Auswahl der wissenschaftlichen Literatur zum Thema „Kristen moral“

Geben Sie eine Quelle nach APA, MLA, Chicago, Harvard und anderen Zitierweisen an

Wählen Sie eine Art der Quelle aus:

Machen Sie sich mit den Listen der aktuellen Artikel, Bücher, Dissertationen, Berichten und anderer wissenschaftlichen Quellen zum Thema "Kristen moral" bekannt.

Neben jedem Werk im Literaturverzeichnis ist die Option "Zur Bibliographie hinzufügen" verfügbar. Nutzen Sie sie, wird Ihre bibliographische Angabe des gewählten Werkes nach der nötigen Zitierweise (APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver usw.) automatisch gestaltet.

Sie können auch den vollen Text der wissenschaftlichen Publikation im PDF-Format herunterladen und eine Online-Annotation der Arbeit lesen, wenn die relevanten Parameter in den Metadaten verfügbar sind.

Zeitschriftenartikel zum Thema "Kristen moral"

1

Lumbantoruan, Wandri. „Peran Pendidik Kristen terhadap Dampak New Morality dari Era Digital“. SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen 2, Nr. 1 (28.02.2021): 49–59. http://dx.doi.org/10.52220/sikip.v2i1.78.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
One of the important indicators that Christian educators must do is to build the character of students well. The negative impact that has emerged in this digital era demands that Christian educators have a more real and significant role, not just teaching in the classroom. This article aims to show the role of Christian educators in building the character of students in the digital era that has an impact on this New Morality. This article uses a qualitative research method by examining the role of Christian religious teachers in building student character in a digital era that is threatened with moral decline. The results of the study confirmed that Christian educators played a role in building students' self-concepts in accordance with Bible truth values so that students could distinguish between good and bad.AbstrakSalah satu indikator penting yang harus dilakukan oleh pendidik Kristen adalah membangun karakter siswa dengan baik. Dampak negatif yang muncul di era digital ini menuntut pendidik Kristen memiliki peran yang lebih nyata dan signifikan, bukan sekadar mengajar dalam kelas saja. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan peran pendidik Kristen dalam membangun karakter Siswa di era digital yang memiliki dampak pada New Morality ini. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan kajian terhadap peran guru Agama Kristen dalam membangun karakter siswa di era digital yang terancam kemerostan moral. Hasil kajian menegaskan bahwa pendidik Krisren berperan untuk membangun konsep diri siswa sesuai dengan nilai-nilai kebenaran Alkitab, agar siswa dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Sitorus, Hisardo. „ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENUMBUHKAN MORAL KRISTIANI ANAK USIA DINI“. Jurnal Christian Humaniora 4, Nr. 1 (06.08.2020): 72–83. http://dx.doi.org/10.46965/jch.v4i1.9.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
This study aims to analyze the needs of Christian religious education in fostering early Christian morals. This research was concuded at the early childhood education programs Intitut of Sipoholon sub- District North Tapanuli regency in 2018. The object of research is the teachers of Sipoholon. Earned value overall analycis of the needs for Christian religious education in fostering the children of early childhood education programs in Sipoholon sub- district, North Tapanuli regency in 2018 is 3,07 and this value is in the good category. The result of the data calculation are on a scale 2,60-3,59. That means that teacher have tried to poster chidrens morality through Christian religious education. But in some teaching the teaher has not maximally known the importance Christian education in fostering Christian morality in early childhood.BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan Pendidikan Agama Kristen dalam Menumbuhkan Moral Kristiani Anak Usia Dini. Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga PAUD Se-Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2018, yang menjadi objek penelitian ini adalah guru-guru PAUD se-Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Diperoleh nilai keseluruhan Analisis Kebutuhan Pendidikan Agama Kristen dalam Menumbuhkan Moral Kristiani Anak PAUD Se- Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2018 adalah 3,07 dan nilai ini berada pada kategori baik, hasil perhitungan data berada pada skala 2,60-3,59 berarti hipotesa diterima. Hal tersebut memperlihatkan bahwa guru sudah berupaya menumbuhkan moralitas anak melalui pendidikan Agama Kristen. Namun pada sebahagian pengajaran guru belum maksimal mengetahui pentingnya Pendidikan Agama Kristen dalam menumbuhkan moralitas kristiani anak usia dini.Keywords: Christian religious education, Christian moral of kids.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Hutajulu, Anastesya Anggelika. „Pengaruh Lingkungan Keluarga Kristen Terhadap Perkembangan Moral Anak“. Areopagus : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen 19, Nr. 1 (30.03.2021): 183–98. http://dx.doi.org/10.46965/ja.v19i1.396.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
AbstrakPenelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lingkungan keluarga Kristen terhadap perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat tahun 2020. Penelitian ini regresi dengan teknik Statistik Deskriptif. Populasi seluruh anak usia 10-12 tahun di HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat tahun 2020 yaitu 40 orang. Sampel penelitian adalah seluruh populasi. Instrumen penelitian angket tertutup. Nilai rhitung=0,708 rtabel=0,312 dan thitung=6,180 ttabel=2,021 menunjukkan adanya hubungan lingkungan keluarga Kristen dengan perkembangan moral anak dan persamaan regresi . Diperoleh Fhitung=38,038Ftabel=1,51 maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga Kristen terhadap perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat tahun 2020 sebesar 50,12%.Kata Kunci: lingkungan keluarga kristen, perkembangan moral anak. AbstractThe aim of study was to determine the effect of the Christian family environment on children moral development of aged 10-12 years at HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat in 2020. This study used regression with descriptive statistical techniques. The population were 40 participants, all children who aged 10-12 years at HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat in 2020. The research sample was the entire population. The study used closed questionnaire as research instrument. The statistic calculation showed that value of rcount was greater than ttable (0.708 0.312) and tcount was higher than ttable (6.180 2.021) indicated that there was a relationship between the Christian family environment and children moral development. The regression equation was obtained that value of Fcount was greater than Ftable (38.038 1.51) then H0 was rejected and Ha was accepted. It means there was a positive and significant effect between the Christian family environment on children moral development of aged 10-12 years at HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat in 2020. The effect was to 50.12%.Keywords: Christian Family Environment, Children Moral Development.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Waruwu, Mesirawati, Yonatan Alex Arifianto und Aji Suseno. „Peran Pendidikan Etika Kristen dalam Media Sosial di Era Disrupsi“. Jurnal Pendidikan Agama Kristen (JUPAK) 1, Nr. 1 (04.12.2020): 38–46. http://dx.doi.org/10.52489/jupak.v1i1.5.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The limitless development of social media, its meaning and function have begun to shift, no longer as a means of establishing relationships, communication, but at the stage of losing the role of ethics and morals, even disputes have occurred triggered by debates from communicating in social media. The purpose of this study is to describe the role of Christian ethics education in relation to the impact of social media development in the era of disruption. Using descriptive qualitative methods with literature literature can find solutions for believers in facing moral decadence due to social media abuse by knowing the era of disruption and ethical challenges from the wrong use of social media can affect moral decadence so that Christian ethics education on a biblical basis can bring modern humans. Believers in particular have become bright in social media and their use in accordance with Christian faith in this era of disruption.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Pakpahan, Gernaida K. R., und Abraham Yosua Taneo. „KAJIAN SOSIO – ETIS TEOLOGIS TERHADAP MORALITAS SOSIAL UMAT KRISTEN DI KECAMATAN ALAK, KUPANG – NUSA TENGGARA TIMUR“. Matheo : Jurnal Teologi/Kependetaan 10, Nr. 1 (24.07.2020): 23–36. http://dx.doi.org/10.47562/matheo.v10i1.99.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Abstract This theological socio-ethical study intends to highlight the state of social morality of Christians in Alak District, Kupang - East Nusa Tenggara (NTT). The problem that arises is that Christians in Alak tend to become perpetrators of crime in society. This condition is really ironic because Christians are the majority there, so the they can’t be role models for people around. With a qualitative approach it is found that social life of Christians who live in Alak are people who are able to adapt to the surrounding environment, by applying social values ​​that generally apply within Alak community groups, such as tolerance, mutual cooperation, mutual respect, guarding, and so on. Furthermore, when viewed from an ethical theological perspective, it is found that in the midst of a society that lives in harmony, there has been an increase in social crime rates especially in Alak and the majority of perpetrators of social crimes are members of the church. This proves that not a few Christians in Alak experience "moral deficiency." Moral deficiencies / defects are conditions of individuals whose lives are delinquent, often commit crimes, behave asocially, or are anti-social. He does not experience organic deviations in the functioning of his intellect, only his intellect does not function, resulting in a chronic moral freeze. Keywords: sociology; christian ethics; interaction; morality; christianity Abstrak Kajian sosio – etis teologis ini hendak menyoroti keadaan moralitas sosial umat Kristen yang berada di Kecamatan Alak, Kupang – Nusa Tenggara Timur (NTT). Persoalan yang muncul adalah orang-orang Kristen di Alak cenderung menjadi pelaku kejahatan di dalam masyarakat. Kondisi ini sungguh ironis sebab orang-orang Kristen adalah mayoritas di sana, sehingga peran sebagai teladan bagi orang-orang sekitar tidak dapat terlaksana. Dengan pendekatan kualitatif didapatkan bahwa secara kehidupan bersosial, umat Kristen yang berdomisili di Alak adalah masyarakat yang mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dengan menerapkan nilai-nilai sosial yang secara umum berlaku di dalam kelompok masyarakat Alak, seperti nilai toleransi, gotong royong, saling menghargai, menjaga, dan lain sebagainya. Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan perspektif etis teologis, maka ditemukan bahwa di tengah-tengah masyarakat yang hidup di dalam kerukunan, terjadi peningkatan angka kejahatan sosial khususnya di Alak dan mayoritas pelaku tindak kejahatan sosial ialah anggota gereja. Hal ini membuktikan bahwa tidak sedikit umat Kristen di Alak mengalami “Defisien/defek moral.” Defisien/ defek moral merupakan sebuah kondisi individu yang hidupnya delinquent (nakal, jahat), sering melakukan kejahatan, berperilaku a-sosial, atau anti-sosial. Ia tidak mengalami penyimpangan organik pada fungsi inteleknya, hanya saja inteleknya tidak berfungsi, sehingga terjadi kebekuan moral yang kronis. Kata Kunci: sosiologi; etika kristen; interaksi; moralitas; kekristenan
