Academic literature on the topic 'Dengue Indonesia'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Dengue Indonesia.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Dengue Indonesia"

1

Aryati, Aryati. "ANALISIS FILOGENETIK DENGUE DI INDONESIA." INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY 18, no. 2 (March 17, 2018): 111. http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v18i2.1009.

Full text
Abstract:
Molecular epidemiology is needed to solve the problem for endemic Dengue Hemorrhagic Fever in Indonesia.This research has been carried out consisting of 525 Dengue Hemorrhagic Fever sera, according to the WHO criteria.These sera were collected from 19 cities in Indonesia comprising the islands of Sumatera, Batam, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Java,Bali and Lombok from 2003 until 2005. The immune response profile was as follows 57.14% (300/525) secondary infection, 12.57%(66/525) primary infection, 4.20% (22/525) equivocal and 26.09% (137/525) negative. From 192 PCR samples, 100 (52%) serawere positive, consisting of 65% DEN-2, 15% DEN-3, 12% DEN-4 and 8% DEN-1. Homology analysis showed nucleotide differences incapsid region DEN-2 serotypes, while DEN-3 serotypes were relatively consistent. Phylogenetic analysis using envelope (E) gene revealedthat the Cosmopolitan genotype from Gorontalo in 2005, is currently circulating locally, with the potential to cause a severe hemorrhagicdisease. Members of this genotype were closely related to viruses from Malaysia, Singapore, Thailand, Philippines and Australia. Theisolate from Jakarta, 2003 showed DEN-3 with I genotype. This genotype was similar to the isolate from Indonesia 1978, 1985, andalso from Thailand 1992, Philippines 1997, and Fiji 1992. These results showed Cosmopolitan genotype from DEN-2 was similar toSoutheast Asia countries. It was also revealed that genotype-I from DEN-3 showed no change over the years since 1978.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Amalia, Dika, and Fadhilah Amirah. "Seorang Anak Laki-Laki Usia 9 tahun Dengan Demam Dengue." GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh 1, no. 3 (October 10, 2022): 21. http://dx.doi.org/10.29103/jkkmm.v1i3.8775.

Full text
Abstract:
Demam Dengue (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk betina Ae. aegypti juga Ae. albopictus. Virus dengue terdapat 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, serta DEN-4. Demam dengue ditemukan di iklim tropis dan sub-tropis di seluruh dunia. Anak Indonesia adalah kelompok rentan mengalami infeksi dengue dan terjadi pada kasus usia 0–14 tahun. Tatalaksana tepat pada anak penting dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas infeksi dengue di Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Fatmawati, Fajar, and Sulistyawati Sulistyawati. "CLIMATE CHANGE AND DENGUE IN INDONESIA: A SYSTEMATIC REVIEW." Epidemiology and Society Health Review (ESHR) 1, no. 1 (September 10, 2019): 29. http://dx.doi.org/10.26555/eshr.v1i1.938.

Full text
Abstract:
Background: Climate change is a global issue because of its impact on environmental and human health. No exception for Indonesia, an archipelago state with a tropical climate. Climate change potentially influences the mosquitos borne disease, including dengue fever, which poses a vulnerability to the Indonesian populations. This article aims to review the association and the impact of climate change to dengue fever, particularly in Indonesia and to inform the policymaker on directing the adaptation option.Methods: Of thirteen peer review articles were included in this review sourced from google scholar database.Results: Climate change affects dengue incidence in Indonesia due to climate variability.Conclusions: It is essential to Strengthen the surveillance system and provide an early warning system (EWS) based on climate information.Keywords: Climate change, dengue, Indonesia
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Karyanti, Mulya Rahma, and Sri Rezeki Hadinegoro. "Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di Indonesia." Sari Pediatri 10, no. 6 (November 29, 2016): 424. http://dx.doi.org/10.14238/sp10.6.2009.424-32.

Full text
Abstract:
Dengue berdarah dengue yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypty masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Di Indonesia, demam berdarah dengue mulai dikenal pertama kali pada tahun 1968 di DKI Jakarta dan Surabaya, dan terus menyebar ke seluruh tiga puluh tiga propinsi di Indonesia. Pola epidemiologi infeksi dengue mengalami perubahan dari tahun ke tahun, jumlah kasus memuncak setiap siklus 10 tahunan. Dari tahun 1968-2008 angka kesakitan demam berdarah dengue terus meningkat. Pada tahun 2008 didapatkanangka kesakitan 58,85/ 100.000 penduduk. Angka kematian menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun 2000, dan pada tahun 2008 angka kematian menurun menjadi 0,86%.Semua serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia, namun serotipe virus den-3 masih dominan menyebabkan kasus dengue yang berat dan fatal. Surveilans epidemiologi, dukungan edukasi masyarakat dan program pengendalian vektor diperlukan untuk mencegah transmisi. Pengembangan vaksin dengue merupakan salah satu upaya mencegah penyakit dengue.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Sidarta, Erick, Sari Mariyati Dewi, and Arlends Chris. "ANALISA EVOLUSI VIRUS DENGUE YANG ENDEMIK DI INDONESIA." Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 3, no. 1 (October 2, 2019): 91. http://dx.doi.org/10.24912/jmstkik.v3i1.2856.

