Um die anderen Arten von Veröffentlichungen zu diesem Thema anzuzeigen, folgen Sie diesem Link: Music.

Zeitschriftenartikel zum Thema „Music“

Geben Sie eine Quelle nach APA, MLA, Chicago, Harvard und anderen Zitierweisen an

Wählen Sie eine Art der Quelle aus:

Machen Sie sich mit Top-50 Zeitschriftenartikel für die Forschung zum Thema "Music" bekannt.

Neben jedem Werk im Literaturverzeichnis ist die Option "Zur Bibliographie hinzufügen" verfügbar. Nutzen Sie sie, wird Ihre bibliographische Angabe des gewählten Werkes nach der nötigen Zitierweise (APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver usw.) automatisch gestaltet.

Sie können auch den vollen Text der wissenschaftlichen Publikation im PDF-Format herunterladen und eine Online-Annotation der Arbeit lesen, wenn die relevanten Parameter in den Metadaten verfügbar sind.

Sehen Sie die Zeitschriftenartikel für verschiedene Spezialgebieten durch und erstellen Sie Ihre Bibliographie auf korrekte Weise.

1

Raharja, Budi. „Musik Iringan Drama Tari Pengembaraan Panji Inukertapati Bermisi Perdamaian dan Toleransi“. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 20, Nr. 1 (10.04.2019): 13–23. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v20i1.3459.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan musik iringan drama tari berjudul “Pengembaraan Panji Inukertapati Bermisi Perdamaian dan Toleransi.” Drama tari tersebut mengisahkan perjalanan Panji Inukertapati menjelajahi beberapa wilayah Nusantara mencari kekasihnya, Dewi Sekartaji. Pembahasan fokus terhadap dinamika pertunjukan, alasan pemilihan bunyi atau lagu, dan hubungan musik dengan gerak tari. Metode interview, observasi, studi literatur, dan studi dokumen digunakanuntuk pengumpulan datanya. Hasil kesimpulan diketahui bahwa musik iringan drama tari tersebut terdiri atas bunyi Dijerido, bunyi aplikasi program DJ (monster dan drum), dan musik-musik daerah (musik Jawa, musik Melayu, musik Papua, dan musik Bali). Musik-musik tersebut dirangkai dalam struktur dramatik kerucut tunggal, digunakan untuk menciptakan atmofir musikal pertunjukan, dan sebagai pedoman penari memeragakan gerak-gerak tari. Hubungannya dengan gerak tari terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu hubungan antara pola melodi dengan pola gerak, hubungan antar frase melodi dengan frase gerak, dan hubungan antar karakter melodi dengan karakter gerak.Accompaniment Music for The Journey of Panji Inukertapati Dance Drama for the Peace and Tolerance Mission. The writing article aimed to describing the accompany music for drama dance entitle Panji Inerktupati Journey in peace and tolerance mission. The performance described Inukertapati the journey and passed some regions in archipelago to looking for his lover, Dewi Sekartaji. The disccusion focus on dinamic performance structure, choosing sound and song reason, and its relationship to the movement. The result is the music consisted of Dijeridu instrument sound combined to electrical sounds and some Indonesian folksong (Javanese music, Malay, Papua, and Balinese music). The musics are arranged in single cone dinamic structure, are used to create performance musical atmosphere and as guidance dancers demonstrate movement; hovewer its relationship to movement are classified in three types: relationship of movement pattern with musical sound pattern; music phrase with movement phrase, and song character with movement character.Keywords: Panji journey; drama dance; musical identity
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Sukmawati, Dian, Hermanto Tri Juwono und Widjiati Widjiati. „Mozart Memberikan Hasil Indeks Apoptosis Lebih Rendah daripada Musik Pop, Religi dan Tanpa Pemberian Musik“. Jurnal Penelitian Kesehatan "SUARA FORIKES" (Journal of Health Research "Forikes Voice") 11, Nr. 1 (11.11.2019): 28. http://dx.doi.org/10.33846/sf11106.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Background: Brain growth requires genetic potential for a conducive environment, low stress levels, stimulation and nutrition. Brain development during the fetal period in the two years of life firstly requires proper stimulation to increase intelligence. Classical music stimulation has been proven to be able to optimally improve brain function and human intellect. Other music that Indonesian people like is pop and religion. Maybe it is possible to pop and religious music can affect the development and growth of the fetal brain. Objective: Analyze the differences of the index of apoptosis Cerebrum and Cerebellum Rattus norvegicus newborn between those stimulated by Mozart, pop, religious music and not stimulated by music during pregnancy. Method: This study was post test only control group design. groups were randomly divided according to the treatment as stimulation of Mozart, pop, religious music and no music was given from the 10th day-gestation with an intensity of 65 dB in a soundproof box for one hour. When 19th day-gestation, Rattus norvegicus mothers were sacrificed then 3 Rattus norvegicus newborn from each mothers were selected and brain was taken to be made immunohistochemical preparations and counted the number of neuron cells apoptosis index. data were analyzed by comparison test with p <0.05. Results: There was a significant difference in the cerebrum neuron apoptosis index newborn between groups p = 0.001 but there was no difference between without exposure and pop music groups p = 0.063 (the lowest mean was the mozart group 2.40 IRS) and there was also difference in the apoptosis index in the cerebellum p = 0,000 but there was no difference between pop music and without exposure group p = 0.151 (the lowest mean was the mozart group 2.34 IRS) Conclusion: Mozart gives a lower apoptotic index than pop music, religion and without exposure music group. Keywords: neuron apoptosis index; mozart mucic; pop music; religion music ABSTRAK Latar Belakang: Tumbuh kembang otak membutuhkan potensi genetik lingkungan yang kondusif, tingkat stres yang rendah, stimulasi dan nutrisi. Perkembangan otak selama periode janin dan dua tahun pertama kehidupan memerlukan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan. Stimulasi musik klasik terbukti dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal. Musik lain yang suka didengarkan oleh masyarakat Indonesia adalah pop dan religi. Kemungkinan musik pop dan religi juga dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan otak janin. Tujuan: Menganalisis perbedaan indeks apoptosis Cerebrum dan Cerebellum Rattus norvegicus baru lahir antara yang di stimulasi musik Mozart, pop, religi dan tidak di stimulasi musik selama kebuntingan. Metode: Penelitian ini adalah post test only control grup design. kelompok dibagi secara acak disesuaikan dengan perlakuan yaitu pemberian musik Mozart, pop, religi dan tidak diberikan musik sejak hari ke-10 kebuntingan dengan intensitas 65 dB dalam kotak kedap suara selama satu jam. Kehamilan hari ke 19 tikus bunting dikorbankan, anak tikus dipilih 3 ekor tiapinduk diambil otaknya, dibuat sediaan imunohistokimia dan dihitung jumlah sel neuron yang mengalami apoptosis. Hasil dianalisis uji perbandingan dengan komparasi p<0,05. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna indeks apoptosis cerebrum Rattus norvegicus baru lahir antar kelompok p=0,001 namun tidak ada perbedaan kelompok tanpa paparan dengan musik pop p=0,063 (mean terendah adalah kelompok mozart 2,40 IRS) dan terdapat perbedaan indeks apoptosis di cerebellum dengan nilai p=0,000 namun tidak ada perbedaan kelompok tanpa paparan dengan musik pop p=0,151 (mean terendah adalah kelompok mozart 2,34 IRS) Kesimpulan : Mozart memberikan hasil indeks apoptosis lebih rendah dari musik pop, religi dan tanpa pemberian musik. Kata kunci: Indeks apoptosis; musikmozart; musik pop; musik religi
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Sukmana, Dicky Indra, Robby Hidajat und Tutut Pristiati. „Musisi Progressive Metal sebagai Pendorong Perkembangan Musik Djent di Kota Malang“. JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts 2, Nr. 5 (24.05.2022): 746–64. http://dx.doi.org/10.17977/um064v2i52022p746-764.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Abstract: Djent music is music which has elements of groove and progressive metal. The creation of djent music is an innovative idea from previous metal music which in its development djent music can’t be separated from the influence of rock music, which is phenomenal in the world. This study aims to describe the development of djent music and the factors influence the development of djent music in Malang. The writing of this research was carried out using descriptive qualitative methods. Using data analysis in the form of interviews with sources. The resource persons in this study were Norman Duarte Tolle (35) as a djent music musician (C-four) in Malang, Aulia Rizky Fajar (24) as a djent music guitarist in Malang, Reynal Juliandi (27) as an observer and music guitarist djent music in Pasuruan, Fauzan Sanjaya (24) as a member of the loud music community (Undisputed), and Fajri Ramadahan (27) as a musician djent music (Ceara) in Jakarta. Observations are aimed at knowing the development of djent music in Malang based on a review of the C-four music group. The result of this research is that the existence of djent music can be seen through the music industry and internet media which play an important role in the development of djent music so that the genre is able to spread widely throughout the world, including in Indonesia and Malang especially. Keywords: development; djent music; musicians; Malang Abstrak: Musik djent merupakan musik yang memiliki unsur groove dan progressive metal. Terciptanya musik djent merupakan gagasan inovasi dari musik metal sebelumnya yang dimana dalam perkembangannya musik djent tidak terlepas dari pengaruh musik rock yang sangat fenomenal di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan musik djent dan faktor yang mempengaruhi perkembangan musik djent di Kota Malang. Penulisan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan analisis data berupa hasil wawancara dengan narasumber. Narasumber dalam penelitian ini ada Norman Duarte Tolle (35) sebagai musisi musik djent (C-Four) yang ada di Kota Malang, Aulia Rizky Fajar (24) sebagai gitaris musik djent di Kota Malang, Reynal Juliandi (27) sebagai pemerhati serta gitaris musik djent di pasuruan, Fauzan Sanjaya (24) Selaku anggota komunitas musik keras (Undisputed), dan Fajri Ramadhan (27) sebagai musisi musik djent (Ceara) di Jakarta. Observasi ditujukan untuk mengetahui perkembangan musik djent di Kota Malang berdasarkan tinjauan kelompok musik C-four. Hasil dari penelitian ini ialah bahwa eksistensi musik djent dapat dilihat melalui industri musik dan media internet yang sangat berperan penting bagi perkembangan musik djent sehingga genre tersebut mampu menyebar luas ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan di Kota Malang. Kata kunci: perkembangan; musik djent; musisi; Malang
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Mohammad Yusrirrizqi und Wiki Angga Wiksana. „Fotografi Musik dalam Perkembangan Musik Band Burgerkill“. Bandung Conference Series: Communication Management 4, Nr. 2 (14.08.2024): 707–12. http://dx.doi.org/10.29313/bcscm.v4i2.14471.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Abstract. Music photography is a branch of photography that is quite popular with many people. Photos that focus on capturing moments in the world of music. Along with the development of the music industry and the high popularity of music, music photography has become an important element in documentation and promotion. The development of music photography seems to always be side by side with the development of music. Especially in the development of music in the city of Bandung. This research aims to determine music photography in the development of the Burgerkill band's music. In this research, researchers used qualitative methods with a case study approach. Then the paradigm used is the constructivism paradigm. Researchers sought in-depth information through interviews addressed to the Burgerkill band photographer, one of the Burgerkill band members, and fans of the Burgerkill band's music. Photography is one part of the axis of development of the band Burgerkill's music, but basically it is not music that changes the music ecosystem, because if we talk about the ecosystem too broadly, perhaps the most appropriate thing is that music encourages photography in creating its own ecosystem, creating classes of expertise specifically in the realm of photography. Abstrak. Fotografi musik menjadi salah satu cabang fotografi yang cukup diminati oleh banyak orang. Foto yang berfokus dalam pengabadian momen di dunia permusikan. Seiring dengan perkembangan industri musik dan popularitas musik yang tinggi, fotografi musik telah menjadi suatu elemen penting dalam perdokumentasian hingga promosi. Perkembangan fotografi musik sepertinya akan selalu berdampingan dengan perkembangan musik. Terkhusus dalam perkembangan musik di kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fotografi musik dalam perkembangan musik band Burgerkill. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitiaf dengan pendekatan studi kasus. Lalu paradigma yang dipakai adalah paradigma konstruksivisme. Peneliti mencari informasi yang mendalam melalu wawancara yang ditujukan kepada fotografer band Burgerkill, salah satu personil band Burgerkill, dan penikmat musik-musik band Burgerkill. Fotografi menjadi salah satu bagian dalam poros perkembangan musik band Burgerkill, namun pada dasarnya bukan musik yang merubah ekosistem musik, karena jika berbicara tentang ekosistem itu terlalu luas, mungkin yang paling tepat adalah musik mendorong fotografi dalam menciptakan sebuah ekosistemnya sendiri, menciptakan kelas-kelas keahlian tertentu di ranah fotografi.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Djohan, Djohan, Asep Hidayat Wirayudha und Aghisna Indah Mawarni. „Efek Reinstrumentasi Karya Organ Js. Bach Melalui Alih Timbre Terhadap Selera Musik“. Resital:Jurnal Seni Pertunjukan 24, Nr. 2 (03.08.2023): 136–45. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v24i2.9747.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
As today teenagers have less appreciation for instrumental works from Baroque era, the objective of this research is to identify the indicators their music preference through timbre shifting of the musical instrument. In the context of the creative economy, this will open opportunities for art music to compete in the music industry. Music has been studied and observed for centuries, and even today, the works of great composers are associated with timeless creations. One factor that has contributed to the continued existence of music is its strong reliance on conductors during performances, especially when presented in orchestral format involving dozens of supporting musicians. Generally, not only do audiences watch a stage filled with musicians, but they also listen to the works of composers in various timbres. Some musics are performed in the form of solo, duet, or as ensemble. However, the challenge for musicians is that the majority of society do not understand art music well due to lack of knowledge and the prevalence of easily accepted popular music. It occurs because music education still upholds the tradition of classifying music into high and low art according to European concepts. Art music carries musicological elements rooted in mathematical discipline, which implicitly requires audiences to have a background in music knowledge, even during performances. In Indonesia, which is currently developing and strengthening its creative economy, creative breakthroughs are needed to make art music more popular and have a positive impact on musicians. In this study, the author implemented a quantitative method with a one-posttest design approach. The sample consisted of teenagers studying art music. The total sample was N=100, consisting of students in music performance vocational program who were given treatment by listening to a recorded toccata in D minor by JS Bach played on the organ and re-instrumented using the electric guitar, electric bass, and synthesizer. The results reveal that the subjects' preference for rock music is significantly influenced by personal preference with p<0.05. Particularly, the predictor of preference has a coefficient of R 0.900 with an R2 of 0.809, indicating that preference contributes 80.9% to the variability of the preferences. Therefore, it can be concluded that the renewing instrumentaion of Baroque music by shifting timbre of electric instruments with rock sensation has an influence on the musical preference of today youth. It happens especially when the ornamentation, one of the characteristic of Baroque music, is played with forte dynamic and blended technique, resulting in piercing and swinging sounds as an effect of electric guitar distortion.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi indikator selera musik remaja masa kini yang kurang menyukai karya instrumental era Barok (musik seni) melalui rekayasa warna suara (timbre) alat musiknya. Karena dalam konteks ekonomi kreatif akan membuka peluang musik seni untuk berkompetisi dalam dunia industri musik. Selama ini musik seni telah berabad lamanya dipelajari dan ditekuni hingga saat ini bahkan karya-karya para komponis besar diasosiasikan dengan karya abadi. Salah satu faktor yang menjadikan eksistensi musik seni hingga sekarang adalah karena dalam pertunjukkannya sangat dipengaruhi oleh konduktor. Terutama sekali jika karya tersebut dipertunjukkan dalam format orkestra yang melibatkan puluhan musisi pendukung. Di satu sisi secara visual selain menyaksikan panggung penuh dengan musisi juga mendengarkan karya para komponis dalam berbagai macam warna suara. Sementara di sisi lain, ada musik seni yang dimainkan secara solo, duet atau kelompok (musik kamar). Pada kenyataannya, tantangan musisi musik seni adalah karena sebagian besar masyarakat tidak paham musik seni baik karena kurangnya pengetahuan dan maraknya musik industri yang jauh lebih mudah dicerna. Hal ini terjadi karena dalam pendidikan musik seni pun masih mempertahankan tradisi seni tinggi sesuai dengan sumbernya di Eropah. Musik seni memiliki muatan musikologi yang berasal dari disiplin matematika sehingga dalam bentuk pertunjukanpun secara implisit mensyaratkan audiens memiliki latar belakang pengetahuan musik. Indonesia yang sedang mengembangkan serta memperkuat ekonomi kreatif maka diperlukan terobosan kreatif agar musik seni dapat semakin digemari sehingga membawa dampak positif bagi musisi musik seni. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan one posttest design only dan sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang sedang belajar musik seni. Total sampel sebanyak N=100 terdiri dari mahasiswa program vokasi penyajian musik yang diberi intervensi dengan mendengarkan rekaman toccata in d-minor karya JS Bach untuk alat musik organ dan yang sudah direinstrumentasi menggunakan alat musik gitar, bas elektrik dan synthesizer. Hasilnya menunjukkan bahwa selera subjek terhadap musik rock secara signifikan lebih ditentukan oleh preferensi pribadi dengan p<0.05. Terutama dengan prediktor preferensi yang memiliki koefisien R 0.900 dengan R2 0.809 sehingga preferensi memberi sumbangsih sebanyak 80.9% terhadap variabilitas selera. Maka, dapat disimpulkan bahwa reinstrumentasi musik barok menggunakan warna suara instrumen elektrik dengan sensasi rock memiliki pengaruh terhadap selera musik subjek remaja. Terutama sekali ketika pada bagian ornamentasi sebagai ciri khas musik barok dibunyikan dalam dinamika forte dengan teknik blend sehingga terdengar melengking dan mengayun sebagai efek dari suara distorsi gitar elektrik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Nainggolan, Oriana Tio Parahita, und Vill Alvia Martin. „Pembelajaran Musik Kreatif Dalam Sudut Pandang Pembelajaran Abad ke-21“. PROMUSIKA 7, Nr. 2 (30.09.2019): 85–92. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v7i2.3454.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Creative music learning is one of the challenging subjects of learning music for elementary school students. The main topic of creative music is sound. It is the most important element in learning music. Sound must recognized and heard at the beginning of music lesson. Creative music aims not only to develop students’ listening skills but also to develop the ability to in making innovation in music either creating creative musical composition or musical instruments. The students also will get the advantages from creative music learning processes such as critical thinking, communication, collaboration, and creativity and innovation (4C). In the framework of the 21st century learning, the 4C is the ability that must achieved by the students. Although creative music subject is important in learning music, it has not been widely taught in public schools. This paper will examine how 4C integrated into creative music learning. The data obtained from observations and interviews during the music creative learning process. The results have shown that students integrate 4C in the learning process. Making creative music requires critical thinking finding various possibilities in order to make making innovations in music. Communication skill is also needed to express ideas from critical thoughts. The collaborative ability also used when playing creative music. Critical thinking skills, communication, and collaboration will ultimately result in creativity and innovation in making creative music. Pembelajaran musik kreatif merupakan salah satu pembelajaran yang menarik bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Materi utama pembelajaran musik kreatif adalah suara. Suara merupakan materi pertama yang harus dikenali oleh siswa pada pembelajaran musik. Pembelajaran musik kreatif bertujuan tidak saja untuk mengembangkan keterampilan mendengar, tetapi juga mengembangkan kemampuan dalam membuat inovasi mencipta komposisi musik kreratif. Pada saat pembelajaran musik kreatif, siswa juga mendapat keuntungan yaitu melatih kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan kreativitas serta berinvoasi (4C). Kemampuan 4C merupakan kemampuan yang harus dicapai oleh seluruh peserta didik dalam pembelajaran abad 21. Artikel ini bertujuan untuk mendeksripsikan kemampuan 4C pada pembelajaran musik kreatif. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokuemntasi selama proses pembelajaran musik kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan 4C terintegrasi secara langsung pada pembelajaran musik kreatif. Kemampuan 4C dibutuhkan siswa pada saat membuat komposisi musik kreatif. Pada saat membuat komposisi musik kreatif, berpikir kritis dibutuhkan untuk menemukan berbagai macam kemungkinan suara untuk disusun dalam komposisi musik kreatif. Kemampuan berkomunikasi digunakan untuk dapat mengkomunikasikan ide-ide untuk membuat komposisi musik kreatif. Kemampuan berkolaborasi digunakan untuk dapat memainkan komposisi musik kreatif. Kreativitas merupakan hasil dari kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi dan berkolaboasi sehingga dapat membuat dan memainkan komposisi musik kreatif.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Almanda, Hafi Hilmiah, Setya Yuwana und Setyo Yanuartuti. „Kajian pertunjukan musik “Thungka” dalam masyarakat Bawean Gresik (Tinjauan etnomusikologi)“. Imaji 21, Nr. 1 (24.04.2023): 30–37. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v21i1.49233.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini menemukan kajian etnomusikologi pada alat musik thungka, karena peneliti ingin mengetahui segala sesuatu yang terdapat dalam alat musik thangka, baik itu berupa aspek fungsi, musikal, instrumental dan sosial budaya musik tradisional thungka. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Fungsi musik Thungka pada dasarnya sebagai alat untuk penumbuk padi dalam acara musim panen disetiap tahun akan tetapi sekarang menjadi sebagai media pertunjukan seni tradisional, acara pernikahan sampai keacara penyambutan tamu turis ke Bawean. Alat musik Thungka ini merupakan alat musik tradisional yang tergolong bertangga nada tetratonik yaitu memiliki empat tangganada. Thungka, bahan dasarnya dari ronjengan sampai Alu’ terdiri dari kayu berjenis Jati. Lirik yang dimainkan dalam pertunjukan Thungka memaparkan tentang kehidupan masyarakat Bawean. Kata kunci: Etnomusikolgi, Musik Thungka, Bawean Study of "Thungka" music performance in Bawean Gresik community(An ethnomusicology review) AbstractThis study found an ethnomusicological study on the thungka musical instrument, because the researcher wanted to know everything contained in the thangka musical instrument, whether it was in the form of functional, musical, instrumental and socio-cultural aspects of thungka traditional music. In this study the method used is a qualitative method. The function of Thungka music is basically as a tool for pounding rice in the harvest season every year but now it has become a medium for traditional art performances, weddings to welcoming tourist guests to Bawean. This Thungka musical instrument is a traditional musical instrument that is classified as a tetratonic scale, which has four scales. Thungka, the basic ingredients from ronjengan to pestle are teak wood. The lyrics played in the Thungka show describe the life of the Bawean people.Keywords: Ethnomusicology, Thungka Music, Bawean
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Jamnongsarn, Surasak. „TRANSKULTURASI MUSIK ANTARAGAMELAN JAWA, ANGKLUNG, DAN MUSIK TRADISI THAILAND“. MELAYU ARTS AND PERFORMANCE JOURNAL 2, Nr. 2 (20.01.2020): 158. http://dx.doi.org/10.26887/mapj.v2i2.975.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Javanese gamelan and angklung to Thailand music gives the impact on the development of Thailand traditional music. That musical transculturation exists in the musical instrument of angklung and the musical concept of Javanese gamelan that are then mixed with the system of Thailand traditional music involving gamut (tuning system), presentment method, and its function in society. This transculturation shows the understanding of cultural relation between Thailand traditional music that has the background of Buddhism philosophy and Gamelan that has the background of Kejawen syncretism. These two kinds of music have formed the new characteristic and identity of Thailand music. Angklung played with the concept of Javanese gamelan called as angklung Thailand that then becomes Thailand traditional music. The article aims at revealing the transculturation of Javanese gamelan and angklung into the traditional music and its impact on the development of Thailand traditional music. This research used qualitative method with the accentuation in field research that involved researcher with the material object to delve various musical experiences by participating as the player of those two musical instruments. The transculturation of Javanese gamelan and angklung with Thailand traditional music has given the new development in Thailand traditional music. Keywords: Transculturation, Javanese gamelan, angklung, and Thailand traditional music ABSTRAKTranskulturasi gamelan Jawa dan angklung ke Thailand memberikan dampak pada perkembangan musik tradisi Thailand. Transkulturasi musik itu berwujud pada alat musik angklung dan konsep musikal gamelan Jawa, kemudian bercampur dengan sistem musik tradisi Thailand, yang mencakup pada tangga nada (tuning system), carapenyajian, dan fungsinya dalam masyarakat. Transkulturasi inimemunculkan pemahaman relasi kebudayaan antara musik tradisi Thailand yang berlatar belakang filosofi Buddhisme dan gamelan yang berlatar belakang sinkretis kejawen. Kedua musik ini telahmembentuk ciri dan identitas baru musik Thailand.Angklung yang dimainkan dengan konsep gamelan Jawa yang disebut angklung Thailand selanjutnya menjadi musik tradisi Thailand. Artikel bertujuan mengungkap transkulturasi gamelan Jawa dan angklung ke musik tradisi serta dampaknya pada perkembangan musik tradisi Thailand. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penekanan pada penelitian lapangan yang melibatkan peneliti dengan objek materialuntuk menggali berbagai pengalaman musikal dengan ikut serta bermain kedua musik itu. Transkulturasi gamelan Jawa dan angklung dengan music tradisi Thailand telah memberikan perkembangan baru pada musik tradisi Thailand. Kata kunci: transkulturasi, gamelan Jawa, angklung, dan musik tradisi Thailand
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
9