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Mamahit, Ferry Yefta. „Teori Perang yang Adil : Sebuah Penjelasan dan Argumentasi Kristen“. Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan 15, Nr. 2 (01.10.2014): 271–90. http://dx.doi.org/10.36421/veritas.v15i2.294.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan dan berargumentasi secara etis-teologis dan alkitabiah tentang apa dan mengapa sebagian gereja Kristen berpegang pada pandangan teori perang yang adil dalam etika perang mereka. Teori perang yang adil adalah sebuah pandangan yang melegitimasi perang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan moral yang komprehensif. Perang dapat dibenarkan secara moral jika pemerintah telah mempertimbangkan prinsip-prinsip keadilan pada saat sebelum perang (jus ad bellum), saat perang (jus in bello), dan setelah perang (jus post bellum). Pandangan berikut praktiknya telah diterima oleh dan mendapat pembenaran secara etis-teologis dan biblis di dalam gereja-gereja Protestan arus utama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Hutagalung, Stimson, und Rolyana Ferinia. „Pengaruh dekadensi moral terhadap pendidikan karakter dan bimbingan konseling pada siswa Kristen“. Kurios 7, Nr. 1 (11.06.2021): 178. http://dx.doi.org/10.30995/kur.v7i1.217.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The background of this research is based on the moral crisis that occurred in an Adventist Christian high school. The purpose of the study was to identify the effect of moral decadence on character education and counseling guidance, as well as the effect of character education on counseling guidance. This quantitative research uses structural equation modeling (SEM). The data collection technique used random proportionate cluster sampling, with 553 students from three schools as the sample. The results of the study have an effect on positive moral decadence on character education and counseling guidance. Meanwhile, character education has a negative effect on counseling guidance. In conclusion, inconsistent character education results in moral decadence which requires students to do counseling, so character education must focus on one day-to-day rather than focus on student mistakes so that the process is consistent. Abstrak Latar belakang penelitian ini didasarkan pada krisis moral yang terjadi di sekolah menengah Kristen Advent. Tujuan penelitian untuk meng-identifikasi pengaruh dekadensi moral terhadap pendidikan karakter dan bim-bingan konseling, serta pengaruh pendidikan karakter terhadap bimbingan konseling. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pemodelan persamaan struk-tural (SEM). Teknik pengumpulan data menggunakan random propor-sionate cluster sampling, dengan 553 siswa dari tiga sekolah sebagai sampel. Hasil penelitian memperlihatkann bahwa dekadensi moral berpengaruh positif ter-hadap pendidikan karakter dan bimbingan konseling. Sementara pendidikan karakter berpengaruh negatif terhadap bimbingan konseling. Kesimpulannya, pendidikan karakter yang inkonsistensi mengakibatkan dekadensi moral yang mengharuskan siswa melakukan bimbingan konseling, sehingga pendidikan karakter harus berfokus kepada situasi sehari-hari daripada fokus mencari kesalahan siswa agar prosesnya konsisten.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Pentury, Marcho David. „Folklore Saka Mese Nusa sebagai Basis Teologi Lokal dalam Relasi Komunitas Kristen dan Non-Kristen di Seram Bagian Barat“. DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 5, Nr. 1 (11.10.2020): 111–30. http://dx.doi.org/10.30648/dun.v5i1.343.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Abstract. This article aimed to read local theological folklore for a society. Folklore is arranged to reconcile differences, especially religion, in a pluralistic society. The method used in this study is a qualitative method by conducting empirical research on the appreciation of folklore saka mene nusa of the West Seram community. The result was that when folklore is appreciated and used as material for local theology, it will result in a moral transformation that reaches non-Christian communities. That means theology does not only build relationships with God, but also solidarity with others.Abstrak. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengusulkan folklore sebagai teologi lokal bagi suatu masyarakat. Folklore diyakini dapat mendamaikan perbedaan, khususnya agama, dalam masyarakat yang majemuk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan penelitian empiris terhadap penghayatan folklore saka mene nusa masyarakat Seram Bagian Barat. Hasilnya adalah ketika folklore tersebut dihargai dan dijadikan bahan baku teologi lokal, maka hal itu akan menghasilkan transformasi moral yang menjangkau juga komunitas di non-Kristen. Itu artinya teologi tidak hanya membangun relasi kepada Tuhan, namun juga solider dengan sesama.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
9

