Auswahl der wissenschaftlichen Literatur zum Thema „Kabya bhasha“

Geben Sie eine Quelle nach APA, MLA, Chicago, Harvard und anderen Zitierweisen an

Wählen Sie eine Art der Quelle aus:

Machen Sie sich mit den Listen der aktuellen Artikel, Bücher, Dissertationen, Berichten und anderer wissenschaftlichen Quellen zum Thema "Kabya bhasha" bekannt.

Neben jedem Werk im Literaturverzeichnis ist die Option "Zur Bibliographie hinzufügen" verfügbar. Nutzen Sie sie, wird Ihre bibliographische Angabe des gewählten Werkes nach der nötigen Zitierweise (APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver usw.) automatisch gestaltet.

Sie können auch den vollen Text der wissenschaftlichen Publikation im PDF-Format herunterladen und eine Online-Annotation der Arbeit lesen, wenn die relevanten Parameter in den Metadaten verfügbar sind.

Zeitschriftenartikel zum Thema "Kabya bhasha"

1

Pramanick, Mrinmoy. „Kavya and Anuvad in the Age of Bhasha: Reading History of Bangla Literature“. Translation Today 16, Nr. 1 (01.05.2022): 111–31. http://dx.doi.org/10.46623/tt/2022.16.1.no2.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
This essay discusses translation as the primary factor in the creation of Indian literature in general and Bangla literature in the medieval period. The term "translation" that was used to describe the accommodation of numerous literatures after reception, adaption, influence, and translation in mediaeval Bangla was liberal. We discover several facets and definitions of translation while reading mediaeval Bangla literature, despite the word translation not being used. However, identical actions took place while disguising them as resistance and social welfare. This study does not investigate the original mediaeval texts; instead, it surveys Bangla-language literary histories of Bangla literature and traces how the literary historian(s) viewed the process of mediaeval translation. In order to support the idea of the Indian school of translation, this study incorporated diverse objectives, strategies, and conceptions of the poets involved in translating a book from Sanskrit, Persian, or any other language into Bangla. The focus of this essay is on issues like the origin of language, linguistic and cultural identity, resistance, and the function of translation in relation to all these elements. It also reads mediaeval translation as a component of a larger literary, political, and cultural system.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Nuraeni, Dewi. „STRUKTUR WACANA DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE“. Diksatrasia : Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1, Nr. 2 (31.08.2017): 39. http://dx.doi.org/10.25157/diksatrasia.v1i2.580.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penelitian ini berjudul Struktur Wacana dalam Novel Rindu Karya Tere Liye. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur sastra dalam novel Rindu karya Tere Liye. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah struktur wacana novel Rindu. Indikator dari struktur wacana adalah struktur makro dan super struktur, struktur makro terdiri dari tema/topik yang dikedepan dalam novel tersebut, superstruktur terdiri dari unsur yang membangun novel teesebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sebuah novel, . unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, amanat latar, sudut pandang, dan gaya bhasa. Unsur ekstrinsik terdiri dari nilai moral, nilai agama, nilai sosial.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Lingga, Wedar Pahala, N. Rinaju Purnomowulan und Muhamad Adji. „PEMBENTUKAN IDENTITAS HIBRID TOKOH IMIGRAN DALAM ROMAN LANDNAHME KARYA CHRISTOPH HEIN“. Metahumaniora 9, Nr. 2 (06.01.2020): 179. http://dx.doi.org/10.24198/metahumaniora.v9i2.22674.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Artikel ini berjudul “Pembentukan Identitas Hibrid Tokoh Imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein”. Artikel ini bertujuan untuk mengemukakan pembentukan identitas hibrid tokoh imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan deskriptif. Penenlitian ini menggunakan teori hibriditas Bhabha (1994) dan integrasi imigran Heckmann (2015). Hasil dari penelitian ini adalah (1) tokoh mengalami pe-liyan-an karena ia seorang imigran, (2) adaptasi tokoh dengan budaya Jerman yakni melalui pengaitan diri dengan masa lalu dan peniruan budaya lain, dan (3) identitas hibrid yang dimanifestasikan tokoh yakni menggunakan dialek campuran dalam berkomunikasi. Penelitian ini membuktikan bahwa identitas adalah konsep yang cair.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Lingga, Wedar Pahala, N. Rinaju Purnomowulan und Muhamad Adji. „PEMBENTUKAN IDENTITAS HIBRID TOKOH IMIGRAN DALAM ROMAN LANDNAHME KARYA CHRISTOPH HEIN“. Metahumaniora 9, Nr. 2 (06.01.2020): 179. http://dx.doi.org/10.24198/mh.v9i2.22674.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Artikel ini berjudul “Pembentukan Identitas Hibrid Tokoh Imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein”. Artikel ini bertujuan untuk mengemukakan pembentukan identitas hibrid tokoh imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan deskriptif. Penenlitian ini menggunakan teori hibriditas Bhabha (1994) dan integrasi imigran Heckmann (2015). Hasil dari penelitian ini adalah (1) tokoh mengalami pe-liyan-an karena ia seorang imigran, (2) adaptasi tokoh dengan budaya Jerman yakni melalui pengaitan diri dengan masa lalu dan peniruan budaya lain, dan (3) identitas hibrid yang dimanifestasikan tokoh yakni menggunakan dialek campuran dalam berkomunikasi. Penelitian ini membuktikan bahwa identitas adalah konsep yang cair.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Subekti, Mega. „IDENTITAS BUDAYA HIBRID DALAM TIGA CERPEN PENGARANG AFRIKA DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN L’EUROPE VUE D’AFRQUE (Identity of Hybrid Culture in Three Short Stories of African Authors in the Book of the Short Story Collection “L’Europe Vue D’afrque”)“. METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra 9, Nr. 2 (05.01.2017): 225. http://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2016.v9i2.225-238.