh masyarakat, 5 orang penjual minuman alkohol.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
30

Amin, Samir Muhazzab, Mohd Suhaimi Mohamad, and Muhammad Dhamir Audi Azizul. "Analisa Perspektif Kepentingan Akta Profesion Kerja Sosial di Malaysia." ‘Abqari Journal 23, no. 1 (September 29, 2020): 196–212. http://dx.doi.org/10.33102/abqari.vol23no1.295.

Full text
Abstract:
Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat (KPWKM) akan memperkenalkan Akta Profesion Kerja Sosial untuk mengawal selia pekerja sosial di Malaysia. Penubuhan akta kerja sosial ini menyumbang kepada perkembangan kemajuan profesion kerja sosial di Malaysia. Oleh itu, artikel ini membincangkan tentang perspektif kepentingan kewujudan akta profesion kerja sosial di Malaysia. Lima orang informan kajian daripada Kumpulan Pengurusan dan Profesional (Gred 41 - 48) yang berkhidmat di Jabatan Kebajikan Masyarakat dan Institut Sosial Malaysia telah terlibat dalam kajian ini. Kajian ini menggunakan reka bentuk penyelidikan kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Antara perspektif yang diutarakan oleh informan kajian adalah akta profesion kerja sosial sebagai medium mengukuhkan keadilan sosial, akta memberi pengetahuan dalam melakukan praktis dan perlindungan pekerja sosial, akta membantu kerajaan dalam menguruskan isu atau permasalahan sosial, akta sebagai medium pengukuhan program pendidikan kerja sosial yang bersepadu, dan akta mengawal selia kelayakan jawatan pekerja sosial. Oleh itu, sokongan sosial dan inisiatif pelbagai pihak dalam mengukuhkan keberkesanan akta profesion kerja sosial ini seharusnya konsisten untuk memastikan akta ini terus berfungsi sebagai agen utama kemajuan profesion kerja sosial di Malaysia. The Ministry of Women, Family and Community Development will introduce the Social Work Professionals Act in Malaysia. This article discusses the perspective of significance of the social work profession act in Malaysia. This study is a qualitative study using face-to-face interviews among Management and Professional Groups (Grades 41 - 48) in the Department of Social Welfare and the Malaysian Social Institute. Sample selection was carried out through purposive sampling technique and data were analyzed using thematic analysis through an inductive approach that focused on coding to obtain key themes. Their perspectives include the act of strengthening social justice, helping with practical practice, helping to manage social issues, strengthening social work education programs, and regulating social work eligibility. This article found that a multi-party initiative to strengthen the effectiveness of the social work profession is necessary to ensure that it acts as a main agent of the development of the social work profession in Malaysia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
31

Arifiyanti, Jati, Elly Suhartini, Joko Mulyono, and Pandu Hutama. "Pendidikan Anti Korupsi pada Mahasiswa: Pendisiplinan Tubuh dan Tantangan Sengkarut Perilaku." Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan 2, no. 03 (December 13, 2022): 490–96. http://dx.doi.org/10.47709/educendikia.v2i03.1910.

Full text
Abstract:
Permasalahan kasus korupsi yang tengah marak di Indonesia, bukan hanya menjadi beban negara untuk menyelesaikannya. Mahasiswa sebagai agen perubahan dan pengawasan/ pengontrol kehidupan sosial dalam hal ini memiliki potensi yang besar untuk mengurai permasalahan korupsi, salah satunya dengan kesiapan praktik pendisiplinan tubuh yang anti korupsi. Realitanya, pendidikan anti korupsi yang telah diberlakukan pada perguruan tinggi, mendapati tantangan dominan berupa sengkarut perilaku korupsi immaterial yang dilakukan oleh mahasiswa. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi. Tujuan penelitian ini adalah mahasiswa memaknai pengalamannya tentang pendidikan anti korupsi dan wujud implementasi perilakunya. Para informan dipilih secara purposive sampling, sebanyak 8 mahasiswa di Kabupaten Jember. Mahasiswa memiliki kebiasaan yang bertanggung jawab, namun sebaliknya juga dapat berperilaku korupsi secara immaterial. Sengkarut praktik korupsi immaterial, berupa datang terlambat, tidak disiplin waktu dalam pengumpulan tugas, memanipulasi presensi atau menitipkan presensi kehadiran perkuliahan pada temannya, memanipulasi surat keterangan sakit dari dokter, plagiasi tugas, dan mencontek pada saat ujian. Pendisiplinan tubuh untuk berperilaku anti korupsi yang dijalankan oleh kontrol sosial dengan pemberian norma dan sanksi perkuliahan, nyatanya dianggap sebagai alat yang menjadikan mahasiswa patuh, namun sebaliknya juga membuat mahasiswa menciptakan pelanggaran yang berlebih lagi. Pendidikan anti korupsi pada mahasiswa nyatanya menjadi paradoks antara pendisiplinan tubuh dan tantangan sengkarut perilaku.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
32

Noer, Apriliyah Purnama. "MAKNA MENYONTEK BAGI SISWA SEKOLAH DASAR DI DESA DALEM REJO DITINJAU DARI TEORI BLUME." Ibtidaiyyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 1, no. 4 (November 23, 2022): 317–30. http://dx.doi.org/10.18860/ijpgmi.v1i4.2493.

Full text
Abstract:
ABSTRACTIn the world of education is no stranger to the term cheating. The number of cheating phenomena among students is commonplace. This study aims to describe the meaning of cheating behavior for elementary school students in terms of the interactionism theory proposed by Blumer. The subjects used in this study were elementary level students with an age range of 9 - 12 years. The research location used is in the village of Dalem Rejo. The method used in this research is a qualitative research method with a phenomenological research design, which is based on the phenomena that are around. The results showed that elementary school students interpreted cheating behavior in 2 of them, namely, as a hereditary culture, and as a form of cooperation with friends and as a favor.Keywords: Keywords: Cheating behavior; Blumer; Symbolic interaction. ABSTRAKDalam dunia pendidikan sudah tidak asing lagi dengan istilah menyontek. Banyaknya fenomena menyontek pada kalangan pelajar menjadi hal yang lumrah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna dari perilaku menyontek bagi siswa sekolah tingkat dasar ditinjau dari teori interaksionisme yang dikemukakan oleh Blumer. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa tingkat dasar dengan rentang usia 9 - 12 tahun. Lokasi penelitian yang digunakan adalah di Desa Dalem Rejo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi, yaitu berdasarkan fenomena yang ada di sekitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sekolah tingkat dasar memaknai perilaku menyontek ada 2 diantaranya yaitu, sebagai budaya yang turun temurun, dan sebagai bentuk kerjasama dengan teman, serta sebagai bantuan.Kata-Kata Kunci: Perilaku menyontek; Blumer; Interaksi siombolik
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
33

Rahmani, Nabila, and Franky Liauw. "RUMAH PELANGI: EVOLUSI PERSEPSI MELALUI HIBURAN." Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) 1, no. 2 (January 26, 2020): 1705. http://dx.doi.org/10.24912/stupa.v1i2.4427.