PITOY, YANI PIETER. „PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN DARING DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON“. SECONDARY: Jurnal Inovasi Pendidikan Menengah 1, Nr. 1 (13.07.2021): 108–12. http://dx.doi.org/10.51878/secondary.v1i1.37.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana penguatan pendidikan karakter diimplementasikan dalam LMS Edmodo serta meneliti bagaimana implementasi ini berdampak pada kehidupan peserta didik SMA Kristen 1 Tomohon. Penelitian ini menggunaan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survei online dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penguatan Pendidikan Karakter dalam pembelajaran daring tetap dapat dilakukan dengan memanfaatkan Learning Management System. Implementasinya dapat dilakukan dengan memberikan pesan teks/gambar yang memuat pesan-pesan reliogitas atau pesan moral; (2) sebanyak 86% dari responden mengakui bahwa ada tindakan/perilaku yang diinspirasi dari pesan-pesan yang dikirimkan lewat LMS Edmodo;(3) pesan-pesan moral/reliogitas dalam bentuk gambar lebih disukai daripada hanya berbentuk teks; (4) semua responden memandang penting/sangat penting pesan-pesan bernuansa reliogitas/moral disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
10

Mintardjo, Jeannette Josephine, und Yahya Wijaya. „Etika Kepemimpinan Kristen dalam Perspektif Poskolonial: Studi Kasus Program Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa di Universitas Kristen Duta Wacana“. GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian 5, Nr. 1 (28.04.2020): 49. http://dx.doi.org/10.21460/gema.2020.51.409.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
AbstractThis article explores leadership paradigms employed in the Management and Leadership Training Program for Students (P2KMM) in Universitas Kristen Duta Wacana. An evaluation of the leadership paradigm is important because it plays a determining role in whether a leader would be successful or failed ethically. Using post-colonial approach, this study focuses on the moral spirit acknowledged as the Duta Wacana Values, particularly the value of ‘Service to the World.’ As a part of the research, a fieldwork was carried out both by observation of 2017 P2KMM writing materials, as well as interviews with representatives of P2KMM committee and the student staff . The finding indicates that the said value tends to be overlooked in the UKDW leadership program for students. AbstrakArtikel ini adalah studi etika kepemimpinan dengan perspektif postkolonial. Yang diteliti adalah paradigma kepemimpinan yang digunakan dalam Program Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa(P2KMM) di Universitas Kristen Duta Wacana. Pentingnya penilaian terhadap paradigma kepemimpinan terletak pada peran menentukan dari paradigm kepemimpinan dalam keberhasilan atau kegagalan etisseorang pemimpin. Menggunakan pendekatan poskolonial, artikel ini menyoroti serangkaian nilai-nilai moral yang diakui sebagai ‘Nilai-nilai Duta Wacana,’ khususnya nilai ‘Melayani Dunia.’ Sebagai bagian dari penelitian, dilakukan observasi terhadap materi P2KMM UKDW tahun 2017 dan wawancara terhadap perwakilan tim penyusun materi dan mahasiswa pendamping P2KMM. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ‘Melayani Sesama,’ cenderung terabaikan dalam program pembentukan kepemimpinan mahasiswa UKDW.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen

Dissertationen zum Thema "Kristen moral"

