Academic literature on the topic 'Bamah 3'

Create a spot-on reference in APA, MLA, Chicago, Harvard, and other styles

Select a source type:

Consult the lists of relevant articles, books, theses, conference reports, and other scholarly sources on the topic 'Bamah 3.'

Next to every source in the list of references, there is an 'Add to bibliography' button. Press on it, and we will generate automatically the bibliographic reference to the chosen work in the citation style you need: APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver, etc.

You can also download the full text of the academic publication as pdf and read online its abstract whenever available in the metadata.

Journal articles on the topic "Bamah 3"

1

Meihana, Mei, and Benyamin Lakitan. "The Impact of Groundwater Level Stress on the Morphological, Anatomical and Physiological of Beans (Phaseolus Vulgaris L.) in the Generative Phase." Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan 20, no. 2 (December 28, 2022): 280. http://dx.doi.org/10.32663/ja.v20i2.3248.

Full text
Abstract:
Kegiatan alih fungsi lahan yang terjadi sampai saat ini menyebabkan ketersediaan lahan kering untuk budidaya sayuran semakin berkurang oleh karena itu optimalisasi lahan basah perlu dilakukan.Salah satu lahan basah yang potensial adalah lahan rawa lebak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak morfologis, anatomis dan fisiologis cekaman muka air tanah dangkal dan genangan terhadap tanaman buncis di lahan rawa lebak. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2017 sampai dengan Januari 2018 di kolam percobaan yang berlokasi di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang dan di Laboratorium Terpadu Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan kontrol (tidak direndam), M-13 (MAT 13 cm di bawah permukaan tanah), M-8 (MAT 8 cm di bawah permukaan tanah), M-3 (MAT 3 cm di bawah permukaan tanah) dan WL+2 (genangan 2 cm di atas permukaan tanah). Setiap perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwacekaman MAT dengan kedalaman 3 cm di bawah permukaan tanahdan genangan meningkatkan kandungan prolin tetapi menurunkan kandungan klorofil, laju perluasan daun relatif (RLER),berat segar daun spesifik (SLFW), dan kandungan air daun spesifik (SLWC). Jaringan akar terbentuk sejak satu hari setelah perlakuan diberikan. Tanaman buncis yang mengalami MAT dengan kedalaman 3 cm di bawah permukaan tanah dan genangan hanya mampu hidup selama 6 hari. Sementara tanaman buncis yang diberi perlakuan kedalaman MAT di atas 3 cm menunjukkan kemampuan untuk terus bertahan dan berhasil pulih. Tanaman buncis merupakan tanaman yang adaptif terhadap kondisi kedalaman MAT lebih dari 3 cm di bawah permukaan tanah dan berpeluang untuk dikembangkan di lahan rawa lebak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Andrieni, Putri Hanny, Rita Hayati, and Zaitun Zaitun. "Pengaruh Residu Pembenah Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung(Ipomoea reptans Poir.) Pada Tanah Entisol." Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 7, no. 1 (March 14, 2022): 37–46. http://dx.doi.org/10.17969/jimfp.v7i1.19170.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari residu pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir) pada tanah entisol. Penelitian ini dilakukan di bulan April sampai bulan Mei 2019 di Campus Experimental Site The ACIAR Project, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yang memiliki 9 jenis perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan penelitian terdiri dari kontrol 0% NPK, kontrol Urea dan KCl, kontrol NPK 50% rekomendasi, sekam padi 5 t ha-1 + NPK 0%, sekam padi 5 t ha-1 + Urea dan KCl, sekam padi 5 t ha-1 + NPK 50% rekomendasi, biochar sekam padi 5 t ha-1 + 0% NPK, biochar sekam padi 5 t ha-1 + N dan K, biochar sekam padi 5 t ha-1 + NPK 50% rekomendasi. Setelah dilakukan penelitian didapatkan hasil bahwa residu pembenah tanah berpengaruh sangat nyata pada parameter tinggi tanaman saat berumur 2, 3 dan 4 MST dan parameter diameter batang saat berumur 2, 3 dan 4 MST, serta berpengaruh tidak nyata pada perameter jumlah daun, berat basah berangkasan atas (shoot) dan berat kering berangkasan atas (shoot) per rumpun, berat basah berangkasan bawah (root) dan berat kering berangkasan bawah (root) per rumpun, berat basah total berangkasan dan berat kering total berangkasan, rasio berangkasan atas (shoot) dan berangkasan bawah (root), laju pertumbuhan relatif, dan laju asimilasi bersih.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Apriany, Rina, Muliadi Muliadi, and Zulfian Zulfian. "Analisis Struktur Bawah Permukaan Tanah Daerah Rawan Kerusakan Jalan di Tanjakan Semboja Kabupaten Sanggau dengan Metode Geolistrik Resistivitas." PRISMA FISIKA 9, no. 1 (April 12, 2021): 21. http://dx.doi.org/10.26418/pf.v9i1.45244.