Full text
Abstract:
As millennials grow in the age of globalisation they are more open minded and have a higher tolerance towards certain issues. This has sparked discussions towards the LGBT community which has greatly increased this past decade. Although it’s widely accepted around the world, it’s still considered taboo in Indonesia. Not many in the country express themselves as part of the community due to the strong opinions towards them, there are quite a handful in Indonesia. This project is aimed to raise awareness and educate the people in Indonesia about the LGBT community. A survey filled by 95 people has shown that a lot of millennials and the young generations have a higher tolerance towards the LGBT community. This project uses the phenomenology method backed with a narrative. With the method being used a design based on the flow of a plot from a narrative, the maze concept was created.AbstrakDengan bertumbuh besar dalam zaman globalisasi, milenial mempunyai tingkat toleransi dan pemikiran terbuka terhadap isu-isu tertentu. Hal ini telah menciptakan diskusi terhadap komunitas LGBT yang telah meningkat dalam dekade terakhir. Walaupun hal tersebut sudah diterima di berbagai negara, di Indonesia masih dianggap tabu dan tidak benar. Tidak banyak dari kaum mereka yang mengekspresikan diri di Indonesia dikarenakan opini masyarakat yang buruk tetapi sudah mulai muncul beberapa dari mereka di Indonesia. Proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik warga negara Indonesia terhadap komunitas LGBT. Sebuah angket yang diisi oleh 95 orang telah menunjukkan bahwa banyak milenial dan generasi muda yang mempunyai tingkat toleransi yang tinggi terhadap komunitas LGBT. Proyek tersebut menggunakan metode perancangan fenomenologi yang dibantu dengan sebuah narasi. Dengan metode desain berdasarkan sebuah alur cerita, konsep labirin telah diciptakan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
34

Rakhmawati, Ellya, Noor Rochman Hadjam, and Akif Khilmiyah. "Pendidikan Seksual: Standar Operasional Prosedur “Ganti Baju”." Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah 13, no. 2 (January 16, 2022): 197–210. http://dx.doi.org/10.15294/intuisi.v13i2.31571.

Full text
Abstract:
Kekerasan seksual anak sebagai tindakan kekerasan yang mengancam anak-anak, termasuk anak usia dini. Oleh karena itu, pendidikan seksual merupakan salah satu upaya yang tepat sebagai prevensi untuk terjadinya kekerasan seksual pada anak usia dini. Salah satu PAUD di Kota Semarang mengajarkan materi ganti baju yang tepat untuk muridnya, kemudian dikembangkan menjadi sebuah standar operasional prosedur (SOP). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai penerapan SOP “Ganti Baju” di PAUD kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian didapatkan melalui observasi dan wawancara kepada guru PAUD dan dokumentasi melalui foto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SOP “Ganti Baju” meliputi berbagai macam konten, seperti urutan memakai baju yang tepat, tempat untuk anak berganti baju, cara meletakkan baju ketika berpakaian, dan kewajiban untuk siswi memakai legging sebagai dalaman bawahan seragam. Penerapan SOP “Ganti Baju” juga memperhatikan usia anak dan tahap perkembangannya.Child sexual abuse (CSA) is a threaten act to children, including early age childhood. Therefore, sexual education can be the right way to prevent sexual abuse to early age childhood. A preschool in Semarang teaches “Dressing rules” to their students and develop into Standard Operating Procedure (SOP). This study aims to explore further regarding “Dressing rules” SOP in the kindergarten. This study used a qualitative descriptive method with phenomenology approach. The result of the study was obtained through observation, teacher interview, and photos documentation. The result showed that “Dressing rules” SOP includes many contents, such as sequences of wearing clothes properly, room to dress, how to put clothes while dressing, and female students’ responsibility to wear legging under skirts. Implementing “Dressing rules” SOP should be. adjusted to children’s age and their developmental stages.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
35

Hidayat, Muhammad Nur, Nieke Rudyanty Winanda, and Endah Wahyuningsih. "Makna Sosial Tentang Hidup Sehat Pada Masyarakat di Era Pandemi Covid -19." SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i 8, no. 6 (November 8, 2021): 1915–32. http://dx.doi.org/10.15408/sjsbs.v8i6.23035.

Full text
Abstract:
Since the world entered the Covid-19 pandemic, society has experienced many changes in the new adaptations that are taking place. One of them is active in doing a healthy lifestyle. The action is caused by two motives, namely because of motive and in order to motive. This study tries to explore and analyze the social context behind individual actions in interpreting healthy living in the era of the Covid 19 pandemic by using Alfred Schutz's phenomenology approach. The selection of informants used a purposive technique with the criteria of individuals who fall into the category of productive age and work in the public sector and services dealing with the community who collect 10 informants. The results of the research in the field have 4 meanings in healthy living, namely 1) Mental health in the pandemic era, 2) family resilience as protection in the pandemic era, 3) Traditional herbal medicine as an immunity enhancer, 4) Health protocols and social distancing to prevent the spread of the Covid 19 disease.Keywords: Social Meaning; Healthy Living; Population; Productive; Covid-19 AbstrakSejak dunia memasuki masa pandemi Covid 19, masyarakat telah mengalami banyak perubahan dalam adaptasi baru yang tengah berlangsung. Salah satunya adalah tindakan dalam melakukan gaya hidup sehat. Tindakan tersebut disebabkan dua motif, yaitu motif sebab dan motif tujuan. Penelitian ini berusaha mengeksplorasi dan menganalisis konteks sosial yang melatarbelakangi tindakan individu dalam memaknai hidup sehat di era pandemi Covid 19 dengan menggunakan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz. Pemilihan informan menggunakan teknik purposif dengan kriteria individu yang masuk dalam kategori usia produktif dan bekerja di sektor publik dan pelayanan yang berhadapan dengan masyarakat yang berjumlah 10 informan. Hasil penelitian dilapangan terdapat 4 pemaknaan dalam hidup sehat yaitu 1) Kesehatan mental di era pandemi, 2) ketahanan keluarga sebagai proteksi di era pandemi, 3) Jamu tradisional sebagai peningkat imunitas, 4) Protokol kesehatan dan social distancing untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.Kata Kunci: Makna sosial; Hidup sehat; Penduduk; Produktif; Covid 19
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
36

Wanda, Dessie, and Happy Hayati. "Studi Kualitatif Pengalaman Anak Usia Sekolah Pasca Rawat Inap." Jurnal Keperawatan Indonesia 11, no. 1 (March 24, 2007): 13–18. http://dx.doi.org/10.7454/jki.v11i1.180.