1

Noras, Maya. „Kolonialism, rasism och kristendom : - En analys av Phillips över floden“. Thesis, Högskolan i Gävle, Avdelningen för humaniora, 2021. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:hig:diva-36636.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Det litteraturkritiska fältet gör det möjligt att göra en djupgående analys av karaktären kapten Hamilton i Caryl Phillips novell över floden (1993) för att undersöka denna karaktärs rasistiska agerande i kontrast mot dennes etiska och moraliska förhållningsätt som kristen. Denna analys vilar på ett applicerande av postkolonial kritik som tillsammans med andra teoretiska perspektiv så som kolonialism, kapitalism, orientalism och kristen etik undersöker karaktärens tankegångar och ageranden. Denna litteraturanalys visar att kolonialism i kombination med det rasistiska stereotypskapandet verkar vara den bakomliggande faktorn kring kapten Hamiltons uppfattning om öst och väst, européer och "det andra". Dessa faktorer har tillsammans skapat en omdefinition av människan som kapten Hamilton utnyttjar för ekonomisk vinning. Analysen visar att kolonialism och rasism öppnar upp för en omdefiniering av människan som gör henne till en produkt, vilket kan utnyttjas av olika parter oavsett religiös åskådning.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Karlsson, Olivia. „Årskurs 4-6-lärares syn på etikundervisningen inom religionskunskapsämnet i mångkulturella klasser“. Thesis, Högskolan i Borås, Akademin för bibliotek, information, pedagogik och IT, 2016. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:hb:diva-10299.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
BakgrundBakgrunden till att det står kristen tradition och västerländsk humanism i läroplanen är utifrånPiltz (1992) betänkande inför den förra läroplanen (Skolverket 1994, SOU 1994:92, bilaga 8 iSkola för bildning), som handlar om att Piltz anser att kristen tradition är det som formatsamhället. Sigurdsson å andra sidan ifrågasätter vilken kristen tradition som Piltz bygger sittbetänkande på, eftersom det har funnits flera kristna traditioner i samhället. Vidare tasforskning upp kring hur religionskunskapsundervisningen i mångkulturella skolor på ettfördelaktigt sätt kan få elever att skapa sig förståelse för varandras trosuppfattningar.Den teoretiska ramen bygger på Bakhtins (1991) teori om att människor ska föra dialog, föratt skapa sig förståelse för varandra. Bakhtins teori om dialogismen har Dysthe (1996)applicerat i klassrummet. Det dialogiska klassrummet handlar om att det finns ett samspelmellan lärare och elever och mellan elever. Det finns alltså flera röster i klassrummet ochallas erfarenheter, uppfattningar och värderingar är betydelsefulla och lyssnas till. Detmonologiska klassrummet är dock vanligast, och innebär att det är läraren som är auktoritäroch säger hur ”det” är och ”fyller” eleverna med fakta. Det finns alltså en röst som förmedlarinformation och det är lärarens (Dysthe 1996).SyfteSyftet med föreliggande studie är att undersöka några årskurs-4-6-lärares syn på att förmedlakristen tradition och västerländsk humanism inom området etik, i religionskunskapsämnet påmångkulturella skolor.MetodStudien är gjord enligt en kvalitativ metod, genom intervju som redskap. Informanterna ärlegitimerade årskurs-4-6-lärare, som har behörighet och erfarenhet i att undervisa i ämnetreligionskunskap. Lärarna arbetar på olika skolor i västra Sverige. Lärarnas svar har noggrantanalyserats, enligt ett kodningsschema. Den teoretiska ramen har varit till hjälp för att förstålärarnas syn på olika frågor.ResultatStudiens resultat visar att vissa elever ges dubbla budskap. Skolan förmedlar sin värdegrund,medan hemmet förmedlar sina värderingar. Dessa värderingar behöver inte alla gångerstämma överens, vilket gör att elever ibland uttrycker motsättningar i undervisningen. Det göratt det kan bli svårt att prata om vissa moraliska frågor, som sexualitet och jämställdhet.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Norberg, Peter. „Finansmarknadens amoralitet och det kalvinska kyrkorummet : en studie i ekonomisk mentalitet och etik“. Doctoral thesis, Handelshögskolan i Stockholm, Centrum för Etik och Ekonomi (CEE), 2001. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:hhs:diva-594.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Finansvärlden är avantgardistisk i sitt höga arbetstempo och i att bana väg för en abstrakt informationsekonomi, och pengar styr verksamheten på ett sätt som föregripit förändring i samhället i denna riktning. Svenska finansmänniskor uppvisar en urban, stockholmsk övremedelklasskultur men är samtidigt del av en framåtriktad,västerländsk elitkultur. Nationella drag slätas ut efter en amerikansk modell. Svensk finansmarknad kan ha mer av amerikansk, kalvinistiskt-puritansk arbetsetik än med luthersk av svenskt snitt. Mina intervjupersoner bär på protestantisk arbetsetik i form av individualism, flit och asketism. Finansmänniskors nyktra affärssinne liknar puritanens tidigkapitalistiska mentalitet. Individer på finansiella marknader kan svårligen se konsekvenser av sina handlingar. Finansmarknaden är en amoralisk näring, där många aktörer avstår från att ta moralisk ställning.
Diss. Stockholm : Handelshögskolan, 2001
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Kjellberg, Therese. „Den amerikanska högern går en rond mot den svenska Humaniströrelsen!“ Thesis, University of Gävle, Ämnesavdelningen för religionsvetenskap, 2007. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:hig:diva-3701.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:

De troende i USA tycks öka i antal efter den 11 september 2001 och det har fått mig att fundera över varför befolkningen i landet är så beroende av att tro på Gud. För att finna svaret på dessa funderingar presenteras i detta arbete en del av den amerikanska religionshistoriken. Redan när emigranterna kom till det nya landet förde de med sig flera olika trosinriktningar och de ansåg att de fått i uppgift av Gud att bebygga det nya landet. Ett flertal olika församlingar bildades varav några var mer strikta än andra och ur dessa striktare grupper ”föddes” fundamentalismen och den religiösa högern. Än idag är dessa grupper starka och påverkar varje amerikans liv på ett eller annat sätt eftersom de har stark inverkan på den politik som förs i landet.

I Sverige minskar antalet kyrkomedlemmar samtidigt som förbund som Humanisterna märker av en ökning av medlemmar, därför har jag nu tittat lite närmare på vad de sekulära humanisterna i Sverige tror på. För att kunna göra det har jag bland annat intervjuat en tjej som arbetar för förbundet via e-post. Det visade sig att dessa medlemmar inte tror på någon Gud eller något högre väsen utan lever för att förverkliga tron på människan och att alla människor själva bör ta ansvar för sitt eget liv. De arbetar också för att förverkliga demokrati och värna om vår jord till kommande generationer.