Full text
Abstract:
Telah dilakukan penelitian tentang struktur bawah permukaan tanah di Tanjakan Semboja Kabupaten Sanggau. Ruas jalan di tanjakan Semboja ini sering mengalami kerusakan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger. Lintasan yang digunakan sebanyak 4 buah lintasan yang masing-masing memiliki panjang 75 m. Berdasarkan penampang resistivitas, struktur bawah permukaan Lintasan 1 dengan nilai resistivitas 24,87 – 76,5 Ωm adalah tanah lanau pasiran basah dengan ketebalan 3,14 m dan tanah lanau pasiran kering dengan ketebalan 8,01 m. Lintasan 2 dengan nilai resistivitas 0,667 – 2211,83 Ωm diidentifikasi sebagai lapisan tanah lempung lanau basah lembek, lanau pasiran, lempung berbatu, pasir berkerikil dan batu pasir. Lapisan tanah lempung lanau basah lembek dengan ketebalan 9,9 m diduga sebagai penyebab jalan pada Lintasan 2 rentan terhadap kerusakan karena sifat lapisan tanahnya yang expansive. Lintasan 3 dengan nilai resistivitas 7,452 – 135,783 Ωm diidentifikasi sebagai lapisan tanah lempung lanau basah lembek bercampur pasir dengan ketebalan 4,2 – 8,3 m dan lapisan tanah lanau pasiran kering dengan ketebalan 2,5 – 3,8 m. Lapisan tanah lempung lanau basah lembek bercampur pasir diduga penyebab kerusakan pada Lintasan 3. Lintasan 4 dengan nilai resistivitas 19,15 – 158,72 Ωm diidentifikasi sebagai lapisan tanah lanau pasiran basah dengan ketebalan 6 − 9,9 m dan lapisan tanah lanau pasiran bercampur lempung berbatu dengan ketebalan 1,25 − 9,58 m. Lapisan tanah lanau pasiran basah diduga penyebab kerusakan pada Lintasan 4. Daerah yang sering mengalami kerusakan pada tanjakan Semboja memiliki struktur lapisan tanah lempung lanau basah lembek dan lapisan tanah lanau pasiran basah dengan nilai resistivitas 15 – 35,7 Ωm. Lapisan dengan sifat expansive ini memiliki ketebalan yang lebih besar dari lapisan yang tidak expansive. Kata Kunci: metode geolistrik, resistivitas, Wenner-Schlumberger, tanjakan Semboja
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Ramli, Alimudin &. Melissa Syamsiah &. "APLIKASI PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR STEK BATANG BAWAH MAWAR (Rosa Sp.) VARIETAS MALLTIC." AGROSCIENCE (AGSCI) 7, no. 1 (October 26, 2017): 194. http://dx.doi.org/10.35194/agsci.v7i1.52.

Full text
Abstract:
Bibit tanaman mawar yang berkualitas baik dapat diperoleh melalui perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan stek batang bawah mawar, tetapi kekurangan bibit yang berasal dari stek batang bawah adalah tidak selamanya dapat menghasilkan persentase perakaran yang tinggi. Salah satu zat pengatur tumbuh alami yang dapat digunakan dalam pembibitan dengan menggunakan stek batang adalah perasan bawang merah, karena bawang merah mengandung zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan irip Asam Indol Asetat (IAA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan akar stek batang bawah mawar dan mengetahui konsentrasi ekstrak bawang merah yang dapat menghasilkan pertumbuhan akar stek batang bawah mawar paling baik. Parameter yang diamati adalah panjang akar, jumlah akar, berat basah akar, dan berat kering akar. Rancangan percobaan yang digunakan adalahRancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 kelompok. Setiap unit percobaan menggunakan 3 buah stek batang. Perlakuan tersebut adalah ekstrak bawang merah konsentrasi 0%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak bawang merah pada konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap parameter panjang akar, jumlah akar, berat basah akar, dan berat kering akar. Ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 70% menunjukan hasil yang optimal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Muhamad Alimudi, Ramli &. "PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR STEK BATANG BAWAH MAWAR (Rosa Sp.) The Influence of difference onion extract (Allium cepa L.) to the root growth of rose rootsctock cuttings (Rosa Sp.)." AGROSCIENCE (AGSCI) 6, no. 2 (November 28, 2017): 70. http://dx.doi.org/10.35194/agsci.v6i2.103.

Full text
Abstract:
Bibit tanaman mawar yang berkualitas baik dapat diperoleh melalui perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan stek batang bawah, tetapi metode ini memiliki kekurangan karena bibit yang berasal dari stek batang bawah tidak selamanya dapat menghasilkan persentase perakaran yang tinggi. Salah satu zat pengatur tumbuh alami yang dapat digunakan dalam pembibitan dengan menggunakan stek batang adalah perasan bawang merah, karena bawang merah mengandung zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan mirip Asam Indol Asetat (IAA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan akar stek batang bawah mawar dan mengetahui konsentrasi ekstrak bawang merah yang dapat menghasilkan pertumbuhan akar stek batang bawah mawar paling baik. Parameter yang diamati adalah panjang akar, jumlah akar, berat basah akar, dan berat kering akar. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 kelompok. Setiap unit percobaan menggunakan 3 buah stek batang. Perlakuan tersebut adalah ekstrak bawang merah konsentrasi 0%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varians pada taraf kepercayaan 95% kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak bawang merah pada konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap parameter panjang akar, jumlah akar, berat basah akar, dan berat kering akar. Ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 70% menunjukan hasil yang optimal.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Hartoyo, Edi, and Lina Purnamasari. "Perubahan Pola Serotipe Pasien Demam Berdarah Dengue pada tahun 2014, 2016, dan 2018 di Area Lahan Basah." Sari Pediatri 22, no. 3 (October 27, 2020): 160. http://dx.doi.org/10.14238/sp22.3.2020.160-3.