Full text
Abstract:
AbstrakPengalaman dirawat inap (hospitalisasi) memberikan dampak bagi anak selama dan sesudah hospitalisasi berlangsung. Tidak banyak literatur yang ditemui membahas tentang dampak hospitalisasi setelah anak pulang dari rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman anak usia sekolah di rumah setelah mereka dirawat di rumah sakit. Pengalaman yang digali berfokus pada perubahan-perubahan yang terjadi di rumah setelah anak dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan sebelum anak dirawat. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk perkembangan ilmu keperawatan anak agar perawat dapat mempersiapkan informasi yang akan disampaikan kepada klien anak dan keluarga terkait dengan persiapan pulang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan wawancara mendalam pada anak usia sekolah dengan kriteria inklusi: (1) anak usia 7-12 tahun (2) minimal satu minggu pasca rawat inap (3) mengerti bahasa Indonesia (4) mempunyai kemampuan menjawab verbal terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti. Hasil wawancara dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Tema yang muncul saat wawancara adalah: (1) anak tidak lagi merasakan gejala sakitnya, (2) anak mengalami perubahan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, (3) anak mengalami perubahan dalam aktifitas sehari-hari, (4) anak mengalami perubahan dari sikap orang terdekat, (5) anak mengalami perubahan dalam jenis dan jumlah makanan yang dimakan. Namun, beberapa anak mengatakan tidak mengalami perubahan setelah pulang dari rumah sakit (6). AbstractHospitalization affects children’s life before, during and after the period of hospitalization. Few literatures explained the impact of post hospitalization on children, particularly for school age children. This study aimed to explore the experiences of school age children post hospitalization. Information gathered from this study can be used to develop pediatric nursing care, particularly on discharge planning for children and family. Qualitative approach phenomenology was used as a methodology. Inclusion criterias for the participants are: (1) children age 7-12 years old, (2) at least one week post hospitalization, (3) understand Indonesian language, and (4) able to answer questions from the interviewer. Then, data was analyzed using Colaizzi’s method. Themes arised were: (1) children felt free from the symptoms of the disease, (2) children experienced changes on meeting their daily needs, (3) children experienced changes in their daily activities, (4) children experienced changes from significant other’s behavior, (5) children experienced changes in type and amount of food consumption, (6) no changes at all.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
37

Anang, Rahidin H., and Resi Cipani. "STUDI AKTIVITAS PENYULUHAN PERTANIAN MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UPAYA MERUBAH PERILAKU PETANI DI MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN BANYUASIN." Societa: Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis 11, no. 1 (July 2, 2022): 9. http://dx.doi.org/10.32502/jsct.v11i1.4712.

Full text
Abstract:
ABSTRACTThis study was conducted to determine the types of social media used by Agricultural Extension Officers in agricultural extension activities, farmers' responses to the use of social media and the barriers to agricultural extension workers in using social media to change farmers' behavior. This research was conducted in Sembawa District, Banyuasin Regency in December 2021-January 2022. The research method used was phenomenology. The sampling method used in this research is the purposive side method (deliberately). Data collection methods used in this study were in-depth interviews, participatory observation, and documentation. The data processing and analysis method used is descriptive-qualitative analysis. The results showed that the types of social media used by agricultural extension workers in an effort to change farmers' behavior were Whatsapp and Facebook. The response of farmers as resource persons to the social media used by agricultural extension workers during the pandemic, farmers received a positive response, namely for farmers through social media to gain more experience such as participating in training, knowledge and utilizing social media to find information related to farming. Barriers to agricultural extension workers in using social media in agricultural extension activities at the Agricultural Extension Center in Sembawa Sub-district, there are areas under the guidance of agricultural instructors with poor internet network, age of farmers, farmers who are technologically savvy and some farmers do not have Android phones. ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui jenis media sosial yang digunakan Penyuluh Pertanian dalam aktivitas penyuluhan pertanian, respon petani terhadap penggunaan media sosial dan hambatan penyuluh pertanian dalam pemanfaatan media sosial untuk merubah perilaku petani. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin pada bulan Desember 2021-Januari 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode purposive samping (secara sengaja). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis media sosial yang digunakan penyuluh pertanian dalam upaya merubah perilaku petani yaitu Whatsapp dan Facebook. Respon petani sebagai narasumber terhadap media sosial yang digunakan penyuluh pertanian pada masa pandemi petani menerima dengan respon positif yaitu bagi petani melalui media sosial lebih banyak mendapatkan pengalaman seperti mengikuti pelatihan, pengetahuan dan memanfaatkan media sosial untuk mencari informasi terkait usahatani. Hambatan penyuluh pertanian dalam penggunaan media sosial dalam aktivitas penyuluhan pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sembawa terdapat wilayah Binaan penyuluh pertanian jaringan internet yang kurang bagus, usia petani, petani yang gagap teknologi dan beberapa petani belum memiliki Hp android.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
38

Nuraedah, Nuraedah, and Mutawakkil Mutawakkil. "The Da’wah Communication Strategy of Jamaah Tabligh in Sub-district of Tondo, Palu City." Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies 14, no. 2 (December 31, 2020): 297–316. http://dx.doi.org/10.15575/idajhs.v14i2.10220.

Full text
Abstract:
This study aims to analyze the da'wah communication strategy of Jamaah Tabligh that includes planning, implementing and identifying agents of change in the Jamaah da’wah in sub-district of Tondo, Palu. The research used phenomenological method with interviews and observations as data collection techniques. The results showed that Jamaah Tabligh da’wah communication strategies include; first, planning with tafakud which means ensuring readiness. Second, the implementation of da'wah through khuruj emphasizes the practice of Intiqoli (Amal Intiqoli) and the practice of maqami (Amal maqami). Third, the agents of change in the da'wah communication process are individuals and groups. The Agents referred to are ahbab karkun and amir. The role of the changer is to change morals to be praiseworthy according to the guidance of the Prophet Muhammad SAW.Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi komunikasi dakwah yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan mengidentifikasi agen perubahan dakwah Jamaah Tabligh di Tondo, Kota Palu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi dengan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi dakwah Jamaah Tabligh meliputi; pertama perencanaan dengan tafakud yaitu memastikan kesiapan. Kedua pelaksanaan dakwah melalui khuruj, dengan memperhatikan amalan Intiqoli dan amalan maqami. Ketiga, agen pengubah dalam proses komunikasi dakwah Jamaah Tabligh yakni individu dan kelompok. Agen pengubah yang dimaksud adalah ahbab karkun dan amir. Peran pengubah ialah merubah akhlak menjadi terpuji sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
39

Zelharsandy, Vika Tri. "ANALISIS DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI KABUPATEN EMPAT LAWANG." Jurnal Kesehatan Abdurrahman 11, no. 1 (May 19, 2022): 31–39. http://dx.doi.org/10.55045/jkab.v11i1.136.