Slutligen har en liten jämförelse mellan de sekulära humanisterna och den religiösa högern gjorts. Frågan är om det finns något som förenar dessa två olika inriktningar. Svaret på det blev att jag inte hittade något som förenar dem. Möjligtvis kan det finnas någon fråga som de kan ha en likartad syn på men inte i någon av de frågor som har tagits upp i detta arbete.

APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Kristenson, Nils. „Rädda familjen : kristen opinionsbildning i befolkninspolitiska och sexualetiska frågor under 1930-talet /“. Uppsala : Acta universitatis upsaliensis, 1997. http://catalogue.bnf.fr/ark:/12148/cb41054701w.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Sundström, Anna. „Religionsundervisning och värdegrundsarbetet i kristna konfessionella skolor“. Thesis, Högskolan Dalarna, Religionsvetenskap, 2017. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:du-25327.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The aim of this paper was to investigate how the subject of religious studies was portrayed by teachers when it comes to selection and implementation of the subject in Christian confessional schools. Also how the schools and teachers depicted how religion permeated their daily activities. Another aspect which was investigated was how ethics within the religious subject was portrayed and how the work regarding the schools ethic values was executed. The questions raised were the following; what does a teacher at a Christian school incorporate into his/her teachings of the subject, and how does the teacher incorporate other religions into the subject? How do the teachers present Christianity during the religious studies classes and other activities? How does the confessional school work with values and ethics? The teachers who were interviewed were, Henrik, Oskar and Bertil. Henrik feels the need for a Christian school to exist because it provides a sanctuary for children with a certain faith and allows them to study and be part of a school which is permeated by Christian values. Oskar says that the reason they established the school in the first place was because of the atmosphere at the time. Christian confessional schools had just been permitted and there were strong protests throughout society that Christian studies had been removed from the curriculum in 1969. Bertil believes that a Christian school was needed to meet the specific demands at the time. When it comes to results, all of the above mentioned teachers say that they mainly work with the five world religions and alternative religions. Within Christianity and ethics/morals the three teachers focus on practically the same aspects and work in similar ways. The schools resemble each other when it comes to working with values, especially regarding the topics of bullying, equal rights and their methods of working. The only teacher who differed from the others was Oskar. This was because he taught Christianity to a much greater extent that the other two. The presence of Christianity in the schools was made apparent through morning assemblies which reminded of each other regarding content and length. The schools also each had an extra lesson of Christian studies. In addition to this, Broskolan also had a school service once a week.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Sunnanängs, Johan, und Rothmaier Malcolm Svensson. „Bonusar och finanskrisen : kan ett bonusstopp minska risken för finansiella kriser?“ Thesis, Uppsala University, Department of Economics, 2010. http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:se:uu:diva-113344.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:

Denna litteraturstudie avser reda ut den eventuella kopplingen mellan bonus och dagens finanskris samt undersöka om ett bonusstopp för bankanställda kan minska risken för en framtida finansiell kris. Uppsatsen inleds med en förklaring av bankväsendets särart och vikten av ett statligt skyddsnät. Senare avhandlas relevant bonusteori och moral hazard, därefter en redogörelse för bonusens betydelse i finanskrisen. Vidare utreds bonusprogrammens inverkan i svenska bankers expansion i Baltikum. Vi har kommit fram till att belöningsstrukturen inom finansbranschen har varit felaktigt utformad då dessa belönat kortsiktiga vinster på riskfyllda affärer. Detta har varit en av orsakerna till subprimekrisen. Ett bonusstopp minskar därför risken för liknande finansiella kriser men kan däremot inte helt eliminera risken för finanskriser.

APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Lovrić-Pernak, Kristina [Verfasser]. „Morale internationale und humanité im Völkerrecht des späten 19. Jahrhunderts : Bedeutung und Funktion in Staatenpraxis und Wissenschaft / Kristina Lovric-Pernak“. Baden-Baden : Nomos Verlagsgesellschaft mbH & Co. KG, 2013. http://d-nb.info/1108818234/34.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
9

Klingbeil-Döring, Wenke. „Der moralische Wert der Arbeit“. Doctoral thesis, Humboldt-Universität zu Berlin, 2019. http://dx.doi.org/10.18452/19837.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Die vorliegende Untersuchung entwickelt einen Vorschlag für ein neues Verständnis von Erwerbsarbeit vor dem Hintergrund ihres laufenden Wandels als Brennpunkt der gegenwärtigen tiefgreifenden Transformation westlicher kapitalistischer Gesellschaften. Die Bedeutung und Rolle von Arbeit für gelingende Lebensführung sowie für die Konstitution der Arbeitsgesellschaft als solcher sind hier unverständlich geworden; auf praktischer Ebene ergeben sich verschiedene Probleme und Gestaltungsschwierigkeiten von Arbeit als gesellschaftliche Institution und Praxis eines guten, menschenwürdigen Lebens. Diese Bedeutung wird in der Untersuchung als moralischer Wert von Arbeit als Kern eines dauerhaft aneignungsfähigen, formalen Arbeitsverständnisses herausgearbeitet. Ihren Erscheinungen und Bedingungen nach wird die Arbeitsgesellschaft als subjektiviert und – im begrifflichen Anschluss an die nach Hegel entwickelte Beschreibung gesellschaftlicher Krisen Rahel Jaeggis – mithin als krisenhaft qualifiziert. Diese Darstellung ermöglicht es, vor einer Neuinterpretation des Hegelschen Arbeitsverständnisses im Anschluss an Andreas Arndt den wesenhaften normativen Gehalt und die normative Dimension von Arbeit offenzulegen, die auf praktischer Ebene ihren moralischen Wert stiften: Ausgehend von ihrer transformativen Grundstruktur, dialektischen Verfassung und teleologischen Gerichtetheit ist Arbeit Institution und Praxis der Selbstverwirklichung des Subjekts unter ganz bestimmten Bedingungen. Wo deshalb allein Narrative (nicht Begriffe) von Arbeit, die dieses Wesen vermitteln, aneignungsfähig sind, lassen sich diese Bedingungen im Nachvollzug der Genese unseres Arbeitsverständnisses sowie in der kritischen Zusammenführung von aktuellen sozial- und moralphilosophischen Auseinandersetzungen mit Arbeit schließlich so offenlegen, dass das hier formal gefasste Arbeitsverständnis aktuell für die praktischen Belange der Krise und für die interdisziplinären Fragen an Arbeit aufschlussreich ist.
The present study develops a proposal for a new understanding of paid work in view of its current transformation, which is considered as the focal point of the current fundamental transformation of western capitalist societies. The significance and role of work for a Good life and for the constitution of society have become unintelligible here; on a practical level, there are various problems and difficulties of work as a social institution and practice of a Good, Decent life. The present study shows this meaning as the Moral Value of work, which is shown as the core of a permanent approbiatible, formal understanding of work. According to its current manifestations and conditions, western capitalist societies can be qualified as subjectivized and - in the conceptual connection to the description of social crises, which Rahel Jaeggi developed according to Hegel - as crisis-ridden. This diagnosis makes it possible, via reinterpreting Hegel's understanding of work following Andreas Arndt, to reveal the essential normative content and the normative dimension of work; also to show that both creates the Moral Value of work on a practical level: Work is - based on its transformative basic structure, its dialectical constitution and its teleological directionality - the institution and practice of self-realization of the subject under very specific conditions. Where exclusively narratives (not concepts) of work that convey these intrinsic qualities are approbiatible, these conditions can be finally revealed by retracing the evolution of our understanding of work and in discussing the current social- and moral-philosophical argument with work: Finally in a way that the unfolded formally understanding of work is revelatory for the practical and interdisciplinary questions about of work.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
10

Ribeiro, Gabriel Monteiro de Suzano. „Estudos sobre a matéria em estado liminar: viscosidade, contaminação e moral“. Master's thesis, 2021. http://hdl.handle.net/10451/48282.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The purpose of this theoretical-practical dissertation is to investigate the liminal state as a transition or gap between social positions, often enacted through rituals of passage. In parallel, the employment of liminality as a formal and conceptual device in contemporary practices of sculpture will be mapped out and explored. This dissertation approaches discussions that advance the concept of liminality as a tool at the service of turbidity, ambiguity and the blurring of limits between categories. In the first chapter, a sociological and critical perspective of liminality will be introduced, based on the social discomfort with indeterminate and borderline states, often designated impure. In the second chapter, this borderline position will be approached through the impermanent plasticity of viscous matter, where it will be presented as a liminal materiality par excellence. In this way, it will be developed an art-historical contextualization of the use of materials will that refer to transit, metamorphosis or lack of form, in order to expose the canonical ruptures caused by their uses. In the third chapter, it will be identified, in the practices of three artists, works that advance themes of instability and incompleteness, manifested in choices of unpredictable materials, and in the transposition of these to the installation format. Finally, my artistic practice will be approached in the sense of informing and drawing parallels between the presented research and its plastic manifestations.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen

Bücher zum Thema "Kristen moral"

1

Sløk, Johannes. Kristen moral før og nu. 2. Aufl. København: Hans Reitzel, 1997.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Hard choices: How to resolve moral dilemmas. Louisville, KY: Westminster John Knox Press, 2009.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

The analogy of grace: Karl Barth's moral theology. Oxford: Oxford University Press, 2010.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Mathieu, Chris. The moral life of the party: Moral argumentation and the creation of meaning in the European policy debates of the Christian and left-socialist parties in Denmark and Sweden 1990-1996. Lund: Department of Sociology, Lund University, 1999.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Mathieu, Chris. The moral life of the party: Moral argumentation and the creation of meaning in the Europe policy debates of the Christian and Left-Socialist parties in Denmark and Sweden 1990-1996. Lund: Dept. of Sociology, Lund University, 1999.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Rosenberg, Ike. Die Zukunft sichern: Ein Konzept gegen Krisen und Probleme. Münster: Lit, 1994.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Carl, Hamilton. Att leda Sverige in i krisen: Moral och politik i nedgångstid. Stockholm: Norstedts, 1993.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Ethics with Barth: God, metaphysics, and morals. Farnham, Surrey, England: Ashgate, 2010.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
9

The Olympic crisis: Sport, politics, and the moral order. New Rochelle, N.Y: A.D. Caratzas, 1986.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
10

Best, Thomas F., und Martin Robra. Ecclesiology and ethics: Costly commitment : presentations and reports from the World Council of Churches' consultation in Jerusalem, November 1994. Geneva, Switzerland (150 route de Ferney, 1211 Geneva 2): World Council of Churches, 1995.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen

Buchteile zum Thema "Kristen moral"

1

Thomä, Dieter. „Kooperation in der Krise“. In Schwierigkeiten mit der Moral, 65–72. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2015. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-10282-1_4.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Hurna, Myron. „Ein zweiter Blick auf die Moral: Normen und die Krise der Sanktionspraxis“. In Was ist, was will, was kann Moral?, 29–62. Wiesbaden: Springer Fachmedien Wiesbaden, 2017. http://dx.doi.org/10.1007/978-3-658-15993-1_2.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Monroe, Kristen Renwick. „A Different Way of Seeing Things“. In Interpreting Politics, 93–122. Oxford University Press, 2020. http://dx.doi.org/10.1093/oso/9780190125011.003.0004.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Kristen Monroe analyses the Rudolphs’ innovative use of political psychology in their study of identity, political leadership, and the consequences of perception for political action. She draws inspiration from the Rudolphs’ work on Gandhi to develop the concept of ‘moral imagination’, or the capacity to empathize with other people’s lives in ways that recast moral issues in a light that leads to innovative solutions to moral problems. Moral imagination plays a crucial role in explaining altruism and heroism. Conversely, people’s capacity to dehumanize others is an important cause of terrorism and genocide. Monroe’s analysis underscores the importance of emotions in shaping: peoples’ perceptions, moral choices, and political action. She advocates moving beyond mechanical models of ‘scientific’ explanation and developing a humanistic social science that leaves us open to surprises resulting from the innovatively creative behaviour of our fellow human beings.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

„Recht und Krise“. In Die Finanzkrise, das Wirtschaftsstrafrecht und die Moral, herausgegeben von Klaus Lüderssen, Eberhard Kempf und Klaus Volk. Berlin, New York: DE GRUYTER, 2010. http://dx.doi.org/10.1515/9783899498448.1.3.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Schellenberg, Ryan S. „Conclusion“. In Abject Joy, 173–80. Oxford University Press, 2021. http://dx.doi.org/10.1093/oso/9780190065515.003.0007.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The book concludes by summarizing key arguments and contributions; articulating how the abject joy it describes relates to accounts of early Christian abjection inspired by Julia Kristeva; briefly justifying the biographical interpretive mode it exemplifies; and returning to the question raised in the Introduction regarding the moral entailments of contentment in prison. The joy of which Paul writes in Philippians pertains to a distinct social location and a distinct emotional community; it is not the joy of the sated or the sage, but of the subjugated. Unburdened of his role as universal paradigm, Paul gives poignant witness to something at once more modest and more exacting: the strange, unruly art of making do.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Doering, Bettina. „Gute Mädchen – Böse Jungen? Die Bedeutung von Moral für die Erklärung von Geschlechterunterschieden bei delinquentem Verhalten“. In Die Krise der Jungen, 237–56. Nomos Verlagsgesellschaft mbH & Co. KG, 2014. http://dx.doi.org/10.5771/9783845258560_237.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Pies, Ingo. „Tote durch Tabus. Ordonomische Beobachtungen und Reflexionen zu Moral und Ethik in der Corona-Krise“. In Lehren aus Corona, 101–10. Nomos Verlagsgesellschaft mbH & Co. KG, 2020. http://dx.doi.org/10.5771/9783748909460-101.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Honnefelder, Ludger. „Fünftes Kapitel Was soll ich tun? Ethik der Neuzeit als Antwort auf die Krise der Moral“. In Was soll ich tun, wer will ich sein?, 111–40. Velbrück Wissenschaft, 2017. http://dx.doi.org/10.5771/9783845287409-112.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
Wir bieten Rabatte auf alle Premium-Pläne für Autoren, deren Werke in thematische Literatursammlungen aufgenommen wurden. Kontaktieren Sie uns, um einen einzigartigen Promo-Code zu erhalten!

Zur Bibliographie