Janawati, Janawati, und Kornelius Gulo. „MUSIK DAN PERANANNYA DALAM IBADAH“. Inculco Journal of Christian Education 2, Nr. 3 (19.09.2022): 268–80. http://dx.doi.org/10.59404/ijce.v2i3.109.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Abstrak: Artikel ini adalah suatu pengangkatan judul yang dilatar belakangi oleh, keinginan seorang Penulis untuk mengetahui apa yang menjadi peran musik, yang digunakan dalam setiap Ibadah Kristen, serta bagaimana supaya musik yang dimainkan oleh seorang musisi, boleh menjadi musik yang berjalan tidak sebagai simbol saja, tetapi ada fungsi dan tujuan dari musik yang dimainkan. Berbicara tentang musik dan peranannya dalam ibadah bukanlah sesuatu hal yang asing lagi, sebab banyak gereja yang sudah menggunakan musik dalam melaksanakan ibadah, baik itu dari aliran Injili, Protestan, Karismatik atau Pantekosta. Artikel ini bertujuan menjawab 1. Apa peranan musik gereja dalam ibadah? 2. Bagaimana musik yang berkenan bagi Tuhan? 3. Apa itu Musik Gereja dan bagaimana Liturgi Nyayian Jemaat dalam Ibadah? Dengan hasil: 1. Peranan musik menjadi sebuah pertempuran krisis, kuasa penyembahan, memulihkan pelayanan. 2. Musik yang berkenan kepada Tuhan adalah musik yang penuh dengan ketaatan, yang berisi ucapan syukur. 3. Musik gereja yang karena isinya serta dengan pernyataan Iman penciptanya atau orang yang menampilkan karya tersebut, dalam liturgi ibadah meliputi berarti perayaan iman, termasuk dalam liturgi adalah tata ruang, tata Ibadah, tata waktu, simbol-simbol, pembacaan Alkitab, musik gereja dan sebagainya. Abstract: This article is an appointment of a title based on the desire of an author to know what is the role of music, which is used in every Christian worship, and how the music played by a musician may become music that operates not only as a symbol , but there is a function and purpose of the music being played. Talking about music and its role in worship is not something new, because many churches already use music in carrying out their services, whether they are from Evangelical, Protestant, Charismatic or Pentecostal. This article aims to answer 1. What is the role of church music in worship? 2. How is music pleasing to God? 3. What is Church Music and how is the Liturgy of Congregational Singing in Worship? With the results: 1. The role of music becomes a crisis battle, the power of worship, restoring ministry. 2. Music that pleases God is music that is full of obedience, which contains thanksgiving. 3. Church music which, because of its content and the statement of faith by the creator or the person performing the work, in the liturgy of worship includes the meaning of the celebration of faith, including in the liturgy are spatial planning, worship arrangements, timing, symbols, Bible readings, church music and etc.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
10

