Um die anderen Arten von Veröffentlichungen zu diesem Thema anzuzeigen, folgen Sie diesem Link: Spektrometry.

Zeitschriftenartikel zum Thema „Spektrometry“

Geben Sie eine Quelle nach APA, MLA, Chicago, Harvard und anderen Zitierweisen an

Wählen Sie eine Art der Quelle aus:

Machen Sie sich mit Top-50 Zeitschriftenartikel für die Forschung zum Thema "Spektrometry" bekannt.

Neben jedem Werk im Literaturverzeichnis ist die Option "Zur Bibliographie hinzufügen" verfügbar. Nutzen Sie sie, wird Ihre bibliographische Angabe des gewählten Werkes nach der nötigen Zitierweise (APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver usw.) automatisch gestaltet.

Sie können auch den vollen Text der wissenschaftlichen Publikation im PDF-Format herunterladen und eine Online-Annotation der Arbeit lesen, wenn die relevanten Parameter in den Metadaten verfügbar sind.

Sehen Sie die Zeitschriftenartikel für verschiedene Spezialgebieten durch und erstellen Sie Ihre Bibliographie auf korrekte Weise.

1

Ptičar, Danijel, und Vesna Marić. „Izrada i upotreba digitalnog optičkog spektrometra u nastavi fizike u srednjoj školi“. Politehnika 3, Nr. 1 (03.12.2019): 13–20. http://dx.doi.org/10.36978/cte.3.1.2.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Prilikom proučavanja valne prirode svijetlosti u srednjoj školi bilo bi korisno da škola posjeduje spektrometar kako bi učenici mogli vidjeti primjer upotrebe difrakcije svijetlosti za određivanje valnih duljina izvora svijetlosti. Također bi na vježbama učenici mogli proučavati od kojih valnih duljina se sastoje različiti izvori svijetlosti, te u određenim slučajevima određivati i kemijske elemente sadržane u izvoru svijetlosti. Kako se cijena komercijalnog spektrometra kreće oko 1000$, odlučili smo sami pokušati izraditi digitalni spektrometar uz pomoć mikroupravljača i linearnog CCD senzora. U samoj izradi, osim autora, dijelom su sudjelovali i učenici četvrtog razreda, smjera tehničara za računalstvo, u sklopu predmeta „Mikroupravljači“. Rezultat izrade spektrometra bio je uspješan, za cijenu od 20$ uspjeli smo napraviti digitalni spektrometar za spektar od 350 nm do 800 nm, preciznosti i rezolucije oko 1 nm, koji se vrlo dobro uklopio u nastavu fizike. U radu je opisana konstrukcija i kalibracija spektrometra, programski alati i komponente potrebne za izradu spektrometra, te najvažnije, primjena i upotreba ovako izrađenog spektrometra u nastavi fizike u srednjoj školi
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Hönig, Vladimír, Daniela Miholová und Matyáš Orsák. „Measurement of Wear Metals in Engine Oils by Atomic Absorption Spektrometry Method“. Manufacturing Technology 14, Nr. 3 (01.10.2014): 317–22. http://dx.doi.org/10.21062/ujep/x.2014/a/1213-2489/mt/14/3/317.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Kleinová, J., und B. Klejdus. „Determination of volatiles in beer using solid-phase microextraction in combination with gas chromatography/mass spektrometry “. Czech Journal of Food Sciences 32, No. 3 (11.06.2014): 241–47. http://dx.doi.org/10.17221/567/2012-cjfs.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Headspace solid phase microextraction and purge and trap analysis were used for the determination of volatiles in beer. These methods were compared with the analysis of unconcentrated gas phase and liquid extraction. Solid phase microextraction proved to be the most useful and was investigated more closely. Volatiles were isolated by the means of different combinations of sorbents, sorption was performed at various temperatures and times. The addition of salt to the sample and stirring of the sample were examined to enhance the analyte concentration in the gas phase. Ultrasonic bath and filtration were tested to remove carbon dioxide. Not all methods improved the sorption of volatiles. Stirring was characterised by low repeatability and ultrasonic bath causes to the loss of volatile analytes. Distribution constants of volatiles depend on their boiling points and thus different sorption temperatures are suitable for different substances.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Aloysius, Mudji Triatmo Melkias, Marzuki Nurmin, Rum Hastuti und Gunawan Gunawan. „Komparasi Metode Spektrometri Tampak dengan Spektrometri Serapan Atom pada Penentuan Kadar Aluminium dalam Antasida“. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 2, Nr. 2 (31.05.1999): 39–41. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.2.2.39-41.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Telah dilakukan uji banding metode penentuan kadar aluminium secara spektrometri tampak dengan spektrometri serapan atom (SSA). Penentuan kadar aluminium secara SSA dilakukan dengan menganalisis larutan sampel secara langsung, sedangkan analisis secara spektrometri tampak dilakukan dengan perlakuan awal ekstraksi menggunakan pereaksi 8-hidroksikuinolin dalam kloroform. Absorbansi diukur dengan spektrometer ultra ungu-tampak pada panjang gelombang 408 nm. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi rata-rata secara SSA adalah 81,01 ± 0,95 ppm dan secara spektrometri tampak adalah 79,70 ± 1,64 ppm. Hasil uji t-student menyatakan bahwa teksperimen sebesar 0,86 lebih kecil daripada ttabel yang besarnya 2,31 untuk P = 95%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut tidak berbeda secara nyata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Nugroho, Arif, Yusuf Nampira und Yanlinastuti Yanlinastuti. „ANALISIS RADIONUKLIDA 235U DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U3Si2-Al PASCA IRADIASI MENGGUNAKAN METODE SPEKTROMETRI ALFA“. Jurnal Forum Nuklir 8, Nr. 2 (18.10.2017): 131. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2014.8.2.3704.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
ANALISIS RADIONUKLIDA 235U DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U3Si2-Al PASCA IRADIASI MENGGUNAKAN METODE SPEKTROMETRl ALFA. Telah dilakukan Analisis Radionuklida 235U dalam Pelat Elemen Bakar (Peb) U3Si2-Al Pasca lradiasi. PEB di samping mengandung sisa uranium juga mengandung bahan lain, seperti hasil belah dan hasil biak serta bahan kelongsong elemen bakar nuklir. Kandungan uranium di dalam bahan bakar pasca iradiasi tersebut dianalisis menggunakan metode spektrometri-α . Agar aualisis memberikan hasil yang akurat maka uranium tersebut perlu dipisahkau dari unsur lain yang dapat menyerap radiasi-α dan akan berpengaruh pada pengukuran radioaktivitasnya. Uranium dalam larutau asam kuat HCI membentuk komplek anion sedangkan bahan yang tercampur lainnya bersifat kation. Uranium dapat dipisahkan menggunakan kolom penukar anion dengan menggunakan resin dowex 1x8 Cl-, dan larutan HCI digunakan sebagai eluen. Uranium yang terikat dalam koJom diambil dengan cara mengelusi kolom menggunakan aquadest hangat. Efektifitas pemisahan uranium didasarkan pada parameter berat resin dan volume serta konsentrasi HCl dalam eluen. Berat resin dowex 1x8 Cl- yang digunakan dengan variasi 1; 1,2; 1,5 dan 2 g, sedangkan konsentrasi asam kuat HCI 4; 6; 8; 10 M. Radionuklida 235U yang masih berada dalam resin dielusi menggunakan aquadest hangat suhu 50C. Uranium dalam efluen HCl dan air hangat dianalisis menggunakan spektrometer-α . Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi optimum yang diperoleh untuk konsentrasi HCl adalah 6 M, dan berat resin dowex 1x8 Cl- yang digunakan sebesar 1,2 g. Kandungan radionuklida 235U yang di dalam sampel larutan uranil nitrat bebas isotop Cs diperoleh sebesar 0,1966 μg atau setara dengan 743,4 μg didalam 0,036 g sampel PEB U3Si2-Al densitas 2,96 gU/cm3 pasca iradiasi.Kata kunci : analisis radionuklida 235U, spektrometer-α, PEB U3Si2-Al