Full text
Abstract:
Indonesia merupakan daerah dengan hiperendemisitas tinggi untuk infeksi virus dengue dan tempat bersirkulasinya keempat varian genotype virus dengue. Saat ini salah satu cara untuk pencegahan infeksi virus dengue adalah dengan vaksin dengue yang baru tersedia tahun 2016. Vaksin dengue ini menstimulasi terbentuknya antibodi yang akan mengenali membran dan selubung dari keempat genotipe virus dengue. Efektivitas dari vaksin ini tergantung dari kesesuaian antara antibodi yang terbentuk dengan varian yang beredar di Indonesia. Mengingat virus dengue merupakan virus RNA yang umumnya memiliki laju mutasi yang tinggi, mutasi yang terjadi dapat mengakibatkan terbentuknya escape mutant yang mampu menghindari antibodi yang terbentuk oleh vaksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evolusi dan laju mutasi dari virus dengue yang beredar di Indonesia. Sebanyak 116 data genom lengkap dari virus dengue yang telah dilaporkan di Indonesia digunakan dalam penelitian ini. Genotipe virus dengue dianalisa dengan menggunakan software MEGA-X. Evolusi dan laju mutasi dari gen penyandi selubung (E) dan membran (M) virus dengue dianalisa dengan menggunakan software BEAST versi 1.8.3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan gen E dan M virus dengue telah berevolusi semenjak pertama kali dilaporkan pada tahun 1975 dan memiliki laju mutasi yang tinggi. Gen E mencapai 9.26 x 10-4 subsitusi/basa/tahun (95% HPD 7.81 X 10 10-4 – 1.07 X 10-3) maupun gen M yang mencapai 8.5 x 10-4 subsitusi/basa/tahun (95% HPD 6.03 X 10 10-4 – 1.09 X 10-3). Tingginya laju mutasi ini membutuhkan perhatian bagi pengembang vaksin untuk pengawasan dan evaluasi yang berkesinambungan. Indonesia is an area with high hyperendemicity for dengue virus infection and the circulation of the four variants of dengue virus genotype. Currently, one way to prevent dengue virus infection is with a new dengue vaccine available in 2016. This dengue vaccine stimulates the formation of antibodies that will recognize the membrane and envelope of the four dengue virus genotypes. The effectiveness of this vaccine depends on the suitability of the antibodies formed with variants circulating in Indonesia. Since dengue virus is an RNA virus that generally has a high mutation rate, the mutations that occur can result in the formation of escape mutants that are able to avoid the antibodies formed by the vaccine. This study aims to determine the evolution and mutation rate of dengue viruses circulating in Indonesia. A total of 116 complete genome data from dengue viruses that have been reported in Indonesia were used in this study. Dengue virus genotypes were analyzed using MEGA-X software. The evolution and mutation rate of the envelope (E) and membrane (M) gene of the dengue virus were analyzed using BEAST software version 1.8.3. The results of this study indicate that the E and M genes of the dengue virus have evolved since they were first reported in 1975 and have a high mutation rate. Gen E reaches 9.26 x 10-4 substitution / base / year (95% HPD 7.81 X 10 10-4 - 1.07 X 10-3) and M gene reaches 8.5 x 10-4 substitution / base / year (95% HPD 6.03 X 10 10-4 - 1.09 X 10-3). The high rate of this mutation requires attention for vaccine developers for ongoing monitoring and evaluation.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Ahmad, Khabir. "Dengue death toll rises in Indonesia." Lancet 363, no. 9413 (March 2004): 956. http://dx.doi.org/10.1016/s0140-6736(04)15829-7.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Arya, Subhash C., and Anjali Varma. "Rising dengue death toll in Indonesia." Lancet 363, no. 9421 (May 2004): 1651. http://dx.doi.org/10.1016/s0140-6736(04)16221-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Nadjib, Mardiati, Ery Setiawan, Septiara Putri, Joshua Nealon, Sophie Beucher, Sri Rezeki Hadinegoro, Vetty Yulianty Permanasari, et al. "Economic burden of dengue in Indonesia." PLOS Neglected Tropical Diseases 13, no. 1 (January 10, 2019): e0007038. http://dx.doi.org/10.1371/journal.pntd.0007038.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Götz, Thomas, Nicole Altmeier, Wolfgang Bock, Robert Rockenfeller, Sutimin, and Karunia Putra Wijaya. "Modeling dengue data from Semarang, Indonesia." Ecological Complexity 30 (June 2017): 57–62. http://dx.doi.org/10.1016/j.ecocom.2016.12.010.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Massey, Firdaus Kabiru, and Rika Yulia. "REVIEW ARTICLE: DEVELOPEMENT AND USING DENGUE VACCINE FOR DENGUE INFECTION VIRUS." Medical and Health Science Journal 3, no. 2 (August 30, 2019): 8. http://dx.doi.org/10.33086/mhsj.v3i2.1194.

Full text
Abstract:
Abstract : Tropical and subtropical countries are regions with high incidence of dengue infection. Dengue virus infection is estimated to cause 300 million new infections in one year and approximately 1 million severe cases with 2 + 5% deaths. The case of dengue in Indonesia has continued to increase since 1968 until 1980 where all provinces in Indonesia have been affected by the dengue virus. Dengue virus is a virus carried by the Aedes aegypti mosquito in its salivary gland. The virus which is a family group of Flaviviruses has four homologous serotypes, namely DENV-1, DENV-2, DENV-3, and DENV-4, which can cause dengue infection in individuals. Currently there is a shift in the target population from children to adults. This is a problem that needs to be resolved by the government and the community itself. Solution to overcome this, the government needs early prevention efforts to reduce the severity of dengue infection by developing and researching dengue vaccines. Currently a vaccine has been found that can be used as prophylaxis for dengue virus, namely Dengvaxia. This vaccine has been recommended by the World Health Organization (WHO) as prophylaxis for dengue infection, but Dengvaxia is only used in areas that are very endemic to dengue fever. The Indonesian Food and Drug Supervisory Agency (BPOM RI) has also approved the use of Dengvaxia as an indication of prevention of dengue infection since August 31, 2016. This vaccine has been approved globally only given to individuals aged between 9-16 years. Keyword : dengue virus, dengvaxia vaccine, Aedes aegypti, endemic
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Dissertations / Theses on the topic "Dengue Indonesia"

1

Wijayanti, Siwi Pramatama Mars. "Integrated epidemiological study of dengue virus transmission in Java, Indonesia." Thesis, University of Glasgow, 2015. http://theses.gla.ac.uk/7082/.