Full text
Abstract:
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia produktif yaitu < 20 tahun, yang dianggap sebagai usia seorang perempuan belum siap secara fisiologis dan psikologis (mental belum siap dan mengerti tentang hubungan seks sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan able secara utuh (tidak semata-semata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan able reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi. Metode yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan cara non-probability yaitu secara purposive sampling. Penelitian ini menggunakan informan sebanayak 5 orang yang terdiri 3 informan yang mengalami dampak kesehatan reproduksi, 1 informan ahli kebidanan dan 1 informan ahli gizi. Pengumpulan data indepth interview (Synchronous Interview) dan menggunakan analisis Miles dan Humbermen. Hasil penelitian didapatkan bahwa informan ibu mengalami masalah kesehatan reproduksi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara biologis alat-alat reproduksi masih dalam proses menuju kematangan pada remaja yang berusi < 20 tahun, sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bagi janinnya. Marriage young is a marriage carried out under the productive age of 20 years, which is considered the age of a woman who is not physiologically and psychologically ready (mentally not ready and understanding about sex so that it will cause prolonged psychological trauma in the child's soul which is difficult to heal) . Reproductive health is a state of complete physical, mental and social well-being (not merely free from disease or disability in all matters relating to the reproductive system, as well as its functions and processes). The purpose of this study is to analyze the impact of early marriage on reproductive health. The method used is qualitative research with a phenomenological approach with a non-probability method, namely purposive sampling. This study used 5 informants consisting of 3 informants who experienced reproductive health impacts, 1 obstetrician and 1 nutritionist. Data collection using In-depth interview (Synchronous Interview) and using Miles and Humbermen analysis. The results of the study found that mothers who married young experienced reproductive health problems. The conclusion of this study is that biologically the reproductive organs are still in the process of reaching maturity in adolescents aged < 20 years, so they are not ready to have sex with the opposite sex, especially if they get pregnant and then give birth. If it is forced, it will cause various health problems for both the mother and the fetus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
40

Chairunisa, Tamara Septia, Fitri Fujiana, and Djoko Priyono. "STUDI FENOMENOLOGI: PERUBAHAN SEBELUM DAN SETELAH MENARCHE YANG DIALAMI OLEH ANAK PEREMPUAN USIA SEKOLAH DI KOTA PONTIANAK [A PHENOMENOLOGICAL STUDY: CHANGE AFTER MENARCHE EXPERIENCED BY SCHOOL-AGE GIRLS IN PONTIANAK CITY]." Nursing Current: Jurnal Keperawatan 10, no. 1 (June 21, 2022): 32. http://dx.doi.org/10.19166/nc.v10i1.5238.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
41

Vicianti, Adita Putri, and Hanifah Hanifah. "PENYESUAIAN DIRI DOSEN SENIOR DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI MASA COVID-19." Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni 5, no. 2 (October 31, 2021): 425. http://dx.doi.org/10.24912/jmishumsen.v5i2.11121.2021.

Full text
Abstract:
Distance Learning which is the impact of the COVID-19 pandemic is a necessity that must be carried out by all lecturers. Distance learning based on digital technology has a serious impact on senior lecturers over the age of 50 with limited digital knowledge and skills. The purpose of this study is to describe the adjustment of senior lecturers in distance learning which includes the absence of excessive emotions, the absence of psychological mechanisms, and feelings of personal frustration, rational judgment and self-direction, the ability to learn, the ability to use past experiences. past, and a realistic and objective attitude (Schneiders, 1999). Qualitative methods and phenomenological approaches with thematic analysis techniques are used in this study. Through telephone interviews and video calls with 4 senior lecturers who have worked for more than 30 years, it was obtained that senior lecturers were able to manage emotions calmly in the face of changing learning methods to distance learning due to the COVID-19 pandemic. Most of the lecturers take into consideration in overcoming difficulties, they also have a desire to learn new things and try to learn other online media platforms because the previous ones were deemed ineffective. The two lecturers carried out a psychological rationalization mechanism due to the difficulty in adjusting to the distance learning. All lecturers are not frustrated because there is no longer urgency to get certain achievements as lecturers at their age, all lecturers also say positive things about distance learning and state that blended learning can be used for the teaching process in the future. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang merupakan dampak dari pandemi COVID-19 menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh semua dosen. PJJ yang berbasiskan teknologi digital membawa dampak yang cukup serius bagi dosen senior yang berusia diatas 50 tahun dengan pengetahuan dan keterampilan digitalnya terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan penyesuaian diri dosen senior dalam pembelajaran jarak jauh yang meliputi ketiadaan emosi yang berlebihan, ketiadaan mekanisme psikologis, dan perasaan frustrasi pribadi, pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction), kemampuan untuk belajar, kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu, dan sikap realistik dan objektif (Schneiders, 1999). Metode kualitatif dan pendekatan fenomenologis dengan teknik thematic analysis digunakan dalam penelitian ini. Melalui wawancara telepon dan video call terhadap 4 dosen senior yang sudah bekerja lebih dari 30 tahun, diperoleh gambaran bahwa para dosen senior mampu mengelola emosi dengan tenang dalam menghadapi perubahan metode pembelajaran menjadi PJJ akibat pandemi COVID-19. Sebagian besar dosen melakukan pertimbangan dalam mengatasi kesulitan, mereka juga memiliki keinginan untuk belajar hal baru dan mencoba mempelajari platform media online lainnya karena yang sebelumnya dirasa tidak efektif. Kedua dosen melakukan mekanisme psikologis rasionalisasi akibat kesulitan menyesuaikan dengan PJJ. Seluruh dosen tidak mengalami frustrasi karena tidak ada lagi urgensi untuk mendapatkan pencapaian tertentu sebagai dosen di usia mereka, seluruh dosen juga menyatakan hal yang positif terkait PJJ dan menyatakan bahwa blended learning dapat digunakan untuk proses pengajaran ke depannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
42

Khoiro, Muhammad, I. Nyoman Ruja, and Siti Malikhah Towaf. "Permasalahan guru IPS dalam pengembangan media pembelajaran di SMP Brawijaya Smart School Malang berbasis TIK." Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 1, no. 3 (May 20, 2021): 270–76. http://dx.doi.org/10.17977/um063v1i3p270-276.