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Tulisan ini ditujukan untuk mengungkapkan identitas budaya hibrid yang ditampilkan dalam tiga cerpen yang ditulis oleh pengarang Afrikadalam buku kumpulan cerpen L’Europe Vue D’Afrique (Eropa dilihat Afrika). Tiga cerpen itu berjudul ”Femme de Gouverneur” (LFG) karya Ken Bugul, “La Bibliothèque d’Ernst” (LBE) karya Patrice Nganang, dan “Âllo” karya Aziz Chouaki. Identitas budaya hibrid itu tercermin melalui pandangan Eropasentris para tokoh utama dan mimikriyang mereka lakukan sebagai individu hibrid (Afrika-Eropa). Homi Bhabha (1994) dalam The Location of Culture, mengungkapkan bahwa konsep mimikri tidak berarti sepenuhnya meniru karena terkandung juga unsur mengejek (mockery). Oleh karena itu, budaya hibrid yang muncul itu dapatdianggap sebagai senjata untuk meresistensi pengaruh budaya Eropa pada diri mereka, juga untuk mengkritik pengaruh budaya Eropa yang selama ini telah dianggap baik oleh masyarakat Afrika.Abstract: This paper aims to describe the hybrid cultural identity shown in three short stories, which were written by African authors in the book of the short story collection “L’Europe Vue D’Afrique”. The three short stories are Ken Bugul’s La Femme de Gouverneur (LFG), Patrice Nganang’s La Bibliothèque d’Ernst (LBE) , and Aziz Chouaki’s Allo. The hybrid cultural identity is reflected through the Eurocentric perspective and mimicry of the main character as individual hybrid (African-European). Homi Bhabha (1994) in “The Location of Culture” describes that the concept of mimicry not only mimics something but also contains mockery. Therefore, the hybrid culture represented in the short stories can be considered a weapon to resist the influence of European culture on them and to criticize the influence of European culture, which has been considered superior by the African society.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Abdullah, Risen Dhawuh, und Ilham Rabbani. „IDENTITAS TOKOH PRIBUMI DALAM CERPEN PENUNJUK JALAN KARYA IKSAKA BANU: KAJIAN PASCAKOLONIAL HOMI K. BHABHA“. MIMESIS 3, Nr. 1 (31.01.2022): 10–23. http://dx.doi.org/10.12928/mms.v3i1.5247.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
This study aims to uncover an Indigenous character named Oentoeng in the short story “Penunjuk Jalan”. The short story is one of Iksaka Banu's works contained in the book Semua untuk Hindia. The identity of the character that is trying to be dismantled includes hybridity, mimicry, and ambivalence. The theory used in this study is the postcolonial theory initiated by Homi K. Bhabha. The study used a qualitative descriptive method. There are three findings in this study. First, the identity of Oentoeng is a hybrid. Oentoeng absorbs Western values continuously, namely from his upbringing, education, and his association in the Dutch family environment. Second, mimicry as mockery by the character can be seen from three aspects, specifically the ability to speak Dutch, possess Western medical knowledge, and to be able to devise a strategy of rebellion that made the VOC troubles as invaders. Third, Oentoeng's attitude of wanting to be angry and willing to provide assistance, treatment, and entertainment to the Dutch doctor and his porter who had an accident could be interpreted as a form of ambivalence in the Indigenous character.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Ayu Ratna Ningtyas. „ISU IDENTITAS DAN HIBRIDITAS DALAM NOVEL THE GOD OF SMALL THINGS (1996) KARYA ARUNDHATI ROY“. DIALEKTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA 6, Nr. 1 (04.04.2023): 97–105. http://dx.doi.org/10.33541/dia.v6i1.4754.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
The God of Small Things karya Arundhati Roy mengangkat narasi tentang potret masyarakat India pascakemerdekaan. Isu sosial dan permasalahan identitas budaya yang tergambar dari tokoh-tokoh dalam novel terkait erat dengan wacana pascakolonial. Warisan historis dan kodisi sosial masyarakat pascakolonial menjadi jembatan terbentuknya krisis identitas yang dipenuhi dengan ambiguitas. Para tokoh perlu memiliki strategi dalam merespon krisis identitas sehingga memunculkan hibriditas para tokoh dalam novel. Teori hibriditas Homi Bhabha digunakan untuk menganalisa hibriditas tokoh yang terbentuk melalui pengamatan terhadap tokoh-tokoh yang merepresentasikan hibriditas. Hibriditas kemudian digunakan sebagai media negosiasi para tokoh dalam merespon keberadaan “ruang ketiga” yang mereka huni.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Faizah, Afifah. „Ambivalensi Identitas dalam Novel Black Bazar karya Alain Mabanckou“. Jurnal Bahasa dan Sastra 9, Nr. 2 (04.05.2021): 79. http://dx.doi.org/10.24036/jbs.v9i2.112003.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Black Bazar merupakan salah satu novel karya penulis frankofon yang berasal dari Republik Kongo, yaitu Alain Mabanckou. Novel ini bercerita tentang kehidupan tokoh Fessologue di Paris sebagai seorang pria imigran kulit hitam yang berasal dari Republik Kongo. Lingkungan sosial yang baru membuatnya harus meniru perilaku orang Prancis agar dapat berintegrasi di sana. Artikel ini membahas pencarian identitas Fessologue melalui peniruan yang menyebabkan keadaan ambivalen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan kajian naratologi Gérard Genette dan analisis struktur naratif Roland Barthes dengan diperdalam menggunakan teori representasi dan identitas Stuart Hall, serta teori hibriditas budaya Homi K. Bhabha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penokohan dan latar cerita menggambarkan ambivalensi identitas budaya tokoh Fessologue. Peniruan-peniruan yang dilakukan Fessologue tercermin dalam gaya berpakaian, gaya hidup, dan cara berpikirnya agar sama dengan orang Prancis. Proses peniruannya tersebut tidak terus berlanjut sehingga timbul ambivalensi dalam dirinya karena berada di antara dua budaya, yaitu budaya Prancis dan Kongo. Keadaan ambivalen menyadarkannya bahwa tidak ada budaya yang murni sehingga tidak perlu mengagungkan kemurnian suatu identitas budaya.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
9