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Raharjo, Raharjo. „Perbandingan Penentuan Kadar Alumunium dalam Antasida Menggunakan Metode Spektrometri Tampak dengan Spektrometri Serapan Atom“. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 20, Nr. 3 (01.10.2017): 140–41. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.20.3.140-141.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Telah dilakukan uji banding metode penentuan kadar alumunium secara spektrometri tampak dengan spektometri serapan atom (SSA). Penentuan kadar alumunium secara SSA dilakukan dengan menganalisis larutan sampel secara langsung, sedangkan analisis secara spektometri tampak dilakukan dengan perlakuan awal ekstrasi menggunakan pereaksi 8-hidroksikuinolin dalam kloroform. Absorbansi diukur dengan spektrometer ultra ungu – tampak pada panjang gelombang 408 nm. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi rata – rata secara SSA adalah 81,01 ± 0,95 ppm dan secara spektrometri tampak adalah 79,70 ± 1,64 ppm. Hasil uji t-student menyatakan bahwa teksperimen sebesar 0,86 lebih kecil dari pada ttabel yang besarnya 2,31 untuk P = 95%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut tidak berbeda secara nyata.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Nana Suherman, Azmairit Aziz,. „KARAKTERISASI FISIKO-KIMIA RADIOISOTOP TERBIUM-161-KLORIDA (161TbCl3) HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA ALAM“. GANENDRA Majalah IPTEK Nuklir 18, Nr. 1 (05.01.2016): 45. http://dx.doi.org/10.17146/gnd.2015.18.1.2824.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
ABSTRAK KARAKTERISASI FISIKO-KIMIA RADIOISOTOP TERBIUM-161-KLORIDA (161TbCl3) HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA ALAM. Saat ini jumlah penderita kanker meningkat setiap tahun di Indonesia dan menjadi penyebab kematian ke tiga setelah penyakit jantung dan darah tinggi. Terbium-161 (161Tb) merupakan pemancar-β- lemah (Eβ- = 0,155 MeV, T1/2 = 6,9 hari) yang sangat mirip dengan 177Lu baik dari segi waktu paro, energi beta dan sifat kimianya. Akan tetapi, 161Tb juga memancarkan elektron konversi dan elektron Auger yang dapat memberikan efek terapi yang lebih besar dibanding 177Lu. Radioisotop 161Tb dapat dibuat dalam bentuk bebas pengemban (carrier-free) untuk digunakan dalam penandaan biomolekul sebagai radiofarmaka spesifik target untuk terapi sel kanker. 161Tb diperoleh melalui reaksi inti 160Gd (n,γ) 161Tb dengan penembakan neutron termal pada bahan sasaran gadolinium oksida alam sebanyak 100 mg di RSG-G.A.Siwabessy pada fluks neutron termal ~1014 n.cm-2.s-1 dan diikuti dengan pemisahan radiokimia 161Tb dari isotop Gd menggunakan metode kromatografi ekstraksi. Karakterisasi fisiko-kimia larutan radioisotop 161TbCl3 telah dilakukan meliputi penentuan kemurnian radionuklida menggunakan spektrometry-γ dengan detektor HP-Ge yang dilengkapi multichannel analyzer (MCA). Kemurnian radiokimia ditentukan menggunakan metode kromatografi kertas dan elektroforesis kertas. Hasil menunjukkan bahwa radioisotop 161TbCl3 memiliki pH 2, kemurnian radiokimia 99,64 ± 0,34%, kemurnian radionuklida sebesar 99,69 ± 0,20%, aktivitas jenis dan konsentrasi radioaktif pasca iradiasi masing-masing sebesar 2,26 – 5,31 Ci/mg dan 3,84 – 9,03 mCi/mL. Larutan 161TbCl3 stabil selama 3 minggu pada temperatur kamar dengan kemurnian radiokimia sebesar 98,41 ± 0,42%. Larutan radioisotop 161TbCl3 hasil iradiasi bahan sasaran gadolinium oksida alam memiliki karakteristik fisiko-kimia yang memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai prekursor dalam pembuatan radiofarmaka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Widodo, Didik Setiyo, Gunawan Gunawan und Wahyu Adi Kristanto. „Elektroremediasi Perairan Tercemar: Penggunaan Grafit pada Elektrodekolorisasi Larutan Remazol Black B“. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 11, Nr. 2 (01.08.2008): 34–37. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.11.2.34-37.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Telah dilakukan penelitian dekolorisasi larutan zat warna—remazol black B—dengan metode elektrolisis (elektrodekolorisasi) menggunakan anoda grafit. Pada metode ini, bahan elektroda merupakan faktor penting pada keberhasilan proses. Pemilihan grafit sebagai elektroda dilakukan dengan mempertimbangkan sifat bahan ini dalam sistem eletrolisis, kontuktif, stabil (inert) dan mudah diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk mendekolorisasi zat warna Remazol Black B dengan pendekatan elektrolisis menggunakan elektroda grafit. Metode ini dilakukan dengan mengelektrolisis larutan remazol black B sebanyak 50 mL dengan potensial 6,5 V selama 120 menit. Setelah elektrolisis larutan sampel dianalisis dengan spektrometer UV-Visibel. Untuk memperoleh data awal, elektrolisis dilakukan terhadap larutan sampel dengan variasi potensial aplikasi dan variasi waktu elektrolisis hingga 120 menit. Pada variasi waktu tersebut, dilakukan pencatatan arus yang mengalir dan pengujian tingkat pengurangan kepekatan zat warna dengan Spektrometer UV-Visibel. Sebagai pembanding dan untuk memperoleh daerah kerja dilakukan juga elektrolisis terhadap sistem pelarut (akuades yang mengandung Na2SO4 berlebih). Data penelitian menunjukkan bahwa elektrolisis dengan penggunaan grafit sebagai anoda pada elektrodekolorisasi larutan remazol black B telah berhasil menghilangkan warna dengan parameter intensitas hingga 97,09 %. Penurunan intensitas ini menunjukkan bahwa dekolorisasi larutan zat warna remazol black B telah berlangsung. Elektrodekolorisasi ini disebabkan oleh proses destruksi oksidatif (elektrodestruksi) remazol black B menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Produk elekrodestruksi diharapkan lebih ramah terhadap lingkungan dibandingkan bahan pencemar sebelum elektrodekolorisasi, sebagaimana diindikasikan dari spektra UV-Vis larutan setelah elektrolisis.Kata Kunci: elektrodekolorisasi, elektrolisis, remazol black B, elektroda grafit, spektrometri UV-Visibel
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
9