Full text
Abstract:
Learning today can be facilitated with the help of technology that can be utilized by teachers in presenting learning materials in the teaching and learning process. In order to facilitate teachers in carrying out the teaching and learning process can use the main learning media based on Information and Communication Technology (ICT). But the phenomenon that occurs, teachers experience a lot of problems when developing ICT-based learning media. Qualitative research method of phenomenological approach can be understood that the results of research in SMP BSS show; 1) The awareness of IPS teachers in SMP BSS the importance of ICT-based learning media; 2) Teacher problems in developing ICT-based learning media in the form of, how to operate media software and follow the development of technology; 3) factors of problematika emergence, namely, age factors, lack of skills mentoring, differences learned between generations, overload of additional tasks, and lack of opportunities in the division of time to learn; 4) addressing the problems that arise, ips teachers at SMP BSS take a stand by doing time management, and also the spirit of continuing to learn ICT-based learning media; 5) the hope of ips teachers in SMP BSS is that there is a paya fulfillment of facilities from the agency so that the problems they face can be resolved. Pembelajaran saat ini dapat dipermudah dengan bantuan teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam menyajikan materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Guna mempernudah guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dapat menggunakan media pembelajaran utamanya berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Namun fenomena yang terjadi, guru banyak mengalami problematika ketika mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK. Metode penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi dapat dipahami bahwa hasil penelitian di SMP BSS menunjukkan; 1) Adanya kesadaran guru IPS di SMP BSS pentingnya media pembelajaran berbasis TIK; 2) Permasalahan guru dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK berupa, cara pengoperasian software media dan mengikuti perkembangan teknology; 3) factor munculnya problematika yakni, factor usia, tidak adanya pendampingan keterampilan, perbedaan yang dipelajari antar generasi, overload tugas tambahan, dan kurangnya kesempatan dalam pembagian waktu untuk belajar; 4) menyikapi problematika yang muncul, guru IPS di SMP BSS mengambil sikap dengan melakukan manajemen waktu, dan juga semangat terus belajar media pembelajaran berbasis TIK; 5) harapan guru IPS di SMP BSS yakni ada paya pemenuhan fasilitas dari instansi agar problematika yang mereka hadapi dapat teratasi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
43

Pratiwi, Mutia Rahmi, Mukaromah Mukaromah, and Wulan Herdiningsih. "Peran Pengawasan Orangtua Pada Anak Pengguna Media Sosial." Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan 22, no. 1 (June 11, 2018): 37–57. http://dx.doi.org/10.46426/jp2kp.v22i1.73.

Full text
Abstract:
The amount of social media user in Indonesia is highly increasing, both for adult and children such as the elementary school student. The social media have its own policy about the age restriction to legally access the social media and elementary student is not one of them. Nevertheless, the datas show that elementary school student is one of the active user in social media. Cyberbullying and cyberporn are the impact of those unideal condition. This problem brings another concern to the parents of elementary school student user. The aim of this research is to describe the parents’s surveillance role towards the under age user. This research used the phenomenoogy method. While the results show that the parents’s surveillance role is only in the preventive stage without further analysis into the social media itself. The parents become supervisor in several conditions: the social media using restriction, being friend to their children in the social media, limiting the internet data, approaching personally and using the religious approachment. The result of this research can be the reference for the parents in educating their children in using the social media. For the future research, strongly recommended to search for the relationship of the parent’s supervising role and the school in minimalizing the bad impact of the internet and social media for the children.Keywords: Media Literation, Social Media, Children, Parents ABSTRAKJumlah pengguna media sosial di Indonesia terus meningkat, tidak hanya dari kalangan dewasa namun juga anak-anak SD. Media sosial memiliki kebijakan terkait batasan umur yang dilegalkan sebagai pengguna dan anak SD tidak termasuk bagian di dalamnya. Namun data justru menunjukan bahwa anak SD kini menjadi pengguna aktif media sosial dan hal ini berimbas pada munculnya cyberbulling hingga postingan anak SD yang memuat unsur cyberporn. Persoalan ini membawa keprihatinan tersendiri bagi orang tua yang memiliki anak SD selaku pengguna internet dan pemilik akun media sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran pengawasan yang dilakukan orangtua terhadap anak pengguna media sosial. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengawasan orangtua masih di tataran preventif tanpa mengkaji lebih mendalam mengenai isi media sosial itu sendiri. Orangtua memposisikan diri sebagai pengawas anak dengan beberapa cara, yaitu: penerapan aturan penggunaan yang ketat, berteman dengan anaknya di media sosial, pembatasan kuota, pendekatan personal dan menggunakan unsur KeTuhanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi orangtua dalam mengedukasi anak saat menggunakan internet dan media sosial. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti hubungan pengawasan orangtua serta pihak sekolah dalam meminimalisir dampak buruk internet dan media sosial bagi anak-anak.Kata kunci: Literasi Media, Media Sosial, Anak, Orangtua
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
44

Astutti, Lestari Puji. "Perilaku Ibu Hamil Yang Mengalami Resiko Tinggi Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang." Jurnal SMART Kebidanan 4, no. 1 (July 26, 2017): 29. http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v4i1.70.