Mayasari, Fitria. „NEGOSIASI BUDAYA DAN DIALEKTIKA KEKUASAAN DALAM DISKURSUS (POS)KOLONIAL: DISKUSI TENTANG A BACKWARD PLACE KARYA R. P. JHABVALA (Cultural Negotiation and Power Dialectics in (Post)Colonial Discourse: A Discussion on R. P. Jhabvala’s A Backward Place)“. METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra 9, Nr. 2 (05.01.2017): 201. http://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2016.v9i2.201-210.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Penyajian sejumlah teks sastra poskolonial berusaha mengubah citra dunia ketiga dalam dikotomi kaku dunia pertama/dunia ketiga, namun malah menunjukkan apa yang disebut Bhabha colonial mimicry di mana permasalahan ‘nativism’ justru mengasingkan isu identitas (origin) dan membentuk situs kekuasaan baru (Gandhi, 1998). Karya-karya Ruth Prawer Jhabvala, khususnya novel A Backward Place, mengindikasikan gejala tersebut. Esai ini membahas negosiasi budaya dan dialektika kekuasaan yang mengaburkan batasan-batasan biner kerangka pemikiran kolonial. Pendekatan yang digunakan dalam analisis adalah pendekatan poskolonial. Analisis dalam esai ini berfokus pada persilangan kedua ideologi yang bertentangan pada ranah publik dan pada ranah domestik. Esai terlebih dahulu memetakan relasi kuasa di antara pribumi dan ekspatriat dalam narasi. Selanjutnya, negosiasi budaya dan dialektika kekuasaan dibahas berdasarkan pemetaan tersebut. Persilangan dua ideologi yang bertentangan dalam pemetaan kekuasaan yang sudah dianalisis menghasilkan narasi yang ambivalen.Abstract: Many of postcolonial texts attempts to change the third world image within the rigid dichotomy first world/third world. However, their presentation ended up being what Bhabha called colonial mimicry in which the problem of ‘nativism’ alienates orginal identity and creates a new power site (Gandhi, 1998). Ruth Prawer Jhabvala’s works, specifically the novel A Backward Place, indicate the exact symptoms. This essay discusses cultural negotiation that blur boundaries between colonial dichotomy using postcolonial approach. Analysis focuses on the crossings of two contradicting ideologies both in public and domestic spheres. First, power relation between the natives and expatriats in the narrative is mapped. Second, cultural negotiation and power dialectics is discussed based on that power relation mapping. The crossings of two conflicting ideologies is making the narrative ambivalent.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
10

Kusumaningrum, Ayu Fitri. „KRISIS IDENTITAS DALAM CERPEN A PAIR OF JEANS KARYA QAISRA SHAHRAZ“. Poetika 7, Nr. 1 (30.07.2019): 51. http://dx.doi.org/10.22146/poetika.v7i1.43500.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Multikulturalisme menjadi wacana yang diagung-agungkan di abad 21 karena men-cerminkan kemodernan yang mana pertemuan dan percampuran dua atau lebih kebudayaan dianggap sebagai cerminan masyarakat modern yang terbuka dengan akulturasi. Dewasa ini, multikulturalisme menjadi fenomena yang biasa terjadi di berbagai belahan dunia karena proses migrasi yang terus berlangsung di berbagai negara, salah satunya Inggris (Britania Raya). Berdasarkan sensus pada tahun 2011, tercatat Inggris menjadi rumah bagi delapan belas kelompok etnis berbeda yang tersebar di seluruh penjuru Inggris dan Pakistan adalah salah satu kelompok etnis tersebut, menduduki peringkat ketiga dengan persentase sebanyak 2% dari total populasi di Inggris. Kedelapan belas kelompok etnis ini pun hidup bersama sehingga kebudayaan mereka bertemu dan bercampur dalam ruang multikulturalisme. Multikulturalisme inilah yang kemudian memicu munculnya krisis identitas. Menggunakan karya sastra kontemporer yang diterbitkan pada abad 21, kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana krisis identitas tokoh Miriam, seorang perempuan muslim Pakistan yang tinggal di Inggris, digambarkan dalam cerpen “A Pair of Jeans” karya Qaisra Shahraz. Dengan mengaplikasikan metode analisis pascakolonialisme Homi K. Bhabha, kajian ini menemukan bahwa proses hibriditas dan mimikri dalam multikulturalisme dapat menimbulkan ambivalensi yang berupa krisis identitas.Kata Kunci: multikulturalisme; hibriditas; mimikri; ambivalensi; krisis identitas Multiculturalism becomes a glorified discourse in the twenty-first century because it reflects the modernity in which the meeting and mixing of two or more cultures are considered as a reflection of a modern society that is open to acculturation. Today, multiculturalism is a common phenomenon in various parts of the world because of the ongoing process of migration in various countries, one of which is Britain (United Kingdom). According to the 2011 census, it was recorded that Britain was home to eighteen different ethnic groups scattered throughout Britain and Pakistan is one of the ethnic groups, ranking third with 2% of the total population in the UK. These eighteen ethnic groups live together so their cultures meet and are mixed in the space of multiculturalism. This multiculturalism then triggers an identity crisis. Using contemporary literature published in the twenty-first century, this study aims to reveal how Miriam's identity crisis, a Pakistani Muslim woman living in Britain, is described in Qaisra Shahraz’s “A Pair of Jeans”. By applying the method of post-colonialism analysis of Homi K. Bhabha, this study finds that the process of hybridity and mimicry in multiculturalism can lead to ambivalence in the form of identity crisis.Keywords: multiculturalism; hybridity; mimicry; ambivalence; identity crisis
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen

Dissertationen zum Thema "Kabya bhasha"

1

Som, Sarkar Dipika. „Iswar Chandra Gupter kabya bhasha ঈশ্বরচন্দ্র গুপ্তের কাব্য-ভাষা“. Thesis, University of North Bengal, 1991. http://hdl.handle.net/123456789/1776.

Der volle Inhalt der Quelle
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen

Bücher zum Thema "Kabya bhasha"

1

Nrtatyera aloke bediya janajati bhasha samskriti, itihasa ebam mangala kabya. Dhaka: Naoroja Kitabistana, 2011.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

Bhaava Yaana (Khanda Kavya): Kannada Khandakavya. Maidur , Ranebennur -581 115: Prajna prakshana , Maidur 581 115, 1989.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Bhakta Amicanda Mehata aura unaka kavya. Rohataka: Paramamitra Manava Nirmana Samsthana, 2007.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Adhunika Brajabhasha-kavya aura Krshna bhakta kavi Ballabhadasa ke kavya ka samikshatmaka adhyayana. Dilli: Ankura Prakasana, 2008.

Den vollen Inhalt der Quelle finden
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
Wir bieten Rabatte auf alle Premium-Pläne für Autoren, deren Werke in thematische Literatursammlungen aufgenommen wurden. Kontaktieren Sie uns, um einen einzigartigen Promo-Code zu erhalten!

Zur Bibliographie