Full text
Abstract:
Dengue virus (DENV) is one of the most important arbovirus infections which continues to be spread to many parts of the world. The widespread distribution of the vector Aedes sp, DENV genetic evolution, emergence of a new serotype, global warming, environmental changes, population growth and human mobility are some of the factors affecting DENV transmission. From the many studies conducted on DENV, there is still a lack of integrated research that includes several aspects that affect DENV transmission at a local scale. The aims for this study was to conduct an integrated study of DENV tranmission, covering entomology, DENV, and socio-economic and environmental factors using Banyumas Regency, Java Indonesia, as a model area. The uniqueness of demography, socioeconomy and environment of each area emphasizes the importance of this research. For the entomology factors, this study found that traditional larvae indices such as House Index (HI), Breteau Index (BI) and Container Index (CI), which have been applied for many decades in entomology surveys, are not relevant measurements for determing mosquito populations. These findings supported previous findings that larvae indices cannot predict the transmission risk level and is not correlated with DENV incidence. In this study, adult mosquito collections were found to be a better measurement of risk of DENV transmission. A high vertical transmission rate was also confirmed in an endemic area, which is possibly one explanation for DENV persistence in that area. From a knowledge, awareness and practice (KAP) survey, there is no correlation between knowledge, awareness and practice of DENV prevention and control, and there is also no association between KAP of people with the mosquito infestations in the area of study. This finding leads to the need for better strategies such as education campaigns about DENV prevention to ensure not only an increase in knowledge but also this knowledge translates into practices. During collection of serum samples from DENV infected patients a higher number of adult age groups reported DENV cases, indicating an age group shift from children to adults. Most of the samples (89% ) from positive result of IgG/IgM test had a secondary infection by serological test, which likely increases the possibility of developing severe clinical manisfestations. Many publications believe that secondary infection by different serotypes could cause severe DENV infection. Unfortunately, the serotyping and genotyping of the patient samples could not be completed due to time constraints, so the information of circulating serotypes and genotypes could not be obtained. It would be interesting to further analyse the serotypes and then correlate them with the less or more severe clinical manifestations and also capture the spread of disease from pylogenetic trees from the genotyping results. Based on spatio and spatio-temporal models, it can be concluded that socioeconomic factors, particularly the level of education and the employment structure were the most important risk factors of DENV infection. It was also revealed that enviromental factors had only a little influence on DENV infection, in contrast with many previous beliefs that global warming and environmental changes are the main factors of DENV infection. Human mobility was proposed to be the main explanation of this phenomenon since more educated people and people with good job type tend to have higher exposure to DENV infection due to their movement from home to work places or public areas. This also complements the fact that more adults reported DENV infection during the patient sample collection, suggesting that adult age groups possibly have a higher risk of DENV infection due to higher mobility, which means higher exposure to DENV infection. The possibility of having a secondary infection is also higher in adults since there has been more time to have the first infection and then the second infection. In order to complete this integrated study, the influence of temperature on mosquito immunity, in particular the RNA interference (RNAi) response was tested. Based on RNAi activity in 24°C, 28°C and 32°C, RNAi activity was slightly more efficient following the increase of temperature. In addition, the infection of Aag2 cells with SFV showed that the increasing temperature will result in lower virus replication. We can assume that the lower or higher temperature only contributes a minor effect on RNAi machinery in vitro. In conclusion, this integrated epidemiological study finds that current entomology surveys are not relevant, because they are not associated with the risk of transmission. In addition, socioeconomic factors rather than environmental factors are proposed to be the most significant factor for DENV infection. Findings such as age shift, secondary infection, human mobility and a high vertical transmission rate are important information which could help the public health sector in their planning and action on DENV prevention and control strategies.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Aswi. "Bayesian spatio-temporal modelling of small areas: Dengue fever in Makassar Indonesia." Thesis, Queensland University of Technology, 2020. https://eprints.qut.edu.au/200547/1/_Aswi_Thesis.pdf.

Full text
Abstract:
Dengue fever is still a serious problem in Indonesia, including Makassar. This thesis evaluates and applies different Bayesian spatial and spatio-temporal models when there are a small number of areas plus extends Bayesian spatial Weibull and Semiparametric Cox survival models to describe dengue hospital duration spatial patterns to help understand dengue fever in Makassar Indonesia. The key objectives are to investigate the impact of a small number of areas on the estimation of spatial and spatio-temporal models. The convenience of using Bayesian spatial and spatio-temporal models on dengue fever is clearly demonstrated through this detailed and comprehensive analysis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

DinarYarani and 亞拉妮. "Potential Impact of Precipitation on Dengue Fever Incidence: Case Study in Indonesia and Taiwan." Thesis, 2013. http://ndltd.ncl.edu.tw/handle/pf9ad5.