Full text
Abstract:
Latar belakang. Dengue adalah infeksi virus akut dengan 4 serotipe virus. Penelitian seroprevalensi pada anak di Indonesia menunjukkan terdapat perubahan pola serotipe dengue dari berbagai daerah di Indonesia. Tujuan. Mengetahui apakah ada perubahan pola serotipe pasien DBD pada tahun 2014, 2016, dan 2018 di area lahan basah di Kalimantan Selatan.Metode. Penelitian epidemiologi ini melibatkan 145 pasien anak di bawah 18 tahun yang dirawat di RS Ulin pada tahun 2014, 2016 dan 2018 dan didiagnosis DBD oleh dokter spesialis anak berdasarkan tanda klinis, darah lengkap, dan serologi (IgM, IgG dengue). Sampel darah juga diperiksa untuk jenis serotipe dengan metode RT-PCR.Hasil. Serotipe dengue pada tahun 2014 terbanyak adalah DENV-2 (38%), diikuti oleh DENV-3 (30%), DENV-4 (24%), DENV-1 (8%); pada 2016 DENV-4 (35%), DENV-2 (29%), DENV-3 (21%), DENV-1 (15%); pada 2018 DENV-3 (39%), DENV-4 (29%), DENV-2 (23%), DENV-1 (9%).Kesimpulan. Terdapat perubahan pola dominasi serotipe dengue di area lahan basah dari DENV-2 (2014), DENV-4 (2016) menjadi DENV-3 (2018).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Alfiansyah, Gusti, Muhammad Hazmi, and Insan Wijaya. "Respons Pertumbuhan Dan Produksi Sorgum (Sorgum bicolor L.) Pada Pemangkasan Daun Bagian Bawah Dan Populasi Pada Lubang Tanam." Callus: Journal of Agrotechnology Science 1, no. 2 (December 16, 2023): 9–20. http://dx.doi.org/10.47134/callus.v1i2.1967.

Full text
Abstract:
Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produksi tanaman sorgum diantaranya yaitu pemangkasan daun bagian bawah dan menambahkan populasi sorgum pada tiap lubang tanam untuk memaksimalkan produksi sorgum. Pemangkasan daun merupakan salah satu cara untuk mengatur keseimbangan tanaman sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang baik, sehingga dengan demikian pertumbuhan vegetatif tanaman dapat diseimbangkan dengan pertumbuhan generatif. Selain itu pada populasi tinggi, kompetisi antar tanaman dapat terjadi sehingga pertumbuhan dan hasil per individu menjadi berkurang, namun karena jumlah tanaman per hektar bertambah dengan meningkatnya populasi, maka produksi sorgumper hektar masih dapat meningkat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulanganr. Dua faktor tersebut yaitu pemangkasan daun bagian bawah (D) dalam 2 taraf, yaitu : P0 = tanpa pemankasan, P1 = pangkas umur 60 hst dan populasi pada lubang tanam (P) dalam 5 taraf, yaitu : P1 = 1 tanaman/lubang, P2 = 2 tanaman/lubang, P3 = 3 tanaman/lubang, P4 = 4 tanaman/lubang, P5= 5 tanaman/lubang. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara perlakuan pemangkasan daun bagian bawah dan populasi pada lubang tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum terbukti pada variabel jumlah daun, jumlah biji persampel berat 1000 biji, dan berat biji basah basah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Admojo, Lestari, Nur Eko Prasetyo, Elya Afifah, and Hananto Hadi. "PENGARUH JUVENILITAS ENTRES TERHADAP KARAKTER TUNAS BIBIT OKULASI DINI TANAMAN KARET." Jurnal Penelitian Karet 31, no. 1 (June 1, 2013): 13. http://dx.doi.org/10.22302/jpk.v31i1.129.

Full text
Abstract:
Secara umum, keturunan klonal dari tanaman karet belum tentu menunjukkan performa sesuai dengan ortetnya meskipun sifat genetisnya sama. Hal tersebut terjadi karena entres yang digunakan sebagai sumber batang atas pada perbanyakan klonal tidak lagi memperlihatkan tipe juvenil. Perbaikan juvenilitas bibit antara lain bisa diupayakan melalui penggunaan entres tipe juvenil yang diokulasikan pada batang bawah usia dini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh juvenilitas entres terhadap karakter tunas bibit okulasi dini. Penelitian disusun secara RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 2 perlakuan entres (tipe juvenil dan tipe dewasa). Setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan, dengan masing-masing ulangan menggunakan 10 tanaman. Jenis entres yang digunakan yaitu cabang primer usia muda sebagai sumber mata tunas tipe juvenil dan wiwilan cabang tersier sebagai sumber mata tunas tipe dewasa klon IRR 112. Entres selanjutnya diokulasikan pada batang bawah usia 2,5 bulan. Pengamatan dilakukan pada karakter tunas, yaitu panjang tunas payung I dan payung II, sudut tunas, bobot basah dan bobot kering tajuk-akar, dan rasionya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter tunas bibit okulasi dini dari kedua perlakuan menunjukkan beda nyata kecuali rasio bobot basah dan bobot kering tajuk-akar. Karakter tunas payung I dan payung II bibit asal mata tunas cabang primer (Juvenile Budding atau JB) nyata lebih panjang dari bibit asal mata tunas cabang wiwilan (Mature Budding atau MB). Sudut tunas bibit JB nyata lebih kecil dari bibit MB. Bobot basah dan bobot kering tajuk-akar bibit JB nyata lebih besar dibandingkan bibit MB. Adapun rasio bobot basah dan bobot kering tajuk akar kedua perlakuan tidak berbeda nyata. Diterima : 2 Januari 2013; Disetujui : 14 Maret 2013 How to Cite : Admojo, L., Prasetyo, N. E., Afifah, E., & Hadi, H. (2013). Pengaruh juvenilitas entres terhadap karakter tunas bibit okulasi dini tanaman karet. Jurnal Penelitian Karet, 31(1), 13-19. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/129
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Tanjung, Nelson. "EFEKTIFITAS BERBAGAI BENTUK FLY TRAP DAN UMPAN DALAM PENGENDALIAN KEPADATAN LALAT PADA PEMBUANGAN SAMPAH JALAN BUDI LUHUR MEDAN TAHUN 2016." Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) 11, no. 3 (November 5, 2018): 217–22. http://dx.doi.org/10.36911/pannmed.v11i3.104.

Full text
Abstract:
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diptera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain-lain. Penyebaran penyakit oleh lalat dapat terjadi melalui kontak makanan dan minuman dimana tubuh lalat seperti pada kaki, mulut, sayapnya telah menempel bibit- bibit penyakit yang dibawanya dari tempat- tempat yang kotor, oleh karena itu perlu adanya pengendalian terhadap populasi lalat tersebut. Penggunaan flytrap diduga mempunyai pengaruh terhadap kepadatan populasi lalat, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Flytrap terhadap kepadatan populasi lalat di pembuangan sampah Jalan Budi Luhur Medan. Dalam penelitian ini digunakan 3 unit Fly trap (bentuk kubus, segitiga dan bulat) dan 3 jenis umpan (Udang Basah, Insang Ikan dan Ampas Tebu) dengan ukuran masing-masing Fly trap 30cm×30cm×30cm, dimana diameter kerucut berukuran atas 5cm dan bagian bawah berdiameter 10 cm sebagai jalan masuknya lalat dari bawah dengan tinggi kaki Flytrap 7cm, dengan kawat kasa sebagai dingding. Alat ini dipasang selama sembilan hari, sedangkan alat untuk mengukur kepadatan lalat menggunakan Flygrill. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari ketiga bentuk Flytrap lalat lebih menyukai Flytrap yang berbentuk kubus dengan jumlah lalat yang masuk dari ketiga umpan ( udang basah, insang ikan dan ampas tebu ) adalah 1987 ekor dengan rata- rata 221 ekor. Dan umpan yang paling disukai lalat dari ketiga umpan (udang basah, insang ikan dan ampas tebu) tersebut adalah insang ikan 2294 ekor dengan rata-rata 255 ekor. Hasil penelitian ini diuji dengan uji statistik one way anova menunjukkan bahwa nilai p = 0,001<0,05 dapat diartikan bahwa secara statistik H0 ditolak. Maka disimpulkan bahwa flytrap berbentuk kubus dan umpan insang ikan lebih efektif dalam pengendalian lalat. Saran dari penelitian ini diharapkan masyarakan dapat membuat atau menggunakan Flytrap untuk menurunkan kepadatan lalat khususnya di pemukiman yang berada di sekitar pembuangan sampah budi luhur, karena alat ini tidak menimbulkan bahaya dan sangat efektif dalam menangkap lalat.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Nurfaijah, Budi Indra Setiawan, Chusnul Arif, and Slamet Widodo. "Sistem Kontrol Tinggi Muka Air Untuk Budidaya Padi." Jurnal Irigasi 10, no. 2 (September 17, 2015): 97. http://dx.doi.org/10.31028/ji.v10.i2.97-110.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan merancang sistem kontrol untuk menjaga tinggi muka air dan kelembaban tanah pada level yang dibutuhkan tanaman dan mengkaji tinggi muka air dan kelembaban tanah optimum pada setiap fase pertumbuhan budidaya padi. Sistem kontrol tinggi muka air dibentuk berdasarkan sistem kendali on-off dengan menggunakan mikrokontroler Arduino Uno ATMega328P. Ketika sensor memberikan input bahwa tinggi muka air berada di bawah set point maka dengan perintah mikrokontroler valve irigasi akan terbuka dan valve drainase tertutup. Jumlah dan waktu pemberian dan pengeluaran air irigasi tergantung set point. Set point dikontrol berdasarkan perlakuan rejim air. Rejim air terdiri dari 3 perlakuan yaitu Rejim Basah (RB), Rejim Agak Basah (RAB) dan Rejim Kering (RK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem irigasi otomatis sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan tinggi muka air sesuai dengan algoritma kendali. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rejim air mempengaruhi pertumbuhan tanaman, produktivitas lahan dan produktivitas air. Perlakuan rejim agak basah memberikan jumlah anakan tertinggi (138 anakan), hasil tanaman tertinggi 194,7 g/rumpun (setara 21, 6 ton/ha dengan asumsi jarak tanam 30 cm x 30 cm) dan produktivitas air tertinggi 3,16 kg/m3.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Books on the topic "Bamah 3"

1

Ram, Levi. Polah: Monodramah : [program]. Tel Aviv: Teʼaṭron ha-Ḳameri, Bamah 3., 1987.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Bamah 3. Teʼaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv. Ṭrumpeldor 1985: Maḥazeh saṭiri ʻim pizmonim : [program]. Tel Aviv: Teʾaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv, Bamah 3, 1985.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Bamah 3. Teʼaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv. Geshem. Tel Aviv: Teʾaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv, Bamah 3., 1988.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Bamah 3. Teʼaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv. Shesh Aḥare. Tel Aviv: Teʾaṭron ha-Ḳameri, Bamah 3., 1985.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Bamah 3. Teʼaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv. ha-Ḥiloni ha-aḥaron. Tel Aviv: Teʾaṭron ha-Ḳameri, Bamah 3, 1986.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Rivḳah, Meshulaḥ, Messinger Jack, and Teʼaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv, eds. ha-Masaʻ shel ima Ṭabori. Tel Aviv]: Teʼaṭron ha-Ḳameri, 1987.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Bamah 3. Teʼaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv. Be-emtsaʻ ha-yom. Tel Aviv]: Teʾaṭron ha-Ḳameri, Bamah 3, 1987.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Tel-Aviv, Teʼaṭron ha-Ḳameri shel. Herayon. Tel Aviv: Teʾaṭron ha-Ḳameri shel Tel-Aviv, 1988.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Max, Lumintang, ed. Satu dasawarsa Sulawesi Utara membangun di bawah pimpinan Gubernur C.J. Rantung, 3 Maret 1985-3 Maret 1995. Jakarta: Grasindo, 1994.

Find full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Herwig, Sascha. β-Strang-Ausbildung eines Faltungsintermediates von BamA. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-29029-0.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Book chapters on the topic "Bamah 3"

1

Stöcker, W. "Barmah-Forest-Viren (BFV)." In Springer Reference Medizin, 402–3. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2019. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-48986-4_3744.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Stöcker, W. "Barmah-Forest-Viren (BFV)." In Lexikon der Medizinischen Laboratoriumsdiagnostik, 1. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg, 2017. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-662-49054-9_3744-1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Herwig, Sascha. "Einleitung." In β-Strang-Ausbildung eines Faltungsintermediates von BamA, 1–18. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-29029-0_1.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Herwig, Sascha. "Material und Methoden." In β-Strang-Ausbildung eines Faltungsintermediates von BamA, 19–28. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-29029-0_2.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Herwig, Sascha. "Ergebnisse." In β-Strang-Ausbildung eines Faltungsintermediates von BamA, 29–43. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-29029-0_3.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Herwig, Sascha. "Diskussion." In β-Strang-Ausbildung eines Faltungsintermediates von BamA, 45–53. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-29029-0_4.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Herwig, Sascha. "Fazit & Ausblick." In β-Strang-Ausbildung eines Faltungsintermediates von BamA, 55–56. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2020. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-29029-0_5.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Anthwal, Ashish, Varun Joshi, Suresh C. Joshi, and Kireet Kumar. "Measurement of Atmospheric Carbon Dioxide Levels at Dokriani Bamak, Garhwal Himalaya, India." In Society of Earth Scientists Series, 115–25. Cham: Springer International Publishing, 2014. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-319-13743-8_10.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
9

Nazmi, Farhana Mohd, Nurul Afiqah Ahmad, and Hidayati Ernida Hassan Azahari. "Food Practitioners’ Knowledge, Attitude, and Practice Regarding Food Safety: A Case Study of Pasar Basah Sungai Siput." In Contributions to Management Science, 823–32. Cham: Springer International Publishing, 2023. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-031-27296-7_74.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
10

Breen, Michael G. "Asymmetry or Equality? Ethnic Nationalities in a Bamar-Dominated State. A Country Study of Constitutional Asymmetry in Myanmar." In Constitutional Asymmetry in Multinational Federalism, 341–68. Cham: Springer International Publishing, 2019. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-030-11701-6_13.

Full text
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles

Conference papers on the topic "Bamah 3"

1

Rahayu, Eka Murni, and Sepdian Luri Asmono. "Respon Pertumbuhan Eksplan Daun Tembakau (Nicotiana tabacum l.) Prancak-95 pada beberapa Konsentrasi Sukrosa dan BAP Secara In Vitro." In Implementasi IPTEKS Sub Sektor Perkebunan Pendukung Devisa Negara dan Ketahanan Energi Indonesia. Jember: AGROPROSS, National Conference Proceedings of Agriculture, 2019. http://dx.doi.org/10.25047/agropross.2019.116.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengetahui interaksi antara sukrosa dengan BAP, terhadap pertumbuhan tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) Prancak-95 secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I Sukrosa yang terdiri dari 3 taraf yaitu 20 gr/l, 30 gr/l dan 40 gr/l. Faktor II BAP yang terdiri dari 3 taraf yaitu 2 ppm, 3 ppm dan 4 ppm. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember pada bulan Agustus 2018 - Desember 2018. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan DMRT taraf 5%. Parameter pengamatan meliputi kedinian kalus, berat basah kalus, tekstur kalus, kedinian tunas, berat basah tunas, tinggi tunas dan jumlah tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh konsentrasi sukrosa 20 gram/liter berbeda nyata tehadap parameter tinggi tunas. Pengaruh konsentrasi BAP 4 ppm berbeda nyata terhadap parameter kedinian tunas, tinggi tunas dan berat basah kalus. Selain itu pengaruh konsentrasi BAP 3 ppm berbeda nyata terhadap parameter berat basah tunas, dan jumlah tunas. Pengaruh konsentrasi sukrosa 20 gram/liter dan BAP 4 ppm berbeda nyata terhadap parameter berat basah tunas. Selain itu pengaruh konsentrasi sukrosa 30 gram/liter dan BAP 3 ppm berbeda nyata terhadap parameter jumlah tunas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
2

Nuzullah, Annisa Firdausy, and Refa Firgiyanto. "Aplikasi Berbagai Jenis Media dan ZPT Terhadap Aklimatisasi Anggrek Vanda (Vanda sp.)." In Seminar Nasional Semanis Tani Polije 2021. Politeknik Negeri Jember, 2021. http://dx.doi.org/10.25047/agropross.2021.202.

Full text
Abstract:
Anggrek dapat dibudidayakan secara vegetatif maupun generatif. Teknik kultur jaringan merupakan salah satu perbanyakan secara generatif. Tanaman hasil kultur jaringan merupakan tanaman yang masih rentan terhadap lingkungan in-vivo. Penyesuaian tanaman yang tidak tepat akan menurunkan tingkat keberhasilan proses aklimatisasi. Penggunaan media merupakan salah satu faktor keberhasilan tahap aklimatisasi. Aplikasi ZPT bertujuan untuk mendukung tingkat keberhasilan aklimatisasi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek vanda yang lambat. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui hasil terbaik pengaplikasian media tanam, pengaplikasian ZPT serta interaksi pada aklimatisasi anggrek. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, terdiri dari dua faktor. Tiap faktok terdiri dari 3 taraf perlakuan dengan 3 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 3 tanaman, menghasilkan 9 kombinasi perlakuam media tanam dan ZPT yaitu, M1Z1: (media cocopeat+ bawang merah) , M1Z2: (media cocopeat+tauge), M1Z3: (media cocopeat+air kelapa), M2Z1 (media pakis+ bawang mera), M2Z2 (media pakis+ tauge), M2Z3 (media pakis+ air kelapa), M3Z1 (media moss + bawang merah), M3Z2 (media moss+ tauge), M3Z3 (media moss+ air kelapa). Hasil uji DMRT 5 % menunjukkan bahwa pengaplikasian jenis media cocopeat (M1) menunjukkan hasil terbaik pada parameter presentase hidup, penambahan tinggi tanaman minggu ke-3, bobot basah, bobot kering, kadar air dan volume akar. Faktor tunggal jenis ZPT bawang merah (Z1) menunjukkan hasil berbeda nyata hanya pada parameter bobot basah. Media cocopeat dan ZPT bawang merah (M1Z1) menunjukkan hasil berpengaruh nyata pada parameter penambahan diameter batang 9 MST dan bobot basah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
3

Awidiyantini, Ruly, and Yanti Nurmalasari. "Pengaruh Cara Perbanyakan Vegetatif Terhadap Pertumbuhan Kopi Robusta (Coffea canephora) Klon BP 308 dan BP 534." In Implementasi IPTEKS Sub Sektor Perkebunan Pendukung Devisa Negara dan Ketahanan Energi Indonesia. Agropross : National Conference Proceedings of Agriculture, 2019. http://dx.doi.org/10.25047/agropross.2019.88.

Full text
Abstract:
Tanaman kopi (Coffea sp) merupakan komoditas penting yang permintaan setiap tahunnya meningkat. Perbanyakan tanaman kopi yang mudah dan murah adalah dengan setek dan setek sambung. Setek sambung tanaman kopi merupakan cara perbanyakan vegetatif yaitu sambungan antara dua klon yang mempunyai keunggulan berbeda. Untuk mengetahui metode setek dan setek sambung yang terbaik dengan menggunakan bahan tanam ruas dan sayat/belah. Penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan metode pembiakan vegetatif ( setek dan setek sambung)terbaik dan membandingkan dari beberapa cara pembiakan pada tanaman kopi robusta (Coffea canephora) . Penelitian di laksanakan di kebun Percobaan Mandiri mulai bulan Juli sampai September 2018 dan selanjutnya di lakukan pengamatan dalam laboratorium. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan di lanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan 5%. Perlakuan A merupakan perlakuan setek sambung batang bawah ruas klon BP 308 dan batang atas ruas klon BP 534, perlakuan B merupakan setek sambung batang bawah ruas klon BP 308 dan batang atas belah klon BP 534, perlakuan C merupakan setek sambung batang bawah belah klon BP 308 dan batang atas belah klon BP 534, perlakuan D merupakan setek ruas klon BP 308, perlakuan E merupakan setek ruas klon BP 534, perlakuan F merupakan setek belah klon BP 308, dan perlakuan F setek belah klon BP 534. Hasil penelitian menunjukkan setek sambung batang bawah klon BP 308 dan batang atas ruas klon BP 534 (A)merupakan hasil terbaik, setek ruas klon BP 308 (D) lebih baik daripada setek ruas klon BP 534.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
4

Sahidah, Edeh, and Dety Mulyanti. "PENGARUH PARTISIPASI GURU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN IMPLEMENTASI PENGAWAS TERHADAP KINERJA GURU." In Seminar Sosial Politik, Bisnis, Akuntansi dan Teknik (SoBAT) ke-3. LPPM USB YPKP, 2021. http://dx.doi.org/10.32897/sobat3.2021.3.