Full text
Abstract:
Latar Belakang: Angka kematian ibu yang mengalami resiko tinggi di Puskesmas Kedungmundu Semarang tahun 2016 bulan januari sampai juli sebanyak 3 orang dari jumlah 259 ibu hamil resiko tinggi. Faktor yang berpengaruh terhadap kehamilan resiko tinggi adalah sikap dan perilaku ibu sendiri selama hamil didukung oleh pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan yang lebih tentang kehamilan resiko tinggi maka ibu akan menentukan sikap dan perilaku untuk mencegah dan mengatasi resiko kehamilan tinggi. Tujuan: Untuk mengetahui perilaku ibu hamil yang mengalami resiko tinggi. Metode : Kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, data diambil dari 3 partisipan dan saturasi data dengan triangulasi sumber. Hasil : Hasil wawancara mendalam pada partisipan didapatkan informasi tentang perilaku respondent respon yaitu adanya respon yang relatif tetap karena mengikuti anjuran dari bidan. perilaku operant respon yaitu adanya rangsangan dari luar yang membantu ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan serta menjaga kesehatan ibu dan janin. perilaku tertutup ibu yaitu ibu mengatakan resiko tinggi adalah ibu yang memiliki tekanan darah tinggi, terdapat bengkak pada wajah, tangan dan kaki, serta hamil di bawah usia 18 tahun dan usia di atas 35 tahun dan perilaku untuk mengatasi resiko tinggi dengan rajin memeriksakan kehamilan. perilaku terbuka ibu yaitu memeriksakan kehamilan sesuai jadwal serta memeriksakan diri ketenaga kesehatan, minum obat sesuai anjuran bidan saat sakit. Kesimpulan : Bagi ibu hamil resiko tinggi untuk selalu menjaga perilaku sehari-hari sehingga tidak berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan janin. Kata Kunci: Perilaku ibu hamil; resiko tinggi kehamilanDaftar Pustaka : 6 (2003 – 2016) The Behavior Of Wowan Who Are Pregnant With High Of Risk In Public Health Center Of Kedungmundu Semarang City ABSTRACT Background: The number of woman past away who experinced of the high risk in Public Health Center of Kedungmundu Semarang in 2016 between January and July are 3 people from total 259 woman who have a high risk of pregnant. The factor which influences the high risk of pregnancy are the attitude and mother’s behavior between pregnant which is supported by knowledge. With more knowledge about the high risk of pregnancy, so that the mother will determine the attitude and behavior to prevent and eceed the high risk of pregnancy. Purpose : knowing the behavior of the pregnant woman who have a high risk. Method: the Qualitative research with phenomenological approach, the data have taken from 3 participants and the data saturation with triangulation source. Result: The result of deep interview from participant is taken the information about the behavior of respondent there is respon which relatives constant because the respondent follow the suggestion from midwife. The behavior of operant respon there is stimulation from outside which helps the mother doing check up the pregnancy and taking care of the mother’s health and fetus. The close mother’s behavior are the mother said the high risk is the mother who has a high blood pressure, there are swollen in face, arms and legs, and pregnant under age of 18 and over age 35 and the behavior to overcome the high of risk with to be continuous check up the pregnancy. The open behavior of mother are to check up the pregnancy compatible with the schedule and to check up her selves in paramedic, consumption the medicine correct to the suggestion of midwefery when they are sick. Suggestion: For the pregnant woman who have a high risk is always protecting the daily behavior, thus, it is not has a negative impact for mother”s health and fetus. Key Words : The behavior of pregnant woman; the high risk of pragnancyLiterature : 6 (2003-2006)
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
45

Wijaya, I. Kadek Abdi Kesuma, Ni Komang Ekawati, and Ni Wayan Arya Utami. "PERSEPSI TENTANG MANFAAT SENAM YOGA TERTAWA TERHADAP KESEHATAN LANSIA DI KOTA DENPASAR." ARCHIVE OF COMMUNITY HEALTH 5, no. 2 (December 1, 2018): 43. http://dx.doi.org/10.24843/ach.2018.v05.i02.p06.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Lanjut usia menurut definisi dari World Health Organization (WHO) adalah orang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia sangat rentan untuk terkena penyakit. Beberapa penyakit yang dialami oleh lansia adalah hipertensi, rematik, diabetes mellitus, gagal jantung dan lain-lain. Selain upaya penanganan kesehatan yang dibuat pemerintah, terdapat kegiatan lain yang dapat menangani masalah kesehatan pada lansia yaitu senam yoga tertawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi tentang manfaat senam yoga tertawa terhadap kesehatan lansia di Kota Denpasar.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi yang menggunakan metode pengumpulan data dengan Focus Group Discussion dan wawancara mendalam. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar lansia memandang di usia 60 tahun keatas akan rentan terkena penyakit serius. Lansia yang mengikuti senam yoga tertawa didorong atas 2 faktor yaitu faktor internal dikarenakan ingin sembuh dan menjadi lebih sehat, serta faktor eksternal disebabkan oleh dukungan keluarga. Tidak ada hambatan yang dirasakan lansia dalam mengikuti senam yoga tertawa. Hal ini dikarenakan mereka termotivasi untuk sehat dan sembuh dari penyakit serta dukungan dari keluarga.Kesimpulan bahwa persepsi lansia terhadap manfaat senam yoga tertawa adalah sakit yang dirasakan berkurang dan lebih sehat. Jadi dapat disarankan senam yoga tertawa dapat diterapkan sebagai alternatif untuk membantu lansia dalam mengatasi masalah kesehatan dan bagi penelitian selanjutnya dapat dijadikan dasar penelitian dalam hal kesehatan lansia dan yoga. Kata Kunci: persepsi, senam yoga tertawa, lansia, kesehatan mental, Denpasar ABSTRACT The elderly according to the definition of the World Health Organization (WHO) are people aged 60 years and over. The elderly are very susceptible to disease. Some diseases experienced by the elderly are hypertension, rheumatism, diabetes mellitus, heart failure and others. In addition to health care efforts made by the government, there are other activities that can handle health problems in the elderly, namely laughing yoga exercises. This study aims to determine perceptions about the benefits of laughing yoga exercises on the health of the elderly in Denpasar City. This research is a qualitative study using a phenomenological approach that uses data collection methods with Focus Group Discussion and in-depth interviews. Based on the results of the study, most of the elderly looked at the age of 60 years and over will be vulnerable to serious illness. The elderly who attend yoga exercises are encouraged to push for 2 factors: internal factors due to wanting to recover and become healthier, and external factors caused by family support. There are no obstacles felt by the elderly in participating in the laughing yoga exercises. This is because they are motivated to be healthy and recover from illness and support from the family. The conclusion that the elderly's perception of the benefits of laughing yoga is a pain reduction and healthier. So it can be suggested laughing yoga exercises can be applied as an alternative to helping the elderly in overcoming health problems and for further research can be used as a basis for research in terms of health of the elderly and yoga. Keywords: perception, laughing yoga exercises, elderly, mental health, Denpasar
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
46

Mad Sa'i and Ainun Yatin. "THE ROLE OF KIAI IN THE ISLAMIZATION OF “RUWAT DESA” TRADITION IN KALANGANYAR SEDATI, SIDOARJO." Islamuna: Jurnal Studi Islam 9, no. 2 (December 29, 2022): 164–85. http://dx.doi.org/10.19105/islamuna.v9i2.6229.