Full text
Abstract:
碩士
國立成功大學
環境醫學研究所
101
Dengue is a significant public health burden in Indonesia and Taiwan. High peaks for dengue outbreak is reported on rainy season which varies in these areas. This suggests that precipitation is likely to exert potential impact on dengue fever outbreak in tropical and/or subtropical regions. This study is aimed for assessing the potential impact of precipitation on dengue fever incidence in two tropical regions: Bandung, Indonesia and Kaohsiung, Taiwan from 1998 to 2011. Official statistics of dengue incidence was obtained from Bandung Health Bureau and Taiwan Center for Disease Control (CDC), and weather information including average temperature, relative humidity (RH) and precipitation were obtained from Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung and Taiwan Central Weather Bureau. Poisson regressions with generalized additive model were utilized to evaluate the associations between weather factors and dengue fever incidence. Estimated relative risks were adjusted for temperature, RH, El Niño year (about three years a cycle) in rainy season (November-March in Indonesia and April-October in Taiwan), and dry season (April-October in Indonesia and November-March in Taiwan). Each weather factor was investigated for month lag of 0-3 in Indonesia and day lag of 0-84 in Taiwan. In Kaohsiung, during rainy season an increase in precipitation (30 mm), temperature (1°C), and RH (1%) at 56 days prior were associated with 9.29% (95% confidence interval (CI)= 8.59-10.01%; p-value 〈 0.001), 71.53% (95% CI= 67.46-75.7%; p-value 〈 0.001), and 5.97% (95% CI= 2.01-10.09%; p-value= 0.0029) increases of dengue incidence, respectively. Meanwhile, the most significant condition for dry season is at lag-63 days where an increase of 30 mm precipitation, 1°C temperature, and 1% RH were associated with an increase of 18.51% (95% CI= 6.91-31.37%; p-value = 0.0013), 73.83% (95% CI= 68.89-78.91%; p-value 〈 0.0001), and 1.3% (95 % CI= 0.47-2.14%; p-value = 0.0022) of dengue fever incidence. In Bandung at 3-months prior during rainy season, an increase in precipitation (30 mm), temperature (1°C), and RH (1%) at 3-months prior would raise the incidence of dengue by 58.51% (95% CI= 34.59-86.68%; p-value 〈 0.001), 36.94% (95% CI= 32.48-41.54%; p-value 〈 0.001), and 4.42% (95% CI= 3.87-4.97%; p-value 〈 0.001), respectively. In dry season, a 30 mm increase in precipitation and 1% increase in RH at 3-months prior were positively associated with 112.16% (95% CI= 85.36-142.80%; p-value 〈 0.001) and 1.89% (95% CI= 1.28-2.53%; p-value 〈 0.001) increase of dengue incidence, whereas 1°C increase in temperature was associated with 5.45% (95% CI= 1.57-9.18%; p-value= 0.0081) decrease of dengue incidence. Our findings indicate that precipitation and temperature are trigging factors for dengue incidence in Bandung and Kaohsiung. However, effects of precipitation in Bandung were stronger than those in Kaohsiung; whereas effects of temperature in Bandung were weaker than those in Kaohsiung. This finding may result from that Bandung has higher humidity and cooler compare to Kaohsiung. Study also finds effect of precipitation in dry season is stronger than in rainy season for both areas. These findings may be served as an early warning systems based on weather forecast that can help reinforce preventive measures.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Books on the topic "Dengue Indonesia"

1

Darmowandowo, Widodo. Pola serotipe virus dengue di Indonesia sebagai awal persiapan pembuatan vaksin virus dengue di Indonesia. [Surabaya]: Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, 2009.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Ismoedijanto. Profil genetik dan manifestasi klinik demam berdarah dengue anak di Indonesia. [Surabaya]: Universitas Airlangga, 2009.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Sayuti, Suminto A. Berkenalan dengan puisi. Yogyakarta: Gama Media, 2002.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sitanggang, S. R. H. Cerita humor "Pangulima laut": Kajian bandingan dengan tiga cerita setipe. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Supardi, Yogi. Pertahanan negara Indonesia oleh bangsa Indonesia dengan cara Indonesia. [Jakarta: s.n.], 2000.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia dengan benar. 2nd ed. Jakarta: Priastu, 1989.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat. Komisi VII. Rapat dengar pendapat umum antara Komisi VII DPR-RI dengan Kadin Indonesia. Jakarta: Komisi VII, DPR-RI, 1994.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Daulay, Richard M. Kekristenan dan kesukubangsaan: Sejarah perjumpaan Methodisme dengan orang Tionghoa dan orang Batak di Indonesia, 1905-1995. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1996.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Chaeruddin, Bandjar. Lebih dekat dengan penemu Indonesia. Boyolali: Hamudha Prima Media, 2011.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Sugono, Dendy. Mahir berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Book chapters on the topic "Dengue Indonesia"

1

Haryanto, Budi. "Health Adaptation Scenario and Dengue Fever Vulnerability Assessment in Indonesia." In Climate Change and Human Health Scenario in South and Southeast Asia, 221–36. Cham: Springer International Publishing, 2016. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-319-23684-1_13.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Tana, S., W. Abeyewickreme, N. Arunachalam, F. Espino, P. Kittayapong, K. T. Wai, O. Horstick, and J. Sommerfeld. "Eco-Bio-Social Research on Dengue in Asia: General Principles and a Case Study from Indonesia." In Ecohealth Research in Practice, 173–84. New York, NY: Springer New York, 2011. http://dx.doi.org/10.1007/978-1-4614-0517-7_16.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Aswi, Aswi, Susanna Cramb, Wenbiao Hu, Gentry White, and Kerrie L. Mengersen. "Spatio-Temporal Analysis of Dengue Fever in Makassar Indonesia: A Comparison of Models Based on CARBayes." In Case Studies in Applied Bayesian Data Science, 229–44. Cham: Springer International Publishing, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-030-42553-1_9.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Dikjiratmi. "Skema Kerja Sama Bilateral Indonesia-Tiongkok di Bidang Keantariksaan Nasional." In Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, 164–80. Bogor: In Media, 2016. http://dx.doi.org/10.30536/9786026469120.9.

Full text
Abstract:
Kerja sama keantariksaan merupakan salah satu faktor penting pembangunan kemampuan keantariksaan negara berkembang termasuk Indonesia. Kerja sama dapat dilakukan secara bilateral maupun multilateral. Indonesia pada tahun 2013 telah mendatangani persetujuan kerja sama di bidang keantariksaan dengan Pemerintah Tiongkok. Tiongkok telah meratifikasi perjanjian tersebut. Di sisi lain, Indonesia sampai saat ini belum meratifikasi perjanjian tersebut. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana skema kerja sama yang tepat bagi kerja sama bilateral Indonesia-Tiongkok di bidang keantariksaan keantariksaan dan bagaimana seharusnya langkah Pemerintah Indonesia (dhi LAPAN) terhadap kerja sama bilateral keantariksaan dengan Pemerintah Tiongkok? Penelitian ini bertujuan menganalisis skema kerja sama bilateral Indonesia-Tiongkok di bidang keantariksaan yang tepat dengan menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Broniatowski dkk (2008). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan kerangka kerja evaluasi Broniatowski. Setelah dilakukan analisis, dihasilkan kesimpulan bahwa skema yang tepat adalah skema parallel mission dan Pemerintah Indonesia (LAPAN) segera melakukan langkah tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan ketentuan perundangan nasional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Nasution, Husni, Sri Rubiyanti, Shinta Rahma Diana, Dini Susanti, Astri Rafikasari, and Bernhard Sianipar. "Keanggotaan Indonesia pada Inter-Islamic Networks on Space Science and Technology (ISNET)." In Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, 24–45. Bogor: In Media, 2018. http://dx.doi.org/10.30536/9786026469762.2.

Full text
Abstract:
ISNET adalah organisasi jaringan kerja sama negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). ISNET didirikan pada tahun 1987 oleh sembilan negara OKI, satu di antaranya adalah Indonesia. Sudah tiga tiga puluh tahun ISNET berjalan tetapi dalam sepuluh tahun terakhirnya Indonesia tidak aktif, bahkan sejak tahun 2007 Indonesia tidak membayar iuran anggota dan berkeinginan untuk keluar dari ISNET. Penting untuk diketahui bagaimana kontribusi dan manfaat yang diperoleh Indonesia dari organisasi tersebut sebagai pertimbangan keanggotaan Indonesia pada ISNET ke depan. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai referensi yang berkaitan dengan ISNET. Metoda yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis kontribusi dan manfaat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Cost Benefit Analysis (CBA) yang dikemukakan oleh Dunn dan Pasal 4 Peraturan Presiden RI Nomor 64 Tahun 1999 tentang Keanggotaan dan Kontribusi Pemerintah Indonesia pada Organisasi-Organisasi Internasional. Dari kajian diperoleh hasil bahwa manfaat yang diperoleh Indonesia dari ISNET lebih besar dibandingkan dengan kontribusi tahunan. Demikian pula, keanggotaan Indonesia dalam ISNET akan memberikan citra yang lebih baik bagi Indonesia, baik di ISNET maupun di OIC.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Mardianis. "Masalah Definisi dan Delimitasi Antariksa." In Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, 64–85. Bogor: In Media, 2016. http://dx.doi.org/10.30536/9786026469120.4.

Full text
Abstract:
Masalah definisi dan delimitasi antariksa mulai dibahas pada sidang United Nations AdHoc Committee for the Peaceful Uses of Outer Space tahun 1959, namun sampai dengan sidang tahun 2016 tidak dapat diselesaikan dan disepakati, sehingga tetap menjadi agenda sidang pada tahun selanjutnya. Tulisan ini dengan menggunakan metode historis dan yuridis normatif akan menganalisis tentang kecenderungan pengaturan masalah definisi dan delimitasi antariksa, serta posisi Indonesia terhadap masalah tersebut. Berdasarkan hasil analisis ada kecenderungan bahwa pengaturan masalah definisi dan delimitasi antariksa akan diselesaikan dengan mengatur secara khusus jenis atau fungsi teknologi wahana tertentu atau pendekatan fungsional yang bersifat spesifik. Sedangkan posisi Indonesia pada awalnya cenderung berubah-ubah dengan menyatakan bahwa ada batas spasial yang sesuai dengan kesepakatan internasional. Semenjak disahkannya UndangUndang Nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan secara tegas menyatakan pendekatan spasial. Jika dibandingkan antara kecenderiungan internasional dan posisi Indonesia mencerminkan perbedaan mendasar yang signifikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Jamil, Abdullah. "Kebijakan Global Navigation Satellite System (GNSS) Negara Pengguna." In Kajian Kebijakan dan Informasi Kedirgantaraan, 93–115. Bogor: Mitra Wacana Media, 2015. http://dx.doi.org/10.30536/9786023181360.6.

Full text
Abstract:
Teknologi GNSS semakin banyak digunakan untuk berbagai aplikasi seperti transportasi, pertambangan dan mitigasi bencana. GNSS saat ini telah banyak digunakan di berbagai negara seperti Amerika, Eropa dan Asia Pasifik. Dua negara asia pasifik yang telah banyak menggunakan teknologi GNSS adalah Australia dan Korea Selatan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan GNSS di Australia dan Korea Selatan, kemudian membandingkannya dengan penerapannya di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif dengan menjelaskan kebijakan-kebijakan GNSS yang dikeluarkan oleh Australia dan Korea Selatan kemudian membandingkannya dengan kebijakan GNSS yang dikeluarkan Indonesia. Hasilnya adalah Australia dan Korea Selatan telah mengeluarkan kebijakan GNSS baik terkait pengembangan maupun pemanfaatan GNSS sedangkan Indonesia hingga saat ini belum mempunyai kebijakan pengembangan GNSS. Akan tetapi, Indonesia juga telah mengeluarkan kebijakan terkait pemanfaatan GNSS meskipun masih dalam lingkup lembaga dan belum dibuat secara nasional.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Jamil, Abdullah. "Komparasi Kelembagaan GNSS Indonesia dan Australia." In Kajian Kebijakan dan Informasi Kedirgantaraan, 18–41. Bogor: Mitra Wacana Media, 2015. http://dx.doi.org/10.30536/9786023181360.2.

Full text
Abstract:
Sistem Satelit Navigasi Global (GNSS) berfungsi untuk menentukan informasi mengenai posisi, navigasi dan waktu, dan telah banyak digunakan di beberapa negara. Salah satu negara yang telah meningkatkan keuntungan di bidang ekonomi dengan memanfaatkan teknologi GNSS ialah Australia. Di Indonesia teknologi GNSS telah banyak digunakan oleh berbagai lembaga pemerintah untuk penentuan posisi, mitigasi bencana, perencanaan pertanahan maupun penelitian cuaca antariksa. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kelembagaan GNSS di Australia dan dibandingkan dengan penerapannya di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif yang menggambarkan sistem kelembagaan GNSS di Australia serta komparatif yang membandingkan antara kelembagaan di Indonesia dan Australia. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebijakan pemanfaatan satelit Australia mengamanatkan untuk menetapkan salah satu lembaga sebagai koordinator dan penanggung jawab dalam infrastruktur dan layanan GNSS untuk meningkatkan pemanfaatan GNSS di negara tersebut. Sedangkan di Indonesia sampai dengan saat ini belum ada lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk bertanggung jawab terhadap infrastruktur dan layanan GNSS.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Susanti, Dini, Sri Rubiyanti, and Astri Rafikasari. "Missile Technology Control Regime (MTCR)." In Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, 64–89. Bogor: In Media, 2018. http://dx.doi.org/10.30536/9786026469762.4.

Full text
Abstract:
Pada saat ini Indonesia sedang melakukan penguasaan kemampuan dalam mengembangkan teknologi Roket Sonda menjadi Roket Pengorbit Satelit (RPS). Di dalam pengembangan teknologi RPS tersebut terdapat hambatan yang dilakukan oleh kelompok negara-negara anggota Missile Technology Control Regime (MTCR) karena RPS sudah termasuk teknologi Roket yang memiliki jarak jangkau lebih dari 300 km. Sampai saat ini, Indonesia belum menjadi anggota MTCR tetapi berkeinginan untuk menjadi anggota dari rezim tersebut. Makalah ini mengkaji manfaat dan konsekuensi keanggotaan Indonesia dalam MTCR. Metoda yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif kualitaif. Analisis dilakukan dengan pendekatan dari pengalaman negara-negara sebelum dan sesudah menjadi anggota MTCR. Dari kajian diperoleh hasil bahwa terdapat manfaat yang akan diperoleh Indonesia apabila masuk menjadi anggota MTCR diantaranya yaitu kepercayaan internasional terhadap Indonesia, peluang kerja sama, dan kemudahan di dalam transfer teknologi Roket. Sedangkan konsekuensinya diantaranya adalah Indonesia harus bersedia seluruh fasilitas berkaitan dengan pengembangan teknologi misil yang dimiliki diperiksa oleh Tim dari MTCR, melengkapi perundang-undangan nasional untuk mendukung implementasi MTCR, dan pengembangan kemampuan sumber daya manusia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Soegiyono. "ASEAN Open Sky di Indonesia dan Kaitannya dengan Kedaulatan Udara Indonesia." In Kajian Kebijakan dan Hukum Kedirgantaraan, 204–22. Bogor: Mitra Wacana Media, 2015. http://dx.doi.org/10.30536/9786023181339.11.

Full text
Abstract:
Ruang udara terbuka ASEAN merupakan bentuk kebijakan untuk membuka wilayah udara antara sesama anggota negara ASEAN. Kebijakan ruang udara terbuka ASEAN adalah bagian dari tujuan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN untuk meningkatkan daya saing di fora internasional sehingga perekonomian dapat tumbuh merata, juga meningkatkan kehidupan masyarakat, dan hal utama adalah untuk mengurangi kemiskinan. Ruang udara terbuka ASEAN menawarkan akses ke pasar yang besar, keuntungan besar, meningkatkan daya tarik wisata, serta frekuensi penerbangan akan meningkat. Permasalahan dalam kajian ini adalah bagaimana ruang udara terbuka ASEAN di Indonesia dalam kaitannya dengan kedaulatan udara Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui upaya pemerintah Indonesia dalam menangani pelaksanaan dari kebijakan langit terbuka ASEAN. Metode kajian ini menggunakan metodologi yuridis normative. Hasil kajian adalah Penerapan prinsip cabotage dan proses pemberlakuan secara bertahap dalam wilayah Indonesia merupakan bentuk pelaksanaan dan sekaligus upaya perlindungan terhadap pemberlakuan ruang udara terbuka dalam wilayah udara kedaulatan Republik Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Conference papers on the topic "Dengue Indonesia"

1

Lestari, Christina Safira Whinie, and Irene Lorinda Indalao. "Dengue Vaccine Research Challenges Toward Independency of Vaccine Seed in Indonesia." In 4th International Symposium on Health Research (ISHR 2019). Paris, France: Atlantis Press, 2020. http://dx.doi.org/10.2991/ahsr.k.200215.085.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Koraag, Meiske Elisabeth. "INCIDENCE OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER AFTER THE EARTHQUAKE IN CENTRAL SULAWESI INDONESIA." In International Conference on Public Health. The International Institute of Knowledge Management, 2021. http://dx.doi.org/10.17501/24246735.2020.6105.

Full text
Abstract:
The earthquake can cause a potential transmission of the disease after the disaster. One of the infectious diseases that could potentially be a post-earthquake outbreak is Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). The earthquake, followed by a tsunami and liquefaction that struck Palu's city, Sigi's regency, and the regency of Donggala in Central Sulawesi in September 2018, led to the increased transmission of the dengue hemorrhagic fever disease in all three regions. This research aims to determine the incidence rate of DHF in the affected areas of the earthquake disaster in Central Sulawesi. The data used involved the number of DHF cases before and after the earthquake (2015- 2019) in Palu, Sigi, and Donggala. The data was obtained from the Health Office of Central Sulawesi Province. The results of the analysis showed that the Incidence Rate (IR) of DHF in 2019 was 165.94 (Palu), 77.13 (Sigi), and 62.86 (Donggala). Dengue Hemorrhagic Fever's IR increased after the earthquake in Palu, Sigi, and Donggala in 2019 that marked the outbreak of DHF in all three regions. The highest increase in the DHF cases was found in Palu. The efforts to improve the health system are needed by strengthening DHF diagnosis, DHF case reporting, vector surveillance, active temephos distribution, and community empowerment to reduce DHF vector breeding sites. Keywords: Earthquake, DHF, Outbreak
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Sulistyawati, Fardhiasih Dwi Astuti, Sitti Rahmah Umniati, Tri Baskoro Tunggul Satoto, Joacim Rocklov, and Asa Holmner. "A SPATIO-TEMPORAL ANALYSIS OF DENGUE FEVER TRANSMISSION IN YOGYAKARTA CITY, INDONESIA." In INTERNATIONAL CONFERENCE ON PUBLIC HEALTH. Graduate Studies in Public Health, Graduate Program, Sebelas Maret University Jl. Ir Sutami 36A, Surakarta 57126. Telp/Fax: (0271) 632 450 ext.208 First website:http//:s2ikm.pasca.uns.ac.id Second website: www.theicph.com. Email: theicph2016@gmail.com, 2016. http://dx.doi.org/10.26911/theicph.2016.023.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sucipto, Teguh Hari, Tomohiro Kotaki, Kris Cahyo Mulyatno, Siti Churrotin, Shuhai Ueda, Puspa Wardhani, Aryati, Soegeng Soegijanto, and Masanori Kameoka. "Molecular Surveillance of Dengue Virus in Bangkalan, Madura Island, Indonesia, 2012-2014." In Bromo Conference, Symposium on Natural Products and Biodiversity. SCITEPRESS - Science and Technology Publications, 2018. http://dx.doi.org/10.5220/0008359201640167.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Awaliah, Nur, Nunuk Hariani Soekamto, Firdaus, Felycitae Ekalaya Appa, and Septaria Yolan Kalalinggi. "Potential of X. testudinaria sponge from the waters of the Spermonde Islands, Indonesia as a dengue viral inhibitor drug (dengue antiviral)." In INTERNATIONAL CONFERENCE ON ENERGY AND ENVIRONMENT (ICEE 2021). AIP Publishing, 2021. http://dx.doi.org/10.1063/5.0061640.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Thamrin, Sri Astuti, Siswanto Siswanto, Ansariadi Ansariadi, and Andi Kresna Jaya. "Spatial Pattern Analysis of Dengue Fever using Conditional Autoregressive in Makassar City, Indonesia." In Proceedings of the 1st International Conference on Statistics and Analytics, ICSA 2019, 2-3 August 2019, Bogor, Indonesia. EAI, 2020. http://dx.doi.org/10.4108/eai.2-8-2019.2290482.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Nirwantono, Rudi, Joko Pebrianto Trinugroho, Digdo Sudigyo, Alam Ahmad Hidayat, and Bens Pardamean. "Time-series Analysis of Correlation between Climatic Parameters and Dengue Fever in Indonesia." In 2022 International Conference on Informatics, Multimedia, Cyber and Information System (ICIMCIS). IEEE, 2022. http://dx.doi.org/10.1109/icimcis56303.2022.10017843.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Siyam, Nur, Dyah Sukendra, and Yunita Dyah Santik. "Health Cadres in Fighting Dengue Hemorrhagic Fever." In Proceedings of the 5th International Seminar of Public Health and Education, ISPHE 2020, 22 July 2020, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia. EAI, 2020. http://dx.doi.org/10.4108/eai.22-7-2020.2300302.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Saptarini, N. G. A. P. H., Rocky Yefrenes Dillak, and Prisca Deviani Pakan. "Dengue Haemorrhagic Fever Outbreak Prediction using Elman Levenberg Neural Network and Genetic Algorithm." In 2018 2nd East Indonesia Conference on Computer and Information Technology (EIConCIT). IEEE, 2018. http://dx.doi.org/10.1109/eiconcit.2018.8878529.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Ali, Khaidar, Isa Ma'rufi, Wiranto, and Anis Fuad. "Variability of Local Weather as Early Warning for Dengue Hemorrhagic Fever Outbreak in Indonesia." In ICBBB '20: 2020 10th International Conference on Bioscience, Biochemistry and Bioinformatics. New York, NY, USA: ACM, 2020. http://dx.doi.org/10.1145/3386052.3386078.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Reports on the topic "Dengue Indonesia"