Full text
Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kinerja guru MTs se-KKM MTsN Cimerak: (1) partisipasi guru dalam pengambilan keputusan terhadap kinerja guru. (2) pengaruh partisipasi guru dalam implementasi pengawasan terhadap kinerja guru. (3) Apakah ada hubungan antara partisipasi guru dalam pengambilan keputusan dan implementasi pengawasan terhadap kinerja guru. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif-korelasional. Pengumpulan data dengan observasi dan kuisioner kepada 30 responden. Hasil penelitian disimpulkan: (1) Hasil pengujian dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman’s Rho antara Variabel X1 (Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan) dengan Variabel Y (Kinerja Guru), diperoleh koefisien Korelasi Spearmen’s Rho sebesar 0,685, berarti korelasi sedang. (2) Hasil pengujian dengan menggunakan Uji Korelasi Product Moment Pearson antara Variabel X2 (Partisipasi Guru dalam Implementasi Pengawasan) dengan Variabel Y (Kinerja Guru), diperoleh koefisien korelasi Pearson (r) sebesar 0,804, berkorelasi tinggi. (3) Hasil pengujian dengan menggunakan Uji Korelasi ganda terhadap Variabel X1 dan X2 dengan Variabel Y, diperoleh angka koefisien korelasi ganda (r) adalah 0,848 yang berarti korelasi tinggi. Berdasarkan hasil pengujian tersebut tingkat signifikansinya adalah 0,000 yang berarti jauh di bawah 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara partisipasi guru dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama dengan partisipasi guru dalam implementasi pengawasan terhadap peningkatan kinerja di MTs se-KKM MTsN Cimerak.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
5

Wibisono, Kunto, Resti Rahma Dianti, and Waras Nurcholis. "Efek Ekstrak Basah Daun Plectranthus amboinicus (L.) Terhadap Produksi Susu, Konsumsi Pakan, Pertumbuhan Bobot Badan Tikus dan Anakan." In Seminar Nasional Semanis Tani Polije 2021. Politeknik Negeri Jember, 2021. http://dx.doi.org/10.25047/agropross.2021.217.

Full text
Abstract:
Insufisiensi laktasi menjadi masalah kesehatan masyarakat karena meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi. Plectranthus amboinicus (L.) telah dilaporkan efeknya pada peningkatan produksi susu. Dalam beberapa tahun terakhir, metode ekstraksi basah menggunakan pelarut air belum dilaporkan pengaruhnya terhadap produksi susu. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendapatkan dosis ekstrak basah yang efektif terhadap produksi susu, konsumsi pakan, pertumbuhan berat badan tikus dan anakan, 2) memperoleh waktu optimum dalam meningkatkan produksi susu, konsumsi pakan, pertumbuhan berat badan tikus dan anakan, dan 3) mengetahui hubungan produksi susu, konsumsi pakan, pertumbuhan berat badan tikus dan anakan. Penelitian dilakukan di Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University, pada Februari 2019 hingga Agustus 2019. Lima belas ekor tikus betina (Rattus norvegicus) galur Sprague-Dawley (SD) dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol, kelompok kedua adalah tikus yang diberi dosis 162 mg/kgBB (dosis 1), dan kelompok ketiga adalah tikus yang diberi dosis 324 mg/kgBB (dosis 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 324 mg/kgBB dapat meningkatkan produksi susu tikus (2,81 ± 0,47 g), pertumbuhan bobot badan anak tikus (18,43 ± 0,21 g), dan konsumsi pakan tikus (18,86 ± 0,18 g) dibandingkan dengan kontrol (masing-masing 1,79 ± 0,89 g, 13,39 ± 0,29 g, 13,14 ± 0,33 g). Pertumbuhan bobot badan tikus pada dosis 2 mengalami penurunan 1,79 ± 0,94 g dibandingkan dengan kelompok kontrol 0,43 ± 0,49 g. Waktu optimal untuk peningkatan produksi susu diperoleh pada hari ke 9-16. Peningkatan produksi susu berkorelasi positif dengan pertumbuhan bobot badan anak tikus dan konsumsi pakan tikus. Di sisi lain, produksi susu berkorelasi negatif dengan pertumbuhan berat badan tikus.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
6

Waluyo, Nurmalita, Joko Pinilih, Ineu Sulastrini, and Eli Korlina Edisaputra. "Pertumbuhan dan Produksi Benih 14 Varietas Bawang Merah (Allium Cepa L. Var Aggregatum) di Dataran Tinggi Lembang, Kabupaten Bandung Barat." In Seminar Nasional Semanis Tani Polije 2021. Politeknik Negeri Jember, 2021. http://dx.doi.org/10.25047/agropross.2021.229.