Full text
Abstract:
ABSTRAK Tradisi ruwat desa adalah cara yang diyakini masyarakat Jawa dalam meminta keselamatan dari arwah leluhur dengan menyajikan sesaji dan menggelar kesenian wayang kulit. Namun, berbeda dengan kegiatan tradisi ruwat desa di Desa Kalanganyar Sedati Sidoarjo, adanya islamisasi yang dilakukan oleh kiai sehingga ritual ini lebih sesuai dengan ajaran agama Islam. Tujuan penelitian ialah menjelaskan kegiatan islamisasi tradisi ruwat desa di Desa Kalanganyar Sedati Sidoarjo, menjelaskan peran kiai dalam Islamisasi kegiatan tradisi ruwat ini, dan dampaknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan islamisasi tradisi ruwat desa di Desa Kalanganyar Sedati Sidoarjo berupa gotong royong, membersihkan makam, istighosah kubro, dan melaksanakan istighosah keliling. Sedangkan peran Kiai dalam hal ini adalah sebagai pemimpin non-formal, agen perubahan dan sebagai sumber rujukan. Adapun dampak dari peran kiai dalam islamisasi kegiatan tradisi ini adalah prosesi kegiatan tradisi ruwat desa lebih islami, peningkatan emosi keagamaan masyarakat, serta mengeratkan ukhuwah islamiyah. ABSTRACT Ruwat Desa tradition is a way that Javanese people believe in asking for salvation from the spirits of ancestors by presenting offerings and performing the art of shadow puppetry. However, unlike the traditional activities of ruwat desa in Kalanganyar Sedati Sidoarjo, there is Islamization carried out by kiai so that this ritual is more in accordance with the teachings of Islam. The purpose of this research is to explain the Islamization of ruwat desa tradition in Kalanganyar Sedati Sidoarjo, explain the role of kiai in Islamization of ruwat desa tradition, and its impact. This study uses a qualitative approach to the type of phenomenology. The results showed the activities of Islamization tradition ruwat desa in Kalanganyar Sedati Sidoarjo in the form of mutual cooperation, cleaning the Tomb, istighosah kubro, and carry out istighosah around. While the role of Kiai in this case is as a non-formal leader, agent of change and as a source of reference. The impact of the role of kiai in Islamization of this tradition is the procession of traditional activities ruwat desa more Islamic, increased religious emotion of the community, and strengthen ukhuwah islamiyah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
47

Supendi, Pepen, Aan Hasanah, and Mahmud Mahmud. "Transformational Leadership in Pesantren on as Sa'idah, Al Matuq, and Sunanul Huda Boarding School." Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 2 (January 18, 2019): 303–16. http://dx.doi.org/10.14421/jpi.2018.72.303-316.

Full text
Abstract:
A leadership of Kiai plays an essential act in the Institution structure of Pesantren. The important enrolled of Kiai is a good man on life purpose, a change agent, a negotiator with advice, and a coach calm. The reformer Kiai does on leadership with transformation idea on based charisma attitude and intellectual ideology. The research method is qualitative research with phenomenology approach. The research subjects consist of Kiai, boarding school administrators, students, people residents around pesantren. The respondents are as many as 60 people. The Research locations are at as sa'idah, Al Matuq, and Sunanul Huda Pesantren. With the point, the paper will need to explain into the leadership of Kiai Pesantren especially in order to support the quality management of Pesantren on educational proses. Keywords: Charismatic Kiai, Leadership, Pesantren, Reformer, and Transformational Leadership Abstrak Kepemimpinan kiai memainkan peran penting dalam struktur kelembagaan Pesantren. Hal penting dari Peranan kiai adalah sebagai penunjuk arah dan tujuan hidup, agen perubahan, negosiator dengan nasihat yang terucap dari tutur kata, dan Pelindung dengan sikap tenang. kiai yang berjiwa Pembaharu dan tranformasif adalah dasar perilaku kepemimpinan dengan ide transformatif pada pola sikap karisma dan ideologi intelektual yang kuat. Metode penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subyek penelitian adalah para kiai, pengurus Pondok Pesantren, Santri, dan penduduk sekitar pesantren. Penelitian akan mewawancarai 60 Responden. Lokasi penelitian adalah Pondok pesantren As sa'idah, Al Matuq dan Sunanul Huda. Dengan penjelasan tersebut, paper akan menjelaskan tentang kepemimpinan kiai di pesantren dalam manajemen mutu pesantren dalam proses pola pendidikan Islam. Kata Kunci: Kepemimpinan, Kiai Karismatik, Kepemimpinan Transformasional, Pesantren, dan Pembaharu
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
48

Febriyanti, Siti Nur Umariyah. "PERSEPSI ORANG TUA TENTANG KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KARANGANYAR RT 03/RW 01 KELURAHAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG." Jurnal SMART Kebidanan 4, no. 1 (July 25, 2017): 10. http://dx.doi.org/10.34310/sjkb.v4i1.67.

Full text
Abstract:
Latar belakang: Kekerasan seksual merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan orang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak dipergunakan sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Kota Semarang menduduki peringkat ketiga dengan 42 kasus kekerasan seksual pada anak dari 35 kabupaten di Jateng. Studi pendahuluan yang didapatkan dari Bapermas sub bidang PPA Kecamatan Banyumanik Kota Semarang di Karanganyar Rt 03/Rw 01 Kelurahan Banyumanik terdapat 1 kasus kejadian kekerasan seksual pada anak di tahun 2015 anak tersebut masih berumur 14 tahun. Tujuan penelitian: mengeksplorasi persepsi orang tua tentang kekerasan seksual pada anak di Karanganyar Rt 03/Rw 01 Kelurahan Banyumanik Kota Semarang. Metode penelitian: Desain penelitian yang digunakan penelitian Kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 9-12 tahun. Dalam penelitian ini menentukan jumlah populasi dengan saturasi data.Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hasil penelitian: Dari 6 tujuan khusus yang telah ditetapkan, telah terjadi kesaturasian data pada setiap tujuan khusus. Kesimpulan: Orang tua memiliki pemahaman yang baik tentang kejahatan seksual pada anak. Saran: Untuk itu, disarankan kepada orang tua agar memberikan pendidikan seks dini kepada anak sejak umur 5 tahun di mana pendidikan seks dini meliputi memberitahu anatomi organ genital dan siapa saja yang boleh menyentuh tubuh anak tersebut. Kata kunci : persepsi orang tua; kekerasan seksual pada anak Perceptions of Parents about Sexual Abuse on Children in Karanganyar RT 03 / RW 01 Banyumanik Subdistrict, Semarang City. Abstract Background: Sexual abuse is a relationship or interaction between a child and an older person or adult like a stranger, sibling or parent where the child is used as an object of satisfying the needs of sexual perpetrators. Semarang city occupies third position with 42 cases of sexual abuse on children of 35 districts in Central Java. Preliminary studies were obtained from Bapermas sub-sector of PPA Banyumanik District of Semarang in Karanganyar RT 03 / RW 01. Banyumanik Subdistrict there is one case of child sexual abuse incident in 2015, the child was 14 years old. The aim of study: was to explore the perception of parents about the sexual abuse of children in Karanganyar RT 03 / RW 01 Banyumanik Subdistrict, Semarang City. Methods: The study design used qualitative research with phenomenological approach. Participants in this study are the parents who have children aged 9-12 years old. In this study determines the amount of population with saturation of data. Instrument in this study is the researchers themselves. Results: From the sixth purposes that has been agreed, it has been data compatible in each specific purpose. Conclusion: The parents have a good understanding about sex abuse of children. Suggestion: There for, it is suggested to parents to provide early sex education to children from the age of 5 years in which early sex education includes telling anatomical genital organ and anyone is allowed to touch the body of the child. Key words : the perception of parents; sexual abuse on children
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
49

Wiyani, Novan Ardy, and Riris Eka Setiani. "Manajemen Program Jum’at Bersedekah untuk Membentuk Karakter Anak Usia Dini." PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5, no. 02 (March 28, 2022): 24–36. http://dx.doi.org/10.31849/paud-lectura.v5i02.9603.

Full text
Abstract:
Implementasi pendidikan karakter dipandang sangat tepat jika dilaksanakan sejak dini melalui berbagai kegiatan seperti program Jum’at bersedekah. Penelitian fenomenologi dengan pendekatan kualitatif ini ditujukan untuk mendeskripsikan kegiatan manajemen dalam program Jum’at bersedekah untuk membentuk karakter anak usia dini di TK ABA Karangtuang. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kepala TK ABA Karaangtuang, guru dan orangtua. Data pada penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan baik untuk wawancara maupun observasi adalah catatan lapangan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data model Miles and Huberman yang terdiri dari tahap reduksi data, display data dan verifikasi. Pada reduksi data dilakukan pemilihan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Pada display data dilakukan penyajian data dan pada verifikasi dilakukan analisis penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen program Jum’at bersedekah untuk membentuk karakter anak usia dini di TK ABA Karangtuang dilakukan dengan mengaktualisasikan empat fungsi manajemen, yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Program Jum’at bersedekah di TK ABA Karangtuang telah mampu membentuk karakter anak yang memiliki kepedulian sosial serta kemampuan berkomunikasi yang penuh kesopanan dan kesantunan dengan sesama. Abstract The implementation of character education is considered very appropriate if it is carried out from an early age through various activities such as the Friday charity program. This phenomenology research with a qualitative approach is intended to describe management activities in the Friday charity program to shape the character of early childhood in ABA Karangtuang Kindergarten. The participants in this study were the head of ABA Karangtuang Kindergarten, teachers and parents. The data in this study were collected using interview, observation and documentation techniques. The instruments used for both interviews and observations were field notes. The data that has been collected is then analyzed using the data analysis technique of the Miles and Huberman model which consists of the stages of data reduction, data display and verification. In data reduction, data is selected that is relevant to the research objectives. In the data display, the data is presented and the verification is carried out by drawing conclusions. The results showed that the management of the Friday charity program to shape the character of early childhood in Kindergarten ABA Karangtuang was carried out by actualizing four management functions, namely planning, organizing, implementing, and supervising functions. The Friday charity program at ABA Karangtuang Kindergarten has been able to shape the character of children who have social concerns and the ability to communicate with courtesy and courtesy with others.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
50

Mislikhah, St. "Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Lagu Anak." GENIUS Indonesian Journal of Early Childhood Education 2, no. 1 (June 30, 2021): 60–74. http://dx.doi.org/10.35719/gns.v2i1.39.

Full text
Abstract:
Abstract This study aims to describe the process of establishing character values ??through children's songs. The current phenomenon shows that good character values ??among children have begun to fade away. Factors causing the fading of children's character are the crisis of religious values. Therefore, the establishment of character values ??must be carried out from early childhood. Some of the efforts that can be made are to build up some character values in early childhood through singing children's songs in the learning process. This research used a phenomenological qualitative type of research. The research subjects were teachers, students, and parents of the Mutiara Kasih Pre-School Mangli Jember. In collecting the data, this study used interview, observation, and documentation techniques. The collected data were analyzed using a spiral analysis The results of the study showed that it was important to build up character values since early childhood because the establishment of character values ??from an early age is considered to be more effective and very influential in the future development of children. Building up character values ??in Mutiara Kasih Pre-School Mangli Jember was done by singing children's songs. Those songs are songs that contain character values. Among the children's songs that have been used by the teacher to instill good character values ??in early childhood are Pelangi-Pelangi, Bangun Tidur, Kasih Ibu, Aku Anak PAUD, Rukun Islam, and Doa Orang Tua. The strategies or techniques that were used in building up character values ??through children's songs to students in Mutiara Kasih Pre-School was done by giving exemplary and make the students to be getting used to doing good things. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penanaman nilai-nilai karakter melalui lagu anak. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter yang baik di kalangan anak sudah mulai luntur. Faktor penyebab lunturnya karakter anak adalah krisis nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu, Penananaman nilai-nilai karakter harus dilakukan sejak anak usia dini. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada anak usia dini adalah dengan menyanyikan lagu anak dalam proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis fenomenologis. Subjek penelitiannya adalah guru, peserta didik dan orang tua dari peserta didik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Mutiara Kasih Mangli Jember. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis model spiral analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai karakter penting untuk ditanamkan sejak anak usia dini karena penanaman nilai-nilai karakter sejak usia dini dinilai lebih efektif dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa yang akan datang. Penanaman nilai karakter di PAUD Mutiara kasih Mangli Jember dilakukan dengan menyanyikan lagu-lagu anak. Lagu anak yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang mengandung nilai-nilai karakter. Di antara lagu-lagu anak yang telah dimanfaatkan oleh guru untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada anak usia dini adalah lagu Pelangi-Pelangi, Bangun Tidur, Kasih Ibu, Aku Anak PAUD, Rukun Islam dan Doa Orang Tua. Strategi atau langkah yang diterapkan dalam menanamkan nilai-nilai karakter melalui lagu anak kepada anak didik di PAUD Mutiara Kasih dilakukan dengan cara memberikan keteladanan dan pembiasaan melakukan hal-hal yang baik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography