Auswahl der wissenschaftlichen Literatur zum Thema „Agama filsuf tasawuf sufi“

Geben Sie eine Quelle nach APA, MLA, Chicago, Harvard und anderen Zitierweisen an

Wählen Sie eine Art der Quelle aus:

Inhaltsverzeichnis

Machen Sie sich mit den Listen der aktuellen Artikel, Bücher, Dissertationen, Berichten und anderer wissenschaftlichen Quellen zum Thema "Agama filsuf tasawuf sufi" bekannt.

Neben jedem Werk im Literaturverzeichnis ist die Option "Zur Bibliographie hinzufügen" verfügbar. Nutzen Sie sie, wird Ihre bibliographische Angabe des gewählten Werkes nach der nötigen Zitierweise (APA, MLA, Harvard, Chicago, Vancouver usw.) automatisch gestaltet.

Sie können auch den vollen Text der wissenschaftlichen Publikation im PDF-Format herunterladen und eine Online-Annotation der Arbeit lesen, wenn die relevanten Parameter in den Metadaten verfügbar sind.

Zeitschriftenartikel zum Thema "Agama filsuf tasawuf sufi"

1

Rahmawati, Desty, und Resti Abidah Sulistyaningrum. „Kepemimpinan Sufistik Menurut Perspektif Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah“. Spiritualita 7, Nr. 1 (30.06.2023): 14–25. http://dx.doi.org/10.30762/spiritualita.v7i1.1010.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepemimpinan sufistik menurut perspektif Al Ghazali dan Ibnu Taimiyah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menguraikan tentang karakteristik kepemimpinan mnurut kedua tokoh sufi tersebut. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan studi kepustakaan. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat benyak persamaan mengenai kepemimpinan Al Ghazali dengan Ibnu Taimiyah. Karakteristik pemimpin menurut keduanya memiliki persamaan yaitu amar ma’ruf nahi munkar, adil, dan berdasar pada Al Qur’an dan Hadits Sedangkan perbedaan kepemimpinan keduanya terletak pada pada proses pola pikir mereka. Al Ghazali yang merupakan seorang filsuf dan salah satu tokoh tasawuf menekankan pada akal dan batin yang dibuktikan bahwa terdapat 3 poin kepemimpinannya yang berisi intelektual, agama, dan akhlak. Sedangkan Ibnu Taimiyah menekankan pada hukum-hukum fiqh yang mengharuskan sebuah kepemimpinan itu mengikuti hukum Islam seeprti zakat, qurban, dan infaq.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
2

A. Samad, Sri Astuti, Abidin Nurdin, Munawwarah Samad und Fihriani Gade. „AGAMA DAN PROBLEMATIKA MASYARAKAT: FUNGSI TASAWUF DALAM PENDIDIKAN, SOSIAL DAN AKHLAK“. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Malikussaleh (JSPM) 5, Nr. 1 (30.06.2024): 111. http://dx.doi.org/10.29103/jspm.v5i1.15042.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Islam entered the archipelago peacefully brought by Sufi scholars and is influential to this day. Sufism is a dimension of Islamic teachings that is able to answer the problems of society from the past to the present. Sufi scholars also fought against colonialism supported by Sufi brotherhood or tariqa in which there was a concept of obedience to the teacher. The reformulation of classical Sufism which is individual, personal, is important enough to become a communal collective. This article is a qualitative study analyzed using the perspective of sociology of religion. Today, Sufism remains important in various aspects of education, social movements, and moral improvement. If using the perspective of sociology of religion, Sufism is able to provide spirit and strength to humans so that Sufism values transform for the better. The values of Sufism in question are for example, qana'ah, patience, gratitude which provide solutions to the problems of human life. Not only limited to educational, social and moral improvement aspects but more than that.Islam masuk ke Nusantara secara damai dibawa oleh para ulama sufi dan berpengaruh sampai saat ini. Tasawuf merupakan dimensi ajaran Islam yang mampu menjawab problematika masyarakat sejak pada masa lalu sampai sekarang. Ulama sufi juga melakukan perlawanan terhadap kolonialisme yang didukung oleh persaudaraan sufi atau tarekat yang di dalamnya terdapat konsep ketaatan pada guru. Reformulasi tasawuf klasik yang bersifat individual personal cukup penting menjadi kolektif komunal.Artikel ini merupakan studi kualitatif yang dianalisis dengan menggunakan perspektif sosiologi agama. Saat ini kemudian bangsa Indonesia semakin maju sufisme tetap menjadi sesuatu yang urgen dalam berbagai aspek pendidikan, gerakan sosial, dan perbaikan akhlak. Jika menggunakan perspektif sosiologi agama, bahwa tasawuf mampu memberikan spirit dan kekuatan pada manusia sehingga nilai-nilai tasawuf bertransformasi ke arah yang lebih baik. Nilai-nilai tasawuf yang dimaksud misalnya, qana’ah, sabar, syukur yang memberikan solusi problematika kehidupan manusia. Tidak hanya sebatas aspek pendidikan, social dan perbaikan akhlak akan tetapi lebih dari itu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
3