Full text
Abstract:
Bawang merah merupakan komoditas utama di Indonesia yang digunakan sebagai bumbu masak dan obat, sehingga ketersediaannya sepanjang tahun sangat penting untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi benih 14 varietas bawang merah di dataran tinggi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil bawang merah di KP. Margahayu Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang (1.250 m dpl) dari bulan Agustus s.d. Oktober 2020. Materi yang digunakan berupa 14 varietas bawang merah dari Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian (Balitbangtan), yaitu: Sembrani, Maja Cipanas, Bima Brebes, Kuning, Trisula, Mentes, Kramat 1, Violetta 1 Agrihorti, Violetta 2 Agrihorti, Violetta 3 Agrihorti, Ambassador 1 Agrihorti, Ambassador 2 Agrihorti, Ambassador 3 Agrihorti, dan Ambassador 4 Agrihorti. Pertumbuhan 14 varietas bawang merah selama penanaman cukup baik. Ambassador 3 Agrihorti menunjukkan tinggi tanaman dan panjang daun tertinggi dibanding varietas lainnya, yaitu masing-masing 41,80 cm dan 34,72 cm. Berat benih per rumpun berkisar antara 31,00-64,61 gram. Violetta 2 Agrihorti menunjukkan jumlah umbi per rumpun, berat basah per rumpun, berat kering eskip umbi per rumpun, dan berat benih per rumpun tertinggi dibanding varietas lainnya, yaitu masing-masing 9,70 umbi; 144,53 gram, 85,69 gram dan 31,59 gram. Sedangkan berat benih per plot tertinggi terdapat pada varietas Sembrani. Pertumbuhan dan produksi benih bawang merah dipengaruhi oleh varietas.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
7

Sutopo and Titistyas Gusti Aji. "Pengujian Pupuk Fertila terhadap Kadar N, P, K Daun dan Hasil Panen Jeruk Keprok (Citrus reticulata) Varietas Terigas di Inceptisol." In Seminar Nasional Semanis Tani Polije 2021. Politeknik Negeri Jember, 2021. http://dx.doi.org/10.25047/agropross.2021.206.

Full text
Abstract:
Pengujian pupuk Fertila (12-6-24 +2MgO+3CaO+14SO3+unsur mikro) bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk terhadap kadar N, P, K daun, kadar sari buah, kadar asam dan total padatan terlarut, serta efektivitas pupuk terhadap hasil buah jeruk keprok Terigas. Percobaan ini dilaksanakan di IP2TP Kliran dan Laboratorium Ekofisiologi, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, pada Agustus 2017. Tanaman yang digunakan adalah keprok Terigas yang diokulasi pada batang bawah Japansche Citroen berusia 4 tahun, dengan produksi tahun sebelumnya adalah 20 kg/pohon. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan, yaitu kontrol (tanpa pupuk), pupuk rekomendasi (0,60 kg Urea (45% N) + 0,50 kg SP36 (36% P2O5) + 0,10 kg KCl (60% K2O)/pohon), serta pupuk Fertila dengan dosis 1,50, 2,25, 3,00, dan 3,75 kg/pohon. Setiap perlakuan diulang 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Fertila pada Inceptisol dengan status N tanah rendah, P tersedia dan K dapat ditukar sedang, berpengaruh nyata terhadap kadar N dan K daun jeruk. Fertila pada dosis tertinggi menghasilkan sari buah dengan total padatan terlarut lebih besar dibandingkan dengan pupuk rekomendasi, tetapi tidak berbeda nyata pada kandungan sari buah dan total asam tertitrasi. Kecuali dosis 1,5 kg/pohon (7,5% dari bobot panen sebelumnya), pupuk Fertila menghasilkan efektivitas hasil buah lebih dari 100% dan dosis pupuk optimum yang dianjurkan adalah 3 kg/pohon setahun.
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
8

Amal, Ichlasul, M. Bintoro, and Alfarina Kardiana Sari. "Pengaruh Dosis Mikoriza (Vam) Terhadap Pertumbuhan Awal Bibit Dua Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas Sp 80-1816 dan Ps 882 Pada Tahap Aklimatisasi." In Seminar Nasional Semanis Tani Polije 2020. Politeknik Negeri Jember, 2020. http://dx.doi.org/10.25047/agropross.2020.45.

Full text
Abstract:
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi gula adalah dengan meningkatkan kualitas bibit tebu. Kualitas bibit tebu sebelum dipindahkan ke lapangan dapat ditingkatkan dengan menambahkan mikroorganisme dalam tanah, yaitu mikoriza pada tahap aklimatisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis mikoriza VAM terhadap pertumbuhan awal SP 80-1816 dan bibit tebu PS 882 pada tahap aklimatisasi. Penelitian ini dirancang menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis mikoriza yang terdiri dari 4 taraf, yaitu tanpa perlakuan mikoriza (M0), 5 gram mikoriza / polibag (M1), 8 gram mikoriza / polibag (M2), dan 11 gram mikoriza / polibag (M3). Faktor kedua adalah varietas tebu yang terdiri dari 2 taraf, yaitu SP 80-1816 (V1) dan PS 882 (V2). Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis mikoriza dan varietas tidak menunjukkan signifikan pada semua parameter. Sedangkan faktor tunggal, dosis mikoriza menunjukkan jumlah anakan yang sangat signifikan, tetapi tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat basah, dan berat kering bibit tebu. Jumlah anakan terbanyak ditunjukkan oleh bibit tebu yang diberikan sebanyak 8 gram / polybag, yaitu 6,60. Dosis mikoriza juga menunjukkan secara signifikan panjang akar dengan hasil bahwa bibit yang diberi mikoriza lebih baik daripada yang tidak diberikan. Varietas faktor secara signifikan hanya dalam parameter tinggi tanaman pada umur 4 minggu setelah tanam dengan Varietas SP 80-1816 (V1) memiliki respon terbaik dibandingkan dengan varietas PS 882 (V2).
APA, Harvard, Vancouver, ISO, and other styles
We offer discounts on all premium plans for authors whose works are included in thematic literature selections. Contact us to get a unique promo code!

To the bibliography