Bintarto, A. Gathut. „Aspek Olah Vokal Musik Klasik Barat pada Musik Populer“. Journal of Urban Society's Arts 1, Nr. 1 (10.04.2014): 44–56. http://dx.doi.org/10.24821/jousa.v1i1.787.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Setiap medium musik mempunyai keistimewaan yang bisa dikaji seperti halnyapada musik klasik Barat dan musik populer. Norma daya tarik musik populeryang ringan dan mudah dinikmati tidak seperti pada musik klasik Barat atauyang sering disebut sebagai musik seni, namun demikian bukan berarti bahwamemainkannya tidak ada syarat artistik. Bervariasinya musik dan banyaknya pelakumusik mengakibatkan standar yang tinggi dan menuntut pemahaman terhadapdetail musik. Musik populer bertolak dari kebiasaan orang dan musisinya inginmemenuhi kebutuhan tersebut. Gambaran emosional yang muncul pada teksmenyebabkan kecenderungan naturalistik dalam bernyanyi. Melalui penelusuranasal-usul musik populer dan penelitian studi kasus di lapangan ditemukan bahwamusik populer beraliran soul serta R&B (rhythm and blues) mempunyai kesamaanunsur dengan teknik dan gaya bernyanyi klasik pada penerapan suara yang ratadalam rentang ambitus (even scale technique), penggunaan imajinasi dengan iramabebas, nada-nada hiasan, teknik vibrato, dan bahkan gaya bernyanyi Gregorianmurni dengan iringan ritmis yang dianggap sebagai suatu kebaruan dalam musikpopuler. The Overview on the Aspect of Western Classical Singing on Popular Music.Every music medium such as Western classical and popular music has its own practicalspecification due to the observation of each characteristic and uniqueness. The potentialattractiveness of popular music is different from the Western classical music in its easylistening characteristics, but it does not mean that the music does not have the artisticcharacter at all. More performers and more variations in the popular music mayaffect the higher standard and require the demand in every aspect of the details. Thepopular music is derived from the daily habit and that is the way the musician shoulddo to make this kind of music. The emotional characteristics in their lyrics cause thenaturalistic singing tendency. Through the observation of the popular music origin andthe field research study, it is founded that soul and R&B music have the similarities. Interms of the classical music, both use the typical scale technique, imagination with thefree rhythm, ornamentation, vibrato technique and even pure Gregorian singing styleused in some popular songs accompanied by rhythmical music served as a new idea inpopular music.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
11

Sholichah, Agustina Mar'atus, Hermanto Tri Joewono und Widjiati Widjiati. „Jumlah Sel Neuron Cerebrum pada Paparan Musik Mozart Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Paparan Musik Indonesia“. Jurnal Penelitian Kesehatan "SUARA FORIKES" (Journal of Health Research "Forikes Voice") 11, Nr. 1 (27.11.2019): 18. http://dx.doi.org/10.33846/sf11104.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Background: Intelligence management can produce superior human resources with integrated brain. Mozart music stimulus during pregnancy has been shown to increase the number of neuron of the fetal brain. The study of pop and religious music needs to be improve because they are more popular in Indonesia. Objective: To analyze the differences of number of Neuron in the Cerebrum Rattus norvegicusoffspring that exposed to Mozart, Indonesian pop music and Indonesian religious music during pregnancy. Methods: An experimental study with a post-test only control group design. Groups divide into treatment music groups: Mozart, pop and religious. Treatment in a soundproof room for 1 hour, starting the 10th-day of pregnancy, intensity of 65 dB with a distance of 25 cm from the cage. The number of neuron was counted from HE brain preparations of the head Rattus norvegicusoffspring and analyzed using appropriate statistics test. Results: There were significant differences in the number of neuron of Rattus norvegicusoffspring in cerebrum between groups with p = 0,000 (mean Mozart music group 28.14 ± 3.02, Indonesian pop music 19.71 ± 1.80, Indonesian religious music 24.14 ± 2.91) and Mozart gave a higher number of neuron than Indonesia religious music and Indonesian pop music. Conclusion: Mozart music gave a higher number of neuron in the Cerebrum than Indonesian religious music and Indonesian pop music. Keywords: neuron; cerebrum; Mozart music; Indonesian music ABSTRAK Latar belakang: Pengelolaan kecerdasan otak yang terintegrasi akan menghasilkan SDM yang unggul. Stimulus musik Mozart selama kehamilan terbukti meningkatkan jumlah sel neuron di otak janin. Musik pop dan religi perlu dilakukan penelitian karena lebih populer di Indonesia. Tujuan: Menganalisis perbedaan jumlah sel neuron di Cerebrum Rattus norvegicusbaru lahir antara yang mendapat paparan musik Mozart, musik pop Indonesia dan musik religi Indonesia selama kebuntingan. Metode: Studi eksperimental dengan desain post test only control group. Kelompok perlakuan dibagi menjadi kelompok musik Mozart, musik pop Indonesia dan musik religi Indonesia. Perlakuan di ruang kedap suara selama 1 jam pada malam hari mulai hari ke-10 kebuntingan, intensitas 65 dB dengan jarak 25 cm antara kandang dan speaker. Jumlah sel neuron dihitung dari preparat pewarnaan Hematoxylin-Eosin otak anak Rattus norvegicusdan dianalisis dengan statistik yang sesuai. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah sel neuron cerebrum Rattus norvegicus baru lahir antar kelompok dengan nilai p=0,000 (rerata kelompok musik Mozart 28,14±3,02, musik pop Indonesia 19,71±1,80 dan musik religi Indonesia 24,14±2,91) dan musik Mozart memiliki jumlah sel neuron lebih tinggi daripada musik religi Indonesia dan musik pop Indonesia. Kesimpulan: Kelompok musik Mozart memiliki jumlah sel neuron di cerebrum yang lebih tinggi dibandingkan kelompok musik Indonesia. Kata kunci: neuron; cerebrum; musik Mozart; musik Indonesia
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
12

Jin, Mi-Hyun, Ju-Hyun Lee, Heon-Ho Choi, Sang-Jeong Lee, Young-Cheol Shin, Byung-Hwan Lee, Woo-Gwun Ahn und Chan-Sik Park. „Performance Comparison of 2D MUSIC and Root-MUSIC Algorithms for Anti-jamming in GPS Receiver“. Transactions of The Korean Institute of Electrical Engineers 60, Nr. 11 (01.11.2011): 2131–38. http://dx.doi.org/10.5370/kiee.2011.60.11.2131.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
13

S. Santoso, Dedik. „PENGARUH MUSIK TERHADAP PERFORMANCE FISIK“. Jurnal Teknik Industri 4, Nr. 1 (09.07.2004): 1–7. http://dx.doi.org/10.9744/jti.4.1.1-7.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The main objective of this study, as mentioned on the title, is to determine whether there is any effect of music on physical task performance. Three different kind of music were used in this study: easy listening/slow music, hard rock music, and subject's own favorite music. The same physical task without music was also conducted for every subject as the control. To simulate the physical task, each subject has to walk on a treadmill at a constant speed (3 MPH) and inclination (4º) for six minutes. Enough rest was given after a subject finished each task. Four undergraduate and six graduate students were volunteered as subjects in this study. They are three females and seven males. Statistical analysis software programs were used to analyze the results. It is shown from this study that slow music and favorite music have significant effect on the physical task. The heart rate is significantly lower when the subjects listened to a slow music or their favorite music while performing a physical task compared with performing the same task without listening to any music. The heart rate is not significantly different when subjects listened to hard rock music compared with no music listened. On the other hand, VO2 consumption is not significantly different between without music and with all kind of music. Therefore, according to this study, it is beneficial to listen to a certain kind of music while performing a physical task since they lower the heart rate. Abstract in Bahasa Indonesia : Tujuan utama dari paper ini adalah untuk menentukan apakah ada pengaruh dari musik terhadap performance dari seseorang saat melaksanakan pekerjaan fisik. Tiga jenis musik digunakan dalam studi ini: musik ringan, hard rock, dan musik favorit masing-masing subjek. Pekerjaan fisik yang sama tanpa musik juga dilaksanakan sebagai kontrol. Sebagai pekerjaan fisik, setiap subjek berjalan di atas treadmill dengan kecepatan konstan (4.8 km/jam) dan kemiringan konstan (4º) selama 6 menit. Setiap subjek diberikan istirahat yang cukup setiap kali selesai melaksanakan satu eksperimen. Sepuluh mahasiswa, tiga wanita dan tujuh pria berpartisipasi secara sukarela dalam studi ini. Program statistik digunakan untuk menganalisa hasil studi. Dari hasil perhitungan, tampak bahwa musik ringan dan favorit secara signifikan mempengaruhi performance fisik. Detak jantung per menit lebih rendah saat subyek mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka sambil melaksanakan pekerjaan fisik, dibandingkan tanpa mendengarkan musik. Pada saat mendengarkan musik hard rock, detak jantung menurun tetapi tidak signifikan. Di lain pihak, konsumsi oksigen tidak menurun secara signifikan bila tanpa musik dibandingkan dengan mendengarkan musik. Karena itu, akan lebih menguntungkan bila pada saat melakukan suatu pekerjaan fisik, pekerja mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka. Kata kunci: musik, performance fisik, detak jantung, konsumsi Oksigin
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
14

Sularso, Sularso. „Pendekatan literasi musik: Upaya mengetahui persepsi mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar tentang keragaman budaya musik Indonesia“. Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 10, Nr. 1 (07.08.2022): 1–7. http://dx.doi.org/10.30738/wd.v10i1.12745.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Bagi mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar, pembelajaran musik menjadi matakuliah wajib yang harus dituntaskan. Dalam masyarakat multikultural, siswa pendidikan guru sekolah dasar harus memahami khasanah musik Indonesia secara baik. Persoalannya adalah mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar tidak secara spesifik mengambil jurusan musik, sehingga rata-rata mereka tidak memiliki pengetahuan literasi musik secara memadai. Perspektif literasi musik tradisional ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa sekolah dasar dalam memahami hubungan antara musik tradisional dan pendidikan musik multikultural. Signifikansi penelitian ini terletak pada pentingnya perspektif literasi musik tradisional dalam membantu semua mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan tentang musik tradisional Indonesia. Berpijak pada persoalan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar dalam kaitannya dengan keragaman budaya musik Indonesia dengan pendekatan literasi musik. Data diperoleh melalui observasi, dan wawancara. Data yang dikumpulkan meliputi data-data pengetahuan musik tradisi, respon pengindraan musik, hingga perhatian mahasiswa terhadap fenomena musik tradisi disekitarnya. Hasil klasifikasi ketiga jenis data tersebut selanjutnya dianalisis dengan pendekatan literasi musik. Hasilnya adalah bahwa pendekatan literasi musik tradisional dapat membantu mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan tentang musik tradisional Indonesia. Kontribusi penelitian ini terletak pada pembentukan perspektif baru tentang pentingnya peningkatan literasi musik tradisional Indonesia sebagai upaya untuk melestarikan identitas dan semangat multikultural bagi calon guru sekolah dasar di Indonesia. Music literacy approach: An effort to find out the perceptions of elementary school teacher education students about the diversity of Indonesian music culture Abstract: For elementary school teacher education students, learning music is a compulsory subject that must be completed. In a multicultural society, elementary school teachers' education students must understand the repertoire of Indonesian music well. The problem is that elementary school teacher education students do not specifically major in music, so on average, they do not have adequate knowledge of musical literacy. This traditional music literacy perspective is intended to assist elementary school students in understanding the relationship between traditional music and multicultural music education. The significance of this research lies in the importance of the traditional music literacy perspective in helping all elementary school teacher education students in constructing knowledge about Indonesian traditional music. Based on these problems, this study aims to determine the perceptions of elementary school teacher education students in relation to the diversity of Indonesian music culture with a musical literacy approach. Data was obtained through observation and interviews. The data collected includes data on knowledge of traditional music, musical sense responses, and students' attention to the phenomenon of traditional music around them. The results of the classification of the three types of data are then analyzed using a musical literacy approach. The result is that the traditional music literacy approach can help elementary school teachers educate students in constructing knowledge about Indonesian traditional music. The contribution of this research lies in the formation of a new perspective on the importance of increasing literacy in traditional Indonesian music as an effort to preserve the identity and multicultural spirit of prospective elementary school teachers in Indonesia.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
15

Andrew, Teguh Vicky, Riama Maslan Sihombing und Hafiz Aziz Ahmad. „MUSIK, MEDIA, DAN KARYA : PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR MUSIK BAWAH TANAH (UNDERGROUND) DI BANDUNG (1967-1990)“. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya 9, Nr. 2 (16.09.2017): 293. http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v9i2.18.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
AbstrakTren musik populer dari tahun ke tahun semakin mengguntungkan aliran musik bawah tanah (underground). Infrastruktur musik yang mandiri dan fleksibel, baik dalam tataran produksi, distribusi, dan konsumsi, menjadi kunci sukses aliran musik bawah tanah. Hal ini berlaku pula di Bandung. Namun pencapaian musik bawah tanah saat ini sebenarnya telah dirintis sejak 1970. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menelaah rintisan infrastruktur musik bawah tanah yang memiliki kontribusi bagi generasi sekarang. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah dengan pisau analisis skena musik dan musik bawah tanah. Berdasarkan telaah yang dilakukan, infrastrukstur musik yang dibangun pada periode 1967-1990 tidak saja terkait dengan aliran dan grup musik belaka, tetapi juga beragam media (cetak dan radio) dan album independen. Infrastruktur ini kemudian dijadikan model dan dikembangkan dalam sistem yang lebih kompleks sesuai dengan tren musik bawah tanah di Bandung.Kata kunci: skena, musik, bawah tanah, infrastruktur AbstractPopular music trend from year to year more prospering for underground music. Independent and flexibel musical infrastructure, in term of production, distribution, and consumption, becomes key success for underground music. This also applies in Bandung. However, the current achievement of underground music acctually was began since 1970. Therefore, this research tries to analyze infrastructure formation in underground music that has contributed for the current generation. For that reason, this research was conducted by using historical method with music scene and underground music concept. Based on the analysis, the musical infrastructure that built in 1967-1990, not only related to the genre and music grup, but also various media (print and radio) and independent album. The infrastructure subsequently became raw model and developed in more complex system in accordance with the underground music trend in Bandung.Keywords : scene, music, underground, infrastructure
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
16

Harper, Adam. „Musik. Music That Laughs“. POP 6, Nr. 1 (01.03.2017): 60–65. http://dx.doi.org/10.14361/pop-2017-0110.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
17

Harper, Adam. „Musik. Scar - Tissue Music“. POP 8, Nr. 1 (01.03.2019): 36–45. http://dx.doi.org/10.14361/pop-2019-080105.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
18

Ma, Lita. „Bentuk dan Elemen Musik Akustik dalam Piano Kover Lagu ‘DNA’ karya BangtanSonyeondan (BTS)“. PROMUSIKA 9, Nr. 2 (17.03.2022): 78–83. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v9i2.5435.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Perpaduan antara musik elektronis dan musik populer menghasilkan aliran musik baru, yaitu Electronic Dance Music (EDM). EDM merupakan genre musik elektronis perkursif dengan menggunakan peralatan berteknologi tinggi. Salah satu tempat yang mulai mengeksperimen EDM adalah Korea Selatan, yaitu Kpop atau lebih dikenal sebagai Korean Pop. Kpop menggunakan perpaduan antara musik Korea dengan musik Barat, salah satu contoh yang menggunakan EDM adalah lagu ‘DNA’ karya grup BTS. Masyarakat sekarang suka mengkover lagu ke bentuk vokal ataupun instrument, salah satunya adalah piano kover. Permasalahan yang diteliti adalah mengetahui bentuk dan elemen musik EDM dalam bentuk piano kover. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan elemen musik lagu ‘DNA’ karya BTS dalam piano kover. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data berupa studi literatur, studi diskografi, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk musik yang diterapkan dalam piano kover tetap sama, tetapi terdapat perbedaan dalam elemen musik, yaitu poliritmik, harmoni, dan warna nada.AbstractForms and Elements of Acoustic Music in Bangtansonyeondan (BTS)'s Piano Cover of 'DNA'. Electronic music and popular music combined resulted in a new genre of music, namely Electronic Dance Music (EDM). EDM is a percussive electronic music genre using high-tech equipment. One of the places that started experimenting with EDM was South Korea, namely Kpop or Korean Pop. Kpop uses a mix of Korean music with Western music. One example that uses EDM is the song 'DNA' by the BTS group. People now like to cover songs to vocals or instruments, one of which is a piano cover. The problem under study is knowing the form and elements of EDM music in a piano cover. This study aims to determine the form and musical elements of the song 'DNA' by BTS on the piano cover. This study uses qualitative methods with data collection in literature studies, discography studies, and observations. The results showed that the musical form applied to the piano cover remained the same, but there were differences in the musical elements, namely polyrhythmic, harmony, and tone colour.Keywords: electronic music; music popular; EDM; Kpop; piano cover
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
19

Sejati, Irfanda Rizki Harmono, Tejo Bagus Sunaryo und Sunarto Sunarto. „Seni Pertunjukan dan Kreativitas Kelompok Musik Setabuhan Yogyakarta Indonesia“. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 23, Nr. 2 (01.08.2022): 107–16. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v23i2.7083.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
ABSTRACT Setabuhan is a musical group consisting of three people who have different musical concepts from the others. The form of Setabuhan group music is rhythmic or percussion music in which two people are percussionists, and the other plays the exploration of vocal sound. The musical instruments used by Setabuhan are drums, percussion and vocal music using digital effects. The form of music used by this Setabuhan music group is not commonly used in structural forms of musical compositions because it does not use melodic musical instruments, and the vocal music does not have lyrics. The form of the Setabuhan group performance is a collaboration of rhythmic music with the arts of Pencak Silat, or martial arts. The rhythm and tempo of the beats tend to be loud with a fast rhythmic game. This group becomes very interesting and has particular characteristics because not many musical groups have the same concept as Setabuhan . The Setabuhan music group is not well known in Indonesia but has performed many performances in various other countries. The focus of the research on the Setabuhan music group is: 1) The form of Setabuhan music performances; and 2) The creativity of the Setabuhan music group. The research method used in this research is qualitative with descriptive exposure. The research subjects were musicians of the Setabuhan music group in Yogyakarta. Data collection techniques were observation, interviews, documentation, and data analysis. The results show that the form and creativity of the Setabuhan music group lie in the rhythmic drum and percussion music playing, which is filled with exploration of vocal sounds with musical effects and collaboration with the art of Pencak Silat. The conclusion of this research is the form and creativity process of the Setabuhan music group, which is very interesting and has the characteristics of its work and form of performance.ABSTRAK Setabuhan merupakan kelompok musik yang terdiri dari tiga orang yang mempunyai konsep musik yang berbeda dari yang lain. Bentuk musik kelompok Setabuhan adalah musik ritmis atau disebut dengan musik perkusi. Dua orang sebagai pemain perkusi dan satu orang memainkan eksplorasi bunyi vokal. Alat musik yang digunakan Setabuhan menggunakan drum, perkusi dan satu musik vokal yang menggunakan efek digital. Bentuk musik yang digunakan kelompok musik Setabuhan ini tidak lazim digunakan pada bentuk struktural komposisi musik pada umunya karena tidak menggunakan alat musik musik melodis dan bentuk musik vokal nya juga tidak berlirik. Bentuk pertunjukan kelompok Setabuhan adalah kolaborasi musik ritmis dengan seni pencak silat atau bela diri. Irama dan tempo musik Setabuhan cenderung keras dengan permainan ritmis yang cepat. Kelompok ini menjadi sangat menarik dan mempunyai ciri khas karena belum banyak kelompok musik yang mempunyai konsep yang sama dengan Setabuhan. Kelompok musik Setabuhan memang belum begitu dikenal di Indonesia tetapi sudah banyak melakukan pertunjukan di berbagai negara lain. Fokus dari penelitian pada kelompok musik Setabuhan adalah: 1) Bentuk pertunjukan musik Setabuhan; dan 2) Kreativitas kelompok musik Setabuhan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan paparan secara deskriptif. Subjek penelitian adalah musisi kelompok musik Setabuhan di Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk dan kreativitas yang dilakukan kelompok musik Setabuhan terletak pada permainan musik ritmis drum dan perkusi yang di isi oleh eksplorasi bunyi vokal yang diberi efek musik dan berkolaborasi dengan seni pencak silat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bentuk dan proses kreativitas kelompok musik Setabuhan yang sangat menarik dan mempunyai ciri khas karya dan bentuk pertunjukannya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
20

Sukmayadi, Yudi. „Musik Kontemporer dalam Kurikulum dan Buku Sekolah di Jerman“. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 15, Nr. 2 (01.12.2014): 169–78. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v15i2.851.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Tulisan ini menyajikan tentang posisi musik kontemporer dalam kurikulum dan buku sekolah di Jerman. Hal yang dibahas adalah pemilihan materi musik kontemporer untuk setiap kelas, jenis musik kontemporer yang dibahas, serta metode didaktis yang diterapkan. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa melalui pelajaran musik kontemporer, siswa tidak hanya mempelajari hal musikal, namun juga mempelajari masalah kontekstualnya di masyarakat, termasuk di dalamnya masalah musik kontemporer dan perkembangan teknologi. Contemporary Music in German Curriculum and Schoolbooks. This study presents the position of contemporary music in German curriculum and schoolbooks in Germany. This study discusses how to select contemporary music materials for every class, kinds of contemporary music, and how the didactic concepts are applied. This study also discusses how, through contemporary music, the students are introduced to contextual problems in society, including the issue of contemporary music and technology development.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
21

Yoo, Hyesoo, Sangmi Kang, Camilo I. Leal und Abbey Chokera. „Engaged Listening Experiences: A World Music Sampler“. General Music Today 33, Nr. 3 (25.11.2019): 14–20. http://dx.doi.org/10.1177/1048371319890291.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
As the U.S. population has become significantly more culturally diverse, many music educators have acknowledged the necessity to implement culturally diverse musics in music curricula. One of the challenges in teaching culturally diverse musics is designing a balance between performing-based activities and other activities such as listening, improvising, and composing activities. Despite the importance of developing students’ listening skills, listening lessons are still relatively deficient within the context of world musics. Therefore, we provide general music teachers with engaged listening strategies for implementing world music lessons in music classrooms. The lessons provided in this article are appropriate for upper elementary and secondary general music classrooms.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
22

Harsawibawa, Harsawibawa. „Disrupsi dalam Musik“. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 18, Nr. 3 (26.11.2019): 144–58. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v18i3.3337.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Disrupsi identik dengan keadaan khaos bagi manusia akibat perkembangan teknologi; utamanya gagasan mesin menggantikan manusia. Musik yang merupakan bagian dari kehidupan manusia tidak luput dari khaos yang dihasilkan oleh disrupsi. Karena keadaan khaos itu tidak mengherankan bila banyak orang menduga bahwa disrupsi tidak mungkin memiliki kerangka pikir yang jelas. Tulisan ini, dengan mengadaptasi pemikiran di dalam ilmu teknik berhasil memformulasikan sebuah metodologi untuk memahami disrupsi di dalam musik. Metodologi itu memiliki tiga aspek di dalamnya, yaitu aspek horizontal yang berbicara mengenai percampuran genre musik dengan genre seni lainnya, aspek vertikal yang berbicara mengenai percampuran di dalam genre musik, dan aspek aksiologis yang berbicara mengenai hubungan musik dengan bidang-bidang lain yang bersifat non-musik. Metodologi disrupsi di dalam musik memperlihatkan bahwa disrupsi bukan masalah yang besar; disrupsi merupakan sesuatu yang melekat di dalam musik. Disrupsi adalah sesuatu yang hakiki di dalam musik. Ia tidak mengancam musik, tetapi merupakan sebuah situasi yang memperkaya musik dalam hubungannya dengan dirinya sendiri dan bidang-bidang lain yang bersifat seni maupun non-seni.Disruption in Music. Disruption is identical to chaotic state which is disrupted by the advance of technology especially with its notion of machine replaces men in work. It is said that music as part of men’s life are not immune from those chaotic states. Because of its seemingly chaotic state, it is not surprising that no one thought of disruption as having a clear methodology. By adopting a methodology of technical engeneering, this paper has succeded in forming a methodology which is able to explain musical disruption. This methodology has three aspects, i.e.: horizontal aspect which is about the mixing of musical genre with other art genres; vertical aspect which is about the the mixing of subgenres in musical genre; and axiological aspect which is about the interaction between music and non-music disciplines. The method of disruption in music shows that disruption is not a big problem; disruption is something inherent in music. Disruption is something essential in music. It does not pose a real threat to music; it is a condition which enriches the music in its relations to itself, other arts and non-music disciplines.Keywords: music disruption; liberal arts
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
23

Rustiyanti, Sri. „Musik Internal dan Eksternal dalam Kesenian Randai“. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 15, Nr. 2 (15.03.2015): 152–62. http://dx.doi.org/10.24821/resital.v15i2.849.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Kehidupan musik pada masyarakat Minangkabau tidak terlepas adanya peranan serta fungsi yang melekat pada kesenian Randai. Melalui pendekatan etnomusikologi, tulisan ini menelaah peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai. Kesenian ini menggunakan medium seni ganda atau kolektif karena didukung oleh beberapa cabang seni antara lain tari, musik, teater, sastra, dan rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik iringan dalam Randai terbagi menjadi dua, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh manusia (penari), misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan, hentakan kaki ke tanah dan sebagainya, sedangkan musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong, gandang, saluang, dan rabab. The Role of Internal and External Music in the Arts of Randai. The musical life in Minangkabau society is inseparable from its roles and functions which attach to the arts of Randai. Through the ethnomusicology approach, this paper examines the role of internal and external music in the art of Randai. Considering its sustainability and amendment, the musicality is the identity of Minangkabau society so that the sustainability of the music can be run in accordance with the dynamics of society today. Among the types of arts in Minangkabau, Randai is an art form that uses multiple or collective art medium for it is supported by several branches of the arts, including dance, music, theater arts, literary arts, and fine arts. The results of this study is more focused on the art of music. Musical accompaniment in Randai is divided into two, namely internal and external music. The internal music is the music or the sounds that come from the human body (a dancer), for example, clapping, finger picking, patting the chest, whistling, stomping on the ground, and so on, while the external music is the sounds emanating from the tools of music or instruments, such as talempong, gandang, saluang, and rabab.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
24

Arbhirizky, Muhammad, und Imam Setyobudi. „KEAGENAN KELOMPOK ALUNAN NUSANTARA TERHADAP HABITUS SELERA MUSIK INDONESIA 1977–1980“. Jurnal Budaya Etnika 8, Nr. 1 (14.06.2024): 115. http://dx.doi.org/10.26742/jbe.v8i1.3304.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
ABSTRAK Penulisan ini mengangkat tentang fenomena populernya kembali musik lawas Indonesia 1977—1980, khususnya musik dari Gank Pegangsaan. Kelompok Alunan Nusantara sebagai agen yang berperan dalam mempopulerkan kembali musik lawas Indonesia menjadi objek dari Penulisan ini. Selanjutnya, kelompok ini disesuaikan dengan konsep habitus, disertai analisis berdasarkan teori nostalgia. Penulisan ini merupakan Penulisan kualitatif dengan metode observasi partisipasi, wawancara, dan studi pustaka. Penulisan ini menghasilkan simpulan bahwa: 1) Alunan Nusantara menularkan selera musik Indonesia 1977—1980 lewat konten instagram yang menarik, 2) orang tua dari masing- masing aktor Alunan Nusantara berperan penting dalam membagikan nostalgia, 3) musik Indonesia 1977—1980, yaitu Gank Pegangsaan, merupakan puncak kreativitas musik Indonesia. Hal ini dapat diketahui lewat syair dan aransemen musiknya yang berbeda dari musik Indonesia pada umumnya saat itu serta banyak terpengaruh dari elemen musik rok progresif. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi aktor Alunan Nusantara. Kata kunci: Alunan Nusantara, Nostalgia, Selera Musik, Rok Progresif, Habitus Selera ABSTRACT This research talks about the phenomenon of the re-popularity of 1977—1980 Indonesian music, especially the music of Gank Pegangsaan. The Alunan Nusantara group as an agent that plays a role in the re-popularization of this music is the main object of this research. Afterwards, this group is adjusted to the concept of habitus, and analyzed with nostalgia theory. This research is a qualitative research with some method, such as participatory observation, interview, and literature study. The concludes from this research is: 1) Alunan Nusantara introduce 1977—1980 Indonesian musical tastes through interesting Instagram content, 2) the parents of each Alunan Nusantara’s actor played an important role in sharing their nostalgia, 3) Indonesian music from 1977—1980, namely Gank Pegangsaan, is the peak of creativity of Indonesian musi. This can be seen through the lyrics and musical arrangements, which are different from Indonesian musics in general at that time and are heavily influenced by progressive rock’s element. This is the main attraction for Alunan Nusantara actors Key words: Alunan Nusantara, Nostalgia, Musical Taste, Progressive Rock, Taste Habitus
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
25

Samuel, Joan Christoper, Gede Kamajaya und Ni Made Anggita Sastri Mahadewi. „Musik Dangdut Sebagai Representasi Selera Rendah di Kalangan Mahasiswa Kedokteran Universitas Udayana“. Socio-political Communication and Policy Review 1, Nr. 4 (16.08.2024): 194–210. http://dx.doi.org/10.61292/shkr.153.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The study aims to present and analyze the phenomenon of Dangdut music as a representation of low taste among Udayana University medical students. The method used in this study is a qualitative approach with descriptive type. Theory used as a surgical knife to analyze this phenomenon is a distinguishing theory of Pierre Bourdieu. The results of this study revealed that Dangdut music is considered a representation of low taste among Udayana University medical students. Dangdut music is considered to no longer display music as a work of art, but only sells sexy looks from its singers. Dangdut music listeners are mostly middle class society down, and also the themes and lyrics contained in Dangdut music are not relate to the life of medical students as middle class and upper class. In addition, the custom of medical students of Udayana University who generally listen to western music, so making them gap Dangdut music is not a music that is worth listening to. It is indirectly also a form of exclusivity from Udayana University medical students who consider Dangdut as a low-taste music and not a type of music suitable for them. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan dan menganalisis mengenai fenomena musik Dangdut sebagai representasi selera rendah di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Udayana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Teori yang digunakan sebagai pisau bedah untuk menganalisis fenomena ini merupakan teori distingsi dari Pierre Bourdieu. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa musik Dangdut dianggap sebagai representasi selera rendah di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Udayana. Musik Dangdut dianggap sudah tidak lagi menampilkan musik sebagai karya seni, melainkan hanya menjual tampilan seksi dari para penyanyi nya. Pendengar musik Dangdut kebanyakan merupakan masyarakat kelas menengah kebawah, dan juga tema-tema maupun lirik yang terdapat dalam musik Dangdut tidaklah relate dengan kehidupan mahasiswa kedokteran sebagai masyarakat golongan menengah keatas. Selain itu, kebiasaan dari mahasiswa kedokteran Universitas Udayana yang umumnya selalu mendengarkan musik-musik barat, sehingga menjadikan mereka menggap musik Dangdut bukanlah musik yang pantas untuk mereka dengarkan. Hal ini secara tidak langsung juga merupakan bentuk eksklusivitas dari mahasiswa kedokteran Universitas Udayana yang menganggap Dangdut sebagai musik dengan selera rendah dan bukan merupakan jenis musik yang cocok untuk mereka. Kata Kunci: musik Dangdut, selera rendah, eksklusivitas
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
26

., Riaman, Betty Subartini, Eddy Djauhari, Agus Supriatna und Sonia . „ANALISIS SURVIVAL CHART MUSIC RADIO MENGGUNAKAN METODE KAPLANMEIER DENGAN MODEL COX PROPORTIONAL HAZARD (Studi Kasus 103,1 FM OZ Radio Bandung)“. In Search 18, Nr. 1 (26.04.2019): 205–12. http://dx.doi.org/10.37278/insearch.v18i1.159.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Musik adalah salah satu dari jenis hiburan yang seringkali dinikmati oleh orang-orang.Banyak mediayang bisa digunakan untuk mendengarkan musik, salah satunya adalah radio. Analisis survival dapatdigunakan untuk menganalisis lamanya suatu lagu/musik bertahan di chartmusicradio. Penelitian inimencari faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi lamanya suatu lagu/musik berada di chartmusic radio. Sampel yang digunakan adalah top 21 lagu yang berada di chart music mingguan OZRadio Bandung selama 18 bulan, baik itu Chart Music Biggest Hits maupun Chart Music TopRequest. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Kaplan-Meier dan Model CoxProportional Hazard. Hasil dari penelitian ini yaitu faktor yang paling berpengaruh terhadap lamanyasuatu lagu/musik berada di Chart Music Top Request adalah label yang memproduksi lagu/musik.Sedangkan pada Chart Music Biggest Hits tidak ada faktor yang berpengaruh secara signifikan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
27

Adu-Gilmore, Leila. „Accessing marginalized musics through adaptable, culturally sustaining music technology modules“. Journal of Popular Music Education 7, Nr. 3 (01.09.2023): 317–34. http://dx.doi.org/10.1386/jpme_00130_1.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Black music technology has innovated across genres such as dub, hip hop, techno and Afrobeats, redefining music as we know it. Music research subfields (performance, composition, musicology, technology) have historically excluded black musics but music education has begun to include them. Critical Sonic Practice Lab created a culturally-sustaining music technology toolkit and modules in Accra, Ghana. We exploit music technology’s constant evolution, engaging critical sonic practice’s intersectional approaches to the continuum of improvisation and composition, and music theory. Adjusting teaching resources for students with less finances and internet access can give access to STEAM (science, technology, arts and mathematics) and music creation. We recenter Black, Latinx and Indigenous musics and participatory music practices to expand music creation. Therefore, this research design offers a series of decolonizing music technology and creation prompts to adapt with local music practitioners as teaching-artists for community-specific teaching and learning.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
28

Afdhal, Muhammad. „“REPUBLIKEN” MENYATU DALAM PERBEDAAN“. Imaji 17, Nr. 1 (27.06.2019): 66–73. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v17i1.25736.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Republiken adalah penganut ketatanegaraan yang berbentuk republik. Istilah Republiken menunjukkan suatu kesatuan masyarakat yang berbangsa dan berdaulat. Republiken dalam kaitannya dengan karya seni ini adalah suatu bentuk semangat berbangsa melalui seni, dalam hal ini musik, menunjukkan bahwa perbedaan ras atau suku bukanlah masalah untuk bangsa Indonesia menjadi semangat yang satu. Karya komposisi musik yang berjudul “Republiken”, diharapkan dapat menunjukkan semangat berbangsa melalui beberapa karakteristik musik-musik nusantara yang diekspresikan melalui EDM atau Elektronik Dance Music yang merupakan sebuah rumah besar untuk genre-genre musik, seperti disco, dupstep dan sebagainya, karena sebagian alat musiknya menggunakan alat-alat elektronik seperti gitar elektrik, keyboard, synthesiezer dan lauchpad yang dewasa ini menjadi alat musik yang banyak digunakan dalam penciptaan musik EDM “REPUBLIKEN” UNITES IN DIFFERENCESAbstractRepubliken are followers of republic constitutions. The term Republiken shows a united nation and sovereign community. In relation to this work of art, Republiken is a form of nationalism spirit through art—in this case music—showing that racial or ethnic differences are not a problem for Indonesian people to be one spirit. The music composition works entitled "Republiken", are expected to show the spirit of nationalism through several characteristics of archipelago music expressed through EDM or Electronic Dance Music which is a big house for music genres, such as disco, dupstep and so on, because some of the music tools uses electronic devices like electric guitars, keyboards, synthesizers and lauchpads which today are a musical instrument that is widely used in EDM music creation
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
29

Putra, Riomanadona M., und Irwansyah Irwansyah. „Musik Rilisan Fisik Di Era Digital: Musik Indie Dan Konsumsi Rilisan Musik Fisik“. Jurnal Komunikasi 11, Nr. 2 (30.10.2019): 128. http://dx.doi.org/10.24912/jk.v11i2.4062.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The release of physical music will never be extinct, as is technology disrupting audio technology. This article provides an explanation of physical music releases in the digital era, where vinyl records, audio and CD tapes are still consumed by connoisseurs and musicians alike. Although digital music players and online music applications such as Joox, Spotify, Apple Music or Sky Music is very important in the spread of music in the digital era. The attitude of independent musicians or who are familiar with the term indie musicians still maintains the release of physical music as a tool for the dissemination of their work. This article presents descriptive data from existing journals which are then combined with interviews to obtain depth about what shapes the attitude of indie musicians in using physical music releases and how indie musicians and indie music distributors collaborate in communicating works - indie musicians work through strategies that are done together. As well as what indie music absorbs local culture and how they influence their work and what their attitudes are. Do they not pay attention to the presence of digital distribution or even combine these two things. With the existence of this article, the description of the things that underlie the independent musicians released the music they made themselves with the release of physical albums. Rilisan musik fisik tidak akan pernah punah, sebagaimana pun teknologi mendisrupsi teknologi audio. Artikel ini memberikan penjelasan tentang rilisan musik fisik pada era digital, dimana piringan hitam (vinyl), kaset audio dan CD masih tetap dikonsumsi oleh para penikmat serta pelaku musik. Walaupun pemutar musik digital dan aplikasi musik secara online seperti Joox, Spotify, Apple Music ataupun Langit Musik sangat berperan penting dalam penyebaran musik di era digital. Sikap dari musisi independen atau yang akrab dengan sebutan musisi indie tetap mempertahankan rilisan musik fisik sebagai alat untuk penyebaran karya mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana rilisan musik fisik akan tetap bertahan, dan mengapa sebuah rilisan fisik menjadi hal yang dianggap penting bagi musisi Indie. Artikel ini menyajikan data-data secara deskriptif dari jurnal-jurnal yang ada yang kemudian di padupadankan dengan wawancara untuk memperoleh kedalaman tentang apa yang membentuk sikap dari para musisi indie dalam menggunakan rilisan musik fisik dan bagaimana musisi indie dan distributor musik indie melakukan kolaborasi dalam mengomunikasikan karya-karya musisi indie melalui strategi yang dikerjakan bersama. Serta seperti apa musik indie menyerap budaya lokal dan bagaimana hal tersebut memberikan pengaruhnya pada karya-karya mereka dan seperti apa sikap mereka. Apakah kehadiran distribusi yang dilakukan secara digital tidak mereka hiraukan atau malah menggabungkan kedua hal tersebut. Adanya artikel ini, memberikan gambaran hal-hal yang mendasari para musisi independen merilis musik yang mereka buat sendiri dengan rilisan album fisik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
30

Nugroho, Thomas Dedi Suryo. „PRODUKSI MUSIK DIGITAL DALAM KURIKULUM PEMBELAJARAN SMK SENI MUSIK“. SENDIKRAF Jurnal Pendidikan Seni dan Industri Kreatif 5, Nr. 1 (28.07.2024): 25–31. http://dx.doi.org/10.70571/psik.v5i1.130.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The advancement of digital technology has permeated every aspect of life, including the field of music. Introducing digital music production in the curriculum of vocational high schools specializing in music is not just important anymore, but urgent. Mastery of basic digital music production aims not only to address the challenges of modern times but also to open up entrepreneurship opportunities for its graduates. With these skills, students can create music content for social media, build personal brands, and even create new business opportunities. Thus, the integration of digital music production into education is not only relevant but also essential in preparing the future generation for the digital era. This article aims to delve deeper into the fundamental aspects that underscore the importance of learning digital music production in the curriculum of vocational high schools specializing in music. Perkembangan teknologi digital telah merambah ke seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam bidang musik. Pengenalan produksi musik digital dalam kurikulum pendidikan SMK kompetensi seni musik bukan lagi hanya penting, namun mendesak. Penguasaan dasar produksi musik digital tidak hanya bertujuan menjawab tantangan perkembangan zaman, tetapi juga membuka peluang entrepreneurship bagi para lulusannya. Dengan keterampilan ini, siswa dapat menghasilkan konten musik untuk media sosial, membangun branding, dan bahkan menciptakan peluang bisnis baru. Dengan demikian, integrasi produksi musik digital dalam pendidikan tidak hanya relevan, tetapi juga esensial dalam menyiapkan generasi masa depan untuk era digital. Artikel ini bertujuan mengkaji lebih dalam aspek-aspek yang menjadi dasar pentingnya pembelajaran produksi musik digital dalam kurikulum pendidikan SMK kompetensi seni musik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
31

Bagaskara, Akbar, Kun Setyaning Astuti und Umilia Rokhani. „Filsafat musik: Memahami esensi, perkembangan, dan relevansinya“. Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni 22, Nr. 1 (28.04.2024): 71–78. http://dx.doi.org/10.21831/imaji.v22i1.71954.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki serta menguraikan ilmu filsafat musik dari banyak dimensi, mulai dari pendefinisian esensinya hingga perkembangan keilmuannya sepanjang sejarah dan relevansinya di era kontemporer. Metode penelitian yang digunakan dalam peneltian kali ini adalah metode kualitatif, dengan ciri lebih mengedepankan pada analisis fenomena sosial budaya yang luas dan mendalam. Teori analisis data yang diaplikasikan pada penelitian ini adalah model dari Miles dan Huberman dengan konsep empat tahapan analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Adapun temuan dari peneltian ini adalah (1) filsafat musik bukan hanya sekedar analisis teoritis bentuk belaka, tetapi juga berkaitan dengan makna mendalam musik pada konteks yang lebih luas yaitu, sosial, budaya, individual maupun kelompok yang menyertainya. (2) Sejarah dari filsafat musik menggambarkan bagaimana perjalanan atau evolusi dari pemikiran tentang musik dari masa ke masa yang akhirnya memberikan pemahaman utuh terhadap fenomena musik era saat ini. (3) Pada era kontemporer analisis wacana filsafat musik condong kepada masalah-masalah seperti tren musik modern, teknologi yang menyertainya dan dampak perubahannya terhadap masyarakat global. (4) Urgensi dari mempelari filsafat musik sangat erat kaitannya pada, dihasilkannya keterbukaan wawasan mendalam tentang musik, yang pada akhirnya akan membuat siapapun yang mendalaminya akan lebih menghargai musik dan memiliki daya analisis kritis lebih pada fenomena musik di sekitar. Kata kunci: Filsafat musik, esensi, perkembangan, relevansi Philosophy of music: Understanding its essence, development, and relevance AbstractThe purpose of this study is to investigate and describe the science of music philosophy from many dimensions, from defining its essence to its scientific development throughout history and its relevance in the contemporary era. The research method used in this research is a qualitative method, characterized by prioritizing the analysis of broad and in-depth socio-cultural phenomena. The theory of data analysis applied in this research is the model of Miles and Huberman with the concept of four stages of data analysis, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusions. The findings of this research are (1) the philosophy of music is not just a theoretical analysis of form, but also related to the deep meaning of music in a broader context, namely, social, cultural, individual and group that accompanies it. (2) The history of the philosophy of music illustrates how the journey or evolution of thinking about music from time to time which ultimately provides a complete understanding of the phenomenon of music in the current era. (3) In the contemporary era, the analysis of music philosophy discourse leans towards issues such as modern music trends, the technology that accompanies them and the impact of their changes on global society. (4) The urgency of studying the philosophy of music is closely related to, the resulting openness to deep insight into music, which will ultimately make anyone who deepens it will appreciate music more and have more critical analysis power on the phenomenon of music around. Keywords: Philosophy of music, essence, development, relevance
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
32

Simanjuntak, Fredy. „Musik Sebagai Media Terapi Penyembuhan: Sebuah Penelusuran Historis dalam Alkitab“. Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan 8, Nr. 2 (02.07.2022): 115–26. http://dx.doi.org/10.47543/efata.v8i2.66.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Music has evolved in such a way, including within the church itself, but there is a part of music that is often overlooked in the church, namely the power of music in healing. In particular, the researcher takes the setting of the use of music in pentecostal-charismatic churches. This paper is a historical search in the Bible regarding the use of music in worship as a healing medium. The researcher as one of the music activists in the church gives an assessment that the sound produced by musical instruments in a series of praise and worship in worship affects the welfare of the congregation. The type of research used is descriptive research, using a qualitative approach. Researchers conclude that musical healing is real and far from speculation. Relying on the biblical basis of music as a therapeutic medium, the researchers revealed that music has the potential to have a therapeutic function in worship. AbstrakMusik telah berkembang sedemikian rupa termasuk di dalam gereja sendiri, namun ada bagian dari musik yang sering terabaikan dalam gereja, yaitu kekuatan musik dalam kesembuhan. Secara khusus peneliti mengambil setting penggunaan musik pada gereja-gereja bercorak pentakosta-kharismatik. Tulisan ini merupakan sebuah penelusuran historis dalam Alkitab mengenai penggunaan musik dalam ibadah sebagai media penyembuhan. Peneliti sebagai salah seorang penggiat musik dalam gereja memberikan penilaian bahwa suara yang dihasilkan oleh alat musik dalam rangkaian pujian maupun penyembahan dalam ibadah mempengaruhi kesejahteraan jemaat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menyimpulkan bahwa penyembuhan musik adalah nyata dan jauh dari spekulasi. Mengandalkan dasar alkitabiah musik sebagai media terapi, peneliti mengungkapkan bahwa musik berpotensi terhadap fungsi terapi dalam ibadah.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
33

Yoo, Hyesoo, Sangmi Kang und Victor Fung. „Personality and world music preference of undergraduate non-music majors in South Korea and the United States“. Psychology of Music 46, Nr. 5 (14.07.2017): 611–25. http://dx.doi.org/10.1177/0305735617716757.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
We investigated contributors of undergraduate nonmusic majors’ preferences for world musics, specifically those from Africa, Asia, and Latin America. Drawing upon the reciprocal feedback model as a theoretical framework, we determined the extent to which predictor variables (familiarity with the music, personality, and music absorption) were related to music preference. Participants were 401 undergraduate nonmusic majors from South Korea ( n = 208) and the USA ( n = 183). Participants took an online survey via Qualtrics that included demographic information, the World Musics Preference Rating Scale, the Big-Five Inventory, and the Absorption in Music Scale. Results indicated that, familiarity, followed by openness to experience, was the strongest predictor of participants’ preferences for world musics. For the U.S. participants, familiarity, followed by openness to experience, was the strongest predictor of participants’ preference for musics from each continent. By contrast, for the South Korean participants, although familiarity was also the strongest predictor for African, Latin American, and Asian musics, openness to experience was not consistently the second strongest contributor. For African music, openness to experience was ranked second; for Latin American and Asian music, agreeableness and music absorption were ranked second, respectively.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
34

Primaningrizki, Devina Minati. „Percampuran Dua Idiom Musikal pada Karya Aransemen Musik Bambu“. Urban: Jurnal Seni Urban 4, Nr. 1 (14.04.2020): 61–72. http://dx.doi.org/10.52969/jsu.v4i1.64.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Bamboo music is a type of music that developed from local cultural wisdom in Indonesia. One type of music from bamboo is angklung. The following article will discuss the maintenance of angklung music in the face of the times in an urban context. In this study, the author uses a qualitative method with an ethnographic approach to see the hybridity process that occurs in angklung music. Through a case study of the song On My Way, which was arranged by Eka Gustiwana, it was found that the process of combining hybridity and creativity can strengthen the existence of angklung music, both nationally and internationally. The collaboration of the concepts of creativity and hybridity in angklung music also shows the mixing of two idioms of Western and Eastern music.Musik bambu merupakan jenis musik yang berkembang dari kearifan budaya lokal di Indonesia. Salah satu jenis musik dari bambu adalah angklung. Tulisan berikut ini akan membahas pemertahanan musik angklung menghadapi perkembangan zaman dalam konteks urban. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi untuk melihat proses hibriditas yang terjadi pada musik angklung. Lewat studi kasus lagu On My Way yang diaransemen oleh Eka Gustiwana, didapatkan hasil bahwa proses penggabungan hibriditas dan kreativitas dapat memperkuat eksistensi musik angklung, baik secara nasional maupun internasional. Pengolaborasian konsep kreativitas dan hibriditas pada musik angklung juga memperlihatkan terjadinya percampuran dua idiom musik Barat dan Timur.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
35

Simanjorang, Jeffri Yosep, und Gandhi Pawitan. „MODAL SOSIAL, INOVASI, DAN SKENA MUSIK: STUDI KUALITATIF KOMUNITAS MUSIK INDIE BANDUNG 1994-2004“. Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi 5, Nr. 1 (02.02.2021): 73. http://dx.doi.org/10.24198/jsg.v5i1.31169.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendalami bagaimana modal sosial pada komunitas musik indie di Kota Bandung memengaruhi ekosistem musik pada era 1994-2004 yang melahirkan berbagai inovasi pada industri kreatif. Dengan menerapkan pendekatan kualitatif sejak Maret hingga November 2020, penelitian ini melibatkan 16 informan dengan berbagai latar belakang peran pada industri musik. Penelitian ini fokus pada (1) aktivitas bersama yang dilakukan oleh komunitas, (2) relasi, nilai dan norma pada komunitas, (3) pengaruh modal sosial pada proses difusi, produksi dan distribusi musik, dan (4) peran modal sosial dalam inovasi musik indie. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa modal sosial berpengaruh secara signifikan dalam perkembangan komunitas musik indie Bandung. Dengan modal sosial yang ada, komunitas musik indie saat itu secara kolektif mengenal dan mengaplikasikan konsep do-it-yourself, terutama dalam bermusik. Kondisi tersebut pada akhirnya menjadi awal terciptanya beberapa inovasi yang membuat musik indie sebagai warna baru yang diperhitungkan dan hingga kini menjadi salah satu kekuatan besar di industri musik. Penelitian ini juga menemukan bahwa dimensi struktural pada modal sosial yang mencakup bonding, bridging, linking connections berperan dalam menopang eksistensi musik indie Bandung. Kata kunci: modal sosial, inovasi, komunitas, musik, BandungABSTRACT This study aims to explore how social capital in the indie music communities in Bandung City influenced the music ecosystem in the 1994-2004 era which created various innovations in the creative industry. By applying a qualitative approach from March to November 2020, this study involved 16 informants with various backgrounds in music industry. This study focuses on (1) joint activities carried out by the community, (2) relationships, values and norms in the community, (3) the influence of social capital on the diffusion process, production and distribution of music, and (4) the role of social capital in indie music innovation. The result of this study illustrates that social capital has a significant effect on the development of the Bandung indie music community. With the existing social capital, the indie music community at that time collectively recognized and applied the do-it-yourself concept, especially in music. This condition eventually led to the creation of several innovations that transformed indie music and now become one of the great forces in the music industry. This study also found that the structural dimensions of social capital which include bonding, bridging, linking connections play a role in sustaining the existence of Bandung indie music.Keywords: social capital, innovation, community, music, Bandung
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
36

Gumilang, Rizqa, Sri Setiawati und Syahrizal Syahrizal. „KEBERTAHANAN MUSIK ORKES MINANG KINI: KAJIAN ANTROPOLOGI MUSIK PADA MUSIK ORKES TAMAN BUNGA“. Jurnal Budaya Etnika 7, Nr. 2 (19.12.2023): 109. http://dx.doi.org/10.26742/jbe.v7i2.2874.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
ABSTRAK Tulisan ini menggambarkan kelangsungan hidup musik Orkestra Minang saat ini, khususnya Kelompok Musik Orkestra Taman Bunga di kota Padangpanjang, Provinsi Sumatera Barat. Di tengah gempuran industri musik yang berorientasi pasar. Menggunakan premis Kontra Hegemoni Gramsci, bagaimana kelompok ini bertahan dengan ideologi musik mereka. Penelitian ini bertumpu pada pendekatan kualitatif deskriptif. Analisis dalam perspektif Antropologi Musik menjelaskan secara mendalam dan holistik kelangsungan hidup kelompok musik ini. Counter Hegemony sebagai alat analisis dalam melihat apa yang memotivasi kelompok ini untuk memilih genre musik orkestra Minang dan kelangsungan hidup kelompok ini dalam menghadapi industri musik saat ini. Temuan menunjukkan bahwa perjuangan ideologis antara ideologi kelompok ini dan ideologi pasar semakin kuat, menunjukkan adanya kekuatan hegemonik di pasar industri musik di Indonesia. Kegigihan dalam ideologi musik mereka mampu bertahan dengan tidak mengganggu atau mengubah bentuk musik mereka. Prinsip kekeluargaan adalah modal utama bagi kelangsungan hidup kelompok musik ini. Kata kunci: Musik Orkestra Minang, Survival, Antropologi Musik, Kontra Hegemoni ABSTRACT This paper describes the survival of the Minang Orchestra music today, specifically the Taman Bunga Orchestra Music Group in the city of Padangpanjang, West Sumatra Province. In the midst of the onslaught of market-oriented music industry. Using the premise of Gramsci's Counter Hegemony, how this group survives with their musical ideology. The research relies on a descriptive qualitative approach. The analysis in the perspective of Music Anthropology explains deeply and holistically the survival of this musical group. Counter Hegemony as an analytical tool in seeing what motivates this group to choose the genre of Minang orchestra music and the survival of this group in facing the current music industry. The findings show that the ideological struggle between this group's ideology and the market ideology is getting stronger, indicating the presence of hegemonic power in the music industry market in Indonesia. Persistence in their musical ideology is able to survive by not disrupting or changing the shape of their music. The principle of kinship is the main capital for the survival of this musical group. Keywords: Minang Orchestra Music, Survival, Musical Anthropology, Counter Hegemony
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
37

Junaidi, Akhmad Arif. „JANENGAN SEBAGAI SENI TRADISIONAL ISLAM-JAWA“. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 21, Nr. 2 (15.12.2013): 469. http://dx.doi.org/10.21580/ws.2013.21.2.254.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
<p class="IIABSBARU1">This paper is based on the cultural reality of Javanese Muslim society especially in Islamic Javanese traditional music. The cultural expression of Islamic-Javanese music is very diverse and reflecting the diversity of the “face” of Islam that has been adapted to the local culture. Janengan’s Islamic Javanese traditional music is an expression from three different cultural music traditions: Javanese music tradition, Middle Eastern music traditions (Arabic), and currently has been developed with a combination of Western music such as pop. The combination of three different musical traditions creates a unique creativity in Javanese music character. The character also encourages the values covering musical values, cultural values, and religious values. Thematically, the Janengan’s lyrics contain a variety of Islamic teaching such as monotheism, shari’ah and sufism.<strong></strong></p><p class="IKa-ABSTRAK">***</p>Tulisan ini dilatarbelakangi satu realitas budaya yang dihasilkan dari kehidupan masyarakat Muslim Jawa khususnya seni musik tradisional Islam-Jawa. Ekspresi kebudayaan Islam-Jawa dalam seni musik ini sangat beragam dan mencerminkan keberagaman “wajah” Islam yang telah beradaptasi dengan budaya lokal. Musik tradisional Islam-Jawa <em>Janengan</em> merupakan perwujudan dari perpaduan tiga unsur tradisi musik, yakni tradisi musik Jawa, tradisi musik Islam Timur Tengah (Arab) dan kini telah dikembangkan dengan kombinasi musik Barat seperti pop. Perpaduan ketiga unsur tradisi musik yang berbeda ini membentuk suatu hasil kreativitas yang unik bercirikan musik Jawa. Musik tradisional Islam-Jawa ini juga melahirkan nilai-nilai yang meliputi nilai-nilai musikal, nilai-nilai kultural, dan nilai-nilai religius. Secara tematik syair-syair <em>Janengan</em> berisi berbagai ajaran seperti akidah (tauhid), syari’at dan tasawuf.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
38

Gumilar, Teguh, und Rendi Alhusaini. „Kajian Musikologis Terhadap Komposisi Musik Angklung Toel dan Maqam Hijaz“. PROMUSIKA 11, Nr. 1 (11.04.2023): 19–29. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v11i1.9202.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Studi ini bertujuan untuk menunjukan komposisi musik yang menggunakan konsep musik islam dengan kaya fungky. Maqam hijaz merupakah salah satu dari tujuh irama seni membaca Al-Qur’an yang terdapat pada sumber yang dikaji. Hijaz dalam irama memiliki makna doa, panggilan, dan mengingat-ingat sesuatu. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah pengembangan dasar dari tangga nada maqam hijaz ke dalam bentuk karya musik dengan penggabungan antara dua jenis musik, yaitu musik Timur Tengah, dan musik gaya funky. Karya angklung toel dan maqam hijaz, diketahui bahwa karya musik ini dapat menciptakan suatu hal baru dalam pengkolaborasian antara musik Timur Tengah dan musik gaya funky sebagai pengembangannya, dan diwarnai dengan progresi-progresi akornya yang terdapat pada karya ini. Gaya seni membaca Al-Qur’an dapat dikembangkan atau diaplikasikan ke dalam bentuk karya musik bambu.AbstractMusicological Study of Angklung Toel and Maqam Hijaz Music Composition. This study aims to show a musical composition that uses the concept of Islamic music with a funky richness. Maqam Hijaz is one of the seven rhythms of the art of reading the Qur'an found in the sources studied. Hijaz, in rhythm, has the meaning of prayer, calling, and remembering something. The method used in creating this work is the essential development of the Maqam Hijaz scales into the form of musical works by combining two types of music, namely Middle Eastern music and funky style music. The results of the musical works that have been made show that this work can create something new in the collaboration between Middle Eastern music and funky style music as its development, and is coloured by the chord progressions found in this rich. The art style of reading the Qur'an can be developed or applied as bamboo musical works.Keywords: Maqam, Hijaz, Music, Bamboo
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
39

Suranto, Joni, und Santosa Santosa. „Sistem pelarasan pada campursari“. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni 14, Nr. 1 (17.07.2019): 28–33. http://dx.doi.org/10.33153/dewaruci.v14i1.2534.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Campursari, keinginan manusia untuk selalu berkarya dan membuat hal-hal baru melahirkan sebuah musik yang terbentuk dari beberapa jenis musik yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Secara garis besar musik ini terbentuk dari dua jenis musik yang berbeda yaitu karawitan dan keroncong, tetapi campursari sudah memiliki ciri khas sendiri dengan estetika dan rasa musikal yang berbeda dengan musik aslinya. Alat musik yang digunakan dalam campursari mengambil beberapa dari gamelan jawa dan beberapa dari alat musik barat. Sistem pelarasan dalam campursari sebagian menggunakan tangga nada diatonis dan mengubah nada-nada pada gamelan menyesuaikan dengan keyboard atau alat-alat musik dengan sistem pelarasan diatonis yang lain. Seiring dengan perkembangan jaman beberapa seniman campursari mulai mencoba menerapkan sistem pelarasan pelog dan slendro pada gamelan Jawa kedalam campursari, alat-alat musik yang sebenarnya berasal dari musik barat ditalu untuk bisa menyesuaikan dengan gamelan Jawa. ABSTRACTCampursari, a human willingness to always make work and create something new, create a kind of music which is formed by different types of music that have a different cultural background. Mainly, this music formed by two kinds of music which are karawitan and keroncong. However, campursari has its characteristic with the esthetic and musical taste which differ from its original music source. The music instruments used in campursari consist of Javanese gamelan and western music instruments. From Gamelan, it uses saron, demung, gender, kendhang, siter, suling, and gong. It also uses cak and cuk / ukulele from keroncong and keyboard, guitar, guitar bass, and drum set from combo band. The tunings system in campursari partly uses diatonic scales and transforms the gamelan musical scales to suit the keyboard or other music instruments that use other diatonic tunings systems. With the development of technology, some Campursari artists start to implement pelog and slendro system of Javanese gamelan into campursari. The western music instruments used are played in such a way so it will suit the Javanese gamelan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
40

Prayogo, Moh Aldiansyah, und Lutfiah Ayundasari. „Pengaruh politik terhadap dinamika musik rock n roll di Malang Tahun 1959–1992“. Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S) 3, Nr. 5 (11.05.2023): 472–83. http://dx.doi.org/10.17977/um063v3i5p472-483.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
This article discusses political influence on the rock n roll music which began from 1959 till 1992. Rock n roll music entered Malang through Australian radio many people who liked rock n roll music. Soekarno acted decisively and began to seriously deal with anything that smelled of foreign culture entering big cities in Indonesia, one of which was Malang. Malang musicians made music in the Soekarno era by uniting Western music with nationalist lyrics. Differences in policy can be seen in the Suharto era facing this. In the 1960s Suharto began to hold a series of performances featuring music that was prohibited during the Guided Democracy. This had an impact and gave birth to famous musicians and bands in Malang such as Ian Antono and Sylvia Saartje. The people of Malang in 1970 were very critical of music, especially rock n roll music, Malang was dubbed the barometer of Indonesian rock music in the 1970s. This article aims to find out the policies of Soekarno and Suharto on the dynamics of rock n roll music in Malang in 1959-1992. Artikel ini membahas tentang pengaruh politik terhadap Musik rock n roll yang dimulai pada tahun 1959-1992. Musik rock n roll mulai masuk di Malang melalui radio Australia dan tidak sedikit yang menyukai musik rock n roll. Melihat hal tersebut, Soekarno bertindak tegas dan mulai serius menghadapi apapun yang berbau budaya asing yang mulai masuk di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya kota Malang. Musisi Malang bermusik pada era Soekarno dengan cara menyatukan musik Barat dengan lirik nasionalis. Perbedaan kebijakan dapat terlihat pada era Soeharto menghadapi hal tersebut. Pada dekade 1960-an Soeharto mulai mengadakan serangkaian pertunjukan yang menampilkan musik-musik yang dilarang pada masa Demokrasi Terpimpin. Hal tersebut berdampak dan melahirkan musisi dan band ternama di Malang seperti Ian Antono dan Sylvia Saartje. Masyarakat Malang tahun 1970 sangat kritis prihal musik terutama musik rock n roll, Malang di juluki barometer musik rock Indonesia pada tahun 1970-an. Artikel ini memiliki tujuan untuk mengetahui kebijakan Soekarno dan Soeharto terhadap dinamika musik rock n roll di Malang tahun 1959-1992.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
41

Poluan, David, Syahrul Syah Sinaga und Udi Utomo. „The Role of Society and Artists in the Preservation of Bamboo Music in Minahasa“. Edumaspul: Jurnal Pendidikan 7, Nr. 1 (01.03.2023): 1719–24. http://dx.doi.org/10.33487/edumaspul.v7i1.6420.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Musik Bambu merupakan kelompok orkes musik instrumen tradisional yang berasal dari suku Minahasa, Sulawesi Utara. Penelitian ini berfokus pada dua jenis Musik Bambu di Minahasa, yaitu Musik Bambu Melulu, dan Musik Bambu Klarinet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pelestarian Musik Bambu yang dilakukan oleh Pelaku seni dan Masyarakat di desa Tumaratas dua, kecamatan Langowan Barat, kabupaten Minahasa, dan desa Liwutung. Kecamatan Pasan, Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian etnomusikologi. Etnomusikologi merupakan disiplin ilmu yang memayungi beberapa disiplin ilmu lain seperti musikologi, organologi, dan antropologi. Hasil yang didapati adalah terdapat perbedaan dalam upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat dan pelaku seni di desa Tumaratas Dua, dan desa Liwutung. Musik Bambu Melulu yang merupakan jenis Musik Bambu pertama di Minahasa masih dipertahankan keasliannya oleh pelaku seni di Desa Tumaratas Dua meskipun dihadapi oleh tantangan perkembangan zaman. Meskipun banyak ancaman yang dihadapi dalam pelestaran Musik Bambu Melulu, masyarakat di desa Tumaratas Dua juga masih menggunakan Musik Bambu Melulu dalam acara/kegiatan-kegiatan desa. Di sisi lain, Musik Bambu Klarinet di desa Liwutung hingga saat ini masih dilestarikan oleh pelaku seni dan masyarakat disana. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perubahan organologi, pengembangan aransemen, dan keterelibatan masyarakat dari kalangan muda hingga dewasa dalam Musik Bambu Klarinet.Kata Kunci: Pelestarian, Perubahan, Musik Tradisional Abstract Bamboo Music is a group of traditional musical instrument orchestras originating from the Minahasa tribe in North Sulawesi. This research focuses on two types of Bamboo Music in Minahasa: Melulu Bamboo Music and Clarinet Bamboo Music. This study aims to determine the efforts to preserve Bamboo Music carried out by performers and the community in Tumaratas Dua village, West Langowan sub-district, Minahasa district, and Liwutung village. Pasan District, Southeast Minahasa Regency This study combines qualitative research with ethnomusicological studies. Ethnomusicology is a discipline that covers several other disciplines, such as musicology, organology, and anthropology. The results found that there were differences in the conservation efforts carried out by the community and artists in Tumaratas Dua village and Liwutung village. Melulu Bamboo Music, which is the first type of Bamboo Music in Minahasa, is still maintained by artists in Tumaratas Dua Village, despite the challenges of the times. Even though there are many threats to the performance of Melulu Bamboo Music, the community in Tumaratas Dua village still uses Melulu Bamboo Music in village events and activities. On the other hand, the Clarinet Bamboo Music in Liwutung village is still being preserved by artists and the people there. The efforts made are organological changes, arrangement development, and community involvement from young people to adults in Clarinet Bamboo Music.Keywords: Preservation, Change, Traditional Music
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
42

Syamah, Sheehan Maulana, Yusnelli Yusnelli und Bambang Wijaksana. „The Hearts Sound Of Victim (Electro Acoustic Music)“. Musica: Journal of Music 2, Nr. 2 (30.11.2022): 120. http://dx.doi.org/10.26887/musica.v2i2.3034.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
TThe Hearts Sound Of Victim merupakan sebuah komposisi musik multimedia yang berangkat dari sebuah fenomena sosial yaitu menjadi korban Bullying. Penciptaan karya ini bertujuan untuk mengungkapkan pengalaman empiris menjadi sebuah karya multimedia agar kejadian bullying tidak terjadi lagi di lingkungan sosial anak-anak dan sekolah. Karya musik multimedia ini digarap dengan Elektro Akustik Musik dan pendekatan experimental musik. Metode yang digunakan dalam proses penggarapan karya ini yaitu eksplorasi, ekperimentasi dan perwujudan. Selain dari pada itu untuk menjadi acuan pengkarya menggunakan beberapa teori diantarnya teori ekperimental music, teori Elektro Akustik Musik, teori musik programa dan teori musik sound design sebagai landasan dalam proses penggarapan. Karya ini akan digarap menjadi tiga bagian karya. Bagian pertama, mengekspresikan kondisi seorang anak yang tenang belum mengalami pembulian, bagian dua mengekspresikan kegiatan pembulian sedang terjadi dan bagian tiga mengekspresikan perasaan seseorang setelah mengalami pembulian.ABSTRACTThe Hearts Sound Of Victim is a multimedia music composition that departs from a social phenomenon, namely being a victim of bullying. The creation of this work aims to reveal empirical experiences into a multimedia work so that bullying does not happen again in the social environment of children and schools. This multimedia music work is done with Electro Acoustic Music and experimental music approach. The methods used in the process of making this work are exploration, experimentation and embodiment. Apart from that, as a reference, the authors use several theories including experimental music theory, Electro Acoustic Music theory, program music theory and sound design music theory as the basis in the cultivation process. This work will be divided into three parts. The first part, expresses the condition of a calm child who has not been bullied, part two expresses the bullying activity is going on and part three expresses one's feelings after being bullied.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
43

Sarbulis, Sarbulis, Afriani Afriani, Marty Mawarpury und Syarifah Faradina. „Karakteristik Kepribadian Ditinjau Dari Preferensi Musik Pada Mahasiswa Di Banda Aceh“. Syiah Kuala Psychology Journal 1, Nr. 2 (31.10.2023): 61–73. http://dx.doi.org/10.24815/skpj.v1i2.28435.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Musik adalah salah satu bentuk seni yang sangat dekat dengan keseharian manusia. Preferensi musik yang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik-karakteristik dari kepribadiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara preferensi musik dengan kepribadian pada mahasiswa di kota Banda Aceh. Sampel penelitian ini adalah 352 mahasiswa (18-25 tahun) di kota Banda Aceh yang dipilih menggunakan teknik cluster dan proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala Short Test of Music Preference (STOMP) untuk mengukur preferensi musik dan skala Ten Item Personality Inventory (TIPI) untuk mengukur kepribadian. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara preferensi musik upbeat and conventional (r=0,10, p0,05), energetic and rhythmic (r=0,11, p0,05), intense and rebellious (r=0,16, p0,01) dengan trait kepribadian extraversion; preferensi musik upbeat and conventional dengan trait kepribadian agreeableness (r=0,14, p0,01); preferensi musik upbeat and conventional (r=0,15, p0,01) dengan trait kepribadian conscientiousness; preferensi musik reflective and complex (r=0,12, p0,05), upbeat and conventional (r=0,14, p0,01), intense and rebellious (r=0,11, p0,05) dengan trait kepribadian emotional stability; preferensi musik reflective and complex (r=0,11, p0,05), upbeat and conventional (r=0,11, p0,05), intense and rebellious (r=0,12, p0,05) dengan trait kepribadian openess to experience. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa preferensi musik berkaitan dengan karakteristik kepribadian seseorang. Music is one of art that very near to everyday human life. A person's music preference can be used to reveal the characteristics of his personality. The aimed of this study was to determine the relationship between music preferences with personality among students in Banda Aceh. The sample were 352 students (18-25 years old) in Banda Aceh that selected using cluster technique and proportionate stratified random sampling. The data were measured using Short Test of Music Preference (STOMP) to measure the music preferences and Ten Item Personality Inventory (TIPI) to measure the personality. The results of analysis found that there were significant relationships between upbeat and conventional (r=0,10, p0,05), energetic and rhythmic (r=0,11, p0,05) intense and rebellious (r=0,16, p0,05) music preferences with extraversion personality trait; upbeat and conventional music preference (r=0,14, p0,05) with agreeableness personality trait; upbeat and conventional music preference (r=0,15, p0,05) with conscientiousness personality trait; reflective and complex (r=0,12, p0,05), upbeat and conventional (r=0,14, p0,05), intense and rebellious (r=0,11, p0,05) music preferences with emotional stability personality trait; reflective and complex (r=0,11, p0,05), upbeat and conventional (r=0,11, p0,05), intense and rebellious (r=0,12, p0,05) music preferences with openess to experience personality trait. In conclusion, the study showed that music preferences are related to one’s personality.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
44

Bagaskara, Akbar, Maria Adinda und Veronica Yoni Kaestri. „Musik Klasik dalam Paradigma Kontemporer: Penyelidikan tentang Apresiasi dan Pendengar“. PROMUSIKA 11, Nr. 2 (29.10.2023): 65–74. http://dx.doi.org/10.24821/promusika.v11i2.11076.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini bertujuan untuk melacak pergeseran apresiasi musik klasik pada konteks era kontemporer, selain itu juga menganalisis persentase pendengar musik klasik dalam menghadapi tren musik di era kontemporer, dan menakar tantangan serta strategi yang muncul dalam upaya mempertahankan genre musik klasik dalam pergereseran atmosfer era kontemporer. Metode yang digunakan dalam penelitian kali adalah mix method (gabungan antara kuantitatif dan kualitatif) yang mana data bersumber dari bentuk numerik (kuantitatif) dan narasi (kualitatif). Namun, penggunaan kualitatif cenderung lebih dominan dalam menarasikan banyak hal dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini meliputi berapa hal berikut; (1) apresiasi musik klasik di era kontemporer jauh berbeda dengan era lampau, yang mana kini apresiasi musik klasik dapat diakses dengan mudah dengan platform-platform digital yang telah tersedia dan berbagai macam kemudahan lainnya. (2) persentase pendengar musik klasik jauh tertinggal dari genre lain, dalam data pendengar musik di Amerika Serikat pada tahun 2018, genre musik klasik hanya menempati posisi ke tiga belas dari lima belas genre yang diteliti, dengan persentase hanya 0,7%. (3) adapun respon terhadap tantangan dan upaya pembentukan strategi yang bisa dilakukan dalam pelestarian musik klasik di era kontemporer dapat berupa; memaksimalkan penggunaan platform digital, perbanyak tour konser lintas wilayah, manfaatkan penggunaan live streaming untuk konser daring, kolaborasi lintas genre musik, ciptakan konten-konten edukatif, dan banyak libatkan musik klasik pada budaya popularAbstractClassical Music in the Contemporary Paradigm: An Enquiry into Appreciation and Listening. This article aims to trace the shifting appreciation of classical music in the context of the contemporary era while also analyzing the percentage of classical music listeners in the face of music trends in the contemporary era and assessing the challenges and strategies that arise to maintain the classical music genre in the shifting contemporary atmosphere. The method used in this article is a mixed method (a combination of quantitative and qualitative) where data comes from numerical (quantitative) and narrative (qualitative) forms. However, the use of qualitative tends to be more dominant in narrating many things in the research. The results of this research include the following: (1) The appreciation of classical music in the contemporary era is much different from the past era, where classical music appreciation can be accessed easily with available digital platforms and various other conveniences. (2) The percentage of classical music listeners is far behind that of other genres. In the data on music listeners in the United States in 2018, the classical music genre only occupies the thirteenth position out of the fifteen genres studied, with a percentage of only 0.7%. (3) the response to challenges and efforts to form strategies that can be done in the preservation of classical music in the contemporary era can be to maximize the use of digital platforms, increase cross-regional concert tours, take advantage of the use of live streaming for online concerts, collaborate across musical genres, create educational content, and involve classical music in popular culture.Keywords: Classical Music; Contemporary Era; Appreciation; Listeners
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
45

Tuinstra, Beth. „Embracing identity: An examination of non-Western music education practices in British Columbia“. International Journal of Music Education 37, Nr. 2 (21.02.2019): 286–97. http://dx.doi.org/10.1177/0255761419827359.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Although traditional music programs and university music and music education training programs have mostly incorporated Western classical music, British Columbia’s new curriculum signifies a shift from the Western classical framework to one that is more inclusive of the cultural diversity that exists in Canada. Using the frameworks of decolonization, non-Western music education, and music education and identity, I researched the current practices, experiences, and attitudes of British Columbian kindergarten to Grade 12 (K–12) music educators. I used a mixed-methods questionnaire to gain an understanding of the practices, experiences, and attitudes of these educators ( N = 80). Through this examination, I discovered that although 84% of respondents felt that it was important for students to receive a diverse, non-Western music education, only 63% currently utilized non-Western musics in their teaching practices. Respondents included the benefits or difficulties that they have experienced while including non-Western musics in their teaching practices, but they also talked about the barriers that have prevented them from including non-Western musics into their teaching practices. However, educators reported that by including non-Western musics, students showed greater joy, self-expression, engagement, open-mindedness, and empathy for others, causing a positive shift in classroom culture.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
46

MORDECAI, PAMELA. „Music, Music, Music“. Samuel Beckett Today / Aujourd'hui 12, Nr. 1 (08.12.2002): 178–84. http://dx.doi.org/10.1163/18757405-90000134.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
47

MORDECAI, PAMELA. „Music, Music, Music“. Matatu 12, Nr. 1 (26.04.1994): 178–84. http://dx.doi.org/10.1163/18757421-90000094.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
48

Anggraini, Raden Roro Anggita, Ni Wayan Ardini und Ketut Sumerjana. „PROSES PEMBELAJARAN ALAT MUSIK PIANO PADA ANAK USIA DINI DI AMABILE MUSIK STUDIO“. MELODIOUS : JOURNAL OF MUSIC 1, Nr. 2 (10.04.2023): 64–73. http://dx.doi.org/10.59997/melodious.v1i2.2169.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini membahas tentang observasi pembelajaran alat musik piano pada anak usia dini di Amabile Music Studio. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perencanaan, pelakasanaan serta pembelajaran melalui musik dalam proses pembelajaran antara pengajar dan murid di Amabile Music Studio. Dampak penelitian yang dilaksanakan di Amabile Music Studio adalah meningkatnya kualitas pembelajaran yang lebih memotivasi, inspirasi, dan meningkatkan minat dan bakat di bidang seni, khususnya di bidang musik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
49

Anggraini, Raden Roro Anggita, Ni Wayan Ardini und Ketut Sumerjana. „PROSES PEMBELAJARAN ALAT MUSIK PIANO PADA ANAK USIA DINI DI AMABILE MUSIK STUDIO“. MELODIOUS : JOURNAL OF MUSIC 2, Nr. 1 (10.04.2023): 9–17. http://dx.doi.org/10.59997/melodious.v2i1.2169.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini membahas tentang observasi pembelajaran alat musik piano pada anak usia dini di Amabile Music Studio. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perencanaan, pelakasanaan serta pembelajaran melalui musik dalam proses pembelajaran antara pengajar dan murid di Amabile Music Studio. Dampak penelitian yang dilaksanakan di Amabile Music Studio adalah meningkatnya kualitas pembelajaran yang lebih memotivasi, inspirasi, dan meningkatkan minat dan bakat di bidang seni, khususnya di bidang musik.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
50

Kaparang, Grace Fresania, und Mega Gayo. „PREFERENSI MUSIK DAN KECERDASAN EMOSI MAHASISWA PROFESI NERS UNIVERSITAS KLABAT“. Nutrix Journal 4, Nr. 1 (28.04.2020): 48. http://dx.doi.org/10.37771/nj.vol4.iss1.422.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Emotional intelligence is crucial in life; thus, proper stimulations, including music, were necessary. The study aimed to identify the relationship between music preference and emotional intelligence and also to find if there is any significant difference in emotional intelligence among music preference groups. Descriptive correlational method with cross-sectional approach and purposive sampling technique were employed. Most of the students prefer unpretentious music genres and having "moderate" emotional intelligence (M=121.85, SD=11.3). No significant difference in emotional intelligence between music preference groups from Kruskal-Wallis analysis; however, Spearman's analysis shown that “sophisticated” music genre was positively weak correlated with emotional intelligence (p=.028<.05; r=.218). Furthermore, the music type of Gospel, New Age, Pop, Religious and Soundtracks type of music were positively weak correlated with emotional intelligence, while Punk was negatively weak correlated. It is recommended that profesi ners students be wise in music selection since music may have a significant impact on emotional intelligence, and for further studies should ensure that the participants are familiar with the STOMP that they may understand the genre. Furthermore, future studies also may use direct observatory analysis for emotional intelligence by giving situational experiment to the participant rather than just using a self-rated questionnaire. Keywords: emotional, intelligence, music, student, nurse Kecerdasan emosi memiliki peran yang sangat penting untuk kehidupan karena itu perlu adanya stimulus yang tepat, salah satunya dengan menggunakan musik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran preferensi musik serta kecerdasan emosi pada mahasiswa profesi ners Universitas Klabat serta mengidentifikasi perbedaan kecerdasan emosi berdasarkan preferensi musik dan juga untuk mengidentifikasi hubungan preferensi musik dengan kecerdasan emosional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan paling banyak mahasiswa menyukai musik dengan genre unpretentious dan memiliki kecerdasan emosi “sedang”. Ditemukan juga bahwa tidak ada perbedaan dalam kecerdasan emosional berdasarkan preferensi musik berdasarkan uji Kruskal-Wallis, namun dari uji Spearman menunjukkan bahwa Gospel, New Age, Pop, Religious dan Soundtracks memiliki hubungan positif dengan kecerdasan emosi, sedangkan musik Punk memiliki hubungan yang negatif. Rekomendasi bagi mahasiswa profesi ners agar bijaksana memilih jenis aliran musik yang tepat guna meningkatkan kecerdasan emosional dan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengadopsi dan menggunakan Tes Preferensi Musik (STOMP) harus memastikan bahwa mereka mendengarkan setidaknya satu dari lagu-lagu tersebut, agar peserta tahu jenis musik yang dimaksud. Penelitian selanjutnya juga dapat melakukan pengukuran observasi perilaku langsung dengan memberikan ujian situasional untuk menguji kecerdasan emosi kepada partisipan gantinya menggunakan kuesioner “self-rated”. Kata kunci : kecerdasan emosional, musik, mahasiswa profesi ners, preferensi
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
Wir bieten Rabatte auf alle Premium-Pläne für Autoren, deren Werke in thematische Literatursammlungen aufgenommen wurden. Kontaktieren Sie uns, um einen einzigartigen Promo-Code zu erhalten!

Zur Bibliographie