Widayani, Hana. „MAQAMAT (TINGKATAN SPIRITUALITAS DALAM PROSES BERTASAWUF)“. EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis 8, Nr. 1 (02.06.2019): 11. http://dx.doi.org/10.29300/jpkth.v8i1.2023.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Tasawuf merupakan salah satu bidang kajian Islam yang menjadi daya tarik tersendiri untuk dikaji. Ia merupakan salah satu tema yang mendapatkan perhatian luas baik di kalangan peneliti muslim, maupun non-muslim. Namaun demikian, hal ini pada akhirnya mempunyai konsekuensi tersendiri terhadap pemahaman tasawuf, yang terkadang bertentangan dengan pemahaman para pengamal tasawuf, dalam hal ini adalah sufi. Sebagaimana pendapat Nicholson misalnya, yang menyatakan bahwa salah satu maqamat yang ada di dalam tasawuf, yaitu az-Zuhd, merupakan ajaran yang juga telah dipraktikan dan ditemukan dalam penganut agama yang lain, dalam hal ini adalah Kristen. Tulisan ini akan berupaya membahas konsep maqamat dan ahwal dalam perspektif para sufi dalam proses bertasawufnya, yang bertujuan untuk melihat apakah konsep maqamat dan ahwal ini mendapatkan pengaruh dari agama lain di luar Islam, atau justru sebaliknya bahwa ia muncul secara original dari ajaran Islam itu sendiri.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
4

Sumarjoko, Sumarjoko, und Hidayatun Ulfa. „Pandangan Islam Terhadap Seni Musik (Pergolakan Pemikiran Hukum Islam dan Tasawuf)“. Syariati : Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hukum 4, Nr. 02 (01.11.2018): 203–12. http://dx.doi.org/10.32699/syariati.v4i02.1177.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Kesenian dalam filsafat hukum Islam (uṣûl fiqh) menduduki tingkat tersier(tahsîniyah). Secara khusus kesenian juga menjadi bagian objek keindahan dalam filsafat estetika. Keberadaan kesenian meskipun hanya tingkat penyempurna dikalangan fuqaha (ahli fiqh) tetapi bagi kaum sufi (ahli tasawuf) sangat berkaitan dengan nilai Ilahiah. Kesenian juga memiliki peran besar terhadap kemajuan budaya dan peradaban umat Islam. Al-Qur’an sebagai kalam Ilahi juga memiliki dimensi keindahan dan sumber inpirasi kesenian yang sangat representatif. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang mengungkapkan hal-hal keindahan. Meskipun demikian, ulama muslim berbeda pendapat tentang kesenian secara umum. Ulama yang paling terbuka (inklusif) terhadap kesenian mayoritas dari kalangan para filsuf dan sufi. Golongan ulama ini lebih memandang seni dari estetika yang terkandung dalam subtansi. Estetika merupakan bagian penting dari filsafat dan tasawuf. Sedangkan golongan ulama yang eksklusif dan sangat membatasi seni adalah kalangan ahlifiqh/hukum Islam (fuqaha). Ketegangan kedua golongan ulama ini disebabkan adanya prioritas antara legal formal dan subtansi. Fuqaha lebih mengutamakan legal formal berdasarkan nash atau teks al-Qur’an dan as-Sunnah, sedangkan Ulama sufi lebih memilih subtansi ajaran Islam secara umum.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
5

Maisyaroh, Maisyaroh. „TASAWUF SEBAGAI DIMENSI BATIN AJARAN ISLAM“. At-Tafkir 12, Nr. 2 (04.12.2019): 141–51. http://dx.doi.org/10.32505/at.v12i2.1243.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Islam merupakan agama yang memiliki dimensi internal yang disebut dengan al-ihsan. Sebagai dimensi internal Islam, para ahli memberikan respons berbeda terhadap ajaran para sufi. Sebagian ahli menerima tasawuf sebagai dimensi batin dari ajaran Islam, dan sebagian ahli mengkritik bahkan menolak ajaran tasawuf tertentu karena mereka menilai bahwa ajaran tasawuf bukan berasal dari Islam. Artikel ini mengkaji tasawuf sebagai dimensi batin ajaran Islam. Studi ini merupakan hasil kajian kepustakaan dimana data diperoleh dari kegiatan studi dokumen. Studi ini mengajukan temuan bahwa tasawuf merupakan dimensi ajaran Islam. Tasawuf merupakan disiplin ilmu yang lahir dari peradaban Islam, dan sumber ajarannya berasal dari Alquran dan hadis. Memang para orientalis cenderung menyebutkan bahwa ajaran Kristen atau agama lain menjadi pendorong kelahiran tasawuf di dunia Islam, tetapi para ahli dari kalangan Islam menolak pendapat mereka.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
6

Nuralim, Iik, und Dony Khoirul Azis. „INTEGRASI AGAMA DAN BUDAYA MODEL TASAWUF“. Tasamuh: Jurnal Studi Islam 15, Nr. 1 (05.04.2023): 1–17. http://dx.doi.org/10.47945/tasamuh.v15i1.801.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Abstrak Di dunia Islam, perkembangan tasawuf tampaknya dimulai dari aktivitas individu para ahli sufi. Mereka hampir tidak memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan mereka kepada orang lain. Sebab, tasawuf sebenarnya tidak tepat disebut ilmu dalam arti ia terdiri atas fakta-fakta empiris, logis, rasional, dan sistematis. Tasawuf paling tepat digambarkan sebagai kumpulan pengalaman berkomunikasi dengan Nur Ilahi yang penuh cita rasa dan memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk kehidupan yang menghindari kemewahan, menghabiskan waktu untuk beribadah, ingin bertemu Tuhan dan siap sedia dalam segala hal. waktu. dipanggil kepada Tuhan. Integrasi agama, tasawuf dan budaya ke dalam hubungan mereka akan menunjukkan Perkara sama. Begitu pula yang tercantum dibudaya, karena budaya adalah penjelmaan, yang diproduksi, dibentuk dan diatur dalam suatu lembaga. Sehingga sebenarnya agama selalu serupa dengan budaya, karena tradisi adalah ungkapan kepercayaan masyarakat terhadap sesuatu yang sakral. Apabila interaksi agama dan budaya dikedepankan sebagai bentuk interpretasi budaya, akibatnya seluruh ranah agama terkait dengan kreativitas manusia. Maksudnya adalah kebenaran yang dipercayai oleh setiap orang sebagai "kebenaran" pada hakekatnya hanya terbatas pada apa yang dapat ditafsirkan dan diungkapkan orang tentang "kebenaran", Tuhan itu mutlak. Kata Kunci: Integrasi Agama, Budaya, Tasawuf.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
7

Maola, Mochammad. „Sufisme Ibnu Arabi dalam Resepsi Aboebakar Atjeh“. Journal of Islamic Studies and Humanities 5, Nr. 1 (17.12.2020): 72–81. http://dx.doi.org/10.21580/jish.v5i1.7137.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Ibnu Arabi sebagai filsuf sufi adalah khazanah yang tak habis untuk digali. Sebagai tokoh utama dalam tasawuf falsafi, tidak sedikit ulama klasik atau kontemporer yang menolaknya. Di Indonesia, Ibnu Arabi mendapat banyak tempat, pun penolakan yang tidak sedikit. Aboebakar Atjeh sebagai ulama kontemporer yang berasal dari daerah yang kental keislaman, menulis beberapa tulisan tentang Tasawuf. Dua di antaranya secara khusus membahas Ibnu Arabi. Makalah ini membahas Ibnu Arabi dalam konstruksi Aboebakar Atjeh. Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Aboebakar Atjeh mendukung pemikiran Ibnu Arabi akan tetapi beliau menulis beberapa hal kontradiktif tentang Ibnu Arabi terkait madzhab akidah antara Bathiniyah, Jabbariyah, atau Asy’ariyah. Selain itu Atjeh juga kurang bisa memahami fenomena ekstase spiritual Ibnu Arabi ketika menulis kitab Tarjuman al-Asywaq. Pembelaan Atjeh terhadap Ibnu Arabi dinilai kental subjektifitas dan kurang kritis.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
8

Mukhlis, Imam, und Muhammad Syahrul Munir. „Konsep Tasawuf dan Psikoterapi dalam Islam“. Spiritualita 7, Nr. 1 (30.06.2023): 62–74. http://dx.doi.org/10.30762/spiritualita.v7i1.1017.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Tasawuf menawarkan sebuah pendekatan baru terhadap problem-problem psikologis, yaitu untuk memberikan solusi yang menjadi tujuan utama daripada diskursus psikoterapi. Oleh karena itu tasawuf sangat penting terhadap solusi-solusi spiritual berkenaan dengan masalah kejiwaan. Hal ini kemudian menyebabkan munculnya studi tasawuf psikoterapi di Lembaga-lembaga Pendidikan, khususnya di Indonesia. Manusia dikenal sebagai homo religiosus, yakni manusia tidak akan bisa terpisah dari agama, Keadaan manusia yang selalu tak lepas dari agama, di mana pun itu, meniscayakan keterikatan agama dan kondisi psikologis manusia. Agama, sebagai subjek, menjadikan jiwa manusia sebagai salah satu objeknya. Di sinilah agama dan psikologi bersimpangan. Teori asal usul tasawuf bersumber dari ajaran Islam. Semua praktek dalam kehidupan para tokoh-tokoh sufi dalam membersihkan jiwa mereka untuk mendekatkan diri pada Allah mempunyai dasar-dasar yang kuat baik dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Teori-teori mereka tentang tahapan-tahapan menuju Allah (maqomat) seperti taubat, syukur, shabar, tawakal, ridha, takwa, zuhud, wara’ dan ikhlas, atau pengamalan batin yang mereka alami (ahwal) seperti cinta, rindu, intim, raja dan khauf, kesemuanya itu bersumber dari ajaran Islam. Istilah psikoterapi (psychotherapy) mempunyai pengertian cukup banyak dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counseling), Kerja Sosial (Case Work), Pendidikan dan Ilmu Agama. persoalan yang ditangani oleh psikoterapis barat menyangkut masalah-masalah yang bersifat fisiologis- emosional-kognitif-behavioral-sosial. Meskipun jangkauannya bervariasi, seringkali konotasi menjadi sempit, yaitu hanya mengarah kepada suatu usaha dalam proses penyembuhan, menghilangkan persoalan dan gangguan. Sedangkan, Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. tasawuf psikoterapi adalah suatu pendekatan dengan corak tasawuf, kepada proses pengobatan isu-isu kejiwaan dengan cara-cara psikologis klinis non-medis (tanpa obat-obatan). Tasawuf psikoterapi merupakan reaksi Islam terhadap isu-isu kejiwaan, dan merupakan corak islami dalam ilmu kejiwaan.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
9

Listiana, Anisa. „MENIMBANG TEOLOGI KAUM SUFI MENURUT AL-QUSYAIRI DALAM KITAB AL-RISĀLAH AL-QUSYAIRIYAH“. KALAM 7, Nr. 1 (02.03.2017): 201. http://dx.doi.org/10.24042/klm.v7i1.441.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Teologi adalah disiplin yang menyangkut Tuhan (atau Realitas Ilahi) dan hubungan Tuhan dengan dunia. Dunia dan Allah adalah realitas yang berbeda. Dunia merupakan ciptaan sedangkan Allah adalah sang pencipta. Tulisan ini membahas tentang konsep teologi dalam ajaran tasawwuf Imam al-Qusyairi. Tasawuf yang dianut dan diajarkan oleh al-Qusyairi adalah tasawuf yang sejalan dengan ajaran syariat. Dari tulisan-tulisannya terlihat bahwa ia berupaya menyadarkan orang bahwa tasawuf yang benar adalah tasawuf yang bersandarkan pada akidah yang benar dan tidak menyalahi ketentuan syariat, seperti yang dianut oleh para salaf atau Ahl al-Sunnah,. Dalam perspektif al-Qusyairi, pemurnian tauhid sangatlah prinsip dan urgen, karena Islam dibangun di atas kekuatan tauhid, bahkan kekuatan Islam justru terletak pada fondasi tauhid. Apabila tauhid yang dimiliki oleh umat Islam kuat, maka agama Islam menjadi kuat dan tangguh. Tauhid adalah kekayaan yang terbesar yang dimiliki oleh umat Islam, sekaligus sebagai senjata yang ampuh dalam menghadapi berbagai rongrongan hawa nafsu.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
10

Muzakkir, Muzakkir. „TOLERANSI BERAGAMA DAN MAHABBAH DALAM PERSPEKTIF SUFI“. Jurnal THEOLOGIA 23, Nr. 1 (04.09.2017): 125–39. http://dx.doi.org/10.21580/teo.2012.23.1.1763.

Der volle Inhalt der Quelle
Annotation:
Dalam kacamata kaum sufi, tidak ada orang lain (the other) di duniaini. Mereka melihat orang lain sebagai sebuah kesatuan makhlukyang bernaung di bawah kasih sayang Tuhan. Landasan cintamerupakan titik berpijak bagi mereka untuk melihat orang lain.Dalam pandangan kaum sufi, semua manusia adalah indah.Keindahan dalam pandangan itulah yang membimbing merekauntuk tidak melihat orang lain secara lebih rendah. Keindahanpandangan itu juga meliputi para penganut agama yang berbedabeda. Ajaran kedamaian, cinta dan kasih sayang yang diususng parasufi, bagian yang cukup menarik untuk disingkap, sekaligus sebagaiupaya membangun hubungan umat beragama yang harmonis.Tulisan ini akan memaparkan kasih sayang dan toleransi beragamadalam persektif tasawuf.
APA, Harvard, Vancouver, ISO und andere Zitierweisen
Wir bieten Rabatte auf alle Premium-Pläne für Autoren, deren Werke in thematische Literatursammlungen aufgenommen wurden. Kontaktieren Sie uns, um einen einzigartigen Promo-Code zu erhalten!

Zur Bibliographie