Hendrajaya, Kusuma, Nur Jamailah und Azminah Azminah. „Identifikasi Alkohol dalam Hand Sanitizer secara Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Kemometrik“. MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) 3, Nr. 4 (23.12.2021): 208–16. http://dx.doi.org/10.24123/mpi.v3i4.4627.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Hand sanitizer merupakan produk yang mengandung zat antiseptik untuk mencuci tangan tanpa harus dibilas dengan air. Alkohol sebagai bahan aktif dalam hand sanitizer banyak digunakan sebagai antiseptik yang mempunyai aktivitas bakterisidal. Saat pandemi covid-19 banyak hand sanitizer yang beredar di pasaran dengan kadar alkohol antara 60%-80%. Identifikasi adanya alkohol umumnya dengan metode kromatografi gas. Metode analisis untuk identifikasi alkohol dalam hand sanitizer dengan menggunakan spektrometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan kemometrik dapat digunakan dengan penyiapan sampel yang lebih sederhana dan cepat. Spektrum FTIR menampilkan puncak-puncak dari gugus fungsi dan ikatan kimia dari senyawa-senyawa dalam sampel. Data spektrum FTIR dikombinasikan dengan metode kemometrik (PCA, analisis kluster, dan PLS), digunakan untuk identifikasi dan mengelompokkan sampel uji hand sanitizer dan standar hand sanitizer. Hasil menunjukkan metode spektrometri FTIR dan kemometrik dapat mengidentifikasi dan mengelompokkan sampel uji hand sanitizer dan standar hand sanitizer dengan variasi kadar alkohol dalam hand sanitizer 60%, 65%, 70%, 75%, dan 80%.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
10

Yanlinastuti, Yanlinastuti, Noviarty Noviarty, Iis Haryati, Ariyanti Saputri, Boybul Boybul, Supardjo Supardjo, Erlina Noerpitasari und Aslina Br Ginting. „OPTIMASI PARAMETER METODE PEMISAHAN RADIONUKLIDA <sup>95</sup>Zr DALAM LARUTAN PELAT ELEMEN BAKAR U<sub>3</sub>Si<sub>2</sub>/Al TERIRADIASI“. Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir 27, Nr. 3 (29.10.2021): 143. http://dx.doi.org/10.17146/urania.2021.27.3.6535.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
OPTIMASI PARAMETER METODE PEMISAHAN RADIONUKLIDA 95Zr DALAM LARUTAN PELAT ELEMEN BAKAR U3Si2/Al TERIRADIASI. Radionuklida 95Zr adalah salah satu radionuklida hasil belah pemancar radiasi-γ dan berumur paruh pendek sehingga dapat digunakan sebagai indikator burn up. Dalam pelat elemen bakar U3Si2/Al teriradiasi terdapat beberapa radionuklida hasil belah yang memancarkan radiasi α, β dan γ sehingga pada saat pengukuran menggunakan spektrometri-γ, radionuklida ini saling mengganggu mengakibatkan hasil pengukuran tidak akurat. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemisahan 95Zr sehingga pada saat pengukuran dengan spektrometer-γ diperoleh hasil yang akurat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan parameter yang optimum terhadap pemisahan 95Zr dalam larutan pelat elemen bakar U3Si2/Al densitas 4,8 gU/cm3 teriradiasi dengan metode kolom penukar ion menggunakan resin Dowex 1x-8Cl- diameter 100-200 mesh. Parameter optimum yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk pemisahan 95Zr dalam larutan pelat elemen bakar U3Si2/Al densitas 4,8 gU/cm3 teriradiasi. Dari hasil penelitian diperoleh parameter optimum keasaman H2SO4 pada umpan dengan konsentrasi 0,5 M, keasaman H2SO4 untuk elusi konsentrasi 1,0 M dengan recovery 98,20%. Berat resin untuk mengikat radionuklida 95Zr sebanyak 2,0 g dengan recovery 78,76%; volum umpan yang dibutuhkan sebanyak 50 µL dengan recovery 96,90% dan kecepatan alir sebesar 0,1 mL/menit dengan recovery 96,72%. Parameter optimum tersebut digunakan untuk pemisahan larutan pelat elemen bakar U3Si2/Al densitas 4,8 gU/cm3 teriradiasi dengan kode Bottom (B), Middle (M) dan Top (T). Hasil pengukuran didapat rerata recovery pemisahan 95Zr masing-masing untuk kode B-1= 75,078%; B-2= 81,401%; M1=76,850%; M-2=83,806%; T-1=84,433%; dan T-2=81,728% dengan keberterimaan nilai CV repeatability lebih kecil dibandingkan dengan nilai CV Horwitz. Kata kunci: kolom penukar ion, U3Si2/Al teriradiasi, radionuklida 95Zr, spektrometer-γ, uji Horwitz.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
11

Alauddin, Alan Batara, Argo Satrio Wicaksono und Joko Sunardi. „KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62“. Jurnal Forum Nuklir 7, Nr. 1 (04.05.2017): 11. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2013.7.1.3450.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62.Telah dilakukan uji komparasi spektrometri gamma menggunakan detektor Bicron 2M2 dengan spektrometri gamma menggunakan detektor Ludlum 44-62. Spektrometri Gamma adalah komponen utama pencacah radiasi gamma pada instrumentasi nuklir di bidang kedokteran dan industri. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan unjuk kerja masing-masing spektrometri gamma yang menggunakan transduser yang berbeda. Metoda pengujiannya adalah dengan membandingkan beberapa parameter unjuk kerja spektrometri gamma antara lain bentuk pulsa, bentuk spektrum energi, FWHM, resolusi dan efisisensi detektor dengan sumber yang digunakan adalah Cs- 1 37 dan Ba-133. Selain itu di uji pula unjuk kerja detektor dengan variasi jarak dan uji tingkat presisi pencacahan dengan menggunakan uji chi square. Dari pengujian diperoleh hasil bahwa resolusi spektrometri gamma menggunakan detektor Ludlum 44-62 lebih tinggi dibandingkan resolusi detektor Bicron 2M2. Sehingga kemampuan detektor Bicron 2M2 untuk memisahkan 2 pulsa yang berdekatan lebih baik dari pada detektor Ludlum 44-62. Selain itu, efisiensi detektor Bicron 2M2 lebih tinggi dibandingkan efisiensi detektor Ludlum 44-62. Pada pengujian jarak diperoleh bahwa interaksi detektor Bicron 2M2 terhadap radiasi sinar gamma lebih baik dibandingkan detektor Ludlum 44-62. Dari hasil uji chi square data hasil pencacahan sistem spektrometri gamma dengan menggunakan detektor Bicron 2M2 maupun detektor Ludlum 44-62 sesuai dengan kriteria sehingga dapat dinyatakan bahwa alat memenuhi syarat kestabilan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
12

Palacz, Magdalena. „Zastosowanie spektrometrii fluorescencji rentgenowskiej całkowitego odbicia (TXRF) do oznaczania zawartości krzemu w materiale roślinnym“. Zywnosc Nauka Technologia Jakosc/Food Science Technology Quality 125, Nr. 4 (2020): 90–102. http://dx.doi.org/10.15193/zntj/2020/125/361.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Liczne opracowania naukowe, w których wykazano dobroczynne działanie krzemu na rośliny, świadczą o wzrastającym zainteresowaniu rolą krzemu w kontekście wpływu na wzrost i prawidłowy rozwój roślin. Wskazują również na potrzebę uzupełniania tego pierwiastka w podłożu podczas produkcji roślinnej. Celem badań było dopracowanie metody przygotowania próbek materiału roślinnego i oznaczenie w nich zawartości krzemu z zastosowaniem spektrometrii fluorescencji rentgenowskiej całkowitego odbicia. Próbki materiału roślinnego, w skład którego wchodziły liofilizowane i suszone liście szałwii lekarskiej (Salvia officinalis), suszone liście skrzypu polnego (Equisetum arvense) i suszone liście pokrzywy zwyczajnej (Urtica dioica), poddano analizie pierwiastkowej. Próbki suszu roślinnego roztwarzano z wykorzystaniem mieszaniny stężonego kwasu azotowego(V) oraz nadtlenku wodoru w mineralizatorze mikrofalowym. Analizę zawartości krzemu w próbkach przeprowadzono przy użyciu spektrometru fluorescencji rentgenowskiej całkowitego odbicia (TXRF). Zawartość krzemu w próbkach szałwii lekarskiej wynosiła 0,2 %, w próbkach pokrzywy zwyczajnej – ponad 0,5 %, a w próbkach skrzypu polnego – ok. 1,4 %. W celu potwierdzenia i uzupełnienia otrzymanych informacji zgromadzony materiał roślinny poddano także analizie mikroskopowej z zastosowaniem skaningowego mikroskopu elektronowego, umożliwiającego również określenie składu pierwiastkowego w mikroobszarze dzięki spektrometrowi dyspersji energii wtórnego promieniowania rentgenowskiego. Wykonano fotografie mikroskopowe oraz analizę składu pierwiastkowego próbek materiału roślinnego w mikroobszarze, a przeprowadzone analizy pozwoliły na wykazanie obecności krzemu w trzech próbkach badanego materiału roślinnego: szałwii uprawianej w sposób konwencjonalny, pokrzywy i skrzypu polnego.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
13

Harciarek, Mirosław Zbigniew. „Wzrokowy układ poznawczy jako spektrometr (część II)“. Humanistyka i Przyrodoznawstwo, Nr. 21 (18.08.2018): 79–96. http://dx.doi.org/10.31648/hip.409.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
W pracy zaproponowano rozumienie wzrokowego układu poznawczego w oparciu o model spektrometru, który pozwala zrozumieć: obiektywizowanie percepcji, wybór informacji ze środowiska oraz rolę zjawiska powidoku w spostrzeganiu. Przedstawiony model ma charakter dwuaspektowy i wyróżnia spostrzeżenia oraz wewnętrzne wrażenia doświadczane jako efekty następcze. Pierwowzorem opisu układu wzrokowego jako spektrometru jest teoria wypływu Helmholtza, która wyjaśnia problem stabilizacji obrazu świata mimo poruszania oczami oraz opisuje związek percepcji z motoryką, współcześnie określany jako tzw. poznanie ucieleśnione. Cały układ wzrokowy to system sprzężenia zwrotnego, w którym zgodnie z koncepcją Helmholtza powidok jest sygnałem sterującym percepcją i przejawem intencjonalności poznawczej. W artykule przedstawiono szereg argumentów, które przemawiają za rozumieniem układu wzrokowego jako spektrometru, a najważniejszym jest percypowanie figury jako jaśniejszej niż tło, na co zwrócili uwagę już psychologowie postaci. W opisie układu wzrokowego jako spektrometru uwzględniono dwa układy wzrokowe opisane przez Milnera i Goodale’a. W zakończeniu pracy przedstawiono propozycje wykorzystania modelu spektrometru do badania procesów poznawczych, podkreślając znaczenie zjawiska powidoku jako przejawu przetwarzania informacji wzrokowych.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
14

Harciarek, Mirosław Zbigniew. „Wzrokowy układ poznawczy jako spektrometr: (część I)“. Humanistyka i Przyrodoznawstwo, Nr. 20 (03.09.2018): 161–75. http://dx.doi.org/10.31648/hip.490.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
W pracy zaproponowano rozumienie wzrokowego układu poznawczego w oparciu o model spektrometru, który pozwala zrozumieć: obiektywizowanie percepcji, wybór informacji ze środowiska oraz rolę zjawiska powidoku w spostrzeganiu. Przedstawiony model ma charakter dwuaspektowy i wyróżnia spostrzeżenia oraz wewnętrzne wrażenia doświadczane jako efekty następcze. Pierwowzorem opisu układu wzrokowego jako spektrometru jest teoria wypływu Helmholtza, która wyjaśnia problem stabilizacji obrazu świata mimo poruszania oczami oraz opisuje związek percepcji z motoryką, współcześnie określany jako tzw. poznanie ucieleśnione. Cały układ wzrokowy to system sprzężenia zwrotnego, w którym zgodnie z koncepcją Helmholtza powidok jest sygnałem sterującym percepcją i przejawem intencjonalności poznawczej. W artykule przedstawiono szereg argumentów, które przemawiają za rozumieniem układu wzrokowego jako spektrometru, a najważniejszym jest percypowanie figury jako jaśniejszejniż tło, na co zwrócili uwagę już psychologowie postaci. W opisie układu wzrokowego jako spektrometru uwzględniono dwa układy wzrokowe opisane przez Milnera i Goodale’a. W zakończeniu pracy przedstawiono propozycje wykorzystania modelu spektrometru do badania procesów poznawczych, podkreślając znaczenie zjawiska powidoku jako przejawu przetwarzania informacji wzrokowych.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
15

Olechnowicz, Julia, und Halina Staniek. „Ocena zawartości wybranych pierwiastków w różnych rodzajach czekolad“. Zywnosc Nauka Technologia Jakosc/Food Science Technology Quality 110, Nr. 1 (2017): 70–77. http://dx.doi.org/10.15193/zntj/2017/110/174.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Celem pracy była ocena zawartości wybranych pierwiastków (Ca, Mg, Cu, Fe, Mn i Zn) w różnych rodzajach czekolad. Analizie poddano 20 czekolad, w tym: białe (B), mleczne (M) i gorzkie (G) o różnej zawartości masy kakaowej. Pogrupowano je według zawartości suchej masy kakaowej następująco [%]: G6 – 60, G7 – 70, G8 – do 85, G9 – 90. Suchą masę w próbkach oznaczono metodą suszarkowo-wagową. Oznaczenie zawartości Ca, Mg, Cu, Fe, Mn i Zn wykonano metodą płomieniowej atomowej spektrometrii absorpcyjnej (F-AAS) przy użyciu spektrometru AAS-3 Carl-Zeiss po uprzedniej mineralizacji próbek techniką spopielenia w piecu muflowym. Zaobserwowano istotnie większą zawartość Mg, Fe, Zn, Mn oraz Cu w czekoladach gorzkich w porównaniu z czekoladami mleczną i białą. Zawartość tych pierwiastków była tym większa, im większy był udział kakao w czekoladzie. W czekoladach gorzkich zawartość magnezu wynosiła 1545,40 ÷ 2862,55 µg/g s.m. Wykazano także znaczne ilości cynku (356,70 ÷ 511,35 µg/g s.m.) i żelaza (127,47 ÷ 155,74 µg/g s.m.), a mniejsze – miedzi (16,49 ÷ 25,37 µg/g s.m.) i manganu (15,85 ÷ 21,46 µg/g s.m.). Z kolei w czekoladach mlecznych i białych przeważał wapń, którego zawartość wahała się w granicach 3396,21 ÷ 4313,44 µg/g s.m. Czekolady gorzkie o większej zawartości suchej masy kakaowej mogą być dobrym źródłem Mg, Fe, Zn oraz Mn i Cu w diecie. Natomiast znaczącymi nośnikami wapnia mogą być czekolady białe i mleczne.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
16

Subiharto, Subiharto, Anto Setiawanto, Nugraha Luhur und Nazly Kurniawan. „IDENTIFIKASI KETIDAKSTABILAN SPEKTROMETER GAMMA RSC-GAS DAN CARA MENANGGULANGINYA“. Jurnal Forum Nuklir 8, Nr. 2 (18.10.2017): 153. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2014.8.2.3708.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
IDENTIFIKASI KETIDAKSTABlLAN SPEKTROMETER GAMMA RSG-GAS DAN CARA MENANGGULANGINYA. Telah dilakukan identifikasi ketidakstabilan spektrometer gamma RSG-GAS dan cara menanggulanginya. Spektrometer gamma adalah salah satu peralatan proteksi radiasi yang dimiliki oleh RSG-GAS, yang digunakan untuk menganalisis kandungan nuklida yang terdapat dalam air primer, limbah cair dan udara. Keberadaan alat ini merupakan tanggung jawab Sub Bidang Pengendalian Daerah Kerja (PDK), karena sesuai dengan salah satu tusi PDK yaitu melakukan pengelolaan laboratorium proteksi radiasi. Setelah dioperasikan selama 26 tahun alat ini terkadang penunjukkannya tidak stabil, dan tidak representatif. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi permasalahan spektrometer gamma RSG-GAS dan dicari cara penanggulangannya agar diketahui secara pasti kemampuan kinerjanya. ldentifikasi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan hardware, software dan diikuti dengan pengukuran sampel dua sumber standar. Berdasarkan hasil identifikasi yang di lakukan dapat diketahui bahwa penyebab ketidakstabilan spektrometer gamma RSG-GAS adalah karena sering terlambat dalam melakukan pendinginan dan melemahnya unjuk kerja amplifier. Setelah pendinginan selalu dikondisikan dengan baik dan dilakukan penggantian terhadap amplifier maka spektrometer gamma RSG-GAS berada dalam kondisi normal kembali.llmu dan Kata kunci : ldentifikasi dan ketidakstabilan, spektrometer gamma, RSG-GAS
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
17

Taşer, Raziye. „Spektrometrik Yağ Analizi“. Sürdürülebilir Havacılık Araştırmaları Dergisi 2, Nr. 2 (11.12.2017): 82–86. http://dx.doi.org/10.23890/suhad.2017.0205.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
18

Sukarman, Sukarman, C. Yunida Mitra Cahyani und Bharoto Bharoto. „PENGEMBANGAN SISTEM KENDALI SPEKTROMETER SMALL ANGLE NEUTRON SCATTERING (SANS) BERBASIS JARINGAN“. Jurnal Forum Nuklir 8, Nr. 2 (18.10.2017): 200. http://dx.doi.org/10.17146/jfn.2014.8.2.3714.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
PENGEMBANGAN SISTEM KENDALI SPEKTROMETER SMALL ANGLE NEUTRON SCATTERING (SANS) BERBASIS JARlNGAN. Optimalisasi sistem kendali spektrometer SANS sangat diperlukan mengingat penggunaan SANS yang begitu luas. Salah satunya dengan menggunakan jaringan pada sistem kendali, karena memudahkan upgrade komputer dan dapat dikendalikannya spektrometer SANS pada jarak jauh, maka pada penelitian ini dikembangkan sistem kendali spektrometer small angle neutron scattering (SANS) berbasis jaringan. Sistem ini menggunakan terminal konektor yang menghubungkan motion cotroller PMX-4ET-SA-TBS dengan motor driver Vexta 5 phasa yaitu dengan motion controller yang dihubungkan dcngan jaringan ethernet. Sistem ini dilengkapi dengan sensor magnetic switch sebagai pengaman pergerakan motor stepper dan juga software visual basic 6.0 untuk menggerakkan motor stepper. Melalui hasil pengujian, motor stepper bergerak menuju posisi yang diinginkan, sehingga pengembangan sistem kendali spektrometer small angle neutron scattering (SANS) telah berfungsi dengan baik.Kata Kunci: Sistem Kendali, small angle neutron scattering (SANS), PMX-4ET-SA-TBS
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
19

Fauziati, Fauziati, Eldha Sampepana und Tatik Purwanti. „Identifikasi dan Karakteristik Komponen Aktif Pewarna Alami dari Bahan Secang, Bawang Tiwai dan Kunyit Pada Produk Kacang Goyang“. Jurnal Riset Teknologi Industri 8, Nr. 16 (19.08.2016): 141–55. http://dx.doi.org/10.26578/jrti.v8i16.1625.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Synthetic dyes are still widely used, especially the food industry and household industries often use exceeds the set limit so veryharmful to consumers because they interfere with the health, whereas the source of natural dyes derived from plants and herbs are commonly found around us. Rocking peanut products manufactured by SMEs "Cici" in Tenggarong started using natural dyes namely Onions Tiwai (Eleutherine palmifolia), Secang (Caesalpinia sappan L.) and Turmeric (Curcumae domesticae R.) and this study aims to investigate the characteristics of the active components contained on the plantby adding each as 25 g, 50 g and 75 g in 200 ml of water. Further included in the solution of sugar to water ratio: 100 ml sugar : 800 gr. The sugar solution is used in the manufacture of peanut shake. Furthermore rocking peanut products were analyzed using Gas Cromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Based on the results of the chemical analysis of components in the GC-MS, nuts rocking the natural dye compounds containing 1,3,5-Benzenetriol atau phloroglucinol, Octadec-9-enoic acid, 9-octadecanoic acid, red oil, Butyl Hydroxy Toluene ; 4-vinylphenol , phenol ; 2,6-Bis (1,1-Dimethylethyl)-4-Methyl gamma tecoperol, squalen, gamma-tecoperol, .delta.-tecoferol, o-methyl-, vitamin E, dl-alpha.-Tocopherol, (+/-)-alpha.-Tecopherol, alpha.-Tocopheryl acetat, campe sterol, sito sterol and fuco streol in which these compounds function as a drugand supplement the brain.ABSTRAK Pewarna sintetis masih banyak digunakan industri pangan khususnya industri rumah tanggadan penggunaannya seringkali melebihi batas ditetapkan sehingga sangat merugikan konsumen karena mengganggu kesehatan. Untuk itu dilakukan pencarian sumber pewarna alami yang berasal dari tumbuhan yang banyak ditemukan di sekitar kita. Produk kacang goyang yang diproduksi oleh UKM “Cici” di Tenggarong mulai menggunakan pewarna alami yaitu Bawang Tiwai (Eleutherine palmifolia), Secang (Caesalpinia sappan L.) dan Kunyit (Curcumae domesticae R.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komponen aktif pewarna alami yang ada dalam kacang goyang dengan menambahkan masing-masing sebanyak 25 g, 50 g dan 75 g dalam 200 ml air. Selanjutnya dimasukkan dalam larutan gula dengan perbandingan air : gula sebesar 100 ml : 800 g lalu digunakan dalam pembuatan kacang goyang. Selanjutnya produk kacang goyang dianalisis dengan menggunakan gas cromatography mass spektrometry (GC-MS). Berdasarkan hasil analisa karakteristik komponen senyawa kimia kacang goyang mengandung senyawa 1,3,5-Benzenetriol atau phloroglucinol, Octadec-9-enoic acid, 9-octadecanoic acid, red oil, Butyl Hydroxy Toluene ; 4-vinylphenol , phenol ; 2,6-Bis (1,1-Dimethylethyl)-4-Methyl gamma tecoperol, squalen, gamma-tecoperol, .delta.-tecoferol, o-methyl-, vitamin E, dl-alpha.-Tocopherol, (+/-)-alpha.-Tecopherol, alpha.-Tocopheryl acetat, campe sterol, sitosterol dan fuco streol yang dimana senyawa ini berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, pengawet, obat dan suplemen otak. Kata Kunci : Bawang Tiwai, pewarna alami, Kacang Goyang, Kunyit, Secang
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
20

Kurniawan, Nazly, Anto Setiawanto und Puspitasari Ramadania. „Perhitungan Nilai Efisiensi Pencacahan Hampiran Untuk Detektor HPGe Pada Spektrometer Gamma Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil“. REAKTOR - Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir 17, Nr. 1 (29.04.2020): 1. http://dx.doi.org/10.17146/bprn.2020.17.1.5745.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Spektrometer gamma merupakan salah satu perangkat spektroskopi nuklir yang sering digunakan untuk pelaksanaan karakterisasi radiologis, yang terkait dengan aspek keselamatan radiologis pengoperasian reaktor riset. Oleh karena itu, dibutuhkan spektrometer gamma dengan performa yang baik, untuk menjamin penerapan aspek keselamatan tersebut. Salah satu indikator yang merepresentasikan performa dari suatu perangkat spektrometer gamma adalah performa analisis kuantitatif dari perangkat spektrometer gamma tersebut, yang sangat bergantung dengan efisiensi pencacahan dari detektor pada spektrometer gamma tersebut. Apabila sampel yang akan dianalisis sama dengan sumber standar yang dimiliki, maka efisiensi pencacahan dapat diperoleh dengan menggunakan metode komparatif. Namun, hampir tidak mungkin untuk menyediakan semua sumber standar yang sama dengan sampel yang akan dianalisis. Sehingga, untuk analisis kuantitatif suatu sampel yang berbeda dengan sumber standar yang tersedia, dibutuhkan nilai efisiensi pencacahan hampiran untuk rentang energi gamma tertentu. Pada tulisan ini, diberikan hasil penerapan metode kuadrat terkecil untuk perhitungan nilai hampiran dari efisiensi pencacahan detektor HPGe pada salah satu spektrometer gamma yang dikelola di Pusat Reaktor Serba Guna, untuk rentang energi dari 53,155 keV sampai dengan 1.332,502 keV. Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan salah satu set sumber standar yang tersedia, diperoleh nilai relative error maksimum sebesar 4,01%. Perolehan nilai relative error tersebut sudah memenuhi kriteria keberterimaan yang ditetapkan untuk nilai relative error terhitung, yaitu kurang dari 10%. Dengan demikian, metode kuadrat terkecil dapat digunakan untuk menentukan nilai efisiensi pencacahan hampiran; dengan prosentase kesalahan hasil perhitungan yang rendah, apabila proses pencacahan telah dikondisikan sesuai dengan persyaratan standar. Kata kunci : Spektrometer Gamma, Analisis Kuantitatif, dan Kurva Kalibrasi Efisiensi
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
21

Luy, Burkhard. „Transportable hochauflösende NMR-Spektrometer“. Angewandte Chemie 123, Nr. 2 (10.12.2010): 371–73. http://dx.doi.org/10.1002/ange.201005976.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
22

Kurnin, I. V. „Optimization of the operation mode of the three-grid ion gate of the ion-mobility spectrometer“. NAUCHNOE PRIBOROSTROENIE 30, Nr. 1 (27.02.2020): 74–79. http://dx.doi.org/10.18358/np-30-1-i7479.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
23

Kurlemann, Rainer. „APX-Spektrometrie auf dem Mars“. Nachrichten aus Chemie, Technik und Laboratorium 46, Nr. 4 (April 1998): 415–18. http://dx.doi.org/10.1002/nadc.19980460408.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
24

Marquardt, Dieter. „Messungen mit einem kompakten Spektrometer“. Nachrichten aus der Chemie 54, Nr. 10 (Oktober 2006): 1008–9. http://dx.doi.org/10.1002/nadc.20060541021.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
25

Meisel, Werner, und Gerhard Kreysa. „Quantitative Rostanalyse durch Mößbauer-Spektrometrie“. Zeitschrift für Chemie 12, Nr. 8 (01.09.2010): 301. http://dx.doi.org/10.1002/zfch.19720120817.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
26

Roos, Martin. „Mini-Spektrometer aus Quanten-Dots“. Im Focus Onkologie 18, Nr. 10 (Oktober 2015): 10. http://dx.doi.org/10.1007/s15015-015-2045-1.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
27

ŠAVEL, Jan, Petr KOŠIN und Adam BROŽ. „Direct spectroscopy of beer and its distillate.“ Kvasny Prumysl 57, Nr. 6 (01.06.2011): 143–48. http://dx.doi.org/10.18832/kp2011012.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
28

Чаговец, В. В. „Mass-spektrometricheskoye issledovaniye i teoreticheskoye modelirovaniye kompleksov flukonazola s alaninom, lizinom i treoninom“. Вестник Российского государственного медицинского университета, Nr. 2020(4) (August 2020): 56–61. http://dx.doi.org/10.24075/vrgmu.2020.048.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Izucheniye mekhanizmov deystviya preparatov triazola i ponimaniye molekulyarnoy osnovy ikh affinnosti i spetsifichnosti mozhet byt' ispol'zovano dlya ratsional'noy razrabotki novykh lekarstvennykh sredstv. Tsel'yu raboty bylo izuchit' kompleksy predstavitelya klassa triazolov flukonazola s aminokislotami s pomoshch'yu mass-spektrometrii, molekulyarnoy dinamiki i kvantovo-khimicheskikh ab initio raschetov. V khode eksperimental'nogo issledovaniya s pomoshch'yu mass-spektrometrii s elektroraspylitel'noy ionizatsiyey i tandemnoy mass-spektrometrii byli proanalizirovany rastvory flukonazola, alanina, lizina i treonina. Molekulyarno-dinamicheskoye modelirovaniye kompleksov flukonazola s aminokislotami provodili s ispol'zovaniyem silovogo polya CHARMM. Kvantovo-khimicheskiye raschety struktury i energeticheskikh parametrov kompleksov provodili na urovne teorii funktsionala plotnosti s ispol'zovaniyem funktsiy B3LYP s bazisom 3-21G i 6-311++G**. Mass-spektry pokazali, chto flukonazol obrazuyet stabil'nyye kompleksy s aminokislotami v stekhiometricheskom sootnoshenii 1 : 1. Po rezul'tatam tandemnoy mass-spektrometrii s var'irovaniyem energii fragmentatsii ionov-assotsiatov flukonazola s aminokislotami postroyen sleduyushchiy ryad: [Fluc + Ala + H]+ < [Fluc + Lys + H]+ < [Fluc + Thr + H]+. Poluchivshiyesya v rezul'tate kvantovo-khimicheskikh raschetov energii vzaimodeystviya mezhdu flukonazolom i aminokislotoy obrazuyut ryad, analogichnyy poluchennomu po eksperimental'nym dannym. Takim obrazom, na primere kompleksov flukonazola s aminokislotami prodemonstrirovana vozmozhnost' kombinirovaniya eksperimental'nykh mass-spektrometricheskikh issledovaniy i kvantovo-khimicheskogo modelirovaniya dlya izucheniya svoystv takikh kompleksov.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
29

Gąsior, Irena, Rafał Skupio, Anna Przelaskowska, Mateusz Orzechowski, Urszula Zagórska, Marek Dohnalik und Sylwia Kowalska. „Wykorzystanie pomiarów naturalnej promieniotwórczości skał z zastosowaniem spektrometru Gamma Logger oraz spektrometru Mazar do określenia zailenia utworów starszego paleozoiku“. Nafta-Gaz 72, Nr. 10 (Oktober 2016): 790–98. http://dx.doi.org/10.18668/ng.2016.10.03.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
30

Widodo, Didik Setiyo, Ismiyarto Ismiyarto und Fithri Noorikhlas. „Elektroremediasi Perairan Tercemar: 3. Elektrodekolorisasi Larutan Remazol black B dengan Elektroda Timbal Dioksida/Karbon dan Analisis Larutan Sisa Dekolorisasi“. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 12, Nr. 1 (01.04.2009): 1–6. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.12.1.1-6.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Telah dilakukan penelitian dekolorisasi dan analisis lanjutan sisa elektrolisis larutan zat warna—remazol black B—dengan metode elektrolisis (elektrodekolorisasi) menggunakan anoda timbal dioksida, analisis spektrometri UV-Vis dan GC-MS. Remazol black B merupakan zat warna reaktif yang banyak digunakan pada industri tekstil, batik, dan tenun. Pada proses produksi dan pewarnaan, zat warna ini dapat terbuang ke lingkungan dan mencemari perairan, sehingga diperlukan upaya untuk memperbaiki lingkungan perairan. Pada pemilihan metode mempertimbangkan pemilihan bahan elektroda. Timbal dioksida sebagai elektroda dipilih dengan mempertimbangkan sifat bahan ini dalam sistem eletrolisis, stabil (inert) dan efek elektrokatalisis yang diharapkan memberikan sinergi pada upaya remediasi perairan tercemar dengan pendekatan elektrokimia. Penelitian ini bertujuan untuk mendekolorisasi dan menganalisis larutan sisa elektrolisis untuk memperoleh konfirmasi produk destruksi. Kajian ini dilakukan dengan mengelektrolisis larutan remazol black B sebanyak 50 mL dengan potensial 5,5 V selama 90 menit. Setelah elektrolisis larutan sampel dianalisis dengan spektrometri UV-Vis. Analisis kualitatif meliputi pengamatan warna larutan sampel sebelum elektrolisis dan sesudah elektrolisis, dan pengukuran absorbansi dengan Spektrofotometer UV-Vis. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengolah data pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum dengan spektrometri UV-Vis sebelum dan sesudah elektrolisis. Analisis GC-MS dikerjakan pada sampel setelah ekstraksi. Sebanyak 5 mL larutan sisa elektrolisis ditambah 10 mL dietil eter kemudian diekstraksi. Filtrat yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan GC-MS. Data riset menunjukkan bahwa larutan zat warna remazol black B dapat didekolorisasi dengan metode elektrolisis menggunakan elektroda PbO2/Pb dan PbO2/karbon. Sistem PbO2/Pb memberikan hasil yang lebih efektif dalam proses elektrodestruksi zat warna remazol black B dibandingkan sistem PbO2/karbon. Pada temperatur kamar, elektrodekolorisasi sampel remazol black B menggunakan anoda PbO2/Pb telah berlangsung 100% menjadi CO2, H2O dan/atau senyawa karbon rantai pendek dan tidak mempunyai gugus kromofor (pemberi warna), sedangkan elektrodekolorisasi menggunakan PbO2/karbon telah mendekolorisasi zat warna dengan sempurna dan menyisakan senyawa yang bercincin benzena yang dapat dihilangkan dengan baik dengan penambahan waktu elektrolisisKata Kunci: elektrolisis, elektrodekolorisasi/elektrodestruksi, remazol black B, elektroda PbO2, spektrometri UV-Visible
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
31

Mamyrin, Boris A., und Yuii A. Akulov. „Application of mass spectrometry to the study of intranuclear processes“. Uspekhi Fizicheskih Nauk 174, Nr. 7 (2004): 791. http://dx.doi.org/10.3367/ufnr.0174.200407h.0791.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
32

Schalk, K. P., H. Rüterjans, J. P. Kaltwasser, Said l-Hadj und L. Staffenberger. „Tumorerkennung im Serum durch NMR-Spektrometrie“. Oncology Research and Treatment 12, Nr. 1 (1989): 5–8. http://dx.doi.org/10.1159/000216676.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
33

Marquardt, Dieter, Peter Lüderitz, Sylvia Leppin und Jürgen Großer. „Multielementanalyse von Schwebstaub durch ICP-Spektrometrie“. Zeitschrift für Chemie 25, Nr. 11 (31.08.2010): 408. http://dx.doi.org/10.1002/zfch.19850251115.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
34

Wosnitzka, Damian, Daniel Laumann, Thomas Wilhelm und Jochen Kuhn. „LightSpectra macht das Smartphone zum Spektrometer“. Physik in unserer Zeit 48, Nr. 6 (November 2017): 304–5. http://dx.doi.org/10.1002/piuz.201770610.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
35

Wildemann, Holger. „Mit Chromatographie und Spektrometer: Forensische Toxikologie“. Chemie in unserer Zeit 38, Nr. 6 (Dezember 2004): 384–91. http://dx.doi.org/10.1002/ciuz.200400318.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
36

Hobert, H. „Herbstschule „Einführung in die Mössbauer-Spektrometrie”︁“. Zeitschrift für Chemie 8, Nr. 6 (02.09.2010): 239–40. http://dx.doi.org/10.1002/zfch.19680080630.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
37

Hobert, Hartmut, und Michael Seidel. „Simulation der Meßwerterfassung bei optischen Spektrometern“. Zeitschrift für Chemie 20, Nr. 2 (31.08.2010): 73–74. http://dx.doi.org/10.1002/zfch.19800200230.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
38

Srogi, Krystyna Z. „Mikrohullámú módszer nehézfémek meghatározására referencia-mintákban elektrotermikus atomizáció atomabszorpciós spektrometria (ETAAS) és atomabszorpciós spektrometria (AAS) alkalmazásával“. Agrokémia és Talajtan 54, Nr. 3-4 (01.09.2005): 477–96. http://dx.doi.org/10.1556/agrokem.54.2005.3-4.17.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Simple and rapid analytical procedures for the AAS (Atomic Absorption Spectrometry) determination of Zn, Cd, Ni, Mo and Pb in biological, geological and soil samples are described. Special attention was paid to sample preparation, which is the step, most vulnerable to contaminants. Optimal conditions are presented for the wet digestion of plant matrices, products and waste for the coal treatment and soil matrices with different acids including: nitric, perchloric, hydrochloric, hydrofluoric, sulfuric and hydrogen peroxide along with optimal temperature programmes for subsequent electrothermal (ET)-AAS and flame (F)-AAS determination of Zn, Cd, Ni, Mo and Pb. Results of the analysis of all samples are discussed. The proposed method allows obviating the organic matrix (soil and plant) destruction stage, shortening the analyte dissolution time, reducing cost, and minimizing hazards of loss and contamination. The validity and versatility of the methods developed were verified by the analysis of certified reference materials.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
39

Susmayanti, Windi, Enny Fachriyah und Dewi Kusrini. „Isolasi, Identifikasi dan Uji Sitotoksik Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong (Anredera Cordiforlia (Tenns) Stennis)“. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 15, Nr. 3 (01.12.2012): 88–93. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.15.3.88-93.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Telah dilakukan isolasi, identifikasi dan uji sitotoksik senyawa flavonoid dari ekstrak etil asetat daun binahong (Anredera cordiforlia (Tenns) Stennis). Pemisahan dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), Kromatografi kolom, KLT Preparatif. Pengujian kemurnian dilakukan KLT dan KLT 2 dimensi. Analisis dilakukan dengan analisis spektrometri UV-Vis dengan pereaksi geser, sedangkan pengujian sitotoksik menggunakan BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Ekstrak etil asetat dan fraksi B hasil kolom mengandung senyawa flavonoid. Analisis isolat menggunakan spektrometri UV-Vis dengan pereaksi geser menunjukkan panjang gelombang 377nm (pita I) dan 438 nm (pita II) merupakan golongan auron dan senyawa yang terkandung adalah 4’,6,7 trihidroksi Auron. Uji sitotoksik menunjukkan hasil ekstrak n-heksana, ekstrak etanol, ekstrak etil asetat tidak bersifat toksik dengan masing-masing LC50 591,68 ppm , LC50 1479,151 ppm LC50 611,706 ppm, dan hasil fraksi B kolom bersifat sedikit toksik dengan LC50 58,447 ppm.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
40

Ngadiwiyana, Ngadiwiyana, Retno Dwi Soelistyowati und Hardjono Sastrohamidjojo. „Dimerisasi Metilisoeugenol dengan Katalis HCl“. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 5, Nr. 3 (01.12.2002): 1–6. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.5.3.1-6.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Telah dilakukan reaksi adisi terhadap metilisoeugenol dengan HCl dalam pelarut CCl4, CH2Cl2, CH3OH, CH3CH2OH dan tanpa pelarut. Metilisoeugenol merupakan hasil isomerisasi metileugenol. Reaksi adisi metilisoeugenol dengan HCl dilakukan dengan mengalirkan gas HCl ke dalam metilisoeugenol sambil diaduk selama 3 jam. Reaksi adisi dilakukan pada suhu 15 oC. Pemurnian terhadap hasil reaksi menghasilkan endapan putih kecoklatan. Analisis menggunakan spektrofotometer IR, spektrometer 1H-NMR dan kromatografi gas-spektrometer massa terhadap hasil tersebut memberikan keterangan bahwa senyawa utama yang dihasilkan adalah senyawa dimer metilisoeugenol yaitu 9,10-dietil-2,3,6,7-tetrametoksi-9,10-dihidroantrasena.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
41

Nesteruk, Olena, Mirosław Łabut und Andrzej Wal. „BADANIE PARAMETRÓW GLEBY Z TERENÓW PRZYWODNYCH“. Informatics Control Measurement in Economy and Environment Protection 7, Nr. 2 (30.06.2017): 70–73. http://dx.doi.org/10.5604/01.3001.0010.4843.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
W artykule zaprezentowano wyniki badań próbek gleby z obszaru Podkarpacia pod kątem zawartości wybranych pierwiastków oraz jej składu procentowego. W badaniach wykorzystano zestawy testów kolorymetrycznych oraz spektrometr fluorescencji rentgenowskiej z dyspersją energii, ARL Quart’X EDXRF. Opisano metodologię pobierania próbek oraz stosowane metody badawcze.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
42

Wibowo, Diki Prayugo, und Diah Lia Aulifa. „KOMPOSISI KIMIA, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides L)“. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari 10, Nr. 2 (14.11.2019): 139. http://dx.doi.org/10.52434/jfb.v10i2.655.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen senyawa dan mengetahui aktivitas antioksidan, antimikroba minyak atsiri Akar wangi (Vetiveria zizanoides. L). Minyak atsiri diperoleh dengan cara destilasi uap air dianalisis menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM), aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode DPPH serta aktivitas antibakteri ditentukan dengan metode mikrodilusi. Hasil analisis kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM) menunjukan adanya 43 senyawa dengan kandungan utama yaitu sikloisolongifolena (8,27%), 6-Isopropenil-4,8A-Dimetil-3,5,6,7,8,8A-Hexahidrol-1H-Naf (7,20%), delta cadinena (6,29%), aromedenedradiene (5,98%) dan alfa amorpena (5,45%). Aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa minyak atsiri memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 0,515 μg. mL−1. Aktivitas antibakteri menunjukkan aktivitas terhadap bakteri uji Gram positif dan bakteri Gram negativ dengan konsentrasi hambat minimum minyak atsiri berkisar dari 62, 50 μg. mL−1 hingga 4000 μg. mL−1. Kandungan minyak atsiri dari tanaman akar wangi direkomendasikan untuk aktivitas antioksidan dan antibakteri. Kata kunci: Antioksidan, antibakteri, komposisi kimia, akar wangi (Vetiveria zizanoides)
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
43

Kessler, Horst. „Das 900-MHz-NMR-Spektrometer in München“. Nachrichten aus der Chemie 49, Nr. 2 (Februar 2001): 138–40. http://dx.doi.org/10.1002/nadc.20010490207.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
44

Meisel, Werner. „Zerstörungsfreie Bestimmung von Korrosionsprodukten durch Mößbauer-Spektrometrie“. Zeitschrift für Chemie 11, Nr. 6 (01.09.2010): 238. http://dx.doi.org/10.1002/zfch.19710110611.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
45

Lübelsmeyer, Klaus, und I. Physikalisches. „Start des Alpha Magnet-Spektrometers. Kosmische Antikernmaterie“. Physik in unserer Zeit 29, Nr. 3 (1998): 131–32. http://dx.doi.org/10.1002/piuz.19980290308.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
46

Triwardiati, Diana, und Imas Ratna Ermawati. „Analisis Bandgap Karbon Nanodots (C-Dots) Kulit Bawang Merah Menggunakan Teknik Microwave“. Prosiding Seminar Nasional Teknoka 3 (19.12.2018): 25. http://dx.doi.org/10.22236/teknoka.v3i0.2810.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan bandgap dari hasil sintesis karbon nanodots (c-dots) kulit bawang merah menggunakan teknik microwave yang kemudian diuji menggunakan alat spektrometer uv-vis. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika-IPB Babakan Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Sintesis c-dots dilakukan dengan mengekstrasi kulit bawang merah dan aquades dengan blender, kemudian dimasukan dalam microwave dengan variasi waktu pemanasan selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit. Setelah itu, dilakukan penyaringan agar mendapatkan c-dots yang homogen. Selanjutnya pengujian bandgap dilakukan dengan alat spektrometer uv-vis dengan rentang panjang gelombang 190-800 nm. Hasil yang diperoleh dari alat spektrometer uv-vis berupa grafik yang menggambarkan hubungan antara nilai absorbansi dan panjang gelombang. Dari percobaan yang telah dilakukan selama 5 kali pengulangan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata bandgap secara berturut-turut sebesar 3,5826 eV, 2,6888 eV, 2,4222 eV, dan 1,11378 eV. Lamanya waktu pemanasan dalam microwave berpengaruh terhadap nilai absorbansi. Dimana nilai absorbansi rata-ratanya adalah 0,76806, 1,21406, 1,3186, 1,74068. Hal Ini menunjukan bahwa semakin besar nilai absorbansi, maka bandgap yang dihasilkannya semakin kecil. Rendahnya bandgap karena energi yang diperlukan untuk eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi semakin rendah pula.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
47

ČEJKA, P., V. KELLNER, J. ČULÍK und L. TENKL. „Application of Near Infrared Spectrometry for Determination of Original Wort Gravity.“ Kvasny Prumysl 43, Nr. 7 (01.07.1997): 202–5. http://dx.doi.org/10.18832/kp1997016.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
48

ADAMUS, GRAZYNA, und MAREK KOWALCZUK. „Multistage mass spectrometry studies on the chemical structure of aliphatic polyester macromolecules“. Polimery 46, Nr. 07/08 (Juli 2001): 501–10. http://dx.doi.org/10.14314/polimery.2001.501.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
49

Suzery, Meiny, Sriani Hendarko, Sulistyowati Sulistyowati, Nazli Nazli und Bambang Cahyono. „Komponen Kimia dari Aroma Biji Theobroma cacao L.“ Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 2, Nr. 1 (28.02.1999): 1–6. http://dx.doi.org/10.14710/jksa.2.1.1-6.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Telah dilakukan studi kimia terhadap komponen aroma dalam biji kakao jenis mulia (Theobroma cacao L.). Dengan indera penciuman, hasil analisis menunjukkan bahwa fermentasi selama 4 hari memberi aroma yang lebih baik dibanding dengan tanpa fermentasi, sebanding dengan makin banyaknya puncak pada kromatogramnya. Melalui Gas Kromatografi - Spektrometri massa (GCMS), analisis kimia beberapa komponen utama penyusun aroma kopi dapat diinterpretasikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
50

Dubiel, Łukasz, Andrzej Wal und Marian Kuźma. „MONITORING I TERENOWE BADANIA JAKOŚCI POWIETRZA Z WYKORZYSTANIEM SPEKTROMETRU MASOWEGO“. Informatics, Control, Measurement in Economy and Environment Protection 4, Nr. 4 (09.12.2014): 65–67. http://dx.doi.org/10.5604/20830157.1130198.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
Wir bieten Rabatte auf alle Premium-Pläne für Autoren, deren Werke in thematische Literatursammlungen aufgenommen wurden. Kontaktieren Sie uns, um einen einzigartigen Promo-Code zu erhalten!

Zur Bibliographie