1

Patunru, Arianto, and Anthea Haryoko. Kepemilikan dan Pengelolaan Hutan di Indonesia: Mengurangi Deforestasi dengan Menguatkan Hak Kepemilikan Masyarakat. Jakarta, Indonesia: Center for Indonesian Policy Studies, 2015. http://dx.doi.org/10.35497/293.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

E.M., Madeira, Sills E., Brockhaus M., Verchot L.V., and Kanninen M. Apakah yang dimaksud dengan proyek percontohan REDD+?: Klasifikasi awal berdasarkan beberapa kegiatan awal di Indonesia. Center for International Forestry Research (CIFOR), 2010. http://dx.doi.org/10.17528/cifor/003471.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Diprose, Rachael, Amalinda Savirani, Annisa Sabrina Hartoto, and Ken M. P. Setiawan. Jalan Perubahan melalui Aksi Kolektif Perempuan Perdesaan: Upaya Perempuan dalam Menantang Arus untuk Memengaruhi Pembangunan Perdesaan di Indonesia. University of Melbourne with Universitas Gadjah Mada and MAMPU, 2020. http://dx.doi.org/10.46580/124330.

Full text
Abstract:
Ikhtisar dari volume ini disusun untuk mengeksplorasi secara ringkas poin-poin utama yang dipaparkan di dalam studi kasus yakni bagaimana aksi kolektif perempuan telah membawa perubahan baik bagi kesejahteraan diri perempuan, maupun dampaknya bagi pelaksanaan Undang-Undang Desa di Indonesia, serta bagaimana perubahan-perubahan tersebut terwujud dengan dukungan berbagai organisasi masyarakat sipil dalam lintas konteks dan sektor. Pertama, kami mengidentifikasi perbedaan dan keberagaman prioritas dan inisiatif pembangunan desa sebagai hasil pengaruh keterlibatan perempuan dalam pelaksanaan UndangUndang Desa. Inisiatif pembangunan tersebut tidak hanya terkait isu infrastruktur dan ekonomi (walaupun perempuan juga telah mengupayakan beberapa inisiatif di isu ini), namun juga meliputi berbagai permasalahan pembangunan desa dan tantangan sektoral lain yang dihadapi oleh masyarakat desa, khususnya perempuan. Kedua, kami menjabarkan berbagai bentuk perubahan yang berdampak pada kesejahteraan sehari-hari perempuan, dan juga pengaruhnya pada struktur kuasa, pembuatan keputusan dan prioritas pembangunan, baik di tingkat desa, masyarakat, institusi, maupun konteks yang lebih luas. Ketiga, kami membahas proses yang mendasari perubahan, dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadapnya, sebagaimana yang digambarkan melalui studi kasus yang ada. Ini termasuk pembahasan bagaimana dinamika konteks menghambat atau mendorong pengaruh perempuan, perbedaan dari isu dan tantangan sektoral yang dihadapi oleh perempuan, dan bagaimana aksi kolektif perempuan berkontribusi terhadap perubahan yang ada. Keempat, kami mengeksplorasi dimensi temporal dari perubahan tersebut. Terakhir, kami mengeksplorasi beberapa jalur atau jalan perubahan yang terjadi di lokasi penelitian, yang bervariasi sesuai dengan konteks lokal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Diprose, Rachael, Amalinda Savirani, Annisa Sabrina Hartoto, and Ken M. P. Setiawan. Jalan Perubahan melalui Aksi Kolektif Perempuan Perdesaan: Upaya Perempuan dalam Menantang Arus untuk Memengaruhi Pembangunan Perdesaan di Indonesia. University of Melbourne with Universitas Gadjah Mada and MAMPU, 2020. http://dx.doi.org/10.46580/124330.

Full text
Abstract:
Ikhtisar dari volume ini disusun untuk mengeksplorasi secara ringkas poin-poin utama yang dipaparkan di dalam studi kasus yakni bagaimana aksi kolektif perempuan telah membawa perubahan baik bagi kesejahteraan diri perempuan, maupun dampaknya bagi pelaksanaan Undang-Undang Desa di Indonesia, serta bagaimana perubahan-perubahan tersebut terwujud dengan dukungan berbagai organisasi masyarakat sipil dalam lintas konteks dan sektor. Pertama, kami mengidentifikasi perbedaan dan keberagaman prioritas dan inisiatif pembangunan desa sebagai hasil pengaruh keterlibatan perempuan dalam pelaksanaan UndangUndang Desa. Inisiatif pembangunan tersebut tidak hanya terkait isu infrastruktur dan ekonomi (walaupun perempuan juga telah mengupayakan beberapa inisiatif di isu ini), namun juga meliputi berbagai permasalahan pembangunan desa dan tantangan sektoral lain yang dihadapi oleh masyarakat desa, khususnya perempuan. Kedua, kami menjabarkan berbagai bentuk perubahan yang berdampak pada kesejahteraan sehari-hari perempuan, dan juga pengaruhnya pada struktur kuasa, pembuatan keputusan dan prioritas pembangunan, baik di tingkat desa, masyarakat, institusi, maupun konteks yang lebih luas. Ketiga, kami membahas proses yang mendasari perubahan, dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadapnya, sebagaimana yang digambarkan melalui studi kasus yang ada. Ini termasuk pembahasan bagaimana dinamika konteks menghambat atau mendorong pengaruh perempuan, perbedaan dari isu dan tantangan sektoral yang dihadapi oleh perempuan, dan bagaimana aksi kolektif perempuan berkontribusi terhadap perubahan yang ada. Keempat, kami mengeksplorasi dimensi temporal dari perubahan tersebut. Terakhir, kami mengeksplorasi beberapa jalur atau jalan perubahan yang terjadi di lokasi penelitian, yang bervariasi sesuai dengan konteks lokal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography